KESIAPAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN HEWAN

Transkripsi

1 KESIAPAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DALAM MENGHADAPI PENYAKIT ZOONOSA YANG BERPOTENSI EID (EMERGING INFECTIOUS DISEASES) Drh. Pudjiatmoko, Ph.D SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN

2 OUTLINE Pendahuluan EID Dan PHMS Situasi PHMS Prioritas Strategi dan implementasi pengendalian zoonosis Pembebasan PHMS Prioritas Piranti Pembebasan dan Mempertahankan Bebas PHMS Penutup

3 Pendahuluan Sistem Kesehatan Hewan Nasional (Siskeswanas), merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (yang dalam Pasal 68 ayat (2) menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan otoritas veteriner, Pemerintah menetapkan Siskeswanas). OTORITAS VETERINER SISKESWANAS PENYELENGGARAAN KESEHATAN HEWAN

4 Tujuan dan maksud Siskeswanas Otoritas veteriner meliputi: 1. otoritas veteriner nasional, 2. otoritas veteriner kementerian, 3. otoritas veteriner provinsi, 4. otoritas veteriner kabupaten/kota, kementerian, lembaga pemerintah non kementerian, dan masyarakat yang terkait dengan penyelenggaraan kesehatan hewan. Maksud Menjadi pedoman bagi otoritas veteriner sebagai penyelenggara kesehatan hewan. Tujuan Mewujudkan kesejahteraan manusia melalui pencegahan dan pengendalian penyakit hewan, zoonosis, new emerging diseases yang berkontribusi terhadap kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Pasal 68 ayat (5)

5 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Pengamatan dan Pengidentifikasian Penyakit Hewan Surveilans Penyidikan Pemeriksaan dan Pengujian Peringatan dini Pelaporan Pencegahan Penyakit Hewan Pencegahan masuk ke dan keluar dari Wilayah RI Pencegahan menyebarnya dari suatu pulau ke pulau lain Pencegahan menyebarnya dari wilayah ke wilayah lain Pencegahan muncul, berjangkit dan penyebarannya di satu wilayah Pengamanan Penyakit hewan Penetapan penyakit hewan strategis Penetapan kawasan Pengamanan PHMS Penerapan prosedur Biosafety dan Biosecurity Pemberantasan Penyakit Hewan Penutupan wilayah Pembatasan Lalulintas Hewan Rentan Pengebalan Hewan Pengisolasian Hewan Sakit atau terduga sakit Penanganan Hewan Sakit Pemusnahan Hewan Sakit Pengeradikasian Penyakit Hewan Pendepopulasian Hewan

6 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Pencegahan Penyakit Hewan Pencegahan masuk ke dan keluar dari Wilayah RI Pencegahan menyebarnya dari suatu pulau ke pulau lain Pengobatan hewan Pencatatan dan Pendokumentasian pengobatan Obat Keras dengan resep Dokter Hewan Persyaratan Teknis Kesehatan Hewan Untuk Pemasukan Hewan Untuk Pengeluaran Hewan Untuk lalu lintas di wilayah NKRI Sistem Informasi Hewan Sistem informasi P3H Status Situasi Penyakit Hewan Dapat diakses oleh setiap orang

7 EID yang teridentifikasi sejak Tahun 1976 (sumber: WHO 2013)

8 25 Penyakit Hewan Menular Strategis No. 4026/Kpts/OT.140/04/2013 :1 April 2013 ZOONOSIS 1. Avian Influenza 2. Rabies 3. Anthrax 4.Salmonellosis 5.Leptospirosis 6.Bovine TB 7.Toxoplasmosis 8.Brucellosis (B. abortus) 9.Para TB 10.Swine Influenza 11.Nipah 12.Brucellosis (B. suis) 15.Q Fever 16. BSE* 13.Campylobacteriosis 14.Cysticercosis 17.RVF* NON ZOONOSIS 1.PRRS 2.SE 3.Helminthiasis 4.IBR 5.JD 6.Surra 7.CSF 8.PMK* * PHMS Ekstotis

9 LIMA PHMS TARGET PRIORITAS BEBAS Rabies 2020 Brucellosis 2025 Avian Influenza 2020 Anthrax

10 SITUASI PENGENDALIAN RABIES PROGRAM PEMBERANTASAN Pencanangan vaksinasi massal Program pemberantasan

11 Situasi Prevalensi Brucellosis SUMUT: DETECT DISEASE 2014 PULAU MADURA_: DETECT DISEASE 2014 PULAU SUMBA_NTT: DETECT DISEASE 2014

12 Situasi Avian influenza (H5N1) desa

13 Situasi Anthrax :10 tahun terakhir 31 Kabupaten di 9 provinsi Jawa Barat DKI Jakarta Jawa Tengah DI Yogyakarta NTT NTB Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Provinsi yang tertular dalam 10 tahun terakhir

14 Strategi Pengendalian Zoonosis Pencegahan penularan pada manusia; Memperkuat koordinasi lintas sektoral; Rencana terpadu dan percepatan pengendalian; Memperkuat perlindungan terhadap area bebas zoonosis; Perlindungan masyarakat terhadap zoonosis; Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia, logistik dll; Memperkuat penelitian dan pengembangan; Pemberdayaan masyarakat.

15 Implementasi Pengendalian Zoonosis

16 Koordinasi Lintas Sektoral Dan Perencanaan Terpadu Lokakarya one health Anthrax-tindak lanjut kasus anthrax Takalar 2013

17 Pemberdayaan Masyarakat Dan Perlindungan Masyarakat Sosialisasi one health Anthrax di Mesjid tindak lanjut kasus Anthrax Takalar 2013

18 Komunikasi Informasi Edukasi Komik untuk anak sekolah dasar

19 Komunikasi Informasi Edukasi, Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat Peringatan WRD (2009, 2010, 2011 di Bali; 2012 Sikka, NTT; dan 2013 di Sumatera Barat)

20 Peningkatan Kapasitas SDM JOIN TRAINING_BALI REFRESHER TRAINING_BALI NIAS NTT

21 ESENSI KINERJA PEMBEBASAN PHMS KESIAGAAN DARURAT VETERINER STATUS BEBAS PHMS ROADMAP PHMS PENGAMATAN DAN PENGIDENTIFIKASIAN PEMBERANTASAN PENGAWASAN KEWASPADAAN DINI SUMBERDAYA KESWAN : SDM-KELEMBAGAAN-SARANA-LOGISTIK

22 MENTAWAI BANTEN SULSEL SIMEULEU JABAR MALUT SABANG BALI WEH 2017 SITARO 2020 KALTIM NIAS ACEH SUMBAR SUMUT RIAU SUMSEL JAMBI SULUT TARGET BEBAS RABIES PROVINSI/PULAU MOROTAI LAMPUNG NTT KALSEL KALTENG SULTRA SULTENG

23 MADURA JATENG JABAR SULTRA SUMUT SULSEL DKI SULTENG BANTEN DIY SULUT MALUT 2025 NTT JATIM ACEH P.WEH P.SIMEULEU TARGET BEBAS BRUCELLOSIS PROVINSI/PULAU

24 Pengelompokan Provinsi Berdasarkan Wilayah Tingkat Risiko AI (2012) WILAYAH RISIKO TINGGI (13PROV) WILAYAH RISIKO SEDANG (16 PROV) WILAYAH RISIKO RENDAH (5 PROV) JATIM, JATENG, JABAR, BANTEN, DI YOGYAKARTA, DKI JAKARTA, LAMPUNG, SUMATERA UTARA, RIAU, SUMATERA BARAT, SULAWESI SELATAN DAN BALI. ACEH, JAMBI, BENGKULU, SUMSEL, BABEL, KALBAR, KALSEL, KALTENG, KALTARA, KALTIM, GORONTALO, SULUT, SULTRA, SULTENG, SULBAR, NTB PAPUA, PAPUA BARAT, MALUKU, MALUKU UTARA DAN NTT

25 Piranti Pembebasan dan Mempertahankan Bebas PHMS PENGAMATAN DAN PENGIDENTIFIKASIAN PEMBERANTASAN PENGAWASAN LALU LINTAS KEWASPADAAN DINI KESIAGAAN DARURAT VETERINER

26 PENGAMATAN DAN PENGIDENTIFIKASIAN Pengamatan dan pengidentifikasian dilakukan melalui kegiatan surveilans, penyidikan, pemeriksaan dan pengujian, peringatan dini, serta pelaporan

27 Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Pelaporan Penyakit Tanda Umum Sindrom Prioritas Pengobatan Perkembangan Kasus

28 Standar Data Nasional Karantina Laporan pasif penyakit Vaksinasi Surveilans aktif Puskeswan PDSR Populasi hewan Excel, R SMS Kesmas i-sikhnas Pelaporan Negatif GIS Dinas Kabupaten Web Inspeksi daging Sertifikat kesehatan (lalu-lintas hewan) Dinas Propinsi Laboratorium (tipeb dan C) Laboratorium BBVet/BPPV)

29 Alur Pelaporan Pusat isikhnas BBVet/BPPV Propinsi Lab B Kabupaten Lab C Puskeswan Petugas Lapang

30 Review sistem studi konsultasi lapang Infra struktur Server lokakarya Layanan internet memadai Champio ns Infra Struktur modem dlm pengembangan, support AIPEID dlm pelaksanaan, AIPEID Aplikasi Smartpho ne ISIKHNAS Infrastruktur disiapkan GoI Rencana ke depan, jilid 2 Dikembangkan champions Manajemen Komite Laporan penyakit Manajemen Kasus ID Hewan Inspeksi daging Satwa Liar Laborato rium Insemi nasi Alat Bantu diagnostik Aquatik Kesmavet Admin (poin nilai staf) Kesehatan Manusia dll Investigas i & respon Epi leaders Champions Koord. isikhnas Permentan isikhnas Tambah Jumlah Champion Surveilans Vaksinasi Pelatihan Analisis Data Lalu lintas Pelatiha n isikhna S rutin Pningkatn skill champion Perluasan isikhnas seluruh Indonesia Aceh, Jambi, Lampung,Jatim, Jateng, Jabar, Jatim, Kaltim, Kalbar, Kalteng, Sulsel, Sulbar, NTB, NTT Propinsi2 dan kabupaten2 lain

31 Data-data terkait Laporan Penyakit Hewan Pemusnaha n Epidemiologi lapangan Surveilans Peny. hewan Advokasi Anggaran Epi Data Analisis Populasi KIE Tanda Penyakit Sumber Penyakit Data yang tersedia Modul Pelatihan Kasus Manusia Sindrom Penyakit Diagnosa Banding Vaksinasi Tindakan lain Obat Monitorin g Post Vaksinasi Laporan masyarak at Pelaporan Negatif Pkembang n kasus Hasil Lab Tindak lanjut Pengirima n sampel Survei representatif Lalu lintas Surveilans Agregasi Status Penyakit GIS Excel Uji cepat Diagnosa definitif Sumber Penyakit Tanda Klinis Riwayat Vaksinasi Surveilans Berbasis resiko dll

32 Jejaring Laboratorium Kesehatan Hewan Di Indonesia DIC Medan DIC Bukittinggi DIC Lampung DIC Banjarbaru DIC Maros DIC Subang RIVS1 VDAL2 DIC QCLVP3 DIC Wates Disease Investigation FQCL6 Centre DIC Denpasar 1 RIVS (Research Institute for Veterinary Science) 4 CBP (Center for Vet Biological Product) 2 VDAL (Veterinary Drugs Assay Laboratory) 5 DIC (Disease Investigation Center) 3 QCLVP (Quality Control Laboratory for Livestock Products 6 FQCL (Feed Quality Control Laboratory)

33 Laboratorium Rujukan Keputusan Menteri Pertanian No. 89/Kpts/PD.620/1/2012 tentang Penunjukan Laboratorium Veteriner Sebagai Laboratorium Rujukan Pengujian Penyakit Hewan menular Tertentu

34

35 PEMBERANTASAN Pemberantasan dilakukan untuk membebaskan wilayah NKRI dari kasus dan/atau agen penyakit hewan menular

36 Kegiatan Pemberantasan PENGEBALAN Vaksinasi TERAPI Pengobatan dengan antibiotik BIOSECURITY Penanganan hewan sakit dan disposal dan isolasi

37 VAKSIN STOK WABAH RABIES Stok Wabah APBN: bantuan OIE Distribusi Vaksin: Kisar (2.000 Dosis) Nias ( Dosis) Nias ( Dosis) DKI (2.000 Dosis) Sisa Vaksin Dosis Untuk Digunakan Di: Manado: Dosis Jawa Barat: Dosis Banten: Dosis Flores : Dosis Buffer Stock: Dosis

38 VAKSIN STOK WABAH BRUCELLOSIS, AI DAN ANTHRAX BRUCELLOSIS: DOSIS AI: ANTHRAX:

39 PENGAWASAN LALU LINTAS Daerah bebas history/dibebaskan: Ke daerah mana saja : diperbolehkan Ke daerah wabah : dilarang Daerah endemis: Antar daerah endemis : diperbolehkan/persyaratan Ke daerah bebas/wabah : dilarang Daerah wabah: Tertutup baik keluar maupun masuk

40 ANALISIS RISIKO Untuk Apa dilakukan? Memfasilitasi Perdagangan/Lalulintas Hewan dan Produk Hewan yang Aman Meminimalisir masuknya Penyakit melalui Pemasukan Hewan dan Produk Hewan Siapa yang Melakukan? Otovet Kementerian/Provinsi/Kab/Kota Penerima (yang akan memasukkan)

41 ANALISIS RISIKO Kapan Dilakukan? Saat Merencanakan/Hendak memasukkan Hewan dan Produk Hewan Jika impor/pemasukan dari Negara/Wilayah baru Jika status kesehatan hewan Negara/Wilayah Pengekspor/Asal Hewan/Produk Hewan berbeda atau berubah Bagaimana Melakukannya? Mengikuti Standar Anrisk OIE Mengikuti Pedoman Anrisk

42 KEWASPADAAN DINI KESIAGAAN DARURAT VETERINER Pedoman Kesiagaan Darurat Veteriner untuk mengantisipasi mucul, berjangkit, dan menyebarnyanya wabah PHMS terutama Penyakit hewan Eksotik (BSE, Nipah dan Paratuberculosis) Kewaspadaan Dini Veteriner dilakukan melalui laporan dini dan respon dini terhadap indikasi wabah

43 Jalur Risiko Masuknya Penyakit Eksotik Lalu lintas/perdagangan hewan dan produk asal hewan Lalu lintas manusia Penyelundupan

44 Dampak Penyakit Eksotik Berdampak sosial, ekonomi, politik, budaya Penurunan perdagangan Penurunan devisa negara dari sektor pariwisata Peningkatan risiko bagi kesehatan manusia, hewan dan lingkungan Risiko munculnya penyakit yang baru muncul (Emerging Infectious Diseases)

45 BSE Gejala klinis pada manusia dan hewan : gangguan saraf dan inkoordinasi Surveilans dilakukan secara tertarget, pada rumah potong hewan dengan sampel : otak sapi Surveilans dilakukan oleh BBV/BPPV Cara Penularan Hewan : melalui pakan yang terkontaminasi prion yang abnormal Pada manusia : melalui daging atau jeroan yang terkontaminasi prion yang abnormal. Uji : dengan Imunohistokimia dan histologi Hasil negatif

46 Nipah Surveilans dilakukan secara tertarget, pada Peternakan babi Syndromic surveillance : surveilans gejala klinis Serologis pada kelelawar dan babi Surveilans dilakukan oleh BBV/BPPV Penelitian dilakukan oleh Bbalitvet Negara tetangga tertular : Malaysia th Hasil penelitian : Babi uji serologis (-) atau tidak ditemukan antibodi Kelelawar hasil uji serologi (+) dengan prevalensi bervariasi.

47 Paratuberculosis (Johne s Disease) Penyebabnya adalah bakteri Micobacterium paratubercullosis species Surveilans dilakukan secara tertarget Syndromic surveillance : surveilans gejala klinis Serologis pada sapi (impor dan rakyat) Dilakukan oleh BBV/BPPV dan Lab tipe B Penelitian dilakukan oleh Bbalitvet

48 Hasil surveilans yang dilakukan di beberapa daerah target yang dilakukan oleh : 1. Pusat Studi Satwa Primata (PSSP)-IPB terhadap kelompok virus dari family Filofividae secara serologis pada tahun pada kera local (Maccaca nigra terhadap Filovirus sejak Agustus Agustus 2013 (berdasar Laporan PREDICT-Indonesia melalui program Emerging Pandemic Threat (EPT) dari USAID ) di - Sulawesi Utara - Bogor - Gorontalo dan terhadap Maccaca fascicularis (monyet ekor panjang) di Bali. 2. PSSP LPPM-IPB : Dari specimen kera lokal (Maccaca nigra) arsip PSSP LPPM-IPB tahun Kementerian Kehutanan : hasil surveilans di kebun binatang seluruh Indonesia. Tidak ditemukan hasil positif atas Filovirus (virus penyebab Demam Berdarah Ebola)

49 Strategi Pengamanan Penyakit Eksotik Peningkatan kewaspadaan dini penyakit eksotik Simulasi (PMK) Pedoman KIATVETINDO Penyakit Eksotik Koordinasi dan sosialisasi penyakit eksotik dengan Dinas PKH Daerah, instansi terkait dan sektor swasta Peningkatan surveilans dan pengawasan penyakit eksotik Penguatan Penelitian penyakit eksotik oleh Bbalitvet Peningkatan penyidikan dan pengujian atas penyakit eksotik oleh BPPV/BBV Penyusunan SOP dan Juknis penyakit eksotik Peningkatan KIE

50 Strategi Pengamanan Penyakit Eksotik Terkait Importasi Badan Karantina Pertanian Penolakan penyakit eksotik melalui tindak karantina Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Penguatan perundang-undangan Melakukan Analisa Risiko Penetapan Persyaratan dan Tata cara Importasi Hewan yang ketat Pelaksanaan onsite inspection ke negara asal Rendering plant MBM, FM,PPM Importasi hewan hidup, daging, semen

51 Langkah langkah Kementerian Pertanian 1. MERS-CoV Menerbitkan Surat Edaran No 9/SE/PD.630/F/09/2014 tentang kewaspadaan terhadap Penyakit MERS-CoV bagi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi di Seluruh Indonesia : Meningkatkan kerjasama dengan Kementerian terkait (Kementerian Kesehatan, Universitas dan Balai Penelitian Veteriner) dalam kegiatan kesiapsiagaan penyakit Mers-Cov meliputi tindak pengamatan penyakit, pelaporan cepat dan respon dini dengan institusi terkait apabila ditemukan indikasi adanya penyakit. Melakukan tindak biosekuriti apabila berhubungan dengan hewan rentan.

52 Melakukan penyuluhan/sosialisasi tentang penyakit Mers-Cov kepada masyarakat Pembatasan importasi hewan rentan dari negara tertular penyakit Mers-Cov. Mensiagakan Laboratorium Diagnostik Regional seluruh Indonesia (Balai Besar Veteriner dan Balai Veteriner) dalam pelaksanaan diagnostik laboratorium. Terus memantau perkembangan dan penyebaran Penyakit Mers-Cov

53 2. EBOLA Menerbitkan Surat Edaran no 08/SE/PD.630/F/08/2014 tentang kewaspadaan terhadap suspek Kasus Penyakit Ebola haemorrhagic Fever bagi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi di Seluruh Indonesia. Meningkatkan kerjasama dengan Kementerian terkait (Kementerian Kesehatan, Kementerian Kehutanan, Universitas dan Balai Penelitian Veteriner) dalam hasil surveilans hewan rentan; Mensinkronisasikan kegiatan kesiapsiagaan penyakit Ebola dalam tindak pengamatan penyakit, pelaporan cepat dan respon dini dengan institusi terkait apabila ditemukan indikasi adanya penyakit EHF. Melakukan tindak biosekuriti apabila berhubungan dengan hewan rentan. Melakukan penyuluhan/sosialisasi tentang penyakit Ebola

54 Memfinalisasi Pedoman Teknis Kesiagaan Darurat Veteriner (KIATVETINDO) Penyakit Ebola. Pembatasan importasi hewan rentan dari negara tertular penyalit Ebola. Mensiagakan Laboratorium Diagnostik Regional seluruh Indonesia (Balai Besar Veteriner dan Balai Veteriner) dalam pelaksanaan diagnostik laboratorium. Terus memantau perkembangan penyebaran Penyakit Ebola

55 Masyarakat Legislatif NGO Media Aspek Hewan/Veteriner Sosiologi, antropologi Penyakit di Manusia Kesehatan Hewan Epidemiologist Transmisi/Penularan Kesehatan Manusia Kesmavet Penyakit di Hewan Peneliti Pemerintah One Health

56 Socio-cultural, Technical, Organizational, and Political Framework to Control ZOONOSIS terima kasih