KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING AKIBAT INFEKSI CENDAWAN DI BEBERAPA KLINIK HEWAN UMMI HANI TRISANDI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING AKIBAT INFEKSI CENDAWAN DI BEBERAPA KLINIK HEWAN UMMI HANI TRISANDI"

Transkripsi

1 KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING AKIBAT INFEKSI CENDAWAN DI BEBERAPA KLINIK HEWAN UMMI HANI TRISANDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kejadian Penyakit Kulit pada Anjing dan Kucing Akibat Infeksi Cendawan di Beberapa Klinik Hewan adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016 Ummi Hani Trisandi NIM B

3 iii ABSTRAK UMMI HANI TRISANDI. Kejadian Penyakit Kulit pada Anjing dan Kucing Akibat Infeksi Cendawan di Beberapa Klinik Hewan. Dibimbing oleh EKO SUGENG PRIBADI. Anjing dan kucing merupakan dua jenis peliharaan yang yang paling sering dipelihara. Penampilan hewan peliharan harus selalu diperhatikan karena seringkali mengalami gangguan dan dapat berdampak pada infeksi yang lebih luas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keragaman penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi cendawan dan agen lainnya pada anjing dan kucing. Penelitian menggunakan data sekunder yang berasal dari rekam medik periode yang tersimpan di klinik yang diambil dari dua klinik hewan. Data primer diperoleh dari hasil identifikasi keberadaan kapang pada contoh kerokan kulit dan rambut pasien anjing dan kucing yang diambil dari 10 klinik hewan di Kota Bogor. Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap koloni cendawan yang tumbuh di media pertumbuhan SDA dan SDA-m. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap contoh kerokan kulit dan rambut yang ditetesi dengan KOH 10% dan terhadap struktur mikroskopik cendawan yang tumbuh di media pertumbuhan. Kasus infestasi ektoparasit merupakan kasus yang paling banyak didiagnosa dari anjing dan kucing yang dating ke klinik hewan dengan angka sebesar 30,00% pada anjing ras dan 45,58% pada kucing ras. Kasus dermatofitosis merupakan kasus kedua terbanyak yang dialami pasien, yaitu sebesar 25,71% pada anjing ras dan 14,28% pada kucing ras. Kapang Dermatofita tidak ditemukan pada contoh kerokan kulit dan rambut. Sejumlah cendawan saprofit dan kosmopolitan ditemukan dari contoh yang diperiksa Kata kunci: penyakit kulit, infestasi ektoparasit, infeksi cendawan, anjing, kucing

4 iv ABSTRACT UMMI HANI TRISANDI. Dermatomycoses in Dogs and Cats in Animal Clinics. Supervised by EKO SUGENG PRIBADI. Dogs and cats are two pets are most popular pet kept by human. Pet animals performance should be always considered because they are often susceptible to pathogen infection and could be impacted on the wider infection. The purpose of this study was to determine various skin disease caused by mycoses and other agents in dogs and cats. The study used secondary data derived from medical records that are kept in the period of were taken from two animal clinics. Primary data obtained from the fungi identification on skin scrapings and hair samples of dogs and cats taken from 10 animal clinics in the City of Bogor. The macroscopic examination performed on colonies of fungi that grown on the SDA and SDA-m. Microscopic examination carried out on skin scrapings and hair sample that spilled with 10% KOH and fungi microscopic structure that grown in the medium. The case of ectoparasites infestation was highest on dogs and cats that were came to the animal clinic with a rate of 30.00% on a race dog and 45.58% in a race cat. Dermatofitosis case was the second most experienced patients, with rate of 25.71% on a races dog and 14.28% on a race cat. Dermatophyte were not found in skin scrapings and hair samples. Some saprofit and cosmopolitan fungi found from the sample examined Keywords: skin diseases, infestations of ectoparasites, fungal infections, dogs, cats

5 v KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING AKIBAT INFEKSI CENDAWAN DI BEBERAPA KLINIK HEWAN UMMI HANI TRISANDI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6 vi

7 vii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini adalah penyakit kulit, dengan judul Kejadian Penyakit Kulit pada Anjing dan Kucing Akibat Infeksi Cendawan di Beberapa Klinik Hewan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Budianto dan Ibu Trismawaty sebagai orang tua penulis dan keluarga atas kasih sayangnya, yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Eko Sugeng Pribadi, MS., drh. selaku Pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada para dokter hewan di Klinik Hewan Jakarta dan Bogor, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Herdian Saputra, teman-teman WISMA NUSANTARA, CCA, dan ASTROCYTE 49 yang telah menjadi sahabat dan teman yang selalu mendoakan dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2016 Ummi Hani Trisandi

8 viii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 METODE 4 Waktu dan Tempat Penelitian 4 Bahan dan Alat 4 Tahapan Percobaan 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 KESIMPULAN DAN SARAN 11 DAFTAR PUSTAKA 12

9 ix DAFTAR TABEL 1 Data penyakit kulit pada anjing yang dibandingkan terhadap ras/bangsa dan jenis kelamin 2 Data penyakit kulit pada kucing yang dibandingkan terhadap ras/bangsa dan jenis kelamin 3 Data sekunder penyakit kulit pada anjing pada periode musim basah dan kering yang diperoleh dari Klinik 4 4 Data sekunder penyakit kulit pada kucing pada periode musim basah dan kering yang diperoleh dari Klinik 4 5 Hasil identifikasi terhadap koloni keberadaan cendawan dari contoh kerokan kulit dan rambut yang diambil dari beberapa klinik dan di wilayah Kota Bogor DAFTAR GAMBAR 1 Hasil pengamatan mikroskopik kapang yang diisolasi dari contoh kerokan kulit dan rambut 10

10 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hewan peliharaan adalah hewan yang dipelihara sebagai teman manusia. Hewan yang paling sering dipelihara sebagai teman bermain adalah anjing dan kucing. Banyak hal yang dapat diperoleh jika memelihara hewan di rumah. Selain sebagai penghilang tekanan dan penat, hewan lucu tersebut dapat diikutsertakan dalam berbagai lomba penampilan dan kompetisi. Untuk itu, penampilan hewan peliharan harus selalu diperhatikan, terutama bagian kulit dan rambut karena anjing dan kucing mudah sekali terserang penyakit kulit. Anjing dan kucing sering menggaruk-garuk tubuhnya dan kadangkala ini sering dianggap wajar dilakukan oleh anjing atau kucing. Namun, bisa saja itu merupakan gejala awal adanya gangguan pada kulit. Kondisi ini akan semakin berlanjut menjadi alopesia, kemerahan, sampai terjadi perlukaan apabila tidak segera ditangani. Gangguan kulit memang seringkali menimbulkan polemik karena termasuk penyakit terpopuler yang paling sering ditemui baik pada anjing maupun kucing. Meskipun bersifat superfisial, bukan berarti gangguan pada kulit bisa diabaikan begitu saja. Gangguan pada kulit dapat mengganggu keindahan penampilan dan bila tidak ditangani dengan segera dapat menyebar hingga seluruh tubuh dan berdampak pada infeksi yang lebih meluas. Penyakit kulit pada hewan paling sering diakibatkan oleh parasit kulit, seperti demodex, skabies, dan cendawan. Parasit ini umumnya telah dikenal, tetapi tidak mudah dalam pengendaliannya (Bunawan 2009). Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini dinyatakan menggunakan beberapa pertanyaan, diantaranya: 1. jenis penyakit kulit apa yang sering diderita oleh anjing dan kucing? 2. berapa angka kejadian dermatofitosis diantara kasus penyakit kulit pada hewan kesayangan khususnya anjing dan kucing? 3. apakah bangsa hewan mempengaruhi kejadian penyakit kulit pada anjing dan kucing? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui angka kejadian dermatofitosis diantara penyakit kulit pada anjing dan kucing akibat infeksi cendawan dibandingkan infeksi agen lain pada sejumlah bangsa hewan.

11 2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah adanya informasi tentang angka prevalensi atau tingkat kejadian penyakit kulit yang diderita oleh hewan kesayangan, khususnya anjing dan kucing akibat infeksi cendawan dan infeksi agen lain. TINJAUAN PUSTAKA Struktur kulit terdiri dari epidermis, dermis, dan hipodermis. Lapisan kulit (epidermis) tersusun dari banyak lapis sel. Klasifikasi lapisan epidermis dari yang paling dalam sampai luar adalah stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum, dan stratum korneum. Secara umum, epidermis dari anjing dan kucing tipis (dua sampai tiga lapis sel nukleus, tidak termasuk stratum korneum), pada kulit yang berambut ketebalan atau kedalamannya berkisar 0,1-0,5 mm (Miller et al. 2013). Beberapa masyarakat pada saat ini telah menanggap memelihara hewan peliharaan merupakan salah satu hobi. Kucing merupakan salah satu hewan yang paling digemari karena memiliki wajah yang lucu, rambut yang halus, serta sifat yang unik. Kucing persia, anggora, exotic short hair, himalayan, dan maine coon merupakan jenis kucing yang paling banyak dipelihara (Jamez 2015). Selain kucing, anjing juga merupakan salah satu jenis hewan peliharaan yang paling populer. Contoh anjing yang sering dipelihara karena sifatnya yang ramah yakni golden retriever, labrador retriever, beagel, dachshund, dan yorkshire terrier (Soeparyono 2014). Pemilik hewan tentu menginginkan hewan peliharaannya terhindar dari penyakit, untuk itu perlu adanya kepedulian dan perhatian dalam pemeliharaan hewan agar infeksi penyakit dapat dicegah. Menurut Rahmiati dan Pribadi (2014), kepedulian dan perhatian yang tinggi memicu keinginan pemilik untuk lebih memahami bagaimana cara agar hewan peliharaan mereka sejahtera. Menurut Indriani et al. (2014), salah satu upaya pencegahan penyakit dalam pemeliharaan kucing adalah dengan memperhatikan makanan serta perawatannya agar kesehatan kucing tetap terjaga dan tidak mudah terserang penyakit. Infeksi Cendawan Dermatofita yang paling sering menginfeksi kulit hewan adalah Microsporum dan Tricophyton. Tiga spesies yang menjadi penyebab sebagian besar kasus dermatofitosis pada anjing dan kucing adalah M. canis, M. gypseum, dan T. mentagrophytes. Umumnya, M. canis yang paling sering menyebabkan kasus dermatofitosis pada kucing dan anjing. Dermatofitosis ditularkankan melalui kontak dengan rambut yang terinfeksi dan cendawan yang ada di kulit hewan, pada lingkungan, atau melalui benda mati yang berperan sebagai agen penularan penyakit(miller et al. 2013).

12 3 Ptyriasis versicolor (PV) atau dikenal juga dengan tinea versicolor, adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh genus Malassezia. Penyakit ini merupakan infeksi kulit di bagian superfisial yang sering terjadi di seluruh dunia, terutama di wilayah yang beriklim tropis. PV sulit di sembuhkan dan dapat menyebabkan kambuh atau berulang apabila terjadi infeksi akibat peningkatan jumlah Malassezia yang merupakan flora normal pada kulit (Gupta dan Foley 2015). Infeksi Bakteri Patogen utama yang menyebabkan infeksi kulit pada anjing adalah Staphylococcus intermedius. Bakteri ini dapat ditemukan pada mukosa, khususnya nasal, anal, traktus genital, dan tumbuh pada kulit melalui kegiatan mandi atau aktivitas lainnya. Kasus ini jarang terjadi tanpa adanya faktor pokok. Hampir semua kondisi kulit dapat terinfeksi oleh bakteri, namun faktor yang paling sering menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi. Infeksi bakteri pada kucing hanya sebagai infeksi sekunder. Abses subkutaneus sering terjadi pada kucing, biasanya infeksi terjadi akibat adanya luka gigitan (Paterson 2008). Infestasi Ektoparasit Parasit adalah organisme yang hidupnya bergantung pada organisme lain (beda jenis) sebagai tumpangan, dan sebagai sumber makanan. Berdasarkan tempat menumpang, parasit dibedakan menjadi endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inang. Sedangkan ektoparasit adalah parasit yang hidup di bagian luar dari tempat bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya (Hadi dan Soviana 2012). Dalam memelihara hewan kesayangan, seringkali timbul masalah yang berkaitan dengan penyakit hewan. Masalah yang sering muncul adalah gangguan ektoparasit. Ektoparasit yang sering ditemukan pada anjing adalah caplak, kutu, tungau, dan pinjal (Priasdhika 2014). Demodekosis merupakan penyakit pada kulit yang disebabkan tungau Demodex sp. yang hidup di folikel rambut. Gejala penyakit ini adalah kerontokan rambut di daerah tertentu, di antaranya di sekitar mata, mulut, leher, dan siku kaki depan, yang diikuti dengan munculnya tonjolan-tonjolan pada kulit yang berwarna kemerahan. Selain itu, demodekosis yang menyebabkan gatal-gatal pada kulit membuat hewan menggaruk kulitnya dan dapat menimbulkan luka yang jika dibiarkan dapat menyebabkan infeksi. Kebanyakan kasus demodekosis ditemukan pada anjing. Namun Demodex sp. juga dapat menyerang kuda, sapi, domba, kambing, babi, dan kucing. Demodekosis pada anjing disebabkan oleh Demodex sp (Aripin et al. 2013) Skabies atau kudis merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi tungau Sarcoptes scabiei yang bersifat zoonotik. Sarcoptes scabieivar canis menyerang bagian tubuh anjing yang tidak memiliki rambut, seperti kepala, dada, abdomen, leher, wajah, telinga, dan siku. Lesio ini menjadi kemerahan berhubungan dengan proses persisikan, pengerakan, dan pembentukan

13 4 keropeng. Gejala ini juga disertai dengan alopesia dan kehilangan bobot badan. (Bandi dan Saikumar 2013). Alergi Dermatitis atopik atau dermatitis kontak alergi adalah reaksi alergi yang terjadi pada kulit akibat paparan alergen dari bahan-bahan tertentu atau bahanbahan penyusun suatu produk. Gejala yang timbul antara lain radang, kemerahan, bengkak, gatal-gatal, dan biduran. Gejala-gejala reaksi alergi yang parah, atau disebut reaksi anafilaksis, meliputi sesak napas, biduran kemerah-merahan, ruam kulit yang gatal, dan bengkak pada muka, tenggorokan, dan mulut. Pada kasus yang sangat parah, reaksi ini beresiko menyebabkan kematian (ME 2013). Tumor Kulit Tumor baik yang berbentuk jinak maupun ganas bisa timbul pada tiap bagian kulit. Sebagian besar tumor kulit adalah jinak, sehingga sering hanya merupakan gangguan kosmetik. Namun, menjadi hal yang penting untuk menentukan dengan cepat dan efektif potensi suatu tumor untuk menjadi ganas sehingga dapat menentukan diagnosa tingkat awal (Graham-Brown dan Burns 2005).Lapisan kulit paling luar atau kulit ari (epidermis) cepat aus. Penggantiannya berawal dari lapisan basal atau lapisan terdalam. Di dalam lapisan inilah terletak penyebab kanker kulit di mana terjadi penggandaan sel-sel basal yang tidak ada hentinya (de Jong 2005). METODE Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini menggunakan dua bentuk data. Bentuk data pertama merupakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medik yang dilaksanakan di satu klinik hewan yang berlokasi di Jakarta Utara pada bulan Juni 2014, dan satu klinik hewan yang berlokasi di Kota Bogor pada bulan Februari Sedangkan bentuk kedua adalah hasil pemeriksaan laboratorium di laboratorium Divisi Mikrobiologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor yang di lakukan pada bulan Januari Bahan dan Alat Untuk pekerjaan laboratorik, bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KOH 10%, alkohol 70%, Lactophenol Cotton Blue (LPCB), media

14 5 Sabouraud Dextrose Agar CM0041 (OXOID), dan media SDA yang dimodifikasi (SDM-m). SDA-m merupakan media SDA yang telah diimbuhi kloramfenikol dan merah fenol. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pinset, kapas, mikroskop, gelas objek, dan kaca penutup. Tahapan Percobaan Pengambilan data Data sekunder yang berasal dari rekam medik periode yang diambil dari dua klinik hewan. Data yang dihimpun berupa nama pasien, jenis pasien, jenis kelamin, tanggal kunjungan, tujuan kunjungan, dan hasil diagnosa yang ditetapkan oleh dokter pemeriksa. Data dihimpun dalam bentuk tabulasi. Pengambilan contoh Contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerokan kulit dan rambut dari pasien anjing dan kucing. Pengambilan contoh dilakukan di 10 klinik hewan yang ada di Kota Bogor. Klinik hewan tersebut berlokasi di empat tempat di Kecamatan Bogor Utara, dua tempat di Kecamatan Tanah Sereal, dan satu tempat masing-masing di Kecamatan Bogor Timur, Bogor Tengah, Bogor Barat, dan Bogor Selatan. Pemeriksaan Mikroskopik Contoh kerokan kulit dan rambut diperiksa secara mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopik ini terdiri dari dua tahap, yaitu dengan menggunakan KOH 10% dan pemeriksaan mikroskopik terhadap koloni cendawan yang tumbuh setelah pembiakan contoh kerokan kulit dan rambut di atas media SDA dan SDAm. Perhatian dari pemeriksaan koloni yang tumbuh adalah untuk mengidentifikasi cendawan Dermatofita dan non-dermatofita yang tumbuh pada media yang ditempati contoh kerokan kulit dan rambut. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan mengambil sedikit contoh kerokan kulit dan rambut menggunakan pinset dan diletakkan di atas kaca preparat yang telah dibersihkan dengan alkohol 70%. Contoh kerokan kulit dan rambut tersebut ditetesi KOH 10% lalu ditutup dengan kaca penutup. Preparat diamati terhadap keberadaan struktur kapang seperti hifa, makrokonidia, dan mikrokonidia melalui pembesaran 10x dan 40x. Pemeriksaan lanjutan terhadap contoh kulit dan rambut dilakukan dengan meletakkan contoh kulit dan rambut di atas media SDA dan SDA-m. Media tersebut diinkubasi pada suhu 25 o C dan diamati pada hari ke-5, ke-8, dan ke-12 terhadap pertumbuhan koloni kapang. Pemeriksaan mikroskopik selanjutnya dilakukan terhadap bagian dari koloni kapang dengan menggunakan larutan pewarna lactophenol cotton blue (LPCB).

15 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan kejadian penyakit kulit pada anjing dan kucing dilakukan dengan memanfaatkan data rekam medik. Data diagnosa yang diperoleh merupakan hasil diagnosa yang dibuat oleh dokter yang melakukan pemeriksaan terhadap pasien. Gambaran data penyakit terhadap bangsa dan jenis kelamin pasien dipaparkan dalam Tabel 1 untuk anjing dan Tabel 2 untuk kucing berikut. Tabel 1 Data sekunder penyakit kulit pada anjing berdasarkan bangsa dan jenis kelamin pasien yang diperoleh dari dua klinik hewan No Jenis Penyakit Bangsa (ekor) Jenis Kelamin (ekor) Ras Lokal Campuran Jantan Betina 1 Dermatofitosis Ptyriasis versicolor Infeksi bakteri Demodekosis Skabies Infestasi ektoparasit Alergi Tumor Total Tabel 2 Data sekunderpenyakit kulit pada kucing berdasarkanbangsa dan jenis kelamin pasien yang diperoleh dari dua klinik hewan No Jenis Penyakit Bangsa (ekor) Jenis kelamin (ekor) Ras Lokal Campuran Jantan Betina 1 Dermatofitosis Ptyriasis versicolor Infeksi bakteri Demodekosis Skabies Infestasi ektoparasit Alergi Tumor Total Total pasien berjumlah 217 ekor terdiri dari 70 ekor anjing dan 147 ekor kucing. Dari data tersebut, Tabel 1 dan 2 memperlihatkan bahwa anjing dan kucing ras merupakan kelompok dominan yang menjadi pasien klinik dibandingkan dua kelompok lainnya, yakni 57 ekor anjing dan 108 ekor kucing. Hal ini sesuai dengan data populasi anjing dan kucing di wilayah Provinsi DKI Jakarta dan Kota Bogor. Menurut Wahyudi (2015) Dinas Kelautan, Pertanian dan

16 Ketahanan Pangan (KPKP) DKI Jakarta tidak memiliki data mengenai jumlah anjing liar yang berada di Jakarta, namun untuk anjing peliharaan jumlahnya ekor. Khusus di Wilayah Jakarta Utara, populasi kucing liar diperkirakan mencapai ekor, tersebar di enam kecamatan (Liauw 2014). Kedua Tabel menjelaskan juga bahwa kasus infestasi ektoparasit merupakan kasus yang paling banyak dialami oleh pasien-pasien ras yang memiliki masalah kesehatan kulit tersebut, yaitu sebesar 30,00% pada anjing ras dan 45,58% pada kucing ras. Menurut Rahayu (2015) sebanyak 80% kucing kampung liar di Pasar Batu dan sebanyak 50% kucing kampung peliharaan di Arhanud terinfeksi ektoparasit. Ektoparasit yang biasanya terdapat pada anjing dan kucing adalah caplak, tungau, kutu, dan pinjal. Menurut Rahayu (2015) ditemukan Ctenocephalides felis pada kucing liar, dan pada kucing peliharaan ditemukan Ctenocephalides felis dan kutu Felicola subrostratus. Puri et al. (2014) menemukan lima jenis ektoparasit pada anjing peliharaan, yaitu Ctenocephalides canis, Dermacentor sp., Haemaphysalis sp.,laelapidae sp., dan Rhipicephalus sanguineus. Menurut Puri et al. (2014), anjing yang paling banyak mengalami infestasi ektoparasit adalah anjing dengan rambut panjang dan halus. Anjing dengan rambut pendek dan kasar kurang disukai oleh ektoparasit karena sulit untuk menembus lapisan kulit sehingga menyulitkan ektoparasit untuk menghisap darah. Menurut Sutrisna (2015), anjing ras murni lebih mudah terinfestasi ektoparasit karena memiliki rambut yang tebal, gimbal, ataupun kulit yang menggulung yang membuat ektoparasit nyaman untuk bersembunyi. Kasus dermatofitosis merupakan kasus kedua terbanyak yang dialami pasien, yaitu sebesar 25,71% pada anjing ras dan 14,28% pada kucing ras. Menurut Tilley dan Smith (2007), kucing ras dengan rambut panjang paling sering menderita dermatofitosis. Dermatofitosis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh kapang kelompok Dermatofita. Penyakit ini pada hewan lebih dikenal dengan penyakit ringworm. Hewan yang menderita Dermatofitosis memiliki lesi yang terdiri dari kombinasi alopesia, eritema, papula, dan kulit penderita akan terlihat bersisik dan mengeras. Lesi yang nampak pada anjing dan kucing umumnya memiliki batasan yang jelas dengan radang aktif di pinggiran lesi yang biasa ditemukan di bagian wajah atau anggota badan (Indrajulianto et al. 2014). Berdasarkan jenis kelamin pasien yang datang ke klinik, tidak ada perbedaan yang nyata dari kasus infestasi ektoparasit dan dermatofitosis antara anjing jantan dan betina. Tetapi, sedikit berlainan dengan data yang diperoleh dari pasien kucing yang memperlihatkan bahwa kasus penyakit kulit lebih banyak diderita oleh kucing jantan dibandingkan dengan betina. Hasil ini selaras dengan pendapat Tilley dan Smith (2007) yang menyatakan bahawa jenis kelamin tidak mempengaruhi kejadian dermatofitosis. Faktor lain yang diamati terhadap kejadian penyakit kulit pada anjing dan kucing adalah musim. Indonesia adalah negara yang terletak di garis khatulistiwa sehingga mengalami dua musim, yakni musim basah dan kering atau yang sering disebut musim hujan dan kemarau. Musim kemarau di Indonesia terjadi pada bulan April sampai Oktober sedangkan musim hujan terjadi pada bulan November hingga Maret (Balitbang 2014). Gambaran data penyakit kulit pada periode musim basah dan kering, dipaparkan dalam Tabel 3 untuk anjing dan Tabel 4 untuk kucing berikut. 7

17 8

18 9 Tabel 3 Data sekunder penyakit kulit pada anjing pada periode musim basah dan kering yang diperoleh dari Klinik 4 Bulan (ekor) No Jenis Penyakit Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 1 Dermatofitosis Ptyriasis versicolor Infeksi bakteri Demodekosis Skabies Infestasi ektoparasit Alergi Tumor Tabel 4 Data sekunder penyakit kulit pada kucing pada periode musim basah dan kering yang diperoleh dari Klinik 4 Bulan (ekor) No Jenis Penyakit Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 1 Dermatofitosis Ptyriasis versicolor Infeksi bakteri Demodekosis Skabies Infestasi ektoparasit Alergi Tumor Kedua Tabel menjelaskan bahwa kejadian penyakit kulit banyak terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus. Jenis penyakit kulit yang paling banyak terjadi pada bulan tersebut adalah infestasi ektoparasit. Menurut Sutrisna (2015), kejadian infestasi ektoparasit dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti musim, suhu, kelembaban, cara pemeliharaan, dan perlakuan pemilik anjing. Hal tersebut menjelaskan bahwa kejadian penyakit kulit pada anjing dan kucing, khususnya infestasi ektoparasit, paling banyak terjadi pada musim kering atau musim kemarau. Pemeriksaan laboratorik diawali dengan pemeriksaan preparat natif terhadap contoh kerokan kulit dan rambut. Kemudian dilanjutkan dengan menempatkan kedua jenis contoh tersebut ke atas media SDA dan SDA-m sebagai pemeriksaan baku untuk meneguhkan diagnosa terhadap infeksi oleh Dermatofita. Pemeriksaan preparat natif terhadap contoh kerokan kulit dan rambut dilakukan menggunakan KOH 10% pada contoh. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, tidak ditemukan makrokonidia Dermatofita pada semua contoh yang diperiksa. Sedangkan hasil identifikasi terhadap koloni yang tumbuh di media SDA dan SDA-m setelah masa inkubasi dicapai terpapar dalam Tabel 3 di bawah ini.

19 10 Tabel 5 Hasil identifikasi terhadap koloni keberadaan cendawan dari contoh kerokan kulit dan rambut yang diambil dari beberapa klinik hewan di wilayah Kota Bogor Lokasi SDA-m SDA No Pengambilan Kerokan Kerokan Rambut Contoh kulit kulit Rambut 1 Klinik Klinik Klinik Aspergillus sp. 4 Klinik 4 - Penicillium sp. Aspergillus sp. Aspergillus candidus - Penicilllium sp. Chaetomium globosum 5 Klinik 5 - Penicillium sp. - Penicillium sp. 6 Klinik 6 - Chaetomium globosum Fusarium sp Klinik Aspergillus sp. 8 Klinik 8 - Penicilllium sp. Chaetomium globosum - Chaetomium globosum 9 Klinik Chaetomium globosum 10 Klinik 10 Aspergillus fumigatus Aspergillus fumigatus Aspergillus fumigatus Aspergillus fumigatus Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa tidak ditemukan cendawan Dermatofita pada semua contoh yang diperiksa. Sejumlah cendawan lingkungan (kosmopolitan) telah diisolasi dari contoh, diantaranya Aspergillus sp., Penicillium sp., Fusarium sp., dan Chaetomium globosum (Gambar 1). Menurut Miller et al. (2013), cendawan tersebut merupakan cendawan saprofit yang normal diisolasi dari rambut dan kulit anjing dan kucing. Cendawan yang paling banyak diisolasi dari anjing adalah Alternaria, Aspergillus, Aureobasidium, Chrysosporidium, Mucor, Penicillium, dan Rhizopus. Pada kucing, cendawan yang paling banyak diisolasi adalah Alternaria, Aspergillus, Aureobasidium, Chrysosporidium, Mucor, Penicillium, Rhodotorula, dan Scapulariopsis. Menurut Deskiharto(2016), Aspergillus fumigatus dan Fusarium semitectum merupakan jenis cendawan yang jumlahnya paling banyak diisolasi yang terdapat di ruang periksa dan ruang tunggu klinik hewan. Persentase keberadaan cendawan ini lebih besar dibandingkan Microsporum canis. Kedua jenis cendawan ini bersifat lebih invasif dan lebih tahan pada suhu ruang dibandingkan dengan kapang Dermatofita.

20 11 (A) (B) (C) (D) Gambar 1 Hasil pengamatan mikroskopik kapang yang diisolasi dari contoh kerokan kulit dan rambut. (A) Aspergillus sp. (B) Penicillium sp. (C) Fusarium sp. (D) Chaetomium sp. Pewarna: LBC. Pembesaran: 400x Aspergillus sp. terdapat di alam sebagai saprofit, tumbuh di daerah tropik dengan kelembaban yang tinggi. Habitat asli Aspergillus adalah di tanah dengan kondisi habitat yang memiliki kadar air tinggi (setidaknya 7%) dan suhu tinggi (Samosir 2012). Ciri morfologi koloni berwarna hijau kebiruan dengan area kuning sulfur pada permukaannya dan miselium berbentuk benang halus. Ciri mikroskopis Aspergillus sp.terdapat konidiofor, sel kaki dan kepala berkonidium terdiri dari gelembung, fialid serta kadang-kadang metula dan konidium.fialid dapat dibentuk langsung pada gelembung uniseriat atau metula biseriat. Kepala konidium berbentuk kolumner atau radial. (Susilowati dan Listyawati 2001). Penicillium sp. tumbuh pada tempat yang bersuhu rendah. Banyak Penicillium menghasilkan mikotoksin dengan komposisi toksin yang beragam (Leite Jr. et al. 2012). Penicilium sp. biasanya bersepta, badan buah berbentuk seperti sapu yang diikuti sterigma dan konidia yang tersusun seperti rantai. Konidia pada hampir semua species saat masih muda berwarna hijau kemudian berubah menjadi kecoklatan (Purwantisari dan Hastuti 2009). Spesies Fusarium umumnya berada di tanah pada berbagai iklim. Faktor utama yang memengaruhi dinamika populasi dan stuktur kelompok spesies Fusarium adalah suhu(seremi dan Burgess 2000). Menurut Sudadi et al. (2013)Fusarium sp. mempunyai ciri morfologi koloni berwarna putih, miselium

21 12 teratur dan pertumbuhan koloni rata, tebal. Ciri morfologi sel meliputi miselium bercabang, mikrokonidia berbentuk ovoid (berbentuk telur dengan satu ujungnya menyempit). Chaetomium globosum merupakan spesies cendawan lingkungan dan bersifat selulolitik yang kuat. Spesies ini telah diisolasi dari kertas, tekstil, tanah, kompos, serasah, aneka buah-buahan kering, serta dari sarang, bulu, dan kotoran burung. Chaetomium globosummempunyai lapisan askomata lebat berwarna hijau redup keabu-abuan atau abu tua. Askomata berwarna coklat tua hingga hitam, berbentuk bulat atau semibulat, dan memiliki rambut-rambut lateral berwarna coklat tua kehijauan serta melingkar pada ujungnya (Gandjar et al. 2000). Pengobatan penyakit kulit pada anjing atau kucing membutuhkan waktu yang lama dan harus sampai tuntas. Jika pengobatan tidak tuntas, maka akan menimbulkan permasalahan baru, yaitu adanya ketahanan terhadap antibiotika ataupun meningkatkan keparahan penyakit. Oleh karena itu, tindakan pencegahan lebih baik dilakukan dalam menangani penyakit kulit. Pencegahan penyakit kulit dilakukan dengan memperbaiki sanitasi dan kebersihan hewan serta lingkungan sekitarnya. Hal ini dilakukan dengan membersihkan kandang secara teratur, menyemprotkan desinfektan dan fungisidal untuk membasmi cendawan, serta membersihkan atau memandikan hewan peliharaan secara teratur. Selain itu, pemilik harus menjauhkan hewan peliharaannya dari hewan lain yang tertular penyakit kulit, karena beberapa jenis penyakit kulit sangat mudah menular. Hewan yang menderita penyakit kulit harus segera dibawa ke klinik hewan agar mendapakan pengobatan dan perawatan yang tepat. Untuk mengantisipasi kedatangan pasien-pasien penyakit kulit, klinik hewan harus memiliki fasilitas untuk membantu mendiagnosa jenis penyakit kulit, pengobatan, dan perawatan pasien. Alat yang digunakan untuk membantu mendiagnosa penyakit kulit dapat berupa lampu wood atau mikroskop. Setelah diagnosa penyakit ditentukan, pasien diberikan pengobatan yang sesuai. Agar persembuhan penyakit dapat lebih cepat, perawatan pasien juga harus diperhatikan. Perawatan yang diberikan yakni dengan menjaga kebersihan hewan dengan pemberian shampo terapi untuk membersihkan kulit dan rambut dari cendawan maupun infestasi ektoparasit. Selain itu pasien diberikan pakan khusus untuk menunjang dan memperbaiki kualitas kulit. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Infestasi ektoparasit merupakan penyakit kulit pada anjing dan kucing dengan tingkat kejadian paling tinggi. Kasus dermatofitosis merupakan kasus kedua terbanyak yang menginfeksi anjing dan kucing. Namun, cendawan Dermatofita tidak diperoleh dari spesimen-spesimen yang diperiksa.

22 13 Saran Kesehatan hewan terlihat dari kebersihan dan kecerahan kulit dan rambut hewan. Perlu adanya kesadaran dan kepedulian dari pemilik hewan untuk memperhatikan kebersihan dan kesehatan hewan peliharaannya agar terhindar dari penyakit kulit. Selain itu perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap dampak dari cemaran cendawan non-dermatofita yang ada di klinik hewan. DAFTAR PUSTAKA Aripin DN, Dhani RR, Murtiningrum FS, Yasin MF Penggunaan ekstrak cabai (capsaicin) untuk pengobatan penyakit demodekosis pada anjing [PKM]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bandi KM, Saikumar C Sarcoptic mange: a zoonotic ectoparasitic skin disease. JCDR. 7(1): [Balitbang] Badan Penelitian dan Pengembangan Musim pancaroba di Indonesia [internet]. [Diunduh 15 September 2016] Tersedia pada: Bunawan A Gangguan kulit pada hewan anda. Piet Klinik Hewan [internet]. [Diunduh 20 Januari 2016] Tersedia pada: de Jong W Kanker Apakah Itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan Keluarga. Heerdjan AS, penerjemah; Juwono L, editor. Jakarta (ID): Penerbit Arcan. Terjemahan dari: Kanker, Wat Heet?! Medische Informatie Over de Ziekte(n), de Behandeling en de Prognose. Deskiharto A Keberadaan kapang Dermatofita yang diisolasi dari klinik dan toko hewan peliharaan di kota Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gandjar I, Samson RA, Tweel-Vermeulen KVD, Oetari A, Santoso I Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia. Graham-Brown R, Burns T Dermatologi: Catatan Kuliah. Zakariah MA, penerjemah; Safitri A, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Lecture Notes os Dermatology. Gupta AK, Foley KA Antifungal treatment for pityriasis versicolor. J. Fungi. 1: doi: /jof Hadi UK, Soviana S Ektoparasit: Pengenalan, Identifikasi, dan Pengendaliannya. Bogor (ID): IPB Press. Indrajulianto S, Yanuartono, Purnamaningsih H, Wikansari P, Sakan GYI Isolasi dan identifikasi Microsporum canis dari anjing penderita dermatofitosis di Yogyakarta. J Vet. 15(2): Indriani E, Boy AR, Sushermanto Sistem pakar diagnosa penyakit kucing menggunakan motode Depth First Search (DFS). Progresif. 10(2):

23 Jamez Inilah 5 jenis ras kucing peliharaan. Ragam Info [internet]. [Diunduh 12 Juni 2016]. Tersedia pada: Leite Jr. DP, Yamamoto ACK, de Souza Amadio JVR, Martins ER, do Santos FAL, de Almeida Alves Simoes S, Hahn RC Trichocomaceaae: biodiversity of Aspergillus spp and Penicillium spp residing in libraries. J Infect Dev Ctris. 6(10): Liauw H Mei 05. Awas ledakan Kucing. Kompas [internet]. [Diunduh pada 02 Agustus 2016] Tersedia pada: ng [ME] Med Express Bebas Alergi. Datusanantyo A, Robertus, penerjemah. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius. Terjemahan dari: Overcoming Allergies. Miller WH, Craige EG, Karen LC Muller & Kirk s Small Animal Dermatology 7 th Edition. Missouri (US): Elsevier. Paterson S Manual of Skin Diseases of the Dog and Cat. India (IN): Blackwell Publishing. Priasdhika G Studi infestasi ektoparasit pada anjing di pondok pengayom satwa jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Puri KM, Dahelmi, Mairawita Jenis-jenis dan prevalensi ektoparasit pada anjing peliharaan. J. Bio. UA. 3(3): Purwantisari S, Hastuti RB Isolasi dan identifikasi jamur indigenous rhizosfer tanaman kentang dari lahan pertanian kentang organik di desa pakis, magelang. Bioma. 11(2): Rahayu T Identifikasi dan prevalensi ektoparasit pada kucing kampung (Felis silvestris catus) di Pasar Batu dan Arhanud sebagai sumber belajar biologi [skripsi]. Malang (ID): Universitas Muhammadiyah Malang. Rahmiati DU, Pribadi ES Tingkat pendidikan dan status ekonomi pemilik hewan dalam hal pengetahuan dan penerapan kesejahteraan hewan. J. Vet. 15(3): Samosir A Hubungan perilaku penjamah pembuatan pliek u pada industri rumah tangga dengan terdapatnya jamur Aspergillus niger di kecamatan darul imarah aceh besar tahun 2011 [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Seremi H, Burgess LW Effect of soil temperature on distribution and population dynamics of Fussarium species. J. Agr. Sci. Tech. 2: Soeparyono A anjing paling ramah buat di pelihara. Kawanku [internet]. [Diunduh 12 Juni 2016] Tersedia pada: Dipelihara Sudadi, Ernawati I, Sumarno, Dewi WI, Widijanto Potensi isolat mikrobia asal andisol Dieng, Jawa Tengah sebagai inokulum pupuk hayati pengoksidasi sulfur. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi. 10(1): Susilowati A, dan Listyawati A Keanekaragaman jenis mikroorganisme sumber kontaminasi kultur in vitro di sub-lab. biologi laboratorium MIPA pusat UNS. Biodiv. 2(1): Sutrisna C Sebaran infestasi ektoparasit pada anjing di Bandung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 14

24 Tilley LP, Smith FWK The 5-Minute Veterinary Consult: Canine & Feline 3 th Edition. Australia(AU): Blackwell Publishing. Wahyudi E Pemprov tak punya catatan jumlah anjing liar di Jakarta. CNN Indonesia [internet]. [Diunduh 02 Agustus 2016] Tersedia pada: 15

25 16 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 6 Januari 1995 dari ayah Budianto dan ibu Trismawaty. Penulis adalah putri pertama dari empat bersaudara. Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Muara Enim dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Anatomi Veterinar 1 pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga aktif sebagai kepala Biro Kesekretariatan dan Inventarisasi BEM FKH IPB pada periode 2013/2014 dan 2014/2015. Penulis juga aktif sebagai staf Divisi Pendidikan pada Himpunan Minat dan Profesi (HIMPRO) Satwa Liar. Pada bulan Agustus 2015 penulis mengikuti program Abdi Nusantara yang dilaksanakan di Provinsi Banten dalam rangka Pembebasan Provinsi Banten dari Brucelosis.

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anjing merupakan salah satu jenis hewan yang dikenal bisa berinteraksi dengan manusia. Interaksi demikian telah dilaporkan terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatofitosis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh kapang yang tergolong dalam kelompok dermatofita, dan pada hewan lebih dikenal dengan penyakit ringworm.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed),

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya A. Pendahuluan Penyakit skabies adalah penyakit gatal pada kulit, yang disebabkan oleh kepadatan, kelembapan, diabaikannya personal higiene. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang status

Lebih terperinci

Si Musuh Kulit Kepala Anak-Anak

Si Musuh Kulit Kepala Anak-Anak Si Musuh Kulit Kepala Anak-Anak Microsporum canis Microsporum canis termasuk ke dalam organisme fungi dermatoifit zoofilik yaitu organisme fungi yang menyerang kulit (terutama kulit kepala dan rambut)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Survei Buah Sakit Survei dilakukan di kebun percobaan Leuwikopo, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, di lahan ini terdapat 69 tanaman pepaya. Kondisi lahan tidak terawat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Dermatitis, ekstrak daun mimba, antifungal, Microsporum gypseum

ABSTRAK. Kata kunci : Dermatitis, ekstrak daun mimba, antifungal, Microsporum gypseum ABSTRAK Dermatitis kompleks merupakan sutau penyakit peradangan pada kulit yang disebabkan oleh dua atau lebih agen. Salah satu agen penyebab dermatitis kompleks adalah jamur. Jamur Microsporum gypseum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Jumlah jamur yang terdapat pada dendeng daging sapi giling dengan perlakuan dan

Lebih terperinci

STUDI INFESTASI CAPLAK PADA ANJING YANG DIPELIHARA DI SUBDIT SATWA DIT SAMAPTA BABINKAM POLRI, KELAPADUA DEPOK SKRIPSI DIAN NOVITA WIJAYANTI B

STUDI INFESTASI CAPLAK PADA ANJING YANG DIPELIHARA DI SUBDIT SATWA DIT SAMAPTA BABINKAM POLRI, KELAPADUA DEPOK SKRIPSI DIAN NOVITA WIJAYANTI B STUDI INFESTASI CAPLAK PADA ANJING YANG DIPELIHARA DI SUBDIT SATWA DIT SAMAPTA BABINKAM POLRI, KELAPADUA DEPOK SKRIPSI DIAN NOVITA WIJAYANTI B04103159 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan di penangkaran PT. Mega Citrindo di Desa Curug RT01/RW03, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Entomologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit jamur yang menyerang kulit. 2 Mikosis dibagi menjadi empat kategori yaitu: (1) superfisialis,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri. LAMPIRAN Lampiran 1. Ciri makroskopis dan mikroskopis fungi yang ditemukan pada serasah A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas 1. Aspergillus sp.1 Ciri makroskopis

Lebih terperinci

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman.

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme terdapat di berbagai tempat seperti tanah, debu, air, udara, kulit dan selaput lendir. Mikroorganisme dapat berupa bakteri, fungi, protozoa dan lain-lain.

Lebih terperinci

All about Tinea pedis

All about Tinea pedis All about Tinea pedis Tinea pedis? Penyakit yang satu ini menyerang pada bagian kulit. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikata sangat menjengkelkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Scabies merupakan salah satu penyakit kulit yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Scabies merupakan salah satu penyakit kulit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kucing yang membatasi tubuh dengan dunia luar, selain itu kondisi kulit merupakan refleksi kesehatan kucing secara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang dan mencukupi kebutuhan pangan Indonesia memerlukan peningkatan produksi padi

Lebih terperinci

Isolasi dan Identifikasi Microsporum canis dari Anjing Penderita Dermatofitosis di Yogyakarta

Isolasi dan Identifikasi Microsporum canis dari Anjing Penderita Dermatofitosis di Yogyakarta Jurnal Veteriner Juni 2014 Vol. 15 No. 2 : 212-216 ISSN : 1411-8327 Isolasi dan Identifikasi Microsporum canis dari Anjing Penderita Dermatofitosis di Yogyakarta (ISOLATION AND IDENTIFICATION OF Microsporum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Cendawan Rhizosfer Hasil eksplorasi cendawan yang dilakukan pada tanah rhizosfer yang berasal dari areal tanaman karet di PT Perkebunan Nusantara VIII, Jalupang, Subang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk

Lebih terperinci

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati SERANGGA HAMA Di lapang Di gudang Menyerang benih dengan kadar air masih tinggi Mampu menyerang benih berkadar air rendah Serangga hama di penyimpanan dibedakan

Lebih terperinci

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN HANI FITRIANI. Studi Kasus Leiomiosarkoma pada Anjing: Potensial

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Isolasi Cendawan Rizosfer

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Isolasi Cendawan Rizosfer 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Lokasi pengambilan sampel berada di dua tempat yang berbeda : lokasi pertama, Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor memiliki ketinggian + 400 m dpl (diatas permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: dermatitis kompleks, anjing, tingkat kerusakan

ABSTRAK. Kata kunci: dermatitis kompleks, anjing, tingkat kerusakan RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Nabire, Kabupaten Nabire, Papua pada 09 Oktober 1995, merupakan anak ketiga dari Bapak I Made Suarjana dan Ibu Ketut Suastini. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 Fax. (4238210) PROBOLINGGO 67271 POTENSI JAMUR ANTAGONIS Trichoderma spp PENGENDALI HAYATI PENYAKIT LANAS DI PEMBIBITAN TEMBAKAU

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: sapi bali, dermatofitosis, leukosit.

ABSTRAK. Kata kunci: sapi bali, dermatofitosis, leukosit. RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jember, Jawa Timur pada tanggal 17 Oktober 1992, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak Bambang Eko Nurcahyono dan Ibu Dwi Wiwik Aning Rahayu,

Lebih terperinci

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA SKRIPSI OLEH: RAFIKA HUSNA 110301021/AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi patogen tular tanah (Yulipriyanto, 2010) penyebab penyakit pada beberapa tanaman family Solanaceae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pediculus Humanus Capitis Pediculus humanus capitis merupakan ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam famili pediculidae yang penularannya melalui kontak langsung

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN MINDI (Melia azedarach) DENGAN PELARUT AIR TERHADAP MORTALITAS LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus sanguineus)

PENGARUH EKSTRAK DAUN MINDI (Melia azedarach) DENGAN PELARUT AIR TERHADAP MORTALITAS LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus sanguineus) PENGARUH EKSTRAK DAUN MINDI (Melia azedarach) DENGAN PELARUT AIR TERHADAP MORTALITAS LARVA CAPLAK ANJING (Rhipicephalus sanguineus) R. DANG PINA MANGGUNG FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Di sisi lain ada pula café yang mengizinkan hewan peliharaan makan bersama pemiliknya namun pemilik hewan diminta untuk makan di luar area

Di sisi lain ada pula café yang mengizinkan hewan peliharaan makan bersama pemiliknya namun pemilik hewan diminta untuk makan di luar area BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Banyaknya sarana rekreasi saat ini sangat bermanfaat bagi manusia untuk beristirahat sejenak dari rutinitas sehari-hari. Namun sarana rekreasi tersebut tidak memungkinkan

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH

UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH SKRIPSI OLEH : INTAN PURNAMASARI 090301178 AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans yang mempengaruhi baik manusia maupun hewan. Manusia terinfeksi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang beriklim tropis terluas di dunia dan merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada April hingga Juni 2008. Isolasi dan identifikasi bakteri, cendawan serta parasit dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen

Lebih terperinci

*

* Identifikasi Cendawan Mikroskopis yang Berasosiasi dengan Penyakit Busuk Pangkal Batang Tanaman Lada (Piper nigrum L.) di Desa Batuah Kecamatan Loa Janan Kutai Kartanegara Ayu Laila Dewi 1,*, Linda Oktavianingsih

Lebih terperinci

NUR SIDIK CAHYONO AKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL BIJI JARAK, DAUN URANG-ARING DAN KOMBINASINYA TERHADAP MALASSEZIA SP. SERTA EFEK IRITASINYA

NUR SIDIK CAHYONO AKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL BIJI JARAK, DAUN URANG-ARING DAN KOMBINASINYA TERHADAP MALASSEZIA SP. SERTA EFEK IRITASINYA NUR SIDIK CAHYONO AKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL BIJI JARAK, DAUN URANG-ARING DAN KOMBINASINYA TERHADAP MALASSEZIA SP. SERTA EFEK IRITASINYA Program Studi Sains dan Teknologi Farmasi INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Desember 2011. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengisap Polong Kedelai (Riptortus linearis) Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hemiptera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki 1598 jenis burung dengan ukuran beragam ada burung yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia leucogrammica), gemuk (Turnix

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang TINJAUAN PUSTAKA Biologi Jamur Busuk Pangkal Batang Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma spp.) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Subclass Order Family Genus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004),

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004), insidensi penyakit jamur

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN Epinephelus fuscoguttatus DI KARAMBA JARING APUNG BALAI SEA FARMING KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA AGNIS MURTI RAHAYU DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU Oleh Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Makalah ini Disusun Oleh Sri Hastuti (10604227400) Siti Khotijah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA Koloni Trichoderma spp. pada medium Malt Extract Agar (MEA) berwarna putih, kuning, hijau muda, dan hijau tua. Trichoderma spp. merupakan kapang Deutromycetes yang tersusun atas banyak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau inflamasi), sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan dimana kulit mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sama seperti nama pemiliknya. Sebaliknya, anjing menganggap manusia. tidak membedakannya sama sekali (David, 1984).

BAB I PENDAHULUAN. yang sama seperti nama pemiliknya. Sebaliknya, anjing menganggap manusia. tidak membedakannya sama sekali (David, 1984). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anjing adalah mamalia yang telah mengalami domestikasi dari serigala kemungkinan sejak ratusan ribu tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Sumber Data Sampel dalam penelitian ini adalah usapan (swab) dari lesi mukosa mulut subyek

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI KAPANG ENDOFIT PADA. BATANG DAN DAUN GINGSENG JAWA (Talinum paniculatum) SKRIPSI

ISOLASI DAN KARAKTERISASI KAPANG ENDOFIT PADA. BATANG DAN DAUN GINGSENG JAWA (Talinum paniculatum) SKRIPSI ISOLASI DAN KARAKTERISASI KAPANG ENDOFIT PADA BATANG DAN DAUN GINGSENG JAWA (Talinum paniculatum) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Onikomikosis 2.1.1 Pendahuluan Onikomikosis adalah infeksi kuku yang disebabkan jamur golongan dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh dermatofita.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi dengan mengambil sampel secara langsung.

Lebih terperinci

EKTOPARASIT PADA KUCING (Felis Domestica, Linnaeus 1758) DI KOTA PEKANBARU

EKTOPARASIT PADA KUCING (Felis Domestica, Linnaeus 1758) DI KOTA PEKANBARU EKTOPARASIT PADA KUCING (Felis Domestica, Linnaeus 1758) DI KOTA PEKANBARU Riri Maharani 1, Radith Mahatma 2,Titrawani 2 1 Mahasiswa Program S1 Biologi 2 Dosen Bidang Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PARASTOLOGI. Tugas 1. Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1. Editor : Vivi Pratika NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

PARASTOLOGI. Tugas 1. Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1. Editor : Vivi Pratika NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 PARASTOLOGI Tugas 1 Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1 Editor : Vivi Pratika NIM : G0C015098 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

AKTIVITAS UREASE DAN FOSFOMONOESTERASE ASAM, SERTA PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KURTADJI TOMO

AKTIVITAS UREASE DAN FOSFOMONOESTERASE ASAM, SERTA PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KURTADJI TOMO AKTIVITAS UREASE DAN FOSFOMONOESTERASE ASAM, SERTA PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KURTADJI TOMO PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kuaiitas dan Kesehatan Benih Cabai Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) III. METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) Pengambilan sampel tanah dekat perakaran tanaman Cabai merah (C.

Lebih terperinci

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) Lampiran 1 PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :... Umur :... tahun (L / P) Alamat :... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan PERSETUJUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keberadaan mikroorganisme. Lingkungan di mana manusia hidup terdiri dari banyak jenis dan spesies mikroorganisme. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit antraks merupakan salah satu penyakit zoonosa yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil) dengan ujung siku-siku bersifat

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA Sandy Saputra 05031381419069 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu

Lebih terperinci

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai

Lebih terperinci

Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim

Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim Cara Mengobati Gatal Jamur Eksim - Infeksi jamur ditandai dengan kulit kemerahan atau cokelat kehitaman. Namun, gatal-gatal hanya akan terjadi di tepi bagian kulit kemerahan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH Breynia sp DAN. KUNCUP DAUN JATI (Tectona grandis) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI LUGOL PADA KEGIATAN PRAKTIKUM

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH Breynia sp DAN. KUNCUP DAUN JATI (Tectona grandis) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI LUGOL PADA KEGIATAN PRAKTIKUM EFEKTIVITAS PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH Breynia sp DAN KUNCUP DAUN JATI (Tectona grandis) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI LUGOL PADA KEGIATAN PRAKTIKUM PENGAMATAN MIKROSKOPIS PROTOZOA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jeruk merupakan komoditas buah unggulan nasional karena memiliki nilai ekonomi tinggi, adaptasinya sangat luas, sangat populer dan digemari hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. batang dan daun. cendawan tidak bisa mengambil makanan dari tanah dan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. batang dan daun. cendawan tidak bisa mengambil makanan dari tanah dan tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Cendawan Pada Manusia Cendawan termasuk kedalam filum telofita yang tidak mempunyai akar, batang dan daun. cendawan tidak bisa mengambil makanan dari tanah dan tidak

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Medium PDA ( Potato Dextrose Agar) (Gandjar et al., 1999)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Medium PDA ( Potato Dextrose Agar) (Gandjar et al., 1999) 48 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Medium PDA ( Potato Dextrose Agar) (Gandjar et al., 1999) Komposisi : Potato 200 gram Dekstrose.. 20 gram Agar.. 15 gram Aquades 1 liter Proses pembuatan : Kentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga (Asroel, 2010). Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus auditori eksternal (Barati

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Juli 2015. Sempel tanah diambil pada dua tempat yaitu pengambilan sempel tanah hutan

Lebih terperinci

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Untuk Komplikasi Diabetes Pada Kulit Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh Anda, termasuk juga kulit. Sebenarnya, permasalahan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN JAMUR DERMATOFITA KUKU KAKI PETANI DI DESA BUNTER BLOK CILEUDUG KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN CIAMIS

PEMERIKSAAN JAMUR DERMATOFITA KUKU KAKI PETANI DI DESA BUNTER BLOK CILEUDUG KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN CIAMIS PEMERIKSAAN JAMUR DERMATOFITA KUKU KAKI PETANI DI DESA BUNTER BLOK CILEUDUG KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN CIAMIS Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Rizki Gusti Andani Program Studi Diploma III Analis Kesehatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Cylindrocladium sp. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam subdivisi Eumycotina, kelas Deuteromycetes (fungi imperfect/fungi tidak sempurna), Ordo Moniliales,

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani²

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani² KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani² ¹Mahasiswa Program S1 Biologi ²Dosen Bidang Zoologi Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan bahan pokok yang penting dalam kehidupan manusia. Sebagai salah satu kebutuhan pokok, makanan dan minuman dibutuhkan manusia untuk hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah negara berkembang di dunia yang masih berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat ini. Profil Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran yang tergolong tanaman tahunan berbentuk perdu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jamur yang menempati rhizosfer tanaman dan menumpang pada tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Jamur yang menempati rhizosfer tanaman dan menumpang pada tanaman TINJAUAN PUSTAKA Cendawan Tanah Jamur yang menempati rhizosfer tanaman dan menumpang pada tanaman sebagai simbion dikenal sebagai jamur endomikoriza dan ektomikoriza. Hampir setiap jenis tanaman memiliki

Lebih terperinci

Rickettsia prowazekii

Rickettsia prowazekii Rickettsia prowazekii Nama : Eva Kristina NIM : 078114026 Fakultas Farmasi Sanata Dharma Abstrak Rickettsia prowazekii adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan ditularkan ke

Lebih terperinci

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci