PEMANFAATAN FASILITAS JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DALAM BIDANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK JAWA BARAT TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANFAATAN FASILITAS JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DALAM BIDANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK JAWA BARAT TAHUN"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN FASILITAS JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DALAM BIDANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK JAWA BARAT TAHUN 2012 Bey Johan Arifin, Warsono Soemadi, Febriana Setiawati Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Abstrak Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu pelayanan yang biayanya ditanggung program Jamkesmas. Penelitian ini bertujuan mengetahui pemanfaatan fasilitas Jamkesmas serta hubungannya dengan faktor gender, usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan perilaku. Penelitian ini berupa penelitian kuantitatif menggunakan rancangan studi Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat peserta Jamkesmas yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas Kecamatan Cimanggis Kota Depok periode bulan Januari sampai bulan November tahun Responden dalan penelitian ini berjumlah 48 orang yang dipilih secara acak. Data diperoleh menggunakan kuesioner serta pemeriksaan status localis responden, selanjutnya data diolah dengan analisis chi-square. Hasil analisis menunjukkan 25% responden memanfaatkan Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Secara statistik perilaku kesehatan berhubungan signifikan dengan pemanfaatan Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, sedangkan gender, usia, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap pemanfaatan fasilitas Jamkesmas. Kata kunci: Jamkesmas, pemanfaatan, sosiodemografi, kesehatan gigi dan mulut Abstract Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) is a social program of health care for poor people organized by the central government. Oral health services is one of the services whose costs are covered by Jamkesmas program. The purpose of this study was to determine the relationship of the factors of gender, age, education level, employment status, and oral health behaviors with utilization of Jamkesmas facility in oral health at the health center Cimanggis Depok period from January 2012 until november This research is a quantitative study using cross sectional study design. The population in this study is the Jamkesmas program participants who have made visits to the health center Cimanggis in the period January 2012 to november The number of respondents in this study amounted to 48 people are selected trought random sampling. Data obtained using a questionnaire and a visual inspection localis status, then the data is processed by the chi-square analysis. The results showed 25% of respondents utilize health card in the field of oral health. Statistically, dental and oral health behaviour had significant relation on the utilization of Jamkesmas for dental and oral health care, whereas gender, age, education level, and employment status has no significant relation on the utilization of Jamkesmas for dental and oral health care. Keyword: Jamkesmas, utilization, sosiodemografi, dental and oral health 1

2 PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak dasar setiap individu. Tidak terkecuali bagi setiap rakyat Indonesia. Seperti disebutkan pada Undang Undang Dasar 1945 pasal 28H dan Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia, dan negara bertanggung jawab mengatur agar hak tersebut terpenuhi. Di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah, antara lain adalah masalah kesehatan gigi dan mulut. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering ditemukan di Indonesia ditinjau dari segi penyakitnya adalah penyakit jaringan keras yaitu penyakit karies gigi dan penyakit jaringan lunak yaitu gingivitis. Disebutkan pada Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004, prevalensi penyakit karies gigi di masyarakat Indonesia mencapai 90,05%. 1 Sedangkan pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 prevalensi penyakit karies gigi masyarakat Indonesia mencapai 72,1%. 2 Walaupun mengalami penurunan yang cukup signifikan, tetapi prevalensi penyakit karies gigi aktif pada masyarakat Indonesia masih tergolong tinggi, yakni mencapai 46,5%. 2 Sedangkan untuk penyakit periodontal, prevalensinya untuk semua kelompok umur di masyarakat Indonesia mencapai 96,58%. 3 Tingginya prevalensi penyakit karies gigi dan penyakit periodontal di masyarakat Indonesia tidak diikuti dengan kesadaran masyarakat Indonesia akan pengetahuan penyakitnya. Menurut hasil Riskesdas tahun 2007, hanya 23,4% yang merasa bermasalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. 2 Ditinjau dari segi sosial ekonomi, Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut, tidak diiringi dengan meningkatnya kemampuan sosial ekonomi masyarakat Indonesia secara merata. Menurut data Badan Pusat Statistik, tahun 2011 jumlah rakyat miskin di Indonesia masih mencapai 29,89 juta jiwa atau sekitar 12,36% dari total penduduk Indonesia sebanyak sekitar 241 juta jiwa. Sedangkan untuk Propinsi Jawa Barat, jumlah warga miskin pada bulan september 2011 mencapai 4,6 juta jiwa, atau sekitar 10,65% dari total penduduk Propinsi Jawa Barat sebanyak sekitar 43 juta jiwa. 4 Masalah pembiayaan ini tentu saja menjadi masalah serius yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah, masalah ini jelas terbukti dimana menurut hasil Riskesdas tahun 2007, hanya sekitar 29.6% warga Indonesia yang mendapatkan perawatan dari tenaga kesehatan gigi. Sedangkan untuk di Propinsi Jawa Barat sendiri hanya mencapai 33% warga yang mendapatkan perawatan gigi dan mulut dari tenaga medis gigi. 2 Mengingat bahwa di Jawa Barat terdapat sangat banyak puskesmas, rumah sakit, serta universitas yang memiliki fakultas kedokteran gigi. 2

3 Berdasarkan UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pemerintah mengembangkan, membina, dan mendorong jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat merupakan cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dan pembiayaan yang dikelola secara terpadu dalam tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia terdapat beberapa jaminan pemeliharaan kesehatan, antara lain yang dikelola oleh pemerintah adalah Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), Asuransi Kesehatan (Askes). Jaminan kesehatan tersebut secara garis besar dikelompokan berdasarkan kelompok penerima dan sumber dana yang digunakan. 5 Dalam upaya memenuhi tanggung jawabnya memelihara dan menjaga kesehatan rakyat miskin di Indonesia, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jamkesmas, pemerintah menjamin terpenuhinya pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan masyarakat tidak mampu dalam program Jamkesmas yang pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah pusat. 6 Jamkesmas adalah bantuan sosial berupa pelayanan kesehatan bagi fakir miskin dan tidak mampu yang iurannya ditanggung oleh pemerintah. Program Jamkesmas diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan sejak tahun 2008 dan merupakan perubahan dari program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM) atau lebih dikenal dengan program Askeskin yang diselenggarakan sejak tahun Pada tahun 2010, persentase masyarakat Indonesia yang telah memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan mencapai 59%. Dengan rincian, peserta program Jamkesmas sebanyak 76,4 juta jiwa atau sekitar 32% dari total penduduk Indonesia, peserta program Jamkesda sebanyak 31,5 juta jiwa atau sekitar 13% dari total penduduk Indonesia, peserta program Askes PNS dan TNI POLRI mencapai 17 juta jiwa atau sekitar 7% dari total penduduk Indonesia, peserta program Jamsostek sebanyak 4,9 juta jiwa atau sekitar 2% dari total penduduk Indonesia, dan peserta program Asuransi Swasta dan jaminan kesehatan oleh perusahaan sebanyak 9 juta jiwa atau sekitar 4% dari total penduduk Indonesia. Sedangkan sekitar 96 juta masyarakat Indonesia atau sekitar 41% dari total penduduk Indonesia masih belum terlindungi oleh program jaminan pemeliharaan kesehatan apapun. 8 3

4 Jamkesmas memberikan berbagai macam pelayanan kesehatan. Antara lain adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berupa pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, konsultasi kesehatan gigi, perawatan gigi, pencabutan gigi, dan penumpatan gigi. 6 Dengan program ini diharapkan masyarakat miskin dan tidak mampu di Indonesia dapat lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulut dan dengan demikian akan meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa Barat. Waluyanti (2009) menyatakan, kepemilikan jaminan kesehatan terbukti memiliki dampak yang positif dalam kepatuhan melakukan pemeriksaan dan pelayanan kesehatan. Contohnya antara lain adalah lebih tingginya tingkat kepatuhan melakukan imunisasi bagi masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan dibandingkan dengan masyarakat yang tidak memiliki jaminan kesehatan. 9 Menurut data Kementrian Kesehatan, di Indonesia terdapat 852 rumah sakit yang menerima rujukan pasien Jamkesmas. 10 Sedangkan untuk wiliyah Depok terdapat 32 puskesmas, 11 serta 12 rumah sakit yang menerima rujukan pasien Jamkesmas. 12 Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. Andersen (1975) mengelompokan faktor-faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan menjadi 3 kategori, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor kebutuhan. 13 TINJAUAN TEORITIS Jamkesmas adalah bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi fakir miskin dan tidak mampu yang iurannya ditanggung oleh pemerintah. Diselenggarakan oleh kementrian kesehatan sejak tahun 2008 dan merupakan perubahan dari jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin (JPKMM) atau lebih dikenal dengan program Askeskin yang diselenggarakan sejak tahun Terdapat berbagai pelayanan kesehatan yang biayanya ditanggung. Secara garis besar berdasarkan sistem pembebanan biaya yang diberikan pelayanan kesehatan yang diberikan program jamkesmas dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pelayanan kesehatan yang dijamin, pelayanan kesehatan yang dijamin dengan pembatasan, dan pelayanan kesehatan yang tidak dijamin. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dijamin oleh program Jamkesmas antara lain adalah pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, penumpatan gigi, dan pencabutan gigi. 4

5 Menurut Andersen (1975), terdapat berbagai faktor yang memengaruhi pemanfaatan fasilitas kesehatan. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor kebutuhan. Faktor predisposisi adalah kecenderungan individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan yang di tentukan oleh serangkaian variabel seperti keadaan demografi (gender, usia, status pernikahan), keadaan sosial (pendidikan, ras, jumlah keluarga, agama, etnik, kepadatan penduduk, pekerjaan), dan sikap atau kepercayaan yang muncul (terhadap pelayanan kesehatan, terhadap tenaga kerja, dan persepsi sehat sakit masing-masing individu). Faktor pendukung adalah faktor yang menunjukkan kemampuan individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan, ditunjukkan oleh variabel sumber pendapatan keluarga (pendapatan dan tabungan keluarga, asuransi atau sumber pendapatan lain, jenis pelayanan kesehatan yang tersedia serta keterjangkauan pelayanan kesehatan baik segi jarak maupun harga pelayanan), sumber daya yang ada di masyarakat yang tercermin dari ketersediaan kesehatan termasuk jenis dan rasio masingmasing pelayanan dan tenaga kesehatannya dengan jumlah penduduk, kemudian harga pelayanan kesehatan yang memadai dan sesuai dengan kemampuan mereka. Sedangkan faktor kebutuhan adalah faktor yang menunjukkan kemampuan individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang ditunjukkan dengan adanya kebutuhan karena alasan yang kuat seperti pendekatan terhadap penyakit yang dirasakan serta adanya jawaban atas penyakit tersebut dengan cara mencari pelayanan kesehatan. 13 Perilaku merupakan bidang yang sangat luas kompleks. Untuk membatasi dan menyederhanakannya, Benjamin Bloom (1908) mengajukan pembagian perilaku menjadi tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, untuk keperluan pendidikan, para ahli pendidikan berusaha mengukur domain ini. Kognitif diukur dengan pengetahuan responden, afektif diukur dengan menilai sikap responden, dan psikomotor diukur dengan melihat praktik responden. 14 Bloom mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari proses pengindraan yang selanjutnya membuat seseorang memiliki memori akan hal tersebut. Pengetahuan adalah domain yang sangat penting dalam proses pembentukan perilaku, karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan telah terbukti lebih bertahan lama dibandingkan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 14 Sedangkan bloom mendefinisikan sikap sebagai respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. Sikap adalah sesuatu yang abstrak dan ada di dalam pikiran orang yang 5

6 melakukannya. Walaupun sikap seseorang tidak dapat terlihat secara langsung, namun dapat dilakukan tafsiran terhadap perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb menjelaskan sikap sebagai suatu kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan motivasinya. Allport (1954) menguraikan bahwa sikap dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepercayaan terhadap ide dan konsep terhadap objek, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk bertindak. 14 Domain terakhir adalah praktik atau respon nyata yang diperlihatkan oleh orang yang bersangkutan. Praktik tidak terjadi secara refleks jika sikap telah terbentuk. Praktik merupakan tindakan yang dilakukan secara nyata, sehingga kondisi juga harus turut mendukung dalam terjadinya tindakan tersebut. 14,15 Contohnya adalah saat seseorang ingin memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya. Dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut telah memiliki pengetahuan dan sikap yang positif, namun jika kondisi tidak mendukung seperti ketidakmampuan membayar biaya kesehatan atau tidak terjangkaunya pusat pelayanan kesehatan, maka praktik tersebut tidak akan terwujud. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan rangcangan studi Cross sectional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara gender, usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan perilaku dengan pemanfaatan Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di puskesmas Kecamatan Cimanggis Kota Depok Jawa Barat periode bulan Januari sampai bulan November tahun Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cimanggis Kota Depok Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pemanfaatan pelayanan puskesmas tersebut, dengan pertimbangan jarak puskesmas yang dekat dengan Universitas Indonesia yang terdapat beberapa fakultas ilmu kesehatan dimana seharusnya informasi mengenai kesehatan mudah didapatkan. Populasi target dalam penelitian ini adalah masyarakat peserta Jamkesmas yang pernah melakukan kunjungan di puskesmas Kecamatan Cimanggis Kota Depok, dalam rentang waktu bulan Januari sampai bulan November tahun Sedangkan populasi studi adalah beberapa masyarakat peserta program Jamkesmas yang pernah melakukan kunjungan ke Puskesmas Kecamatan Cimanggis Kota Depok dan ditentukan secara random sampling. 6

7 Penelitian ini dilaksanakan dimulai pada bulan September tahun 2012 dan berakhir pada bulan Desember tahun 2012 HASIL PENELITIAN Survei dilakukan pada 48 individu. Seluruh responden merupakan peserta program Jamkesmas. Data pemanfaatan fasilitas Jamkesmas, gender, usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan didapatkan melalui kuesioner yang ditanyakan langsung oleh peneliti, sedangkan data perilaku didapatkan menggunakan kuesioner dan sacara visual untuk melihat status lokalis pasien. Seluruh data dapat diolah, sehingga data yang dapat diolah berjumlah 48 data. Tabel Distribusi Responden No Variabel Frekuensi % 1 Pemanfaatan Tidak memanfaatkan Memanfaatkan Gender Laki-laki 21 43,75 Perempuan 27 56,25 Muda 4 8,3 3 Usia Dewasa 30 62,5 Tua 14 29,2 Rendah 21 43,75 4 Tingkat pendidikan Sedang 6 12,5 Tinggi 21 43,75 5 Status pekerjaan Tidak memiliki pekerjaan tetap 41 85,4 Memiliki pekerjaan tetap 7 14,6 6 Perilaku Kesehatan Buruk 23 47,9 Baik 25 52,1 Berdasarkan hasil pengumpulan data, ditinjau dari pemanfaatan fasilitas Jamkesmas responden yang memanfaatkan berjumlah 12 orang (25%), sedangkan responden yang tidak memanfaatkan berjumlah 36 orang (75%), ditinjau dari aspek segi gender responden laki-laki berjumlah 21 orang (43,75%), dan responden peremuan berjumlah 27 orang (56,25%), ditinjau dari segi usia, responden dengan kelompok usia muda (0-14 tahun) berjumlah 4 orang (8,3%), kelompok usia dewasa (15-50 tahun) berjumlah 30 orang (63,5%), dan kelompok usia tua (>50 tahun) berjumlah 14 orang (29,5%)., ditinjau dari aspek tingkat 7

8 pendidikan responden berpendidikan rendah (tidak lulus SMP) berjumlah 21 orang (43,75%), responden berpendidikan sedang (lulus SMP) berjumlah 6 orang (12,5%), dan responden berpendidikan tinggi (lulus SMA) berjumlah 21 orang (43,75%)., ditinjau dari aspek status pekerjaan responden yang memiliki pekerjaan tetap berjumlah 7 orang (14,6%), sedangkan responden yang tidak memiliki pekerjaan tetap berjumlah 41 orang (85,4%).dan ditinjau dari aspek perilaku kesehatan responden yang memiliki perilaku baik berjumlah 25 orang (52,1%), sedangkan responden yang memiliki perilaku kesehatan buruk berjumlah 23 orang (47,9%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel distribusi responden Variabel Gender Usia Tingkat pendidikan Status pekerjaan Perilaku Kesehatan Tabel Analisis Bivariat Pemanfaatan Fasilitas Jamkesmas Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan f % f % Laki-laki 6 28, ,4 Perempuan 6 22, ,8 Muda Dewasa Tua 5 35,7 9 64,3 Rendah 8 38, ,9 Sedang Tinggi Tidak memiliki pekerjaan tetap 1 14,3 6 85,7 Memiliki pekerjaan tetap 11 26, ,2 Buruk Baik 2 8, ,3 p = 0,614 p = 0,533 p = 0,115 p = 0,479 p = 0,012 Berdasarkan analisis hubungan variabel bebas yaitu gender, usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan perilaku kesehatan responden terhadap variabel terikat yaitu pemanfaatan fasilitas Jamkesmas, didapatkan bahwa hanya perilaku kesehatan resonden saja yang berhubungan secara signifikan terhadap pemanfaatan fasilitas Jamkesmas. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel analisis bivariat. 8

9 PEMBAHASAN Berdasarkan model pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan, gender memberikan pengaruh pada pemanfaatan pelayanan kesehatan. Wibisana (2007) memaparkan bahwa berberapa penyakit yang berbasis jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa sebagian responden laki-laki atau sebanyak 71,4% tidak memanfaatkan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Begitu pula dengan responden perempuan sebanyak 77,8% tidak memanfaatkan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai significance p=0,614>0,05, hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara gender reponden dengan pemanfaatan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kecamatan Cimanggis periode bulan Januari sampai bulan November tahun Hasil ini tidak selaras dengan model pemanfaatan fasilitas kesehatan Andersen yang menyatakan bahwa gender memengaruhi seorang individu dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, Hasil ini berbeda pula dengan hasil penelitian Wahono (2011) yang mendapatkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antar jenis kelamin responden dengan utilisasi pelayanan Jamkesda. Namun hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Sitanggang (2002), dalam penelitiannya ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan pemanfaatan kartu Askes. Perbedaan ini sangat mungkin terjadi karena karakteristik responden dari masing-masing penelitian yang berbeda. Dapat dilihat bahwa distribusi gender dalam penelitian ini kurang merata, yaitu terdapat 43,75% responden laki-laki, dan 56,25% responden perempuan. Jika dikaitkan dengan distribusi status pekerjaan dimana, hanya terdapat 14,6% responden yang memiliki pekerjaan tetap, sedangkan 85,4% responden memiliki pekerjaan tidak tetap, dimana pada umumnya laki-laki yang bekerja dan secara tidak langsung akan memengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. Sehingga dalam penelitian ini didapatkan bahwa tidak adanya hubungan antara gender dengan pemanfaatan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kecamatan Cimanggis. 9

10 Berdasarkan teori, usia merupakan faktor predisposisi yang berperan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan (Andersen & Newman, 1973). Dapat dikatakan, semakin tua seseorang maka akan semakin banyak penyakit yang diderita atau yang mengancam, oleh karena itu usia dianggap memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh individu. Ilyas (2011), memaparkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap pemanfaatan fasilitas kesehatan lebih tinggi pada usia dibawah 5 tahun dan diatas 50 tahun. NCHS (2000), menemukan pula bahwa individu paling sering memiliki kontak dengan fasilitas kesehatan adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dan individu yang telah berusia diatas 50 tahun. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa sebagian besar reponden usia muda (75%), dewasa (80%), dan tua (64,3%) tidak memanfaatkan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai significance p=0,533>0,05, hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia reponden dengan pemanfaatan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kecamatan Cimanggis periode bulan Januari sampai bulan November tahun Hasil penelitian ini berlawanan dengan model pemanfaatan fasilitas kesehatan menurut Andersen, dimana usia merupakan salah satu faktor yang memengaruhi individu dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Sitanggang (2002), dalam penelitiannya tentang pemanfaatan kartu Askes dalam mendapatkan pengobatan rawat jalan menemukan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan pemanfaatan Askes di Keacamatan Jambi Selatan. Perbedaan ini sangat mungkin terjadi karena karakteristik responden yang berbeda, dimana karakteristik responden penelitian ini adalah masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan dan memiliki pendidikan yang rendah, sedangkan masyarakat pemegang Askes merupakan masyarakat yang memiliki pekerjaan tetap atau berpenghasilan tetap serta mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang relatif tinggi. Namun, hasil serupa ditemukan dalam penelitian Wahono (2011) dimana tidak ditemukan hubungan antara usia dengan pemanfaatan Jamkesda. Savitri (2011), dalam penelitiannya, mengenai utilisasi Puskesmas oleh peserta Jamkesmas juga menemukan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pemanfaatan Puskesmas. Kesamaan hasil penelitian ini sangat mungkin terjadi karena persamaan karakteristik responden. Secara teori, usia tidak dapat dipisahkan dengan tingkat pendidikan, dimana diasumsikan semakin tua seseorang maka tingkat pendidikan akan semakin tinggi. Namun bila melihat 10

11 distribusi pendidikan dimana 43,75 % responden memiliki penddidikan rendah, 12,5% berpendidikan sedang, dan 43,75% berpendidikan tinggi, tidak selaras dengan distribusi usia, yaitu responden berusia muda 8,3%, berusia dewasa 62,5%, dan responden berusia tua 29,2%. Hal tersebut merupakan salah satu alasan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok usia muda, dewasa, dan tua dalam hal memanfaatkan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kecamatan Cimanggis Depok Berdasarkan teori Andersen dan Newman (1974), pendidikan merupakan salah satu variabel struktur sosial yang memengaruhi gaya hidup masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Ilyas (2011) memaparkan bahwa faktor pendidikan kesehatan modern menentukan tuntutan terhadap pemanfaatan fasilitas kesehatan. Thabrany (2005), menyatakan pendidikan memengaruhi konsumsi pelayanan kesehatan secara signifikan. Dapat dikatakan, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula pengetahuan individu tersebut, sehingga akan memiliki sikap yang semakin positif dalam hal pemanfaatan fasilitas kesehatan. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa sebagian besar reponden berpendidikan rendah (61,9%), sedang (100%), dan tinggi (81%) tidak memanfaatkan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai significance p=0,115>0,05, hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan reponden dengan pemanfaatan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kecamatan Cimanggis periode bulan Januari sampai bulan November tahun Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Savitri (2011) dalam penelitiannya mengenai utilisasi Puskesmas oleh peserta Jamkesmas yang mendapatkan hasil tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan individu dengan utilisasi jaminan kesehatan. Hasil penelitian ini tidak selaras dengan model pemanfaatan Andersen yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pemanfaatan fasilitas kesehatan. Temuan dalam penelitian ini menggambarkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pemanfaatan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut dikarenakan tidak meratanya distribusi tingkat pendidikan responden. Dari 11

12 data didapatkan 43,75% responden memiliki pendidikan rendah, 12,5% berpendidikan sedang, dan 43,75% berpendidikan tinggi. Berdasarkan teori Andersen dan Newman (1974), Pekerjaan merupakan salah satu variabel struktur sosial yang memengaruhi gaya hidup masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pekerjaan berperan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan karena perolehan jaminan kesehatan, pengahasilan yang didapatkan dari pekerjaan tersebut, serta resiko yang ditimbulkan dari pekerjaan tersebut (Wibisana, 2007). Dari hasil penelitian ini, responden yang memiliki pekerjaan tetap sebagian besar atau sebanyak 6 reponden (85,7%) tidak memanfaatkan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kecamatan Cimanggis dalam rentang waktu bulan Januari sampai bulan November tahun Hal ini juga ditemukan pada responden yang tidak memiliki pekerjaan tetap, yaitu sebanyak 30 (73,2%) responden tidak memanfaatkan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai significance p=0,479>0,05, hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan reponden dengan pemanfaatan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kecamatan Cimanggis periode bulan Januari sampai bulan November tahun Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wahono (2011) di Puskesmas Tumbang Talaken, Kabupaten Gunung Mas pada tahun 2011, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan utilisasi jaminan kesehatan. Hasil ini berbeda dengan model Andersen yang menyatakan bahwa pekerjaan merupakan faktor yang memengaruhi individu dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. Hasil tersebut juga berbeda dengan penelitian Sitanggang (2002), yang menemukan bahwa adanya hubungan bermakna antara pekerjaan individu dengan pemanfaatan fasilitas kartu askes. Temuan dalam penelitian ini menggambarkan rendahnya tingkat pemanfaatan oleh responden yang memiliki pekerjaan tetap disebabkan karena waktu yang tidak memungkinkan para responden untuk melakukan kunjungan ke poligigi di puskesmas Kecamatan Cimanggis yang waktu beroperasinya terbatas pada pukul delapan pagi dan tutup pukul 12 siang. Sedangkan secara garis besar, responden yang tidak memiliki pekerjaan tetap dapat diasumsikan memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Sehingga rendahnya tingkat pemanfaatan oleh responden yang tidak memiliki pekerjaan tetap. 12

13 Menurut teori, sikap, pengetahuan, dan praktik yang berhubungan dengan kesehatan merupakan variabel yang memengaruhi individu dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan (Andersen & Newman, 1974). Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksanaan motif tertentu (Newcomb dalam Notoadmodjo: 2007). Sedangkan, Bloom mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari proses pengindraan yang selanjutnya membuat seseorang memiliki memori akan hal tersebut. Dan praktik merupakan tindakan yang dilakukan secara nyata, sehingga kondisi juga harus turut mendukung dalam terjadinya tindakan tersebut. Ketiga hal tersebut merupakan domain dari perilaku. Sehingga secara garis besar, semakin baik perilaku kesehatan seseorang, maka motivasi untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan akan semakin tinggi. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa sebagian besar reponden berperilaku baik (60%) dan sebagian besar responden berperilaku buruk (91,3%) tidak memanfaatkan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Namun hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai significance p=0,012<0,05, hal ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kesehatan reponden dengan pemanfaatan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kecamatan Cimanggis periode Januari sampai November Berbeda dengan hasil penelitian Savitri (2011), dimana ditemukan tidak adanya hubungan signifikan antara pengetahuan responden dengan pemanfaatan Jamkesmas. Hasil penelitian ini sesuai dengan model pemanfaatan Andersen, yang menyatakan bahwa perilaku merupakan salah satu faktor yang memengaruhi individu dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. Hasil ini juga serupa dengan hasil Wahono (2011) yang menemukan adanya hubungan antara sikap dan pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan Jamkesda. Begitu pula dengan penelitian Hermanto (2009) yang menemukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat pemanfaatan kartu Jamkesmas di Poliklinik Umum dan Spedialis Penyakit Dalam. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perilaku memiliki hubungan dengan pemanfaatan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Dengan kata lain, semakin baik perilaku seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan jaminan kesehatannya. 13

14 KESIMPULAN Berdasarkan data kunjungan Puskesmas Kecamatan Cimanggis, hanya 30 kali atau sebanyak 0,05% dari total jumlah kunjungan Puskesmas yang merupakan kunjungan peserta Jamkesmas ke poligigi dan hanya terdapat 30 kali atau sebanyak 1,7% dari total jumlah kunjungan peserta Jamkesmas ke Puskesmas Kecamatan Cimanggis yang merupakan kunjungan peserta Jamkesmas ke poligigi. Berdasarkan hasil analisis, hanya variabel perilaku kesehatan yang memiliki hubungan signifikan dengan pemanfaatan fasilitas Jamkesmas, sedangkan variabel lain yaitu gender, usia, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan tidak memiliki hubungan yang signifikan. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka disampaikan beberapa saran sebagai berikut: Perlu adanya tindak lanjut untuk meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat melalui berbagai upaya, misalnya saja penyuluhan, dimana diharapkan dengan meningkatnya perilaku kesehatan masyarakat, maka meningkat pula pemanfaatan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Hal ini merupakan tanggung jawab Kementrian Kesehatan sebagai pembuat kebijakan, Puskesmas sebagai unit pelaksana lapangan, mahasiswa khususnya mahasiswa yang memiliki kekhususan dalam bidang kesehatan sebagai agen kemajuan bangsa, dan tentunya tanggung jawab masyarakat itu sendiri. Dinas Kesehatan Kota Depok perlu meningkatkan sosialisasi Jamkesmas kepada mayarakat sehingga masyarakat dapat lebih mengetahui prosedur penggunaan fasilitas Jamkesmas terutama dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Puskesmas Kecamatan Cimanggis diharapkan menggunakan pendataan pasien secara komputerisasi sehingga meminimalisir kehilangan kartu status pasien. Selain itu Puskesmas Kecamatan Cimanggis perlu meningkatkan promosi tentang kesehatan gigi dan mulut secara terus menerus melalui media-media, posyandu, serta melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Peserta Jamkesmas diharapkan memanfaatkan fasilitas Jamkesmas terutama dalam bidnag kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat memperoleh kesehatan gigi dan mulut yang optimal dan meningkatkan derajat kesehatan individu dan keluarga. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang memiliki hubungan signifikan dengan pemanfaatan fasilitas Jamkesmas dalam bidang 14

15 kesehatan gigi dan mulut, seperti faktor penyedia pelayanan kesehatan dan pengetahuan masyarakat terhadap prosedur pemanfaatan fasilitas Jamkesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut REFERENSI 1 Badan Litbang Depkes, Survei Kesehatan Rumah Tangga Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; Badan Litbang Depkes, Riset Kesehatan Dasar Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; Tampubolon NS, Dampak Penyakit karies Gigi dan Penyakit Periodontal Terhadap Kualitas Hidup. Medan: Universitas Sumatera Utara; Kependudukan. 2011, Accessed September 17th Jamkesda Berbeda Dengan Jamkesmas. 2012, Accessed September 25th Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor Jakarta: Kementrian Kesehatan; Regulasi Jamkesmas. 2012, Accessed September 17th Statistik Jaminan Sosial. 2010, Accessed September 17th Waluyanti F T. Analisis Faktor Kepatuhan Imunisasi di Kota Depok. Depok: Universitas Indonesia; Sudah 517 RS Menerima Uang Muka Jamkesmas. 2008, Accessed September 17th Database Kesehatan per Kabupaten. 2012, Accessed September 17th Rumah Sakit. 2012, Accessed October 3rd Andersen, Ronald et al. Equity in Health: Empirical Analysis in Social Policy, London: Cambridge Mall Bailinger; Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT Rineka Cipta; Furqon M A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Imunisasi Dasar di Jakarta Timur. Jakarta: Universitas Indonesia;

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG Ni Nyoman Dewi Supariani 1 Abstract. The utilization of oral health services

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TAMALANREA KOTA MAKASSAR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TAMALANREA KOTA MAKASSAR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TAMALANREA KOTA MAKASSAR Factors Associated With The Utilization of Health Services in The Health Tamalanrea Makassar City St.Rachmawati,

Lebih terperinci

Ninda Karunia Rahayu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Ninda Karunia Rahayu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga ANALISIS EQUITY PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT BERDASARKAN STATUS PEMBAYARAN (PADA PESERTA JAMKESMAS, ASKES, DAN UMUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBAKREJO SURABAYA) Ninda Karunia Rahayu Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program Oral Health 2010 yang telah disepakati oleh WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. program Oral Health 2010 yang telah disepakati oleh WHO (World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masih menjadi isu global yang perlu diperhatikan. Pentingnya kesehatan gigi dapat dilihat dari terselenggaranya program Oral Health 2010 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan pelayanan kesehatan secara umum bisa dikaitkan baik. di beberapa daerah yang mengalami kendala dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan pelayanan kesehatan secara umum bisa dikaitkan baik. di beberapa daerah yang mengalami kendala dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan pelayanan kesehatan secara umum bisa dikaitkan baik tetapi masih ada di beberapa daerah yang mengalami kendala dalam pemanfaatan puskesmas. Ini terlihat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PESERTA BPJS DI KELURAHAN ROWOSARI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ROWOSARI

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PESERTA BPJS DI KELURAHAN ROWOSARI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ROWOSARI HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PESERTA BPJS DI KELURAHAN ROWOSARI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ROWOSARI Bayu Kusuma Wardana 1, Suharto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Pelayanan Gigi Di Puskesmas Way Laga Kota Bandar Lampung

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Pelayanan Gigi Di Puskesmas Way Laga Kota Bandar Lampung Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Pelayanan Gigi Di Puskesmas Way Laga Kota Bandar Lampung Abstrak Avoanita Yosa dan Sri Wahyuni Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat sering tidak menyadari bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, barulah orang

Lebih terperinci

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani * PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT Desi Andriyani * Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan pada umumnya,masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau merupakan hak bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada Tahun 2000 strategi global kesehatan untuk semua dari World Health Organization (WHO) menekankan bahwa kesehatan adalah hak manusia, yang mengandung arti bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal meliputi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, identifikasi kerangka kerja konseptual, pertanyaan penelitian, variabel penelitian,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG Anni Suciawati* *Fakultas Kesehatan Prodi Kebidanan Universitas Nasional Email Korespodensi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang kesejahteraan sosial sudah pasti berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan (Depkes RI, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Kesehatan No. 44 tahun 2009, menyebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak untuk hidup sehat dan sejahtera merupakan bagian dari hak asasi manusia yang diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

Kata Kunci :Jaminan Kesehatan Nasional, Puskesmas, Pengetahuan, sikap petugas, dan persepsi pasien Kepustakaan : 20 Buah,

Kata Kunci :Jaminan Kesehatan Nasional, Puskesmas, Pengetahuan, sikap petugas, dan persepsi pasien Kepustakaan : 20 Buah, Gambaran Pengetahuan dan Sikap Petugas Serta Persepsi Pasien terhadap Pelayanan Rawat Jalan Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Kabupaten Kendal Tahun 2015 Muhammad Nur Fathoni *), Agus Perry Kusuma

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN KEHILANGAN GIGI TETAP DENGAN MINAT PEMAKAIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN KEHILANGAN GIGI TETAP DENGAN MINAT PEMAKAIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN KEHILANGAN GIGI TETAP DENGAN MINAT PEMAKAIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN 1 Anie Kristiani 1 Dosen Poltekkes Kemnekes Tasikmalaya Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI (Studi Observasional di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura Timur Kabupaten Banjar Tahun 2017) Elsa Mahdalena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia, perlu diketahui

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia, perlu diketahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian sehat menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu kedaan kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011). 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang kesehatan merupakan salah satu indikator utama dari berkembangnya kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah geografis tertentu.kesejahteraan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu sektor yang mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

Nisa khoiriah INTISARI

Nisa khoiriah INTISARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0 2 TAHUN DI DESA TURSINO KECAMATAN KUTOARJO KABUPATEN PURWOREJO Nisa khoiriah INTISARI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN Jurnal e-gigi (eg), Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 015 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN 1 Vita A. Lethulur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28 H dan UU Nomor 36/2009 tentang kesehatan). Oleh karenanya setiap individu, keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Sedangkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 Sri Mulyati Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi penulis

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS Wiwin Hindriyawati 1, Rosalina 2,Wahyuni 2 INTISARI Latar Belakang: Prevalensi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU Rita Afni Kebidanan STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 246-657X Tingkat Pengetahuan Jaminan Kesehatan Nasional Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan di Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 215 1 Risya

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Perilaku : - Pengetahuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA Merry Tiyas Anggraini, Afiana Rohmani Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam tubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan dalam status kesehatan perorangan.

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri Ni Putu Lisa Eka Pratiwi, Luh Seri Ani (Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan E-JURNAL Ibu MEDIKA, dengan VOL. Sikap 6 dan NO. 10, Perilaku OKTOBER, Ibu...) 2017 : 45-49 ISSN: 2303-1395 Hubungan Antara Tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertera dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur penting yang harus dimiliki manusia untuk mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih sangat memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hal ini terlihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah merupakan Rumah Sakit

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PASIEN MELAKUKAN PENGOBATAN TRADISIONAL KE BALAI PENGOBATAN TRADISIONAL DI YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PASIEN MELAKUKAN PENGOBATAN TRADISIONAL KE BALAI PENGOBATAN TRADISIONAL DI YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PASIEN MELAKUKAN PENGOBATAN TRADISIONAL KE BALAI PENGOBATAN TRADISIONAL DI YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI DISUSUN OLEH : ADELLIA DINI 201110104236 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY

Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY Analisa Hubungan Karakteristik Pasien dengan Tingkat Kepuasan Pasien di RSGMP UMY Ike Primalia Alveonita

Lebih terperinci

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Persepsi, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Persepsi, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, PENDAPATAN, PERSEPSI KEPALA KELUARGA DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIKALA BARU KOTA MANADO Riyadi Kurniawan Agus*. Ardiansa A.T Tucunan*.

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu Ainy M. Pakasi 1, Berthina H. Korah 2, Henry S. Imbar 3 1. D IV Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado 2. Jurusan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN 2014 Sakinah 1*, Herlina 2 1 STIKes Prima Prodi IKM

Lebih terperinci

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III (Motivation and Obedience of Antenatal Care (ANC) Visit of 3rd Trimester Pregnant Mother) Ratna Sari Hardiani *, Agustin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial di Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG Ninda Ayu Pangestuti *), Syamsulhuda BM **), Aditya Kusumawati ***) *)Mahasiswa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI Retno Palupi Yonni STIKes Surya Mitra Husada Kediri e-mail

Lebih terperinci

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK Dyah Ayu Wulandari 1, Nadhifah 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG. 50 GIZIDO Volume 5 No. 1 Mei 013 Hubungan Pengetahuan Ibu Els Ivi Kulas HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA Lilis Afrikayanti 1, Ninuk Sri Hartini 2, Sri Rahayu 3

Lebih terperinci

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada

Lebih terperinci

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP LANSIA MENGENAI POSBINDU DI RW 07 DESA KERTAWANGI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2011 Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014 386 Artikel Penelitian Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014 Selvia Emilya 1, Yuniar Lestari 2, Asterina 3 Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang sangat penting di Indonesia. Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR Relationship between Service Quality with Re-Utilization Interest of Health Services

Lebih terperinci

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MARAPI KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2015 Eskalila Suryati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

Lebih terperinci

ANALISIS UTILISASI PELAYANAN RAWAT JALAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS CIPAGERAN KOTA CIMAHI TAHUN 2014

ANALISIS UTILISASI PELAYANAN RAWAT JALAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS CIPAGERAN KOTA CIMAHI TAHUN 2014 AALISIS UTILISASI PELAYAA RAWAT JALA PESERTA JAMIA KESEHATA ASIOAL (JK) DI PUSKESMAS CIPAGERA KOTA CIMAHI TAHU 2014 Wawan Erawan¹, Pujiyanto² 1. Departemen AKK, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA Latar Belakang: Virus Hepatitis B atau (HBV) adalah virus DNA ganda hepadnaviridae. Virus Hepatitis B dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN Di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1-31 Januari 2012 JURNAL PENELITIAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 23 30 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PENTINGNYA PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS NAMTABUNG KEC. SELARU KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Fasiha (Poltekkes Kemenkes Maluku) ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan. HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS BERUNTUNG RAYA BANJARMASIN Ika Mardiatul Ulfa 1, Hariadi Widodo 2, Siti Zulaiha 2 1 AKBID Sari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mempertimbangkan perlunya reformasi penting dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional. Asuransi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016

Hubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016 Hubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016 Deri Ade Pratama *), Dyah Ernawati **) *) Alumni S1

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN Cici Violita Dewi Cintya Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN An Nadaa, Vol 1 No.1, Juni 2014, hal 26-31 Artikel VI HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN Relation of Quality of Health

Lebih terperinci

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children JANNAH LINGGA Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional untuk tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL THE DESCRIPTION OF KNOWLEDGE ABOUT THE DANGERS OF SMOKING FOR ORAL HEALTH AMONG THE

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang semakin modern dalam berbagai aspek kehidupan termasuk aspek kesehatan lambat laun seiring dengan perkembangan zaman menuntut masyarakat juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan sebuah peristiwa alamiah yang dialami setiap wanita yang telah berumah tangga atau telah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Kehamilan

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG JURNAL VISIKES - Vol. 12 / No. 2 / September 2013 TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG Kriswiharsi Kun Saptorini *), Tiara

Lebih terperinci

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49 A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49 HUBUNGAN KEBIASAAN ANAK MENJAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN GIGI DENGAN KARIES MOLAR PERTAMA PERMANEN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PADANG TIMUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan sistem kesehatan nasional (SKN), bahwa pembangunan kesehatan harus merata di seluruh wilayah di Indonesia, namun kenyataannya pembangunan pada aspek kesehatan

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH 4 (3) (2015) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN PADA SALAH SATU DESA DI WILAYAH LAMPUNG TIMUR Damayanti*, Siti Fatonah* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes

Lebih terperinci

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013 FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SARAPAN PAGI PADA ANAK DI SD ST.THOMAS 1 MEDAN TAHUN 2013 Rindika Christiani Siregar 1, Eddy Syahrial 2, Alam Bakti Keloko 2 1 Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan yang terjadi setiap daerah, banyak menyebabkan perubahan dalam segi kehidupan manusia baik fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors)

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL Jurnal maternal Dan Neonatal, 12/12 (2016), Hal 1-7 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL Heni Triana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas

Lebih terperinci