PENGARUH PERENDAMAN URIN SAPI SEBAGAI ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ALAMI TERHADAP KEBERHASILAN TEK BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PERENDAMAN URIN SAPI SEBAGAI ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ALAMI TERHADAP KEBERHASILAN TEK BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) Oleh :"

Transkripsi

1 PENGARUH PERENDAMAN URIN SAPI SEBAGAI ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ALAMI TERHADAP KEBERHASILAN TEK BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) Oleh : SONI SETIAWAN NIM PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

2 PENGARUH PERENDAMAN URIN SAPI SEBAGAI ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ALAMI TERHADAP KEBERHASILAN TEK BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) Oleh : SONI SETIAWAN NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

3 PENGARUH PERENDAMAN URIN SAPI SEBAGAI ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ALAMI TERHADAP KEBERHASILAN TEK BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) Oleh : SONI SETIAWAN NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda kjjkjkjk PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

4 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : Pengaruh Perendaman Urin Sapi Sebagai Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami Terhadap Keberhasilan Stek Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis). Nama : Soni Setiawan NIM : Program Studi Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Daryono, SP., MP NIP Rusmini, SP., MP NIP Nur Hidayat, SP., M.Sc NIP Menyetujui, Ketua PS. Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Nur Hidayat, SP., M.Sc NIP Ir. M. Masrudy., MP NIP Lulus Ujian Pada Tanggal : 15 September 2015

5 ABSTRAK SONI SETIAWAN. Pengaruh Perendaman Urin Sapi Sebagai Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami Terhadap Keberhasilan Stek Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis) (di bawah bimbingan DARYONO). Saat ini perbanyakan tanaman buah naga super red menjadi kegiatan pokok dalam usaha pembudidayaan. Hal ini disebabkan oleh penyediaan bibit yang saat ini masih dirasakan kurang. Tanaman buah naga super red dapat diperbanyak dengan biji dan stek, akan tetapi penanaman menggunakan stek batang lebih baik karena selain lebih mudah diperoleh, pertumbuhannya juga lebih cepat. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) memiliki peranan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan hidup suatu tanaman. Hewan sapi merupakan ternak yang mempunyai limbah bermanfaat. Salah satu limbah yang bermanfaat itu ialah terdapat pada urin yang dihasilkan dari proses pembuangan dalam tubuh hewan sapi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh alami urin sapi terhadap hasil pertumbuhan tunas stek buah naga super red yang terbaik dengan perlakuan perendaman yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, bertempat di Los Bayangan Laboratorium Agronomi, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Waktu pelaksanaan penelitian selama tiga bulan, mulai dari tanggal 1 bulan Nopember tahun 2014 sampai dengan tanggal 31 bulan Januari tahun Penelitian ini disusun dalam tiga taraf perlakuan dan dilaksanakan dengan menggunakan metode pengolahan data Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pada setiap taraf perlakuan terdiri dari 10 bibit tanaman. Taraf perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari P 0 : Tanpa perlakuan (kontrol), P 1 : Stek buah naga super red direndam menggunakan konsentrasi urin sapi 500 ml/500 ml air, dan P 2 : Stek buah naga super red direndam menggunakan konsentrasi urin sapi murni ml. Variabel yang diamati yaitu persentase pertumbuhan tunas, jumlah tunas, panjang tunas (cm), dan keliling batang tunas (cm). Pada taraf perlakuan P 2 (konsentrasi urin sapi murni ml) mampu memberikan hasil yang terbaik yakni, persentase pertumbuhan tunas pada umur 30 hari ialah 2 tunas, umur 40 hari 3 tunas, umur 50 hari 1 tunas, dan terakhir pada umur 60 hari yaitu tumbuh 2 tunas. Nilai angka rata-rata terbaik pada variabel jumlah tunas adalah 0,8 dan pada variabel panjang tunas berjumlah 14,3 cm, serta pada variabel keliling batang tunas adalah 7,1 cm. Kata kunci : urin sapi, stek buah naga super red

6 RIWAYAT HIDUP Soni Setiawan lahir pada tanggal 13 Februari 1995 di Kelurahan Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur, merupakan putra kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sampurno dan Ibu Siti Komariah. Pada tahun 2000 memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri di SD N 026 Kelurahan Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Pada tahun 2006 melanjutkan Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP N 38 Terpadu Kelurahan Loa Bakung selanjutnya pada tahun 2009 melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 14 Samarinda dan lulus pada tahun 2012 dengan Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada tahun 2012 melanjutkan Pendidikan Perguruan Tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dengan Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada tanggal 05 Maret sampai dengan 05 Mei 2015 telah melaksanakan program kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Swasta PT. Sawit Sukses Sejahtera Desa Senyiur Kecamatan Muara Ancalong Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur.

7 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Karya Ilmiah dengan baik. Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas akhir karya ilmiah ini pun tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis memberikan ucapan terima kasih kepada : 1. Kedua Orang Tua, Kakak, dan Keluarga Besar yang telah banyak memberikan do'a serta dukungan. 2. Bapak Daryono, SP., MP selaku dosen pembimbing Karya Ilmiah. 3. Ibu Rusmini, SP., MP dan Bapak Nur Hidayat, SP., M.Sc selaku dosen penguji I dan penguji II Karya Ilmiah. 4. Bapak Nur Hidayat, SP., M.Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 5. Bapak Ir. M. Masrudy., MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 6. Seluruh Staff dan Teknisi Laboratorium Agronomi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah memberikan dukungan. 7. Rekan-rekan terbaik yaitu Rio Yuliandana, Ferli Ferdian, Hijrah Saputra, Ria Lena Sinaga, Siswati, Mia Wardhanita, dan Rohayati. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk karya ilmiah ini. Samarinda, September 2015 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN i ii iii iv v vi vii II. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman Buah Naga Super Red 4 B. Perbanyakan Bibit Secara Generatif 11 C. Perbanyakan Bibit Secara Vegetatif 12 D. Peranan Urin Sapi Sebagai Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami. 13 METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 15 B. Alat dan Bahan 15 C. Rancangan Penelitian 15 D. Prosedur Penelitian 16 E. Pengambilan dan Pengolahan Data 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 19 B. Pembahasan 25 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 29 B. Saran 29 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kandungan Nutrisi Buah Naga Super Red Kandungan Unsur Hara Urin Sapi Hasil Pengamatan Perlakuan Perendaman Urin Sapi Terhadap Persentase Pertumbuhan Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 30 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama Hasil Pengamatan Perlakuan Perendaman Urin Sapi Terhadap Persentase Pertumbuhan Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 40 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama Hasil Pengamatan Perlakuan Perendaman Urin Sapi Terhadap Persentase Pertumbuhan Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 50 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama Hasil Pengamatan Perlakuan Perendaman Urin Sapi Terhadap Persentase Pertumbuhan Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 60 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama Hasil Pengamatan Perlakuan Perendaman Urin Sapi Terhadap Jumlah Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 60 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama Hasil Pengamatan Perlakuan Perendaman Urin Sapi Terhadap Panjang Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 60 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama Hasil Pengamatan Perlakuan Perendaman Urin Sapi Terhadap Keliling Batang Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 60 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama 25

10 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman 1. Denah Penelitian Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Persentase Pertumbuhan Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 30 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Persentase Pertumbuhan Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 40 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Persentase Pertumbuhan Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 50 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Persentase Pertumbuhan Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 60 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Jumlah Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 60 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Panjang Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 60 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Keliling Batang Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 60 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama Alat-alat yang digunakan dalam penelitian Induk tanaman buah naga super red Pengambilan bibit stek Pemotongan bibit stek 37

11 13. Bibit stek yang telah siap tanam Persiapan media tanam Pemasangan label Persiapan ZPT alami urin sapi Perlakuan perendaman Penanaman seluruh bibit stek Pengamatan pertumbuhan tunas pada umur 30 hari Pengamatan pertumbuhan tunas pada umur 40 hari Pengamatan pertumbuhan tunas pada umur 50 hari Pengamatan pertumbuhan tunas pada umur 60 hari Pengambilan data jumlah tunas dan panjang tunas Pengambilan data keliling batang tunas Hasil akhir pertumbuhan stek buah naga super red 41

12 I. PENDAHULUAN Buah naga merah atau dragon fruit super red dengan nama latin (Hylocereus costaricensis) merupakan salah satu jenis tanaman buah yang memiliki daya tarik tersendiri. Selain sebagai buah yang segar, buah naga pun dapat dijadikan sebagai bahan olahan minuman, seperti es krim, hingga sebagai bahan pewarna untuk kosmetik (Winarsih, 2007). Di beberapa kota besar Indonesia dapat terlihat kecenderungan adanya peningkatan permintaan akan buah naga, seperti di daerah Surabaya (Jawa Timur), Denpasar (Bali), dan Semarang (Jawa Tengah) (Kristanto, 2009). Daerah Provinsi Kalimantan Timur pun tidak mau kalah. Daerah yang memiliki total luas wilayah sebesar ,64 Km 2 ini sekarang memiliki pembudidaya buah naga yang cukup banyak, di antara lain berada di daerah seperti di kabupaten Paser, Tanah Grogot, Penajam, Batu Kajang, Balikpapan, Tenggarong, Melak, Loa Janan, Samboja, dan di Samarinda sendiri. Walaupun pembudidaya buah naga telah cukup banyak tersebar di beberapa daerah kabupaten, namun sangat disayangkan hal ini justru menunjukan bahwa perkembangan akan budidaya buah naga untuk daerah-daerah di provinsi kalimantan timur belum cukup merata. Dalam upaya pengembangan buah naga, memang memerlukan suatu pengenalan yang cukup panjang. Semakin banyak 2 orang mengenal buah naga maka akan semakin banyak pembudidayanya (Anonim, 2012). Saat ini perbanyakan tanaman buah naga menjadi kegiatan pokok dalam usaha pembudidayaan. Hal ini disebabkan oleh penyediaan bibit yang saat ini masih dirasakan kurang. Dalam penyediaan bibit pun masih terdapat kendala. Kendala yang dimaksud di sini adalah masih kurangnya pemahaman dalam

13 menggunakan bibit yang baik dan kemampuan dalam melakukan metode pembudidayaan yang tepat (Kristanto, 2009). Tanaman buah naga super red dapat diperbanyak dengan biji dan stek. Akan tetapi penanaman menggunakan stek batang lebih baik karena selain lebih mudah diperoleh, pertumbuhannya juga lebih cepat (Winarsih, 2007). Zat Pengatur Tumbuh atau sering kita sebut dengan ZPT, memiliki peranan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan hidup suatu tanaman. Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara dimana dalam jumlah sedikit dapat mendukung proses fisiologi tumbuhan (Abidin, 2000). Hewan sapi merupakan ternak yang mempunyai limbah bermanfaat. Salah satu limbah yang bermanfaat itu ialah terdapat pada kotoran hingga urin yang dihasilkan dari proses pembuangan dalam tubuh hewan sapi tersebut. Kotoran dari hewan sapi dapat dijadikan sebagai pupuk kandang, sementara urin hewan tersebut dapat dijadikan sebagai zat pengatur tumbuh alami bagi tanaman karena urin sapi memiliki kandungan zat pengatur tumbuh yaitu Auksin (Hadi, 2004). Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Perendaman Urin Sapi Sebagai Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami Terhadap Keberhasilan Stek Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh alami urin sapi terhadap hasil pertumbuhan tunas stek buah naga super red (Hylocereus costaricensis) yang terbaik dengan perlakuan perendaman yang berbeda.

14 Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi para petani yang sedang membudidayakan tanaman buah naga super red (Hylocereus costaricensis) dengan teknik stek batang melalui perendaman menggunakan zat pengatur tumbuh alami urin sapi.

15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman Buah Naga Super Red 1. Asal tanaman buah naga super red Tanaman kaktus ini berasal dari tiga negara yaitu Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Utara. Dalam perkembangannya buah naga super red lebih dikenal sebagai tanaman dari benua Asia karena sudah dikembangkan secara besar di beberapa negara benua asia, terutama seperti negara Vietnam dan Thailand. Pada awalnya tanaman ini ditujukan sebagai tanaman hias, karena bentuk batangnya segitiga dan berduri pendek serta memiliki bunga yang indah, mirip dengan bunga Wijaya Kusuma. Seperti di negara asalnya Meksiko, meskipun awalnya tanaman ini ditujukan untuk tanamanan hias, namun seiring dalam perkembangannya saat ini masyarakat Vietnam telah mulai mengembangkan sebagai tanaman buah, karena memang tidak hanya dapat dimakan, namun rasa buah ini juga enak dan memiliki kandungan yang bermanfaat serta berkhasiat (Kristanto, 2009). Buah naga super red masuk atau mulai dikenal di negara Indonesia sekitar tahun 2000, dan bukan hasil dari budidaya, melainkan diimpor dari negara Thailand. Padahal pembudidayaan tanaman ini relatif mudah dan iklim tropis di negara Indonesia sangat mendukung pengembangannya (Winarsih, 2007).

16 5 2. Sistematika tanaman buah naga super red Menurut Cahyono (2009) tanaman buah naga super red dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Cactales : Cactaceae : Hylocereanea : Hylocereus : Hylocereus costaricensis 3. Morfologi tanaman buah naga super red Sistem perakaran tanaman buah naga super red bersifat epifit, merambat, dan menempel pada tanaman lain, sehingga dalam pembudidayaannya, dibuat tiang penopang untuk merambatkan batang tanaman ini. Perakaran buah naga super red tahan terhadap kekeringan tetapi tidak tahan dalam genangan air terlalu lama. Perakaran buah naga super red bisa dikatakan dangkal, saat menjelang produksi hanya mencapai kedalaman cm, mengikuti perpanjangan batang berwarna cokelat yang berada di dalam tanah. Hal inilah yang biasa digunakan sebagai tolak ukur dalam pemupukan, agar pertumbuhan akar dapat tumbuh dengan normal dan baik, diperlukan derajat keasaman tanah pada kondisi ideal yaitu ph 7. Apabila ph tanah di bawah 5, maka pertumbuhan tanaman akan menjadi lambat bahkan dapat menjadi kerdil. Oleh sebab itu dalam

17 6 pembudidayaannya, ph tanah harus diketahui baik sebelum maupun sesudah tanaman ditanam, karena perakaran merupakan faktor penting untuk menyerap hara yang ada di dalam tanah. Batang buah naga super red berwarna hijau. Batang tersebut berbentuk segitiga dan mengandung air dalam bentuk lendir. Dari batang ini tumbuh cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan batang dan berfungsi sebagai daun untuk proses asimilasi dan mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Pada batang dan cabang tanaman buah naga yang satu ini tumbuh duri-duri yang keras dan pendek. Letak duri pada tepi siku-siku batang maupun cabang, terdiri 4-5 buah duri di setiap titik tumbuh. Bunga buah naga super red berbentuk corong memanjang berukuran sekitar 30 cm dan akan mulai mekar di sore hari dan akan mekar sempurna pada malam hari. Setelah mekar, warna dari mahkota bunga bagian dalam terlihat berwarna putih bersih serta di dalamnya terdapat benang sari berwarna kuning yang wangi. Buah berbentuk bulat panjang dan biasanya terletak dekat di ujung cabang atau batang. Untuk tebal kulit buah yaitu sekitar 1-2 cm dan pada permukaan kulit buah terdapat sirip atau jumbai berukuran sekitar 2 cm. Biji buah naga super red berbentuk bulat berukuran kecil tetapi sangat keras. Biasanya biji digunakan para peneliti untuk memunculkan varietas baru dan pada setiap buah mengandung lebih dari butir biji.

18 7 Deskripsi tanaman buah naga super red ialah sebagai berikut : a. Buah dari beberapa jenis kaktus. b. Warna buah yang merah mencolok. c. Sistem perakaran bersifat epifit. d. Cocok pada daerah iklim tropis. e. Ukuran buah yang cukup besar. f. Cara perbanyakan secara generatif dan vegetatif (Djayanto, 2009). 4. Jenis buah naga Hingga kini terdapat empat jenis tanaman buah naga yang diusahakan dan memiliki prospek baik. Keempat jenis tersebut ialah sebagai berikut. a. Hylocereus undatus Jenis buah naga yang satu ini lebih populer dengan sebutan White pitaya, dikarenakan kulitnya yang berwarna merah dan dagingnya berwarna putih. Warna merah dari kulit buah ini sangat kontras dengan warna daging buah. Pada bagian kulit buah terdapat sisik atau jumbai berwarna hijau. Di dalam buah terdapat banyak biji berwarna hitam. Berat buah rata-rata g. Rasa buahnya masam bercampur manis. Dibanding dengan jenis yang lainnya, kadar kemanisannya tergolong rendah, sekitar briks. Daerah tumbuh ideal pada ketinggian kurang dari 400 m dpl. Apabila penanamannya dilakukan pada ketinggian yang lebih tinggi lagi maka produktivitasnya cenderung turun hingga 25%, karena yang lebih banyak tumbuh ialah tunas daripada bunga.

19 8 b. Hylocereus polyrhizus Jenis buah naga ini lebih banyak dikembangkan di negara Cina (Tiongkok) dan Australia. Memiliki ciri dengan kulit buah berwarna merah dan daging berwarna merah keunguan. Pada bagian kulit terdapat sisik atau jumbai berwarna hijau. Rasa buah lebih manis dibanding jenis buah Hylocereus undatus, dengan kadar kemanisan mencapai briks. Duri pada batang dan cabang berjarak lebih rapat. Tanaman buah naga jenis ini sangat sering untuk berbunga, bahkan cenderung dapat berbunga di sepanjang tahun. Namun kelemahannya ialah tingkat keberhasilan bunga untuk menjadi buah sangatlah rendah, yakni hanya mencapai sekitar 50%. Bahkan adapun buah yang tumbuh dari tanaman jenis ini ialah berukuran kecil, dengan rata-rata berat buah hanya sekitar 400 g. c. Hylocereus costaricensis Buah jenis ini sepintas memang mirip sekali dengan buah jenis Hylocereus polyrhizus. Namun, warna pada daging buahnya lebih merah. Itulah sebabnya tanaman ini disebut buah naga berdaging super merah. Batangnya lebih besar dibanding Hylocereus polyrhizus. Batang dan cabangnya akan berwarna loreng saat telah berumur tua. Berat buahnya g. Rasanya manis dengan kadar kemanisan mencapai briks.

20 9 d. Selenicereus megalanthus Jenis buah berikut ini berpenampilan berbeda dibanding dengan anggota genus Hylocereus. Kulit buahnya berwarna kuning tanpa sisik sehingga cenderung lebih halus. Walaupun demikian, kulit buahnya masih menampilkan tonjolan-tonjolan. Rasa buahnya jauh lebih manis dibandingkan dengan buah naga lainnya karena memiliki kadar kemanisan mencapai briks. Namun demikian, buah yang dijuluki yellow pitaya ini kurang populer dibanding dengan jenis lainnya. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan oleh bobot buahnya yang tergolong kecil, hanya sekitar g/buah. Pertumbuhan tanaman ini akan optimal bila ditanam di daerah dingin dengan ketinggian tempat lebih dari 800 m dpl. 5. Khasiat buah naga super red Buah naga super red memiliki beberapa khasiat untuk kesehatan manusia, di antaranya ialah sebagai penyeimbang kadar gula darah, pencegah kanker usus, pengurang kolestrol, pencegah pendarahan, dan obat untuk keluhan masalah pada organ intim kewanitaan. Adapun khasiat-khasiat tersebut diperoleh dari kandungan nutrisi dalam buah. Buah naga super red pada umumnya dikonsumsi dalam bentuk minuman segar sebagai penghilang dahaga. Hal ini dikarenakan kandungan air dalam buah naga sangat tinggi, sekitar kurang lebih 90,20% dari berat buah. Dan berikut Tabel 1 memberikan suatu gambaran tentang kandungan nutrisi dalam buah naga super red (Kristanto, 2009).

21 10 Tabel 1. Kandungan Nutrisi Buah Naga Super Red. Nutrisi Kandungan Kadar gula briks Air 90,20% Karbohidrat 11,5 g Asam 0,139 g Protein 0,53 g Serat 0,71 g Kalsium 134,5 mg Fosfor 8,7 mg Magnesium 60,4 mg Vitamin C 9,4 mg 6. Syarat tumbuh tanaman buah naga super red Tanaman buah naga super red termasuk tanaman tropis yang dapat beradaptasi di berbagai lingkungan tumbuh dengan perubahan cuaca seperti sinar matahari dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman buah naga super red sekitar 60 mm/bln atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan mm/tahun tanaman ini juga masih bisa tumbuh, namun tanaman ini tidak tahan dengan genangan air. Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan bisa menyebabkan kerusakan tanaman terutama pembusukan pada akar. Intensitas sinar matahari yang dibutuhkan sekitar %, karena 11 itulah tanaman ini sebaiknya ditanam di lahan tanpa naungan serta sirkulasi udara yang juga baik. Tanaman ini lebih baik pertumbuhannya bila ditanam di dataran rendah antara m dpl. Suhu udara yang ideal untuk tanaman buah naga super red ialah antara C dengan kelembaban %. Tanah harus beraerasi dengan baik serta memiliki derajat keasaman tanah (ph) 6,5-7 (Suwardi, 2008).

22 B. Perbanyakan Bibit Secara Generatif Perbanyakan bibit secara generatif merupakan upaya mendapatkan tanaman baru melalui biji. Kelebihan dari perbanyakan dengan cara generatif ini adalah bibit yang diperoleh dalam jumlah banyak dan pertumbuhan yang seragam. Namun, kelemahannya ialah dibutuhkan waktu yang relatif cukup lama hingga diperoleh bibit yang siap tanam (Kristanto, 2009). Teknik perbanyakan secara generatif ini memerlukan biji yang baik. Biji diperoleh dari buah yang benar-benar sehat, tua, dan matang di pohon. Untuk teknik pengambilan biji dibutuhkan penyaring lembut yang terbuat dari kasa berlubang lembut dan dapat berasal dari bahan plastik maupun kawat nyamuk. Diameter penyaring sekitar 8 cm yang dibentuk menjadi seperti penyaring daun teh. Penyaring ini harus dibuat kencang agar kuat. Setelah alatnya disiapkan, buah terpilih dibelah lalu daging dan biji diambil dengan sendok makan. Daging dan biji tersebut ditekan-tekan secara perlahan pada alas penyaring hingga tersisa bijinya saja. Biji yang sudah tersaring dibersihkan dengan air mengalir, lalu dikering-anginkan. Setelah kering, biji ditaburi Ridomil sambil dilumat dengan tangan. Biji tersebut 12 kemudian dapat disimpan di tempat kering atau dapat langsung disemaikan apabila lahan penyemaian sudah disiapkan (Cahyono, 2009). C. Perbanyakan Bibit Secara Vegetatif Peningkatan dalam produksi buah naga super red dapat dilakukan dengan pengadaan bibit yang berkualitas baik. Tanaman buah naga super red dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan menggunakan stek cabang atau batang. Perbanyakan

23 dengan stek batang mempunyai beberapa keuntungan antara lain lebih cepat berbuah, sifat turunan sama dengan induk, sehingga sifat keunggulan tanaman induk dapat dipertahankan. Adapun batang atau cabang yang digunakan untuk stek harus dalam keadaan sehat, kekar, sudah pernah berbuah, dan berwarna hijau tua. Ukuran panjang batang stek yang ideal ialah antara cm dengan diameter batang stek sekitar 8-15 cm serta dianjurkan pula untuk memotong bagian stek yang hendak ditanam dengan pola runcing. Hal ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar. Sumber stek harus dari tanaman induk yang pernah berbuah agar cabang berikutnya yang tumbuh akan memiliki pertumbuhan yang kokoh, dan kekar. Sebaliknya bila stek diambil dari tanaman induk yang belum pernah berbuah maka pertumbuhan cabang yang dihasilkan akan bersifat lunak seolah memiliki kadar air yang banyak. Stek cabang atau batang yang terpilih untuk penanaman juga harus dikering-anginkan terlebih dahulu kurang lebih selama 1-3 hari setelah dilakukannya pemotongan, hal ini bertujuan agar bekas potongan stek dapat mengering terlebih dahulu sebelum dilakukannya penanaman 13 dan juga untuk menghindari terjadinya pembusukan pada batang (Kristanto, 2009). D. Peranan Urin Sapi Sebagai Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami Urin sapi mengandung berbagai senyawa dalam bentuk terlarut yang dihasilkan oleh ginjal. Urin sapi merupakan uraian dari protein di dalam tubuh hewan sapi. Urin sapi mengandung zat pengatur tumbuh auksin sebagai salah satu zat yang terkandung di dalam makanan hijau yang tidak

24 tercerna oleh tubuh hewan sapi dan akhirnya terbuang bersama urin sapi (Galih, 2003). Zat pengatur tumbuh auksin berperan untuk merangsang perakaran pada tanaman. Urin sapi merupakan sumber auksin alami, di dalamnya mengandung auksin a, auksin b, dan Indol Acetic Acid (IAA). Kandungan tersebut diperoleh dari hasil dedaunan yang dikonsumsi oleh hewan sapi. Hormon auksin ini tidak dapat dicerna oleh tubuh hewan sapi sehingga terbuang bersama keluarnya urin sapi (Suriatna, 1992). Tabel 2. Kandungan Unsur Hara Urin Sapi (Sinaga, 2011). Unsur Hara Kandungan N 1,4-2,2 % P 0,6-0,7 % K 1,6-2,1 % Menurut Sinaga (2011), dalam penggunaan urin sapi, urin kambing, dan urin kelinci sebagai zat pengatur tumbuh alami harus memperhatikan tingkat kandungan suhu daripada urin hewan-hewan tersebut sebelum diaplikasikan ataupun digunakan terhadap tanaman. Hal ini dikarenakan apabila suhu yang terkandung dalam urin hewan-hewan tersebut masih memiliki suhu yang cukup tinggi (cukup panas), kemudian langsung diaplikasikan terhadap tanaman, maka hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan serta sel-sel pada tanaman. Oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk menetralisir terlebih dahulu tingkat kandungan suhu yang ada pada urin hewan tersebut dengan cara menampungnya di dalam wadah dan ditutup rapat selama satu malam. Menurut Galih (2003), dalam penggunaan urin sapi sebagai zat pengatur tumbuh alami, metode perendaman lah yang lebih efektif digunakan untuk merangsang pertumbuhan tanaman,

25 khususnya pertumbuhan tanaman yang diperbanyak secara vegetatif (menggunakan cabang atau batang). Menurut Hafizah (2014) dalam jurnal penelitiannya menyatakan bahwa perlakuan lama perendaman urin sapi terbaik terhadap kecepatan muncul tunas, panjang tunas, jumlah daun pertanaman, hingga jumlah akar ditunjukkan pada perlakuan dengan lama perendaman 15 menit/1 liter urin sapi. Hal ini diduga karena ketersediaan hormon bagi pertumbuhan stek mawar mencapai titik optimal pada perlakuan tersebut. Seperti halnya Kristanto (2009) mengatakan bahwa perbanyakan tanaman secara vegetatif buah naga super red dapat ditunjang dengan adanya pemberian hormon auksin yang diperoleh dari urin hewan sapi sebagai zat pengatur tumbuh alami tanaman. Pemberian hormon auksin tersebut dapat dilakukan melalui cara perendaman stek batang tanaman buah naga super red dengan urin sapi, dan menggunakan lama perendaman sekitar 20 menit.

26 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di dalam areal lingkungan kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Bertempat di Los Bayangan Laboratorium Agronomi, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Waktu pelaksanaan penelitian selama tiga bulan, dimulai pada tanggal 1 bulan Nopember tahun 2014 sampai dengan tanggal 31 bulan Januari tahun B. Alat dan Bahan Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, parang, gunting stek, ember, gembor, karung plastik, kain, gelas piala, penggaris, meteran kain, alat tulis, dan alat dokumentasi. Dan adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah air, bibit stek buah naga super red, urin sapi, tanah top soil, dan polybag ukuran 25 X 30 cm. C. Rancangan Penelitian Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari 3 taraf perlakuan dan dilaksanakan dengan metode pengolahan data Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pada tiap taraf perlakuan terdiri dari 10 bibit tanaman. Taraf perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari : P 0 P 1 : Tanpa perlakuan (kontrol). : Stek buah naga super red direndam menggunakan konsentrasi urin sapi 500 ml/500 ml air. P 2 : Stek buah naga super red direndam menggunakan konsentrasi urin sapi murni ml.

27 D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan bibit Bibit stek yang digunakan adalah bibit stek buah naga super red yang unggul. Ukuran diameter stek batang yang digunakan ialah 8-15 cm. Batang yang diambil ialah cabang yang kekar, berwarna hijau tua, sehat, dan sudah pernah berbuah. Batang yang telah dipilih kemudian dipotong dengan panjang antara cm dan bagian batang yang hendak ditanam dipotong dengan pola runcing untuk membantu merangsang pertumbuhan akar. Setelah itu stek ditaruh di ruangan yang bersih selama 2 hari, hal ini bertujuan agar bekas potongan stek dapat mengering terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman sekaligus untuk menghindari terjadinya pembusukan pada batang. 2. Persiapan media tanam Media tanam yang digunakan adalah polybag dengan ukuran 25 X 30 cm. Polybag diisi dengan tanah top soil. Selanjutnya seluruh polybag yang telah terisi diberi label dan posisi polybag diatur dengan jarak 10 cm antar baris polybag, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam kegiatan pengamatan dan pengambilan data. 3. Persiapan zat pengatur tumbuh (ZPT) alami urin sapi Urin sapi diambil pada pagi hari dari peternakan sapi, kemudian ditampung menggunakan jerigen, lalu ditutup rapat, selanjutnya didiamkan selama satu malam, hal ini bertujuan untuk menetralkan suhu panas yang terkandung dalam urin sapi sebelum digunakan sebagai zat pengatur tumbuh alami terhadap tanaman.

28 4. Penanaman bibit Pada saat media tanam, zat pengatur tumbuh (ZPT) alami urin sapi, dan kondisi stek juga sudah siap, selanjutnya bagian bawah batang-batang stek yang berpola runcing direndam terlebih dahulu selama 20 menit dengan taraf perlakuan perendaman yang telah ditentukan. Kemudian stek ditanam di polybag dengan kedalaman tanam sekitar 5 cm. 5. Penyiraman Penyiraman dilakukan 1 kali sehari dengan menggunakan gembor. Waktu penyiraman dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Apabila media tanam masih lembab maka tidak dilakukan penyiraman. E. Pengambilan dan Pengolahan Data 1. Pengambilan data a. Persentase pertumbuhan tunas Kegiatan pengambilan data persentase pertumbuhan tunas dilakukan pada umur 30, 40, 50, dan 60 hari setelah hari muncul tunas pertama. Pengambilan data dilakukan pada tunas yang telah memiliki panjang tunas minimal 3 cm dan berwarna hijau muda. Rumus untuk mengambil data persentase pertumbuhan tunas TanamanTum buh adalah Perlakuan X100%. TanamanUlangan b. Jumlah tunas Kegiatan pengambilan data jumlah tunas dilakukan pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama. Pengambilan data dilakukan pada tunas yang telah memiliki panjang tunas minimal 3 cm dan berwarna hijau muda.

29 c. Panjang tunas (cm) Kegiatan pengambilan data panjang tunas dilakukan pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama. Cara mengukur panjang tunas dimulai dari titik tumbuh tunas sampai ujung tunas. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tunas berbentuk lurus adalah penggaris dan untuk tunas yang bengkok alat ukur yang digunakan adalah meteran kain. d. Keliling batang tunas (cm) Kegiatan pengambilan data keliling batang tunas dilakukan pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama. Cara mengukur keliling batang tunas ialah dengan menggunakan meteran kain yang dililit rapat pada batang tunas. 2. Pengolahan data Hasil dari data persentase pertumbuhan tunas, jumlah tunas, panjang tunas, dan keliling batang tunas dihitung dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL).

30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Persentase pertumbuhan tunas a. Persentase pertumbuhan tunas pada umur 30 hari setelah hari muncul tunas pertama Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pengaruh perendaman urin sapi terhadap persentase pertumbuhan tunas stek buah naga super red pada umur 30 hari setelah hari muncul tunas pertama menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata (Lampiran 2). Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap persentase pertumbuhan tunas stek buah naga super red pada umur 30 hari setelah hari muncul tunas pertama dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap persentase pertumbuhan tunas stek buah naga super red pada umur 30 hari setelah hari muncul tunas pertama Rata-rata persentase pertumbuhan tunas Perlakuan pada umur 30 hari setelah hari muncul tunas pertama P 0 0,2 a 0,2 a P 1 P 2 0,2 a *Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT 5 %

31 b. Persentase pertumbuhan tunas pada umur 40 hari setelah hari muncul tunas pertama Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pengaruh perendaman urin sapi terhadap persentase pertumbuhan tunas stek buah naga super red pada umur 40 hari setelah hari muncul tunas pertama menunjukkan hasil berpengaruh nyata (Lampiran 3). Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap persentase pertumbuhan tunas stek buah naga super red pada umur 40 hari setelah hari muncul tunas pertama dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap persentase pertumbuhan tunas stek buah naga super red pada umur 40 hari setelah hari muncul tunas pertama Rata-rata persentase pertumbuhan tunas Perlakuan pada umur 40 hari setelah hari muncul tunas pertama P 0 0 P 1 0,2 b 0,3 a P 2 Berdasarkan hasil dari Tabel 4 telah menunjukkan bahwa perlakuan P 2 (urin sapi murni konsentrasi ml) berbeda nyata terhadap perlakuan P 0 (tanpa perlakuan/kontrol) dan perlakuan P 1 (urin sapi murni konsentrasi 500 ml/500 ml air). Persentase pertumbuhan tunas terbaik dicapai pada perlakuan P 2 yaitu 3 tunas. c. Persentase pertumbuhan tunas pada umur 50 hari setelah hari muncul tunas pertama

32 Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pengaruh perendaman urin sapi terhadap persentase pertumbuhan tunas stek buah naga super red pada umur 50 hari setelah hari muncul tunas pertama menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata (Lampiran 4). Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap persentase pertumbuhan tunas stek buah naga super red pada umur 50 hari setelah hari muncul tunas pertama dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap persentase pertumbuhan tunas stek buah naga super red pada umur 50 hari setelah hari muncul tunas pertama Rata-rata persentase pertumbuhan tunas Perlakuan pada umur 50 hari setelah hari muncul tunas pertama P 0 0,2 a P 1 0 P 2 0,1 b Berdasarkan hasil dari Tabel 5 telah menunjukkan bahwa perlakuan P 0 (tanpa perlakuan/kontrol) berbeda tidak nyata pada perlakuan P 1 (urin sapi murni konsentrasi 500 ml/500 ml air) dan perlakuan P 2 (urin sapi murni konsentrasi ml). Persentase pertumbuhan tunas terbaik dicapai pada perlakuan P 0 yaitu 2 tunas. d. Persentase pertumbuhan tunas pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pengaruh perendaman urin sapi terhadap persentase pertumbuhan tunas stek buah naga super red pada umur 60 hari

33 2. Jumlah tunas setelah hari muncul tunas pertama menunjukkan hasil berpengaruh nyata (Lampiran 5). Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap persentase pertumbuhan tunas stek buah naga super red pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap persentase pertumbuhan tunas stek buah naga super red pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama Rata-rata persentase pertumbuhan tunas pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama P 0 0 Perlakuan P 1 0 P 2 0,2 a Berdasarkan hasil dari Tabel 6 telah menunjukkan bahwa perlakuan P 2 (urin sapi murni konsentrasi ml) berbeda nyata terhadap perlakuan P 0 (tanpa perlakuan/kontrol) dan pada perlakuan P 1 (urin sapi murni konsentrasi 500 ml/500 ml air). Persentase pertumbuhan tunas terbaik dicapai pada perlakuan P 2 yaitu 2 tunas. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pengaruh perendaman urin sapi terhadap jumlah tunas stek buah naga super red pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama menunjukkan hasil berpengaruh sangat nyata (Lampiran 6). Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap jumlah tunas stek buah naga super red pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama dapat dilihat pada Tabel 7.

34 Tabel 7. Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap jumlah tunas stek buah naga super red pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama Perlakuan Rata-rata jumlah tunas pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama P 0 0,4 b 0,4 b P 1 P 2 0,8 a *Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT 5 % Berdasarkan hasil dari Tabel 7 telah menunjukkan bahwa perlakuan P 2 (urin sapi murni konsentrasi ml) berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P 0 (tanpa perlakuan/kontrol) dan pada perlakuan P 1 (urin sapi murni konsentrasi 500 ml/500 ml air). Jumlah tunas terbaik dicapai pada perlakuan P 2 yaitu 8 tunas. 3. Panjang tunas (cm) Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pengaruh perendaman urin sapi terhadap panjang tunas stek buah naga super red pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama menunjukkan hasil berpengaruh sangat nyata (Lampiran 7). Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap panjang tunas stek buah naga super red pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap panjang tunas stek buah naga super red pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama Perlakuan Rata-rata panjang tunas pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama P 0 7,6 c P 1 8,8 b 14,3 a P 2 Berdasarkan hasil dari Tabel 8 telah menunjukkan bahwa perlakuan P 2 (urin sapi murni konsentrasi ml)

35 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P 0 (tanpa perlakuan/kontrol) dan pada perlakuan P 1 (urin sapi murni konsentrasi 500 ml/500 ml air). Panjang tunas yang terbaik dicapai pada perlakuan P 2 yaitu 28 cm. 4. Keliling batang tunas (cm) Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pengaruh perendaman urin sapi terhadap keliling batang tunas stek buah naga super red pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama menunjukkan hasil berpengaruh sangat nyata (Lampiran 8). Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap keliling batang tunas stek buah naga super red pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil pengamatan perlakuan perendaman urin sapi terhadap keliling batang tunas stek buah naga super red pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama Perlakuan Rata-rata keliling batang tunas pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama P 0 2,5 c P 1 3,3 b 7,1 a P 2 Berdasarkan hasil dari Tabel 9 telah menunjukkan bahwa perlakuan P 2 (urin sapi murni konsentrasi ml) berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P 0 (tanpa perlakuan/kontrol) dan pada perlakuan P 1 (urin sapi murni 500 ml/500 ml air). Keliling batang tunas yang terbaik dicapai pada perlakuan P 2 yaitu 12 cm. B. Pembahasan Hasil dari data pengamatan telah menunjukkan bahwa perlakuan P 0 (tanpa perlakuan/kontrol) terhadap stek buah naga super red dalam variabel persentase pertumbuhan tunas pada umur 30 hari setelah hari

36 muncul tunas pertama adalah 2 tunas, pada umur 40 hari 0 tunas, pada umur 50 hari 2 tunas, dan pada umur 60 hari 0 tunas. Data variabel jumlah tunas pada perlakuan P 0 adalah 4 tunas dengan angka rata-rata jumlah tunas pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama ialah 0,4. Pada variabel panjang tunas terhadap perlakuan P 0 hasil terbaik yang dicapai adalah 43 cm dengan angka rata-rata 7,6 cm. Hasil terbaik yang dicapai pada variabel keliling batang tunas terhadap perlakuan P 0 adalah 10 cm dengan angka rata-rata 2,5 cm. Kemudian untuk hasil dari data pengamatan pada perlakuan P 1 (urin sapi murni konsentrasi 500 ml/500 ml air) terhadap stek buah naga super red dalam variabel persentase pertumbuhan tunas telah menunjukkan bahwa pada umur hari setelah hari muncul tunas pertama, tunas yang dapat tumbuh adalah sebanyak 4 tunas, sedangkan pada umur hari tidak terdapat tunas yang tumbuh. Jumlah tunas pada perlakuan P 1 berjumlah 4 tunas dengan angka rata-rata jumlah tunas pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama adalah 0,4 dan panjang tunas terbaik yang dicapai pada perlakuan P 1 adalah 30 cm dengan angka rata-rata 8,8 cm. Kemudian hasil terbaik untuk variabel keliling batang tunas pada perlakuan P 1 adalah 10 cm dengan angka rata-rata 3,3 cm. Selanjutnya, hasil dari data pengamatan pada perlakuan P 2 (urin sapi murni konsentrasi ml) terhadap stek buah naga super red untuk variabel persentase pertumbuhan tunas telah menunjukkan bahwa pada umur 30 hari setelah hari muncul tunas pertama, tunas yang dapat tumbuh adalah sebanyak 2 tunas, umur 40 hari 3 tunas, umur 50 hari 1 tunas, dan pada umur 60 hari ialah 2 tunas. Jumlah tunas pada

37 perlakuan P 2 berjumlah 8 tunas dengan angka rata-rata jumlah tunas pada umur 60 hari setelah hari muncul tunas pertama yaitu 0,8. Kemudian dalam variabel panjang tunas, hasil terbaik yang dicapai pada perlakuan P 2 adalah 28 cm dengan angka rata-rata 14,3 cm. Untuk hasil yang terbaik dari keliling batang tunas pada perlakuan P 2 adalah 12 cm dengan angka rata-rata 7,1 cm. Berdasarkan hasil pengamatan di atas terlihat jelas bahwa pada perlakuan P 0, P 1, dan P 2 menunjukkan hasil yang berbeda, dimana P 0 (tanpa perlakuan/kontrol) memberikan nilai dengan angka terendah dari hasil persentase pertumbuhan tunas, jumlah tunas, panjang tunas, dan keliling batang tunas. Dikatakan nilai dengan angka terendah karena stek buah naga super red tidak diberikan perlakuan apapun. Kemudian pada perlakuan P 1 (urin sapi murni konsentrasi 500 ml/500 ml air) dimana stek buah naga super red juga tidak memberikan nilai angka yang cukup tinggi, hal ini terjadi diduga karena urin sapi murni dicampur dengan air. Berdasarkan Anonim (2013), faktor-faktor eksternal yang dapat menjadi penghambat pertumbuhan pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif adalah cahaya, suhu, air, dan mineral. Ditegaskan pula oleh Hadi (2004) bahwa dengan diberikannya air kedalam larutan urin sapi yang pada dasarnya sudah memiliki cukup baik kandungan hormon auksin, maka hasil daripada pencampuran tersebut pasti memberi dampak yang tidak efektif terhadap proses rangsang yang dilakukan oleh hormon auksin pada akar. Adapun Galih (2003) juga menerangkan apabila pada zat pengatur tumbuh alami urin sapi memiliki kandungan hormon auksin yang

38 rendah maka pembentukan perakaran stek pun akan rendah akibatnya pertumbuhan tunas menjadi kurang baik. Pada perlakuan P 2 (urin sapi murni konsentrasi ml) mampu memberikan hasil yang terbaik dan efektif, dimana dalam perlakuan ini tidak ada diberikan campuran apapun selain hanya urin sapi murni. Menurut Audus (1963) dalam Galih (2003), pemberian urin sapi sebagai zat pengatur tumbuh alami dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif bertujuan untuk menambah nutrisi hormon auksin pada tanaman yang nantinya akan memacu pertumbuhan akar. Unsur nitrogen (N) yang terdapat pada urin sapi juga dapat membantu dalam memproses protein yang berguna dalam perpanjangan sel pada perakaran, sedangkan unsur posfor (P) merupakan sumber energi dalam pembentukan membran sel. Semakin cepat tunas tumbuh maka semakin cepat stek mengalami proses fotosintesis, dimana hasilnya akan digunakan untuk memenuhi cadangan makanan selama masa pertumbuhan. Ditegaskan pula oleh Suriatna (1992) bahwa akar merupakan produsen utama dalam menghasilkan hormon sitokinin, dimana hormon ini akan terangkut ke atas melalui jaringan kapiler dan akan merangsang munculnya tunas. Semakin banyak akar yang muncul maka semakin banyak tunas yang dihasilkan. Pertumbuhan akar ditentukan oleh imbangnya antara kandungan hormon auksin dengan sitokinin. Kandungan hormon auksin di dalam urin sapi tersebut dapat merangsang pertumbuhan akar, sementara di dalam akar mengandung hormon sitokinin yang akan terangkut ke atas untuk merangsang pertumbuhan tunas.

39 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada perlakuan P 2 (urin sapi murni konsentrasi ml) mampu memberikan hasil yang terbaik yakni, persentase pertumbuhan tunas pada umur 30 hari ialah 2 tunas, umur 40 hari 3 tunas, umur 50 hari 1 tunas dan terakhir pada umur 60 hari tumbuh 2 tunas. Nilai angka rata-rata terbaik pada variabel jumlah tunas adalah 0,8 dan pada variabel panjang tunas berjumlah 14,3 cm, serta pada variabel keliling batang tunas adalah 7,1 cm. B. Saran Untuk mendapatkan hasil pertumbuhan stek buah naga super red yang baik, dianjurkan menggunakan urin sapi murni (konsentrasi ml) sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) alami.

40 DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung. Anonim Buah Naga Di Kaltim. Tanggal Akses 02 Maret Anonim Faktor Penghambat Pertumbuhan Tanaman. Tanggal Akses 07 September Astanto, A Jurnal Survey Lahan Pertanian dan Perkebunan Terpadu. Universitas Sumatera Utara Library. Sumatera Utara. 89 hal. Cahyono, B Buku Terlengkap Sukses Bertanam Buah Naga. Pustaka Mina. Jakarta. 188 hal. Djayanto, E Perencanaan Usaha Buah Naga Super Red. Swadaya Book. Jakarta Utara. 112 hal. Galih, A Bahan Kuliah; Larutan Urin Sapi Dan Tanaman Perkebunan. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Bengkulu. Bengkulu. 84 hal. Hadi, S Urine Sapi; Bangkitkan Harapan Petani. Bogor. 45 hal. Hafizah, N Pertumbuhan Stek Mawar (Rosa damascena Mill.) Pada Waktu Perendaman Dalam Larutan Urin Sapi. STIPER Amuntai. 76 hal. Kristanto, D BUAH NAGA; Pembudidayaan Di Pot dan Di Kebun. Penebar Swadaya. Depok. 92 hal. Sinaga, P Jurnal Penelitian; Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Stek Nilam (Pogostemoncablin, Benth). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 81 hal. Suriatna, S Pembahasan Zat Pengatur Tumbuh Bagi Tanaman. Gramedia. Jakarta. 89 hal. Suwardi Teknik Stek Dragon Fruit Indonesia. Tiga Anggrek. Yogyakarta. 113 hal. Suwarti, M Pengantar Zat Pengatur Tumbuh. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 76 hal. Winarsih, S Mengenal dan Membudidayakan Buah Naga Super Red. Penerbit Aneka Ilmu Visi Buku Dunia Baru. Semarang. 97 hal.

41 LAMPIRAN

42 Lampiran 1. Denah Penelitian U P 2. 6 P 1. 1 P 0. 2 P 2. 9 P 0. 1 P 2. 7 P 0. 4 P 1. 3 P 0. 3 P 0. 6 P 2. 5 P 1. 7 P 2. 2 P 1. 8 P 2. 1 P 0. 9 P 0. 8 P P 1. 5 P 2. 4 P P 2. 8 P 1. 6 P 0. 5 P 1. 2 P P 1. 9 P 0. 7 P 2. 3 P 1. 4 Keterangan : P 0 : Tanpa perlakuan (kontrol). P 1 : Stek buah naga super red direndam menggunakan konsentrasi urin sapi 500 ml/500 ml air. P 2 : Stek buah naga super red direndam menggunakan konsentrasi urin sapi murni ml.

43 Lampiran 2. Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Persentase Pertumbuhan Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 30 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama. SK db JK KT Fhitung Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 5,87 2,93 3,02 tn 3,35 5,49 Galat 27 5,00 0,19 Total 29 5,87 Keterangan : KK = 2,15 % tn = Berpengaruh tidak nyata Lampiran 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Persentase Pertumbuhan Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 40 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama. SK db JK KT Fhitung Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 4,70 2,35 3,41* 3,35 5,49 Galat 27 4,30 0,16 Total 29 4,70 Keterangan : KK = 2,39 % * = Berpengaruh nyata Lampiran 4. Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Persentase Pertumbuhan Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 50 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama. SK db JK KT Fhitung Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 2,97 1,48 3,29 tn 3,35 5,49 Galat 27 2,50 0,09 Total 29 2,97 Keterangan : KK = 3,04 % tn = Berpengaruh tidak nyata

44 Lampiran 5. Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Persentase Pertumbuhan Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 60 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama. SK db JK KT Fhitung Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 1,87 0,93 3,37* 3,35 5,49 Galat 27 1,80 0,07 Total 29 1,87 Keterangan : KK = 3,30 % * = Berpengaruh nyata Lampiran 6. Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Jumlah Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 60 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama. SK db JK KT Fhitung Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 13,87 6,93 7,04** 3,35 5,49 Galat 27 12,00 0,44 Total 29 13,87 Keterangan : KK = 12,05 % ** = Berpengaruh sangat nyata Lampiran 7. Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Panjang Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 60 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama. SK db JK KT Fhitung Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan , ,68 15,29** 3,35 5,49 Galat ,70 222,99 Total ,37 Keterangan : KK = 14,60 % ** = Berpengaruh sangat nyata

45 Lampiran 8. Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Perendaman Urin Sapi Terhadap Keliling Batang Tunas Stek Buah Naga Super Red Pada Umur 60 Hari Setelah Hari Muncul Tunas Pertama. SK db JK KT Fhitung Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 966,97 483,48 14,17** 3,35 5,49 Galat ,50 35,43 Total ,97 Keterangan : KK = 13,84 % ** = Berpengaruh sangat nyata

46 Gambar 1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian. Gambar 2. Induk tanaman buah naga super red.

47 Gambar 3. Pengambilan bibit stek. Gambar 4. Pemotongan bibit stek. Gambar 5. Bibit stek yang telah siap tanam.

48 Gambar 6. Persiapan media tanam. Gambar 7. Pemasangan label. Gambar 8. Persiapan ZPT alami urin sapi.

49 Gambar 9. Perlakuan perendaman. Gambar 10. Penanaman seluruh bibit stek. Gambar 11. Pengamatan pertumbuhan tunas pada umur 30 hari.

50 Gambar 12. Pengamatan pertumbuhan tunas pada umur 40 hari. Gambar 13. Pengamatan pertumbuhan tunas pada umur 50 hari. Gambar 14. Pengamatan pertumbuhan tunas pada umur 60 hari.

51 Gambar 15. Pengambilan data jumlah tunas dan panjang tunas. Gambar 16. Pengambilan data keliling batang tunas. Gambar 17. Hasil akhir pertumbuhan stek buah naga super red.

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Tanaman buah naga yang awalnya berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Buah naga masuk ke Indonesia dan menjadi populer sekitar tahun 2000

Lebih terperinci

BAB I BUAH NAGA. (Hylocereus undatus) Sumber: https://www.google.co.id/search?q=budidaya+buah+naga

BAB I BUAH NAGA. (Hylocereus undatus) Sumber: https://www.google.co.id/search?q=budidaya+buah+naga BAB I BUAH NAGA (Hylocereus undatus) Gambar 1.1. Tanaman buah naga (kiri) dan buah naga siap dipanen (kanan) Sumber: https://www.google.co.id/search?q=budidaya+buah+naga A. Latar Belakang Buah Naga Buah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Naga

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Naga Buah naga ( Hylocereus sp.) atau dragon fruit merupakan tanaman jenis kaktus yang umumnya tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Pada iklim tersebut tanaman buah naga

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Buah Naga Terdapat empat jenis buah naga yang dikembangkan, yaitu buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhijus),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun tanaman hias bunga. Tanaman hias yaitu suatu tanaman yang bagian akar, batang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani Buah Naga Buah naga termasuk famili Cactaceae dengan biji berkeping dua (dikotil). Famili ini meliputi 120-200 genera yang terdiri atas 1 500-2 000 spesies yang ditemukan khususnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUAH NAGA DI INDONESIA TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

PELUANG BISNIS BUAH NAGA DI INDONESIA TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUAH NAGA DI INDONESIA TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Disusun oleh : RAHMANDHANI KURNIAWAN 11.02.8063 D3MI-03 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Buah naga adalah buah dari beberapa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buah Naga (daging merah dan putih) 1. Klasifikasi buah naga Nama buah naga berasal dari penampilan batangnya yang menjulur berwarna hijau, yang mirip tubuh naga. Buahnya juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alam seperti sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, sumberdaya alam tambang,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan pakchoy di Indonesia Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur, dan masuk ke Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengetahui banyaknya penyakit yang diderita oleh masyarakat sekarang karena pola makan atau cara hidup mereka yang kurang sehat atau tidak memperdulikan lingkungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR GREEN PANTAS PADA BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea sp) Oleh

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR GREEN PANTAS PADA BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea sp) Oleh 1 APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR GREEN PANTAS PADA BIBIT KOPI ROBUSTA (Coffea sp) Oleh YUHAYATI NIM. 070 500 092 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UMY. B. Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) Tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Famili Rutaceae memiliki sekitar 1 300 spesies yang dikelompokkan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

Jurnal Palenewen, ßIOêduKASI E. (2014). Pengaruh Urin Sapi Sebagai Pupuk cair Terhadap Pertumbuhan Seledri. ISSN : Vol 2 No (2) Maret 2014

Jurnal Palenewen, ßIOêduKASI E. (2014). Pengaruh Urin Sapi Sebagai Pupuk cair Terhadap Pertumbuhan Seledri. ISSN : Vol 2 No (2) Maret 2014 Jurnal Palenewen, ßIOêduKASI E. (2014). Pengaruh Urin Sapi Sebagai Pupuk cair Terhadap Pertumbuhan Seledri ISSN : 2301-4678 PENGARUH URIN SAPI SEBAGAI PUPUK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH BUAH PISANG KLUTHUK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT

PEMANFAATAN LIMBAH BUAH PISANG KLUTHUK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT PEMANFAATAN LIMBAH BUAH PISANG KLUTHUK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF STEK BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) PADA MEDIA TANAM DENGAN KOMPOSISI YANG BERBEDA.

RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF STEK BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) PADA MEDIA TANAM DENGAN KOMPOSISI YANG BERBEDA. RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF STEK BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricensis) PADA MEDIA TANAM DENGAN KOMPOSISI YANG BERBEDA Oleh : AFIF ZUHDI NIM. 090 500 055 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2012 dilaksanakan di Kebun Kelompok Wanita Tani Ilomata Desa Huntu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian Kamaludin Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : kamaludinkamal27@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi kompos kotoran sapi yang terbaik dalam

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus Kaktus termasuk dalam kelompok famili Cactaceae. Dalam famili ini terdapat beberapa genus, sedangkan kaktus termasuk dalam genus Cereus. Adapun klasifikasi buah kaktus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Pisang Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Sudah lama buah pisang menjadi komoditas buah tropis yang sangat populer

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini jenis penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jalan H.R.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI 1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI Oleh NUR AYSAH NIM. 080500129 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Buah naga atau dragon fruit sejatinya merupakan tanaman kaktus. Tanaman ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika bagian utara (Colombia). Di daerah aslinya,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ektrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Persentase Daya Berkecambah Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pengamatan persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah naga

BAB I PENDAHULUAN. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah naga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah naga merupakan jenis buah yang sudah tidak asing lagi di negara kita. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

Karya Tulis Ilmiah. Pengaruh Penggunaan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Buah Naga Merah Pada Tiang Panjat Beton di Balai Pelatihan Pertanian Jambi

Karya Tulis Ilmiah. Pengaruh Penggunaan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Buah Naga Merah Pada Tiang Panjat Beton di Balai Pelatihan Pertanian Jambi Karya Tulis Ilmiah Pengaruh Penggunaan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Buah Naga Merah Pada Tiang Panjat Beton di Balai Pelatihan Pertanian Jambi A. Latar Belakang Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama)

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara agaris yang memiliki iklim tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Hampir

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4. Oleh : SUKARNO NIM.

PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4. Oleh : SUKARNO NIM. PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4 Oleh : SUKARNO NIM. 120500064 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 16, Nomor 2, Hal. 63-68 Juli - Desember 211 ISSN:852-8349 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Larutan Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Larutan Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Larutan Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Jumlah Akar Batang Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) Data hasil pengamatan jumlah akar stek batang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci