Oleh : Drs. Yonathan Palinggi,MM Peneliti adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ketua Program Studi Pasca Sarjana Manajemen Administrasi Publik Unikarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh : Drs. Yonathan Palinggi,MM Peneliti adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ketua Program Studi Pasca Sarjana Manajemen Administrasi Publik Unikarta"

Transkripsi

1 ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH SEBAGAI SUMBER PAD PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh : Drs. Yonathan Palinggi,MM Peneliti adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ketua Program Studi Pasca Sarjana Manajemen Administrasi Publik Unikarta ABSTRAK Dalam pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas dan diterima sejak tanggal Januari 00 perlu disikapi dengan cepat oleh pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara. Kewenangan yang lebih luas dalam desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah menyangkut aspek-aspek administrasi, kelembagaan dan pengelolaan sumber-sumber keuangan harus segera direalisasikan, termasuk pengelolaan sumber penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah. Sumber-sumber pendapatan potensi yang dimiliki daerah akan menentukan tingkat kemampuan keuangannya. Salah satu jenis pajak setelah pelaksanaan otonomi daerah adalah Pajak pengambilan bahan galian golongan C, yang pada akhirnya menjadi sumber pemasukan PAD bagi daerah Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya. Kata Kunci : PAD dan Pajak A. PENDAHULUAN. Latar Belakang Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian C adalah merupakan komponen yang penting dalam pengalokasian sumber keuangan daerah maupun keuangan negara yang dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan oembangunan daerah. Otonomi daerah dapat melahirkan paradigman baru yang dapat membentuk terwujudnya pelaksanaan Pemerindah di daerah, khususnya pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian C sebagai salah satu sumber utama dalam menunjang pembangunan dalam segala bidang. Hal ini merupakan wujud perubahan sistem penataan ketatanegaraan yang dulu bersifat sentralisasi dan kini telah mengalami banyak perubahan mengenai sistem pemerintahan secara desentralisasi. Maksud dari pemberian otonomi daerah adalah untuk pembangunan dalam arti luas yang meliputi segala segi kehidupan, dimana dalam pelaksanaannya diharapkan sesuai dengan prinsip-prinsip demokasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, potensi dan keanekaragaman daerah dalam rangka negara kesatuan Republik Indonesia. Untuk penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, maka diperlukan adanya kewenangan dan kemampuan menggali sumber-sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dalam hal ini kewenangan keuangan yang melekat pada setiap kewenangan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Dalam menjamin terselenggaranya otonomi daerah yang semakin manta, maka diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri, yakni dengan upaya peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik dengan meningkatkan penerimaan sumber PAD yang sudah ada serta memperhatikan kondisi dan potensi ekonomi masyarakat. Analisis Penerimaan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Sebelum Dan Sesudah Otonomi Daerah Sebagai

2 Pajak pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : ) Apakah ada peningkatan / pertumbuhan pajak pengambilan bahan galian golongan C sebelum dan sesudah Otonomi terhadap PAD Kabupaten Kutai Kartanegara. ) Apakah ada hubungan peningkatan / pertumbuhan penerimaan pajak bahan galian golongan C terhadap PAD Kabupaten Kutai Kartanegara. 3) Berapa besarnya kontribusi penerimaan pajak bahan galian golongan C terhadap PAD Kabupaten Kutai Kartanegara. B. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tinjauan Pustaka a. Sebelum UU No. 34 Tahun 000 Dalam statusnya retribusi daerah tingkat I dahulu pemungutannya diserahkan kepada Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II dibawah koordinasi dan pengawasan oleh pemerintah daerah tingkat I dengan sistem bagi hasil. b. UU No. 34 Tahun 000 Pemberlakuan Undang-undang yang disebut sebagai reformasi perpajakan, tiga tahun masa berlaku masa efektifnya belum memberikan hasil yang menguntungkan bagi 50 Kabupaten Kota khususnya. Pada saat sekarang sebagai pajak, pemungutan pengambilan bahan galian golongan C dapat dilakukan sesuai prosedur yang diharuskan sebagaimana ketentuan pemungutan pajak sesuai dengan Undang-Undang. Pemerintah Daerah sepertinya sangat patut pada ketentuan walaupun harus kehilangan pendapatan dalam jumlah yang cukup besar. c. Otonomi Daerah Bagir Manan (dalam Andi Masturi : 39), menyatakan Otonomi mengandung arti kemandirian untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Menurut UU Nomor Tahun 999 Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan megurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d. Pengertian Pajak Negara dan Pajak Daerah ) Pajak Negara, yang termasuk dalam pajak negara antara klain : a. Pajak Penghasilan (PPh) b. Pajak Pertambahan Nilai (PPn) c. Bea Materai d. Pajak Bumi dan Bangunan e. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). ) Pajak Daerah selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah. 3) Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau bada. Sesudah Otonomi Daerah Sebagai

3 e. Keuangan Daerah Keuangan Daerah secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut : Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki / dikuasai oleh Negara atau Daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku. (Abdul Halim (00 : 0). f. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber yang ada di dalam wilayahnya dipungut langsung oleh daerah yang terdiri dari pajak daerah dan Retribusi Daerah. g. Pembagian Pajak Daerah ) Pajak Daerah Tingkat I a. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Pengembalian dan Pemanfaatan air baawh tanah dan air permukaan ) Retribusi Jasa Umum. ) Retribusi Jasa Usaha. 3) Retribusi Perijinan Tertentu.. Hipotesis Hipotesis yang diusulkan dalam penulisan ini adalah hipotesis matematika yang dapat divberbalkan sebagai berikut : a. H O : b. H : Dari hipotesis di atas dapat diverbalkan, menjadi : a. H 0 : rata-rata peningkatan/pertumbuhan penerimaan pajak pengambilan bahan galian golongan C terdapat perbedaan secara signifikan dengan rata-rata peningkatan / pertumbuhan penerimaan pajak bahan galian golongan C setelah Otonomi Daerah. b. H a : rata-rata peningkatan/pertumbuhan penerimaan pajak pengambilan bahan galian golongan C terdapat perbedaan secara signifikan dengan rata-rata peningkatan / pertumbuhan penerimaan pajak bahan galian golongan C sebelum Otonomi Daerah. c. Diduga pula bahwa kontribusi penerimaan Pajak Bahan galian Golongan C terhadap PAD kecil, dan penerimaan pajak pengambilan bahan galian golongan C mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap PAD. ) Pajak Daerah Tingkat II a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak Pengambilan bahan Galian Golongan C. g. Pajak Parkir h. Jenis-jenis Retribusi Daerah C. METODE PENELITIAN. Identifikasi Variabel Setelah dilakukan uji regresi berganda melalui program SPSS ver. 0 dan ver., antara variabel terikat terhadap variabel bebasnya ternyata diantara variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat sehingga pengujian dengan menggunakan uji regresi berganda dengan bantuan Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 3

4 perangkat lunas SPSS tidak dapat dilanjutkan.. Definisi Operasional ) Pajak tambang galian C adalah pajak atas pengambilan bahan galian golongan C yang berasal dari batuan, maupun tanah, yang berasal dari tubuh bumi. ) Perusahaan pengembang adalah peruahaan yang berbentuk badan hukum yang kegiatan pokoknya menggali dan menjual hasil galian batuan maupun tanah yang berasal dari tubuh bumi hasil dikenakan pajak 0%. 3) Penerimaan Pajak adalah penerimaan negara atau daerah yang berasal dari wajib pajak guna membiayai pengeluaran umum pemerintah. 3. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ) Sumber Data a. Data Primer, yaitu sumber data yang didapat langsung dari obyek penelitian. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu diperoleh dari berbagai literatur maupun dokumendokumen lainnya yang ada hubungannya dengan obyek yang diteliti ) Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik pengumpulan dengan cara melakukan wawancara dan melakukan observasi keobyek yangdiamati / diteliti. 4. Metode Analisis Metode yang analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Analisis statistik Deskriptif, sebagai berikut : ) Analisis Rasio antrara PAD terhadap APBD. PPAD 00 % Realisasi APBD PPAD : Peranan PAD ) Analisis Tingkat uhan Pajak Pengambilan Bahan Galian C. TP PAD Realisasi PBGGC 00 % P.B.B.G.G.C : Penerimaan bahan Galian Golongan C 3) Analisis Efisiensi Biaya Rutin Terhadap PAD Efisiensi : Biaya Rutin 00 % Dimana : Biaya pengumpulan PAD adalah biaya untuk memperoleh PAD diasumsikan berasal dari pengeluaran rutin Dinas Pendapatan Daerah, sedangkan realisasi PAD adalah realisasi penerimaan sumber -sumber PAD Tabel. Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan Persentasi kinerja keuangan 00 % ke atas 90 % - 00 % 80 % - 90 % 70 % - 80 % 60 % ke bawah kriteria Tidak Efisien Kurang Efisien Cukup Efisien Efisien Sangat Efisien Sumber : Depdagri, Kepmendagri No tahun 996 tentang pedoman penilaian dan Kinerja Keuangan ) Contribusi Pajak Badan Galian C Terhadap PAD CPBGGC Realisasi Pajak Bahan Galian Gol C. 00% Dimana : CPBGGC : Contribusi Pajak Bahan Galian Golongan C 5) Analisis Efektivitas Pengelolaan PAD Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 4

5 Efektivitas 00% Target 6) Analisis perbedaan dan hubungan sebelum dan sesudah Otonomi Daerah : a) Uji beda (Uji t) S S Keterangan : t : harga t : rata-rata peningkatan/pertumbuhan peneri-maan pajak pengambilan bahan galian golongan C sebelum dan sesudah otonomi daerah. : rata-rata peningkatan pertumbuhan penerimaan pajak setelah otonomi daerah S : standar deviasi peningkatan/pertumbuhan penerimaan pajak sebelum otonomi daerah. S : standar deviasi peningkatan/pertumbuhan penerimaan pajak setelah otonomi daerah. b) Untuk pengujian hipotesis selanjutnya agar dapat memberikan informasi bahwa tidak /terdapat perbedaan peningkatan / pertumbuhan penerimaan pajak bahan galian golongan C sebelum dan sesudah pemberlakuan Otonomi Daerah. Pembuktiannya dengan menggunakan t- test (related) berpasangan, dengan rumus : S n S n S S n n D. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Gambaran Umum Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Propinsi Kalimantan Timur dan beribukota Kabupaten di Kota Tenggarong. Secara administrasi Kab. Kutai Kartanegara memiliki batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara bertasan dengan Kota Samarinda Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Samarinda Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat.. Kondisi Keuangan Daerah Sebagai suatu sumber Pendapatan Asli Daerah yang penting dan strategis dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah, selalu diupayakan adanya peningkatan PAD dan merupakan salah satu pencerminan dan keikutsertaan daerah dalam membina penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan di daerah. E. ANALISIS DATA & PEMBAHASAN. Analisis Data ) Beberapa Perbedaan Sebelum dan Sesudah Pemberlakuan Otoda a. Ratio antara Pendapatan Asli Daerah Sebelum pemberlakuan Otonomi Daerah adalah : Tabel. Rasio PAD Terhadap APBD Tahun Anggaran hal ini bukan berarti tidak mempunyai Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 5 Tahun Realisasi APBD Peranan () () (3) , , , , , , , ,6 (4) : 300% 5,4 3,8 3,3 0,5 PAD (%) APBD (%) (5) (6) 6,97,6 9,80-9,0,66 6,96 30,7 6, Jml , ,99 5,90 39,9 75,0 Rata , ,75,98 9,8 8,78 Sumber Data : Pemkab. Kutai Kartanegara (data telah diolah) Dari Tabel & menunjukkan bahwa peranan PAD terhadap ABPD relatif kecil,

6 peranan, tetapi sumber-sumber PAD yang lain harus dimaksimalkan sehingga secara bersama-sama dari sumber PAD yang lain dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. b. Ratio antara Pendapatan Asli Daerah Setelah pemberlakuan Otonomi Daerah adalah : Tabel 3. Tahun Rasio PAD Terhadap APBD Tahun Anggaran Realisasi APBD Peranan () () (3) , , , , , ,53 (4) : 300% 7,69 9,03 7,4 PAD (%) APBD (%) (5) (6) 84,36 53,0, 76,09 30,88 47,79 Jml , ,3 4,5 39,67 354,76 Rata , ,7 8,05 79,89 8,5 c. Analisis Kontribusi Pajak Galian Gol. C Terhadap PAD Sebelum Otonomi Daerah adalah : Tabel 4. Kontribusi Pajak Galian C Terhadap PAD Kab. Kutai Kartanegara Tahun Anggaran Tahun Realisasi Pajak Persentase Anggaran Bahan Galian C Kontribusi () () (3) :3 00% , , , , , , , , Jml , , Rata , , sesudah pelaksanaan Otonomi Daerah, namun demikian bukan berarti tidak ada pening-katan penerimaan pajak dari bahan galian Golongan C, karena PAD merupakan total penerimaan pajak daerah, sedang pajak bahan galian C adalah bagian kecil dari Pendapatan Asli Daerah. ) Persentase peranan Pajak Bahan Galian C, uhan Pajak Pengambilan Bahan Galian C, maupun pertumbuhan PAD a. Peranan, uhan Pajak Galian C Terhadap PAD sebelum pemberlakuan Otonomi Daerah adalah : Tabel 6. Tahun Peranan Pajak Galian C Terhadap PAD Kab. Kutai Kartanegara Tahun Anggaran Realisasi Pajak G.C. () () (3) , , , , , , , ,40 Peranan Pajak G.C.(%) (4) : 300% 0,83,39 0,66 0,77 Pajak G.C (%) PAD (%) (5) (6) 9,89 74, -40,8-5,96 7,63,66 30,5-9,56 Jml , ,33 3,65 47,76 40,5 Rata , ,83 0,9,94 0,06 b. Peranan, uhan Pajak Galian C Terhadap PAD sesudah pemberlakuan Otonomi Daerah adalah : Tabel 7. Peranan Pajak Galian C Terhadap PAD Kab. Kutai Kartanegara Tahun Anggaran d. Analisis Kontribusi Pajak Galian Gol. C Terhadap PAD Sesudah Otonomi Daerah adalah : Tabel 5. Kontribusi Pajak Galian C Terhadap PAD Kab. Kutai Kartanegara Tahun Anggaran Tahun Realisasi Pajak Persentase Anggaran Bahan Galian C Kontribusi () () (3) :3 00% , , , , , , Jml , ,95. Rata , , Dari tabel 4 dan 5 menunjukkan terdapat perbedaan kontribusi pajak sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 6 Tahun Realisasi Pajak G.C. () () (3) , , , , , ,70 Peranan Pajak G.C.(%) (4) : 300% 0,3 0,47 0,44 Pajak G.C (%) PAD (%) (5) (6) 3,3 36,3 3,83 88,85 54,39,7 Jml , ,95, 63,6 45,5 Rata , ,3 0,40 54,4 8,84 Dari tabel 8 dan 9 menunjukkan bahwa peranan bahan pajak bahan galian C terhadap PAD relatif kecil, hal ini bukan berarti tidak mempunyai peranan terhadap PAD melainkan disebabkan meningkatnya sumber-sumber PAD untuk semua dinas, jika dibandingkan dengan pajak pengambilan bahan golongan C yang relatif kecil, karena pajak pengambilan bahan golongan C

7 merupakan bagian kecil dari sumber PAD Kabupaten Kutai Kartanegara. b. Uji Beda uhan PAD sebelum dan sesudah Otonomi S S 9,8 79,89 3,64 96,7 0,96 3) Analisis Efisiensi Tabel 8. Analisis Efisiensi Biaya Terhadap PAD Kab. Kutai Kartanegara Tahun Anggaran Thn Biaya Rutin (%) () () (3) , , , , , , , ,80 453,8 5,77 57,3 6,4 Jml , ,99.093,3 Rata , ,00 53,33 Tabel 9. Ket. Hasil Penilaian 53,33 (tidak efisien) Analisis Efisiensi Biaya Terhadap PAD Kab. Kutai Kartanegara Tahun Anggaran Thn Biaya Rutin (%) () () (3) , , , , , , Jml , ,90.903,66 Rata , ,30 634,55 Ket. Hasil Penilaian 634,55 (tidak efisien) Tabel 9 menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan persentase tingkat efisiensi sebelum dan sesuah otonomi daerah, maka jauh lebih efisien sebelum otonomi daerah dibandingkan dengan sesudah pemberlakuan otonomi daerah, hal ini terbukti bahwa persentase biaya sebelum otonomi daerah jauh lebih kecil dibandingkan biaya rutin setelah otonomi daerah. 4) Analisis Uji Beda dan Uji t a. Uji Beda Realisasi APBD sebelum dan sesudah Otonomi S S 8,78 8,5 0,77 0,7 40,9 c. Uji Beda Peranan PAD sebelum dan sesudah Otonomi S S,98 8,05 3,75,7 0,86 d. Uji Kontribusi Pajak Bahan Galian Golongan C terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi S S 0,9 0, ,34,7 e. Uji uhan Pajak Galian Golongan C terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi S S,94 54, 4 0, 4,90 45,6 f. Uji Peranan Pajak Bahan Galian Golongan C sebelum dan sesudah Otonomi S S 0,9 0,40, 0,35 0, g. Uji Efektivitas PAD sebelum dan sesudah Otonomi S S 53,33 634,55,6 65,33 34,6 Untuk menentukan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara pajak bahan galian golongan C sebelum dan sesudah pemberakuan Otonomi Daerah, selanjutnya dilakukan uji t sebagai berikut : Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 7

8 a. Realisasi APBD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah 8,78 8,5 98, ,9. 0,77 0,0 36,94 -,34 b. uhan PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah -,65 9,8 79,89 59, ,3. 0,96 3,07 93,98 c. Peranan PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah 3,09,98 8,5 4,39 0,69. 3,75, 0,84 d. Kontribusi Pajak bahan galian golongan C terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah -0,63 0,9 0,40 0,0,50. 0,55 0,33,4 e. uhan pajak bahan galian golongan C terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah,94 54,4.63, ,60. 0, -0, 40,90 39,4 f. Peranan Pajak bahan galian Golongan C sebelum dan sesudah Otonomi Daerah 0,9 0,40 0,0 0,0., 0,6 0,05 0 g. Efektifitas PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah 53,33 634, ,0 6.84,.,6-3,7. Pembahasan 63,78 3,4 Berdasarkan perhitungan dengan Uji-t didapatkan bahwa rata-rata dari dari ketujuh variabel menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih kecil dari t tabel hal ini berarti terdapat perbedaan peningkatan / pertumbuhan ABPD maupun PAD setelah adanya otonomi Daerah, serta adanya hubungan yang signifikan antara kontribusi, pertumbuhan, dan peranan Pajak Bahan galian Golongan C terhadap PAD sebelum dan sesudah otonomi. Serta adanya hubungan yang signifikan antara Efisiensi Biaya terhadap PAD sebelum dan sesuah otonomi. Hal ini berarti Ditolak. Hipotesis Ho diterima dan Ha F. KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 8

9 ) Uji beda realisasi APBD sebelum Otonomi Daerah dengan uji realisasi sesudah Otonomi Daerah menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan, yaitu lebih besar setelah adanya Otonomi Daerah sebesar 99,48% (8,5% 8,78%). Jika dihubung-kan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak. ) Uji beda realisasi peningkatan / pertumbuhan penerimaan PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan, yaitu lebih besar realisasi PAD setelah adanya otonomi Daerah dengan perbedaan sebesar 70,07% (79,89% 9,8%). Jika dihubungkan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak. 3) Uji beda realisasi peranan pajak bahan galian C terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah menunjukkan adanya perbedaan sebesar 4,93% (,98% 8,05%). Hal ini wajar sebab pajak bahan galian golongan C merupakan bagian kecil dari PAD, namun Jika dihubungkan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak. 4) Uji beda kontribusi pajak bahan galian golongan C terhadap PAD sebelum dan setelah Otonomi menunjukkan adanya perbedaan sebesar 0,93% (,7% 0,34%) hal ini jika dihubung-kan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak. 5) Uji beda pertumbuhan/peningkatan penerimaan pajak bahan galian golongan C terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 03,36% (45,6% 4,90%). Jika dihubung-kan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak. 6) Uji peranan pajak bahan galian golongan C terhadap terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 0,4% (0,35% 0,%). Ini bukan berarti peranan pajak bahan galian golongan C lebih baik sebelum otonomi daerah, namun kita harus sadar dan maklum bahwa pajak bahan galian golongan C, itu merupakan bagian kecil dari PAD sehingga tidak begitu berperan terhadap PAD, namun jika dihubung-kan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak. 7) Uji beda efisiensi biaya untuk mendapatkan PAD, mengalami peningkatan / perkembangan sebesar 67,63% (3,4% 63,78%), jika dihubung-kan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak.. Saran ) Diharapkan agar keberhasilan selama ini dalam arti pencapaian target yang diperoleh dapat ditingkatkan, sehingga penerimaan pajak dari bahan galian golongan C ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. ) Perlu meningkatkan koordinasi dan pengawasan yang seksama pada setiap fungsi sehingga dapat dapat menciptakan daya guna dan hasil guna yang Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 9

10 bermanfaat untuk kemaslahatan pembangunan daerah. 3) Belanja rutin yang dikeluarkan setiap bulan itu, hendaknya dimaksimalkan dalam pengertian dibarengi dengan upaya-upaya untuk memperoleh Penerimaan Pendapatan Asli Daerah, juga perlu ditingkatkan sehingga sebanding dengan biaya rutin yang dikeluarkan pemerintah setiap bulannya. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Undang-Undang Nomor tahun 999, Tentang Pemerintah Daerah, Jakarta, Undang-Undang Nomor 34 tahun 000, Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Jakarta. Bambang Kesit Prakosa Pajak dan Retribusi Daerah. Penerbit UII. Press, Yogyakarta. Dedy Supriyadi Bratakusumah. 00. Otonomi Daerah Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Penerbit Ghalia Pustaka Djarwanto Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian. Liberty, Yogyakarta. Komaruddin Pembiayaan Keuangan Pusat dan Daerah, UGM. Press, Yogyakarta. Mamesah, D.J Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Pustaka Utama, Jakarta. Mardiasmo, 00. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Mardiasmo, 003. Perpajakan. Edisi Revisi, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta Munawir, H.S Perpajakan. Penerbit Liberty, Yogyakarta. Munandar Budgetting. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Riduwan Dasar-dasar Statistika. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung. Sugiyono Statistika Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung. Suparmoko Keuangan Negara. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Supriadi Bratakusumah, Dkk. 00. Otonomi Daerah. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Irianto Agus Statistika Konsep Dasar dan Aplikasinya. Penerbit, Prenda Media, Jakarta. Jhingan, ML Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (terjemahan Guritno), Rajawali Press, Jakarta. Kaho Riwu Josep. 99. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia : Identifikasi Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyelenggarannya. Rajawali Press, Jakarta. Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 0

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten Bekasi merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dalam era reformasi di negeri kita, begitu banyak tuntutan rakyat untuk mensejahterakan daerah mereka. Kemandirian suatu daerah atau otonomi menjadi harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru dengan dikeluarkannya Undangundang No.22 tahun 1999 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER Jurnal STIE SEMARANG VOL 9 No. 1 Edisi Februari 2017 ( ISSN : 2085-5656) ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa melalui otonomi daerah, pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri) EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri) Ayu Wulansari Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Univ. Islam Kadiri ABSTRAK Pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk mendukung pelaksanaan otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi fiskal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Pajak Bumi dan Bangunan tergolong sangat efektif dengan kontribusi sebesar 118,2%,

BAB VI PENUTUP. Pajak Bumi dan Bangunan tergolong sangat efektif dengan kontribusi sebesar 118,2%, BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Efektivitas Pajak Daerah. Pajak Bumi dan Bangunan tergolong sangat efektif dengan

Lebih terperinci

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara berkembang di Asia yang berusaha mempertahankan perekonomian dari goncangan krisis global. Dalam rangka mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik atau dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu kemandirian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Repulik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintah, hal ini terlihat dengan diberikannya keleluasaan kepada kepala

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan bertujuan untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, nampaknya pembangunan yang merata pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan melancarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan nasional dan paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan secara adil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian pembangunan diperlukan baik tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung adalah salah satu kota dan provinsi Jawa Barat yang pemerintah daerahnya senantiasa berupaya meningkatkan pendapatan dan pembangunan daerahnya dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyelenggarakan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir pemerintahan orde baru merupakan langkah awal bagi Bangsa Indonesia untuk berpindah kebijakan yang semula kebijakan sentralisasi menjadi kebijakan desentralisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah Pergantian Pemerintahan dari Orde Baru ke orde Reformasi menuntut pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH 1 KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN 1990-2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN

ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN Jaya Kusuma Edy 1), Wahyu Rohayati 2) 1) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi, 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA 1 KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA Jonetta Triyanti. D, H.Eddy Soegiarto K, Imam Nazarudin Latif Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hakikat mendasar dari prinsip kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian kewenangan otonomi daerah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dijalankannya otonomi daerah merupakan salah satu bentuk dari desentralisasi pemerintahan. Otonomi daerah merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat, dan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi merupakan babak baru dalam pemerintahan Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi merupakan babak baru dalam pemerintahan Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era reformasi merupakan babak baru dalam pemerintahan Indonesia, dimana pada era ini banyak melahirkan berbagai kebijakan baru. Salah satu kebijakan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat BAB I PENDAHULUAN I.7 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat dalam rangka penyusunan Tugas Akhir dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kementrian Dalam Negeri (2013) dalam konteks pengembangan ekonomi suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam upaya menggali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang mulai berlaku di Indonesia sejak tahun 2001 memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya, menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE

ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE Vol. X Jilid 2 No.73 Desember 216 ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE 211-215 Oleh Dina Anggraini, SE, M.Si, Fitrah Mulyani, SST,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam upaya pelaksanaan pembangunan nasional, hal yang paling penting adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara, dimana kawasan daerahnya terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang

Lebih terperinci

MACHDANIYATUL AZIZAH B

MACHDANIYATUL AZIZAH B PENGARUH KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PAD DALAM MENDUKUNG OTONOMI DAERAH KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus dalam pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing. Sebagai administrator penuh, masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saati ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

Albertus Adhika Manggala YB. Sigit Hutomo

Albertus Adhika Manggala YB. Sigit Hutomo ANALISIS PERBEDAAN PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAHSEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA UU NO.28TAHUN 2009 DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI DIY Albertus Adhika Manggala YB. Sigit Hutomo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan dalam rangka melaksanakan Trilogi pembangunan, diperlukan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

1 UNIVERSITAS INDONESIA

1 UNIVERSITAS INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan pemerintahan daerah di Indonesia memasuki babak baru seiring diberlakukannya desentralisasi fiskal. Dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB IV METODA PENELITIAN BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi dan kateristik obyek penelitian, maka penjelasan terhadap lokasi dan waktu penelitian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 4 TAHUN 2000 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya era reformasi yang di prakarsai oleh mahasiswa 10 tahun silam yang ditandai dengan tumbangnya resim orde baru di bawah pimpinan Presiden Suharto, telah membawa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIFITAS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG POTENSIAL SEBAGAI DASAR UNTUK MENINGKATKAN DERAJAD EKONOMI DAERAH KABUPATEN SITUBONDO Ika Wahyuni, SE., M.Ak Drs. Edy Kusnadi Hm,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Kemudian mempercepat pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan dampak reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi

Lebih terperinci

Analisis Akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Palopo

Analisis Akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Palopo Analisis Akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Palopo Andika Rusli 1 Saharuddin 2 Surianti 3 No. HP 085242438738¹, 081342512379² ¹Alamat Korespondensi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Arditia (2012) Otonomi daerah adalah kewenangan dan kewajiban setiap daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam pembangunan nasional sangat didukung oleh pembiayaan yang berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pajak. Segala bentuk fasilitas umum seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 1997 Pemerintah akhirnya mengeluarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Kalau dilihat dari segi waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RI secara resmi telah menetapkan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. RI secara resmi telah menetapkan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan undang-undang yang disahkan sejak Januari 2001 pemerintah RI secara resmi telah menetapkan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah sesuai UU no. 32 tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah merupakan suatu harapan cerah bagi pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki kesempatan untuk mengelola,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan barang dan jasa yang kita konsumsi sehari-haripun dikenai pajak. Hal tersebut dikarenakan Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan menggali sumber-sumber daya yang ada di setiap daerah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan menggali sumber-sumber daya yang ada di setiap daerah untuk 19 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Pembangunan daerah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang dijalankan selama ini. Keberhasilan akan ditentukan dari bagaimana kemampuan

Lebih terperinci

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Kesejahteraan kehidupan masyarakat dapat dicapai jika pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai perwujudan pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai Negara dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah tujuan wisata di kawasan Provinsi NTB dan merupakan daerah yang diberikan hak otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah menerapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Timur

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Timur Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Timur 1 Yani Rizal Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Langsa Aceh e-mail: yanirizal@unsam.ac.id Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pembangunan, Pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kebutuhan akan dana pembangunan dapat diperoleh dengan berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA PETUGAS PEMUNGUT PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki tujuan pembangunan nasional yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pembangunan daerah termasuk ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional didasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional didasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional didasarkan pada prinsip otonomi daerah dalam pengelolaan sumber daya. Prinsip otonomi daerah memberi kewenangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah merupakan landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia, akan tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan, perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Mempercepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia yang menuntut adanya perubahan sosial budaya sebagai pendukung keberhasilannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, Indonesia menganut pada asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1. 1 Definisi dan Teori Otonomi Khusus UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa daerah otonom yaitu kesatuan masyarakat hukum

Lebih terperinci