BAB III DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI"

Transkripsi

1 BAB III DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI 3.1. GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN Topografi Kondisi topografi pada lokasi rencana PLTM Santong dan sekitarnya termasuk Daerah Aliran Sungai Sidutan dapat diuraikan sebagai berikut : a) Kondisi topografi Daerah Aliran Sungai Sidutan dengan luas daerah pengaliran (catchment area) yang dimulai dari lokasi rencana bendung PLTM sebesar km² secara geografis terletak antara 116º º23 30 Bujur Timur dan 08º º25 00 Lintang Selatan. Daerah ini termasuk morfologi perbukitan bergelombang dan pegunungan bertimbulan tinggi dengan tutupan lahan sebagian besar hutan lebat dengan sedikit kebun, semak belukar, tegalan, dan ladang. Aliran Sungai Sidutan mengalir dari arah Tenggara menuju Barat Daya dengan ketinggian pada bagian hulunya + ( ) m. Sedangkan pada bagian hilirnya berada pada ketinggian antara ( ) m. Kemiringan lereng dari perbukitan menuju sungai berkisar antara (10º-70º). DAS Sidutan berada pada Desa Rempek, Sesait, Akasakar, dan Sukadana Kecamatan Gangga dan Bayan. b) Kondisi topografi di lokasi sekitar skema rencana PLTM yang dimulai dari rencana jalan masuk menuju bangunan gedung sentral sampai ke lokasi rencana bendung melalui jalan pipa pesat, bak penenang, dan saluran penghantar merupakan perbukitan bergelombang dengan tutupan lahan hutan lebat, kebun,semak belukar dan tegalan. Daerah ini secara geografis terletak antara 08º19 15,42-08º20 25,16 Lintang Selatan dan 116º17 45,4-116º18 19,27 Bujur Timur. Dasar Sungai Sidutan di sekitar saluran pembuang (tail race) berada pada elevasi m, sedangkan pada lokasi rencana bendung berada pada elevasi m. Kemiringan lereng tebing bagian kiri Sungai Sidutan sampai dengan rencana jalur saluran penghantar berkisar antara 10º-50º, kecuali pada beberapa tempat tertentu ada yang mencapai 60º-70º. Panjang saluran penghantar mulai dari bendung sampai dengan bak penenang ± 2000 m dan elevasi muka air direncanakan pada + 579,50 s/d + 578,00 m. Tinggi jatuh bruto yaitu selisih muka air di bak penenang dengan tail racenya ialah sebesar 86 m Hujan dan Klimatologi Pengumpulan data untuk mengetahui keadaan klimatologi dan besarnya curah hujan pada daerah Santong meliputi : Data Curah Hujan (jam-jaman, harian, bulanan, dan tahunan) BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 1

2 Data Tinggi Muka air (pengukuran sesaat) Data klimatologi Topografi A. Hujan Jumlah Stasiun hujan terdekat yang dapat dikumpulkan ada 3 buah, yaitu Stasiun Pengamatan Hujan Santong, Sesaot, dan Sapit. Stasiun Klimatologi di sekitar lokasi penyelidikan adalah stasiun Klimatologi Sopak bayan di daerah pengaliran Sungai Muntur dan Stasiun Klimatologi Sepalarang. Data curah hujan yang dipakai untuk analisis hidrologi adalah data curah hujan dari Stasiun Hujan Santong dan Sesaot, karena posisi stasiun ini paling dekat dengan lokasi PLTM Santong. Data curah hujan yang berhasil diperoleh adalah : a. Data hujan harian dan harian maksimum di Stasiun Santong dari tahun dan Sesaot dari tahun b. Data curah hujan jam-jaman didapatkan dari Stasiun Klimatologi Sopak Bayan dengan periode pengamatannya dari tahun 1992 sampai dengan tahun c. Pengisian data curah hujan yang tidak tercatat karena alatnya rusak atau petugasnya mengalami perubahan maka digunakan stasiun hujan terdekat. Dari data hujan yang tersedia, ditampilkan berupa hujan bulanan seperti pada tabel 3.1. Dapat disimpulkan bahwa hujan tahunan berkisar antara mm/tahun dengan hujan rata-rata tahunan sebesar 2000 mm/tahun. Tabel 3.1. Hujan bulanan Stasiun Hujan Santong Tahun JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES Jumlah BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 2

3 Rata-rata Min max B. Iklim Seperti pada umumnya daerah di Indonesia, khususnya daerah pengaliran Sungai Sidutan di Nusa Tenggara Barat mempunyai iklim tropis, yaitu mempunyai 2 musim : Musim kemarau (kering) Musim hujan Dengan melihat data hujan bulanan pada tabel 3.1 dapat ditentukan klasifikasi iklim daerah Santong. Sedangkan untuk mengetahui kondisi klimatologi digunakan data-data yang diperoleh dari Stasion Klimatologi Sepalarang di Mataram dan Stasion Klimatologi Sopak di Kecamatan Bayan. Data-data klimatologi tersebut juga dipergunakan untuk mengetahui evapotranspirasi yang di terjadi di Daerah Santong. Klasifikasi Iklim Menurut Koppen Klasifikasi iklim dapat ditentukan dengan menggunakan Nomogram Koppen. Data yang diperlukan adalah hujan bulanan rata-rata terendah yaitu sebesar 9.5 mm dan Hujan tahunan rata-rata yaitu sebesar mm. Berdasarkan peninjauan distribusi curah hujan bulanan pada Stasiun Hujan Santong selama 15 tahun ( ), klasifikasi iklim di wilayah proyek PLTM Santong menurut Koppen termasuk iklim Ad, yaitu iklim savana yang mengalami musim kering secara periodik. Nomogram Koppen yang telah dilengkapi data daerah Santong dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini. BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 3

4 Gambar 3.1. Penggunaan Nomogram Koppen untuk Daerah Santong Menurut Schmidt dan Ferguson Parameter iklim yang ditinjau adalah hujan bulanan, dimana kriteria yang dipakai adalah : Bulan kering, bila curah hujan bulanan < 60 mm Bulan basah, bila curah hujan bulanan > 100 mm Dari data diatas diketahui bahwa bulan kering terjadi selama 5 bulan yaitu dari bulan Juli sampai Oktober dan bulan basah terjadi selama 6 bulan yaitu dari bulan November sampai April. Perbandingan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah (Q) adalah 0.83, sehingga iklim daerah Santong menurut Schmidt dan Ferguson termasuk iklim sedang. Menurut Oldeman Parameter iklim yang ditinjau adalah hujan bulanan, dimana kriteria yang dipakai adalah : Bulan kering, bila curah hujan bulanan < 100 mm Bulan basah, bila curah hujan bulanan > 200 mm Dari data diatas diketahui bahwa bulan kering terjadi selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Oktober dan bulan basah terjadi selama 4 bulan yaitu dari bulan Desember sampai Maret. Sehingga agroklimat daerah Santong menurut BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 4

5 Oldeman termasuk iklim Zone D-3 yaitu 4 bulan berturut-turut bulan basah dan kurang lebih dari 6 bulan berturut-turut bulan kering. Evapotranspirasi Keadaan iklim akan menentukan sifat-sifat hidrologi suatu daerah. Untuk Daerah Aliran Sungai Sidutan, data klimatologi yang digunakan adalah data klimatologi yang diperoleh dari hasil pengamatan pada Stasiun Meteorologi Sopak Bayan dan Selaparang Mataram selama ± 10 tahun ( ). Data tersebut dipergunakan untuk memperkirakan nilai evapotranspirasi sebagai pembanding dari data evaporasi yang diukur secara langsung dari pengamatan dengan alat Pan-A Evaporimeter di stasiun Meteorologi Sopak Bayan. Data Klimatologi rata-rata dapat dilihat pada Tabel 3.2. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa : Temperatur udara rata-rata berkisar antara 24,8 ºC sampai dengan 26.9 ºC Tekanan udara rata-rata berkisar antara 1010,5 mb sampai dengan 1049,1 mb Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 76,9 % sampai dengan 85,3 % Penyinaran matahari rata-rata berkisar antara 51,2 % sampai dengan 81,4 % Kecepatan angin yang pernah dicatat berkisar antara 3,8 km/hari sampai dengan 5,8 km/hari. Tabel 3.2. Data klimatologi rata-rata Daerah Santong No KLIMATOLOGI JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOP DES 1 Temperature (ºC) Kelembaban Nisbi (%) Penyinaran Matahari (%) Kec.Angin (km/hari) Tekanan Udara (mb) Evapotranspirasi dihitung dengan Metode Penman dan dari hasil pengamatan dengan panci Pan A Evaporimeter yang dikalikan dengan koefisien panci sebesar 0.7. Hasil perhitungan evapotransiprasi dengan metode Penman di lokasi Selaparang dan evapotranspirasi aktual di Sopak Bayan dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4. BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 5

6 Tabel 3.3. Perhitungan Evapotranspirasi dengan Metoda Penman Stasion Meteorologi Selaparang Mataram No. KETERANGAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEPT OKT NOV DES 1 Temperatur (T) ºC Kelembaban Nisbi (RH) % Penyinaran Matahari (n) % Kecepatan Angin (u) km/hari Tekanan udara mb Radiasi rata kal/cm²/hari (Rs) Koefisien refleksi ( r ) (1-r) n/np * 8 * Tekanan Air (ea) e Aktual (ed) akar ed Sigma Ta * akar e n/Np * 15 * (10) - (17) = H (ea - ed) (1+5u/800) * 19 * 0.35 Eo Delta Delta H Eo Delta H ET mm/hari BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 6

7 Tabel 3.4. Besarnya Evaporasi Potensial dan Evapotranspirasi Aktual Stasiun Klimatologi Sopak Bayan Bulan 1993 Pan A (mm) 1994 Pan A (mm) 1995 Pan A (mm) 1996 Pan A (mm) 1997 Pan A (mm) 2000 Pan A (mm) 2001 Pan A (mm) Rata-rata Evapot (mm) JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEPT OKT NOV DES Rata-rata Geologi dan Geologi Teknik Kondisi Geologi dan Geologi Teknik di lokasi skema rencana PLTM Santong dan sekitarnya dibentuk oleh endapan gunung api muda yang berumur Plistosen atas akibat aktifitas Gunung Rinjani yang mengeluarkan tufa batu apung, breksi lahar, dan lelehan lava yang bersifat andesit basalt. Proses pengikisan atau erosi dan sedimentasi menyebabkan terbentuknya endapan sungai maupun endapan pantai berupa lempung, pasir, pasir kerikil, serta bongkah-bongkah batuan hasil runtuhan ataupun transportasi sepanjang sungai. Proses pelapukan memberikan tanah penutup (top soil) bersama vegetasi berupa lempung yang mengandung akar dan humus. Kondisi batuan di daerah rencana PLTM Santong dan sekitarnya berdasarkan kesamaan sifat fisiknya terdiri dari 5 kelompok batuan, antara lain : Endapan aluvial sungai dengan ketebalan kurang dari 2 m berupa pasir halus,kasar,kerikil,kerakal,serta bongkah dari breksi maupun andesit yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Tanah pelapukan endapan gunung Api dengan ketebalan 9 m hasil pelapukan lanjut dari breksi volkanik maupun tufa berbatu apung. Breksi volkanik berupa breksi lahar tersusun oleh fragmen andesit dengan massa dasar pasir dan kerikil. Batuan lava andesit sebagai bagian dari breksi lahar hasil leleran lava ketebalan mencapai 3 m berkekar bersifat keras. Kondisi batuan di bawah rencana Gedung sentral berupa batuan andesit dan breksi volkanik yang sudah lapuk dengan ketebalan kurang dari 0,6 m. BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 7

8 Menurut Analisa Laboratorium untuk contoh hasil sumur uji (contoh tanah tidak asli/disturbed) dan bor tangan (contoh tanah asli/undisturbed) yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Institut Teknologi Bandung (ITB), maka karakteristik tanah pada masing-masing lokasi bangunan utama PLTM Santong diterangkan sebagai berikut : a. Lokasi Bendung Tanah permukaan (top soil) di sekitar poros Bendung pada tebing kiri dan kanan setebal m terdiri dari Silty sand dan Gravelly sand non plastis, memiliki parameter sebagai berikut : Berat volume, γm = ( ) t/m³ Kadar air, Wn = ( ,66) % Berat spesifik, Gs = ( ) Unconfined Compression Strength, qu = ( ) kg/cm² Kohesi, C = ( ) kg/cm² Batuan Dasar (di bawah lapisan tersebut di atas) Pada abutment kanan berupa lava andesit yang telah tertekankan dengan kekar yang agak rapat bersifat terbuka. Pada abutment kiri batuan dasar berupa breksi vulkanik. b. Saluran Penghantar Saluran penghantar ditempatkan di tebing kiri Sungai Sidutan pada ketinggian (elevasi) sekitar +578 s/d +580 m dengan panjang saluran sekitar 1860 m. Tanah permukaan berupa gravelly silty sand dan gravelly sandy silt dengan parameter sebagai berikut : Berat volume, γm = ( ) t/m³ Kadar air, Wn = ( ) % Berat spesifik, Gs = ( ) Optimum Maksimum Content, Wopt = 24 % Maksimum Dry Density, γdmaks = t/m³ CBR pada 95 % γdmaks = 4.5 % c. Lokasi Bak Penenang Bak penenang terletak agar sedikit di balik punggungan dan ditempatkan pada posisi di sekitar patok Bench Mark STG-6 dengan koordinat x = 661,159 m, y = 5901,394 m, dan ketinggian z = 574,260 m. Permukaan tanah di sekitar bak penenang memiliki kemiringan tinggi : horizontal = 1:3 dengan elevasi sekitar +575 s/d Jenis lapisan clayey sandy silt. Memiliki parameter sebagai berikut : Berat volume, γm = ( ) t/m³ Kadar air, Wn = ( ) % BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 8

9 Berat spesifik, Gs = ( ) Kekuatan tekan, qu = kg/cm² Kekuatan geser tanah, C = kg/cm² Sudut geser dalam, θ = 7º Compression Index, Cc = 0.33 Optimum Moisture Content, Wopt = % Maksimum Dry Density, γdmaks = 1.52 t/m³ CBR at 95% γdmaks = 9 % Batuan dasar di bawah top soil tersebut adalah breksi vulkanik. d. Lokasi Pipa Pesat Pipa pesat direncanakan berupa lereng/tebing dengan kemiringan vertikal : horizontal = 1 : 2 diantara elevasi s/d m. Panjang pipa pesat (penstock) adalah 170 m, hampir 2 kali panjang pipa pesat hasil studi pejajagan. Tanah permukaan memiliki ketebalan (0, ) meter terdiri dari sandy gravel non plastis, dengan parameter : Berat volume, γm = 1.51 t/m³ Kadar air, Wn = 48.2 % Berat spesifik, Gs = 2.68 Batuan dasar di bawah top soil berupa lava andesit. e. Gedung Sentral dan Saluran Pembuang Gedung sentral berada di sekitar patok Bench Mark STG-8 dengan koordinat x = 746,783 m, y = 5761,127 m, dan ketinggian z = 497,489 m. Gedung sentral terletak pada elevasi sekitar m. Kedalaman galian dan boring yang bisa dilakukan maksimum berkisar 0.6 m 2.0 m yang terdiri dari silty sand dan sandy silt. Parameter tanah hasil pengujian di laboratorium memberikan data sebagai berikut : Berat volume, γm = ( ) t/m³ Kadar air, Wn = ( ) % Berat spesifik, Gs = ( ) Kekuatan tekan, qu = ( ) kg/cm² Kekuatan geser tanah, C = ( ) kg/cm² Sudut geser dalam, θ = 6º Optimum Moisture Content, Wopt = ( ) % Maksimum Dry Density, γdmaks = ( ) t/m³ CBR pada 95% γdmaks = ( ) % Batuan dasar di bawah top soil diatas merupakan batuan andesit dan breksi vulkanik. BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 9

10 Saluran pembuang (tail race) direncanakan dengan memperhatikan elevasi muka air banjir di Sungai Sidutan untuk Q50 tahun atau melihat kondisi di lapangan dari bank full capacity dinaikkan ± 1,00 m Kelistrikan Sistem kelistrikan di Pulau Lombok tidak terinterkoneksi dengan pulau-pulau yang ada. Pada saat ini sumber daya utama yang dimanfaatkan adalah PLTD yang tersebar di beberapa pusat beban. Daerah Santong yang termasuk Kecamatan Gangga, kebutuhan listrik dilayani oleh PLN Sub. Ranting Gangga dibawah koordinasi PLN Ranting Tanjung Cabang Mataram Wilayah XI, juga memanfaatkan sumber daya diesel (PLTD). Kapasitas trafo terpasang adalah 785 kva dengan jumlah pelanggan s/d Nopember 2005 sebanyak 1009 langganan. Jumlah daya tersambung mencapai 473,8 kva. Jaringan tegangan menengah yang ada sepanjang 32,9 km, sedangkan jaringan tegangan rendah sepanjang 21,9 km. Diharapkan PLTM Santong dapat dengan mudah diinterkoneksikan dengan PLTD yang sudah ada. Kebutuhan konsumsi listrik pada bulan Nopember 2005 untuk PLN Sub. Ranting Gangga, rata-rata setiap pelanggan adalah 469 VA lebih kecil dibandingkan dengan daerah lain yang rata-rata antara ( ) VA setiap pelanggan. Data bulan Oktober 2005 memperlihatkan bahwa PLTD dapat melayani beban puncak sebesar kw lebih kecil dari daya mampu sebesar kw. Ini berarti bahwa PLTD masih mampu menanggung beban puncak pada saat itu. Dalam menghadapi pertumbuhan beban di masa mendatang, diharapkan dapat diimbangi dengan penambahan pembangkit yaitu memanfaatkan sumber daya air seperti halnya PLTM Santong, sehingga perhitungan kebutuhan beban di PLN Sub. Ranting Gangga akan sangat perlu bila PLTM Santong merupakan sistim yang dapat berdiri sendiri. Jika jumlah penduduk di Kecamatan Gangga untuk tahun 2010 adalah sebanyak jiwa atau ± KK, sedangkan jumlah pelanggan November 2005 hanya ada 1009, maka besar kemungkinan permintaan akan daya listrik cenderung meningkat pada masa mendatang. Hal ini merupakan kenyataan bahwa lima desa yang ada di Kecamatan Gangga sudah merupakan desa yang berlistrik Sosial Ekonomi dan Lingkungan Lokasi pusat pengembangan terdekat dengan daerah penelitian rencana PLTM Santong ialah kota kecamatan Gangga yang berjarak kurang lebih 12 km. Kecamatan Gangga mempunyai luas daerah sekitar 241,07 km² atau 13,95% dari luas daerah Kabupaten Lombok Barat. Jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan luas wilayah km², jumlah rumah tangga sebanyak kepala keluarga dengan kepadatan penduduk 263 jiwa/km². BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 10

11 Sebagian besar masyarakat lombok yang tinggal di Kecamatan Gangga ialah masyarakat asli yaitu Suku Sasak dan sisanya ialah para pendatang dari daerah lain di pulau lombok maupun dari pulau-pulau sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat banyak terikat dengan aturan-aturan adat yang mereka anggap keramat dan sakral. Penduduk Kecamatan Gangga mayoritas penduduknya memeluk agama islam, sebagian kecil agama budha, hindu, katolik, dan protestan. Sumber penghasilan utama penduduk bertumpu pada pertanian. Di kabupaten lombok barat, sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan merupakan sektor utama dalam Produk Domestik regional Bruto (PDRB) yaitu sebesar 47,30 %. Sektor-sektor perekonomian lainnya yang mempunyai presentasi besar terhadap PDRB adalah sektor perdagangan (22.36%), sektor jasa kemasyarakatan (12.64%), sektor industri pengolahan sebesar 7.8% dan sektor bangunan 5.03%. Sektor-sektor lain di luar pertanian pada saat ini masih belum berkembang. Secara regional daerah rencana PLTM Santong termasuk daerah perbukitan tinggi dengan ketinggian lebih dari 700 m diatas permukaan laut. Penggunaan lahan yang dominan ialah ialah hutan, sehingga daerah ini diarahkan untuk menjadi kawasan lindung. Lahan untuk rencana Proyek PLTM Santong yang terletak di kaki bukit Gunung Sangkaraeng statusnya merupakan lahan milik kehutanan berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) terletak di daerah Hutan Lindung, sehingga perlu diberikan perhatian khusus terhadap aspek lingkungan. Air yang dimanfaatkan untuk rencana proyek PLTM ialah aliran dari Sungai Sidutan yang mata airnya berasal dari Gunung Sangkaraeng dengan ketinggian sekitar 2588 m, pendayagunaan dan pemanfaatan air di sebelah hilirnya ialah bendung irigasi Santong yang telah dibuat sejak lama dan digunakan untuk irigasi persawahan yang terletak di Desa Sesait. Sedangkan pemanfaatan sumber daya air lainnya ialah untuk air minum dan MCK penduduk di hilirnya. Namun demikian diperkirakan pasokan dan pemanfaatan air untuk rencana PLTM ini tidak akan mengganggu pemakaian air yang ada. Data curah hujan rata-rata tahunan yang didapat di daerah ini adalah sebesar 1950,7 mm/tahun dengan debit ratarata tahunan sebesar 1.58 m³/detik. Tingkat kebisingan dan kadar debu merupakan indikator dalam menentukan kualitas udara pada rencana kegiatan PLTM ini. Dari hasil pengamatan keadaan kualitas udara di lokasi kegiatan masih baik dan bersih, begitu pula kebisingan berdasarkan hasil pengukuran di lokasi rencana kegiatan masih berada di bawah nilai baku mutu intensitas kebisingan ambient, yang menyarankan nilai maksimumnya adalah 60 dba. Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan dengan menggunakan alat Sound level meter terukur berada di antara 35,5 dba sampai 40,2 dba. Hal ini dapat dimengerti karena daerah di sekitar pengamatan tidak terdapat kegiatan yang berpotensi mempengaruhi kualitas udara dan gangguan bising di samping keadaan vegetasi hutan lebat yang menunjang. BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 11

12 Untuk mengetahui persepsi penduduk dilakukan wawancara terhadap berbagai lapisan masyarakat seperti aparat pemerintah, pemuka adat, petani dan masyarakat biasa. Hasil wawancara menunjukkan 30% penduduk mengetahui rencana proyek PLTM. Mereka mengetahui rencana tersebut, pada saat PLN melakukan kegiatan survey di sekitar lokasi rencana kegiatan. Relatif kecilnya penduduk yang mengetahui rencana pengembangan proyek PLTM, karena kegiatan survey masih terbatas. Anggota masyarakat yang mengetahui rencana tersebut terutama penduduk yang tinggal di sekitar desa Sesait, kampung Santong, aparat pemerintah desa dan kecamatan. Adapun tanggapan penduduk tentang manfaat proyek bagi kesejahteraan masyarakat terdapat sebanyak 23 responden (73%) menyebutkan proyek tersebut akan bermanfaat bagi penduduk setempat sisanya tidak bisa memberi jawaban karena tidak tahu bagaimana bentuk proyek tersebut. Dari 23 responden yangberpendapat tentang adanya manfaat proyek, 11% responden (36%) menjawab jenis manfaat proyek PLTM adalah pengadaan listrik/penerangan bagi masyarakat akan lebih stabil. Selama ini tenaga listrik berasal dari PLTD yang kadang-kadang mengalami gangguan. Adanya proyek harapan penduduk dapat meningkatkan pelayanan listrik/penerangan, pendapat lain 6 responden (20%) menyatakan bahwa manfaat proyek adalah penyerapan tenaga kerja terutama bagi para pemuda yang belum mendapat pekerjaan, di samping akan adanya manfaat perbaikan jalan dan proyek dapat menumbuhkan peluang usaha baru terutama peluang mendirikan warung. Kemudian dua responden (7%) melihat resiko terjadinya pencemaran air sungai, sebagai petani pemakai air sungai, kegiatan tersebut dilakukan di wilayah hulu sungai Sidutan, maka mereka khawatir pada saat konstruksi pengalihan aliran sungai akan mempengaruhi air sungai yang digunakan untuk pertanian sawah SKEMA PLTM Komponen bangunan sipil yang direncanakan pada layout/skema PLTM Santong ialah terdiri dari : Bendung dan pintu pengambilan (intake) dilengkapi dengan pembilas. Kolam penangkap pasir/sedimen dilengkapi dengan pintu intake dan pintu bilas. Saluran penghantar Bak penenang dilengkapi dengan pintu bilas, saringan, dan intake menuju pipa pesat. Pipa pesat Saluran pembuang (Tail Race) BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 12

13 Gambar 3.2. Skema PLTM Santong - NTB BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 13

14 Gambar 3.3. Potongan Memanjang Skema PLTM Santong - NTB BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 14

15 Pemilihan dan penetapan lokasi bangunan atau skema PLTM berdasarkan konsep dan kriteria standar modul turbin yang tersedia ditinjau dari kondisi topografi, hidrologi, serta mempertimbangkan kelayakan aspek geologi, aspek sosio ekonomi dan lingkungan. Pemilihan dan penetapan lokasi Bendung harus memenuhi kriteria antara lain : 1. Morfologi sungai mantap, alur sungai relatif lurus, gejala agradasi dan degradasi seimbang. Sungai tidak terlalu dalam, tebing sungai stabil, penampang relatif simetris, gradien hidraulis < 2 %. 2. Kondisi topografi cukup baik yaitu tidak memerlukan tanggul banjir. Akibat pengempangan sebesar-besarnya air masih tertampung pada badan sungai. Untuk keperluan PLTM kondisi topografi harus dapat menghasilkan head (tinggi jatuh) yang optimal. 3. Kondisi geologi stabil, tidak berada pada daerah patahan, sesar, kekar maupun longsor, tanah tidak porus namun memiliki daya dukung yang baik. 4. Debit cukup dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pengoperasian Turbin, sehingga dapat menghasilkan daya dan energi listrik yang optimal, kualitas air memenuhi syarat, dan kandungan sedimen tidak terlalu tinggi ( < 5 % debit air) 5. Ada kemudahan untuk mendapatkan bahan konstruksi seperti bahan pondasi, timbunan, baik batu, pasir maupun kerikil. Dari hasil kegiatan studi yang utamanya merupakan pelaksanaan survai topografi dan geologi serta geoteknik telah dapat dibuat peta situasi detail topografi skala 1: Berdasarkan peta tersebut telah dibuat skema PLTM yang definitif (perhatikan pada lampiran). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penentuan jalur saluran penghantar adalah : 1. Kemiringan trase rencana saluran penghantar dan posisinya pada lereng tebing, jari-jari tikungan saluran yang disyaratkan agar supaya kehilangan tinggi tekan dapat lebih dijaga. 2. Kestabilan lereng pada saat pekerjaan konstruksi seperti pekerjaan penggalian, pengupasan tebing dan lain-lain. 3. Arah lapisan tanah atau natuan pembentuk lereng. 4. Perlunya saluran gendong sebagai sarana drainase pencegat dari limpasan hujan yang datang dari bagian lereng sebelah atasnya atau untuk mencegat sampah atau sedimen agar tidak langsung masuk ke saluran penghantar. 5. Bila terdapat creek yang akan dilalui jalur saluran penghantar perlu dibuat talang atau gorong-gorong. 6. Diusulkan saluran penghantar berupa saluran terbuka (open channel) diperkuat (lining) dengan pasangan batu agar kehilangan air akibat rembesan dapat dicegah, mencegah gerusan, erosi dan tumbuhan air, perawatan murah, pembebasan tanah kecil, jari-jari tikungan bisa besar dan jika diperlukan supaya dibuat jalan sepanjang saluran penghantar yang berfungsi sebagai jalan inspeksi untuk pemeliharaan saluran. BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 15

16 3.3. STUDI HIDROLOGI Studi hidrologi yang dilaksanakan disini merupakan review hasil studi hidrologi sebelumnya, pengambilan data tambahan, serta studi menyeluruh atas aspek hidrologi pada lokasi dimana akan direncanakan PLTM Santong. Dari studi hidrologi ini dapat diketahui potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan untuk pengoperasian PLTM serta menjadi landasan dalam perhitungan bangunan-bangunan utama PLTM Santong. Sasaran yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui : 1. Kurva lengkung debit (rating curve). 2. Kurva durasi debit (flow duration curve). 3. Kondisi dan karakteristik dari Daerah Pengaliran Sungai Sidutan. 4. Besarnya debit rencana yang akan dipakai PLTM. 5. Besarnya debit banjir rencana yang akan dipergunakan dalam perhitungan perencanaan bangunan bangunan utama PLTM. Lingkup kegiatan yang dilaksanakan dalam studi hidrologi adalah : 1. Pekerjaan persiapan 2. Pengumpulan data sekunder 3. Survai hidrologi dan hidrometri 4. Pengambilan contoh air dan sedimen 5. Pemeriksaan dan analisa Laboratorium 6. Analisa Data Aliran/Debit Sungai Sidutan Sesuai dengan tujuan pengukuran hidrometri, data yang dikumpulkan dimanfaatkan untuk mencari hubungan antara besar aliran (debit) dengan tinggi muka air yang terjadi di Sungai Sidutan. Hubungan antara debit dan tinggi muka air ditampilkan secara grafis berupa kurva lengkung debit (rating curve). Data hasil pengukuran penampang, kecepatan aliran, dan tinggi muka air Sungai Sidutan pada lokasi rencana Bendung PLTM Santong diperlihatkan pada Tabel 3.5 dan Gambar 3.4. Untuk menggambarkan hubungan debit dengan tinggi muka air tersebut digunakan rumus : n 3 Q = A( h ± a) ( m /detik)...(*) dimana : Q = debit pengamatan (m³/detik) h = tinggi muka air (m) a = tinggi muka air dimana debitnya nol (m) A,n = konstanta BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 16

17 Penentuan a dilakukan dari hasil pengukuran penampang pada lokasi pemasangan staff gauge. Pada lokasi pengukuran di lokasi diperoleh harga : a = 0.1 meter. Tabel 3.5. Pengukuran Hidrometri Sungai Sidutan No. Tanggal Jam (WITA) TMA (m) Vrata-rata (m/s) A (m²) Q (m³/s) 1 4-Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 17

18 Gambar 3.4. Penampang Sungai Sidutan pada lokasi lokasi Bendung PLTM Santong Untuk mencari harga dari kostanta A dan n dilakukan dengan mentransformasi persamaan (*) dalam bentuk persamaan logaritma sebagai berikut : ( h ± a) log A log Q = n log + Persamaan logaritmik ini merupakan persamaan linier, sehingga dapat dilakukan : 1. Perpanjangan data atau ekstrapolasi data 2. Perubahan bentuk persamaan menjadi persamaan matematik sederhana 3. Penentuan tinggi air maksimum sesuai keadaan sebenarnya. Cara pengerjaan yang dilakukan adalah dengan melakukan perhitungan regresi linier terhadap data debit dan tinggi muka air yang telah diubah dalam bentuk logaritma. Dari proses regresi linier ini diperoleh harga konstanta A dan n sebagai berikut : log A = 1.04; A = ; n = 1.91 Hasil perhitungan selengkapnya untuk mencari persamaan lengkung debit Sungai Sidutan pada lokasi rencana bendung PLTM Santong diperlihatkan pada Tabel 3.6. Tabel 3.6. Perhitungan Persamaan Lengkung Debit S.Sidutan pada lokasi rencana Bendung PLTM Santong No. Debit (Q) TMA (h) h log Q = y log (h - 0.1) = x x² y² xy BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 18

19 Jumlah Sehingga diperoleh persamaan matematik untuk lengkung debit Sungai Sidutan pada lokasi rencana Bendung PLTM Sidutan sebagai berikut : ( h 0.1) 1.04 log Q = 1.91 log + atau ( h 0.1) log log Q = 1.91 log + Sehingga persamaan menjadi : Q = h 0.1 ( ) 1.91 Hasil penerapan persamaan tersebut yang merupakan hubungan antara tinggi muka air terhadap debit serta grafik lengkung debitnya diperlihatkan pada Tabel 3.7 dan Gambar 3.5. BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 19

20 Rating Curve Sungai Sidutan TMA (meter) Debit (m3/detik) Gambar 3.5. Lengkung debit S.Sidutan di lokasi rencana Bendung Santong Tabel 3.7. Hubungan antara tinggi muka air dengan debit Sungai Sidutan pada lokasi rencana bendung PLTM Santong TMA (m) BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 20

21 Kualitas Air dan Sedimentasi Kualitas Air Pada perencanaan PLTM, kualitas air sungai berhubungan langsung dengan masalah korosi atau reaksi kimia yang dapat terjadi pada pipa pesat, turbin, dan bagian mekanik lainnya. Data untuk mengetahui kualitas air diperoleh dengan mengambil contoh air langsung di Sungai Sidutan pada lokasi rencana bendung PLTM Santong tanggal 8 Desember Contoh air tersebut kemudian diuji di Laboratorium Kualitas Lingkungan Tata Air pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan. Hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan tingkat keasaman yang normal (PH = 7.6) dan tingkat kesadahan serta sifat fisiknya sangat baik karena masih jauh di bawah batas standar yang diperbolehkan. Hasil pemeriksaan contoh air tersebut dapat dilihat pada tabel 3.8. Tabel 3.8. Hasil pemeriksaan kualitas air No Parameter Satuan Hasil Pemeriksaan Kadar Maksimum Fisika 1 Suhu ºC - Normal 2 Residu terlarut mg/l Daya hantar listrik umhos/cm Kimia 4 PH Air Raksa (Hg) mg/l Arsen (As) mg/l Kobalt (Co) mg/l Selenium (Se) mg/l Mangan (Mn) mg/l ττ 2 10 Tembaga (Cu) mg/l ττ 0.2 BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 21

22 11 Seng (Zn) mg/l ττ 2 12 Krom VI (Cr) mg/l ττ 1 13 Kadmium (Cd) mg/l ττ Timbal ( Pb) mg/l ττ 1 15 Nikel (Ni) mg/l ττ Boron (B) mg/l ττ 1 17 Natrium (Na) mg/l Kalium (K) mg/l Kalsium (Ca) mg/l Magnesium (Mg) mg/l Sulfat (SO 4 ) mg/l Klorida (Cl) mg/l Bikarbonat (CaCO 3 ) mg/l Karbonat (CO 3 ) mg/l 0-25 % Na A.A.R R.S.C Secara umum dapat disimpulkan bahwa air Sungai Sidutan di lokasi rencana Bendung PLTM Santong masih Belum terganggu oleh kegiatan manusia, karena di hulu lokasi tersebut merupakan hutan lindung, sehingga kualitas airnya cukup baik untuk keperluan pembangkit PLTM. Hal tersebut juga dibuktikan dengan digunakannya air Sungai Sidutan untuk keperluan air minum dan irigasi Sedimentasi Pada perencanaan PLTM pengaruh sedimen perlu diperhitungkan karena kandungan sedimen yang tinggi dapat mempengaruhi operasi dan pemeliharaan, yaitu pengaruh terhadap keausan dan umur turbinnya. Disamping itu, endapan sedimen selama masa operasi PLTM dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan sistim distribusi air. Untuk menanggulangi masalah sedimen ini, maka perlu dilakukan analisa terhadap sedimen pada sungai yang bersangkutan dengan mengambil contoh sedimen, baik sedimen layang maupun sedimen dasarnya, agar dapat diperiksa di laboratorium. Kemudian hasil pemeriksaan itu dihitung untuk mengetahui angkutan dan volume sedimennya yang diperlukan untuk merencanakan bangunan penangkap sedimen (desand). Contoh sedimen yang diambil di Sungai Sidutan terdiri dari sedimen layang dan sedimen dasar masing-masing 10 contoh. Pemeriksaan terhadap sedimen ini dilakukan di Laboratorium Kualitas Lingkungan Tata Air pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan. Hasil pemeriksaan contoh sedimen yang diambil di Sungai Sidutan diperlihatkan pada tabel berikut ini : BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 22

23 Tabel 3.9. Hasil pemeriksaan sedimen layang No. Sampel Tanggal Jam (WITA) Volume (ml) Berat (gr) Kadar (mg/l) 1 S1 5-Dec : S2 5-Dec : S3 5-Dec : S4 7-Dec : S5 7-Dec : S6 7-Dec : S7 11-Dec : S8 11-Dec : S9 11-Dec : S10 4-Dec : Tabel Hasil pemeriksaan sedimen dasar No. Sampel Tanggal Jam (WITA) D50 (mm) D90 (mm) 1 B1 5-Dec : B2 5-Dec : B3 5-Dec : B4 7-Dec : B5 7-Dec : B6 7-Dec ; B7 11-Dec : B8 11-Dec : B9 11-Dec : B10 8-Dec : Dari hasil pengamatan di lokasi dan hasil analisa laboratorium, kandungan sedimen dasar pada Sungai Sidutan didominasi oleh pasir dengan diameter lebih kecil dari 5 mm, sedangkan kadar sedimen layangnya sangat rendah. Sedimen layang hanya terlihat apabila terjadi banjir dan pada keadaan tenang, air Sungai Sidutan sangat jernih Distribusi Aliran/Debit Harian Untuk mendapatkan distribusi aliran di suatu daerah aliran sungai diperlukan data debit aliran hasil pengamatan. Sehubungan data pengamatan muka air dan debit aliran pada lokasi rencana bendung PLTM Santong tidak tersedia dalam jangka waktu yang panjang, maka dalam menentukan karakteristik aliran diambil dari daerah pengaliran sungai yang terdekat dengan lokasi rencana Bendung. Dalam hal ini data dari AWLR di Sungai Sidutan Santong yang berada di hilir rencana bendung PLTM Santong sebagai bahan untuk mendapatkan parameter dan karakteristik aliran pada lokasi tersebut. Peta daerah pengaliran sungai dapat dilihat pada Gambar 3.6. Sungai Sidutan pada lokasi Pos Duga Air Otomatik di Santong mempunyai luas daerah pengaliran sebesar 37 km². Sedangkan Luas Daerah Pengaliran Sungai Sidutan pada lokasi rencana bendung PLTM Santong adalah 30,156 km². BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 23

24 Gambar 3.6. Catchment Area Daerah Aliran Sungai Sidutan Kabupaten Lombok Barat - NTB Grafik Korelasi Aliran S.Sidutan Hasil Pengamatan AWLR Santong Bendung PLTM Santong Debit (m3/detik) Dec Dec Dec Dec Dec Dec Jan Jan Jan Jan-2006 Tanggal Gambar 3.7. Perbandingan debit hasil AWLR Santong dengan hasil pengukuran Tabel Data debit Sungai Sidutan dari AWLR Santong Tanggal Debit Tanggal Debit 4-Dec Dec Dec BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 24

25 Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Tabel Data debit Sungai Sidutan pada Rencana Bendung Tanggal Debit Tanggal Debit 4-Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec Dec BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 25

26 2.4 8-Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Dec Jan Berdasarkan hasil pengukuran debit aliran di lokasi rencana Bendung PLTM Santong pada bulan Desember 2005 dan Januari 2006 serta hasil pengamatan debit dari AWLR di Sungai Sidutan Santong telah didapatkan hubungan yang cukup baik dengan koefisien korelasi sebesar 0.83 seperti terlihat pada Tabel 3.11, Tabel 3.12, dan Gambar 3.7. Dengan demikian, debit aliran di lokasi rencana Bendung PLTM Santong dapat dihitung berdasarkan perbandingan luas daerah aliran sungai. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan keadaan topografi kedua daerah tersebut mempunyai kesamaan. Dengan data debit harian dari AWLR Santong serta parameter dan karakteristik basin hasil kalibrasi dapat diperkirakan besarnya debit harian Sungai Sidutan-Santong di lokasi rencana Bendung PLTM Santong. Distribusi aliran Sungai Sidutan pada kedua lokasi yang ditinjau diperlihatkan pada Gambar 3.8 dan 3.9. Hasil perhitungan debit Sungai Sidutan pada Lokasi Rencana Bendung PLTM Santong dapat dilihat dalam lampiran A. BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 26

27 Distribusi Aliran Sungai Sidutan AWLR Santong Bendung PLTM Santong 18 Debit (m3/detik) /31/90 05/14/92 09/26/93 02/08/95 06/22/96 11/04/97 Tanggal Gambar 3.8. Distribusi Aliran Sungai Sidutan ( ) Distribusi Aliran Sungai Sidutan AWLR Santong Bendung PLTM Santong 30 Debit (m3/detik) /31/97 05/15/99 09/26/00 02/08/02 06/23/03 11/04/04 Tanggal Gambar 3.9. Distribusi Aliran Sungai Sidutan ( ) Kurva Durasi debit Kurva durasi debit merupakan penggambaran antara besarnya aliran dengan kemungkinan kejadiannya. Kurva durasi debit juga menunjukkan karakteristik aliran suatu sungai yang diperoleh dari rangkaian data pada periode yang panjang. Untuk membentuk kurva durasi debit dapat menggunakan 2 cara yaitu dengan merangking langsung dan dengan membuat kelas intervalnya. Cara yang digunakan pada pembuatan Kurva Durasi debit Sungai Sidutan ini adalah dengan merangking data dari data terbesar sampai yang terkecil. Kemudian rangking masingmasing data debit dibagi dengan jumlah seluruh data yang menunjukkan kemungkinan BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 27

28 kejadiannya. Penggambaran kurva durasi debit dilakukan dengan memplotkan data debit pada sumbu y dan kemungkinan kejadiannya pada sumbu x. Hasil proses perhitungannya diperlihatkan pada Tabel 3.13 dan kurva durasi debitnya diperlihatkan pada Gambar Rangkaian debit rencana Bendung PLTM untuk periode 1991 sampai dengan 2005 dapat diperkirakan melalui pendekatan secara proporsional berdasarkan luas DAS Sungai Sidutan pada Rencana Bendung PLTM = km 2, yaitu : APLTM Q PLTM = x QAWLR A AWLR Tabel Hubungan debit dengan Probabilitas Durasi Sungai Sidutan Q AWLR Q bendung T % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 28

29 Kurva Durasi Debit Sungai Sidutan pada lokasi rencana Bendung PLTM Santong Debit (m3/detik) % 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0% Probabilitas Durasi Gambar Kurva durasi debit Sungai Sidutan pada lokasi rencana Bendung PLTM Santong Perkiraan Debit Rencana Debit rencana untuk PLTM Santong ditetapkan dengan memperkirakan kriteria jenis turbin yang tersedia berdasarkan besarnya tinggi jatuh (head) dan daya yang dapat dihasilkan. Untuk penggunaan satu unit turbin umumnya akan beroperasi antara % dari debit rencana turbin, maka agar turbin bisa beroperasi sepanjang tahun dipilih debit rencana yang harga 30% nya lebih kecil atau sama dengan debit terendah Sungai Sidutan. Dari hasil penyelidikan untuk kelayakan lokasi bendung, telah dipilih lokasi bendung di daerah hulu air terjun. Pada lokasi ini dihasilkan tinggi jatuh (head) sebesar 80,6 meter. Berdasarkan tinggi jatuh dan ketersediaan air yang ditunjukkan dengan kurva durasi debit, maka bisa dihitung daya dan energi melalui besaran debit untuk beberapa probabilitas durasi : 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50%. Penentuan debit rencana yang akan digunakan pada PLTM Santong tidak langsung dipilih dari energi pembangkitan terbesarnya, tetapi harus melalui tahapan analisa biaya konstruksi PLTM Santong. Debit rencana yang paling optimum adalah debit yang memberikan keuntungan terbesar dengan biaya konstruksi terkecil. Poin penting inilah yang akan menentukan dipilihnya sebagai debit pembangkitan PLTM Santong. Untuk penentuan debit rencana PLTM Santong akan dijelaskan lebih detail pada Bab VI Studi Optimasi. Untuk perhitungan daya dan energi yang dibangkitkan oleh debit rencana akan diperlihatkan pada Tabel Contoh perhitungan energi pembangkitan dengan menggunakan kurva durasi debit Sungai Sidutan pada lokasi rencana Bendung PLTM Santong diperlihatkan pada Gambar BAB 3 DAERAH STUDI DAN KAJIAN HIDROLOGI III - 29

BAB VI STUDI OPTIMASI

BAB VI STUDI OPTIMASI BAB VI STUDI OPTIMASI 6.1. PENENTUAN SKEMA PLTM SANTONG Dalam studi kelayakan ini ditetapkan satu skema PLTM terpilih berdasarkan tinjauan topografi, geologi, debit yang tersedia, dan besarnya daya yang

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI Bab II Kondisi Wilayah Studi 5 BAB II KONDISI WILAYAH STUDI 2.. Tinjauan Umum DAS Bendung Boro sebagian besar berada di kawasan kabupaten Purworejo, untuk data data yang diperlukan Peta Topografi, Survey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Letak geografis Negara Indonesia berada pada daerah tropis yang terdiri dari kepulauan yang tersebar dan memiliki sumber daya alam yang sangat menguntungkan, antara

Lebih terperinci

ANALISIS SKEMA PLTM DAN STUDI OPTIMASI

ANALISIS SKEMA PLTM DAN STUDI OPTIMASI Bab 5 ANALISIS SKEMA PLTM DAN STUDI OPTIMASI 5.1 UMUM Studi optimasi pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro ini dimaksudkan untuk mendapatkan skema PLTM yang paling optimal ditinjau dari

Lebih terperinci

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Letak geografis Negara Indonesia berada pada daerah tropis yang terdiri dari kepulauan yang tersebar dan memiliki sumber daya alam yang sangat menguntungkan, antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik,

Lebih terperinci

LAPORAN PRA-FEASIBILITY STUDY

LAPORAN PRA-FEASIBILITY STUDY LAPORAN PRA-FEASIBILITY STUDY HASIL SURVEY POTENSI PLTM/H SIKKA FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR Oleh, Tim Survey PLN PUSHARLIS OKTOBER, 2013 kajian teknis potensi energi & daya pltmh KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK UNTUK PLTM...... X... MW PROVINSI... LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK DAFTAR ISI 1. Definisi 2. Informasi Umum Pembangkit 3. Informasi Finansial Proyek 4. Titik Interkoneksi 1. Definisi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Studi Daerah Irigasi Way Negara Ratu merupakan Daerah Irigasi kewenangan Provinsi Lampung yang dibangun pada tahun 1972 adapun

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI 2016 SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI PT PLN (PERSERO) PUSAT PEMELIHARAAN KETENAGALISTRIKAN 2016 Halaman : 2 dari 16 Kegiatan : Pelaksanaan Pekerjaan Survey Potensi PLTM Kananggar & Nggongi

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan sektor pertanian yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah berupaya melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN 4.1 Topografi dan Tata Sungai DAS Citarum Hulu merupakan suatu cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan Tangkuban Perahu di daerah utara dengan puncaknya antara lain Gunung

Lebih terperinci

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA Salmani (1), Fakhrurrazi (1), dan M. Wahyudi (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PROYEK AKHIR PERENCANAAN TEKNIK EMBUNG DAWUNG KABUPATEN NGAWI

PROYEK AKHIR PERENCANAAN TEKNIK EMBUNG DAWUNG KABUPATEN NGAWI PROYEK AKHIR PERENCANAAN TEKNIK EMBUNG DAWUNG KABUPATEN NGAWI Disusun Oleh : PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2009

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan menyatakan pada pasal 4 ayat 2 bahwa badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpatisipasi dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah

Lebih terperinci

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Lokasi Studi PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Untuk mencapai PDAM Subang dapat ditempuh melalui darat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan, terlebih dahulu harus dilakukan survei dan investigasi dari daerah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 2. Mengumpulkan data, yaitu data primer dan data sekunder

BAB III METODOLOGI. 2. Mengumpulkan data, yaitu data primer dan data sekunder Metodologi III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Perencanaan suatu jaringan transmisi air bersih suatu kawasan perlu mempertimbangkan beberapa aspek yaitu sosial budaya, teknis, biaya dan lingkungan.

Lebih terperinci

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III BAB III METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN 3.1 Uraian Umum Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI 2.. Tinjauan Umum Untuk dapat merencanakan penanganan kelongsoran tebing pada suatu lokasi terlebih dahulu harus diketahui kondisi sebenarnya dari lokasi tersebut. Beberapa

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk tugas akhir ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data Primer Data primer adalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI Contents BAB III... 48 METODOLOGI... 48 3.1 Lingkup Perencanaan... 48 3.2 Metode Pengumpulan Data... 49 3.3 Uraian Kegiatan... 50 3.4 Metode Perencanaan... 51 BAB III METODOLOGI 3.1 Lingkup Perencanaan

Lebih terperinci

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro I. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama dalam pemuatan PLTMH yaitu air (sebagai sumber energi), turbin, dan generator. Air yang mengalir

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR..... ii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR TABEL..... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN.... 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah. 7 C. Tujuan Penelitian......

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

PENYEDIAAN AIR BAKU DAN PENGENDALIAN BANJIR DI KAWASAN KOTA PAMEKASAN DAN SEKITARNYA

PENYEDIAAN AIR BAKU DAN PENGENDALIAN BANJIR DI KAWASAN KOTA PAMEKASAN DAN SEKITARNYA PENYEDIAAN AIR BAKU DAN PENGENDALIAN BANJIR DI KAWASAN KOTA PAMEKASAN DAN SEKITARNYA Kustamar Dosen Teknik Sipil (Teknik Sumber Daya Air) FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Kota Pamekasan terletak pada kawasan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian atau riset merupakan suatu usaha untuk mencari pembenaran dari suatu permasalahan hingga hasilnya dapat ditarik kesimpulan dan dari hasil penelitian yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk, terutama manusia. Dua pertiga wilayah bumi terdiri dari lautan

Lebih terperinci

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan nasional dan meminimalkan perbedaan distribusi pengembangan sumber daya air di daerahdaerah, maka Pemerintah Indonesia telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Penelitian sejenis mengenai Kajian Kebutuhan Air Irigasi Pada Jaringan Irigasi sebelumnya pernah ditulis oleh (Oktawirawan, 2015) dengan judul Kajian

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG V-1 BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG 5.1. Analisis Sedimen dengan Metode USLE Untuk memperkirakan laju sedimentasi pada DAS S. Grubugan digunakan metode Wischmeier dan Smith

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Pekerjaan pembangunan embung teknis (waduk kecil), diawali dengan survei dan investigasi secara lengkap, teliti dan aktual di lapangan, sehingga diperoleh data - data

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Data 5.1.1 Analisis Curah Hujan Hasil pengolahan data curah hujan di lokasi penelitian Sub-DAS Cibengang sangat berfluktuasi dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

LAPORAN SURVEY DAN INVESTIGASI REHABILITASI PLTMH TENGA PLTMH TENGA. PLN (Persero) WILAYAH SULAWESI UTARA, TENGGARA DAN GORONTALO

LAPORAN SURVEY DAN INVESTIGASI REHABILITASI PLTMH TENGA PLTMH TENGA. PLN (Persero) WILAYAH SULAWESI UTARA, TENGGARA DAN GORONTALO LAPORAN SURVEY DAN INVESTIGASI REHABILITASI PLTMH TENGA PLTMH TENGA PLN (Persero) WILAYAH SULAWESI UTARA, TENGGARA DAN GORONTALO PT PLN (Persero) Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan (PUSHARLIS) Juni 2015

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari berbagai instansi serta pengukuran lapangan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari berbagai instansi serta pengukuran lapangan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Data hidrologi yang berupa peta, catatan hujan, catatan debit, catatan klimatologi dan pengukuran lapangan adalah dasar bagi analisa hidrologi. Semua data diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, yang meliputi bentuk berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 ) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Pada umumnya ketersediaan air terpenuhi dari hujan. Hujan merupakan hasil dari proses penguapan. Proses-proses yang terjadi pada peralihan uap air dari laut ke

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA SABO DAM DAN BENDUNG

BAB IV ANALISA DATA SABO DAM DAN BENDUNG BAB IV ANALISA DATA SABO DAM DAN BENDUNG 4.1. ANALISA DATA SABO DAM 4.1.1. Peta Topografi Wilayah Perencanaan 4.1.1.1. Data Peta Topografi Secara garis besar situasi topografi Gunung Merapi terletak ±

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah TPA Leuwigajah mulai dibangun pada tahun 1986 oleh Pemerintah Kabupaten Bandung karena dinilai cukup cocok untuk dijadikan TPA karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi). 1. Klasifikasi Iklim MOHR (1933) Klasifikasi iklim di Indonesia yang didasrakan curah hujan agaknya di ajukan oleh Mohr pada tahun 1933. Klasifikasi iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI BAB II KONDISI WILAYAH STUDI Kondisi wilayah studi dari DAS Sengkarang meliputi : kondisi topografi, cuaca, geologi, hidrologi, geoteknik, kondisi sungai Sengkarang, kondisi sungai Meduri, kondisi sungai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian... iii. Lembar Pengesahan Penguji...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian... iii. Lembar Pengesahan Penguji... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pernyataan Keaslian... iii Lembar Pengesahan Penguji... iv Halaman Persembahan... v Halaman Motto... vi Kata Pengantar... vii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu tambang batubara Samarinda Kalimantan Timur, yang luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 24.224.776,7

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan Dicky Rahmadiar Aulial Ardi, Mahendra Andiek Maulana, dan Bambang Winarta Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Agung Purwanto 1, Edy Sriyono 1, Sardi 2 Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra Yogyakarta 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Menganalisa Hujan Rencana IV.1.1 Menghitung Curah Hujan Rata rata 1. Menghitung rata - rata curah hujan harian dengan metode aritmatik. Dalam studi ini dipakai data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

Seisme/ Gempa Bumi. Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi

Seisme/ Gempa Bumi. Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi Seisme/ Gempa Bumi Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi Berdasarkan peta diatas maka gempa bumi tektonik di Indonesia diakibatkan oleh pergeseran tiga lempeng besar

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA Hendra Kurniawan 1 1 Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1 Jakarta ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA Endyi 1), Kartini 2), Danang Gunarto 2) endyistar001@yahoo.co.id ABSTRAK Meningkatnya aktifitas manusia di Sungai Jawi

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan bendungan, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya 5. Peta Topografi 5.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi rendahnya permukaan dari pandangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT PEMANFAATAN KEHILANGAN ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (studi kasus bangunan terjun (BT2 BT4) pada saluran primer Padi Pomahan, D.I Padi Pomahan, Desa Padi, Kecamatan

Lebih terperinci

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Unsur-unsur Iklim 1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran - 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Puncak Atmosfer ( 100 km ) Tekanan Udara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum Gagasan untuk mewujudkan suatu bangunan harus didahului dengan survey dan investigasi untuk mendapatkan data yang sesuai guna mendukung terealisasinya sisi pelaksanaan

Lebih terperinci