Ari Fiani Eritrina Windyarini Yuliah. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

Transkripsi

1 Ari Fiani Eritrina Windyarini Yuliah Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan PENDAHULUAN - Keberhasilan pembangunan hutan memerlukan perencanaan yang baik untuk melindungi tegakan dari kerusakan - Pentingnya pemantauan kesehatan hutan - Metode Pemantauan Kesehatan Hutan : salah satu metode penilaian kesehatan tegakan dengan mengelompokkan jenis dan tingkat kerusakan per individu tanaman. - Indikator kerusakan perlu diketahui sebab hal ini merupakan peringatan dini untuk menyiapkan informasi yang berlanjut, produktivitas, dan ketahanan suatu tegakan hutan. - Informasi tentang kerusakan hutan tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui perkembangan kondisi hutan serta menilai penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari kondisi yang diharapkan. 1

2 Cendana : - salah satu jenis hasil hutan non kayu yang sangat bernilai komersial. - distribusi populasinya berkurang sangat cepat - menghadapi resiko kepunahan yang sangat tinggi - Plot konservasi ex-situ cendana di Watusipat Gunung Kidul merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan sumber daya genetik cendana dari ancaman kepunahan - Tegakan cendana dalam plot tersebut memiliki nilai penting dan strategis yang harus terjaga pertumbuhannya sehingga tujuan pengelolaannya dapat dicapai. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui status kesehatan cendana pada plot konservasi ex-situ cendana di Watusipat Gunung Kidul sebagai masukan informasi bagi pengelola untuk menentukan tindakan silvikultur yang diperlukan. 2

3 METODE A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September- Oktober 2011 Lokasi Penelitian : Plot konservasi ex-situ cendana di Watusipat Gunung Kidul, tahun tanam 2002 B. Bahan dan Alat Tegakan cendana tersebut berasal dari 14 provenan, yang terdiri dari 13 provenan asal Nusa Tenggara Timur dan 1 provenan asal Gunung Kidul No. Nomor Asal Sumber Benih Provenan 1. P1 Omtel, Teluk Mutiara, Alor 2. P2 Aen Ut, Mollo Selatan, Timor Tengah Selatan, Timor 3. P3 Hambala, Kopeta, Waingapu, Sumba Timur, Sumba 4. P4 Katikutana, Sumba Barat, Sumba 5. P5 Waisika, Alor Timur Laut, Alor 6. P6 Pailelang, Alor Barat Daya, Alor 7. P7 Kuma, Mollo Selatan, Timor Tengah Selatan, Timor 8. P8 Pollen, Mollo Selatan, Timor Tengah Selatan, Timor 9. P10 Karang Mojo, Gunung Kidul, Yogyakarta 10. P13 Oenlasi, Amanatun Selatan, Timor Tengah Selatan, Timor 11. P14 Haumeni, Amanatun Selatan, Timor Tengah Selatan,Timor 12. P16 Snok, Amanatun Utara, Timor Tengah Selatan, Timor 13. P17 Noemuti, Miomafo Timur, Timor Tengah Utara, Timor 14. P18 Bu at, Mollo Selatan, Timor Tengah Selatan, Timor 3

4 C. Metode penelitian 1. Pengamatan dan penilaian kerusakan (pengukuran) dengan menggunakan Intensitas Sampling 100% 2. Menggunakan pedoman penilaian kesehatan hutan (Forest Health Monitoring/FHM) yang dikembangkan oleh USDA Forest Service (Alexander dan Barnard, 1995). 3. Pengamatan dan pengumpulan data kerusakan pohon : a. lokasi (L), b. tipe kerusakan (T) c. kelas keparahan (K) Pengolahan data a. Nilai Indeks Kerusakan (NIK) NIK dihitung dengan rumus : NIK = x.y.z NIK = Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon X = Nilai bobot pada tipe kerusakan Y = nilai bobot pada lokasi kerusakan Z = nilai bobot pada keparahan kerusakan b. persentase kerusakan jenis tertentu dalam plot, dengan rumus : Jumlah tanaman yang mengalami jenis kerusakan tertentu X 100% Jumlah seluruh tanaman dalam plot c. Identifikasi awal penyebab kerusakan (berdasarkan pengamatan terhadap tanda dan gejala). 4

5 HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Persentase Kerusakan B. Jenis Kerusakan 1. Kering tajuk - persentase kerusakan mencapai 95,72%. - tidak mengakibatkan kematian tanaman tingkat, - kelayuannya belum sampai pada titik layu permanen - Tanaman yang layu ataupun menggugurkan daunnya akan sergera bertunas kembali begitu mendapat siraman hujan 5

6 2. Embun jelaga - Kerusakan mencapai 58,82%. (musim kemarau, dan bisa lebih tinggi pada musim penghujan) - jenis jamur penyebab embun jelaga belum teridentifikasi. - tingginya intensitas serangan dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan tempat tumbuh cendana. 3. Semut - Intensitas serangan sekitar 2,14%. - Kerusakan yang ditimbulkan adalah daun yang menggulung - adanya bintil-bintil pada ranting karena sekresi semut yang menempel dan mengeras - perlu diwaspadai karena akan memicu serangan hama/penyakit lain 6

7 4. Organisme menyerupai lumut kerak - Intensitasnya mencapai 41% - belum teridentifikasi secara pasti - dari ciri morfologisnya sangat menyerupai lumut kerak (lichenes) - tidak mematikan, namun pada serangan berat dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman cendana. 5. Liana - Cendana pada plot konservasi ex-situ di Watusipat Gunung Kidul yang terinfestasi oleh liana sebesar 2,14%. - keberadaan liana harus diwaspadai karena akan berdampak pada pertumbuhan cendana dalam jangka panjang 7

8 6. Ulat daun - Akibat serangan helaian daun akan berlubang dan makin lama habis. - Pada tanaman tua di lapangan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan - Serangan pada tanaman muda dapat menyebabkan kematian bibit, C. Nilai Indeks Kerusakan - NIK rata-rata dalam plot 2,49 - memiliki kelas kerusakan yang relatif kecil. - termasuk kelas sehat ringan - Informasi kerusakan ini menjadi peringatan dini (early warning) 8

9 KESIMPULAN 1. Jenis kerusakan yang terjadi pada cendana dalam plot konservasi ex-situ di Watusipat Gunung Kidul adalah kekeringan (95,72%), embun jelaga (58,82%), organisme menyerupai lumut kerak (41%), liana (2,14%) dan semut (2,14%). 2. Nilai Indeks Kerusakan (NIK) rata-rata dalam plot sebesar 2,49 yang termasuk dalam kelas sehat ringan. NIK terendah sebesar 1,89 berasal dari provenan Katikutana Sumba Barat, dan tertinggi sebesar 3,08 dari provenan Snok Amanatun Utara. TERIMA KASIH 9