LAPORAN KEMAJUAN 70% PENELITIAN DOSEN PEMBINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KEMAJUAN 70% PENELITIAN DOSEN PEMBINA"

Transkripsi

1 Kode/Rumpun Ilmu: 772/ Pendidikan Matematika LAPORAN KEMAJUAN 70% PENELITIAN DOSEN PEMBINA IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK PROSES BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA OLEH KEPALA SDN KECAMATAN CIAWI KABUPATEN TASIKMALAYA TIM PENGUSUL Dr. H. EBIH AR. ARHASY, Drs., M.Pd. NIDN: EVA MULYANI, M.Pd. NIDN UNIVERSITAS SILIWANGI JULI 2017

2

3 RINGKASAN Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan tentang implementasi supervisi (pengawasan) akademik matematika yang dilakukan oleh kepala Sekolah Dasar dalam mata pelajaran matematika. Hal ini dilakukan untuk meninjau secara realistis tentang pelaksanaan supervisi (pengawasan) akademik. Supervisi ini intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Penelitian deskriptif ini dilakukan terhadap Kepala Sekolah Dasar di UPT Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi supervisi akademik pada mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar Kecamatan Ciawi berjalan cukup baik tetapi belum menunjukkan hasil yang optimal ditinjau dari perencanaan pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di kelas, dan temuan hasil observasi serta masalah-masalah yang ditemukan belum terinventarisir secara lengkap. Kata Kunci : Implementasi, Supervisi Akademik, Pelajaran Matematik, Sekolah Dasar

4

5 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i RINGKASAN... ii PRAKATA... iii DAFTAR ISI... iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Definisi Operasional Pertanyaan Penelitian Batasan Penelitian Target Luaran Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengawasan Akademik Pengertian dan Tujuan Pengawasan Akademik Prinsip dan Fungsi Pengawasan Akademik Ruang Lingkup Pengawasan Akademik Teknik Pengawasan Akademik BAB III TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan dan Manfaat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan Penelitian Tempat Penelitian Fokus Penelitian Desain penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data BAB V HASIL YANG DICAPAI Implementasi Surpervisi Akademik pada Perencaran Pembelajaran Implementasi Supervisi Akademik pada Rencana Pelakasanaaan Pembelajaran Matematika Implementasi Supervisi Akademik Pelaksanaan Pembelajaran Matematika di Kelas Implementasi Supervisi Akademik Setelah Observasi Kegiatan Pembelajaran Matematika di Kelas BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA iv

6 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peraturan Materi Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekola/Madrasah menegaskan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah harus memiliki lima dimensi kompetensi minimal yaitu : kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, sepervisi dan sosial. Kepala sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah sehingga ia pun harus memiliki kompetensi yang disyaratkan memiliki kompetensi guru yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Salah satu indikator kompetensi profesional adalah kompetensi pengembangan profesi. Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran supervisi akademik adalah guru dalam proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi /metode/teknik pembelajaran, menggunakan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, tujuan umum pengembangan BBM ini adalah untuk meningkatkan kompetensi supervisi akademik yang meliputi (1) perencanaan program supervisi akademik, (2) pelaksanaan program supervisi akademik dan (3) menindaklanjuti program supervisi akademik. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaanpertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dlam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan 1

7 murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelaajran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya denga sebaik-baiknya. Berdasarkan pengalaman dan hasil pengamatan selama ini kegiatan supervisi akademik belum optimal. Study yang dilakukan oleh Arhasy (2010) mengkaji tentang kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas TK/SD di Kabupaten Tasikmalaya intensitasnya dikalahkan oleh pengawasan manajerial. Supervisi (pengawasan) yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan salah satu proses manajemen pendidikan yang harus ditempuh oleh kepala sekolah untuk mengoreksi knsistensi atau kesesuaian anatara perencaraan dengan pelaksanaan. Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut, tampaknya perlu diadakan kajian yang mendalam mengenai implementasi supervisi akademik yang dilaksanakan oleh kepala Sekolah Dasar, pada kajian ini akan ditinjau dari implementasi suervisi (pengawasan) akademik pada proses belajar mengajar matematika di SDN Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah implementasi supervisi (pengawasan) akademik dalam pelajaran matematika di sekolah dasar? Apakah hasil temuan masalah pembelajaran matematika di SD dapat diidentifikasi? Apakah hasil identifikasi masalah pembelajarana matematika SD dapat dianalisis? 2

8 1.3 Definisi Operasional Untuk menjaga agar penelitian ini dapat terfokus dan tidak melebar terlalu jauh, maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut: Supervisi (pengawasan) akademik pada mata pelajaran matematika SD adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran matematika untuk mencapai tujuan pembelajaran Implementasi Supervisi (pengawasan) akademik oleh kepala SD adalah wujud nyata pelaksanaan supervisi akademik dalam pembelajaran matematika yang meliputi perencanaan pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran, pengamatan pelaksanaan pembelajaran, observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas, pertanyaan setelah observasi, identifikasi hasil temuan masalah pembelajaran dan analisis hasil identifikasi masalah bembelajaran Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang diberikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat penelitian dilaksanakan Pertanyaan Penelitian Bagaimanakah implementasi supervisi (pengawasan) akademik pada perencanaan pembelajaran matematika? Bagaimanakah implementasi supervisi (pengawasan) akademik rencana pelaksanaan pembelajaran matematika? Bagaimanakah implementasi supervisi (pengawasan) akademik pengamatan pelaksanaan pembelajaran matematika? Bagaimanakah implementasi supervisi (pengawasan) akademik pada observasi pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas? Bagaimanakah implementasi supervisi (pengawasan) akademik pada penyusunan pertanyaan setelah observasi? Bagaimanakah implementasi supervisi (pengawasan) akademik rencana pelaksanaan pembelajaran matematika? 3

9 Bagaimanakah implementasi supervisi (pengawasan) akademik pengamatan pelaksanaan pembelajaran matematika? 1.5 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada pembahasan implementasi supervisi (pengawasan) akademik yang dilaksanakan oleh kepala Sekolah Dasar se- Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Supervisi (pengawasan) akademik di sini dibatasi pada proses belajar mengajar matematika pada salah satu kelas di setiap SDN yang menjadi objek penelitian. 1.6 Target Luaran yang Ingin Dicapai Target luaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini meliputi Model implementasi supervisi (pengawasan) akademik proses belajar mengajar matematika Publikasi ilmiah yang diterbitkan pada jurnal tidak terakreditasi yang memiliki ISSN Prosiding seminar nasional/internasional. 4

10 2.1 Pengawasan Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengawasan akademik dalam hal ini supervisi akademik adalah sama dengan supervisi pengajaran atau dapat disebut supervisi non manajerial. Purwanto (2008:89) mengemukakan supervisi pengajaran ialah kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi, baik personil maupun materiil, yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan. Supervisi akademik sama maksudnya dengan konsep supervisi pendidikan. Educational supervision sering disebut pula sebagai instructional supervision atau instructional leadership, yang menjadi fokusnya adalah mengkaji, menilai, memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan mutu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan bersama guru (perorangan atau kelompok) melalui pendekatan bimbingan dan konsultasi dalam nuansa dialog profesional Pengertian dan Tujuan Pengawasan Akademik Good (1973) merumuskan supervisi sebagai seluruh usaha yang direncanakan oleh para pembina pendidikan yang dimaksudkan untuk menyediakan suatu bentuk kepemimpinan bagi guru-guru dalam usaha perbaikan pengajaran. Menurut Wiles (1975), supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Sedangkan Sergiovanni dan Starrat (1983:11) berpendapat bahwa supervisi dirancang untuk mempengaruhi pengajaran, seperti dinyatakan Supervision is a set of Activities and role spesifications specially designed to influence instruction. Alfonso (1981:45) menyatakan Supervision can be regarded as the services provided for teachers to improve their profesional competencies which in turn improve the quality of the teaching-learning process. Sementara itu Harris (1985:10) merumuskan Supervision of instruction is directed toward both maintaining and improving the teaching-learning processes of the school. 5

11 Herawan, D. (2009:2) menyatakan supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan staf sekolah lainnya agar dapat melakukan pekerjaan secara efektif. Dari pendapat tersebut bahwa pengertian supervisi bukan merupakan suatu aktivitas mencari kesalahan guru maupun staf administrasi sekolah lainnya, melainkan membimbing, mengarahkan, dan memberi petunjuk teknis dalam rangka meningkatkan profesionalisme melaksanakan tugas utamanya. Sutisna, O. (1988:21-22) mengemukakan Fungsi pokok supervisi ialah membantu guru-guru memperoleh arah diri dan belajar memecahkan sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi dengan imajinatif dan kreatif. Ia mengharapkan perkembangan inisiatif di pihak guru, bukan konformitas, yaitu tindakan sekedar cocok dengan instruksi atau peraturan. Dari pandangan tersebut, pemikiran, gagasan atau alternatif pemecahan masalah akan muncul dari para guru tanpa menunggu instruksi dari atasannya. Dengan demikian supervisi yang efektif dapat mengembangkan inisiatif dan kreativitas guru, yang memungkinkan munculnya cara-cara yang inovatif, yang relevan dengan tuntutan perbaikan pengajaran sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Supervisi yang dilakukan terhadap organisasi sekolah bertujuan untuk meningkatkan, mengembangkan, serta memperbaiki proses belajar dan hasil pembelajaran sehingga tercapai keunggulan kompetitif yang direfleksikan dalam hasil belajar siswa. Oleh karena itu jenis supervisi pendidikan tersebut termasuk kepada supervisi akademik. Glickman (1981) mendefinisikan Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan. Dengan demikian, berarti esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Dari pendapat tersebut bahwa supervisi akademik dituntut untuk membina guru dalam mengelola proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. 6

12 Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuan mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitment) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi menurut Sergiovanni (1987) ada tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada Diagram 2.1. Pengembangan profesionalisma Penumbuhan Motivasi TIGA TUJUAN SUPERVISI Pengawasan kualitas Diagram 2.1 Tiga Tujuan Superivisi a. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. b. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya. c. Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Memperhatikan tiga tujuan supervisi akademik tersebut apabila berjalan secara konsisten maka guru dapat mengembangkan profesionalnya, kegiatan pembelajaran dapat direfleksi apa yang menjadi kekurangan dan kelebihannya dan guru dapat menerapkan kemampuannya sesuai dengan tuntutan tanggung jawab 7

13 sebagai tenaga pendidik. Tiga tujuan supervisi tersebut sesuai dengan tuntutan kemampuan profesional guru pada saat ini sehingga diharapkan dari supervisi akademik ini terjadi pertumbuhan motivasi, peningkatan mutu pendidikan terjamin, dan pengembangan profesionalisme Prinsip dan Fungsi Pengawasan Akademik Konsep dan tujuan supervisi akademik, sebagaimana dikemukakan oleh para pakar supervisi akademik di muka, memang tampak idealis bagi para praktisi supervisi akademik (kepala sekolah). Memang demikianlah seharusnya kenyataan normatif konsep dasarnya. Para kepala sekolah baik suka maupun tidak suka harus siap menghadapi problema dan kendala dalam melaksanakan supervisi akademik. Adanya problema dan kendala tersebut sedikit banyak bisa diatasi apabila dalam pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah menerapkan prinsip-prinsip supervisi akademik. Akhir-akhir ini, beberapa literatur telah banyak mengungkapkan teori supervisi akademik sebagai landasan bagi setiap perilaku supervisi akademik. beberapa istilah, seperti demokrasi (democratic), kerja kelompok (team effort), dan proses kelompok (group process) telah banyak dibahas dan dihubungkan dengan konsep supervisi akademik. Pembahasannya semata-mata untuk menunjukkan kepada kita bahwa perilaku supervisi akademik itu harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana supervisor sebagai atasan dan guru sebagai bawahan. Begitu pula dalam latar sistem persekolahan, keseluruhan anggota (guru) harus aktif berpartisipasi, bahkan sebaiknya sebagai prakarsa, dalam proses supervisi akademik, sedangkan supervisor merupakan bagian darinya. Supervisi diperlukan untuk memantau keterlaksanaan suatu program beserta hambatan-hambatan yang dialami. Alfonso, Firth, dan Neville (Herawan, D., 2009:4) menyatakan bahwa Fungsi supervisi dalam bidang pendidikan adalah untuk membangun profesionalitas guru, untuk mencapai belajar yang lebih baik melalui pengajaran yang lebih baik. Oleh karena itu fungsi supervisi adalah untuk membantu sekolah, termasuk kepala sekolah dan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu belajar siswa. 8

14 Sasaran supervisi akademik adalah keterlaksanaan suatu program pembelajaran dengan maksud untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Dalam hal ini adalah program pembelajaran berbasis kompetensi. Keterlaksanaan program pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor baik yang ada di sekolah, maupun yang tidak. Faktor yang ada di sekolah adalah kepala sekolah, guru, siswa, fasilitas, dan tenaga pendukung seperti pustakawan, tenaga administrasi, dan laboran. Faktor yang ada di luar sekolah adalah dinas pendidikan, pemerintah daerah, orang tua, dan masyarakat. Fungsi supervisi akademik dikemukakan oleh Herawan, D. (2009:4) meliputi: (1) Fungsi Penelitian, (2) Fungsi Penilaian, (3) Fungsi Perbaikan, dan (4) Fungsi Peningkatan. Dari pendapat tersebut fungsi supervisi akademik memiliki fungsi yang strategis sesuai dengan tuntutan perkembangan saat ini dan sesuai dengan yang diharapkan dari Keputusan Mendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas. Alfonso, Firth, dan Neville (1981) menggambarkan sistem pengaruh perilaku supervisi akademik sebagai berikut. Perilaku Supervisi Akademik Perilaku Akademik Perilaku Belajar Siswa Diagram 2.2 Sistem Fungsi Supervisi Akademik Sumber: Alfonso, R.J., Firth, G.R., & Neville, R.F. (1981) Diagram 2.2 memperjelas kita dalam memahami sistem pengaruh perilaku supervisi akademik. perilaku supervisi akademik secara langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti, melalui supervisi akademik, supervisor mempengaruhi perilaku mengajar guru sehingga perilakunya semakin dalam mengelola proses belajar mengajar. Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi perilaku belajar murid. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tujuan akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar murid yang lebih baik. Dari pendapat tersebut, supervisi akademik memiliki fungsi yang sangat strategis dalam rangka pengembangan sekolah untuk mencapai sekolah yang bermutu sesuai dengan tuntutan. Untuk mencapai fungsi tersebut, pengawas, 9

15 kepala sekolah, dan guru beserta staf senantiasa bahu membahu bekerja keras dalam mengimplementasikannya Ruang Lingkup Pengawasan Akademik Supervisi akademik menurut Willes dan Lovell (1975: ) dibedakan dalam dua tingkatan kegiatan, yaitu (1) kegiatan supervisi yang dilakukan pada tingkat di atas sekolah, dan (2) kegiatan supervisi pada tingkat sekolah. Dari pendapat tersebut dapat dianalisis sebagai berikut. a. Supervisi pada tingkat di atas sekolah Di Indonesia, pelaksanaan supervisi pada tingkat di atas sekolah dalam era otonomi daerah dilaksanakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dalam bidang supervisi akademik, mereka dibantu oleh para pengawas yang mempunyai tanggung jawab khusus dalam menyebarkan ide, gagasan, dan pemikiran baru, menyebarkan kegiatan kerja sama yang efektif. Para pengawas sebagai pembina juga turut bertanggung jawab atas maju mundurnya proses belajar mengajar dan hasil belajar di sekolah-sekolah di dalam wilayah yang menjadi binaannya. b. Supervisi pada Tingkat Sekolah Supervisi pada tingkat sekolah ini merupakan tanggung jawab kepala sekolah. Dengan demikian, kegiatan supervisi akademik di sini diartikan sebagai kegiatan kepala sekolah dalam menyediakan kepemimpinan pengajaran, yaitu membantu guru-guru untuk meningkatkan mutu pengajaran atau membantu guruguru mengembangkan kemampuan profesionalnya untuk mencapai iklim kepala sekolah yang baik. Peranan kepala sekolah dalam proses kegiatan sekolah adalah ganda, yaitu sebagai administrator yang melakukan koordinasi kegiatan-kegiatan administrasi manajemen dan manajemen operasional. Kepala sekolah berperan juga sebagai supervisor yang melaksanakan supervisi akademik. Sebagai seorang supervisor, kepala sekolah melakukan supervisi tentang (a) kegiatan belajar mengajar, (b) kegiatan bimbingan dan penyuluhan/bimbingan karier, (c) kegiatan ekstrakurikuler, (d) kegiatan ketatausahaan, dan (e) kegiatan kerja sama dengan masyarakat dan dunia usaha. 10

16 Kepala sekolah sebagai seorang supervisor pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama dengan pengawas, yaitu mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik melalui upaya peningkatan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah serta meningkatkan mutu pendidikan dan mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik melalui upaya peningkatan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Sasaran supervisi kepala sekolah adalah keadaan di sekolah yang dipimpinnya, terutama para guru, karena pada gurulah terletak tanggung jawab terhadap upaya peningkatan mutu proses pembelajaran dan hasil belajar siswa di sekolah. Sutisna, O. (1987:238) menyatakan bahwa supervisi pengajaran menghadapi tujuh usaha, yaitu: (1) Membantu para guru secara individual dan secara kelompok dalam memecahkan masalah-masalah pengajaran yang mereka masing-masing hadapi. (2) Mengoordinasikan seluruh usaha pengajaran menjadi perilaku edukatif yang terintegrasi dengan baik. (3) Menyelenggarakan program latihan dalam jabatan yang kontinu bagi guru-guru. (4) Membangun suatu usaha ilmiah yang berhubungan dengan penelitian dan perbaikan program pengajaran di sekolah-sekolah. (5) Memperoleh alat-alat pengajaran yang bermutu dan mencukupi. (6) Membangkitkan dan memelihara kegairahan yang kuat untuk mencapai prestasi kerja yang semakin baik, dan (7) Membangun hubungan produktif yang baik dan kerja sama yang produktif antara sekolah, lembaga-lembaga sosial lainnya, dan masyarakat. Ketujuh macam usaha supervisor mengisyaratkan bahwa kegiatan supervisi pengajaran/akademik merupakan salah satu bentuk pembinaan profesional. Untuk melaksanakan peranannya secara efektif, supervisor pengajaran agar memahami kebutuhan dan masalah-masalah profesional guruguru. Supervisor pengajaran harus dapat memberi bantuan profesional agar para guru dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam melaksanakan tugasnya. Tanggung jawab pembinaan guru atau supervisi itu berada di tangan pembina atau supervisor. Selanjutnya, yang tergolong pembina atau supervisor adalah kepala sekolah, pengawas, guru senior, dan pembina atau supervisor lainnya (Depdikbud, 1996:15). Selain itu, Glickman (1985:6) menyatakan 11

17 Orang yang bertanggung jawab untuk memperbaiki guru dalam proses mengajar adalah supervisor. Terdiri atas pengawas, ahli bidang studi/ mata pelajaran, asisten pengawas, kepala departemen/ dinas, kepala sekolah atau konsultan pendidikan. Namun tanggung jawab pembinaan profesional guru banyak berada di tangan kepala sekolah. Supervisi akademik yang baik harus mampu membuat guru semakin kompeten, yaitu guru semakin menguasai kompetensi, baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Oleh karena itu supervisi akademik harus menyentuh pada pengembangan seluruh kompetensi guru. Sehubungan dengan pengembangan kedua dimensi ini, menurut Neagly (1980) terdapat dua aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik dalam perencanannya, pelaksanaannya, maupun penilaiannya. Pertama, apa yang disebutkan dengan substantive aspects of professional development (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek substantif). Aspek ini menunjuk pada kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik. aspek ini menunjuk pada kompetensi yang harus dikuasai guru. Penguasaannya merupakan sokongan terhadap keberhasilannya mengelola proses pembelajaran. Ada empat kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik, yaitu kompetensi-komptensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Aspek substansi pertama dan kedua merepresentasikan nilai, keyakinan, dan teori yang dipegang oleh guru tentang hakikat pengetahuan, bagaimana murid-murid belajar, penciptaan hubungan guru dan murid, dan faktor lainnya. Aspek ketiga berkaitan dengan seberapa luas pengetahuan guru tentang materi atau bahan pelajaran pada bidang studi yang diajarkannya. Kedua, apa yang disebut dengan professional development competency areas (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek kompetensi). Aspek ini menunjuk pada luasnya setiap aspek substansi. Guru tidak berbeda dengan kasus profesional lainnya. Ia harus mengetahui bagaimana mengerjakan (know how to do) tugas-tugasnya. Ia harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana merumuskan tujuan akademik, murid-muridnya, materi pelajaran, dan teknik 12

18 akademik. Tetapi, mengetahui dan memahami keempat aspek substansi in belumlah cukup. Seorang guru harus mampu menerapkan pengetahuan dan pemahamannya. Dengan kata lain, ia harus bisa mengerjakan (can do). Selanjutnya, seorang guru harus mau mengerjakan (will do) tugas-tugas berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Percumalah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru, apabila ia tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. Akhirnya seorang guru harus mau mengembangkan kemampuan dirinya sendiri. Sedangkan bilamana merujuk kepada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dan harus dijadikan perhatian pengawas dalam melakukan supervisi akademik, yaitu kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Supervisi akademik yang baik adalah supervisi yang mampu menghantarkan guru-guru menjadi semakin kompeten Teknik-teknik Pengawasan Akademik Untuk melaksanakan supervisi akademik menggunakan metode khusus yang dapat disebut teknik-teknik supervisi akademik yang tak dapat dilepaskan dari jenis-jenis supervisi akademik. Herawan, D. (2009:16) mengemukakan jenis-jenis supervisi akademik, yang meliputi supervisi secara kelompok, dan supervisi secara individu. Supervisi secara kelompok yaitu penataran/pelatihan, rapat dewan guru, dan buletin profesional. Supervisi secara individu yaitu pertemuan pribadi atau kunjungan kelas. Wijono (1989: ) mengemukakan Teknik-teknik supervisi yang berhubungan dengan teknik-teknik supervisi akademik atau pengawasan akademik yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1.) Penyusunan tujuan perbaikan pengajaran; 2) Pertemuan perencanaan (planning converence); 3)Teknik kata-kata terpilih (selective verbatim technique); 4)Catatan observasi yang menggunakan diagram/peta tempat duduk; 5)Teknik lensa lebar; 6)Checklist dan timeline coding; 7)Pertemuan umpan balik; 8) Gaya supervisi dapat dibedakan menjadi gaya supervisi tak langsung dan langsung. Metode/teknik tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok. Pada setiap metode supervisi tentunya terdapat kekuatan dan 13

19 kelemahan (Darma, S., 2008:21). Ada bermacam-macam teknik supervisi dalam upaya pembinaan kemampuan guru, dalam hal ini meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional, laboratorium kurikulum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengembangan petunjuk pembelajaran, darma wisata, lokakarya, kunjungan antar kelas, bacaan profesional, dan survey masyarakat-sekolah. Menurut Gwyn (Darma, S., 2008:22) berpendapat teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik supervisi individual, dan teknik supervisi kelompok. Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan menilai diri sendiri. Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemanhan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (Darma, S., 2008:23) Ada tiga belas teknik supervisi kelompok, yaitu: (a) kepanitiaankepanitiaan, (b) kerja kelompok, (c) laboratorium kurikulum, (d) baca terpimpin, (e) demonstrasi pembelajaran, (f) darmawisata, (g) kuliah/studi, (h) diskusi panel, (i) perpustakaan jabatan (j) organisasi profesional, (k) buletin supervisi, (l) pertemuan guru, dan (m) lokakarya atau konferensi kelompok. Menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang pengawas, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui kerakterisitk setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan 14

20 kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan agar kepala sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatis guru. Memperhatikan teknik-teknik supervisi akademik dari berbagai pendapat tersebut dapat diaplikasikan pada teknik-teknik supervisi akademik yang sesuai dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Teknik-teknik tersebut tentunya perlu disesuaikan dengan Standar Nasional Pendidikan yang harus dicapai oleh tingkatan sekolah. Dari kajian teori tentang pengawasan akademik sebagai mana telah diuraikan tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan tentang pengawasan akademik yang dapat dilaksanakan oleh para pengawas. Pengawasan akademik adalah serangkaian kegiatan dalam membina guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengawasan akademik sebagai refleksi praktis penilaian kinerja guru untuk memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang berkembang dalam kegiatan pembelajaran dan yang berhubungan dengan hasilnya. Pengawasan akademik perlu dilaksanakan secara praktis, sistematis, objektif, realistis, antisipatif, konstruktif, kooperatif, humanistik, demokratis, partisipatif, berkesinambungan, terpadu, dan komprehensif. Teknik pengawasan akademik dapat dilakukan secara individual dan kelompok. Teknik individual adalah pembinaan langsung dengan kepala sekolah atau guru, dan teknik kelompok dapat melalui pertemuan-pertemuan, di antaranya lokakarya, diskusi, kegiatan dalam Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S), dan kegiatan dalam Kelompok Kerja Guru (KKG). Pengawasan akademik menuntut pengembangan profesional guru, monitoring kegiatan belajar dan memotivasi guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran dapat tercapai. Tuntutan peningkatan mutu adalah lulusan yang berkualitas yaitu mereka yang memiliki profil ulil albab, sesuai dengan firman Allah SWT (Q.S. 3:191). 15

21 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengkaji, dan mengevaluasi mengenai: Implementasi supervisi (pengawasan) akademik dalam pelajaran matematika di sekolah dasar Hasil temuan masalah pembelajaran matematika di SD dapat diidentifikasi Hasil identifikasi masalah pembelajarana matematika SD dapat dianalisis 16

22 BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan mengananalisis pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah. Metode dekriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang ditujukan untuk mengkaji berbagai permasalahan yang ada di lapangan dan memperoleh makna yang lebih sesuai kondisi lingkungan tempat dilakukannya penelitian. Senada dengan penjelasan Sukmadinata (2010:72) bahwa penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar ditujukan untuk mrendeskripsikan atau menggambarkan fenomenafenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan di dalam penelitian ini meliputi Tahap persiapan Pada tahap persiapan ini dimulai dengan menentukan instrumen supervisi (pengawasan) akademik berupa lembar observasi untuk: Perencanaan pembelajaran matematika SD, Rencana pelaksanaan pembelajaran matematika SD, Pelaksanaan pembelajaran matematika SD, Pelaksanaan pembelajaran matematika SD di kelas, Pertanyaan setelah pengamatan pembelajaran matematika SD di kelas, Identifikasi hasil temuan proses pembelajaran matematika, dan Analisis hasil identifikasi pembelajaran di kelas. Kemudian melaksanakan trianggulasi terhadap instrumen tersebut untuk meninjau kesahihannya Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti mengobservasi implementasi supervisi (pengawasan) akademik terhadap 7 (tujuh) komponen supervisi akademik tersebut pada 30 (tiga puluh) SDN se-kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Peneliti mengambil salah satu kelas pada setiap SDN se-kecamatan Ciawi yang dijadikan objek penelitiaan 17

23 3.1.3 Tahap penyelesaian Pada tahap penyelesaian meliputi pengumpulan data hasil observasi dari setiap SDN yang dijadikan objek penelitian berupa data kuantitatif dan data kualitatif tentang implementasi supervisi (pengawasan) akademik proses belajar mengajar matematika SD, kemudian mengolah dan menganalisis data tersebut untuk menjawab pertanyaan penelitian Tahap Penarikan Kesimpulan Pada tahap ini data implementasi supervisi (pengawasan) akademik proses belajar mengajar matematika SD dianalisis dan diinterpretasikan secara deskriptif, kemudian disimpulkan berdasarkan dari hasil yang ditargetkan. 3.2 Tempat Penelitian Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan terhadap 30 (tiga puluh) Sekolah Dasar Negeri (SDN) dibawah binaan UPT Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. 3.3 Fokus Penelitian Fokus penelitian ini meliputi: Implementasi supervisi (pengawasan) akademik pada proses belajar mengajar mattematika SD dengan ruang lingkup perencanaan pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di kelas; Implementasi hasil temuan masalah pembelajaran matematika SD; Analisis hasil identifikasi proses pembelajaran matematika 3.3. Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan sistem pada studi kualitatif yang meliputi input, proses, dan output (luaran) sebagaimana dilukiskan pada gambar 3.1. Input Guru Peserta didik Kurikulum Matematika Perencanaan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Proses Supervisi (Pengawasan) Akademik Proses Belajar Mengajar Matematika SDN Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya Output Model Implementasi Supervisi (Pengawasan) Akademik Mata Pelajaran Matematika SD Gambaran Supervisi Akademik Gambar 3.1 Desain Penelitian 18

24 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui observasi searah dengan pertanyaan penelitian yang meliputi implementasi supervisi (pengawasan) akademik proses belajar mengajar matematika. Teknik lainnya melakukan wawancara yang tak terstruktur dengan pihak Kepala Sekolah dan perwakilan guru dari setiap SDN yang dijadikan objek penelitian 3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data untuk mengetahui implementasi supervisi (pengawasan) akademik pada proses belajar mengajar matematika SD di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya, meliputi: Pengolahan data kualitatif dan kuantitatif mengenai supervisi (pengawasan) akademik pada proses belajar mengajar matematika SD yang akan diarahkan pada jawaban pertanyaan penelitian Analisis data secara kualitatif dan kuantitatif yang diarahkan pada pertanyaan penelitian mengenai implementasi supervisi (pengawasan) akademik pada proses belajar mengajar matematika SD. 19

25 BAB V HASIL YANG DICAPAI 4.1. Implementasi Surpervisi Akademik pada Perencaran Pembelajaran Pelaksanaan supervisi akademik pada perencaraan pembelajaran dipantau pada komponen administrasi pembelajaran yang meliputi program tahunan, program semester, silabus, rencaran pelaksanaan pembelajaran (RPP), kalender pendidikan, jadwal pelajaran, agenda harian, daftar nilai, kriteria ketuntasan minimal (KKM), absensi peserta didik, buku pedoman guru dan buku teks pelajaran. Pantauan pada komponen tersebut di tinjau dari kondisi dengan pensekoran skala empat yang meliputi kategori ketercapaian sangat baik, baik, cukup dan kurang. Komponen administrasi pembelajaran sebagaimana tersebut dipersiapkan di awal tahun pelajaran dan di awal semester. Setiap Sekolah Dasar di Kecamatan Ciawi 12 komponen administrasi pembelajaran dinyatakan lengkap dengan skor yang diberikan berada pada kategori baik. Program tahunan disusun oleh kepala sekolah bersama guru dan komite sekolah dalam rangka menentukan kegiatan-kegiatan proses pendidikan di setiap kelas yang terdiri dari rangkaian program semester hubungannya dengan mata pelajaran. Komponen lainnya dalam program tahunan dimuat penataan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan, sumber daya fasilitas dan kepentingan peng anggaran untuk satu tahun pelajaran. Program semester merupakan penjabaran yang harus disusun oleh setiap guru untuk penentuan pelaksaan proses belajar mengajar pada setiap semester sesuai dengan hari efektif berdasarkan program tahunan. Program tahunan dan program semester mengacu pada kalender pendidikan yang telah ditetapkan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan tingkat kabupaten. Penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran dijabarkan dari kurikulum yang berlaku. Rencara pelaksanaan pembelajaran disusun oleh setiap guru dengan memperhatikan standar kompetensi yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulumnya. Jadwal pelajaran disusun diawal semester berdasarkan enam hari efektif setiap minggu. Agenda 20

26 harian terdiri dari agenda harian sekolah dan agenda harian bagi setiap guru. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk setiap mata pelajaran ditetapkan disetiap sekolah dengan memperhatikan setiap mata pelajarannya. Setiap kelas memiliki absensi peserta didik, yang berarti presensi atau kehadiran peserta didik yang di tinjau dari kehadirannya, ketidak hadirannya karna sakit, izin atau alpa. Daftar absensi tertera pada buku khusus dan papan absensi setiap kelas. Di setiap Sekolah Dasar memiliki buku pedoman guru untuk setiap mata pelajaran dan buka teks mata pelajaran di setiap sekolah tersedia tetapi tidak lengkap. Setiap Sekolah Dasar di Kecamatan Ciawi melaksanakan supervisi akademik pada perencanaan pembelajaran matematika secara umum sesuai dengan komponen administrasi pembelajaran sebagaimana yang telah di uraikan tersebut. Untuk kepentingan penyusunan silabus, rencara pelaksanaan pembelajaran (RPP) setiap guru dituntut untuk mengembangkan profesinya melalui antara lain kegiatan di kelompok kerja guru (KKG) yang pelaksanaannya di setiap gugus. Untuk UPT pendidikan dan kebudayaan di wilayah Kecamatan Ciawi terbagi ke dalam 3 gugus KKG yang masing-masing terdiri dari 10 SD pada setiap gugusnya Implementasi Supervisi Akademik pada Rencana Pelakasanaaan Pembelajaran Matematika Rencana pelaksanaan pembelajaran matematika merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran sebagaimana yang telah diuraikan pada 4.1. pada bagian ini ditinjau dari identitas mata pelajaran, sistematika RPP yang lengkap, dan prinsip penyusunan RPP. Identitas mata pelajaran meliputi kelas/semester, mata pelajaran, semester/kelas, hari tanggal supervisi akademik, standar kompetensi/kompetensi inti dan kompetensi dasar. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang lengkap dan sistematis memuat komponen identitas satuan pendidikan, identitas mata pelajaran atau tema/subtema, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, komponen dasar yang harus dikuasai peserta didik, indikator pencapaian 21

27 komponen, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, media pembelajaran, langkah langkah pembelajaran (pendahuluan, inti, penutup) dan penilaian pembelajaran. Prinsip penyusunan RPP meliputi pertimbangan, perbedaan, kebutuhan peserta didik, memotivasi aktivitas peserta didik, berpusat pada peserta didik, pengembangan budaya membaca dan menulis, memberikan umpan balik dan tindak lanjut, keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penialaian dan sumber belajar dalam satu pengalaman belajar. Kemudian mengakomodasi pembeajaran tematik terpadu anatara mata pelajaran dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis dan efektif. Setiap kepala sekolah melaksanakan supervisi akademik dengan mengamati elemen-elemen sebagaimana uraian tersebut di atas hanya memantau ketersediannya atau ada/ atau tidaknya. Tidak ada komentar pada setiap kompenen dari elemen-elemen sebagaimana tersebut di atas. Setiap kepala sekolah seolah-olah tidak menemukan kekurangan atau kelemahan pada setiap elemen RPP yang sistematis dan penyusunnya. Pandangan setiap kepala sekolah dasar RPP mata pelajaran matematika tersusun secara lengkap, sistematis dan sesuai dengan prinsip penyusunannya. Pada elemen pengamatan RPP yang lengkap dan sistematis, dan penyusunan RPP setiap komponennya tidak ditemukan sasaran perbaikan. Seolah-olah dianggap benar untuk setiap elemen tersebut. Hal ini menunjukan kelemahan didalam pengamatan pada implementasi supervisi akademik mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran matematika Implementasi Supervisi Akademik Pelaksanaan Pembelajaran Matematika di Kelas Implementasi supervisi akademik pada mata pelajaran matematika di kelas ditinjau dari komponen kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi), kegiatan penutup, penilaian dan komponen umum. Pada komponen-komponen tersebut dipantau apakah 22

28 dilakukan dengan sangat baik, dilakukan dengan baik, cukup dilakukan dengan baik, kurang baik dilakukan dan tidak dilakukan. Pada kegiatan pendahuluan antara lain dipantau meliputi kesiapan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran, kegiatan appersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, menyampaikan cakupan materi sesuai dengan silabus. Pada kegiatan inti meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, pada kurikulum KTSP diuraikan secara terpisah, dan pada pengembangan kurikulum tahun 2013 tidak diuraikan secara terpisah, yang di dalamnya akan terintegrasi penggunaan model, pendekatan dan variasi metode pembelajaran. Pada pengembangan kurikulum 2013 pada bagian inilah pendekatan saintifik perlu diintegrasikan sesuai dengan materi pembelajarannya. Pada komponen penilaian meliputi guru melaksanakan penilaian hasil belajar, guru menyampaikan kometensi yang telah dicapai, dan guru memberikan tugas mandiri kepada siswa. Pada elemen komponen umum meliputi sajian isi materi pembelajaran terorganisasi dengan tepat, antusias siswa, melakukan pembelajaran secara runtut, penggunaan waktu yang sesuai dan menggunakan bahasa yang santun, komunikatif, baik dan benar. Pada akhir pengamatan dituntut adanya rekomendasi yang disampaikan oleh kepala sekolah. Hasil supervisi akademik pada pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas setiap sekolah dasar pada umumnya dilakukan dengan baik, jadi berada pada katagori baik hanya sebagian kecil dari kepala sekolah sekecamatan ciawi mencantumkan rekomendasi yang harus ditindak lanjuti oleh setiap guru pada pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas. Implementasi supervisi pada kegiatan pembelajaran tentunya perlu ditindak lanjuti secara individual, karena setiap kepala sekolah pasti menemukan kekurangan-kekurangan dalam rangkaian kegiatan belajaran mengajar yang dilaksankan oleh guru pada setiap kelas. Sebagian besar (58%) kepala sekolah dasar mencatat hasil observasi yang berupa catatan, temuan atau keterangan mengenai usaha dan aktifitas guru peserta didik dalam 23

29 pembelajaran, penggunaan media, variasi metode pemberalajaran, kesesuaian media dengan materi, kesesuaian metode dengan tujuan pembelajaran, interaksi peserta didik dalam proses pembelajaran dan strategi penilaian yang efektif Implementasi Supervisi Akademik Setelah Observasi Kegiatan Pembelajaran Matematika di Kelas Supervisi akademik pada bagian ini meliputi penyusunan pertanyaan, identifikasi temuan masalah pembelajaran, rangkuman analisis hasil identifikasi pembelajaran dan rekapitulasi temuan masalah serta alternatif pemecahannya pada setiap kegiatan. Pertanyaan yang diajukan setelah observasi meliputi pendapat guru setelah menyajikan pembelajaran kesesuaian antara rencana dan proses pembelajaran, kepuasan dalam pembelajaran, ketercapaian tujuan pembelajaran, kesulitan siswa, kesulitan guru, alternatif untuk mengatasi kesulitan guru, ajakan untuk peningkatan hasil belajar dan tindak lanjut dari kegiatan supervisi akademik. Sebagian besar Kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Ciawi (56%) dapat menginventarisir pertanyaan dan jawaban guru setelah observasi kegiatan belajar mengajar di kelas. Identifikasi hasil temuan masalah pembelajaran meliputi perangkat pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Sebagian besar (55%) kepala sekolah di Kecamatan Ciawi dapat mengidentifikasi masalah yang ditemukan beserta alternatif pemecahannya dan membuat rangkumannya.ditinjau dari aspek kegiatan pembelajaran sebagian besar (56,30%) kepala sekolah di Kecamatan Ciawi dapat menginventarisir temuan masalah beserta alternatif pemecahannya dalam pembelajaran matematika. 24

30 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan analisis data, maka dapat ditarik simpilan sebagai berikut Implementasi supervisi akademik pembelajaran matematika yang ditinjau dari perencanaan pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran di kelas dan observasi setelah pembelajaran, dapat berjalan dalam katagori yang cukup karena hanya mencapai sekitar (56%). Kegiatan supervisi akademik oleh Kepala Sekolah Dasar dapat dilaksanakan tetapi belum optimal Setelah observasi pada implementasi supervisi akademik sebagian besar Kepala Sekolah Dasar dapat menginventarisir penemuan masalah beserta alternatif pemasalahannya. 6.2 Saran Berdasarkan temuan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut Supervisi akademik pada rencana pelaksanaan pembelajaran matematika perlu dilengkapi dengan catatan komentar dan sasaran perbaikannya pada setiap komponen RPP Supervisi akademik pada pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas perlu diberikan rekomendasi oleh setiap kepala sekolah untuk tindak lanjutnya Setiap Kepala Sekolah Dasar perlu menginventarisir temuan yang diobservasi, daftar pertanyaan setelah observasi, identifikasi masalah yang ditemukan dan alternatif pemecahannya, serta temuan masalah dari setiap kegiatan pada komponen pembelajarannya. 25

31 DAFTAR PUSTAKA Alfonso, R.J., Firth, G.R., & Nevile, R.F. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitain Sosial. Jakarta: LPSP3-UI. Alfonso, R.J.,Firth, G.R. dan Neville, R.F. (1981). Instructional Supervision: A Behaviour System. Boston: Allyn and Bacon Inc. Glikman, C.g. (1981). Supervision of Teaching. Washington: ASCD. Haris, B.M. (1985). Supervisory Behaviour in Education. New Jersey: Prenticehall. Herawan, Dedi. (2009). Esensi Supervisi Akademik. Bandung: Rizki Press. Herawan, Dedi. (2009). Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Sekolah. Bandung: Rizki Press. Herawan, Dedi. (2009). Esensi Supervisi Akademik. Bandung: Rizki Press. Herawan, Dedi. (2009). Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Sekolah. Bandung: Rizki Press. Purwanto, N. (2008). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Glickman, et al. (2007). Supervision and Intructional Leadership A Depelopment Approach. Seventh Edition. Boston; Perason. Sergiovanni, T.J. dan Starrat R.J. (1983). Supervision Human Perspevtives. New York: McGraw Hill Book Company. Sergiovanni, T.J. (1987). The Principalship, A Reflective Practice Perspective. Boston: Allyn and Bacon. Sukmadinata, Nana Syaodih, (2010), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya. Sutisna, O. (1987). Azas-azas Supervisi Pengajaran. Bandung: FIP IKIP Bandung. Wiles, J. & Bondi. (2007). Supervision A Guide to Practice, Second Edition. London: Charles R. Merril Publishing Company. Wiyono. (1989). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Dirjen Dikti Depdikbud. 26

Kata Kunci : Implementasi, Supervisi Akademik, Pelajaran Matematik, Sekolah Dasar

Kata Kunci : Implementasi, Supervisi Akademik, Pelajaran Matematik, Sekolah Dasar IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIK PROSES BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA OLEH KEPALA SDN KECAMATAN CIAWI KABUPATEN TASIKMALAYA Ebih AR. Arhasy 1) Eva Mulyani 2) 1FKIP, Universitas Siliwangi 2FKIP, Universitas

Lebih terperinci

SUPERVISI AKADEMIK Oleh : Falah Yunus 1 guruvalah.20m.com

SUPERVISI AKADEMIK Oleh : Falah Yunus 1 guruvalah.20m.com 1 A. Pengertian Supervisi Akademik SUPERVISI AKADEMIK Oleh : Falah Yunus 1 guruvalah.20m.com Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran, hal ini

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK Endah Yanuarti SMK Muhammadiyah Tepus e-mail: endahyanuarti22@yahoo.co.id Abstrak Penelitian Tindakan Sekolah ini merupakan

Lebih terperinci

L. Marwan Kepala SMP Negeri 8 Mataram -

L. Marwan Kepala SMP Negeri 8 Mataram  - MENGEFEKTIFKAN PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK BAGI GURU IPA SMP NEGERI 8 MATARAM SEMESTER SATU TAHUN 2015/2018 UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS L. Marwan Kepala SMP

Lebih terperinci

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 13 No. 1 (2018) 1 10

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 13 No. 1 (2018) 1 10 LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : 0216-7433 Vol. 13 No. 1 (2018) 1 10 PENERAPAN COACHING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DALAM SUPERVISI AKADEMIK PADA SMP BINAAN DINAS PENDIDIKAN KOTA

Lebih terperinci

Supervisi Pengajaran: Pendekatan & Program Pelaksanaannya

Supervisi Pengajaran: Pendekatan & Program Pelaksanaannya Supervisi Pengajaran: Pendekatan & Program Pelaksanaannya Maisyaroh Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang Abstrak. Kualitas peserta didik ditentukan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT ARTIKEL ILMIAH MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT Sunarto, M. Pd SDN GEDONGOMBO II PLOSO JOMBANG JAWA TIMUR 0 PENDAHULUAN Sekolah sebagai institusi pendidikan

Lebih terperinci

e-issn: p-issn: Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas dalam Proses Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik di SDN 9 Cakranegara

e-issn: p-issn: Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas dalam Proses Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik di SDN 9 Cakranegara e-issn: 2442-7667 p-issn: 1412-6087 Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas dalam Proses Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik di SDN 9 Cakranegara Desak Putu Sudiarti Kepala SD Negeri 9 Cakranegara

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL Artikel yang berjudul Implementasi Kompetensi Supervisi Akademik Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Kabupaten Banggai Kepulauan Oleh Ida Roswita R. Sapukal Pembimbing I Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Supervisi Akademik Supervisi berasal dari kata super, artinya lebih atau di atas, dan vision artinya melihat atau meninjau (Iskandar & Mukhtar, 2009). Secara etimologis

Lebih terperinci

Supervisi-Pendidikan Page 1

Supervisi-Pendidikan Page 1 SUPERVISI PENDIDIKAN Oleh: Lantip Diat Prasojo A. Pendahuluan Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN. Oleh Zainuddin*

SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN. Oleh Zainuddin* 212 SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN Oleh Zainuddin* Abstrak Supervisi akademik berpengaruh kepada kegiatan membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran

Lebih terperinci

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango Windrawati Timumu *Asrin **Besse Marhawati Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian Tinjauan Pustaka akan didiskripsikan tentang teori peningkatan kinerjaruru, teori supervisi kunjungan kelas, PTS melalui supervisi kunjungan kelas, kajian penelitian

Lebih terperinci

Kata Kunci = kompetensi pedagogik, perencanaan pembelajaran, dan supervisi akademik

Kata Kunci = kompetensi pedagogik, perencanaan pembelajaran, dan supervisi akademik PENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU NON PNS DALAM PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI SD NEGERI CABEAN 2 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Al Munawar

Lebih terperinci

HO-3D-02 SUPERVISI AKADEMIK. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HO-3D-02 SUPERVISI AKADEMIK. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang HO-3D-02 SUPERVISI AKADEMIK I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi kurikulum 2013 sebagaimana diatur dalam Permendikbud no. 81.A memerlukan perhatian dan usaha yang serius untuk memastikan implementasi

Lebih terperinci

Saiful Bahri, Supervisi Akademik...

Saiful Bahri, Supervisi Akademik... SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU Saiful Bahri 11 Abstrak Profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif,

Lebih terperinci

ISSN No Media Bina Ilmiah 1

ISSN No Media Bina Ilmiah 1 ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 1 UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KELAS MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEMESTER SATU TAHUN 2015/2016 DI SD NEGERI 23 MATARAM Oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Belajar Siswa Menurut pengertian bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan beberapa kesimpulan hasil penelitian, implikasi, dan rekomendasi yang dikemukakan berdasarkan berbagai temuan dari pengolahan data, terutama

Lebih terperinci

SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU 4 SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU Saiful Bahri, M,Pd Pembantu Ketua Bidang Akademik STKIP Bina Bangsa Meulaboh ABSTRAK Profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Elly Indriati

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Elly Indriati Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SD Negeri Pesarean 01 Adiwerna Tegal Abstrak Penelitian tindakan kelas ini di latarbelakangi

Lebih terperinci

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS PAIKEM DI SD NEGERI 2 GROBOGAN, KECAMATAN GROBOGAN, KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Latar Penelitian ini dilaksanakan di Gugus Hasanuddin Kecamatan Kedungjati yang merupakan terdiri dari 10 SD. Keberadaan Gugus Hasanuddin Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 Oleh: Dr. Widarto, M.Pd. DISAMPAIKAN PADA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) GELOMBANG 4 TAHUN 2014 DI LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang melayani masyarakat. Meskipun sifatnya nirlaba, namun bukan berarti sekolah tidak dituntut

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 ` DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR

Lebih terperinci

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR 1 PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR Andi Nur Alam 1, Maisyaroh 2, Ahmad Yusuf Sobri 3 Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saling bekerja sama dalam meningkatkan kualitas kerja agar menghasilkan output yang

BAB 1 PENDAHULUAN. saling bekerja sama dalam meningkatkan kualitas kerja agar menghasilkan output yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap aktivitas, besar ataupun kecil dapat tercapai dalam sebuah organisasi, diperlukan adanya koordinasi dalam setiap gerak langkah. Sekolah merupakan suatu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah (Tuntutan Kompetensi dalam Sertifikasi Pengawas)

Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah (Tuntutan Kompetensi dalam Sertifikasi Pengawas) Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah (Tuntutan Kompetensi dalam Sertifikasi Pengawas) Wildan Zulkarnain Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Jl. Semarang

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran. Sri Winarni

Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran. Sri Winarni Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran Sri Winarni Guru SDN 1 Pandean Email: sri.winarni@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN?

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN? UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN? UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 135 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang merujuk kepada hipotesis penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala Sekolah 2.1.1 Pengertian Supervisi Kepala Sekolah Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Guru Anak Usia Dini dalam Upaya Pengembangan Sumber Daya Manusia Berkualitas di Masa Depan

Peningkatan Kualitas Guru Anak Usia Dini dalam Upaya Pengembangan Sumber Daya Manusia Berkualitas di Masa Depan Peningkatan Kualitas Guru Anak Usia Dini dalam Upaya Pengembangan Sumber Daya Manusia Berkualitas di Masa Depan Ardipal ABSTRACT: The aim of early age education is to develop all of student s basic potential

Lebih terperinci

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) (e)

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) (e) PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM MENYUSUN RPP SDN KALAPADUA KECAMATAN CIBOGO KABUPATEN SUBANG TAHUN 2017 UJEN JAENUDIN, S.Pd.SD NIP. 196302021984101004 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAHAN BELAJAR MANDIRI Musyawarah Kerja Kepala Sekolah. Dimensi Kompetensi Supervisi

BAHAN BELAJAR MANDIRI Musyawarah Kerja Kepala Sekolah. Dimensi Kompetensi Supervisi TUT WURI HANDAYANI BAHAN BELAJAR MANDIRI Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Dimensi Kompetensi Supervisi DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) SILABUS DAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) Disunting dan dikembangkan oleh Pirdaus Widyaiswara LPMP Sumsel Perencanaan Proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN TEKNIK INDIVIDUAL DI SD NEGERI CANDIREJO 01 TAHUN

UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN TEKNIK INDIVIDUAL DI SD NEGERI CANDIREJO 01 TAHUN UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN TEKNIK INDIVIDUAL DI SD NEGERI CANDIREJO 01 TAHUN 2014-2015 Kunthi Arifah kunthiarifah@gmail.com SD Negeri Candirejo 01 Tuntang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah salah satu unsur terpenting pada komponen pendidikan. Sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa. Keberhasilan pendidikan

Lebih terperinci

Document Title KATA PENGANTAR

Document Title KATA PENGANTAR Document Title Page 1 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan 7 muatan KTSP Melaksanakan

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

PENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI DIRECT GUIDANCEPADA SEKOLAH SASARAN KURIKULUM

PENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI DIRECT GUIDANCEPADA SEKOLAH SASARAN KURIKULUM PENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI DIRECT GUIDANCEPADA SEKOLAH SASARAN KURIKULUM Penelitian Tindakan terhadap Guru SMPN 1 Denpasar di Kota pada Tahun 2016

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) 1 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) I. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15 G. URAIAN PROSEDUR KEGIATAN 18 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makna penting pendidikan ini telah menjadi kesepakatan yang luas dari setiap elemen masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai macam komponen yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) A. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP B. Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Supervisi merupakan tahapan proses yang sangat penting bagi suatu organisasi dalam mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program yang telah direncanakan demi tercapainya

Lebih terperinci

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 Mengefektifkan Supervisi Akademik Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas Dalam Proses Pembelajaran Semester Satu Tahun Pelajaran 2016/2017 Di SD Negeri 32 Ampenan Zuriah, S.Pd Kepala SD Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP Mekanisme Pengembangan RPP 1. Perencanaan Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan

Lebih terperinci

Eny Prihatin Kepala SDN Kalianget Timur X ABSTRAK

Eny Prihatin Kepala SDN Kalianget Timur X ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RENCANA KEGIATAN HARIAN MELALUI PENGEMBANGAN SILABUS MODEL FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) DI SDN KALIANGET TIMUR X KALIANGET SUMENEP TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Eny Prihatin

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SEKOLAH DASAR PENDAHULUAN Nur aeni Asmarani Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Perkembangan zaman dan era globalisasi yang sangat pesat menuntut adanya peningkatan

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TENTANG PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN DI KOTA PADANG

PERSEPSI GURU TENTANG PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN DI KOTA PADANG PERSEPSI GURU TENTANG PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN DI KOTA PADANG Rezy Marsellina Jurusan Administrasi Pendidikan FIP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini nantinya akan bertujuan

Lebih terperinci

SUPERVISI PENDIDIKAN PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKAN. Supervisi

SUPERVISI PENDIDIKAN PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKAN. Supervisi PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKAN SUPERVISI PENDIDIKAN Berasal dari kata supervision yang terdiri dari dua kata yaitu super yang berarti lebih; dan vision yang berarti melihat atau meninjau. Secara terminologis

Lebih terperinci

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 Mengefektifkan Supervisi Akademik Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas Dalam Proses Pembelajaran Semester Satu Tahun Pelajaran 2016/2017 SD Negeri 27 Ampenan Baiq Masnun, S.Pd, Kepala SD Negeri

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS OLEH PENGAWAS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KUALITAS MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS OLEH PENGAWAS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KUALITAS MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS OLEH PENGAWAS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR Hadi UPTD Dikpora Kecamatan Palang Kabupaten Tuban E-mail: rswjyhadi@gmail.com Abstract: The purpose of

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 INSTRUMEN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) 1. Periksalah kelengkapan Perangkat

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru salah satu faktor penentu kualitas pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates Wonotunggal Batang 1. Perencanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia, memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pendidikan dimaksudkan untuk menyiapkan anak-anak

Lebih terperinci

UPAYA KEPALA SEKOLAH MENINGKATKAN PELAKSANAAN TUGAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMP PEMBANGUNAN LABORATORIUM UNP

UPAYA KEPALA SEKOLAH MENINGKATKAN PELAKSANAAN TUGAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMP PEMBANGUNAN LABORATORIUM UNP UPAYA KEPALA SEKOLAH MENINGKATKAN PELAKSANAAN TUGAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SMP PEMBANGUNAN LABORATORIUM UNP Eri Murti Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Penulisan ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

Supervisi Pengajaran: Pendekatan & Program Pelaksanaannya

Supervisi Pengajaran: Pendekatan & Program Pelaksanaannya Supervisi Pengajaran: Pendekatan & Program Pelaksanaannya Maisyaroh Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP Universitas Negeri Malang JI. Semarang 5 Malang maisyaroh@yahoo.com Abstrak: Kualitas peserta

Lebih terperinci

Instrumen Review. Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1. Terdapat logo sekolah/daerah

Instrumen Review. Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1. Terdapat logo sekolah/daerah Instrumen Review KTSP Berikut ini Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1 1 Cover/halaman judul Terdapat logo sekolah/daerah Terdapat judul yang tepat (Kurikulum Sekolah...) Menulis alamat

Lebih terperinci

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut : 350 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan program supervisi akademik pengawas SMK di Kabupaten Bandung khususnya program

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas.

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas. ANALISIS PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS PADA SMA NEGERI 1 WATAMPONE Muhammad Subaer SMA Negeri 1 Watampone Kabupaten Bone subaermuhammad@yahoo.com Abstrak MUHAMMAD SUBAER. 2015. Analisis Pelaksanaan

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi MERENCANAKAN PROGRAM PEMBELAJARAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KTSP Pertemuan XI Desain Pembelajaran STAI SMQ Bangko Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami perencanaan program pembelajaran dalam rangka implementasi

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci