BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filsafat Cina
|
|
- Hendra Doddy Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN Di dalam Bab I yang berupa pendahuluan ini mencakup tentang: latar belakang filsafat Cina, kekhasan filsafat Cina, kedudukan dan fungsi filsafat dalam peradaban Cina, dan asal-mula aliran-aliran filsafat Cina. Hal-hal yang bersifat umum terkait dengan filsafat Cina tersebut perlu dipahami oleh mahasiswa, sebelum mahasiswa dapat menjelaskan dan akhimya menilai pemikiran-pemikiran filsafat Cina pada Jaman Kuno Awal yang akan diuraikan dalam bab II. Setelah mengikuti proses pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan latar belakang filsafat Cina, kekhasan filsafat Cina, kedudukan dan fungsi filsafat dalam peradaban Cina, serta asal mula aliran-aliran filsafat Cina. A. Latar Belakang Filsafat Cina Latar belakang geografi bangsa Cina menunjukkan bahwa Cina adalah negeri daratan. Karena Cina merupakan suatu negeri kontinental, maka bangsa Cina pada awalnya harus mencari nafkah di bidang pertanian. Dalam suatu negeri agrarian, tanah merupakan dasar kekayaan. Oleh karena itu sepanjang sejarah Cina, pemikiran serta kebijakan sosial ekonomi berpusat di sekitar pembagian serta penggunaan tanah. Dalam pemikiran para filsuf Cina mengenai bidang sosial dan ekonomi, ada pemilahan antara apa yang mereka namakan akar dengan cabang. Akar mengacu kepada bidang pertanian dan cabang mengacu kepada bidang perdagangan. Argumentasinya ialah, bahwa pertanian bersangkutan dengan produksi, sedangkan perdagangan sekedar bersangkutan dengan pertukaran. Secara logis sebelum terjadi pertukaran harus terdapat produksi terlebih dahulu. Di suatu negeri agraris, pertanian merupakan bentuk pokok produksi, oleh karena itu sepanjang sejarah Cina teori-teori serta kebijakan sosial ekonomi semuanya berusaha untuk mengutamakan, akar dan meremehkan cabang. Dalam pemikiran kiasik Cina, orang-orang yang berkecimpung dalam cabang, artinya para pedagang dipandang rendah. Mereka merupakan yang terakhir di antara empat kelas masyarakat tradisional Cina. Keempat kelas tersebut ialah: para sarjana, para petani, para pekerja tangan, serta para pedagang (shih, nung, kung, shang). Oleh karenanya suatu keluarga yang mempunyai tradisi belajar dari bertani merupakan sesuatu yang memberi kebangaan.
2 Nilai bidang pertanian mendapatkan tempat yang tertinggi dalam pemikiran filsuf Cina. Oleh karena itu teori gerak-balik tao yang diilhami oleh para kaum petani, yang memberi dukungan utama bagi ajaran jalan tengah sama-sama disukai oleh dua aliran besar di Cina yaitu Confucianisme dan Taoisme. Teori gerak-balik tao mengatakan bahwa balk dalam lingkungan alam maupun dalam lingkungan manusia, jika perkembangan sesuatu hal membawa titik yang mengujung, maka akan terjadi pembalikan ke titik ujung yang lain. Teori ini merupakan isi pokok filsafat Cina, yaitu keharmonisan, jalan tengah. Teori tersebut juga memberikan pengaruh yang besar terhadap bangsa Cina. Jangan sampai berlebihan dan sifat keharmonisan merupakan dalil pokok dua aliran filsafat di Cina, yaitu Confucianisme dan Taoisme. Di dalam filsafat Cina, pandangan petani bukan hanya menentukan isi filsafatnya - seperti pembalikan merupakan gerakan Tao, melainkan juga menentukan metodologinya, yaitu intuisi (Fung Yu lan, 1964: 23). Pemikiran filsafat Cina jika dirunut pada mulanya ternyata amat dipengaruhi oleh keadaan geografi dan ekonomi bangsa Cina. B. Kekhasan Filsafat Cina Pemikiran filsafat Cina memiliki kekhasan sebagai berikut: bersifat kemanusiaan dan humanisme, bersifat jauh dari hal-hal yang adikodrati, bersifat this worldly dan toleran terhadap filsafat maupun agama lain, bersifat demokratis, bersifat pragmatis, bersifat hormat terhadap orang tua, dan bersifat keharmonisan (Lasiyo, 1982: 16-22). Penjelasan tentang hal ini secara singkat akan diuraikan dalam paparan berikut. Mengenai sifat kemanusiaan dan humanisme. Bahwa filsafat Cina tema pokoknya adalah perikemanusiaan. Oleh karena itu filsafat Cina dimaksudkan untuk mempertinggi taraf kejiwaan manusia. Titik berat filsafat Cina untuk memperbaiki serta menyeimbangkan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Pemikiran filsafat Cina bertitik tolak pada kebutuhan manusia, sedangkan tujuannya adalah sikap kemanusiaan yang tulus dan perasaan setia kawan terhadap manusia yang lain. Filsafat cina bersifat jauh dari hal-hal yang adi kodrati. Orang Cina sudah merasa puas jika sudah dapat hidup selaras dengan alam semesta. Selaras dengan sifat ini, maka menurut pemikirannya orang yang lain berbahaya dalam hidupnya ialah orang yang selalu hidup dekat dengan alam. Orang-orang tersebut
3 adalah para petani dan para nelayan. Para pemikir Cina ingin memikirkan dan membereskan keadaan dunia ini terlebih dahulu, mereka enggan membicarakan hal-hal dibalik dunia in Bukannya berarti mereka tidak percaya atau tidak ber- Tuhan, tetapi mereka tetap percaya bahwa Tuhan sebagai pendipta. Sifat this worldly, kesinian, atau sering disebut sifat keduniawian dimiliki oleh filsafat Cina selain toleran terhadap filsafat dan agama lain. Pemikiran filsafat Cina pada umumnya membahas persoalan-persoalan dunia ini, bukan mengenai persoalan kehidupan setelah manusia mati. Hal ini karena semua pemikiran bersumber kepada kebutuhan manusia. Mengenai rasa toleran dapat dibuktikan dengan adanya filsafat yang datang dan Negara lain yang dapat hidup di daratan Cina, walaupun filsafat ataupun agama ini mendapatkan pengaruh dan filsafat dari kebudayaan asli Cina. Sifat demokratis filsafat Cina bersumber pada sifat kemanusiaan, yaitu diakuinya derajat yang sama bagi semua manusia dan adanya kasih sayang universal. Para filsuf Cina bersifat demokratis dan toleran terhadap filsuf atau pun penganut agama lain semuanya didasarkan kepada kebutuhan manusia. Filsafat Cina bersifat pragmatis. Pemikiran filsafat Cina pada umumnya cenderung untuk mengukur segala sesuatu dengan nilai kegunaan praktis. Manusia hendaknya berfungsi dalam hidup ini sesuai dengan kedudukannya masing-masing, Segi positip sifat pragmatis akan menjadikan orang hidup lebih hemat dan hati-hati. Di lain pihak segi negatifnya orang akan mau melakukan sesuatu jika menguntungkan diri dan golongannya. Oleh karena itu sifat pragmatis akan menjadi baik jika selalu dikaitkan dengan sifat kemanusiaan. Sifat hormat kepada orang tua merupakan ciri khas pemikiran filsafat Cina. Kedudukan anak terhadap orang tuanya dianggap dosa yang lebih besar dari pada dosa membunuh, demikian juga orang tua yang tidak berlaku baik terhadap anaknya, kakak terhadap adiknya dan adik terhadap kakaknya, isteri terhadap suaminya dan suami istrinya. Dengan adanya sifat saling menghormati terutama bhakti anak terhadap tua akan menjamin kehidupan keluarga menjadi kuat, masyarakat dan akhirnya bangsa dan Negara akan lebih tertib dan teratur. Namun di lain pihak akan terdapat family system dan sifat tertutup. Mengenai sifat keharmonisan filsafat Cina dapat dijelaskan bahwa filsafat Cina menginginkan adanya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hal yang satu dengan hal yang lain. Sifat keharmonisan meliputi hubungan antara manusia dengan manusia (mikro kosmos) dan hubungan antara manusia dengan
4 alam semesta (makro kosmos). Agar manusia dapat hidup bahagia, manusia harus menjaga keharmonisan 4 tersebut, caranya rnelalui jalan tengah. C. Kedudukan dan Fungsi Filsafat di Cina Kedudukan filsafat di Cina sering disamakan dengan agama, terutama di kalangan kaum cerdik pandai. Hampir setiap agama yang timbul di Cina mengandung ajaran filsafat yang tinggi. Bagi orang Cina filsafat dapat membawa manusia kepada kepuasaan terhadap keinginannya untuk mengerti dan memahami sesuatu yang ada dibalik dunia mi (Lasiyo, 1982: 24). Bahkan menurut Fung Yu lan (1990: 6) orang-orang Cina berkepribadian kefilsafatan. Dalam filsafat tercukupi kedambaan mereka akan sesuatu yang terdapat dibalik dunia nyata. Selain itu dalam filsafat mereka mengungkapkan serta menghargai nilai-nilai adi-susila, dan dengan jalan hidup menurut filsafat mereka menghayati nilai-nilai adi-susila ini. Fungsi filsafat menurut tradisi Cina digunakan untuk: meningkatkan kejiwaan manusia, memahami segala sesuatu yang ada di balik dunia ini, dan mencapai nilai yang lebih tinggi dan pada nilai moral (Lasiyo, 1982: 23). Meningkatkan taraf kejiwaan manusia artinya dengan berfilsafat orang akan tahu tentang dirinya sendiri bahkan menurut Mencius segala sesuatu sudah lengkap di dalam diriku (Baskin, 1974: 178). Dengan demikian manusia dalam menyelidiki segala sesuatu di dunia ini harus selalu introspeksi dan mawas diri. Dengan filsafat diharapkan manusia bisa memahami hal-hal yang ada di balik dunia ini. Dengan filsafat yang diketahui bukan sekedar gejala-gejala yang tampak saja, tetapi suatu makna atau kenyataan di balik semua yang tampak itu. Tentang nilai yang lebih tinggi dan pada nilai moral, artinya dengan berfilsafat orang akan melakukan suatu tindakan bukan karena ingin mendapatkan imbalan, tetapi karena perbuatan itu memang bernilai baik di dalam dirinya. Bentuk tertinggi yang ingin dicapai seorang manusia seharusnya menjadi orang yang bijaksana. Kemudian setelah ia berhasil selanjutnya kembali kepada masyarakat untuk ikut menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat serta membantu untuk mencapai kebahagiaan (Lasiyo, 1982: 23). Fung Yu Lan (1964: 5) menyatakan sebagai berikut: According to the tradition of Chinese philosophy, its function is not the increase of positive knowledge (by positive knowledge I mean information regarding matters of fact), but the elevation of the mind --- a reaching out for what is
5 beyond the present actual world, and for the values that are higher than the moral ones. Jelaslah bahwa tugas filsafat dalam tradisi Cina bukan untuk menambah pengetahuan positif, tetapi untuk menaikkan taraf kejiwaan seseorang. D. Asal-mula Aliran-aliran Filsafat Cina Pada Jaman Kuno di Cina terdapat beraneka aliran/mazhab pemikiran. Pada masa tersebut jumlah aliran/mazhab demikian besarnya sehingga bangsa Cina menyebutnya sebagai mazhab nan seratus. Di kemudian hari para sejarawan mengadakan pengelompokan atas aliran-aliran tersebut. Pertama kali yang mengelompokkan aliran-aliran filsafat Cina adalah Ssuma T an. Ia mengelompokkan aliran-aliran filsafat Cina menjadi enam mazhab pokok. Keenam mazhab tersebut yakni: Yin-Yang Chia atau mazhab Yin-Yang, Ju Chia atau mazhab cendekiawan, Mo Chia atau mazhab Mo Ming Chia atau mazhab Nama, Fa Chia atau mazhab Pendukung Hukum, dan Taote Chia atau mazhab Jalan serta Dayanya. Sejarawan kedua yang mencoba untuk mengadakan pengelompokan atas mazhab nan seratus ialah Liu Hsin. Menurut Liu Hsin aliran-aliran filsafat Cina dapat dikelompokkan menjadi sepuluh kelompok. Enam diantaranya sama dengan yang disusun oleh Ssu-ma T an, sedangkan empat lainnya ialah Tsung-Heng Chia atau mazhab Perunding, Tsa Chia atau mazhab Pemandu Aliran, Nung Chia atau mazhab Petani, dan Hsiao-shuo Chia atau mazhab Pengisah Cerita. Sementara itu dalam teorinya Fung Yu Lan (1964: 37) mengelompokkan mazhab nan seratus di Cina menjadi enam mazhab --- seperti halnya Liu Hsin, dengan ditambahkan asal-mula aliran-aliran tersebut. Menurut Fung Yu Lan para anggota Ju berasal dan kaum cendekiawan, para anggota mazhab Mo berasal dari kaum ksatria, para anggota mazhab Tao berasal dan kaum pertapa, para anggota mazhab Nama dan kaum pendebat, para anggota mazhab Yin-Yang berasal dari para pelaku ilmu ghaib, dan para anggota mazhab Pendukung Hukum berasal dan manusia-manusia metode. Sebagai penutup dalam Bab I ini, sebelum melanjutkan ke materi pembahasan Bab II, dan guna mengukur pencapaian hasil belajar mahasiswa perlu dikemukakan soal-soal tes sebagai berikut: 1. Jelaskan latar belakang filsafat Cina! 2. Sebutkan dan jelaskan kekhasan filsafat Cina!
6 3. Jelaskan kedudukan dan fungsi filsafat di Cina! 4. Jelaskan pengelompokan aliran-aliran filsafat Cina menurut Ssu-ma T an dan menurut Liu Hsin! 5. Jelaskan pengelompokan dan asal-mula aliran-aliran filsafat Cina menurut Fung Yu Lan! Kunci jawaban soal-soal tes tersebut secara berturut-turut dapat dicermati dalam Bab I Sub bab A, B, C, dan D Bahan Ajar ini.
BAB VIII SEJARAH FILSAFAT CINA
BAB VIII SEJARAH FILSAFAT CINA A. PENGANTAR Filsafat Cina bermula pada masa awal seribu tahun pertama sebelum Masehi. Pada awal abad ke-8 sampai dengan abad ke-5 sebelum Masehi filsafat Cina mempunyai
Lebih terperinciBAB II JAMAN KUNO AWAL ( SAMPAI ± 200 SEB. M)
BAB II JAMAN KUNO AWAL ( SAMPAI ± 200 SEB. M) Di dalam Bab II yang menguraikan pemikiran filsafat Cina pada Jaman Kuno Awal ini mencakup pemikiran kefilsafatan: periode sebelum Confucius, tokoh-tokoh Confucianisme,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu negara yang kaya akan kebudayaan dan ilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cina merupakan salah satu negara yang kaya akan kebudayaan dan ilmu filsafatnya. Cina dikenal sebagai bangsa dengan peradaban yang begitu tinggi. Cina juga
Lebih terperinciFilsafat China. 1. Jaman Klasik ( S.M.)
Filsafat China Filsafat China adalah salah satu dari filsafat tertua di dunia dan dipercaya menjadi salah satufilsafat dasar dari 3 filsafat dasar yang mempengaruhi sejarah perkembangan filsafat dunia.filsafat
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN LOGIKA
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: FILSAFAT TIMUR Fakultas PSIKOLOGI MASYHAR ZAINUDDIN, MA Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengantar Pemikiran Filsafat Timur dalam hal ini adalah Filsafat
Lebih terperinciPINTU MASUK FILSAFAT CINA Nazar Husain HPW yahoo.co.id ABSTRAK
PINTU MASUK FILSAFAT CINA Nazar Husain HPW e-mail: nazarhusain80@ yahoo.co.id ABSTRAK Tulisan ini mencoba mengetengahkan rekam jejak perjalanan Cina hingga mampu mencapai puncak kejayaan. Sebuah tulisan
Lebih terperinciOleh: Budhy Munawar-Rachman
Oleh: Budhy Munawar-Rachman PERSOALAN Timur dan Barat lebih berbentuk persaingan, konflik dan perang, daripada saling mengerti, bersahabat dan kerjasama. Barat: Kapitalisme, teknologi, imperialisme Timur:
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu
Lebih terperinciKONSEP TEOLOGI DAN HUMANISME DALAM FILSAFAT CINA
Ilmu Ushuluddin, Juli 2011, hlm. 167-177 ISSN 1412-5188 KONSEP TEOLOGI DAN HUMANISME DALAM FILSAFAT CINA Muhammad Taufik Kementerian Agama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta E-Mail: muhammadtaufikmandailing@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih diunggulkan dari perempuan. Seorang perempuan berlaku lemah lembut dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan masalah kebijaksanaan. Hal yang ideal bagi hidup manusia adalah ketika manusia berpikir
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR SILA KEDUA DARI PANCASILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Nama : NARISWARI NIM : 11.02.7968 Kelompok : A Program Studi : Diploma 3 Jurusan : Manajemen Informatika Dosen : KALIS PURWANTA,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang sempurna keseimbangannya, dan menjadi pusat dari dunia. 1 Melihat kondisi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cina merupakan bangsa yang besar. Dalam bahasa Cina, negara Cina disebut Zhōngguó ( 中国 ). Menurut pengertian secara harafiah, zhōng ( 中 ) berarti tengah, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari masa kerajaan hingga komunisme. Kemasyuran peradaban masa lalu Tiongkok, dapat dilihat dari banyaknya
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. karakter manusia, melebur dalam masyarakat dan berbaur menjadi satu,
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan ruang lingkup yang luas dalam kehidupan. Bermacammacam karakter manusia, melebur dalam masyarakat dan berbaur menjadi satu, membentuk keragaman
Lebih terperinciPENGERTIAN FILSAFAT (1)
PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menemukan beberapa jawaban atas persoalan yang ditulis dalam rumusan masalah. Jawaban tersebut dapat disimpulkan dalam kalimat-kalimat sebagai
Lebih terperinciPendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis
Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pancasila
Lebih terperinciPENDIDIKAN DALAM PEMIKIRAN KONFUSIUS. Oleh: Ririn Darini 1. Abstrak
PENDIDIKAN DALAM PEMIKIRAN KONFUSIUS Oleh: Ririn Darini 1 Abstrak Konfusius adalah salah seorang pemikir besar dunia. Banyak hasil pemikirannya yang masih relevan sampai sekarang, salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kehidupan Masyarakat Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun bahasa sehari-hari adalah masyarakat.
Lebih terperinciISTORIA VOLUME 7 NOMOR 2, APRIL 2010
A. Pendahuluan Konfusius 2 lahir pada tahun 551 SM di sebuah Negara kecil, Lu, yang terletak di daerah yang sekarang dikenal sebagai Propinsi Shantung di China bagian timur. Dalam sejarah China, Konfusius
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciLAMBANG ORNAMEN LANGIT - LANGIT RUANG KWAN TEE KOEN KLENTENG KWAN TEE KIONG YOGYAKARTA DITINJAU DARI FILSAFAT CHINA
LAMBANG ORNAMEN LANGIT - LANGIT RUANG KWAN TEE KOEN KLENTENG KWAN TEE KIONG YOGYAKARTA DITINJAU DARI FILSAFAT CHINA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah
Lebih terperinciEtika dan Filsafat. Komunikasi
Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa
Lebih terperinciKompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Filsuf Prancis, Rene Descartes ( ) menegaskan cogito ergo sum yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang cerdas karena dikaruniai kemampuan untuk berpikir dan bertindak dengan cara yang benar, yang sama sekali tidak dimiliki oleh makhluk
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin NEGARA = State (Inggris), Staat (Belanda),Etat (Perancis) Organisasi tertinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal di Indonesia dengan nama Lao Tzu memiliki nama asli Li Er, hidup pada abad
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lao Zi adalah salah satu filsuf yang berpengaruh di Cina. Lao Zi (dibaca Lao Zi) atau lebih dikenal di Indonesia dengan nama Lao Tzu memiliki nama asli Li Er, hidup
Lebih terperinciHubungan Pendidikan Dengan Penebusan. Terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.
Hubungan Pendidikan Dengan Penebusan Terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Karena dosa, manusia putus hubungan dengan Allah. Kecuali karena rencana penebusan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,
Lebih terperinciBAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi
BAB III KERANGKA TEORITIS Menurut Soekandar Wiriaatmaja, tradisi pernikahan merupakan suatu yang dibiasakan sehingga dapat dijadikan peraturan yang mengatur tata pergaulan hidup didalam masyarakat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka
BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka Prinsip utama aikidou adalah gi. Gi terdapat dalam diri aikidouka yaitu jasmani dan jiwa. Jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wilayahnya masing-masing. Budaya sebagai tuntunan kehidupan tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat menciptakan dan mengembangkan kebudayaan sebagai tuntunan yang memandu kehidupan, sesuai dengan lingkungan sosial dan fisik di wilayahnya masing-masing.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya
Lebih terperinciYIN YANG, CHI DAN WU XING PADA ARSITEKTUR KELENTENG Studi Kasus Kelenteng Sebelum Abad 19 Di Lasem, Rembang Dan Semarang
YIN YANG, CHI DAN WU XING PADA ARSITEKTUR KELENTENG Studi Kasus Kelenteng Sebelum Abad 19 Di Lasem, Rembang Dan Semarang Ir. Djoko Darmawan, MT dan Hetyorini, ST, MT kwankonghu@hotmail.com hetyorini@yahoo.com
Lebih terperinciDelapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa
Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa Disusun oleh Saifulloh el Faruq dan Rouhdy Rangga, untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kependudukan. Di era globalisasi saat ini, realita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Pendidikan etika harus diajarkan dan diterapkan semenjak kecil di dalam keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta keteraturan dalam kehidupan
Lebih terperinciUJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran
UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 7 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama
Lebih terperinciAgama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama
Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi
Lebih terperinciBAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN
BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana
Lebih terperinciSedangkan bumi adalah penerima atau penampung sumber yang diturunkan. Secara kualitatif langit adalah sesuatu yang tinggi dan bumi adalah sesuatu
BAB V A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan dan analisis di atas (masalahmasalah yang penulis rumuskan), yaitu terkait dengan judul Keseimbangan Dualitas Sifat Ilahi Menurut Sachiko Murata (Kajian Gender
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Modul ke: Pendidikan Pancasila PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Filsafat dalam bahasa
Lebih terperinciBAHAN AJAR PEMBELAJARAN I
BAHAN AJAR PEMBELAJARAN I Nama Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Kode / SKS : FIF 342 /3 SKS Waktu Pertemuan : 2 x pertemuan (2 x 300 menit) Pertemuan : I dan II Tujuan Instruksional 1. Umum : Setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural.
Lebih terperinciPENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014
PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan
Lebih terperinciKODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan resmikan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya
Lebih terperinciFilsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Filsafat Umum Modul ke: 02 Pengantar ke Alam Filsafat 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Obyek Kajian Filsafat Obyek Materi: segala sesuatu yang ada atau yang mungkin
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang besar yang dikenal karena keberagaman budaya dan banyaknya suku yang ada di dalamnya. Untuk mengelola
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari
Lebih terperinciALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat
Lebih terperinciBAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR
69 BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR A. Implementasi Simbol dalam Perespektif Hermeneutika Paul Ricoeur Lempar ayam merupakan prosesi atau cara yang dilakukan
Lebih terperinciAssalamu alaikum. Wr. Wb.
Assalamu alaikum. Wr. Wb. PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT phile (cinta) shopia (kebijaksanaan) Dr. I. R. J Gred Ilmu pengetahuan yang timbul dari prinsip-prinsip yang diketahui dengan kekuatan budi kodrati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan
533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. depan suatu bangsa karena kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara masalah pendidikan berarti menyangkut kehidupan masa depan suatu bangsa karena kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan
Lebih terperinciMemahami Budaya dan Karakter Bangsa
Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi
58 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada sesuai
Lebih terperinciSebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan
Subjudul Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Sesuatu yang didapat
Lebih terperinciMAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan
MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Nilai Humanisme 1. Nilai Nilai (value) dan sikap (attitude) merupakan dua konsep yang saling berkaitan. Nilai dianggap sebagai bagian dari kepribadian individu yang dapat mewarnai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciPENDIDIKAN AGAMA KRISTEN. Pdt. Sundoyo GKJ Brayat Kinasih Yogyakarta
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Pdt. Sundoyo GKJ Brayat Kinasih Yogyakarta sundoyo59@gmail.com AGAMA Bahasa Indonesia -------> Bahasa Sanskerta A + gam + a A = tidak, Gam = Pergi, berjalan. a-> bunyi sengau Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Sistem nilai..., Mastiur Pharmata, FIB UI, 2009
127 BAB 4 KESIMPULAN Serat Nitimani adalah salah satu hasil karya sastra Jawa yang isinya merupakan ajaran tentang seks. Dengan kata lain, Serat Nitimani memberikan informasi mengenai seksologi Jawa (ilmu
Lebih terperinciM ATA K U L I A H : M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N P E R T E M U A N K E 2 M Y R N A S U K M A R A T R I, S T. M T.
KEILMUAN DALAM METODE PENELITIAN M ATA K U L I A H : M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N P E R T E M U A N K E 2 M Y R N A S U K M A R A T R I, S T. M T. PENGETAHUAN Pengetahuan hakekatnya meliputi
Lebih terperinciTasyri Vol. 22, Nomor 1, April 2015
PENDIDIKAN BERBASIS INTELLECTUAL DEMOCRACY Abd. Rouf (Pendidik di SMPN 41 Surabaya) Abstrak Pendidikan merupakan media untuk meningkatkan kualitas manusia terdidik. Dari para manusia terdidik tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan
Lebih terperinciSAKRALITAS ALAM PERSPEKTIF MIRCEA ELIADE DAN RELEVANSINYA BAGI UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP SKRIPSI OLEH FRANSISKUS MAXIMILIANUS TAE
SAKRALITAS ALAM PERSPEKTIF MIRCEA ELIADE DAN RELEVANSINYA BAGI UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciHUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEBUDAYAAN
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEBUDAYAAN Kebudayaan atau pun yang disebut peradaban, mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang compleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan,
Lebih terperinciPENGERTIAN FILSAFAT (1)
PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. sistematis dan mengadakan analisa secara logis rasional.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk menemukan data yang valid, maka suatu penelitian menggunakan metode penelitian. Dalam penyusunan data penelitian maka dilakukan secara sistematis
Lebih terperinciHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Mengetahui lebih banyak hak dan kewajiban sebagai warga negara Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI Pengertian
Lebih terperinciPerkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *
Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 24 Oktober 2015; disetujui: 29 Oktober 2015 Perilaku seks menyimpang hingga saat ini masih banyak terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh Penokohan merupakan suatu bagian terpenting dalam membangun sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan tokoh dalam cerita, dan
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD)
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KOMPETENSI DASAR SISTEM PENCERNAAN MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CTL KELAS V SDN 3 MOJO KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di wilayah publik transseksual dipandang sebagai perbuatan yang melanggar hukum, tabu, dan dosa. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Plato,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tes merupakan sebuah instrumen yang berfungsi sebagai media evaluasi. Tes biasa digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa selama periode tertentu. Tes di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, susila, dan religius. Sifat kodrati manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, susila,
Lebih terperinciKURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012
KURIKULUM 2013 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 PENDIDIKAN
Lebih terperinci25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD
25. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I 1. menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 1.1 menerima dan mensyukuri dirinya sebagai ciptaan 1.2 menerima dan
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA
PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA Di susun oleh : Nama : Adam Putra Bakti NIM : 11.02.8089 Kelompok : A P. Studi : Pendidikan Pancasila Jurusan : D3-MI Dosen : Drs. M. Khalis Purwanto, MM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis karya Sastra Jawa Kuno yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Menurut Soebadio (1985: 3), tutur merupakan pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu
Lebih terperinciFILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
Modul ke: 05Fakultas Dr. PSIKOLOGI FILSAFAT ILMUDAN LOGIKA SEJARAH FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SEJARAH FILSAFAT ; Standar Kompetensi Setelah perkualiahan
Lebih terperinci