Oleh : Drs. Yonathan Palinggi,MM Peneliti adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ketua Program Studi Pasca Sarjana Manajemen Administrasi Publik Unikarta
|
|
- Erlin Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH SEBAGAI SUMBER PAD PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh : Drs. Yonathan Palinggi,MM Peneliti adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ketua Program Studi Pasca Sarjana Manajemen Administrasi Publik Unikarta ABSTRAK Dalam pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas dan diterima sejak tanggal Januari 00 perlu disikapi dengan cepat oleh pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara. Kewenangan yang lebih luas dalam desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah menyangkut aspek-aspek administrasi, kelembagaan dan pengelolaan sumber-sumber keuangan harus segera direalisasikan, termasuk pengelolaan sumber penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah. Sumber-sumber pendapatan potensi yang dimiliki daerah akan menentukan tingkat kemampuan keuangannya. Salah satu jenis pajak setelah pelaksanaan otonomi daerah adalah Pajak pengambilan bahan galian golongan C, yang pada akhirnya menjadi sumber pemasukan PAD bagi daerah Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya. Kata Kunci : PAD dan Pajak A. PENDAHULUAN. Latar Belakang Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian C adalah merupakan komponen yang penting dalam pengalokasian sumber keuangan daerah maupun keuangan negara yang dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan oembangunan daerah. Otonomi daerah dapat melahirkan paradigman baru yang dapat membentuk terwujudnya pelaksanaan Pemerindah di daerah, khususnya pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian C sebagai salah satu sumber utama dalam menunjang pembangunan dalam segala bidang. Hal ini merupakan wujud perubahan sistem penataan ketatanegaraan yang dulu bersifat sentralisasi dan kini telah mengalami banyak perubahan mengenai sistem pemerintahan secara desentralisasi. Maksud dari pemberian otonomi daerah adalah untuk pembangunan dalam arti luas yang meliputi segala segi kehidupan, dimana dalam pelaksanaannya diharapkan sesuai dengan prinsip-prinsip demokasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, potensi dan keanekaragaman daerah dalam rangka negara kesatuan Republik Indonesia. Untuk penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, maka diperlukan adanya kewenangan dan kemampuan menggali sumber-sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dalam hal ini kewenangan keuangan yang melekat pada setiap kewenangan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Dalam menjamin terselenggaranya otonomi daerah yang semakin manta, maka diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri, yakni dengan upaya peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik dengan meningkatkan penerimaan sumber PAD yang sudah ada serta memperhatikan kondisi dan potensi ekonomi masyarakat. Analisis Penerimaan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Sebelum Dan Sesudah Otonomi Daerah Sebagai
2 Pajak pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : ) Apakah ada peningkatan / pertumbuhan pajak pengambilan bahan galian golongan C sebelum dan sesudah Otonomi terhadap PAD Kabupaten Kutai Kartanegara. ) Apakah ada hubungan peningkatan / pertumbuhan penerimaan pajak bahan galian golongan C terhadap PAD Kabupaten Kutai Kartanegara. 3) Berapa besarnya kontribusi penerimaan pajak bahan galian golongan C terhadap PAD Kabupaten Kutai Kartanegara. B. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tinjauan Pustaka a. Sebelum UU No. 34 Tahun 000 Dalam statusnya retribusi daerah tingkat I dahulu pemungutannya diserahkan kepada Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II dibawah koordinasi dan pengawasan oleh pemerintah daerah tingkat I dengan sistem bagi hasil. b. UU No. 34 Tahun 000 Pemberlakuan Undang-undang yang disebut sebagai reformasi perpajakan, tiga tahun masa berlaku masa efektifnya belum memberikan hasil yang menguntungkan bagi 50 Kabupaten Kota khususnya. Pada saat sekarang sebagai pajak, pemungutan pengambilan bahan galian golongan C dapat dilakukan sesuai prosedur yang diharuskan sebagaimana ketentuan pemungutan pajak sesuai dengan Undang-Undang. Pemerintah Daerah sepertinya sangat patut pada ketentuan walaupun harus kehilangan pendapatan dalam jumlah yang cukup besar. c. Otonomi Daerah Bagir Manan (dalam Andi Masturi : 39), menyatakan Otonomi mengandung arti kemandirian untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Menurut UU Nomor Tahun 999 Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan megurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d. Pengertian Pajak Negara dan Pajak Daerah ) Pajak Negara, yang termasuk dalam pajak negara antara klain : a. Pajak Penghasilan (PPh) b. Pajak Pertambahan Nilai (PPn) c. Bea Materai d. Pajak Bumi dan Bangunan e. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). ) Pajak Daerah selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah. 3) Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau bada. Sesudah Otonomi Daerah Sebagai
3 e. Keuangan Daerah Keuangan Daerah secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut : Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki / dikuasai oleh Negara atau Daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku. (Abdul Halim (00 : 0). f. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber yang ada di dalam wilayahnya dipungut langsung oleh daerah yang terdiri dari pajak daerah dan Retribusi Daerah. g. Pembagian Pajak Daerah ) Pajak Daerah Tingkat I a. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Pengembalian dan Pemanfaatan air baawh tanah dan air permukaan ) Retribusi Jasa Umum. ) Retribusi Jasa Usaha. 3) Retribusi Perijinan Tertentu.. Hipotesis Hipotesis yang diusulkan dalam penulisan ini adalah hipotesis matematika yang dapat divberbalkan sebagai berikut : a. H O : b. H : Dari hipotesis di atas dapat diverbalkan, menjadi : a. H 0 : rata-rata peningkatan/pertumbuhan penerimaan pajak pengambilan bahan galian golongan C terdapat perbedaan secara signifikan dengan rata-rata peningkatan / pertumbuhan penerimaan pajak bahan galian golongan C setelah Otonomi Daerah. b. H a : rata-rata peningkatan/pertumbuhan penerimaan pajak pengambilan bahan galian golongan C terdapat perbedaan secara signifikan dengan rata-rata peningkatan / pertumbuhan penerimaan pajak bahan galian golongan C sebelum Otonomi Daerah. c. Diduga pula bahwa kontribusi penerimaan Pajak Bahan galian Golongan C terhadap PAD kecil, dan penerimaan pajak pengambilan bahan galian golongan C mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap PAD. ) Pajak Daerah Tingkat II a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak Pengambilan bahan Galian Golongan C. g. Pajak Parkir h. Jenis-jenis Retribusi Daerah C. METODE PENELITIAN. Identifikasi Variabel Setelah dilakukan uji regresi berganda melalui program SPSS ver. 0 dan ver., antara variabel terikat terhadap variabel bebasnya ternyata diantara variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat sehingga pengujian dengan menggunakan uji regresi berganda dengan bantuan Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 3
4 perangkat lunas SPSS tidak dapat dilanjutkan.. Definisi Operasional ) Pajak tambang galian C adalah pajak atas pengambilan bahan galian golongan C yang berasal dari batuan, maupun tanah, yang berasal dari tubuh bumi. ) Perusahaan pengembang adalah peruahaan yang berbentuk badan hukum yang kegiatan pokoknya menggali dan menjual hasil galian batuan maupun tanah yang berasal dari tubuh bumi hasil dikenakan pajak 0%. 3) Penerimaan Pajak adalah penerimaan negara atau daerah yang berasal dari wajib pajak guna membiayai pengeluaran umum pemerintah. 3. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ) Sumber Data a. Data Primer, yaitu sumber data yang didapat langsung dari obyek penelitian. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu diperoleh dari berbagai literatur maupun dokumendokumen lainnya yang ada hubungannya dengan obyek yang diteliti ) Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik pengumpulan dengan cara melakukan wawancara dan melakukan observasi keobyek yangdiamati / diteliti. 4. Metode Analisis Metode yang analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Analisis statistik Deskriptif, sebagai berikut : ) Analisis Rasio antrara PAD terhadap APBD. PPAD 00 % Realisasi APBD PPAD : Peranan PAD ) Analisis Tingkat uhan Pajak Pengambilan Bahan Galian C. TP PAD Realisasi PBGGC 00 % P.B.B.G.G.C : Penerimaan bahan Galian Golongan C 3) Analisis Efisiensi Biaya Rutin Terhadap PAD Efisiensi : Biaya Rutin 00 % Dimana : Biaya pengumpulan PAD adalah biaya untuk memperoleh PAD diasumsikan berasal dari pengeluaran rutin Dinas Pendapatan Daerah, sedangkan realisasi PAD adalah realisasi penerimaan sumber -sumber PAD Tabel. Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan Persentasi kinerja keuangan 00 % ke atas 90 % - 00 % 80 % - 90 % 70 % - 80 % 60 % ke bawah kriteria Tidak Efisien Kurang Efisien Cukup Efisien Efisien Sangat Efisien Sumber : Depdagri, Kepmendagri No tahun 996 tentang pedoman penilaian dan Kinerja Keuangan ) Contribusi Pajak Badan Galian C Terhadap PAD CPBGGC Realisasi Pajak Bahan Galian Gol C. 00% Dimana : CPBGGC : Contribusi Pajak Bahan Galian Golongan C 5) Analisis Efektivitas Pengelolaan PAD Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 4
5 Efektivitas 00% Target 6) Analisis perbedaan dan hubungan sebelum dan sesudah Otonomi Daerah : a) Uji beda (Uji t) S S Keterangan : t : harga t : rata-rata peningkatan/pertumbuhan peneri-maan pajak pengambilan bahan galian golongan C sebelum dan sesudah otonomi daerah. : rata-rata peningkatan pertumbuhan penerimaan pajak setelah otonomi daerah S : standar deviasi peningkatan/pertumbuhan penerimaan pajak sebelum otonomi daerah. S : standar deviasi peningkatan/pertumbuhan penerimaan pajak setelah otonomi daerah. b) Untuk pengujian hipotesis selanjutnya agar dapat memberikan informasi bahwa tidak /terdapat perbedaan peningkatan / pertumbuhan penerimaan pajak bahan galian golongan C sebelum dan sesudah pemberlakuan Otonomi Daerah. Pembuktiannya dengan menggunakan t- test (related) berpasangan, dengan rumus : S n S n S S n n D. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Gambaran Umum Kabupaten Kutai Kartanegara Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Propinsi Kalimantan Timur dan beribukota Kabupaten di Kota Tenggarong. Secara administrasi Kab. Kutai Kartanegara memiliki batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara bertasan dengan Kota Samarinda Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Samarinda Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat.. Kondisi Keuangan Daerah Sebagai suatu sumber Pendapatan Asli Daerah yang penting dan strategis dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah, selalu diupayakan adanya peningkatan PAD dan merupakan salah satu pencerminan dan keikutsertaan daerah dalam membina penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan di daerah. E. ANALISIS DATA & PEMBAHASAN. Analisis Data ) Beberapa Perbedaan Sebelum dan Sesudah Pemberlakuan Otoda a. Ratio antara Pendapatan Asli Daerah Sebelum pemberlakuan Otonomi Daerah adalah : Tabel. Rasio PAD Terhadap APBD Tahun Anggaran hal ini bukan berarti tidak mempunyai Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 5 Tahun Realisasi APBD Peranan () () (3) , , , , , , , ,6 (4) : 300% 5,4 3,8 3,3 0,5 PAD (%) APBD (%) (5) (6) 6,97,6 9,80-9,0,66 6,96 30,7 6, Jml , ,99 5,90 39,9 75,0 Rata , ,75,98 9,8 8,78 Sumber Data : Pemkab. Kutai Kartanegara (data telah diolah) Dari Tabel & menunjukkan bahwa peranan PAD terhadap ABPD relatif kecil,
6 peranan, tetapi sumber-sumber PAD yang lain harus dimaksimalkan sehingga secara bersama-sama dari sumber PAD yang lain dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. b. Ratio antara Pendapatan Asli Daerah Setelah pemberlakuan Otonomi Daerah adalah : Tabel 3. Tahun Rasio PAD Terhadap APBD Tahun Anggaran Realisasi APBD Peranan () () (3) , , , , , ,53 (4) : 300% 7,69 9,03 7,4 PAD (%) APBD (%) (5) (6) 84,36 53,0, 76,09 30,88 47,79 Jml , ,3 4,5 39,67 354,76 Rata , ,7 8,05 79,89 8,5 c. Analisis Kontribusi Pajak Galian Gol. C Terhadap PAD Sebelum Otonomi Daerah adalah : Tabel 4. Kontribusi Pajak Galian C Terhadap PAD Kab. Kutai Kartanegara Tahun Anggaran Tahun Realisasi Pajak Persentase Anggaran Bahan Galian C Kontribusi () () (3) :3 00% , , , , , , , , Jml , , Rata , , sesudah pelaksanaan Otonomi Daerah, namun demikian bukan berarti tidak ada pening-katan penerimaan pajak dari bahan galian Golongan C, karena PAD merupakan total penerimaan pajak daerah, sedang pajak bahan galian C adalah bagian kecil dari Pendapatan Asli Daerah. ) Persentase peranan Pajak Bahan Galian C, uhan Pajak Pengambilan Bahan Galian C, maupun pertumbuhan PAD a. Peranan, uhan Pajak Galian C Terhadap PAD sebelum pemberlakuan Otonomi Daerah adalah : Tabel 6. Tahun Peranan Pajak Galian C Terhadap PAD Kab. Kutai Kartanegara Tahun Anggaran Realisasi Pajak G.C. () () (3) , , , , , , , ,40 Peranan Pajak G.C.(%) (4) : 300% 0,83,39 0,66 0,77 Pajak G.C (%) PAD (%) (5) (6) 9,89 74, -40,8-5,96 7,63,66 30,5-9,56 Jml , ,33 3,65 47,76 40,5 Rata , ,83 0,9,94 0,06 b. Peranan, uhan Pajak Galian C Terhadap PAD sesudah pemberlakuan Otonomi Daerah adalah : Tabel 7. Peranan Pajak Galian C Terhadap PAD Kab. Kutai Kartanegara Tahun Anggaran d. Analisis Kontribusi Pajak Galian Gol. C Terhadap PAD Sesudah Otonomi Daerah adalah : Tabel 5. Kontribusi Pajak Galian C Terhadap PAD Kab. Kutai Kartanegara Tahun Anggaran Tahun Realisasi Pajak Persentase Anggaran Bahan Galian C Kontribusi () () (3) :3 00% , , , , , , Jml , ,95. Rata , , Dari tabel 4 dan 5 menunjukkan terdapat perbedaan kontribusi pajak sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 6 Tahun Realisasi Pajak G.C. () () (3) , , , , , ,70 Peranan Pajak G.C.(%) (4) : 300% 0,3 0,47 0,44 Pajak G.C (%) PAD (%) (5) (6) 3,3 36,3 3,83 88,85 54,39,7 Jml , ,95, 63,6 45,5 Rata , ,3 0,40 54,4 8,84 Dari tabel 8 dan 9 menunjukkan bahwa peranan bahan pajak bahan galian C terhadap PAD relatif kecil, hal ini bukan berarti tidak mempunyai peranan terhadap PAD melainkan disebabkan meningkatnya sumber-sumber PAD untuk semua dinas, jika dibandingkan dengan pajak pengambilan bahan golongan C yang relatif kecil, karena pajak pengambilan bahan golongan C
7 merupakan bagian kecil dari sumber PAD Kabupaten Kutai Kartanegara. b. Uji Beda uhan PAD sebelum dan sesudah Otonomi S S 9,8 79,89 3,64 96,7 0,96 3) Analisis Efisiensi Tabel 8. Analisis Efisiensi Biaya Terhadap PAD Kab. Kutai Kartanegara Tahun Anggaran Thn Biaya Rutin (%) () () (3) , , , , , , , ,80 453,8 5,77 57,3 6,4 Jml , ,99.093,3 Rata , ,00 53,33 Tabel 9. Ket. Hasil Penilaian 53,33 (tidak efisien) Analisis Efisiensi Biaya Terhadap PAD Kab. Kutai Kartanegara Tahun Anggaran Thn Biaya Rutin (%) () () (3) , , , , , , Jml , ,90.903,66 Rata , ,30 634,55 Ket. Hasil Penilaian 634,55 (tidak efisien) Tabel 9 menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan persentase tingkat efisiensi sebelum dan sesuah otonomi daerah, maka jauh lebih efisien sebelum otonomi daerah dibandingkan dengan sesudah pemberlakuan otonomi daerah, hal ini terbukti bahwa persentase biaya sebelum otonomi daerah jauh lebih kecil dibandingkan biaya rutin setelah otonomi daerah. 4) Analisis Uji Beda dan Uji t a. Uji Beda Realisasi APBD sebelum dan sesudah Otonomi S S 8,78 8,5 0,77 0,7 40,9 c. Uji Beda Peranan PAD sebelum dan sesudah Otonomi S S,98 8,05 3,75,7 0,86 d. Uji Kontribusi Pajak Bahan Galian Golongan C terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi S S 0,9 0, ,34,7 e. Uji uhan Pajak Galian Golongan C terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi S S,94 54, 4 0, 4,90 45,6 f. Uji Peranan Pajak Bahan Galian Golongan C sebelum dan sesudah Otonomi S S 0,9 0,40, 0,35 0, g. Uji Efektivitas PAD sebelum dan sesudah Otonomi S S 53,33 634,55,6 65,33 34,6 Untuk menentukan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara pajak bahan galian golongan C sebelum dan sesudah pemberakuan Otonomi Daerah, selanjutnya dilakukan uji t sebagai berikut : Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 7
8 a. Realisasi APBD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah 8,78 8,5 98, ,9. 0,77 0,0 36,94 -,34 b. uhan PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah -,65 9,8 79,89 59, ,3. 0,96 3,07 93,98 c. Peranan PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah 3,09,98 8,5 4,39 0,69. 3,75, 0,84 d. Kontribusi Pajak bahan galian golongan C terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah -0,63 0,9 0,40 0,0,50. 0,55 0,33,4 e. uhan pajak bahan galian golongan C terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah,94 54,4.63, ,60. 0, -0, 40,90 39,4 f. Peranan Pajak bahan galian Golongan C sebelum dan sesudah Otonomi Daerah 0,9 0,40 0,0 0,0., 0,6 0,05 0 g. Efektifitas PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah 53,33 634, ,0 6.84,.,6-3,7. Pembahasan 63,78 3,4 Berdasarkan perhitungan dengan Uji-t didapatkan bahwa rata-rata dari dari ketujuh variabel menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih kecil dari t tabel hal ini berarti terdapat perbedaan peningkatan / pertumbuhan ABPD maupun PAD setelah adanya otonomi Daerah, serta adanya hubungan yang signifikan antara kontribusi, pertumbuhan, dan peranan Pajak Bahan galian Golongan C terhadap PAD sebelum dan sesudah otonomi. Serta adanya hubungan yang signifikan antara Efisiensi Biaya terhadap PAD sebelum dan sesuah otonomi. Hal ini berarti Ditolak. Hipotesis Ho diterima dan Ha F. KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 8
9 ) Uji beda realisasi APBD sebelum Otonomi Daerah dengan uji realisasi sesudah Otonomi Daerah menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan, yaitu lebih besar setelah adanya Otonomi Daerah sebesar 99,48% (8,5% 8,78%). Jika dihubung-kan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak. ) Uji beda realisasi peningkatan / pertumbuhan penerimaan PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan, yaitu lebih besar realisasi PAD setelah adanya otonomi Daerah dengan perbedaan sebesar 70,07% (79,89% 9,8%). Jika dihubungkan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak. 3) Uji beda realisasi peranan pajak bahan galian C terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah menunjukkan adanya perbedaan sebesar 4,93% (,98% 8,05%). Hal ini wajar sebab pajak bahan galian golongan C merupakan bagian kecil dari PAD, namun Jika dihubungkan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak. 4) Uji beda kontribusi pajak bahan galian golongan C terhadap PAD sebelum dan setelah Otonomi menunjukkan adanya perbedaan sebesar 0,93% (,7% 0,34%) hal ini jika dihubung-kan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak. 5) Uji beda pertumbuhan/peningkatan penerimaan pajak bahan galian golongan C terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 03,36% (45,6% 4,90%). Jika dihubung-kan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak. 6) Uji peranan pajak bahan galian golongan C terhadap terhadap PAD sebelum dan sesudah Otonomi Daerah mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 0,4% (0,35% 0,%). Ini bukan berarti peranan pajak bahan galian golongan C lebih baik sebelum otonomi daerah, namun kita harus sadar dan maklum bahwa pajak bahan galian golongan C, itu merupakan bagian kecil dari PAD sehingga tidak begitu berperan terhadap PAD, namun jika dihubung-kan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak. 7) Uji beda efisiensi biaya untuk mendapatkan PAD, mengalami peningkatan / perkembangan sebesar 67,63% (3,4% 63,78%), jika dihubung-kan dengan t tabel untuk uji dua pihak, maka terbukti t- hitung lebih kecil dari t- tabel, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha Ditolak.. Saran ) Diharapkan agar keberhasilan selama ini dalam arti pencapaian target yang diperoleh dapat ditingkatkan, sehingga penerimaan pajak dari bahan galian golongan C ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. ) Perlu meningkatkan koordinasi dan pengawasan yang seksama pada setiap fungsi sehingga dapat dapat menciptakan daya guna dan hasil guna yang Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 9
10 bermanfaat untuk kemaslahatan pembangunan daerah. 3) Belanja rutin yang dikeluarkan setiap bulan itu, hendaknya dimaksimalkan dalam pengertian dibarengi dengan upaya-upaya untuk memperoleh Penerimaan Pendapatan Asli Daerah, juga perlu ditingkatkan sehingga sebanding dengan biaya rutin yang dikeluarkan pemerintah setiap bulannya. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Undang-Undang Nomor tahun 999, Tentang Pemerintah Daerah, Jakarta, Undang-Undang Nomor 34 tahun 000, Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Jakarta. Bambang Kesit Prakosa Pajak dan Retribusi Daerah. Penerbit UII. Press, Yogyakarta. Dedy Supriyadi Bratakusumah. 00. Otonomi Daerah Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Penerbit Ghalia Pustaka Djarwanto Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian. Liberty, Yogyakarta. Komaruddin Pembiayaan Keuangan Pusat dan Daerah, UGM. Press, Yogyakarta. Mamesah, D.J Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Pustaka Utama, Jakarta. Mardiasmo, 00. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Mardiasmo, 003. Perpajakan. Edisi Revisi, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta Munawir, H.S Perpajakan. Penerbit Liberty, Yogyakarta. Munandar Budgetting. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Riduwan Dasar-dasar Statistika. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung. Sugiyono Statistika Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung. Suparmoko Keuangan Negara. Penerbit BPFE, Yogyakarta. Supriadi Bratakusumah, Dkk. 00. Otonomi Daerah. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Irianto Agus Statistika Konsep Dasar dan Aplikasinya. Penerbit, Prenda Media, Jakarta. Jhingan, ML Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (terjemahan Guritno), Rajawali Press, Jakarta. Kaho Riwu Josep. 99. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia : Identifikasi Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyelenggarannya. Rajawali Press, Jakarta. Sesudah Otonomi Daerah Sebagai 0
ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak
ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten Bekasi merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dalam era reformasi di negeri kita, begitu banyak tuntutan rakyat untuk mensejahterakan daerah mereka. Kemandirian suatu daerah atau otonomi menjadi harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru dengan dikeluarkannya Undangundang No.22 tahun 1999 dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER
Jurnal STIE SEMARANG VOL 9 No. 1 Edisi Februari 2017 ( ISSN : 2085-5656) ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang bertujuan untuk
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI
EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa melalui otonomi daerah, pembangunan ekonomi
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)
EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri) Ayu Wulansari Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Univ. Islam Kadiri ABSTRAK Pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk mendukung pelaksanaan otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam
Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi fiskal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Pajak Bumi dan Bangunan tergolong sangat efektif dengan kontribusi sebesar 118,2%,
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Efektivitas Pajak Daerah. Pajak Bumi dan Bangunan tergolong sangat efektif dengan
Lebih terperinciEVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA
EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara berkembang di Asia yang berusaha mempertahankan perekonomian dari goncangan krisis global. Dalam rangka mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik atau dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu kemandirian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Repulik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintah, hal ini terlihat dengan diberikannya keleluasaan kepada kepala
Lebih terperinciJURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI
JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan bertujuan untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, nampaknya pembangunan yang merata pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan melancarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan nasional dan paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan secara adil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian pembangunan diperlukan baik tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung adalah salah satu kota dan provinsi Jawa Barat yang pemerintah daerahnya senantiasa berupaya meningkatkan pendapatan dan pembangunan daerahnya dari tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu sumber penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyelenggarakan pemerintahan
Lebih terperinciBAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG
BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan
Lebih terperinciLAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI
LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir pemerintahan orde baru merupakan langkah awal bagi Bangsa Indonesia untuk berpindah kebijakan yang semula kebijakan sentralisasi menjadi kebijakan desentralisasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah Pergantian Pemerintahan dari Orde Baru ke orde Reformasi menuntut pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab
Lebih terperinciKONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
1 KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN 1990-2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program
Lebih terperinciANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN
ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN Jaya Kusuma Edy 1), Wahyu Rohayati 2) 1) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi, 2)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi
Lebih terperinciKONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA
1 KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA Jonetta Triyanti. D, H.Eddy Soegiarto K, Imam Nazarudin Latif Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hakikat mendasar dari prinsip kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian kewenangan otonomi daerah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dijalankannya otonomi daerah merupakan salah satu bentuk dari desentralisasi pemerintahan. Otonomi daerah merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat, dan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era reformasi merupakan babak baru dalam pemerintahan Indonesia,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era reformasi merupakan babak baru dalam pemerintahan Indonesia, dimana pada era ini banyak melahirkan berbagai kebijakan baru. Salah satu kebijakan baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat
BAB I PENDAHULUAN I.7 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat dalam rangka penyusunan Tugas Akhir dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kementrian Dalam Negeri (2013) dalam konteks pengembangan ekonomi suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam upaya menggali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang mulai berlaku di Indonesia sejak tahun 2001 memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya, menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan
Lebih terperinciANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE
Vol. X Jilid 2 No.73 Desember 216 ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE 211-215 Oleh Dina Anggraini, SE, M.Si, Fitrah Mulyani, SST,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam upaya pelaksanaan pembangunan nasional, hal yang paling penting adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara, dimana kawasan daerahnya terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang
Lebih terperinciMACHDANIYATUL AZIZAH B
PENGARUH KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PAD DALAM MENDUKUNG OTONOMI DAERAH KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus dalam pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing. Sebagai administrator penuh, masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saati ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciAlbertus Adhika Manggala YB. Sigit Hutomo
ANALISIS PERBEDAAN PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAHSEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA UU NO.28TAHUN 2009 DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI DIY Albertus Adhika Manggala YB. Sigit Hutomo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan dalam rangka melaksanakan Trilogi pembangunan, diperlukan ketersediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah
Lebih terperinci1 UNIVERSITAS INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan pemerintahan daerah di Indonesia memasuki babak baru seiring diberlakukannya desentralisasi fiskal. Dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB IV METODA PENELITIAN
BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi dan kateristik obyek penelitian, maka penjelasan terhadap lokasi dan waktu penelitian
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 4 TAHUN 2000 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya era reformasi yang di prakarsai oleh mahasiswa 10 tahun silam yang ditandai dengan tumbangnya resim orde baru di bawah pimpinan Presiden Suharto, telah membawa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIFITAS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG POTENSIAL SEBAGAI DASAR UNTUK MENINGKATKAN DERAJAD EKONOMI DAERAH KABUPATEN SITUBONDO Ika Wahyuni, SE., M.Ak Drs. Edy Kusnadi Hm,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Kemudian mempercepat pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan dampak reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi
Lebih terperinciAnalisis Akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Palopo
Analisis Akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kota Palopo Andika Rusli 1 Saharuddin 2 Surianti 3 No. HP 085242438738¹, 081342512379² ¹Alamat Korespondensi:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Arditia (2012) Otonomi daerah adalah kewenangan dan kewajiban setiap daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam pembangunan nasional sangat didukung oleh pembiayaan yang berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pajak. Segala bentuk fasilitas umum seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 1997 Pemerintah akhirnya mengeluarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Kalau dilihat dari segi waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. RI secara resmi telah menetapkan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan undang-undang yang disahkan sejak Januari 2001 pemerintah RI secara resmi telah menetapkan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah sesuai UU no. 32 tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah merupakan suatu harapan cerah bagi pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki kesempatan untuk mengelola,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan barang dan jasa yang kita konsumsi sehari-haripun dikenai pajak. Hal tersebut dikarenakan Indonesia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan menggali sumber-sumber daya yang ada di setiap daerah untuk
19 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Pembangunan daerah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang dijalankan selama ini. Keberhasilan akan ditentukan dari bagaimana kemampuan
Lebih terperinci2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Kesejahteraan kehidupan masyarakat dapat dicapai jika pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai perwujudan pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai Negara dan pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah tujuan wisata di kawasan Provinsi NTB dan merupakan daerah yang diberikan hak otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah menerapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciAnalisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Timur
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Timur 1 Yani Rizal Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Langsa Aceh e-mail: yanirizal@unsam.ac.id Abstrak Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pembangunan, Pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kebutuhan akan dana pembangunan dapat diperoleh dengan berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA PETUGAS PEMUNGUT PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki tujuan pembangunan nasional yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pembangunan daerah termasuk ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional didasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional didasarkan pada prinsip otonomi daerah dalam pengelolaan sumber daya. Prinsip otonomi daerah memberi kewenangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah merupakan landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia, akan tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan, perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Mempercepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia yang menuntut adanya perubahan sosial budaya sebagai pendukung keberhasilannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, Indonesia menganut pada asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1. 1 Definisi dan Teori Otonomi Khusus UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa daerah otonom yaitu kesatuan masyarakat hukum
Lebih terperinci