BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN"

Transkripsi

1 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Kecamatan Rindi terletak di pulau Sumba bagian utara kabupaten Sumba Timur - provinsi Nusa Tenggara Timur. Luas kecamatan Rindi 366,5 km 2 atau Ha dengan letak yang umumnya di sepanjang pantai utara berbukit dan curah hujan yang sangat rendah dan tidak merata setiap tahun. Di mana musim penghujan relatif pendek bila dibanding musim kemarau. Secara administratif, kecamatan Rindi berbatasan dengan : 1. Sebelah utara dengan laut Sabu 2. Sebelah selatan dengan kecamatan Paberiwai 3. Sebelah timur dengan kecamatan Pahunga Lodu 4. Sebelah barat dengan kecamatan Umalulu 25

2 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini : No. Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Rindi menurut Desa/Kelurahan tahun 2012 Desa/ Kelurahan Luas Wilayah Km 2 Hektare Persentase 1 Tamburi 59, ,55 2 Lailanjang 41, ,46 3 Hanggaroru 53, ,82 4 Kabaru 58, ,90 5 Heikatapu 48, ,31 6 Tanaraing 32, ,84 7 Rindi 51, ,56 8 Kayuri 20, ,56 Rindi 366, ,00 Tabel 4.1 menunjukan bahwa kurang lebih 15 persen wilayah kecamatan Rindi dikuasai oleh desa Tanaraing, sedangkan wilayah paling sempit adalah desa Kayuri yang haya menguasai kurang lebih 9 persen wilayah kecamatan Rindi. Tabel 4.2 Jarak Ibu Kota Desa/Kelurahan dengan Ibu Kota Kecamatan dan Ibu Kota Kabupaten Dirinci Tiap Desa/Kelurahan tahun 2012 No. Desa/ Jarak Ke Keluarahan Ibu Kota Kecamatan Ibu Kota Kabupaten 1 Tamburi Lailanjang Hanggaroru Kabaru Heikatapu Tanaraing Rindi Kayuri Tabel 4.2 menunjukan bahwa wilayah yang paling sulit aksesnya untuk mencapai ibukota kecamatan adalah Lailanjang dan Hanggaroru Hal ini 26

3 diasumsikan akan sedikit memperlambat proses hubungan antara desa dengan kecamatan dalam hal pendampingan dan lain sebagainya. Tabel 4.3 Ketinggian Wilayah Kecamatan Rindi dirinci menurut Desa tahun 2012 No Nama Desa Tinggi (dpl) 1 Tamburi Lailanjang Hanggaroru Kabaru 50 5 Heikatapu 45 6 Tanaraing 15 7 Rindi Kayuri 5 Tabel 4.3 menunjukan bahwa Kayuri merupakan desa yang sering dilanda abrasi pantai karena desa ini memiliki ketinggian hanya 5 meter di atas permukaan laut, sedangkan wilayah lainnya cenderung terhindar dari abrasi pantai karena memiliki ketinggian yang relatif tinggi dari desa Kayuri. Tabel 4.4 Wilayah Administrasi Kecamatan Rindi tahun 2012 Pembagian Wilayah Administratif Jumlah Jumlah Desa 8 Dusun/Lingkungan 16 Rukun Wilayah 34 Rukun Tetangga (RT) 73 Rumah Tangga Jumlah Penduduk Luas Wilayah (Km 2 ) 366,5 Kepadatan Penduduk per Km 2 25 Tabel 4.4 menunjukan bahwa wilayah kecamatan Rindi memiki kepadatan penduduk yang cukup baik yaitu sekitar 25 rumah tangga per kilo meter. Asumsinya adalah semakin jarang penduduknya maka akan semakin tinggi tingkat 27

4 kriminalitas dan semakin berkurangnya interaksi sosial antar rumahtangga yang satu dengan lainnya. Tabel 4.5 Jumlah Desa/Kelurahan, Dusun/Lingkungan, RT/RW dan Rumah Tangga tahun 2012 No. Desa/ Kelurahan Ibu Kota Desa Dusun/ Lingkungan RW/ RK Rukun Tetangga (RT) Rumah Tangga 1 Tamburi Kanoru Lailanjang Maulumbi Hanggaroru watuuma Kabaru Kabaru Heikatapu Tanalingu Tanaraing Tanaraing Rindi Praiyawang Kayuri Kayuri Kec. Rindi Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk terkonsentrasi di wilayah Lailanjang karena menguasai hampir 15 persen penduduk di wilayah kecamatan Rindi. 28

5 No. Tabel 4.6 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan Dirinci menurut Desa Tahun 2012 Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (Km 2 ) Rumah Tangga Kepadatan Penduduk per km 2 Rata- Rata ART Desa terhadap Kecamatan (%) 1 Tamburi ,5 2 Lailanjang ,46 3 Hanggaroru ,82 4 Kabaru ,90 5 Heikatapu ,31 6 Tanaraing ,84 7 Rindi ,56 8 Kayuri ,57 Kec. Rindi ,00 Tabel 4.6 menunjukan bahwa walaupun desa Lailanjang sangat banyak penduduknya namun tidak diimbangi dengan luas wilayah yang memadai, sehingga diasumsikan bahwa lahan yang tersedia tidak akan mampu mengakomodir kebutuhan akan lahan dari para petani untuk menggarap lahan sebagai sumber penghidupan dan hal ini juga yang berpotensi menciptakan konflik agraria di desa ini. Tabel 4.7 Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga Menurut Desa/Kelurahan tahun 2012 No. Desa/ Rata- Rata Anggota Rumah Tangga Penduduk Rumah Tangga Kelurahan (ART) 1 Tamburi Lailanjang Hanggaroru Kabaru Heikatapu Tanaraing Rindi Kayuri Kec. Rindi Tabel 4.7 menunjukan bahwa setiap rumah tangga tergolong dalam keluarga besar yang notabene berjumlah di atas 5 anggota rumah tangga. 29

6 No. Artinya semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka semain tinggi pula jumlah tanggungan beban rumah tangga dan sebaliknya semakin sedikit jumlah anggota rumah tangga maka semakin rendah pula beban tanggungan rumah tangga. Tabel 4.8 Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Desa/ Kelurahan Dirinci Tiap Desa tahun 2012 Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin 1 Tamburi Lailanjang Hanggaroru Kabaru Heikatapu Tanaraing Rindi Kayuri Kec. Rindi Tabel 4.8 menunjukkan bahwa penduduk yang paling dominan adalah mereka yang berjenis kelamin laki-laki yaitu kurang lebih mencapai 51 persen dari total penduduk kecamatan Rindi. Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Menurut Desa tahun 2012 No. Desa/ Keluarahan Lapangan Pekerjaan Petani Peternak Nelayan Pedagang 1 Tamburi Lailanjang Hanggaroru Kabaru Heikatapu Tanaraing Rindi Kayuri Kec. Rindi

7 Lanjutan Tabel No. Lapangan Pekerjaan Desa/ Keluarahan PNS/ Industri Kerajinan Pensiunan Lainnya ABRI 1 Tamburi Lailanjang Hanggaroru Kabaru Heikatapu Tanaraing Rindi Kayuri Kec. Rindi No. Tabel 4.9 menunjukan bahwa rupanya wilayah yang paling produktif menghasilkan padi sawah adalah desa Kabaru karena dengan luas panen yang hanya 8 Ha ternyata mampu menghasilkan 33,75 kwintal/ha. Desa/Kelurah an Tabel 4.10 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Jenis Industri Dirinci Tiap Desa tahun 2012 Roti/Kue Tahu/Tempe Minyak Nabati Unit Tenaga Tenaga Unit Usaha Kerja Unit Usaha Kerja Usaha Tenaga Kerja 1 Tamburi Lailanjang Hanggaroru Kabaru Heikatapu Tanaraing Rindi Kayuri Kec. Rindi

8 Lanjutan Tabel No. Desa/Keluraha n Kacang Bawang Gula Merah Penggaraman Tenaga Unit Tenaga Unit Kerja Usaha Kerja Usaha Unit Usaha Tenaga Kerja 1 Tamburi Lailanjang Hanggaroru Kabaru Heikatapu Tanaraing Rindi Kayuri Kec. Rindi Lanjutan Tabel No. Desa/Kelurahan Meubel Kayu Anyaman Bambu Anyaman Pandan/Lontar Unit Tenaga Unit Tenaga Unit Tenaga Usaha Kerja Usaha Kerja Usaha Kerja 1 Tamburi Lailanjang Hanggaroru Kabaru Heikatapu Tanaraing Rindi Kayuri Kec. Rindi Lanjutan Tabel No. Desa/Kelurahan Unit Usaha Batako Batu Bata Tenun Ikat Tenaga Unit Tenaga Unit Kerja Usaha Kerja Usaha 1 Tamburi Tenaga Kerja 2 Lailanjang Hanggaroru Kabaru Heikatapu Tanaraing Rindi Kayuri Kec. Rindi

9 Tabel 4.10 menunjukan bahwa unit usaha yang paling dominan di kecamatan Rindi adalah usaha penggaraman namun kemampuan menyerap tenaga kerjanya lebih rendah jika dibandingkan dengan usaha tenun ikat. Tabel 4.11 Jumlah Sarana Perekonomian Dirinci Menurut Desa tahun 2012 No. Desa/ Toko/ Restoran/ Pasar Mingguan Kelurahan Kios Rumah Makan KUD 1 Tamburi Lailanjang Hanggaroru Kabaru Heikatapu Tanaraing Rindi Kayuri Kec. Rindi Tabel 4.11 menunjukan bahwa belum mendukungnya sarana perekonomian yang memadai seperti pasar merupakan salah satu factor yang mengakibatkan kurang berkembangnya sektor perdagangan di kecamatan Rindi. Tabel 4.12 Jumlah Pedagang di Kecamatan Rindi Menurut Jenisnya, Tahun 2012 No. Desa/ Kelurahan Pedagang Besar Pedagang Menengah Pedagang Kecil Jumlah 1 Tamburi Lailanjang Hanggaroru Kabaru Heikatapu Tanaraing Rindi Kayuri Kec. Rindi Tabel 4.12 menunjukan bahwa sebagai konsekuensi logis dari kurang mendukungnya sarana perdagangan mengakibatkan kecamatan ini masih didominasi oleh pedagang kecil. 33

10 4.2 Karakteristik Informan Karakteristik Rumahtangga Peternak Sapi di Kecamatan Rindi 1. Jumlah Anggota Rumahtangga, Pendidikan dan Umur Tabel 4.13 Jumlah Anggota Rumah Tangga, Pendidikan dan Umur Jumlah Anggota dalam RT (orang) % Pendidikan % Umur (tahun) % > Keterangan: Pendidikan: 1) Tidak sekolah; 2) SD; 3) SLTP; 4) SLTA dan 5) Sarjana Umur = sesuai dengan usia informan Tabel 4.13 menunjukan bahwa sebagian besar rumah tangga (informan) di kecamatan Rindi merupakan keluarga besar dan tingkat pendidikannya hanya sampai sekolah dasar. 2. Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan Informan Pekerjaan pokok Table 4.14 Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan Informan Pekerjaan Sampingan Jenis Pekerjan Jumlah % Jenis Pekerjan Jumlah % Bertani Supir Beternak Nelayan Berdagang Penjahit Supir Tukang Kayu Nelayan Tenun Ikat PNS Honorer Kontraktor Kontraktor Berternak Tidak ada Kec. Rindi Kec. Rindi Tabel 4.14 menunjukan bahwa pekerjaan utama informan adalah sebagai petani karena daerah ini merupakan daerah pertanian lahan kering (dry land). 34

11 3. Jumlah Ternak Sapi yang Dimiliki Informan (ekor) Tabel 4.15 Jumlah Ternak Sapi yang Dimiliki Informan (ekor) Range (ekor) Responden % < > Kec. Rindi Tabel 4.15 menunjukan bahwa eksistensi dari ternak sapi masih sangat dominan di kecamatan Rindi. 4. Pengalaman Pemeliharaan Ternak Sapi (tahun) Tabel 4.16 Pengalaman Pemeliharaan Ternak Sapi (tahun) Interval (tahun) Responden % < > Kec. Rindi Tabel 4.16 menunjukan bahwa memang ternak sapi merupakan ternak yang telah dipelihara atau dikembangkan secara turun temurun oleh informan di kecamatan Rindi. 35

12 5. Pola Kepemilikan Ternak Sapi Tabel 4.17 Pola Kepemilikan Ternak Sapi Pola Responden % Milik Pribadi Sistem Gaduh Pribadi dan Gaduh Kec. Rindi Tabel 4.17 menunjukan bahwa memang kepemilikan sapi di kecamatan Rindi masih didominasi oleh individual ownership dari pada common ownership. 6. Ternak Besar Lainnya yang Dimiliki Responden Tabel 4.18 Ternak Besar Lainnya yang Dimiliki Informan Jenis Ternak Informan % Kerbau Kuda Kerbau dan Kuda Tidak Memiliki keduanya Kec. Rindi Tabel menunjukan bahwa kuda masih cukup memadai eksistensinya di kecamatan ini karena ternak ini sering digunakan sebagai alat transportasi maupun sebagai kuda pacu. 7. Ternak Kecil Lainnya yang Dimiliki Informan Tabel 4.19 Ternak Kecil Lainnya yang Dimiliki Informan Jenis Ternak Informan % Anjing 35 36,84 Kambing/Domba 15 15,79 Unggas (Ayam,Bebek,Itik, Angsa,Kalkun, dll) 25 26,32 Babi 20 21,05 Kec. Rindi ,00 36

13 Tabel 4.19 menunjukan bahwa eksistensi dari ternak anjing sangat memadai karena nilai jual anjing yang cukup fantastis kurang lebih Rp per ekor dan ternak ini juga sering digunakan untuk berburu di hutan, sehingga ternak ini pun juga dikembangkan di kecamatan ini. 8. Kepemilikan Aset Selain Ternak Tabel 4.20 Kepemilikan Aset Selain Ternak Jenis Aset Informan % Televisi Celular phone Kulkas Motor Tanah Emas Traktor Deposito/ Tabungan Dll, Asuransi, Mobil Pick up, Penggilingan 3 3,2 Tabel 4.20 menunjukan bahwa karena kemajuan teknologi maka sebagian besar responden telah memiliki dan menggunakan celular phone, sedangkan masih sangat minim informan yang memiliki tabungan atau deposito. Hal ini terjadi karena sebagian besar informan cenderung konsumtif dan hampir tidak suka untuk menginvestasikan uangnya ke lembaga keuangan seperti bank. 9. Kepemilikan Lahan Pertanian Tabel 4.21 Kepemilikan Lahan Pertanian Jenis Lahan Informan % Sawah Kebun Sawah dan Kebun Tidak ada Kec. Rindi

14 Tabel 4.21 menunjukan bahwa sebagian besar informan memiliki kebun karena wilayah ini merupakan dry land yang notabene sangat cocok untuk berkebun. 10. Sistem Pemeliharaan Sapi Tabel 4.22 Sistem Pemeliharaan Sapi Sistem Pemeliharaan Informan % Ekstensif Semi Intensif 11 11,6 Intensif Kec. Rindi Tabel 4.22 menunjukan bahwa sistem menggembalakan ternak di padang rumput savana (ekstensif) masih sangat dominan karena pemilikan ternak sapi dalam jumlah yang sangat banyak dan budaya menggembalakan ternak yang masih sangat kuat, sehingga tidak memungkinkan untuk dipelihara secara intensif. 11. Penggunaan Obat-Obatan atau Vitamin untuk Sapi Tabel 4.23 Penggunaan Obat-Obatan atau Vitamin untuk Sapi Jenis Obat Informan % B B Panto B-Comlex Hematopan B Gusanex Penicilin Termicin Coloxin Vitoxin 3 3,2 A.D.E Vaksin Midoxin 1 1,1 38

15 Tabel 4.23 menunjukan bahwa pengobatan bagi ternak sapi masih mengandalkan bantuan dari pemerintah berupa vaksin yang di dapatkan secara gratis saat melakukan sensus ternak di masing-masing desa yang dilakukan oleh para penyuluh peternakan. 12. Akses Terhadap Obat-Obatan atau Vitamin untuk Sapi Tabel 4.24 Akses Terhadap Obat-Obatan atau Vitamin untuk Sapi Cara Mengakses Informan % Beli Sendiri - - Bantuan Pemerintah Beli Sendiri dan Bantuan dari Pemerintah Kec. Rindi Tabel 4.24 menunjukan bahwa sama halnya dengan tabel sebelumnya jika obat-obatan bagi ternak sapi masih mengandalkan bantuan pemerintah. Artinya bahwa para peternak belum seutuhnya mandiri dalam mengusahakan obat-obatan bagi ternaknya. 12. Pemanfaatan Ternak Sapi Tabel 4.25 Pemanfaatan Ternak No Desa Jenis Pemanfaatan Adat Konsumsi Dijual Jumlah % 1 Tamburi ,6 2 Lailanjang ,8 3 Hanggaroru ,6 4 Kabaru ,5 5 Haikatapu ,8 6 Tanaraing ,8 7 Rindi ,6 8 Kayuri ,6 Kecamatan Rindi % 3,2 16,

16 Tabel 4.25 menunjukan bahwa sebagian besar dimanfaatkan untuk kepentingan perdagangan (dijual) karena harga sapi yang telah berkisar sebesar Rp (sapi yang berusia 1tahun) membuat para peternak memilih untuk lebih mendahulukan motif transaksi dibandingkan motif lainnya seperti motif berjaga-jaga dan motif spekulasi. 4.3 Hasil Analisis Sistem Pengembangan Ternak Sapi di Kecamatan Rindi Pengembangan ternak sapi di Kecamatan Rindi dibagi atas tiga sistem yaitu sistem intensif (paron), sistem ekstensif (lepas) dan semi intensif (paron dan lepas). Ketiga sistem ini tentu memiliki kaitan yang sangat erat guna menjaga eksistensi dari ternak sapi dan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) dari rumah tangga peternak di kecamatan Rindi. Dari hasil observasi yang dilakukan maka diperoleh gambaran bahwa sistem pengembangan sapi secara simultan di kecamatan Rindi adalah sebagai berikut. Tabel 4.26 Sistem Pemeliharaan Sapi di Kecamatan Rindi Sistem Pemeliharaan No Desa Intensif Semi Intensif Ekstensif Jumlah % Responden % Responden % Responden % 1 Tamburi , , Lailanjang , , Hanggaroru , , Kabaru Heikatapu 2 13,33 1 6, Tanaraing Rindi , , Kayuri 1 9,09 1 9,0 9 81, Kec. Rindi 4 4, , , Sumber : Data Primer (diolah),

17 Tabel 4.26 menunjukan bahwa secara agregat, sistem pemeliharaan sapi yang diterapkan adalah sistem tradisional (ekstensif). 1 Alasan fundamental yang mendorong sebagian besar informan memelihara sapi dengan sistem ekstensif karena faktor luas lahan penggembalaan yang memadai serta jumlah ternak sapi yang dipelihara berkisar di atas 10 ekor. Hal ini dipandang bahwa dengan melepas ternak di padang maka pemilik sapi tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam menyediakan pakan sapi dan tentunya akan mengurangi penggunaan sumber daya (tenaga) untuk mengawasi secara intens yang secara umum dilakukan secara volunteer atau sukarela oleh anggota keluarga. Namun, sistem ini memiliki kelemahan di mana selama kurun waktu 2012 hingga 2013 tercatat telah terjadi 45 kasus pencurian ternak besar terutama sapi. Alasan utama informan menggunakan sistem semi intensif 2 bahwa mereka (peternak) memiliki kebun yang telah ditanami rumput seperti rumput gajah dan lain sebagainya. Biasanya pada siang hari sapi akan diikat pada kebun tersebut, sedangkan pada malam hari sapi ini akan dibawa masuk ke dalam kandang dan akan diberikan pakan yang secukupnya. Di sisi lain, alasan utama dari para informan untuk memiih sistem intensif 3 adalah jika jumlah sapi yang dipelihara jumlahnya sedikit. Hal ini disebabkan oleh faktor ketersediaan pakan sapi dengan pertimbangan bahwa semakin sedikit jumlah sapi maka akan sedikit pula jumlah pakan yang harus disediakan. Secara umum, pemeliharaan ternak secara intensif didominasi oleh ternak kuda yang dimanfaatkan sebagai kuda pacu. Pemilihan sistem ekstensif dilatarbelakangi oleh struktur pekerjaan masyarakat di Sumba Timur yang masih berpola mix farming 4 yang akibatnya adalah masyarakat seringkali mengalami inkonsistensi dalam mengorientasikan 1 Dalam bahasa Sumba-Kambera sering dikenal dengan istilah pahallang la maradda atau sapi dilepas ke padang rumput sabana agar mereka dapat mencari makanan sendiri namun tetap dibawa kendali seorang penggembala yang dalam bahasa Sumba-Kambera disebut dengan istilah tanggu pawangu. 2 Dalam bahasa Sumba-Kambera sering dikenal dengan istilah hondu wala atau sapi diikat dan dikembangkan di dalam kandang yang permanen dan sekaligus pada siang hari sapi tersebut diikat di kebun agar ternak tersebut dapat makan rumput yang telah tersedia di kebun 3 Dalam bahasa Sumba-Kambera sering dikenal dengan istilah hondu la woka atau sapi dibiarkan diikat atau dikembangkan di dalam kandang yang permanen dan diberi pakan secara teratur 4 Mixed faming are defined as farming systems conducted by households or by enterprises where crop cultivation and livestock rearing together form integrated components of a single farming system. 41

18 pekerjaannya. Hal ini terbuktinya bahwa masyarakat lebih senang memilih untuk mengolah sawah pada musim tertentu dari pada mengurus ternaknya. Secara umum menunjukkan bahwa kegiatan pada sektor pertanian tepatnya di sub sektor peternakan khususnya pada daerah perdesaan di kabupaten Sumba Timur masih merupakan sub sektor andalan bagi sebagian besar penduduk, terutama mereka yang dikategorikan sebagai rumah tangga miskin. Hal ini tentu tidak hanya terjadi di Sumba Timur, tetapi telah menjadi kecenderungan umum yang terjadi dimana-mana, terutama di negara-negara sedang berkembang (the third world). Kecenderungan ini mengisyaratkan bahwa sektor pertanian tepatnya pada di sub sektor peternakan mempunyai peranan yang sangat peting dalam upaya untuk memecahkan masalah kemiskinan yang ada. Hal ini diperkuat oleh pendapat Todaro dan Smith (2004) yang menegaskan bahwa direct attact on rural poverty through accelerated agricultural development is necessary to raise living standards. Hal ini terjadi karena pada umumnya kaum miskin tinggal di daerah perdesaan dan bekerja di sektor pertanian, sehingga kunci pengentasan kemiskinan terletak pada pembangunan sektor pertanian secara sungguh-sungguh. Peningkatan pertumbuhan gross national product saja tidak akan mampu mengentaskan kemiskinan secara tuntas dan komprehensif Pemanfaatan Ternak Sapi di Kecamatan Rindi Pemanfaatan ternak sapi di kecamatan Rindi dibagi atas tiga bagian yaitu untuk kepentingan adat, konsumsi dan dijual. Ketiga bagian ini tentu meimiliki kaitan yang sangat erat guna menjaga eksistensi dan penghidupan berkelanjutan dari rumah tangga peternak di kecamatan Rindi. Dari observasi yang dilakukan maka diperoleh gambaran bahwa pola pemanfaatan sapi secara keseluruhan di kecamatan Rindi adalah sebagai berikut. 42

19 Tabel 4.27 Pemanfaatan Sapi di Kecamatan Rindi Pemanfaatan Sapi No Desa Adat Konsumsi Dijual Jumlah % Responden % Responden % Responden % 1 Tamburi 2 Lailanjang 3 Hanggaroru , , ,67 1 6, , Kabaru Heikatapu 6 Tanaraing 7 Rindi 2 13,33 1 6, , , Kayuri Kec. Rindi 3 3, , Sumber : Data Primer (diolah), 2014 Tabel 4.27 menunjukan bahwa secara keseluruhan, pemanfaatan sapi yang paling banyak digunakan adalah untuk keperluan perdagangan (dijual). Alasan fundamental yang mendorong sebagian besar informan untuk cenderung memperdagangkan sapi karena permintaan sapi dari luar dan di dalam wilayah Sumba itu sendiri sangat tinggi. Permintaan sapi yang sangat tinggi ini ditenggarai bahwa jenis sapi yang dikembangkan di Sumba adalah jenis sapi ongole yang berbadan besar, berpunuk besar, bergelambir longgar, dan berleher pendek, kepala, leher, gelambir (gumba) dan lutut berwarna hitam, terutama pada sapi jantan (Siliwolu, 2011). Misalnya khusus di dalam wilayah Sumba sebagian besar sapi akan dibeli oleh pemerintah lewat mekanisme tender untuk dijadikan sebagai sapi proyek yang akan dibagikan kepada masyarakat atau kelompok, sedangkan permintaan dari luar khususnya dari daerah akan sapi cukup tinggi karena komoditi ini akan di ekspor ke daerah Jawa yang akan dijadikan sebagai pasokan daging sapi regional maupun nasional. Tentu dari sini sangat nampak sekali bahwa sebagian besar informan cenderung berorientasi pada motif transaksi yang cenderung mengejar profit margin. Kemudian, alasan utama informan memanfaatkan sapi untuk keperluan konsumsi bawa ada pertimbangan fundamental bahwa sapi merupakan sumber 43

20 makanan pendamping yang menghasilkan protein hewani yang tinggi bagi masyarakat. Sementara itu, sapi banyak dikonsumsi karena jumlah sapi yang melebihi jumlah kuda dan kerbau yag memungkinkan sapi sering dan selalu dikonsumsi pada acara adat kematian maupun perkawinan, serta untuk dikonsumsi setiap hari yang akan diolah selanjutnya menjadi dendeng (daging yang dikeringkan) dan aneka jenis masakan khas Sumba Timur yang berbahandasar daging sapi. Di sisi lain, ada kecenderungan bahwa hanya sebagian kecil informan yang memanfaatkan sapi untuk keperluan adat. Hal ini terjadi karena sebenarnya ternak yang digunakan untuk keperluan adat adalah kuda dan kerbau. Alasan utamanya karena kuda dan kerbau merupakan simbol prestise atau harga diri bagi masyarakat Sumba, sedangkan ternak sapi hanya digunakan untuk dibarter guna mendapatkan kuda dan kerbau yang akan dibawa pada saat prosesi adat kematian maupun perkawinan. Sebenarnya sapi yang dimiliki oleh rumah tangga peternak dapat dijadikan modal bagi peningkatan pendapatan di masa yang akan datang (investasi jangka panjang). Artinya sapi dapat dijual untuk keperluan sekolah dari anggota keluarga Potensi Pendapatan Rumah Tangga Peternak Sapi Besarnya potensi pendapatan dari rumah tangga peternak sapi di kecamatan Rindi berasal dari formulasi secara ekonomi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. 44

21 Tabel 4.28 Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga, Ternak Sapi, Pendapatan Keluarga / Bulan, Pendapatan Perkapita / Tahun dan Pendapatan Perkapita / Bulan menurut Desa Ratarata Jumlah Anggota RT desa di kecamatan Rindi Ratarata Jumlah Ternak (ekor) Rata-rata Pendapatan Keluarga / Bulan (Rp) Rata-rata Pendapatan Perkapita / Tahun (Rp) Rata-rata Pendapatan Perkapita / Bulan (Rp) Tamburi Lailanjang Hanggaroru Kabaru Heikatapu Tanaraing Rindi Kayuri Kec. Rindi Sumber : Data Primer (diolah), 2014 Tabel 4.28 menunjukan bahwa secara agregat maupun parsial, potensi pendapatan dari rumah tangga peternak sapi di kecamatan Rindi cukup tinggi. Hal ini terjadi karena rata-rata pendapatan rumah tangga peternak sapi / bulan di kecamatan Rindi sebesar Rp , sedangkan garis kemiskinan kabupaten Sumba Timur yang pada bulan Juli 2012 sebesar Rp Artinya bahwa sebenarnya rumah tangga peternak sapi di kecamatan Rindi tidak hidup di bawah garis kemiskinan. Rata-rata pendapatan yang berada di atas garis kemiskinan membuat rumah tangga peternak sapi masih mampu memenuhi kebutuan sehari-hari mereka. Alasan utamanya yaitu kerena sebagian besar masyarakat yang tinggal di kecamatan Rindi memiliki jenis pekerjaan yang homogen yaitu bertumpu pada sektor peternakan dan ada kecenderungan bahwa pendapatan dari masyarakat yang berada di perdesaan sebagian besar haya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan primer saja, sehingga konsumsinya menjadi rendah (pengeluaran 5 Badan Pusat Stastistik Sumba Timur (2012) 45

22 rendah). Sementara masyarakat yang tinggal di kota memiliki jenis pekerjaan yang heterogen seperti sebagai pegawai negeri sipil, pedagang, pegawai swasta dan sebagainya, sehingga pendapatan mereka cenderung lebih tinggi dari masyarakat yang ada di perdesaan. Artinya bahwa pendapatan dari masyarakat di kota tidak hanya digunakan untuk kebutuhan primer saja, tetapi cenderung kepada pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier (konsumsinya tinggi). Apabila dilihat secara parsial antar desa terdapat kisaran yang cukup besar dalam hal ketimpangan pemilikan ternak. Ketimpangan terjadi di dalam desa (within village) itu sendiri, karena ada rumah tangga peternak yang memiliki sapi di atas 20 ekor, sedangkan rumah tangga peternak lainnya hanya memiliki sapi di bawah 5 ekor. Pada kasus ini, tidak ditemukan ketimpangan pemilikan sapi antar desa (between village). Hal ini tidak terjadi karena secara agregat pemilikan sapi untuk masing-masing desa berada di atas 10 ekor, kecuali desa Kayuri yang memiliki sapi di bawah 10 ekor. Sebagai konsekuensi logis dari pemilikan sapi yang dominan oleh beberapa rumah tangga peternak tertentu maka mengakibatkan variasi pendapatan yang cukup mencolok antar masing-masing rumah tangga peternak, dengan asumsi bahwa semakin banyak jumlah sapi yang dimiliki oleh seorang peternak maka semakin besar pula peluang baginya untuk menjual ternaknya dibandingkan dengan rumah peternak yang memiliki sapi dalam jumlah yang sedikit. Melihat variasi pendapatan rumah tangga antar desa nampak bahwa terdapat kecenderungan di desa yang rata-rata pendapatan dari hasil usaha ternak sapi yang tinggi akan menghasilkan rata-rata pendapatan rumah tangga peternak yang akan lebih tinggi, sedangkan di desa yang rata-rata pendapatan dari hasil usaha ternak sapi yang rendah akan menghasilkan rata-rata pendapatan rumah tangga peternak yang akan lebih rendah. Belum maksimalnya peningkatan produksi ternak, sangat terkait dengan sistem pemeliharaan ternak yang selama ini masih dilakukan secara ekstensif, baik proses produksi maupun pemasarannya, sehingga berdampak pada tidak terjaminnya ketersediaan rumput untuk makanan ternak karena sumberdaya tersebut bersifat open access. Kondisi ini berdampak pada bobot badan dan 46

23 kesehatan ternak yang kurang terjamin, sehingga akhirnya berpengaruh pada nilai jual dan pendapatan yang rendah. Di sisi lain, rantai harga yang panjang (Contoh: peternak sapi-tengkulak-produsen-grosiran-pengecer-konsumen) mengakibatkan para rumah tangga peternak sapi belum memperoleh keuntungan secara utuh 47

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Proyeksi Populasi Sapi dan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Proyeksi Populasi Sapi dan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebagai sebuah sektor yang strategis, produksi peternakan (sapi) harus dioptimalkan sehingga dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Kemampuan produktivitas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek pemilik usaha mikro kain tenun di Kabupaten Sumba Timur. Sumba Timur merupakan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiarto (2004), jenis data yang digunakan dalam penelitian ada dua berupa sumber data primer dan sumber data sekunder, yaitu: 1) Sumber data

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN LAMPIRAN Lampiran 1. Form Kuesioner Wawancara Peternak Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN I. Identitas Responden

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN 7 IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk, IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Pameungpeuk merupakan salah satu daerah yang berada di bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk, secara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR. Edi Basuno Ikin Sadikin Dewa Ketut Sadra Swastika

LAPORAN AKHIR. Edi Basuno Ikin Sadikin Dewa Ketut Sadra Swastika LAPORAN AKHIR SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELALUI INOVASI DI KABUPATEN ENDE, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Edi Basuno Ikin Sadikin Dewa Ketut Sadra Swastika

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kecamatan merupakan bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan

Lebih terperinci

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT Peranan dan kinerja agribisnis dalam pembangunan ekonomi Faktor produksi utama sektor pertanian di NTB adalah lahan pertanian. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Geogafis Nusa Tenggara Timur adalah salah provinsi yang terletak di sebelah timur Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan khatulistiwa

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV.1. Keadaan Geografis Watang Pulu adalah salah satu dari 11 kecamatan di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Kecamatan Wattang Pulu terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN IV.1. Deskripsi Kabupaten Bima IV.1.1. Letak Dan Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Bima terletak di Pulau Sumbawa bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989. V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN) merupakan koperasi yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE BARAT DAYA 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE BARAT DAYA 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1613 Katalog BPS : 1101002.5314010 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang dilaksanakan di desa Kambatatana, Kabupaten Sumba

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN. berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Letaknya antara Lintang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN. berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Letaknya antara Lintang II. KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN Kabupaten Brebes terletak di sepanjang pantai utara Laut Jawa, merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah, memanjang keselatan berbatasan dengan wilayah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE TENGAH 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE TENGAH 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1616 Katalog BPS : 1101002.5314040 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv +

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N P A G E R W O J O 2012

S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N P A G E R W O J O 2012 S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N P A G E R W O J O 2012 Katalog BPS : 1101002.3504180 No. Publikasi : 35040.1241 Ukuran Buku : B5 (17,6 cm x 25 cm) Jumlah Halaman : iv + 15 Halaman Naskah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Sendang Agung merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, terletak pada 104 0 4905 0 104 0 56 0 BT dan 05 0 08 0 15 0 LS,

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1615 Katalog BPS : 1101002.5314030 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv + 8 halaman

Lebih terperinci

pelalawankab.bps.go.id

pelalawankab.bps.go.id ISBN : 979 484 622 8 No. Publikasi : 25 Katalog BPS : 1101002.1404041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12 + iii Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit : Seksi Integrasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI BUSTAMI dan ENDANG SUSILAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi ABSTRAK Ternak kerbau mempunyai nilai sejarah kebudayaan masyarakat Jambi. Pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali merupakan salah satu ternak asli dari Indonesia. Sapi bali adalah bangsa sapi yang dominan dikembangkan di bagian Timur Indonesia dan beberapa provinsi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan peternak serta mampu meningkatkan gizi masyarakat. Pengelolaan usaha

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini akan mengemukakan hasil temuan data pada lokasi yang berfungsi sebagai pendukung analisa permasalahan yang ada. 4.. Gambaran Umum Desa Pulorejo 4... Letak geografis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak diantara 110 50` - 111 15` Bujur Timur dan 6 25` - 7 00` Lintang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N S E N D A N G 2012

S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N S E N D A N G 2012 S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N S E N D A N G 2012 Katalog BPS : 1101002.3504190 No. Publikasi : 35040.1242 Ukuran Buku : B5 (17,6 cm x 25 cm) Jumlah Halaman : iv + 15 Halaman Naskah :

Lebih terperinci

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT Sasongko W Rusdianto, Farida Sukmawati, Dwi Pratomo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Sepaku rata-rata 177,2 mm pada tahun 2010 Kecamatan Sepaku memiliki luas 438,50 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi : 3211.1608 Katalog BPS : 1102001.3211050 Ukuran Buku : 17,6 cm 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1403.8271.012 Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka 2012 PULAU BATANG DUA DALAM ANGKA 2012 Nomor Katalog : 1403.8271.012 Nomor Publikasi : 8271.000 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN ANGKONA

PROFIL KECAMATAN ANGKONA PROFIL KECAMATAN ANGKONA Link Website Kecamatan Angkona 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Angkona terletak 32 km di jazirah timur ibukota Kabupaten LuwuTimur. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Nuha

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci