ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN PEMANGKU KEPENTINGAN TERKAIT PENERAPAN KONSEP JALAN BERKELANJUTAN (GREEN ROAD) DI KOTA KUPANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN PEMANGKU KEPENTINGAN TERKAIT PENERAPAN KONSEP JALAN BERKELANJUTAN (GREEN ROAD) DI KOTA KUPANG"

Transkripsi

1 ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN PEMANGKU KEPENTINGAN TERKAIT PENERAPAN KONSEP JALAN BERKELANJUTAN (GREEN ROAD) DI KOTA KUPANG Karlina J. Faah 1 Anton Soekiman 2 Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi 1, Kepala Program Doktor dan Magister Teknik Sipil 2 1,2 Universitas Katholik Parahyangan, Bandung nca3l@yahoo.com 1, antonsoekiman@yahoo.com 2 Abstract The construction industry is one of the largest a contributor pollution, depeletion resources, waste, global warming and climate change. The road construction every year increased. In the new road construction, the emission inflicted begins production (asphalt material, aggregate, asphalt mixture, asphalt emulsion), the process of transportation of materials, the construction and waste posed by the process of transportation. In minimizing the negative impact on the environment and the welfare of social and economic, the construction industry has adopted the concept of sustainable entire life cycle project. One effort to realize the concept of sustained by the application of sustainable road (green road). This study aims to analyze understanding concerning the sustainable road by the related parties in such the owners, contractors, planners and academics/experts. This study is descriptive quantitative through literature using severity index methods and statistical tests. The result shows the level of understanding between contractors and academics is still low on implementation category of construction activity and the pavement technology category while consultants and owners already understand about the whole category of sustainable road. Different test result shows a significant difference in understanding among contractors, consultants, academics and owners on construction activity category. Keywords: green road, environment, sustainable development, the construction industry Abstrak Sektor industri konstruksi merupakan salah satu kontributor polusi terbesar, penipisan sumber daya, limbah, pemanasan global dan perubahan iklim. Konstruksi Jalan setiap tahun mengalami peningkatan. Dalam proses kontruksi jalan baru, besarnya emisi yang ditimbulkan bersumber dari produksi material (aspal, agregat, aspal mixture, aspal emulsi), proses transportasi material, proses konstruksi, dan waste yang ditimbulkan oleh proses transportasi. Dalam meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi, industri konstruksi telah mengadopsi konsep berkelanjutan dalam seluruh siklus hidup proyek. Salah satu usaha untuk mewujudkan konsep berkelanjutan yaitu dengan penerapan jalan berkelanjutan (green road). Penelitian ini bertujuan menganalisis pemahaman mengenai jalan berkelanjutan oleh pihak-pihak terkait dalam hal ini Owner, Kontraktor, Perencana maupun Akademisi/Pakar. Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui kajian literatur menggunakan metode severity index dan uji statistik. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pemahaman Kontraktor dan Akademisi masih rendah terkait Kategori Aktivitas Pelaksanaan Konstruksi dan Kategori Teknologi Perkerasan sedangkan Konsultan dan Owner sudah paham mengenai keseluruhan Kategori dari Jalan Berkelanjutan. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan pemahaman yang signifikan diantara kontraktor, konsultan, akademisi dan owner pada kategori aktivitas pelaksanaan konstruksi. Kata Kunci: green road, lingkungan, pembangunan berkelanjutan, industri konstruksi JURNAL INFRASTRUKTUR 1-83

2 1. PENDAHULUAN Tuntutan pembangunan berkelanjutan salah satunya mensyaratkan adanya kepedulian terhadap lingkungan dan sektor industri konstruksi merupakan salah satu kontributor polusi terbesar, penipisan sumber daya, limbah, pemanasan global dan perubahan iklim. Secara global sektor konstruksi mengkonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energy, dan 16% air (Widjanarko, 2009 dalam Ervianto 2013). Konstruksi Jalan setiap tahun mengalami peningkatan. Kawakami, A. et al.,(2010) menyatakan bahwa dalam proses kontruksi jalan baru, aktivitas penghasil emisi bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil. Secara berurutan besarnya emisi yang ditimbulkan bersumber dari produksi material (aspal, agregat, aspal mixture, aspal emulsi), proses transportasi material, proses konstruksi, dan waste yang ditimbulkan oleh proses transportasi. Horvath dan Hendrickson melaporkan bahwa membangun typikal jalan perkerasan lentur dua jalur dengan panjang 1 km mengkonsumsi 6 TJ (terajoule) energi. Salah satu usaha dalam mengatasi permasalahan tersebut diatas yaitu dengan penerapan jalan berkelanjutan atau green road di Indonesia. Green Road Construction adalah gerakan keberlanjutan yang mencita-citakan terciptanya konstruksi jalan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah (Mohammad Hasan, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum, 2011 dalam pembukaan International Seminar On The Green Road Construction and International Workshop on The Vetiver Systems). Manfaat jalan hijau setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut: (a) manfaat bagi lingkungan (ekosentris) adalah mengurangi penggunaan material, bahan bakar fosil, air, polusi udara, emisi gas rumah kaca, polusi air, limbah padat, dan mampu memulihkan/membentuk habitat. (b) manfaat bagi manusia (antroposentris) adalah meningkatkan akses, mobilitas, kesehatan dan keselamatan manusia, ekonomi lokal, kesadaran, estetika, dan mereduksi biaya daur hidup (Greenroads, 2012). Agar konsep jalan berkelanjutan ini dapat diterapkan maka kriteria jalan hijau perlu didesiminasikan kepada seluruh pemangku kepentingan diantaranya Owner (Pihak Pemerintah), Konsultan Perencana, Kontraktor, serta pihak Akademisi. Pemahaman pihak-pihak tersebut perlu diketahui sehingga dapat dilihat sejauh mana kesiapan daerah dalam menindaklanjuti pembangunan jalan yang berkelanjutan. Dengan adanya kajian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk menyusun strategi dalam penerapan jalan berkelanjutan di Indonesia. 2. TINJAUAN PUSTAKA Greenroads (2011) sebagai lembaga penilai jalan berkelanjutan menyatakan bahwa Green road adalah proyek jalan yang dirancang dan dilaksanakan ke tingkat keberlanjutan yang lebih tinggi dari proyek jalan biasa. Tingkat keberlanjutan yang dikembangkan oleh Greenroads merupakan berbagai kegiatan dari perencanaan, perancangan jalan, konstruksi, dan pemeliharaan. Kriteria sebagai Green road dibagi menjadi persyaratan utama dan praktek berkelanjutan yang dapat dilakukan secara sukarela. Persyaratan utama Green road adalah pemilihan kegiatan terkait lingkungan dan ekonomi, partisipasi masyarakat, perancangan jangka panjang untuk kinerja lingkungan, perencanaan konstruksi, perencanaan jenis monitoring dan pemeliharaan. Dalam menilai seberapa hijau suatu infrastruktur jalan dibutuhkan instrumen penilai yang sesuai dengan kondisi lokal. Terdapat berbagai sistem pemeringkatan berupa Pedoman (manual) yang telah dipublikasikan di berbagai negara diantaranya Cequeel version 4 (2008), Greenlites (2010), I-Last (2010), Greenroads (2011) dan INVEST 1.0 (2012). Masing-masing sistem pemeringkatan mempunyai kecenderungan yang berbeda satu sama lain dalam menentukan indikator sebagai instrumen penilainya. Di Indonesia sendiri telah dikembangkan sistem penilaian jalan hijau oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan yang disebut dengan Sistem Rating Jalan Hijau yang memuat persyaratan yang wajib dipenuhi dalam suatu proyek jalan yang akan dinilai yaitu: A. Laporan Life Cycle Cost Analysis (LCCA), dokumen laporan pra studi kelayakan; B. Ijin lingkungan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup C. Laporan Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL- UPL). Selain persyaratan tersebut diatas, kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu proyek jalan untuk mendapatkan nilai yang bersifat sukarela terdiri dari 5 (lima) kategori. Masing-masing kategori dibagi ke dalam beberapa Sub Kategori. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Terdapat 37 sub kategori dan 5 Kategori Jalan Berkelanjutan secara keseluruhan, namun yang digunakan dalam penelitian ini hanya 33 sub kategori sedangkan 4 sub kategori lainnya tidak digunakan, diantaranya: A. TM-7, Sub Kategori Penyediaan Fasilitas Pemandangan yang Menarik: dikarenakan sulitnya penilaian dalam mendefinisikan parameter yang menarik. B. TM-8, Sub Kategori Penataan Ornament dan 1-84 JURNAL INFRASTRUKTUR

3 Tabel 1. Kategori, Sub Kategori Sistem Rating Jalan hijau di Indonesia Lansekap Jalan: dikarenakan telah menjadi bagian dalam Sub Kategori Akses dan Fasilitas Pejalan Kaki, Pesepeda, dan angkutan umum. C. TP-4 Sub Kategori campuran dingin dan TP-5 Sub Kategori permukaan perkerasan yang dapat mengurangi kebisingan: dikarenakan Sub Kategori TP-1, TP-2 dan TP-3 sudah cukup menggambarkan Kategori Teknologi Perkerasan. 3. METODE PENELITIAN Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, 2014 Metode dan strategi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, penentuan variabel penelitian, melakukan tahapan pengumpulan data, analisis data, kesimpulan dan saran. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Kategori dan Sub Kategori dari Sistem Rating Jalan Hijau yang dikembangkan oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan. Variabel tersebutlah yang menjadi acuan dalam penyusunan kuesioner dengan pengembangan pernyataan kuesioner berdasarkan indikator/kriteria dari masing-masing sub kategori. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Survei dilakukan melalui pembagian kuesioner kepada responden yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi jalan diantaranya kontraktor, konsultan, Tabel 2. Kategori, Sub Kategori dan Indikator dalam Quisioner JURNAL INFRASTRUKTUR 1-85

4 Akademisi, serta Owner. Penelitian ini menggunakan skala likert 1-5 dalam menentukan tingkat persetujuan. Responden diminta untuk memberikan jawaban tingkat persetujuan dari pernyataan kuesioner yang ada (1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju, 3 = tidak tahu, 4 = setuju; 5 = sangat setuju). Jawaban kuesioner responden kemudian diberikan skor berdasarkan kesesuaian dengan kunci jawaban kuesioner. Dimana Skor jawaban yang benar bernilai 5 dan skor terendah bernilai 1. Setelah semua data dari responden terkumpul maka dilakukan analisis data yang dibagi dalam dua tahapan yaitu: A. Analisis tingkat pemahaman dari masing-masing pemangku kepentingan dilakukan dengan menggunakan metode severity index yang juga didiskusikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Abd. Majid dan McCafer, Dimana: = Severity Index = 1,2,3,4,5 = Jumlah frekuensi responden Severity Index dari keseluruhan indikator dihitung berdasarkan skor setiap responden. Sementara itu, nilai severity index pada Sub Kategori diperoleh dari nilai rata-rata dari setiap indikator pada sub kategori. Nilai Maksimum dari severity index yaitu 1 yang berarti paham dan nilai minimunnya yaitu 0.2 yang berarti Gambar 1. Skala Evaluasi tidak paham. Adapun 4 (empat) skala tingkat pemahaman ditentukan dengan interval 0.2. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 1. B. Melakukan uji beda persepsi diantara masingmasing pemangku kepentingan terkait pemahaman jalan berkelanjutan dengan metode analisis statistik inferisial menggunakan software IBM SPSS statistics 22. Adapun tahapannya: 1. Uji Normalitas menggunakan Saphiro Wilk (jumlah sampel > 50) 2. Jika data terdistribusi tidak normal maka dilakukan uji beda non-parametrik, diantaranya: a. Mann-Whitney U-Test Teknik ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal (Sugiyono, 2012, p. 322). Dikatakan terdapat perbedaan secara signifikan jika signifikansi nilai kritis < 0.05, dan sebaliknya apabila signifikansi nilai kritis > b. Kruskal-Wallis Uji Kruskal-Wallis adalah uji yang digunakan untuk membandingkan tiga atau lebih kelompok data sampel. Ho dalam uji Kruskal Wallis adalah bahwa k sampel berasal dari populasi yang sama (Hidayat dan Istiadah, 2011, p.134). Dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan jika signifikansi nilai kritis <0.05 (Ho ditolak). 3. Jika data terdistribusi normal maka digunakan uji paramaterik, diantaranya: a. Independent t test Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai tengah antara dua kelompok adalah uji t dua sampel (independent sample t-test). Menentukan kriteria pengujian atau keputusan Ho ditolak jika signifikansi t hitung < 0.05, yang berarti terdapat perbedaan secara signifikan. b. Analisis Varian Satu Jalan One Way ANOVA Analisis of variance atau ANOVA merupakan salah satu teknik analisis multivariate yang berfungsi untuk membedakan rerata lebih dari dua kelompok data dengan cara membandingkan variansinya (Ghozali, 2009). One way ANOVA dilakukan untuk menguji perbedaan tiga kelompok atau lebih berdasarkan satu variabel independen. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasrkan hasil survey, jumlah kuesioner yang dikembalikan dan terisi yaitu sebesar 38 (tiga puluh delapan) dari 50 (lima puluh) total kuesioner yang disebarkan. Untuk lebih jelasnya mengenai data demografi responden dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel Analisis Severity Index Skor jawaban dari responden pada setiap indikator dihitung menggunakan rumus severity Index. Selanjutnya nilai pada setiap sub kategori diperoleh dari nilai rata-rata indikator pada Setiap Sub Kategori. Adapun hasil Severity Index untuk setiap Sub Kategori pada Kategori Konservasi Lingkungan, Air, Udara dan Alam untuk masing-masing pemangku kepentingan dapat dilihat pada Tabel JURNAL INFRASTRUKTUR

5 Tabel 3. Data Demografi Responden Tabel 4. Data Kepemilikan Perusahaan Kontraktor beserta Kepemilikan Sertifikat ISO Tabel 5. Nilai Severity Index setiap Pemangku Kepentingan (Kategori Konservasi Lingkungan Air, Udara dan Alam) Sumber: Hasil olahan Berdasarkan hasil analisis, Setiap pemangku kepentingan dalam hal ini Kontraktor, Konsultan, Akademisi dan Owner sudah paham mengenai Konservasi Lingkungan Air, Udara dan Alam. Dari 9 (sembilan) Sub Kategori yang ada, hanya terdapat 2 (dua) kategori yang kurang dipahami oleh pemangku kepentingan, yaitu: A. Sub Kategori KL 2, Upaya Penyediaan System Drainase. Pemahaman kontraktor mengenai upaya system penyediaan drainase untuk jalan berkelanjutan masih kurang, dikarenakan pengetahuan mereka mengenai fungsi drainase yaitu hanya sebatas untuk mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run-off) secepat-cepatnya ke penerima air/badan air terdekat. Sedangkan fungsi drainase yang berwawasan lingkungan dan bersifat berkelanjutan bukan hanya sebatas mengalirkan air permukaan secepatnya namun juga dapat berfungsi dalam menampung air sementara dan atau meresapkan air sebanyakbanyaknya kedalam tanah sehingga air dapat digunakan kembali dan ketersediaan air tanah dapat terjaga contohnya: Bioswales adalah saluran bervegetasi yang dapat mengalirkan air hujan sembari berfungsi sebagai area infiltrasi (Widyaputra, 2014). JURNAL INFRASTRUKTUR 1-87

6 B. Sub Kategori KL 3, Upaya Mitigasi Banjir Lingkungan Berdasarkan hasil analisis, pemahaman pemangku kepentingan terkait upaya mitigasi banjir lingkungan masih kurang. Dalam upaya memitigasi banjir lingkungan pembuatan sumur resapan ataupun lubang biopori lebih efektif dibandingkan kolam drainase sementara, karena dapat meresapkan aliran air permukaan (run off) kedalam tanah dan juga berfungsi sebagai tempat penampungan sementara. Berdasarkan jawaban responden, kolam drainase sementara lebih baik dibandingkan dengan pembuatan sumur resapan dalam upaya mitgasi banjir lingkungan. Nurhikmah, et al (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa sumur resapan dan biopori merupakan metode yang dinilai cukup berhasil mengelola limpasan air permukaan agar tidak langsung dialirkan ke saluran drainase utama. Analisis tingkat pemahaman untuk Kategori Transportasi dan Masyarakat pada Jalan Berkelanjutan menunjukkan setiap pemangku kepentingan sudah paham, ditunjukkan dengan nilai Severity Index pada Tabel 6. Dari 6 (enam) sub kategori yang dimiliki, hanya 1 (satu) sub kategori yang masih kurang dipahami oleh Pemangku Kepentingan dalm hal ini Kontraktor. Adapun Sub Kategori tersebut yaitu TM 2 terkait Akses dan Fasilitas Pesepeda. Kontraktor kurang memahami tentang pentingnya pemberian marka pada jalur pesepeda, dikarenakan di Kota Kupang sendiri belum ada pembuatan khusus jalur pesepeda pada badan jalan. Atensi masyarakat dalam menggunakan sepeda sebagai salah satu alternatif transportasi masih sangat kurang. Bersepeda bagi masyarakat Kota Kupang, merupakan aktivitas berolahraga dan hanya dilakukan pada waktuwaktu tertentu. Dalam upaya mengurangi emisi dan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan maka aktivitas bersepeda maupun pejalan kaki harus lebih ditingkatkan dibandingkan dengan penggunaaan kendaraan bermotor. Konsultan dan Owner memiliki pemahaman rata-rata yang baik terkait Kategori Aktivitas Pelaksanaan Konstruksi sedangkan Kontraktor dan Akademisi memiliki rata-rata pemahaman yang kurang mengenai kategori tersebut. Hasil analisis Severity Index untuk kategori aktivitas Pelaksanaan konstruksi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 6. Nilai Severity Index setiap Pemangku Kepentingan (Kategori Transportasi dan Masyarakat) Tabel 7. Nilai Severity Index setiap Pemangku Kepentingan (Kategori Aktivitas Pelaksanaan Konstruksi) 1-88 JURNAL INFRASTRUKTUR

7 Aktivitas Pelaksanaan Konstuksi memiliki 10 (sepuluh) sub kategori yang mana 4 (empat) sub kategori yang masih kurang dipahami oleh pemangku kepentingan, diantaranya: A. Sub Kategori AK 2, Rencana Daur Ulang dilokasi Pekerjaan, Pemangku kepentingan yang kurang paham mengenai rencana Daur Ulang dilokasi Pekerjaan berdasarkan hasil analisis yaitu Kontraktor, Akademisi, dan Owner. Responden masih kurang memahami terkait material yang dapat digunakan kembali. Dapat dilihat dari jawaban responden yang memiilih material kayu sebagai formwork yang dapat digunakan kembali dibandingkan formwork metal. Di Kota Kupang, formwork kayu lebih banyak digunakan dibandingkan penggunaan formwork metal. Dikarenakan formwork kayu lebih mudah dibentuk dibandingkan formwork metal. Selain itu formwork metal memiliki biaya yang lebih besar karena harus difabrikasi terlebih dahulu. Pemangku kepentingan juga kurang memahami mengenai penggunaan ulang air hasil dewatering. Fungsi dewatering selain untuk menstabilkan tanah dan mengendalikan air atau genangan agar tidak mengganggu pekerjaan struktur dibawah muka air tanah juga memiliki fungsi daur ulang, dimana air hasil dewatering tersebut dapat digunakan kembali untuk kegiatan lapangan. Upaya daur ulang dilokasi pekerjaan dimaksudkan untuk mengurangi sampah dan material yang terbuang. Ada baiknya pekerjaan konstruksi diarahkan untuk menggunakan material-material yang dapat didaur ulang. Contoh: penggunaan formwork metal dibandingkan formwork kayu. B. Sub Kategori AK 3, Pengurangan Emisi dari Bahan Bakar Peralatan Berdasarkan hasil analisis, Kontraktor dan Akademisi kurang memahami upaya pengurangan emisi dari bahan bakar peralatan, terkait penggunaan batubara sebagai bahan bakar AMP (Asphalt Mixing Plant) yang mana bahan bakar batu bara jika digunakan menyisakan limbah abu batu bara yang sangat banyak dan menjadi masalah bagi lingkungan. Di kota Kupang, bahan bakar yang digunakan untuk Unit AMP yaitu solar namun ada juga unit AMP yang sudah dimodifikasi agar dapat menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Ada baiknya upaya mengurangi polusi udara dari abu batu bara dilakukan dengan mendaur ulang abu sisa pembakaran batu bara menjadi filler pada campuran beraspal, beton aspal lapis aus (asphalt concretewearing course/ AC-WC) dalam batas tertentu sehingga mencapai gradasi agregat yang dikehendaki (Syaiful dan Mulyawan, 2013). C. Sub Kategori AK 4, Pengurangan Emisi pada saat Penghamparan Campuran Beraspal Pemahaman pemangku kepentingan terkait pengurangan emisi pada saat penghamparan campuran berasapal masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya pengembangan teknologi perkerasan di Kota Kupang yang dapat mengurangi emisi. Sebagian besar pekerjaan jalan di kota Kupang menggunakan hotmix sebagai lapisan perkerasan. Teknologi pegolahan aspal dengan metode warmmix belum dilakukan di Kota Kupang. Proses pencampuran dengan temperatur rendah menbuat aspal hangat (warmmix asphalt) membutuhkan energi lebih sedikit untuk pemanasan selama proses produksi. Penggunaan bahan bakar tak terbaharui berkurang dan emisi gas rumah kaca akibat hasil pembakaran bahan bakar fosil dapat ditekan ( co.id/2013/08/aspal-campuran-hangat-warmmix-asphalt.html). D. Sub Kategori AK 10, Penggunaan ulang material perkerasan lama (re-use) Dalam hal ini kontraktor dan akademisi memiliki kesamaan pemahaman yang kurang, dimana kontraktor dan akademisi memilih untuk membuang sisa material yang tidak terpakai pada lahan yang tidak terbangun. Berdasarkan pengamatan dilapangan, kontraktor di Kota Kupang kurang memiliki keinginan untuk Tabel 8. Nilai Severity Index setiap Pemangku Kepentingan (Kategori Material dan Sumberdaya) JURNAL INFRASTRUKTUR 1-89

8 menggunakan kembali sisa material yang tidak terpakai. Penyebabnya, yaitu material yang tidak terpakai tersebut tidak dapat digunakan kembali dan atau kontraktor lemah dalam pengadaan dan penataan material sehingga terkadang terdapat sisa material. Untuk meminimalisir hal tersebut, maka perlu adanya manajemen limbah yang baik terkait material oleh kontraktor. Analisis pemahaman pemangku kepentingan untuk kategori Material dan Sumber Daya Alam pada Jalan berkelanjutan berdasarkan nilai Severity Index, rata-rata menunjukkan interpretasi paham. Dari 5 (lima) sub kategori, hanya 1 (satu) sub kategori yang kurang dipahami oleh Akademisi maupun Owner yaitu Sub Kategori MS 4 terkait Keseimbangan Galian-Timbunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8. Akademisi maupun Owner kurang memahami pentingnya keseimbangan galian dan timbunan. Dengan adanya perhitungan yang akurat mengenai keseimbangan galian dan timbunan dapat mengurangi pekerjaan pemindahan tanah dan sekaligus mengurangi pekerjaan stabilitas tanah dasar. Sedangkan Owner masih memiliki pemahaman yang kurang terkait Penggunaan Material Daur Ulang dalam hal ini RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) dan Jarak pengambilan material lokal. Berdasarkan hasil analisis Kategori Teknologi Perkerasan untuk jalan Berkelanjutan menunjukkan rata-rata pemahaman pemangku kepentingan dalam hal ini konsultan dan Owner mempunyai pemahaman yang cukup baik sedangkan Kontraktor dan Akademisi masih kurang paham terkait teknologi perkerasan tersebut. Terdapat 2 (dua) sub kategori yang kurang dipahami, diantaranya: sub kategori TP 2, Perancangan perkerasan berumur panjang dan sub kategori TP 3, permukaan perkerasan porus. Kekurang pahaman ini disebabkan teknologi perkerasan tersebut belum pernah diterapkan di Kota Kupang dan membutuhkan biaya awal yang besar dalam menerapkan inovasi tersebut. Kota kupang sendiri, masih belum bisa menerapkan inovasi permukaan berporos karena karakeristik tanah di Kota Kupang pada beberapa titik kawasan dilalui oleh lempengan kompleks Bobonaru yang mempunyai sifat slacking yaitu mengembang (swelling) apabila kena air dan susut (shrinkage) jika kering. Jika teknologi perkerasan permukaan berporos diterapkan pada daerah yang memiliki lempengan ini maka jalan didaerah tersebut akan rentan untuk retak dan rusak. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil analisa Severity Index Kategori Teknologi Perkerasan dapat dilihat pada Tabel 9. Agar inovasi teknologi perkerasan dapat dilakukan maka dibutuhkan dukungan dana terkait pengadaan peralatan pengolah selain itu perlu diadakannya pelatihan terkait metode kerja teknologi perkerasan bagi pelaku konstruksi dalam meningkatkan pemahaman mereka. Teknologi perkerasan yang dikembangkan juga nantinya harus disesuaikan dengan karakteristik fisik daerah. Dari keseluruhan 33 (tiga puluh tiga) sub kategori terdapat 10 sub kategori atau 30% yang kurang dipahami oleh kontraktor. Gambar 2. Grafik Tingkat Pemahaman Pemangku Kepentingan Terkait Jalan Berkelanjutan Tabel 9. Nilai Severity Index setiap Pemangku Kepentingan (Kategori Teknologi Perkerasan) 1-90 JURNAL INFRASTRUKTUR

9 Berdasarkan Grafik 2 dapat dilihat bahwa Konsultan dan Owner sudah paham mengenai keseluruhan kategori Jalan Berkelanjutan sedangkan Kontraktor dan Akademisi masih kurang paham terkait Kategori Aktivitas Pelaksanaan Konstruksi dan Teknologi Perkerasan. Tingkat pemahaman yang baik antara Konsulltan dan Owner dikarenakan kedua pelaku konstruksi tersebut mempunyai masukan informasi yang lebih banyak dibandingkan kontraktor dan akademisi. Hal ini didukung dengan banyaknya panduan teknis dan pedoman serta kebijakan terkait pembangunan berkelanjutan sebagai panduan owner. Konsultan juga dituntut mempunyai pemahaman yang baik yang dapat mendukung mereka dalam membuat dokumen perencanaan. Uji normalitas dilakukan sebelum dilakukan uji beda yang bertujuan mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal. Uji Normalitas menggunakan uji Saphiro Wilk. Adapun hasilnya terdapat 2 kategori yang terdistribusi normal yaitu Kategori Transportasi dan Masyarakat serta Kategori Aktivitas Pelaksanaan Konstruksi sedangkan 3 kategori lainnya seperti Kategori Konservasi lingkungan, air dan udara, Kategori Material dan Sumberdaya serta Kategori Teknologi Perkerasan tidak terdistribusi normal. Hasil ini mendasari untuk uji beda yang digunakan adalah uji beda parametrik untuk kategori yang terdistribusi normal, sedangkan kategori yang tidak terdistribusi normal harus menggunakan uji beda non-parametrik (Tabel 10) Analisis Statistik Inferensial (Uji Beda 4.3. Uji Beda Non Paramterik-Kruskall Wallis Persepsi) Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Tabel 11. Hasil Uji Kruskall Wallis terhadap 3 (tiga) Kategori yang Terdistribusi Normal JURNAL INFRASTRUKTUR 1-91

10 Dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan jika signifikansi nilai kritis < 0,05 (Ho ditolak). Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemahaman yang signifikan antara setiap pemangku kepetingan terhadap Kategori Konservasi Lingkungan Air, Udara dan Alam, Kategori Material dan Sumberdaya serta Kategori Teknologi Perkerasan (Tabel 11) Uji Beda Parametrik-Analisis Varian Satu Jalan One Way ANOVA One way ANOVA dilakukan untuk menguji perbedaan tiga kelompok atau lebih berdasarkan satu variabel independen. Dalam hal ini hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = Tidak ada perbedaan rata-rata tingkat pemahaman masing-masing pemangku kepentingan terhadap kategori jalan berkelanjutan (Sama) H1 = Ada perbedaan rata-rata tingkat pemahaman masing-masing pemangku kepentingan terhadap kategori jalan berkelanjutan. (Tidak Sama) Untuk menentukan Ho atau H1 yang diterima maka ketentuan yang harus diikuti adalah sebagai berikut: Jika signifikan atau probabilitas > 0.05, maka H0 diterima Jika signifikan atau probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak Berdasarkan hasil uji ANOVA, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata tingkat pemahaman setiap pemangku kepentingan terhadap Kategori dari Jalan Berkelanjutan. Terdapat perbedaan pemahaman yang signifikan diantara pemangku kepentingan terkait sub kategori Aktivitas Pelaksanaan konstruksi. Terdapat 10 sub kategori atau 30% yang kurang dipahami oleh Pemangku kepentingan dan perlu menjadi perhatian untuk didesiminasikan yaitu Upaya penyediaan sistem drainase, Upaya Mitigasi Banjir Lingkungan, Akses dan Fasilitas Pejalan Kaki, Rencana Daur Ulang di Lokasi Pekerjaan, Pengurangan Emisi dari Bahan Bakar Peralatan, Pengurangan Emisi pada saat Penghamparan Campuran Beraspal, Penggunaan ulang material perkerasan lama (reuse), Keseimbangan galian-timbunan, Perancangan perkerasan berumur panjang minimum 40 tahun dan Permukaan Perkerasan Poros Saran Untuk meningkatkan pemahaman perlu dilakukan desiminasi terkait Jalan Berkelanjutan dan juga pengadaan pelatihan terkait konstruksi yang berkelanjutan agar dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan lingkungan serta mampu mengidentifikasi metode praktis terbaik untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Agar Konsep berkelanjutan dapat diterapkan perlu dilakukan pengawasan melekat salah satunya dengan pembentukan panitia khusus untuk menilai konstruksi berkelanjutan.pemberian insentif berupa kredit poin lebih pada saat mengikuti pelelangan bagi setiap pelaku konstruksi yang pernah mengerjakan konstruksi berkelanjutan diperlukan untuk memotivasi pelaku konstruksi dalam pelaksanaan aktivitas konstruksi yang berlandaskan prinsip lingkungan. Tabel 12. Hasil Uji ANOVA Kategori Transportasi Masyarakat dan Kategori Aktivitas Pelaksanaan Konstruksi Kategori Transportasi dan Masyarakat. Sedangkan pada Kategori Pelaksanaan Konstruksi terdapat perbedaan pemahaman yang signifikan diantara pemangku kepentingan (Tabel 12). 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan tingkat pemahaman Kontraktor dan Akademisi masih rendah terkait Kategori Aktivitas Pelaksanaan Konstruksi dan Kategori Teknologi Perkerasan sedangkan Konsultan dan Owner sudah paham mengenai keseluruhan DAFTAR PUSTAKA CEEQUAL, Ltd. (2008). CEEQUAL scheme description and assessment process handbook, Version 4 Web Download Copy. Ervianto. W. I. (2013). Kajian Green Construction Infrastruktur Jalan Dalam Aspek Konservasi Sumberdaya Alam. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 Universitas Sebelas Maret (UNS-Solo). Surakarta Oktober 2013 Federal Highway Administration. (2012). INVEST 1-92 JURNAL INFRASTRUKTUR

11 1.0. Washington DC: FHWA. Greenroads Foundation. (2011). Greenroads Manualv1.5. Washington: Greenroads Foundation. Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: BP UNDIP. Hendrickson, C dan Horvath, A. (2000) : Resource use and environmental emissions of U.S. construction sectors. Journal Construction Engineering Management. 126 (1): Maret, Oktober 2013, Surakarta. Widyaputra k Primanda. (2014). Pengembangan Infrastruktur Hijau Di Berbagai Negara, Menyongsong Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Lingkungan aspal-campuran-hangat-warm-mix asphalt. html Hidayat, T., & Istiadah, N. (2011). Panduan lengkap menguasai SPSS 19 untuk mengolah data statistik penelitian. Jakarta: Mediakita. IDOT & IJSG (2010) I-Last - Illinois Livable and Sustainable Transportation Rating System and Guide [WWW document]. URL LASTGuidebook.pdf Kawakami, A., Nitta, H., Kanou, T., Kubo, K., (2010),Study on CO2 emisiion of pavement recycling methods. Nurhikmah, Nursetiawan, Akmalah Emma (2016). Pemilihan Metode Sistem Drainase Berkelanjutan Dalam Rangka Mitigasi Bencana Banjir Di Kota Bandung. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. Vol (3). September 2016 NYSDOT. (2010). GreenLITES Project Design Certification Program Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (2014) Rancangan Pedoman Jalan Hijau. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum. Republik Indonesia. (2011). Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 05 /PRT/M/2015 tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan pada Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman. Berita Negara RI Tahun 2015, No Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Syaiful dan Mulyawan, S. (2013), Studi Penambahan Debu batubara Sebagai Filler Pada Campuran Beraspal, Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 Universitas Sebelas JURNAL INFRASTRUKTUR 1-93

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbiaya rendah (http://www.pu.go.id/).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbiaya rendah (http://www.pu.go.id/). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Greenroads Green road construction atau konstruksi jalan hijau adalah sebuah gerakan berkelanjutan yang mencita-citakan terciptanya konstruksi jalan sejak tahap perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khusus Ibukota Jakarta dalam rentang tahun , dan tidak termasuk. Tabel 1.1 Pertumbuhan Panjang Jalan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Khusus Ibukota Jakarta dalam rentang tahun , dan tidak termasuk. Tabel 1.1 Pertumbuhan Panjang Jalan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran infrastruktur sangat penting dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, dan kesehatan. Selain itu, infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan kegiatan ekonomi/bisnis dan atau kegiatan sosial suatu masyarakat. Jalan merupakan infrastruktur

Lebih terperinci

KAJIAN GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN DALAM ASPEK KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM (197K)

KAJIAN GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN DALAM ASPEK KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM (197K) KAJIAN GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN DALAM ASPEK KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM (197K) Wulfram I. Ervianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMERINGKATAN FASILITAS JALAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (KASUS STUDI TAHAP OPERASIONAL JALAN PERKOTAAN)

KAJIAN SISTEM PEMERINGKATAN FASILITAS JALAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (KASUS STUDI TAHAP OPERASIONAL JALAN PERKOTAAN) KAJIAN SISTEM PEMERINGKATAN FASILITAS JALAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI INDONESIA (KASUS STUDI TAHAP OPERASIONAL JALAN PERKOTAAN) Dwi Meldasari Program Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Holtekamp dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan analisis didapat bahwa konsep greenroads pada proyek

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Holtekamp dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan analisis didapat bahwa konsep greenroads pada proyek BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan untuk mengidentifikasi implementasi konsep greenroads pada pembangunan jalan di ruas Hamadi- Holtekamp dapat

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN BERDASARKAN SISTEM RATING GREENROAD DAN INVEST (013K)

KAJIAN FAKTOR GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN BERDASARKAN SISTEM RATING GREENROAD DAN INVEST (013K) KAJIAN FAKTOR GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN BERDASARKAN SISTEM RATING GREENROAD DAN INVEST (013K) Wulfram I. Ervianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari

Lebih terperinci

STUDI IMPLEMENTASI GREENROADS PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN DI RUAS HAMADI-HOLTEKAMP DI JAYAPURA

STUDI IMPLEMENTASI GREENROADS PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN DI RUAS HAMADI-HOLTEKAMP DI JAYAPURA TESIS STUDI IMPLEMENTASI GREENROADS PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN DI RUAS HAMADI-HOLTEKAMP DI JAYAPURA FRENIKO PARULIAN HUTABALIAN No. Mhs.: 155102357/PS/MTS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL PROGRAM

Lebih terperinci

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION Wulfram I. Ervianto 1 1 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat yang diiringi dengan peningkatan mobilitas penduduk. Salah satu prasarana transportasi adalah jalan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode yang Digunakan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan studi literatur pada bab sebelumnya, ada 2 (dua) variabel penelitian yang akan menjadi bagian

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA Alfonsus Dwiputra W. 1, Yulius Candi 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK: Proses pembangunan perumahan sebagai

Lebih terperinci

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K)

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K) KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K) Dewi Rintawati 1, Bambang E. Yuwono 2 dan Mohammad Iqram 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian untuk menyusun konsep green road bagi jalan menuju Bandar Udara Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi ini dengan beberapa tahapan ilmiah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh: IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA Oleh: Wulfram I. Ervianto 1, Biemo W. Soemardi 2, Muhamad Abduh dan Suryamanto 4 1 Kandidat Doktor Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Green roads Definisi green roads adalah kegiatan penyelenggaraan jalan yang menerapkan prinsip lingkungan dimulai dari tahap pembiayaan, perencanaan, desain, konstruksi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Konsep ini sudah tidak asing

Lebih terperinci

ENVIRONMENT POLLUTION PREVENTIONEnvironm

ENVIRONMENT POLLUTION PREVENTIONEnvironm ENVIRONMENT POLLUTION PREVENTIONEnvironm Environment Pollution Prevention merupakan program pengelolaan lingkungan dengan mengupayakan pencegahan pencemaran terhadap lingkungan dari setiap aktivitas, produk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang sangat penting. Di Indonesia sendiri, transportasi merupakan sarana penunjang berbagai aspek

Lebih terperinci

STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA

STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA Austin Vincentius Mastan 1, Hans Pratama Haliman 2, Paul Nugraha 3 ABSTRAK: Perlu ditemukan suatu cara yang dapat secara signifikan mengurangi dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya adalah salah satu infrastruktur yang sangat penting dalam perkembangan suatu negara karena dengan jalan yang baik proses perekonomian suatu negara akan berjalan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut : 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner kepada responden kontraktor dan manajemen konstruksi Hotel Tentrem, Hotel Citra, Hotel Fave, Hotel Swiss Bel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di sektor transportasi, peningkatan mobilisasi dengan kendaraan pribadi menimbulkan peningkatan penggunaan kendaraan yang tidak terkendali sedangkan penambahan ruas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan

Lebih terperinci

TANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU

TANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU TANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU Jimantoro 1, Billie Jaya 2, Herry P. Chandra 3 ABSTRAK : Pemanasan global dan perubahan iklim

Lebih terperinci

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Sebuah Strategi Menuju Efisiensi Sumber Daya dan Keberlanjutan 2020 A Big Step towards

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini, aktivitas operasional perusahaan memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan dan sosial, Hal ini menyebabkan berbagai pihak

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS M. Zainul Arifin Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jln. Mayjen Haryono

Lebih terperinci

MODEL SISTEM PERINGKAT UNTUK PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN

MODEL SISTEM PERINGKAT UNTUK PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN MODEL SISTEM PERINGKAT UNTUK PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN Stefanus Catur Adi Prasetyo Departemen Sipil Universitas Diponegoro Jln. Prof. H. Soedarto, SH. Semarang stefanuscatur17@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada bidang transportasi adalah pembangunan sarana dan prasarana berupa jalan yang sangat penting bagi suatu daerah atau wilayah sehingga dapat saling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR MATERIAL RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) DENGAN PROSES PENCAMPURAN HANGAT ( WARMMIX ) Tugas Akhir

KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR MATERIAL RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) DENGAN PROSES PENCAMPURAN HANGAT ( WARMMIX ) Tugas Akhir KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR MATERIAL RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) DENGAN PROSES PENCAMPURAN HANGAT ( WARMMIX ) Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S-1 Teknik Sipil

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL Allan Subrata Ottong 1, Felix Yuwono 2, Ratna S. Alifen 3, Paulus Nugraha 4 ABSTRAK : Pembangunan rumah tinggal di Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

MODEL RATING SYSTEM UNTUK PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN RAYA

MODEL RATING SYSTEM UNTUK PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN RAYA MODEL RATING SYSTEM UNTUK PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN RAYA Stefanus Catur Adi P. 1, Jati Utomo Dwi Hatmoko 2, Bagus Hario Setiadji 3 1 Departemen Sipil, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah. Kerusakan jalan di Indonesia umumnya disebabkan oleh pembebanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap

Lebih terperinci

TERM acenationalevent.ft.unand.ac.id

TERM  acenationalevent.ft.unand.ac.id GREEN ROAD @ace.event @ACEEvent_ acenationalevent.ft.unand.ac.id PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan terhadap infrastruktur semakin banyak dilakukan pada saat ini. Hal ini terjadi karena kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting pada pengembangan kehidupan dalam memajukan kesejahteraan masyarakat. Jalan dikembangkan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi memberikan tantangan tersendiri bagi pelayanan fasilitas umum yang dapat mendukung mobilitas penduduk. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perhatian terhadap masalah lingkungan mulai meningkat beberapa tahun belakangan ini. Kesadaran akan lingkungan telah mendorong usaha daur ulang untuk keperluan tertentu,

Lebih terperinci

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri. BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK III.1 TINJAUAN TEMA III.1.1 Latar Belakang Tema Sebuah Club house pada dasarnya berfungsi sebagai tempat berolah raga dan rekreasi bagi penghuni perumahan serta masyarakat

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) BATU BARA DAN PERBANDINGAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) BBM

PERBANDINGAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) BATU BARA DAN PERBANDINGAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) BBM PERBANDINGAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) BATU BARA DAN PERBANDINGAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) BBM Harni Yusnita Fakultas Teknik Universitas Abdurrab, Pekanbaru, Indonesia harni_yusnita@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA Agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan Indikator

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Proyek Konstruksi Proyek konstruksi menurut Gauld (1985) dalam Ervianto (2005) adalah setiap usah atau kegiatan yang bertujuan untuk mendirikan suatu bangunan yang dalam

Lebih terperinci

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR Wiliem Koe 1, Regina Cynthia Rose 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK : Kegiatan konstruksi berdampak negatif terhadap lingkungan dengan

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi TEMU ILMIAH IPLBI 06 Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi Tri Amartha Wiranata Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung Abstrak Saat ini, isu penggunaan energi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. Kesimpulan Berdasarkan paparan tersebut diatas dapat diperoleh beberapa pengetahuan sebagai berikut:. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green construction

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan atau perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

Tesis Magister. Oleh : Gama Putranto NIM : Pembimbing : DR. Ir. Krishna S. Pribadi

Tesis Magister. Oleh : Gama Putranto NIM : Pembimbing : DR. Ir. Krishna S. Pribadi IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LIMBAH KONSTRUKSI DALAM PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA SEBAGAI DASAR BAGI PENGEMBANGAN MODEL PROSEDUR PENGELOLAAN LIMBAH KONSTRUKSI Tesis Magister Oleh : Gama Putranto NIM : 25000018

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER BANGUNAN HIJAU GBCI TERHADAP FASE PROYEK

PENGARUH PARAMETER BANGUNAN HIJAU GBCI TERHADAP FASE PROYEK PENGARUH PARAMETER BANGUNAN HIJAU GBCI TERHADAP FASE PROYEK Edwin S Wiyono 1, Enry L Dusia 2, Ratna S Alifen 3, Jani Rahardjo 4 ABSTRAK: Konsep bangunan hijau akhir-akhir ini telah banyak dikembangkan

Lebih terperinci

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI Febrian Pratama Poetra Setiawan 1, Grace Erny Gazali 2, Paulus Nugraha 3, Sandra Loekita

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT ALAM TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN WARM MIXED ASPHALT

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT ALAM TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN WARM MIXED ASPHALT PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT ALAM TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN WARM MIXED ASPHALT Puri Nurani Dosen Jurusam Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang Jl Soekarno-Hatta No 9 (65141) Telp: (0431) - 404424-404425

Lebih terperinci

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini volume dan beban kendaraan cenderung terus meningkat sehingga diperlukan suatu inovasi dalam bidang pemeliharaan jalan guna mempertahankan kinerja jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk sehingga muncul banyak kendaraan-kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini semakin banyak pembangunan yang terus-menerus dilakukan. Kebutuhan yang selalu meningkat membuat banyak orang yang ingin terus melakukan pembangunan

Lebih terperinci

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan 1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan Lingkungan d. Analisis Masalah Dampak Lingkungan e. Analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat. Dengan melihat peningkatan mobilitas penduduk yang sangat tinggi

Lebih terperinci

(Mengacu pada Peraturan Menteri PUPR No. 5/PRT/M/2015 tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan)

(Mengacu pada Peraturan Menteri PUPR No. 5/PRT/M/2015 tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan) BADAN PENGEMBANGAN NFRASTRUKTUR WLAYAH KEMENTERAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT (Mengacu pada Peraturan Menteri PUPR No. 5/PRT/M/2015 tentang Pedoman Umum mplementasi Konstruksi Berkelanjutan) Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Lingkaran cincin api (ring of fire) Pasifik atau sabuk gempa Pasific (sircum Pasific seismic belt) yang mencakup wilayah panjang mencapai 0.000 km merupakan daerah dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daya Dukung Daya dukung merupakan salah satu konsep yang serbaguna dan populer didalam konteks politik lingkungan saat ini. Seperti halnya dengan konsep keberlanjutan, daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan di era modern ini semakin banyak dilakukan guna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan di era modern ini semakin banyak dilakukan guna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di era modern ini semakin banyak dilakukan guna memenuhi kebutuhan manusia dalam menjalankan aktifitasnya. Pembangunan yang dilakukan diantaranya adalah

Lebih terperinci

TESIS STUDI MENGENAI VOLUME LIMBAH DAN MANFAAT MANAJEMEN LIMBAH BERDASARKAN PERSEPSI KONTRAKTOR DI YOGYAKARTA

TESIS STUDI MENGENAI VOLUME LIMBAH DAN MANFAAT MANAJEMEN LIMBAH BERDASARKAN PERSEPSI KONTRAKTOR DI YOGYAKARTA TESIS STUDI MENGENAI VOLUME LIMBAH DAN MANFAAT MANAJEMEN LIMBAH BERDASARKAN PERSEPSI KONTRAKTOR DI YOGYAKARTA Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NIM: 13510 2121 PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun

Lebih terperinci

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi tantangan terbesar bagi kemanusiaan, ilmu pengetahuan, dan politik di abad ke-21. Kegiatan manusia menambah konsentrasi gas rumah kaca

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) 101 KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI RISIKO DALAM ASPEK PRASARANA LINGKUNGAN PERUMAHAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA BIAYA DEVELOPER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang sangat dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan lainnya, terutama bidang perekonomian.

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Lingkungan adalah semua yang berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan adalah lapis perkerasan yang berada diantara lapis tanah dasar dan roda kendaraan. Fungsi dari perkerasan jalan ini yaitu sebagai pelayanan untuk transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal beton (Laston) sebagai bahan untuk konstruksi jalan sudah lama dikenal dan digunakan secara luas dalam pembuatan jalan. Penggunaannya pun di Indonesia dari tahun

Lebih terperinci

ANALISIS KONSEP GREEN ROADS

ANALISIS KONSEP GREEN ROADS TESIS ANALISIS KONSEP GREEN ROADS YANG BERKELANJUTAN TERHADAP PEMAHAMAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PENERAPAN MANAJEMEN LIMBAH PADA PROYEK INFRASTRUKTUR JALAN RANDY KRISTOVANDY TANESIA No.Mhs.: 145102160/PS/MTS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan sesama. Berdasarkan kebutuhan manusia akan pentingnya berkomunikasi maka jalan merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN TERHADAP KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR CAMPURAN RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT )

PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN TERHADAP KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR CAMPURAN RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT ) PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN TERHADAP KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR CAMPURAN RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT ) Tugas Akhir Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S 1 Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan, yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP GREEN MANUFACTURING PADA BOTOL MINUMAN KEMASAN PLASTIK

PENERAPAN KONSEP GREEN MANUFACTURING PADA BOTOL MINUMAN KEMASAN PLASTIK PENERAPAN KONSEP GREEN MANUFACTURING PADA BOTOL MINUMAN KEMASAN PLASTIK Wisma Soedarmadji 1*, Surachman 2, Eko Siswanto 3 1,2,3 Universitas Brawijaya, Fakultas Teknik Mesin, Malang 65145, Indonesia ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) TA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pekerjaan Umum terus berusaha menyukseskan P2KH (Program Pengembangan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan lingkungan dan pemanasan global sudah menjadi isu yang begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia. Perkembangan proyek konstruksi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SISTEM PERINGKAT DALAM UPAYA PENERAPAN PEMBANGUNAN JALAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PERBANDINGAN SISTEM PERINGKAT DALAM UPAYA PENERAPAN PEMBANGUNAN JALAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA PERBANDINGAN SISTEM PERINGKAT DALAM UPAYA PENERAPAN PEMBANGUNAN JALAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Greece Maria Lawalata Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Jln. A.H. Nasution 264, Bandung greece.maria@pusjatan.pu.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan suatu lapis perkerasan yang berada diantara permukaan tanah dengan roda kendaraan yang berfungsi memberikan rasa aman, nyaman dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 131 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian Perkembangan Kualitas Permukiman ini dilakukan di Kampung Bratan, Kota Surakarta. Kampung Bratan terdiri dari dua RW, yaitu RW 01 dan RW 02.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai berbagai macam moda transportasi, antara lain: moda transportasi darat, moda transportasi laut, dan moda transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prasarana jalan dan jembatan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat berperan penting dalam berkembangnya suatu negara. Tidak hanya digunakan sebagai prasarana transportasi darat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Literatur Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti di Indonesia antara lain: 1. Atmaja (2011), dalam skripsinya

Lebih terperinci

Green Building Concepts

Green Building Concepts Precast Concrete Contribute to Sustainability Concept of Reduce, Reuse, Recycle Ir. Tedja Tjahjana MT Certification Director Green Building Council Indonesia Green Building Concepts Konsep bangunan hijau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (O Riodran, 1994) yang menurut Ekins (1999) dalam Green Fiscal. masalah lingkungan oleh perubahan iklim (Baronchelli et all, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (O Riodran, 1994) yang menurut Ekins (1999) dalam Green Fiscal. masalah lingkungan oleh perubahan iklim (Baronchelli et all, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara yang berasal dari orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa dan tidak mendapatkan imbalan langsung yang digunakan untuk pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak yaitu 3.452.390 jiwa pada sensus tahun 2010, belum lagi saat ini Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

Lebih terperinci

STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Wahida Handayani 1, Yohanes Lim Dwi

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI HAMBATAN DAN KESULITAN PENERAPAN KONSEP GREEN INFRASTRUCTURE

STUDI MENGENAI HAMBATAN DAN KESULITAN PENERAPAN KONSEP GREEN INFRASTRUCTURE STUDI MENGENAI HAMBATAN DAN KESULITAN PENERAPAN KONSEP GREEN INFRASTRUCTURE Putri Monica Sari 1) 1) Program Studi Magister Teknik Sipil, No Induk : 135 102 088, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari

Lebih terperinci

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Perencanaan manajemen lingkungan hidup Industri Roti Mr. Bread PT. Indomarco Prismatama sudah tersusun. Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

Lebih terperinci

KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA

KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA Intan Mayasari 1) dan Christiono Utomo 2) 1) Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan digunakan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat. Jalan dapat digunakan untuk masyarakat umum dan

Lebih terperinci