Analisis Utilisasi dan Biaya Klaim Rawat Inap pada PT BGS dan PT XYZ di PT Asuransi Allianz Life Indonesia Periode Polis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Utilisasi dan Biaya Klaim Rawat Inap pada PT BGS dan PT XYZ di PT Asuransi Allianz Life Indonesia Periode Polis"

Transkripsi

1 Analisis Utilisasi dan Biaya Klaim Rawat Inap pada PT BGS dan PT XYZ di PT Asuransi Allianz Life Indonesia Periode Polis Setiorini* Pembimbing : Prof. Dr. Purnawan Junadi MPH.,Ph.D Abstrak Penelitian ini menganalisa utilisasi dan biaya klaim rawat inap PT BGS dan PT XYZ periode polis di PT Asuransi Allianz Life Indonesia menurut usia, jenis kelamin, diagnosa, status peserta, LOS (lenght of stay), dan tipe provider. Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan design study crossectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa utilisasi dan biaya klaim pada PT BGS didominasi oleh peserta dengan usia dewasa produktif, berstatus employee, berjenis kelamin laki-laki, dengan diagnosa certain infectious and parasitic disease, biaya klaim tertinggi terdapat pada usia dewasa produktif. Sedangkan untuk PT XYZ, utilisasi dan biaya klaim didominasi oleh peseta dengan usia dewasa produktif, berjenis kelamin perempuan, berstatus peserta child, dan biaya klaim tertinggi pada usia dewasa produktif. Kata kunci: Utilisasi, Biaya Klaim, Rawat inap Abstrac This study aims to analyze utilization and inpatient claim cost of PT BGS and PT XYZ in PT Asuransi Allianz Life Indonesia Policy Periode based on age, gender, diagnose, member status, LOS (lenght of stay), and tipe of provider. This study is a cross sectional study with descriptive design through a quantitative approach. The result of this study showed that PT BGS is dominated by productive age, in men gender, with certain infectious and parasitic disease, the highest of claim is in productive age. Thus, PT XYZ is dominated by productive age, in female gender, with certain infectious and parasitic disease, the highest of claim is in productive age. Keywords: Utilization, Claim Cost, inpatient *Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Manajemen Asuransi Kesehatan rheneey_wyu@yahoo.com 1

2 Kerugian finansial yang ditimbulkan oleh suatu kejadian yang tidak terduga dapat diminimalisir melalui sistem asuransi. bisnis asuransi kesehatan di Indonesia yang terus mengalami perkembangan. Bentuk asuransi kesehatan yang berkembang di Indonesia antara lain adalah bentuk asuransi kesehatan tradisional yang menggunakan sistem pembayaran fee for service dan asuransi kesehatan manage care yang mengkolaborasikan antara pembiayaan dengan mutu pelayanan kesehatan. Persaingan bisnis antara perusahaan asuransipun semakin ketat sehingga sistem untuk menjaga dan meningkatkan mutu terhadap pelayanan kesehatan terus dikembangkan melalui produk-produk asuransi yang dihasilkan. Fenomena semakin bertumbuhnya bisnis asuransi kesehatan dan semakin meningkatnya jumlah cakupan tersebut, akan membuka peluang meningkatnya utilisasi terhadap pelayanan kesehatan. Oleh karena itu mutu pelayanan kesehatan juga harus tetap terjaga untuk meningkatkan kepuasan peserta. Maka informasi mengenai utilisasi merupakan hal yang penting bagi sebuah perusahaan asuransi. Informasi mengenai tingkat utilisasi dapat diketahui dengan melakukan review utilisasi. PT. XYZ adalah salah satu perusahaan yang menjadi peserta produk asuransi kumpulan Classic Premier Allianz Life Indonesia yang bergabung sejak tahun Berdasarkan observasi PT. XYZ adalah peserta yang mempunyai angka lost ratio tinggi. PT BGS juga merupakan peserta asuransi produk Classic Premier di PT Asuransi Allianz Life Indonesia yang yang bergabung sejak tahun 2007 dan masih aktif hingga periode polis Oleh karena itu untuk menghindari kesulitan keuangan dan kerugian yang mungkin dialami oleh PT Asuransi Allianz Life Indonesia dikemudian hari, maka perlu dilakukan analisis utilisasi dan biaya klaim rawat inap pada PT XYZ dan PT BGS di PT Asuransi Allianz Life Indonesia Periode Polis Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memberikan gambaran utilisasi dan biaya klaim rawat inap pada PT BGS dan PT XYZ di PT Asuransi Allianz Life Indonesia Periode Polis

3 Penelitian ini diharapkan akan banyak memberikan manfaat kepada PT Allianz life Indonesia dalam menetapkan benefit dan premi yang tepat bagi peserta dengan karakteristik seperti PT XYZ dan PT BGS dimasa yang akan datang, yang berguna dalam menetapkan premi awal dan premi renewal. Di samping itu juga dapat mengetahui proses review utilisasi dan pemanfaatan data utilisasi dalam perhitungan biaya pelayanan kesehatan peserta asuransi. Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Desain penelitian cross sectional digunakan karena pengumpulan data terkait dengan variabel dependen (utilisasi dan biaya klaim rawat inap) dan variabel independen (umur, jenis kelamin, diagnosis, LOS, status peserta, dan tipe PPK) dilakukan dalam waktu bersamaan dengan cara telaah data sekunder. Penelitian menggunakan data sekunder secara keseluruhan dengan design deskriptif dan pendekatan kuantitatif untuk menganalisa utilisasi dan biaya klaim rawat inap PT XYZ dan PT BGS pada PT Asuransi Allianz Life Indonesia Periode Polis Data sekunder peneliti peroleh dari laporan klaim PT XYZ dan PT BGS yang terdapat dalam sistem perusahaan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh tertanggung yang terdaftar sebagai karyawan PT XYZ dan PT BGS. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh peserta yang telah menggunakan pelayanan kesehatan dan mengajukan klaim rawat inap ke PT Allianz Life Indonesia pada periode polis Sampel klaim rawat inap adalah klaim yang mempunyai lama hari rawat inap minimal 2 hari, tidak termasuk klaim pre dan post dan klaim kordinasi (COB/coodination of benefit). Klaim pre dan post adalah klaim peserta sebelum dan sesudah rawat inap dan tidak menggunakan fasilitas yang ada dalam rawat inap yaitu daily, misscellaneous, dan surgical. Sehingga didapatkan data klaim rawat inap PT BGS sebanyak 30 klaim dan untuk klaim PT XYZ. Ada lima variabel independen (usia, jenis kelamin, diagnosis, LOS, tipe PPK, dan status peserta) dan variabel dependen (utilisasi dan biaya klaim rawat inap) yang dibutuhkan peneliti. Lama hari rawat, dan besaran klaim sudah terdapat pada data klaim register. Besaran klaim (eligible) adalah biaya yang 3

4 dikeluarkan oleh perusahaan asuransi untuk membayar klaim rawat inap peserta sesuai manfaat yang dimiliki peserta. Lama hari rawat yang peneliti ambil adalah lama hari hari rawat inap minimal 2 hari yang telah disetujui oleh PT Asuransi Allianz Life Indonesia untuk dibayarkan. Tinjauan Teoritis 1. Andersen (1975): - Karakteristik Predisposisi (Jenis kelamin, umur, dan status perkawinan, struktrur sosial Kepercayaan kesehatan) - Karakteristik Kemampuan : Sumber daya yang ada - Karakteristik Kebutuhan (Penilaian Individu, Penilaian Klinik/ diagnosa 2. Zchock (1979): - Status Kesehatan, Pendapatan dan Pendidikan - Faktor Konsumen dan PPK/provider - Kemampuan dan Penerimaan Pelayanan Kesehatan - Resiko Sakit dan Lingkungan 3. Black dan Huebner, (1972): - Usia - Jenis kelamin - Pekerjaan - Kondisi fisik - Riwayat penyakit - Riwayat keluarga 4. Feldstein (1993) : - Insiden penyakit merupakan faktor penting dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. - Karakteristik sosiodemografi - Faktor ekonomi 5. PAMJAKI (2005) : - Ukuran kelompok - Jenis Industri - Komposisi kelompok (tanggungan) 4

5 - Persistensi yang diperkirakan - Lokasi kelompok - Pembagian biaya - Paket asuransi 6. Kemenkes (2003) : - Angka kunjungan rawat jalan (visit rate) - Angka hari rawat inap (Lenght of Stay) - Biaya rata-rata pelayanan kesehatan - Angka rujukan Hasil dan Pembahasan Distribusi Peserta Jenis kelamin PT BGS PT XYZ Perempuan ,2% Laki-laki ,1% Total Tertanggung 44,8% % 47,9% % Kategori PT BGS Usia Balita 41 PT XYZ ,3% Anak-anak 27 13,5% ,1% Remaja 11 12,8% ,3% 9,2% 5

6 Dewasa Usia 252 Produktif 75,7% Tua ,4% 2 0,6% Total 333 0,01% % 100% Dari tabel tersebut didapati bahwa total tertanggung PT BGS dalam periode polis tahun (23 April April 2012) tercatat memiliki tertanggung sebanyak 333 peserta dimana berdasarkan jenis kelamin, perempuan dan laki-laki memiliki proporsi yang hampir sama yaitu 184 peserta perempuan atau 55,2% dan 149 peserta laki-laki atau 44,8%. Hal ini berarti bahwa pada peserta PT BGS jumlah perempuan sedikit lebih mendominasi daripada laki-laki. Jika dianalisa berdasarkan kelompok usia, PT BGS didominasi oleh peserta dengan usia dewasa produktif (15-64 tahun) yaitu 252 peserta atau 75,7% dari total tertanggung, kemudian usia balita (0-4 tahun) yaitu berjumlah 41 peserta atau 12,3%, usia anak-anak (5-9 tahun) yaitu berjumlah 27 peserta atau 8,1%, kemudian remaja (10-14 tahun) berjumlah 11 peserta atau 3,3% dan usia tua ( 65 tahun) berjumlah 2 peserta atau 0,6%. Kemudian untuk total peserta dari PT XYZ yang tercatat selama periode polis yang sama yaitu tahun (18 Juni Juni 2012) adalah sebanyak peserta. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah peserta perempuan dan laki-laki hampir berimbang yaitu 52,1% perempuan dan 47,9% laki-laki. Seperti halnya peserta tertanggung pada PT BGS, PT XYZ memiliki tertanggung lebih banyak pada peserta dengan jenis kelamin perempuan. Jika dilihat berdasarkan kategori usia, PT XYZ juga didominasi oleh peserta dengan usia dewasa produktif (15-64 tahun) yaitu sebesar peserta atau 64,4% dari total tertanggung, kemudian diikuti peserta usia balita (0-4 tahun) yaitu sebesar peserta atau 13,5%, lalu untuk peserta usia anak-anak (5-9 6

7 tahun) berjumlah peserta atau 12,8%, diikuti kelompok usia remaja (10-14 tahun) yang berjumlah peserta atau 9,2% kemudian yang terakhir ialah kelompok usia tua ( 65 tahun) yang berjumlah 2 orang atau 0,01% dari total tertanggung PT XYZ. Sehingga didapat informasi bahwa berdasarkan jenis kelamin, lebih dari 50% peserta pada PT BGS dan PT XYZ didominasi oleh peserta perempuan sedangkan berdasarkan kategori usia, kedua perusahaan tersebut didominasi oleh usia dewasa produktif. Utilisasi Pelayanan Kesehatan Menurut Usia Utilisasi pelayanan kesehatan menurut usia tersebut diketahui bahwa peserta yang melakukan klaim rawat inap didominasi oleh peserta dengan usia dewasa produktif (15-64 tahun) yaitu terdapat 21 kali rawat inap (70%) dari total pemanfaatan peserta PT BGS selama 1 tahun. Untuk usia anak-anak (5-9 tahun) terdapat 6 rawat inap (20%). Lalu diikuti oleh usia balita (0-4 tahun) yaitu 3 kali rawat inap (10%). Kemudian untuk usia remaja dan tua tidak terdapat rawat inap sama sekali ke pelayanan kesehatan pada periode polis Selanjutnya jika dibandingkan dengan jumlah tertanggung, terdapat 8,3% pemanfaatan per tertanggung per tahun-nya untuk usia dewasa produktif, 22,2% pemanfaatan per tertanggung per tahun untuk usia anak-anak dan 7,3% untuk usia balita. Sehingga pada PT BGS didapat informasi bahwa dari total klaim rawat inap, usia dewasa produktif lebih mendominasi dibandingkan dengan usia yang lain. Namun jika ditinjau dari pemanfaatan per tertanggungnya, usia anak-anak memiliki akses yang paling tinggi untuk menggunakan rawat inap. Sedangkan PT XYZ dengan usia dewasa produktif melakukan rawat inap sebanyak rawat inap (60,3%) per tahun atau 10,8% pemanfaatan per tertanggung per tahun. Untuk usia balita memiliki jumlah rawat inap sebanyak 359 rawat inap per tahun (18,8%) yang berarti terdapat 16,1% dari total tertanggung PT XYZ. Kemudian untuk usia anak-anak memiliki 257 kali rawat inap (13,4%) yaitu 12,1% rawat inap dari total tertanggung anak-anak. 7

8 Dan untuk usia remaja memiliki 143 kali rawat inap rawat inap (7,5%) yang berarti terdapat 10,8% rawat inap per tertanggung per tahun-nya. Pada PT XYZ tidak terdapat rawat inap yang dilakukan oleh peserta dengan usia tua. Kemudian jika dilihat dari pemanfaatan per tertanggung memperlihatkan bahwa usia balita memiliki pemanfaatan paling besar yaitu 16,1% per tertangggung per tahun-nya. Kemudian baru diikuti oleh usia anak-anak, dewasa produktif dan yang paling rendah ialah pemanfaatan pada usia remaja. Sehingga pada PT XYZ didapat informasi bahwa dari total klaim rawat inap, usia dewasa produktif yang lebih sering rawat inap. Namun jika ditinjau dari besar pemanfaatan per tertanggungnya, usia balita memiliki rasio yang paling tinggi untuk melakukan rawat inap. Utilisasi Pelayanan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Pada Peserta PT BGS No Jenis Kelamin Jumlah Pemanfaata n Jumlah Tertanggun g Persentase Pemanfaata n (%) Pemanfaata n per Tertanggun g 1 Perempua ,7 8 % n 2 Laki-laki ,3 11 % Utilisasi Pelayanan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Pada Peserta PT XYZ No Jenis Kelamin Jumlah Pemanfaatan Jumlah Tertanggung Persentase Pemanfaatan (%) Pemanfaatan per Tertanggung 1 Perempuan ,4 12,3% 2 Laki-laki ,6 10,8% Tabel diatas menggambarkan distribusi utilisasi pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh peserta PT BGS menurut jenis kelamin. Menurut jenis kelamin proporsi antara perempuan dan laki-laki hampir sama. Yaitu terdapat 8

9 14 peserta (46,7%) atau 8% pemanfaatan dari total per tertanggung perempuan per tahun dan 16 peserta (53,3%) laki-laki atau 11% pemanfaatan dari total tertanggung laki-laki per tahun. Sehingga pada PT BGS, secara umum peserta dengan jenis kelamin laki-laki lebih dominan dalam melakukan klaim dibandingkan dengan peserta perempuan. Jika dilihat dari total tertanggung, maka tertanggung laki-laki memiliki peluang 3% lebih tinggi untuk rawat inap dibandingkan dengan tertanggung perempuan. Terlihat bahwa terdapat perbedaan dengan peserta pada PT BGS. Peserta PT XYZ yang melakukan klaim rawat inap paling banyak dilakukan oleh peserta dengan jenis kelamin perempuan kali rawat inap (55,4%) yang berarti terdapat 12,3% pemanfaatan dari total tertanggung perempuan. Sedangkan untuk laki-laki terdapat 852 rawat inap yaitu 10,8% rawat inap per tertanggung laki-laki per tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seluruh tertanggung PT XYZ, peserta dengan jenis kelamin perempuan memiliki peluang rawat inap lebih tinggi 1,5% dibandingkan laki-laki. Utilisasi Pelayanan Kesehatan Menurut Diagnosa Penelitian ini mendapati bahwa diagnosa terbesar pada peserta PT BGS adalah pada kelompok diagnosa I atau penyakit infeksi dan parasit (Certain infectious and parasitic diseases) yaitu sebesar 46,7%, diagnosa terbanyak kedua ialah kelompok diagnosa XI atau penyakit sistem pencernaan (Diseases of the digestive system) yaitu sebesar 16,7%, diagnosa terbanyak ketiga terdapat dalam kelompok X atau penyakit sistem pernafasan (Diseases of the respiratory system) yaitu sebesar 10%, sedangkan untuk kelompok diagnosa II, III, IV, V, VI, IX, XI, XII, XV, XVI, XVI, XX tidak terdapat dalam klaim rawat inap peserta PT BGS. Sedangkan untuk diagnosa terbanyak pada peserta PT XYZ adalah kelompok diagnosa I atau penyakit infeksi dan parasit (Certain infectious and parasitic diseases) yaitu sebesar 41,3%, diagnosa terbanyak kedua ialah kelompok X atau penyakit sistem pernafasan (Diseases of the respiratory system) yaitu sebesar 10,5%, kemudian untuk terbanyak ketiga ialah diagnosa kelompok XI atau penyakit sistem pencernaan (Diseases of the digestive 9

10 system) yaitu sebesar 9,6% dan untuk diagnosa terkecil ialah diagnosa kelompok XX atau penyebab eksternal morbiditas dan mortalitas (External causes of morbidity and mortality). Terlihat bahwa terdapat kesamaan pada diagnosa PT BGS dengan PT XYZ pada 3 kelompok diagnosa teratas yaitu kelompok I, X dan XI. Distribusi diagnosa pada peserta PT BGS didapatkan bahwa Typhoid & paratyphoid fevers adalah diagnosa yang paling banyak diderita oleh peserta dengan biaya rata-rata per kasus sebesar Rp Pada urutan kedua terdapat diagnosa Dengue haemorrhagic fever dengan rata-rata biaya per kasus sebesar Rp Untuk diagnosa ketiga ditempati oleh Diarrhoea & gastroenteritis dengan rata-rata biaya per kasus sebesar Rp Kemudian untuk diagnosa Cholelithiasis memiliki rata-rata biaya klaim per kasus sebesar Rp Untuk diagnosa Convulsions, n.e.c terdapat dalam urutan ke lima dengan rata-rata biaya per kasus sebesar Rp Untuk diagnosa ke enam sampai sepuluh peneliti tidak dapat menghitung ratarata biaya per kasus karena jumlah kasus pada diagnosa tersebut hanya satu kasus dalam satu tahun. Namun untuk diagnosa yang memiliki biaya tertinggi terdapat pada diagnosa Dislocation, sprain & strain-joints & ligaments-knee yaitu sebesar Rp Secara keseluruhan rata-rata biaya per kasus apabila dibandingkan dengan tarif INA DRGs, memiliki biaya yang jauh lebih tinggi. Distribusi diagnosa pada peserta PT XYZ didapatkan bahwa Dengue haemorrhagic fever adalah diagnosa yang paling banyak diderita oleh peserta dengan rata-rata biaya per kasus sebesar Rp , kemudian untuk Diarrhoea & gastroenteritis-presumed infectious origin memiliki memiliki ratarata biaya per kasus sebesar Rp Selanjutnya pada urutan ke 3 terdapat diagnosa Typhoid & paratyphoid fevers yang memiliki rata-rata biaya per kasus sebesar Rp Pada urutan keempat terdapat diagnosa Dengue fever/classical dengue dengan rata-rata biaya perkasus sebesar Rp Kemudian untuk diagnosa Viral Infection,unspecified memiliki ratarata biaya per kasus sebesar Rp Untuk rata-rata lama hari rawat inap tertinggi terdapat dalam diagnosa Acute appendicitis yaitu sebesar 10

11 Rp Jika dibandingkan dengan tarif INA-DRGs terlihat bahwa sebagian besar diagnosa pada PT XYZ memiliki biaya diatas range yang terdapat dalam tarif INA DRGs tersebut. Utilisasi Pelayanan Kesehatan Menurut Status Peserta No Status Peserta Jumlah Pemanfaatan % Pemanfaatan Jumlah Pemanfaatan % Pemanfaatan PT BGS PT XYZ 1 Child 10 33,3 % ,4 % 2 Employee 13 43,4 % 3 Spouse 7 23,3 % ,6 % % 4 Total % % Hasil analisa pada tabel tersebut didapati bahwa utilisasi ke pelayanan kesehatan pada PT BGS didominasi oleh peserta dengan status employee (43,4%) kemudian peserta dengan status child yaitu berjumlah 33,3%, kemudian diikuti oleh status peserta spouse (23,3%). Berbeda dengan peserta pada PT BGS, pada PT XYZ yang melakukan klaim didominasi oleh status peserta child yaitu 867 rawat inap (45,4%). Kemudian pada urutan kedua baru ditempati oleh status peserta employee (33,6%). Dan selanjutnya ialah status peserta peserta spouse (21%). Utilisasi Pelayanan Kesehatan Menurut LOS (Lenght of Stay) No LOS/Lama Hari Rawat Jumlah Pemanfaatan PT BGS PT XYZ 1 Lama hari rawat inap 4 hari ,3% 58,5% 2 Lama hari rawat inap > 4 hari

12 46,7% 41,4% 3 Total % 100% Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa peserta PT BGS yang melakukan klaim rawat inap 4 hari berjumlah 16 kali (53,3%). Sedangkan untuk lama hari rawat inap > 4 hari terdapat 14 kali (46,7%). Hal ini menandakan bahwa peserta PT BGS lebih banyak melakukan klaim dengan lama hari rawat inap 4 hari yang didominasi oleh status peserta Employee, kemudian diikuti oleh status peserta Child kemudian selanjutnya adalah status peserta Spouse. Sedangkan untuk peserta PT XYZ yang melakukan klaim rawat inap 4 hari berjumlah kali (58,5%). Dan untuk lama hari rawat inap > 4 hari terdapat 792 kasus (41,4%). Berbeda dengan peserta PT BGS, untuk peserta PT XYZ yang melakukan klaim dengan lama hari rawat inap 4 hari didominasi oleh status peserta Child, kemudian diikuti oleh status peserta employee dan terakhir ditempati oleh status peserta Spouse. Namun untuk lama hari rawat inap yang lebih dari 4 hari, status peserta employee PT BGS lebih banyak dan untuk PT XYZ peserta dengan status child lebih mendominasi. Utilisasi Pelayanan Kesehatan Menurut Tipe Provider No Tipe Provider Jumlah Pemanfaatan PT BGS PT XYZ 1 Provider Allianz Other provider Allianz 96,7% 88,0% ,3% 12,0% 12

13 3 Total % 100% Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa peserta PT BGS yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di other provider yaitu hanya berjumlah 1 rawat inap (3,3 %) dan untuk peserta yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Provider PT Allianz Life Indonesia yaitu berjumlah 29 rawat inap (96,7 %). Hal ini menandakan hampir seluruh peserta yang melakukan klaim, menggunakan pelayanan kesehatan yang termasuk ke dalam provider Allianz. Sedangkan untuk peserta PT XYZ yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di other provider yaitu berjumlah 230 rawat inap (12%) dan untuk peserta yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Provider PT Allianz Life Indonesia yaitu berjumlah rawat inap (88,0 %). Jadi secara keseluruhan baik PT BGS maupun PT XYZ, pemanfaatan rawat inapnya dilakukan sebagian besar di PPK provider Allianz. Gambaran Biaya Klaim Rawat Inap No PT BGS PT XYZ Premi Rp Rp Klaim Rp Rp Lost ratio 63% 88% Klaim Rawat Rp Rp Inap Rasio Klaim 28% 32% Rawat Inap Member PMPM Rawat Inap Rp Rp

14 Pada data klaim PT BGS periode polis diketahui bahwa total biaya klaim adalah Rp dan untuk total premi PT BGS pada periode polis berjumlah Rp sedangkan untuk klaim rawat inap sendiri berjumlah Rp yaitu sebesar 45% dari total klaim. Sehingga rasio klaim rawat inap PT BGS yang didapat dengan membagi klaim rawat inap dengan total premi ialah 28%. Sedangkan data klaim PT XYZ pada periode polis diketahui bahwa total klaim secara keseluruhan ialah Rp dan untuk total premi PT XYZ pada periode polis sebesar Rp Untuk total klaim Rawat inap berjumlah Rp yaitu 36% dari total biaya klaim. Sehingga rasio klaim rawat inap PT XYZ yang didapat dengan membagi klaim rawat inap dengan total premi ialah 32%. Hal ini menandakan bahwa PT XYZ memiliki rasio klaim rawat inap lebih tinggi dibandingkan dengan PT BGS. Dari hasil tersebut dapat dihitung PMPM rawat inap yaitu, untuk PT BGS memiliki biaya klaim per member per month (PMPM) lebih kecil dibandingkan dengan PT XYZ. Untuk distribusi utilisasi dan biaya klaim rawat inap dapat dilihat dari tabel berikut ini : Biaya Klaim Berdasarkan Usia Biaya Klaim Berdasarkan Usia Peserta PT BGS Kategori Usia Total pemanfaatan Biaya klaim Biaya Klaim /Rawat Inap /bln Balita 3 Rp Rp Anak-anak 6 Rp Rp Dewasa Usia Produktif Total Pemanfaatan 21 Rp Rp Rp Rp Biaya Klaim Berdasarkan Usia Peserta PT XYZ Kategori Total Biaya klaim Biaya Klaim Usia pemanfaatan /Rawat Inap 14

15 /bln Balita 359 Rp Rp Anak-anak 257 Rp Rp Remaja 143 Rp Rp Dewasa Usia Produktif Total Pemanfaatan Rp Rp Rp Rp Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa biaya klaim per rawat inap per bulan pada usia dewasa produktif memiliki biaya yang paling tinggi diantara yang lain yaitu sebesar Rp sedangkan untuk usia anak-anak sebesar Rp dan untuk balita sebesar Rp Apabila dilihat secara keseluruhan maka rata-rata biaya klaim per rawat inap per bulan PT BGS ialah sebesar Rp Sedangkan untuk PT XYZ biaya klaim per rawat inap per bulan pada usia dewasa produktif juga merupakan biaya yang paling tinggi diantara usia yang lainnya, yaitu sebesar Rp nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan biaya pada PT BGS. Kemudian pada PT XYZ terdapat claimant dnegan usia remaja yang menempati urutan kedua dengan biaya sebesar Rp Lalu untuk usia anak-anak biaya klaim per rawat inap per bulan yaitu sebesar Rp , dimana nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan usia anak-anak pada PT BGS. selanjutnya untuk usia balita biaya klaim per rawat inap per bulan nya sebsar Rp , yaitu lebih tinggi dibandingkan dengan usia balita pada PT BGS. Dan apabila dilihat secara keseluruhan, maka biaya klaim per rawat inap per bulan pada PT XYZ juga lebih rendah daripada PT BGS yaitu sebesar Rp

16 Biaya Klaim Berdasarkan LOS (Lama Hari Rawat Inap) LOS Biaya Klaim Biaya Klaim Total Rp > Rp Lama hari 13 rawat inap 4 hari 43,3% Lama hari 8 rawat inap > 4 hari 26,7% Total % 6 20% ,3% 14 46,7% 30 70% 30% 100% LOS Biaya Klaim Biaya Klaim Total Rp >Rp Lama hari 909 rawat inap 4 hari 47,6% Lama hari 488 rawat > 4hari 25,5% Total ,9% ,9% ,5% ,4% ,1% 26,9% 100% Dari analisa biaya klaim berdasarkan lama hari rawat inap pada PT BGS didapatkan bahwa sebaian besar klaim yang kurang dari Rp berada pada lama hari rawat inap kurang dari 4 hari, sedangkan klaim yang diatas Rp berada pada lama hari rawat inap lebih dari 4 hari. Secara umum 16

17 terlihat bahwa peserta yang melakukan rawat inap berada pada biaya kurang dari sama dengan Rp dan memiliki lama hari rawat inap kurang dari sama dengan 4 hari. Sedangkan PT XYZ didapatkan bahwa sebaian besar klaim yang kurang dari Rp berada pada lama hari rawat inap kurang dari 4 hari, sedangkan klaim yang diatas Rp berada pada lama hari rawat inap lebih dari 4 hari. Terlihat bahwa peserta PT XYZ yang melakukan rawat inap secara umum berada pada biaya kurang dari sama dengan Rp dan memiliki lama hari rawat inap kurang dari sama dengan 4 hari. Biaya Klaim Berdasarkan Status Peserta Status Peserta Biaya Klaim Rp Biaya Klaim > Rp Total Pemanfaatan Total Biaya Klaim Rata-rata /rawat inap Employee Rp Rp Spouse Rp Rp Child Rp Rp Total Rp Rp Analisa secara keseluruhan ialah bahwa klaim pada PT BGS didominasi oleh peserta dengan status employee yang memilki biaya klaim lebih besar dari rata-rata. Sedangkan untuk status peserta child, seluruh klaim nya berada di bawah rata-rata. Yaitu, untuk employee terdapat 7 kasus yang berada diatas rata-rata dan 6 kasus yang dibawah rata-rata. Angka tersebut menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara biaya klaim employee yang berada di atas rata-rata dengan klaim employee yang berada di bawah ratarata. Kemudian untuk spouse terdapat 5 klaim yang berada di bawah rata-rata dan 2 klaim yang berada diatas rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian klaim spouse berada dibawah rata-rata klaim secara keseluruhan. Untuk ratarata per rawat inap per tahun, peserta dengan status employee memiliki biaya klaim paling tinggi yaitu sebesar Rp kemudian pada urutan kedua 17

18 ditempati oleh spouse dengan rata-rata biaya sebesar Rp barulah kemudian peserta dengan status child yaitu sebesar Rp Biaya Klaim Berdasarkan Status Peserta PT XYZ Status Peserta Biaya Klaim Rp Biaya Klaim >Rp Total Pemanfaata n Total Biaya Klaim Rata-rata /rawat inap Employe Rp Rp e Spouse Rp Rp Child Rp Rp Total Rp Rp Dari tabel diatas dapat dianalisa bahwa sebagian besara klaim PT XYZ berasal dari status peserta child dengan biaya klaim dibawah rata-rata. Yaitu terdapat 732 kasus klaim yang berada di bawah rata-rata dan 135 kasus untuk klaim yang berada diatas rata-rata biaya klaim secara keseluruhan. Kemudian pada urutan kedua ditempati status peserta employee dengan 421 kasus di bawah rata-rata dan 222 kasus diatas rata-rata. Sedangkan spouse terdapat pada urutan terakhir yaitu 244 kasus dibawah rata-rata dan 135 kasus diatas rata-rata. Namun jika dilihat dari rata rata per rawat inap per tahun, kelompok peserta dengan status spouse memilki biaya paling tinggi yaitu sebesar Rp , kemudian barulah diikuti oleh employee dan child. Kesimpulan Pada PT XYZ terdapat kali rawat inap yaitu 12% pemanfaatan per tertanggung per tahun. Dari total utilisasi rawat inap tersebut, terdapat 60,3% rawat inap dengan usia dewasa produktif, berjenis kelamin perempuan (55,4%), berstatus child (45,4%), dengan lama hari rawat inap kurang dari sama dengan 4 hari (58,5%), melakukan rawat inap di provider Allianz (88%), dengan kelompok diagnosa Certain infectious and parasitic diseases (41,3%). Biaya 18

19 rawat inap paling tinggi terdapat pada usia dewasa produktif yaitu Rp / rawat inap per bulan dan biaya rawat inap PMPM sebesar Rp Sedangkan PT BGS 30 kali rawat inap yaitu 9% pemanfaatan per tertanggung per tahun. Dari total utilisasi rawat inap tersebut, terdapat 70% rawat inap dengan usia dewasa produktif, berjenis kelamin laki-laki (53,3%), berstatus employee (43,4%), dengan lama hari rawat inap kurang dari 4 hari (53,3%), melakukan rawat inap di provider Allianz (96,7%), dengan kelompok diagnosa Certain infectious and parasitic diseases (46,7%). Biaya rawat inap paling tinggi terdapat pada usia dewasa produktif yaitu Rp dan biaya rawat inap PMPM sebesar Rp Saran 1. Untuk menghindari terjadinya unnecessary utilization (pemanfaatan yang tidak perlu), PT Asuransi Allianz Life dapat memberikan penyuluhan secara rutin kepada peserta PT BGS dan PT XYZ atau pada perusahaan lain agar lebih bijaksana dalam memanfaatkan hak peserta (limit jaminan) agar ketika memang benar-benar dalam keadaan membutuhkan jaminan asuransi, maka limit jaminan atau hak peserta masih bisa dimanfaatkan 2. Upaya untuk mengendalikan biaya pelayanan kesehatan, PT Asuransi Allianz Life Indonesia dapat menerapkan kembali sistem coinsurance dan deductible untuk kasus rawat inap yang memiliki tingkat utilisasi tinggi. Misalkan pada 3 diagnosa teratas yaitu DHF, demam tipoid dan diare 3. Merancang program edukasi terhadap pola hidup sehat dengan caracara yang menarik perhatian peserta. Misalkan mengirimkan artikel tentang kesehatan via , membuat kuis berhadiah lewat media sosial, karena selama ini intervensi yang dilakukan hanya sebatas menaikkan premi 4. Memaksimalkan proses negosiasi tarif kepada PPK khusunya untuk diagnosa yang sering muncul DHF, demam tipoid dan diare 19

20 5. Memaksimalkan proses UR yang telah ada sebelumnya agar dapat dengan segera mengetahui kecenderungan utilisasi peserta berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi utilisasi dan biaya klaim, sehingga premi dapat terevaluasi dengan baik DAFTAR PUSTAKA Andersen, Ronald. (1975). Equity In Health Service, Empirical Analysis In Social Policy.United States Of Amerika: Ballinger Publiship Company. Achmadi, U.F. (2008). Horison Baru Kesehatan Masyarakat Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Black, Kenneth Dan Skipper, Harold D. (2000). Life And Health Insurance.New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Pardede, Donald, Dkk. (2003). Pemantauan Utilisasi Dalam Pelayanan Kesehatan Terkendali (Pengertian dan Pelaksanaan). Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI Fauziah, Sifa. (2012). Analisis Utilisasi Klaim Rawat Inap Program Pemeliharaan Kesehatan Pensiunan (Prospens) Bringin Life Peserta PT. X Periode April November Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Feldstein, Paul J. (1993). Health Care Economicx, 2nd Edition. United States Of America: John Wiley & Sons, Inc. HIAA. (1997). The Health Insurance Primer. Washington DC: The Health Insurance Association Of America. Huebner, S.S Dan Black, Jr. Kenneth.(1972). Life Insurance, 8th Edition. New York: Appleton-Century-Crofts, Meredith Corporation Ilyas, Yaslis. (2006). Mengenal Asuransi Kesehatan Review Utilisasi Manajemen Klaim Dan Fraud (Kecurangan Asuransi Kesehatan). Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Jacobalis, Samsi. (1989). Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit (Quality Assurance). Jakarta : PT Cipta Windu Satria. Jarwati, Tari. (2005). Telaah Utilisasi dan Biaya Rawat Inap Karyawan PT X Peserta Asuransi Kumpulan ABDA Insurance Bulan Mei-Juli Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 20

21 Handayani, Tri Utami. (2002). Analisis Utilisasi Dan Biaya Rawat Inap Peserta Asuransi Kesehatan Kumpulan Bringin Life Periode Januari April Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Kurtanty, Dien. (2012). Estimasi Biaya Akibat Stroke (Cost of Ilness): Study Kasus Di RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2011.Tesis.Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Riyanni, Rinrin. (2005). Gambaran Utilisasi Klaim Rawat Inap Peserta PT Jamsostek Cabang Bogor I Tahun Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1161 Tahun 2007.(2007). Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Ina Drg. 20 Juni Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta. Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun (2011). Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. 20 Juni Rusmin, Muhammad. (2009). Analisis Determinan Yang Berhubungan Dengan Utilisasi Layanan Rawat Inap Kelas VIP Studi Kasus pada Dua Rumah Sakit Swasta di Kota Makassar Tahun Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Sulastomo. (2000). Manajemen Kesehatan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Sulastomo.(2001). Asuransi Kesehatan Sosial Sebuah Pilihan, Edisi Pertama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Thabrany, dkk. (2000) Pedoman Manajemen Utilisasi Pelayanan Kesehatan.Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Thabrany, Hasbullah. (1999). Introduksi Asuransi Kesehatan. Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Thabrany, Hasbullah. (2000). Rasional Pembayaran Kapitasi. Jakarta : Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Thabrany, dkk. (2005). Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan Bagian A. Jakarta: Pamjaki. Thabrany, dkk. (2005). Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan Bagian B. Jakarta: Pamjaki. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1992.(1992). Usaha Perasuransian. 22 April

22 Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun (2009). Rumah Sakit. 15 April Zschock, Dieter K. (1979). Health Care Financing In Developing Countries.Washington, D.C: American Public Health Association 22

Analisis Perhitungan Kapitasi pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang Bekerja Sama dengan BPJS Kesehatan KCU Kota Bogor Tahun 2015

Analisis Perhitungan Kapitasi pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang Bekerja Sama dengan BPJS Kesehatan KCU Kota Bogor Tahun 2015 Analisis Perhitungan Kapitasi pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang Bekerja Sama dengan BPJS Kesehatan KCU Kota Bogor Tahun 2015 The Analysis of Capitation Calculation on Primary Health Care in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Mereka mengeluh, oleh karena sakit menjadi mahal. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Mereka mengeluh, oleh karena sakit menjadi mahal. Semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembiayaan kesehatan, pada akhir akhir ini banyak dikeluhkan masyarakat. Mereka mengeluh, oleh karena sakit menjadi mahal. Semakin meningkatnya biaya pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah perjanjian antara kedua belah pihak atau lebih dengan mana pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah perjanjian antara kedua belah pihak atau lebih dengan mana pihak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Asuransi Definisi asuransi menurut Undang-undang No.2 tahun 1992 tentang asuransi adalah perjanjian antara kedua belah pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung

Lebih terperinci

Gambaran Ekses Klaim Provider PT Asuransi X Pada Polis Yang Diterbitkan Tahun 2012 Periode Pelayanan Januari 2012 Oktober 2013

Gambaran Ekses Klaim Provider PT Asuransi X Pada Polis Yang Diterbitkan Tahun 2012 Periode Pelayanan Januari 2012 Oktober 2013 Gambaran Ekses Klaim Provider PT Asuransi X Pada Polis Yang Diterbitkan Tahun 2012 Periode Pelayanan Januari 2012 Oktober 2013 Evi Rahayu, Wachyu Sulistiadi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS UTILISASI PELAYANAN RAWAT JALAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS CIPAGERAN KOTA CIMAHI TAHUN 2014

ANALISIS UTILISASI PELAYANAN RAWAT JALAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS CIPAGERAN KOTA CIMAHI TAHUN 2014 AALISIS UTILISASI PELAYAA RAWAT JALA PESERTA JAMIA KESEHATA ASIOAL (JK) DI PUSKESMAS CIPAGERA KOTA CIMAHI TAHU 2014 Wawan Erawan¹, Pujiyanto² 1. Departemen AKK, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 Albert Jonathan, 2013 Pembimbing 1 : Oeij Anindita Adhika, dr., M.kes Pembimbing 2 : Sri Utami Sugeng, Dra.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat baik masyarakat umum maupun peserta asuransi kesehatan misalnya

Lebih terperinci

PENILAIAN KECUKUPAN BESARAN KAPITASI SESUAI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 69 TAHUN 2013 PADA KLINIK X, Y, DAN Z

PENILAIAN KECUKUPAN BESARAN KAPITASI SESUAI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 69 TAHUN 2013 PADA KLINIK X, Y, DAN Z PENILAIAN KECUKUPAN BESARAN KAPITASI SESUAI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 69 TAHUN 2013 PADA KLINIK X, Y, DAN Z Examinar, Dumilah Ayuningtyas Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii

Lebih terperinci

Utilization Review di Tempat Praktek: Alat Untuk Mendukung Pelayanan Kesehatan Efektif dan Efisien. Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada

Utilization Review di Tempat Praktek: Alat Untuk Mendukung Pelayanan Kesehatan Efektif dan Efisien. Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada Utilization Review di Tempat Praktek: Alat Untuk Mendukung Pelayanan Kesehatan Efektif dan Efisien Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada Pendahuluan Pelayanan kesehatan bersifat unik: Asimetri informasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN GAMBARAN KLAIM ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN KARYAWAN DAN PENSIUNAN KARYAWAN PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) PERIODE JANUARI 2011 NOVEMBER

PERBANDINGAN GAMBARAN KLAIM ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN KARYAWAN DAN PENSIUNAN KARYAWAN PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) PERIODE JANUARI 2011 NOVEMBER PERBANDINGAN GAMBARAN KLAIM ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN KARYAWAN DAN PENSIUNAN KARYAWAN PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) PERIODE JANUARI 2011 NOVEMBER 2012 Akbar Faizin Yaslis Ilyas Universitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus mengalami

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan data sekunder. Bila dilihat dari dimensi waktunya desain penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan data sekunder. Bila dilihat dari dimensi waktunya desain penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan data sekunder. Bila dilihat dari dimensi waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan masyarakat menjadi tugas utama dari pemerintah. Perihal ini tercantum jelas dalam pasal 34 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Dasar Republik

Lebih terperinci

Kata Kunci :Jaminan Kesehatan Nasional, Puskesmas, Pengetahuan, sikap petugas, dan persepsi pasien Kepustakaan : 20 Buah,

Kata Kunci :Jaminan Kesehatan Nasional, Puskesmas, Pengetahuan, sikap petugas, dan persepsi pasien Kepustakaan : 20 Buah, Gambaran Pengetahuan dan Sikap Petugas Serta Persepsi Pasien terhadap Pelayanan Rawat Jalan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Kabupaten Kendal Tahun 2015 Muhammad Nur Fathoni *), Agus Perry Kusuma

Lebih terperinci

MANAGED CARE. (Sistem Pelayanan Kesehatan Terkendali) DIDIK SUNARYADI,SKM, MKes

MANAGED CARE. (Sistem Pelayanan Kesehatan Terkendali) DIDIK SUNARYADI,SKM, MKes MANAGED CARE (Sistem Pelayanan Kesehatan Terkendali) DIDIK SUNARYADI,SKM, MKes FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 3 Januari 2014 1 tujuan 1. Memahami konsep managed care 2. Memahami

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Faizal Rachman Sjachrul

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Faizal Rachman Sjachrul Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 PERMASALAHAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JPK JAMSOSTEK DI KANTOR CABANG YANG DAPAT MENGAKIBATKAN POTENSI PENINGKATAN BIAYA JAMINAN Faizal

Lebih terperinci

ANALISIS LAMA RAWAT DAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA SISTEM PEMBAYARAN INA DRG DAN NON INA DRG DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

ANALISIS LAMA RAWAT DAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA SISTEM PEMBAYARAN INA DRG DAN NON INA DRG DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA ANALISIS LAMA RAWAT DAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA SISTEM PEMBAYARAN INA DRG DAN NON INA DRG DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MEDAN BERDASARKAN DATA DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN TAHUN 2011 Oleh : Anita Fitriani 090100286 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSI ITAS SUMATERA UTARA U MEDAN 20122 PREVALENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit tidak menular (non communicable diseases) diprediksi akan terus mengalami peningkatan di beberapa negara berkembang. Peningkatan penderita penyakit

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DINAS KESEHATAN KABUPATEN SRAGEN UPTD PUSKESMAS SAMBUNG MACAN II Jalan Raya Timur km 15 Banaran Sambungmacan Sragen Telp (0351) 671294, Kode pos 57253 KEPUTUSAN KEPALA UPTD

Lebih terperinci

PERAN DINKES DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

PERAN DINKES DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini PERAN DINKES DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini PUSAT RS DR SARDJITO (Direktur) Siklus kendali mutu & biaya (Standar Pelayanan Medik / Formularium) Pemantauan utilisasi Penanganan keluhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin (pasal 28H UUD 1945). Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN BIAYA RATA-RATA PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA DI KLINIK FEE FOR SERVICE WILAYAH JAKARTA PUSAT PADA PESERTA PROGRAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MITRA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. program Jamsostek disamping program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan

BAB 1 PENDAHULUAN. program Jamsostek disamping program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) merupakan salah satu program Jamsostek disamping program Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN JPKM

PENYELENGGARAAN JPKM SISTEM KAPITASI DALAM PEMBIAYAAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA Sistem Pembiayaan 1. Fee for service, datang berobat bayar 2. Health insurance, datang berobat yang membayar pihak asuransi (pihak ketiga) Pembayaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu tempat, tetapi juga suatu fasilitas, sebuah institusi dan sebuah organisasi. Dalam mengatur rumah sakit dengan baik maka seseorang harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. medical service yang berbentuk pelayanan individu, atau untuk saat ini dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. medical service yang berbentuk pelayanan individu, atau untuk saat ini dikenal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelayanan dokter dalam sistem pelayanan kesehatan adalah salah satu jenis medical service yang berbentuk pelayanan individu, atau untuk saat ini dikenal sebagai

Lebih terperinci

MATA KULIAH MANAJEMEN PEMBIAYAAN KESEHATAN

MATA KULIAH MANAJEMEN PEMBIAYAAN KESEHATAN RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH MANAJEMEN PEMBIAYAAN KESEHATAN Oleh : Dyah Ayu Puspandari, M.Si., Apt. Army Maria Ulfah, S.Farm., Apt. Bondan Ardiningtyas S.Si., M.Sc., Apt.

Lebih terperinci

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM) : Strategi Aksesitas Pelayanan Kesehatan Di Masa Depan. Henni Djuhaeni

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM) : Strategi Aksesitas Pelayanan Kesehatan Di Masa Depan. Henni Djuhaeni 1 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM) : Strategi Aksesitas Pelayanan Kesehatan Di Masa Depan Henni Djuhaeni I. PENDAHULUAN Pada tahun 1999, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta

Lebih terperinci

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro ANALISIS DESKRITIF LAMA PERAWATAN, KARAKTERISTIK PASIEN DAN PEMBIAYAAN PADA KASUS HEMATOLOGI DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI PASIEN BPJS NON PBI PADA TAHUN 2015 DI RSUP DR KARIADI SEMARANG Dwi Ratna Yuliyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL. dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan

IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL. dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan Yogyakarta, 15 Maret 2014 Agenda Dasar Hukum Kepesertaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Hal ini terjadi

BAB I PENDAHULUAN. akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Hal ini terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan menyulitkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Hal ini terjadi terutama pada keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan program Indonesia Case Based Groups (INA-CBG) sejak

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan program Indonesia Case Based Groups (INA-CBG) sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sukoharjo telah menjalankan program Indonesia Case Based Groups (INA-CBG) sejak tanggal 1 Oktober 2010 sebagai landasan perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia sehingga setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Mewujudkan komitmen global seluruh dunia direkomendasikan untuk membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 Pasal 28 H dan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian 1. Gambaran karakteristik Pasien Hasil penelitian diperoleh jumlah subjek sebanyak 70 pasien. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu Negara bertanggung jawab mengatur agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mempertimbangkan perlunya reformasi penting dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional. Asuransi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang semakin berkembang, tantangan terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa mekanisme pasar didominasi oleh organisasi kesehatan yang mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia telah menerapkan reformasi pelayanan kesehatan melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2014 dengan Badan Pelaksana

Lebih terperinci

Sistem Pembayaran Kapitasi. Didik Sunaryadi,BSc, SKM, MKes

Sistem Pembayaran Kapitasi. Didik Sunaryadi,BSc, SKM, MKes Sistem Pembayaran Kapitasi Didik Sunaryadi,BSc, SKM, MKes Pembayaran PPK (WHO,1993) 1. FEE FOR SERVICE 2. CASE PAYMENT 3. DAILY CHARGE 4. BONUS PAYMENT 5. CAPITATION 6. SALARY 7. GLOBAL BAGET Fee for service

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakan status ekonomi dan sosial. Saat ini, negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. membedakan status ekonomi dan sosial. Saat ini, negara-negara berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeliharaan kesehatan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang tanpa membedakan status ekonomi dan sosial. Saat ini, negara-negara berkembang terus ditekan agar

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 I NYOMAN SATRIA ARIMBAWA PROGRAM

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 246-657X Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Peserta BPJS Kesehatan pada Mutu Pelayanan Kesehatan di Poli Penyakit dalam RSUD Al-Ihsan Bandung Tahun 27 Edi Supriadi, Dadi

Lebih terperinci

Accidental & Health. Hospital Income& Surgical Benefit

Accidental & Health. Hospital Income& Surgical Benefit Accidental & Health Hospital Income& Surgical Benefit Persiapkan segala sesuatunya dengan Hospital Income & Surgical Benefit Perlindungan lengkap akan biaya finansial atas perawatan di rumah sakit, dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Penyebab utama kematian diare

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Penyebab utama kematian diare BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPTIF NET DEATH RATE (NDR) DAN GROSS DEATH RATE (GDR) DI RUMAH SAKIT UMUM KARDINAH KOTA TEGAL PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

ANALISIS DESKRIPTIF NET DEATH RATE (NDR) DAN GROSS DEATH RATE (GDR) DI RUMAH SAKIT UMUM KARDINAH KOTA TEGAL PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 ANALISIS DESKRIPTIF NET DEATH RATE (NDR) DAN GROSS DEATH RATE (GDR) DI RUMAH SAKIT UMUM KARDINAH KOTA TEGAL PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 Irkham Abdullah Azzam*), Maryani Setyowati, SKM, M.Kes**) *) Alumni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor jasa yang begitu cepat diantaranya dipicu oleh berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor jasa yang begitu cepat diantaranya dipicu oleh berbagai macam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan sektor jasa yang begitu cepat diantaranya dipicu oleh berbagai macam perubahan, yaitu (Lupiyoadi, 2001: 4): (1) Demografis, menghasilkan jumlah

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA

PERANAN APOTEKER DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA PERANAN APOTEKER DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA Santi Sinala *) *) Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes RI Makassar

Lebih terperinci

PROSEDUR CASHLESS JARINGAN ALLIANZ

PROSEDUR CASHLESS JARINGAN ALLIANZ 1 Prosedur Layanan Medis PROSEDUR CASHLESS JARINGAN ALLIANZ Rawat Inap dan Melahirkan Peserta membawa kartu Allianz dan KTP/identitas resmi lainnya ke RS Jaringan Allianz. Rp Bagian Administrasi RS menghubungi

Lebih terperinci

ANALISIS UTILISASI DAN BIAYA KLAIM PROGRAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PESERTA BAPEL JPKM PT X DI RS P PERIODE DESEMBER 2012 NOVEMBER 2012

ANALISIS UTILISASI DAN BIAYA KLAIM PROGRAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PESERTA BAPEL JPKM PT X DI RS P PERIODE DESEMBER 2012 NOVEMBER 2012 1 ANALISIS UTILISASI DAN BIAYA KLAIM PROGRAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PESERTA BAPEL JPKM PT X DI RS P PERIODE DESEMBER 2012 NOVEMBER 2012 ERDAYANI 1006819573 Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah asuransi kesehatan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah asuransi kesehatan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kini dunia asuransi di Indonesia sudah semakin berkembang, satu diantaranya adalah asuransi kesehatan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak perusahaan asuransi

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PERSIAPAN PASIEN PULANG TERHADAP KEPUASAN PASIEN TENTANG PELAYANAN KEPERAWATAN DI RS ROMANI SEMARANG

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PERSIAPAN PASIEN PULANG TERHADAP KEPUASAN PASIEN TENTANG PELAYANAN KEPERAWATAN DI RS ROMANI SEMARANG PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PERSIAPAN PASIEN PULANG TERHADAP KEPUASAN PASIEN TENTANG PELAYANAN KEPERAWATAN DI RS ROMANI SEMARANG Vivi Yosafianti 1), Dera Alfiyanti 2) Program Studi Keperawatan Universitas

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN. Pembina Mata Kuliah : Eri Witcahyo, S.KM., M.Kes/ PJMK Yennike Tri H, S.KM, M.Kes. Kaspar, S.Psi., M.PH.

KONTRAK PERKULIAHAN. Pembina Mata Kuliah : Eri Witcahyo, S.KM., M.Kes/ PJMK Yennike Tri H, S.KM, M.Kes. Kaspar, S.Psi., M.PH. KONTRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah : Ekonomi sehatan/ KMU 1412 B e b a n/ Semester : 2 SKS / II Waktu dan Ruang : Senin, 07.00 08.40 WIB (las B) / Ruang 9 Selasa, 16.10 17.50 WIB (las E) / Ruang 3 Rabu, 08.50

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup manusia, demikian halnya dengan kesehatan gigi dan mulut. Pentingnya kesehatan gigi dan mulut juga telah dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius bagi negara, disebabkan insidennya semakin meningkat. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit tidak menular

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAILANG KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO TAHUN 2014 Merry M. Senduk*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012

ARTIKEL ILMIAH. Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012 ARTIKEL ILMIAH Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012 KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Dimploma III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia dari tahun 1992 hingga kini belum mampu mewujudkan tercapainya cakupan peserta program jaminan sosial bagi seluruh penduduk Indonesia (universal

Lebih terperinci

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH. PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : FATHIRAH AINA BT. ZUBIR NIM : 070100405 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Dewan Pertimbangan Medis Dalam BPJS. dr. Abla Ghanie, Sp.T.H.T.K.L (K), FICS

Dewan Pertimbangan Medis Dalam BPJS. dr. Abla Ghanie, Sp.T.H.T.K.L (K), FICS Dewan Pertimbangan Medis Dalam BPJS dr. Abla Ghanie, Sp.T.H.T.K.L (K), FICS Pelayanan Kesehatan Sistim pelayanan kesehatan yang tidak terstruktur- beban tidak merata antar provider HARAPAN Seluruh warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak pertemuan kesehatan dunia ke 58 yang mengesahkan UHC (universal health coverage) (WHO, 2005), dan laporan kesehatan dunia tahun 2010, yang menemukan peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi di berbagai belahan dunia. Prevalensi penyakit hipertensi terus meningkat

Lebih terperinci

TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PADA KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD DR. M

TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PADA KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD DR. M TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PADA KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG BULAN JANUARI-APRIL TAHUN 2014 Essi Mazidah Abstract

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN SUKU BUNGA TERHADAP PERHITUNGAN PREMI NETO TAHUNAN ASURANSI KESEHATAN INDIVIDU

PENGARUH PERUBAHAN SUKU BUNGA TERHADAP PERHITUNGAN PREMI NETO TAHUNAN ASURANSI KESEHATAN INDIVIDU E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.3, Agustus 2013, 17-22 ISSN: 2303-1751 PENGARUH PERUBAHAN SUKU BUNGA TERHADAP PERHITUNGAN PREMI NETO TAHUNAN ASURANSI KESEHATAN INDIVIDU YOGI PRADIPTA 1, I NYOMAN WIDANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan akses masyarakat terutama masyarakat miskin pada pelayanan kesehatan, yaitu saat dibentuknya tim penyusun Sistem Jaminan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara cross sectional retrospektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah

BAB I PENDAHULUAN. No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian rumah sakit berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DI RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Saraginta P. Mosesa*, Angela F.C. Kalesaran*, Paul A. T. Kawatu*

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di tengah munculnya new-emerging disease, penyakit infeksi tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh belahan dunia. Penyakit infeksi masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terkait penghematan biaya. Manfaat dari utilization review

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terkait penghematan biaya. Manfaat dari utilization review BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Utilization Review Utilization review merupakan suatu metode untuk menjamin mutu pelayanan terkait penghematan biaya. Manfaat dari utilization review adalah

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN VOLUME 14 No. 03 September 2011 Halaman 127-132 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Artikel Penelitian EVALUASI PELAKSANAAN UTILIZATION REVIEW BADAN PENGELOLA JAMINAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi jaminan kesehatan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi jaminan kesehatan nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi jaminan kesehatan nasional Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 71 Tahun 2013 jaminan kesehatan

Lebih terperinci

Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari Juni Oleh : LANDONG SIHOMBING

Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari Juni Oleh : LANDONG SIHOMBING Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari Juni 2015 Oleh : LANDONG SIHOMBING 120100122 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 Profil Infeksi Luka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang kompleks dan mempunyai fungsi luas menyangkut fungsi pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi dengan

Lebih terperinci

Oleh : Rahayu Setyowati

Oleh : Rahayu Setyowati FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI INSTALASI GAWAT DARURAT DAN INSTALASI RAWAT INAP RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

Lebih terperinci

efektivitas-efisiensi. efisiensi.

efektivitas-efisiensi. efisiensi. SUBSISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN Biaya kesehatan: Besarnya dana yg harus disediakan utk menyelengarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yg diperlukan oleh perorangan,keluarga,kelompok dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Berdasarkan PerMenKes Nomor:269/Menkes/PER/III/2008 tentang rekam medis menjelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Setiap tindakan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat HUBUNGAN ANTARA UMUR, JENIS KELAMIN DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR ASAM URAT DARAHPADA MASYARAKAT YANG DATANG BERKUNJUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO Jilly Priskila Lioso*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan 1. Latar Belakang 2. Sistem Pembiayaan dalam SJSN 3. Contoh dari negara lain (US) 4. Kondisi Yang Diharapkan

Lebih terperinci

Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur (2012) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 62 Tahun 2012, tanggal 29 Agustus 2012 Tentang :

Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur (2012) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 62 Tahun 2012, tanggal 29 Agustus 2012 Tentang : DAFTAR PUSTAKA Andersen, R. (1995) Revisiting the Behavioral Model and Acces to Medical Care: Does it Matter? Journal of health social behavior, 36 (3): 1-10. Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten

Lebih terperinci

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun... Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Sumbersari Periode 1 Januari-31 Maret 2014 (Study of Antibiotics Use on ARI Patients in Under

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini bedah caesar merupakan metode yang semakin sering digunakan dalam proses melahirkan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya angka kejadian bedah caesar

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Layanan radiografi konvensional yang dapat memenuhi kepuasan pasien

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Layanan radiografi konvensional yang dapat memenuhi kepuasan pasien BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Layanan radiografi konvensional yang dapat memenuhi kepuasan pasien adalah sebuah layanan radiografi yang berkualitas. Dalam

Lebih terperinci

PEMANFAATAN FASILITAS JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DALAM BIDANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK JAWA BARAT TAHUN

PEMANFAATAN FASILITAS JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DALAM BIDANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK JAWA BARAT TAHUN PEMANFAATAN FASILITAS JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DALAM BIDANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK JAWA BARAT TAHUN 2012 Bey Johan Arifin, Warsono Soemadi, Febriana Setiawati

Lebih terperinci

KAJIAN IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN GRATIS DI SULAWESI SELATAN

KAJIAN IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN GRATIS DI SULAWESI SELATAN KAJIAN IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN GRATIS DI SULAWESI SELATAN (Analisis Pasien Rawat Inap program Kesehatan Gratis Provinsi Sulawesi Selatan) 1. Dr. dr. Citrakesumasari, M.Kes 2. Dr. dr. Burhanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang dan investasi untuk keberhasilan pembangunan suatu negara. 1 Oleh karena itu, dilaksanakan pembangunan kesehatan yang diarahkan

Lebih terperinci