Kondisi rumah. tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar. 3,4 juta unit.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kondisi rumah. tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar. 3,4 juta unit."

Transkripsi

1 Kondisi rumah tidak layak huni pada tahun 2014, sebesar 3,4 juta unit. (sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun 2011, BPS) Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan menetapkan rencana kerja penanganan Rumah Tidak Layak Huni di dalam RPJMN melalui program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).

2

3 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya Tahun disusun dalam rangka memenuhi Perpres No. 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sesuai visi dan misi Direktorat Rumah Swadaya dalam kurun waktu tahun Selain itu, laporan ini disusun sebagai sarana pengendalian dan penilaian kinerja dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bersih (good and clean governance) serta sebagai umpan balik dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pada tahun berikutnya. Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya ini disusun dengan mengacu pada Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun Tingkat pencapaian sasaran dan tujuan serta hasil yang diperoleh pada tahun berorientasi pada pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan serta mengacu kepada kebijakan pemerintah dalam rangka program pembangunan rumah swadaya. Keberhasilan pada Tahun dan capaian target RPJMN tahun dapat dijadikan tolak ukur dalam penetapan kebijakan pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ke depannya. Demikian Laporan Kinerja ini dibuat, kami ucapkan terima kasih atas semua pihak yang telah membantu Direktorat Rumah Swadaya untuk mencapai kinerja pada tahun ini. Jakarta, Desember Direktorat Rumah Swadaya Ir. Hardi Simamora, MPL NIP

4 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Struktur Organisasi Isu Strategis Sistematika Penyajian BAB II BAB III BAB IV BAB V PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis Perjanjian Kinerja Metode Pengukuran Target Direktorat Rumah Swadaya Tahun KAPASITAS ORGANISASI Sumber Daya Manusia Sarana & Prasarana DIPA Tahun AKUNTABILITAS KINERJA Capaian Kinerja Organisasi Realisasi Anggaran PENUTUP Simpulan Permasalahan Langkah Ke Depan

5 LAMPIRAN Lampiran I Lampiran II Lampiran III Lampiran IV Lampiran V Lampiran VI Rencana Kinerja Tahunan (RKT) DIPA Perjanjian Kinerja (PK) Pelaporan Triwulan Kepada Kantor Staf Presiden (KSP) Dokumentasi Peningkatan Kualitas (PK) Dokumentasi Pembangunan Baru (PB) DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Rencana Penanganan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya tahun Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Tahun Direktorat Rumah Swadaya 26 Tabel 2.3 Skala Pengukuran Ordinal Sasaran & Kinerja 28 Tabel 2.4 Target Direktorat Rumah Swadaya Berdasarkan RPJMN Tahun Tabel 2.5 Target Berdasarkan Renstra Direktorat Rumah Swadaya 29 Tabel 3.1 Jumlah SDM di Lingkungan Direktorat Rumah Swadaya 32 Tabel 3.2 Total keseluruhan SDM di Lingkungan Direktorat Rumah Swadaya 32 Tabel 3.3 Daftar Barang Keseluruhan di Direktorat Rumah Swadaya pada tahun 33 Tabel 3.4 DIPA Satuan Kerja Pengembangan Rumah Swadaya tahun 34 Tabel 3.5 DIPA Satuan Kerja Bantuan Rumah Swadaya tahun 35 Tabel 4.1 Perjanjian Kinerja Tahun Direktorat Rumah Swadaya 41 Tabel 4.2 Jumlah RTLH di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah 46 Tabel 4.3 Kendala dari Pendataan RTLH serta penanganannya 48 Tabel 4.4 Hasil Pendataan RTLH masing-masing provinsi 50 Tabel 4.5 Jumlah Unit RTLH Di Provinsi Di Yogyakarta Berdasarkan Hasil Pendataan 52 Tabel 4.6 Tabel capaian target dari sasaran I 77 Tabel 4.7 Target dan Realisasi Fisik Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Tahun 77 Tabel 4.8 Tabel Alokasi Penetapan Penerima Bantuan 79 Tabel 4.9 Jumlah Unit Pembangunan Baru 84 Tabel 4.10 Tabel Jumlah Unit Peningkatan Kualitas 91 Tabel 4.11 Jumlah Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran Satker Kebijakan Pengembangan Rumah Swadaya 97 Tabel Realisasi Keuangan Tahun Anggaran Direktorat Rumah Swadaya Satuan kerja Pengembangan Rumah Swadaya 98 Tabel 4.13 Jumlah Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran Satker Bantuan Rumah Swadaya 98 Tabel Realisasi Keuangan Tahun Anggaran Direktorat Rumah Swadaya Satuan kerja Bantuan Rumah Swadaya 99

6 DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Grafik Hasil Pendataan RTLH masing-masing provinsi 51 Grafik 4.2 Grafik Jumlah Unit RTLH Di Provinsi Di Yogyakarta Berdasarkan Hasil Pendataan 52 Grafik 4.3 Grafik Penerima Bantuan Berdasarkan Kriteria Penerima Bantuan 68 Grafik 4.4 Grafik Komponen Bangunan Sebelum Perbaikan dan Setelah Perbaikan 70 Grafik 4.5 Grafik Hasil SIMAK evaluasi BSPS tahun 71 Grafik 4.6 Grafik Hasil Kuisioner Master Schedule untuk Pelaksanaan BSPS Tahun 72 Grafik 4.7 Jumlah Unit Pembangunan Baru 85 Grafik 4.8 Jumlah Unit Peningkatan Kualitas 91 Grafik 4.9 Jumlah Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran Satker Kebijakan 97 Pengembangan Rumah Swadaya Grafik 4.10 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran Satker Bantuan Rumah Swadaya 99 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kriteria Rumah Tidak Layak Huni 12 Gambar 1.2 Bagan Struktur Organisasi Direktorat Rumah Swadaya 15 Gambar 4.1 Buku Pedoman dan Petnjuk Teknis Pendataan RTLH 47 Gambar 4.2 Cover Modul Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan 54 Rumah Swadaya Gambar 4.3 Prosedur Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Tahun 78 Sesuai Dengan Permen Nomor 39 Tahun Gambar4.4 Peta Sebaran BSPS Tahun 80 Gambar 4.5 Skema Penyaluran BSPS 83 Gambar 5.3 Gambar tampilan aplikasi BSPS 104 Gambar 5.2 Gambar keseluruhan konfigurasi aplikasi dan proses aliran data 105 Gambar 5.4 Tampilan aplikasi dalam bentuk web 106 Gambar 5.5 Tampilan aplikasi bantuan rumah swadaya berdasarkan desa 108 Gambar 5.6 Visualisasi lokasi unit rumah bantuan swadaya pada peta aplikasi 108 DAFTAR DIAGRAM Diagram 4.1 Segmentasi Kondisi RTLH Berdasarkan tingkat Kerusakan 52 Diagram 4.2 Diagram Kriteria Kepadatan penghuni 68 Diagram 4.3 Diagram Kesesuaian Penerima Bantuan terhadap Legalitas Pertanahan 69 Diagram 4.4 Diagram Efektivitas Capaian 69 Diagram 4.5 Alokasi Penetapan Penerima Bantuan 79

7 IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya Tahun merupakan perwujudan dari akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Rumah Swadaya dalam mendukung terwujudnya good governance berdasarkan peraturan Undang-Undang yang berlaku. Selain itu, Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya merupakan pertanggungjawaban atas visi dan misi yang dijabarkan dalam Rencana Strategis yang mengacu pada RPJMN Tahun dan Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Direktorat Rumah Swadaya mempunyai dua sasaran strategis, yang terdapat dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Rumah Swadaya tahun. Tingkat capaian kinerja Direktorat Rumah Swadaya diukur dari indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Rumah Swadaya, yaitu jumlah rumah layak huni dengan target unit yang terbagi atas unit untuk Pembangunan Baru dan unit untuk Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni yang dilakukan secara swadaya. Secara umum, capaian kinerja Direktorat Rumah Swadaya sudah mencapai nilai yang sangat baik yaitu pelaksanaa fisik dalam bentuk Pembangunan Baru 104,50% dan Peningkatan Kualitas 125,35% dan capaian kinerja keuangan mencapai 82,32%. Konsep BSPS perlu dipahami oleh seluruh masyarakat dan aparatur pemerintah daerah/ SKPD serta pihak lainnya yang terlibat dalam pelaksanaan BSPS. Koordinasi dan kerjasama yang intensif dengan para pemangku kepentingan baik di pusat maupun daerah perlu lebih ditingkatkan, sehingga program BSPS dapat berjalan dengan baik. Pencapaian target indikator kinerja BSPS yang telah ditetapkan hanya dapat berhasil jika dilakukan dengan melibatkan segenap pemangku kepentingan melalui kegiatan yang ada pada unit organisasi eselon II, III, dan IV di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya. Kegiatan bantuan rumah swadaya yang disampaikan dalam bentuk bantuan langsung masyarakat melalui bank penyalur sesuai dengan PMK Nomor 81 Tahun 2012 terdapat banyak kendala dalam proses penyaluran di daerah. Oleh karena itu, dibutuhkan penyempurnaan rumusan kebijakan, pelaksanaan pengelolaan penyaluran dana bantuan dengan Bank Penyalur, pembentukan SDM yang berkompeten dan tanggung jawab terhadap tugasnya yang ditunjukkan dengan hasil dari penyaluran BSPS yang cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Segala upaya perlu ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di masa yang akan datang untuk kinerja yang lebih baik lagi, sehingga Direktorat Rumah Swadaya sebagai Unit organisasi eselon II mempunyai kinerja yang Tinggi (High Performace Organization).

8 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup 8 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

9 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja dan Fungsi BAB I PENDAHULUAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 9

10 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup LATAR BELAKANG Direktorat Rumah Swadaya merupakan unit organisasi eselon II yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh 5 (lima) unit organisasi eselon III. Tugas pokok dan fungsinya ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden No. 165 tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja dan Keputusan Presiden No. 121/P tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Pada tahun, nomenklatur struktur organisasi mengalami perubahan nama pada masing-masing unit Eselon II, III dan IV. Untuk menunjang tugas pokok dan fungsi Direktorat Rumah Swadaya dalam penyelenggaraannya selama periode Kabinet Kerja dari tahun -2019, Direktorat Rumah Swadaya didukung dengan sejumlah dana yang dapat dipertanggungjawabkan di dalam Laporan Kinerja pada akhir tahun kegiatan. Peraturan Presiden No. 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah juga mewajibkan setiap Instansi Pemerintah sebagai unsur penyelenggara negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaaan tugas. Sebagai tindak lanjut atas amanat Perpres No. 29/ 2014 tersebut, MenPan-RB mengatur tata cara penyusunan Laporan Kinerja dengan diterbitkannya Permenpan No. 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Berdasarkan konsep kepemilikan, angka kekurangan tempat tinggal (backlog) di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 13,5 juta unit. (Sumber: BPS dan Bappenas). Sedangkan, berdasarkan konsep penghunian, backlog perumahan sebesar 7,6 juta unit (Sumber: Perpres No. 2 Tahun tentang RPJMN -2019). Sementara itu 10 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

11 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja kondisi Rumah Tidak Layak Huni pada tahun 2014 sebesar 3,4 juta unit (Sumber: Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan (Inperkesling) Tahun 2011, BPS). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 39/PRT/M/ tentang perubahan atas aturan Menteri Perumahan Rakyat No. 06 tahun 2013 yang mengatur tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya yang diharapkan dapat mendorong Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk memiliki rumah layak huni dengan lingkungan yang aman dan dibangun dalam bentuk pembangunan rumah baru atau Peningkatan Kualitas. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, program BSPS ini didukung dari sumber dana yang dituangkan dalam DIPA APBN tahun nomor: SP DIPA /. Di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya, Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Rumah Swadaya melaksanakan kegiatan yang menunjang terhadap kebijakan-kebijakan yang terkait dengan bantuan rumah swadaya yang ditangani oleh Subdit Perencanaan Teknis dan Standardisasi dengan tugasnya untuk mengatur kebijakan-kebijakan, program dan anggaran sosialisasi, koordinasi dan kerjasama pelaksanaan penyediaan rumah swadaya. Subdit Fasilitasi Pendataan, dan Verifikasi yang bertugas dalam penyusunan sistem aplikasi pendataan dan monitoring dan pendataan teknis rumah swadaya. Subdit Pemberdayaan dan Kemitraan bertugas dalam penyiapan modul, pemberdayaan masyarakat, dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat berpenghasilan rendah. Subdit Pelaksana Bantuan Stimulan bertugas membina penyiapan dan penetapan calon penerima BSPS, pembinaan fasilitasi, dan pendampingan fasilitator. Subdit Pemantauan dan Evaluasi bertugas dalam membuat Laporan Kinerja Instansi Direktorat Rumah Swadaya, evaluasi penyusunan laporan, monitoring dan evaluasi, pembinaan pengawasan dan pengendalian rumah swadaya wilayah I dan II. Subbag Tata Usaha yang bertugas dalam penatausahaan direktorat, penyelenggaraan operasional, pemeliharaan perkantoran, pengadaan peralatan dan mesin serta pengadaan mebeler kantor. Sasaran dalam pemenuhan kebutuhan rumah layak huni berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 39/PRT/M/ adalah sebagai berikut: Kriteria Kabupaten/Kota Kabupaten atau Kota yang dapat diberikan BSPS adalah Kabupaten atau Kota yang memenuhi kriteria umum dan khusus: a) Kriteria Umum 1. Tingkat kemiskinan diatas rata-rata nasional; 2. Jumlah Rumah Tidak Layak Huni diatas rata-rata nasional; 3. Jumlah kekurangan rumah (backlog) diatas rata-rata nasional; 4. Daerah tertinggal, atau 5. Daerah perbatasan negara Data tingkat kemiskinan, Rumah Tidak Layak Huni, kekurangan rumah, daerah tertinggal, dan daerah perbatasan dapat bersumber dari instasi yang berwenang. b) Kriteria Khusus 1. Program Khusus a. Pelaksanaan direktif presiden b. Termasuk program percepatan pembangunan nasional c. Pelaksanaan kesepahaman (MoU) 2. Terdapat perumahan dan permukiman kumuh 3. Memiliki komitmen dalam pembangunan perumahan (tercantum dalam DPA tahun berjalan) a. Memiliki unit kerja bidang perumahan serendah-rendahnya setingkat Eselon III b. Memiliki kegiatan sejenis BSPS yang bersumber dari dana APBD atau sumber dana lainnya; c. Jumlah alokasi kegiatan BSPS yang diusulkan sebanyak-sebanyaknya sama dengan kegiatan sejenis BSPS sebagaimana dimaksud dalam huruf b; dan/atau d. Memiliki dana pendamping dari APBD untuk fasilitasi pelaksanaan BSPS yang berasal dari APBN Kriteria obyek bantuan adalah: a) Rumah Tidak Layak Huni yang berada di atas tanah: 1. dikuasai secara fisik dan jelas batasbatasnya; 2. bukan merupakan tanah warisan yang belum dibagi; 3. tidak dalam status sengketa; dan 4. penggunaannya sesuai dengan rencana tata ruang. b) bangunan yang belum selesai dari yang KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 11

12 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup sudah diupayakan oleh masyarakat sampai paling tinggi struktur tengah dan luas lantai bangunan paling tinggi 45 m 2 (empat puluh lima meter persegi); c) terkena kegiatan konsolidasi tanah, atau relokasi dalam rangka Peningkatan Kualitas perumahan dan kawasan permukiman kumuh; dan/atau d) terkena bencana alam, kerusuhan sosial dan/ atau kebakaran Kriteria Pembangunan Baru (PB): Kondisi bangunan memenuhi salah satu dari kriteria berikut: a. Belum ada bangunan/rusak berat b. Bangunan yang belum selesai dari yang sudah diupayakan masyarakat, dan atau c. Rumah yang terkena konsolidasi Kriteria Peningkatan Kualitas (PK): Kondisi bangunan memenuhi kriteria berikut: a. Bahan lantai berupa tanah atau kayu kelas IV b. Bahan dinding berupa bilik bambu/kayu/rotan atau kayu kelas IV, tidak/kurang mempunyai ventilasi dan pencahayaan c. Bahan atap berupa daun atau genteng plentong yang sudah rapuh, dan/atau d. Tingkat kerusakan rumah sebagai berikut: 1. Rusak berat: ditandai dengan kerusakan 3 komponen rumah 2. Rusak sedang: ditandai dengan kerusakan 2 komponen rumah. Sedangkan kriteria Rumah Tidak Layak Huni adalah sebagaimana ditunjukan pada gambar di bawah ini. Atap rumbia, alang-alang, genteng tanah murahan. Ruang sempit 9 m 2 Dinding bambu, rumbia, kayu murahan. Lantai tanah, bambu, kayu murahan. Gambar 1.1. Kriteria Rumah Tidak Layak Huni 1. Luas bangunan minimal 27 m 2 Luasan rumah untuk pembangunan rumah swadaya baik yang dilaksanakan secara perorangan maupun kelompok yang dimulai dengan penyediaan lahan sampai pembangunan rumah layak huni atau pembangunan dengan memanfaatkan luas bangunan lama minimal 27 m 2 sehingga rumah tersebut masuk kategori rumah layak huni. 2. Bahan lantai berupa tanah atau kayu serta bahan dinding berupa bilik kayu atau bambu/rotan Pekerjaan lantai rumah yang semula tanpa pasangan (lantai tanah) dapat ditingkatkan kualitasnya menjadi lantai cor, dengan campuran 1 semen : 3 pasir, dengan tebal minimum 5 cm, dengan dilalui oleh lapisan urugan tanah padat dan hamparan pasir, serta permukaannya dihaluskan. Sedangkan untuk rumah-rumah yang menggunakan budaya tradisional kayu dengan kelas murahan, dapat ditingkatkan dengan menggunakan kayu kelas II. 3. Bahan atap rumah daun atau genteng plentong yang sudah rapuh Kriteria penggantian atap rumah yang semula rumbia digantikan dengan menggunakan atap genting atau Peningkatan Kualitas genting dengan menggunakan genting baru, sedangkan untuk daerah-daerah tertentu dapat menggunakan atap seng gelombang dan atap asbes, untuk kudakuda harus menggunakan konstruksi balok kayu klas II/ kayu gunung. 12 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

13 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Kedudukan Direktorat Rumah Swadaya dipimpin oleh Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab Kepada Dirjen Penyediaan Perumahan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tugas pokok Direktorat Rumah Swadaya mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana teknik dan penyusunan standardisasi, fasilitasi pendataan dan verifikasi, fasilitasi pemberdayaan dan kemitraan, pelaksanaan bantuan stimulan serta pemantauan dan evaluasi di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya. Fungsi Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 716 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.15 Tahun, Direktorat Rumah Swadaya menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan rencana teknik dan penyusunan standardisasi di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya; b. Fasilitasi pendataan dan verifikasi data backlog rumah swadaya dan Rumah Tidak Layak Huni di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya; c. Fasilitasi pemberdayaan masyarakat hasil pendataan dan fasilitasi akses kemitraan untuk mendapat bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya; d. Penyiapan penerima bantuan dan pendampingan dalam pelaksanaan bantuan stimulan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya; e. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan pemanfaatan bantuan di bidang penyelenggaraan bantuan rumah swadaya; dan f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 13

14 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup STRUKTUR ORGANISASI Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merupakan penggabungan (merger) dua kementerian, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat, oleh karena itu dalam penyusunan kelembagaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat selain memperhatikan hal tersebut juga mengacu pada Undang-Undang no. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan Peraturan Presiden no. 165 tahun 2014 tentang penataan tugas dan fungsi kabinet kerja serta Keputusan Presiden no. 121/P tahun 2014 tentang pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja periode Untuk melaksanakan tugas pokok fungsi berdasarkan peraturan tersebut, Direktorat Rumah Swadaya dibantu oleh, lima (5) sub direktorat dan satu (1) Sub Bagian, yaitu: 1. Sub Direktorat Perencanaan Teknik dan Standardisasi; 2. Sub Direktorat Fasilitasi Pendataan dan Verifikasi; 3. Sub Direktorat Fasilitasi Pemberdayaan dan Kemitraan; 4. Sub Direktorat Pelaksanaan Bantuan Stimulan; 5. Sub Direktorat Pemantauan dan Evaluasi. 6. Subbag Tata Usaha 1. Sub Direktorat Perencanaan Teknik dan standardisasi Sub Direktorat Perencanaan Teknik dan standarisasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perencanaan teknik bantuan penyediaan rumah swadaya serta penyusunan standar rumah swadaya. Dalam melaksanakan tugasnya Sub Direktorat Perencanaan Teknik dan Standarisasi menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perencanaan teknik dan program bantuan penyediaan rumah swadaya; b. Penyiapan penyusunan standar rumah swadaya dan penyiapan standar bantuan penyediaan rumah swadaya. 2. Sub Direktorat Fasilitasi Pendataan dan Verifikasi Sub Direktorat Fasilitasi Pendataan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan fasilitasi pendataan dan verifikasi data backlog rumah swadaya dan Rumah Tidak Layak Huni. Dalam melaksanakan tugasnya Sub Direktorat Fasilitasi Pendataan dan Verifikasimenyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan bahan fasilitasi pendataan backlog rumah swadaya dan Rumah Tidak Layak Huni; dan b. Penyiapan bahan verifikasi data backlog rumah swadaya dan Rumah Tidak Layak Huni. 3. Sub Direktorat Fasilitasi Pemberdayaan dan Kemitraan Sub Direktorat Fasilitasi Pemberdayaan dan Kemitraan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan fasilitasi pemberdayaan masyarakat hasil pendataan dan fasilitasi akses kemitraan untuk mendapat bantuan penyediaan rumah swadaya. Dalam melaksanakan tugasnya Sub Direktorat Fasilitasi Pemberdayaan dan Kemitraan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan fasilitasi peningkatan keswadayaan masyarakat hasil pendataan backlog rumah swadaya dan Rumah Tidak Layak Huni termasuk penyiapan fasilitasi penyertifikatan hak atas tanah milik calon penerima bantuan penyediaan rumah swadaya; dan b. Penyiapan fasilitasi akses kemitraan 14 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

15 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja untuk mendapat bantuan penyediaan rumah swadaya. 4. Sub Direktorat Pelaksanaan Bantuan Stimulan Sub Direktorat Pelaksanaan Bantuan Stimulan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan fasilitasi pelaksanaan bantuan stimulan penyediaan rumah swadaya. Dalam melaksanakan tugasnya Sub Direktorat Pelaksanaan Bantuan Stimulan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan fasilitasi penerima bantuan dalam pelaksanaan bantuan stimulan penyediaan rumah swadaya; dan b. Penyiapan fasilitasi pendampingan pelaksanaan bantuan stimulan penyediaan rumah swadaya 5. Sub Direktorat Pemantauan dan Evaluasi Sub Direktorat Pemantauan dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan pemanfaatan fasilitasi dan bantuan stimulan penyediaan rumah swadaya. Dalam melaksanakan tugasnya Sub Direktorat Pemantauan dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan pemantauan pelaksanaan bantuan stimulan penyediaan rumah swadaya; dan b. Penyiapan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan bantuan stimulan penyediaan rumah swadaya. 6. Subbag Tata Usaha Subbag Tata Usaha mempunyai tugas melakukan pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, administrasi barang milik negara, tata naskah dinas, dan kearsipan serta menyiapkan bahan pelaksanaan pelayanan kepada pimpinan dalam rangka mendukung kinerja pimpinan dan melakukan kegiatan penatausahaan pimpinan. Bagan struktur organisasi Direktorat Rumah Swadaya berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 15/PRT/M/ dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1.2 Bagan Struktur Organisasi Direktorat Rumah Swadaya DIREKTUR RUMAH SWADAYA SUB DIREKTORAT PERENCANAAN TEKNIK & STANDARDISASI SUB DIREKTORAT FASILITASI PENDATAAN & VERIFIKASI SUB DIREKTORAT FASILITASI PEMBERDAYAAN & KEMITRAAN SUB DIREKTORAT PELAKSANAAN BANTUAN & STIMULAN SUB DIREKTORAT PEMANTAUAN & EVALUASI SUBBAG TATA USAHA SEKSI PERENCANAAN TEKNIK SEKSI STANDARDISASI SEKSI FASILITASI PENDATAAN SEKSI VERIFIKASI SEKSI FASILITASI PEMBERDAYAAN SEKSI FASILITASI KEMITRAAN SEKSI PELAKSANAAN WILAYAH I SEKSI PELAKSANAAN WILAYAH II SEKSI PEMANTAUAN SEKSI EVALUASI & PELAPORAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 15

16 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup ISU STRATEGIS Secara umum potensi dan permasalahan yang terkait dengan penyelenggaraan perumahan rakyat adalah pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan akan perumahan baru semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu, dari sisi penyediaan, jumlah rumah yang terbangun belum mampu memenuhi pertumbuhan itu sendiri. 16 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

17 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Pada RPJMN 2019 pembangunan perumahan diarahkan untuk mengurangi angka backlog yang mencapai 13,5 juta atau sebesar 22% rumah tangga yang telah menghuni rumah tetapi bukan milik sendiri sehingga kebutuhan mendesak pemenuhan penyediaan perumahan diarahkan pada penyelesaian jumlah backlog sebesar 7,6 juta unit berdasarkan konsep penghunian. Kondisi tersebut masih ditambah dengan adanya 3,4 juta unit Rumah Tidak Layak Huni yang perlu untuk ditingkatkan kualitas rumahnya beserta akses terhadap prasarana dan sarana utilitas perumahan. Pemenuhan hunian layak yang didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai perlu mendapatkan perhatian khusus. Ketimpangan antara pasokan (supply) dan kebutuhan (demand) masih menjadi persoalan utama dalam penyediaan infrastruktur dasar khususnya bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR). Keterbatasan kapasitas pengembang (developer) yang belum didukung oleh regulasi yang bersifat insentif ditambah rendahnya keterjangkauan (affordability) MBR baik membangun atau membeli rumah menjadi salah satu penyebab utama masih banyaknya MBR yang belum KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 17

18 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup tinggal di rumah layak huni. Hal tersebut berpotensi menyebabkan degradasi kualitas permukiman dan menciptakan permukiman kumuh baru. Terlebih dalam pembangunan perumahan khususnya di area perkotaan (urban area) yang terkendala dengan proses pengadaan lahan. Sementara itu, kontribusi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Perumnas dalam pembangunan rumah untuk MBR masih belum optimal dan dihadapkan pada persaingan dengan pengembang perumahan. Demikian halnya dengan Bank Tabungan Negara (BTN) dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) yang diharapkan menjadi katalisator pembiayaan perumahan bagi MBR masih memerlukan tambahan likuiditas. Permasalahan tersebut tidak terlepas dari peran serta masyarakat di dalam pembangunan perumahan, peran dan partisipasi aktif pemerintah daerah dalam hal penyediaan perumahan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah sangat penting. Peran tersebut yang meliputi pendataan, perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman perlu dioptimalkan. Sebagai contoh, pemerintah daerah perlu memberikan dukungan dalam bentuk kesiapan sarana dan prasarana serta pembebasan tanah bagi pembangunan perumahan. Dukungan pemerintah daerah tersebut perlu ditingkatkan dalam kerangka sinergi pusat dan daerah. Di samping pemerintah daerah, pelaku yang juga perlu diberdayakan adalah masyarakat dan dunia usaha, termasuk BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur perumahan dan kawasan permukiman yang selama ini belum didorong secara maksimal. Peran dunia usaha seharusnya dikembalikan sebagai investor yang efektif dan sebagai generator pengembangan kawasan. BUMN harus didorong untuk dapat melaksanakan pelayanan kepada masyarakat sekaligus membantu Pemerintah untuk menyelesaikan target-target yang telah ditetapkan. Sedangkan masyarakat, khususnya kelompok berpenghasilan rendah, perlu diberdayakan secara terorganisir dan ditempatkan sebagai aktor penting pembangunan. 18 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

19 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja SISTEMATIKA PENYAJIAN Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya menyajikan penjelasan mengenai capaian kinerja Direktorat Rumah Swadaya tahun. Sebagai tolak ukur keberhasilan capaian kinerja (performance result) tahun yang berdasarkan pada Perjanjian Kinerja (performance agreement) tahun dan capaian kinerja tahun sebelumnya. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja akan memungkinkan diidentifikasinya celah-celah untuk perbaikan di masa yang akan datang dalam rangka perbaikan strategi untuk mencapai sasaran yang diharapkan. Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah yang diamanatkan dalam petunjuk teknis penyusunan laporan kinerja, sistematika penyajian laporan kinerja untuk tahun mengacu kepada Permenpan-RB nomor 53 tahun 2014 tentang petunjuk teknis Perjanjian Kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan kinerja instansi pemerintah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Penjelasan ringkas mengenai latar belakang, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi Direktorat Rumah Swadaya, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang dihadapi oleh organisasi Direktorat Rumah Swadaya serta sistematika penyajian dalam penyusunan laporan kinerja ini. BAB II PERENCANAAN KINERJA Menjelaskan secara ringkas dokumen perencanaan yang menjadi dasar pelaksanaan program, kegiatan, dan anggaran Direktorat Rumah Swadaya tahun yang meliputi Rencana Strategis Direktorat Rumah Swadaya Tahun -2019, Perjanjian Kinerja Tahun, Metode Pengukuran antara target dan realisasi serta target Direktorat Rumah Swadaya tahun sesuai dengan Renstra. BAB III KAPASITAS ORGANISASI Menjelaskan secara ringkas mengenai SDM, Sarana Prasarana yang ada di lingkungan direktorat, dan DIPA tahun yang bersangkutan. BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA Menjelaskan capaian kinerja Direktorat Rumah Swadaya sasaran strategis organisasi sesuai dengan pengukuran kinerja serta analisis capaian kinerja pada setiap pernyataan kinerja dengan membandingkan antara target dan realisasi serta menguraikan keberhasilan/kegagalan termasuk realisasi anggaran. BAB IV PENUTUP Menjelaskan simpulan atas capaian kinerja Direktorat Rumah Swadaya tahun, permasalahan serta langkah yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa yang akan datang. LAMPIRAN: 1. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2. DIPA 3. Perjanjian Kinerja (PK) 4. Pelaporan Triwulan kepada Kantor Staf Presiden (KSP) 5. Dokumentasi Peningkatan Kualitas (PK) 6. Dokumentasi Pembangunan Baru (PB) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 19

20 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup 20 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

21 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Rencana Strategis orat Rumah Swadaya Tahun BAB II PERENCANAAN KINERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 21

22 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Direktorat Rumah Swadaya yang selanjutnya disebut Renstra adalah rencana lima tahunan yang menggambarkan sasaran RPJMN serta visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan dan program. Renstra Direktorat Rumah Swadaya merupakan turunan dari Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan dan Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun yang telah disetujui oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran lengkap dengan indikator pencapaian sasaran serta cara mencapai tujuan yang terdiri dari kebijakan, program, dan kegiatan. Sejalan dengan Visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2019 dan arah kebijakan pembangunan perumahan dalam mendukung perumahan rakyat Indonesia yang berdaulat dan mandiri melalui terpenuhinya akses masyarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang layak, maka Direktorat Rumah Swadaya mendukung penuh Visi Direktorat Jenderal Permuahan, yaitu: Setiap Orang/Keluarga/Rumah Tangga Indonesia Menempati Rumah Yang Layak Huni. Pencapaian visi tersebut memerlukan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan di bidang perumahan mengingat intensitas dan 22 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

23 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja kompleksitas permasalahan yang harus ditangani. Misi Direktorat Rumah Swadaya yang merupakan rumusan upaya-upaya yang akan dilaksanakan selama periode Renstra 2019 dalam mencapai visi serta mendukung upaya pencapaian target pembangunan nasional, berdasarkan mandat yang diemban oleh Direktorat Rumah Swadaya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 13.1/Prt/M/ Tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2019, amanat RPJMN tahap ketiga serta perubahan kondisi lingkungan strategis yang dinamis adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan iklim yang kondusif dalam kebijakan penyediaan perumahan; 2. Mempercepat penyediaan dan pembangunan perumahan rakyat yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas yang memadai untuk mendukung layanan infrastruktur dasar dan hunian yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan prinsip infrastruktur untuk semua ; 3. Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya perumahan secara optimal; 4. Meningkatkan koordinasi dan kelembagaan pelaksanaan kebijakan pembangunan perumahan melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam pembangunan perumahan. Visi dan misi dari Direktorat Rumah Swadaya mendukung visi dan misi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Tahun menjadi landasan dan tolak ukur penilaian pertanggungjawaban akhir tahun anggaran dan penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya tahun. Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel maka Direktorat Rumah Swadaya berpedoman kepada: 1. RPJMN , 2. Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun -2019; 3. Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan 4. Rencana Aksi Direktorat Rumah Swadaya Tahun, dan 5. Perjanjian Kinerja Tahun. Tujuan Direktorat Rumah Swadaya merupakan rumusan kondisi yang hendak dituju di akhir periode perencanaan. Tujuan ini merupakan penjabaran dari visi serta dilengkapi dengan rencana sasaran strategis yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran nasional yang tertuang dalam RPJMN Tahun Tujuan Direktorat Rumah Swadaya secara umum adalah menyelenggarakan fasilitasi penyediaan perumahan dengan tingkat dan kondisi ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih sejahtera. Lebih lanjut, tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. Meningkatkan pengembangan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan untuk mendorong terciptanya iklim yang kondusif dalam pembangunan perumahan, termasuk dukungan kebijakan penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah; 2. Menyelenggarakan penyediaan perumahan untuk memenuhi kebutuhan hunian yang layak, melalui fasilitasi pembangunan baru dan peningkatan kualitas rumah layak huni; 3. Meningkatkan peran pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam pembangunan perumahan. Sasaran strategis yang hendak dicapai oleh Direktorat Rumah Swadaya sebagai penjabaran dari tujuan adalah: 1. Meningkatnya pengembangan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan, penyusunan kebijakan, program dan anggaran, kerjasama, data dan informasi serta evaluasi kinerja pengembangan perumahan; 2. Terwujudnya keswadayaan masyarakat untuk peningkatan kualitas dan pembangunan rumah/hunian yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi; Strategi yang akan dilakukan untuk pencapaian target tersebut adalah: 1. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menyediakan peningkatan kualitas hunian KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 23

24 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup maupun pembangunan rumah baru melalui bantuan stimulan; 2. Meningkatkan harmonisasi, sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan regulasi dan kebijakan pembangunan perumahan yang implementatif dan berpihak kepada seluruh kelompok masyarakat secara proporsional dan berimbang, sehingga tercipta iklim yang kondusif untuk mempercepat penyediaan perumahan yang layak bagi MBR; 3. Pemberdayaan perumahan swadaya melalui peningkatan keswadayaan masyarakat dalam pembangunan, pemeliharaan dan pencegahan rumah tidak layak huni, serta peningkatan kualitas rumah tidak layak huni melalui bantuan stimulan untuk pembangunan rumah baru, kampung deret dan peningkatan kualitas rumah; Di sisi lain, terdapat tantangan bagi Direktorat Rumah Swadaya, yaitu: 1. Dukungan kebijakan bidang perumahan dan kawasan permukiman belum memadai; 2. Koordinasi dan kelembagaan pembangunan perumahan kurang optimal; 3. Peran kontrol Pemerintah terhadap pelaksanaan pembangunan belum optimal; 4. Peran masyarakat dalam melakukan pemberdayaan belum maksimal; 5. Pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan masih kurang maksimal; 6. Pemanfaatan teknologi didaerah belum dioptimalkan. Tabel 2.1 Rencana Penanganan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya tahun No. PROGRAM/ KEGIATAN PRIORITAS RENSTRA Direktorat Rumah Swadaya (Unit) RENCANA Bantuan sosial Pembangunan Baru rumah swadaya 2. Bantuan sosial Peningkatan Kualitas rumah swadaya Sumber: Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan tahun s.d 2019 Untuk mencapai sasaran target Renstra Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan tahun dalam penanganan Rumah Tidak Layak Huni, Direktorat Rumah Swadaya merencanakan program Pembangunan Baru rumah swadaya sebanyak unit dan Peningkatan Kualitas rumah swadaya sebanyak unit. Sesuai dengan amanat Perpres nomor 13 tahun 2009 tentang koordinasi penanggulangan kemiskinan yang berbasis bantuan salah satunya adalah perlindungan terhadap rumah tangga miskin yang meliputi pangan, sanitasi dan kebutuhan air bersih yang dilaksanakan berbasis pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaannya dilaksanakan secara berkelompok, untuk mencapai program tersebut Direktorat Rumah Swadaya mempercepat program penanganan Rumah Tidak Layak Huni sejak tahun 2012 sampai dengan tahun dengan menambah jumlah target pembangunan dan anggaran, yang selanjutnya ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja tahunan. 24 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

25 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja PERJANJIAN KINERJA TAHUN Dengan memperhatikan rancangan awal pada Renstra yang memuat program kebijakan yang meliputi kegiatan pokok rumah swadaya dan kegiatan pendukung untuk mencapai sasaran kegiatan sesuai dengan tahun rencana, pada tahun Direktorat Rumah Swadaya menyusun Perjanjian Kinerja yang sesuai dengan kegiatan dan sasaran serta rincian anggaran masing-masing kegiatan sesuai dengan kelompok belanja dan jenis belanja komponen Input dan output yang jelas. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 25

26 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Berikut ini adalah Perjanjian Kinerja Direktorat Rumah Swadaya tahun : Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Tahun Direktorat Rumah Swadaya SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET (1) (2) (3) PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN Kegiatan Pemberdayaan Perumahan Swadaya 1. Meningkatnya keswadayaan masyarakat berpenghasilan rendah untuk membangun rumah yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi. 2. Meningkatnya jumlah rumah yang terfasilitasi melalui program Pembangunan Baru maupun Peningkatan Kualitas seacara swadaya 1. Jumlah Dokumen Perencanaan Teknis Pengembangan Perumahan Swadaya 2. Jumlah Dokumen Pendataan Perumahan Swadaya 3. Jumlah MBR yang Terfasilitasi Pemberdayaan dalam Penyediaan Rumah Swadaya 4. Jumlah Laporan Fasilitasi Pelaksanaan Pengembangan Perumahan Swadaya 5. Jumlah Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan Rumah Swadaya 6. Jumlah Laporan Penatausahaan Pengembangan Rumah Swadaya 1. Jumlah Unit Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya 2. Jumlah Unit Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya 4 Dokumen 3 Dokumen Rumah Tangga 4 Laporan 4 Laporan 1 Laporan Unit Unit Kegiatan sebagaimana terlihat dalam tabel di atas merupakan target kinerja Direktorat Rumah Swadaya untuk tahun dengan dua sasaran strategis dan delapan indikator kinerja yaitu meningkatnya keswadayaan masyarakat berpenghasilan rendah untuk membangun rumah yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi, untuk mendukung sasaran strategi satu dilaksanakan dengan enam indikator kinerja: 1. Perencanaan Teknis Pengembangan Perumahan Swadaya yang dilakukan dengan penyusunan kebijakan, penganggaran dan koordinasi dengan pemerintah provinsi kabupaten kota. 2. Pendataan Perumahan Swadaya dilaksanakan dengan pemerintah provinsi melalui bimbingan teknis para SKPD kabupaten kota untuk selanjutnya dilakukan oleh pemerintah daerah yang disampaikan kepada provinsi dengan sistem aplikasi yang dapat diakses oleh pemerintah provinsi dan kabupaten kota. 3. Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat Berpenghasilan Rendah dalam melaksanakan pembangunan rumah swadaya. Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan pelatihan pemberdayaan ditingkat provinsi dan SKPD kabupaten /kota setara berjenjang melalui pemahaman terhadap peningkatan kapasitas pengetahuan dan ketrampilan teknis masyarakat (knowledge networking) dibidang perumahan swadaya. Output yang diharapkan dari pelatihan ini dari pelatihan 26 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

27 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja pemberdayaan diharapkan pemerintah daerah dapat memahami dan menerapkan profesionalisme tentang pelaksanaan pembangunan perumahan swadaya. hal-hal lain dalam pemberdayaan juga diperlukan: a. Pemahaman program pembangunan rumah swadaya yang memuat tentang kebijakan-kebijakan rumah swadaya, tahapan penyelenggaraan bantuan rumah swadaya serta peran para pihak (pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten kota serta fasilitator). b. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya yang berisikan tentang model-model pemberdayaan masyarakat, langkahlangkah pemberdayaan masyarakat serta pengorganisasian dalam pemberdayaan masyarakat. c. Konsep dan praktek kampung sendiri yang diharapkan seluruh lapisan masyarakat dapat melakukan langkahlangkah survei kampung sendiri dari mulai tahapan survei, desain kampung sendiri dan teknik fasilitasi survei kampung sendiri. 4. Fasilitasi Pelaksanaan Pengembangan Perumahan Swadaya, kegiatan ini dilakukan dalam tiga tahapan antara lain: a. Melakukan koordinasi dan bimbingan teknis pelaksanaan dan pembangunan rumah swadaya. b. Melakukan pengendalian dalam mendampingi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan secara swadaya. c. Pertanggung jawaban atas kegiatan pembagunan rumah swadaya yang dilaksanakan secara berkelompok oleh masyarakat yang difasilitasi oleh fasilitator masing-masing desa. 5. Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan Rumah Swadaya, kegiatan ini dilakukan dalam rangka pengukuran kinerja pelaksanaan rumah swadaya serta pemenuhan kebutuhan laporan kepada pimpinan atas penyelenggaraan kebijakan perumahan swadaya dan pelaksanaan bantuan stimulan perumahan swadaya. 6. Penatausahaan Pengembangan Rumah Swadaya diperlukan sebagai dukungan manajemen dan administrasi Direktorat Rumah Swadaya. Sasaran strategis dua berupa Bantuan stimulan perumahan swadaya (BSPS) melalui dua kegiatan; yaitu: 1. Fasilitasi Bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya. 2. Fasilitasi Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya. Meningkatnya jumlah rumah yang terfasilitasi melalui program Pembangunan Baru maupun Peningkatan Kualitas secara swadaya. Untuk dapat mencapai program tersebut, Direktorat Rumah Swadaya didukung oleh beberapa kegiatan lain yang dilaksanakan oleh unit organisasi eselon III dan IV di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 27

28 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup METODE PENGUKURAN Pengukuran pencapaian sasaran digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi & misi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pengukuran yang dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada indikator kinerja yang berupa indikator masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat dan dampak. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan kebijakan/program/ kegiatan yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan. Pengukuran kinerja mencakup kinerja kegiatan dan kinerja sasaran yang merupakan tingkat pencapaian target dari masing-masing kinerja. Perhitungan persentase pencapaian target baik dalam pencapaian kegiatan maupun pencapaian sasaran memperhatikan karakteristik komponen realisasi dalam kondisi sebagai berikut: a. Semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik, digunakan rumus: % Pencapaian Target = Realisasi Rencana x 100% b. Semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian kinerja, digunakan rumus: % Pencapaian Target = Rencana - (Realisasi-Rencana) Rencana x 100% Berdasarkan pengukuran kinerja kegiatan dalam formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK)dan realisasi pencapaian kegiatan dan sasaran, dilakukan evaluasi terhadap pencapaian setiap indikator kinerja untuk memberikan penjelasan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan dan pencapaian sasaran. Evaluasi bertujuan agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan dimasa yang akan datang. Evaluasi terhadap capaian kinerja dinilai dengan skala pengukuran ordinal yang dibuat dengan menggunakan asumsi seperti terlihat pada tabel 2.3 Tabel 2.3 Skala Pengukuran Ordinal Sasaran & Kinerja NO. KONDISI KETERANGAN 1. X > 100% Sangat Baik 2. 85% < X 100% Baik 3. 75% < X 85% Cukup Baik 4. 55% < X 75% Sedang 5. X 55% Kurang 28 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

29 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja TARGET DIREKTORAT RUMAH SWADAYA TAHUN Berikut ini adalah target Direktorat Rumah Swadaya sesuai dengan Rencana Strategis Direktorat Rumah Swadaya yang mengacu pada RPJMN tahun -2019: Tabel 2.4 Target Direktorat Rumah Swadaya Berdasarkan RPJMN Tahun PROGRAM/KEGIATAN RPJM PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN Pemberdayaan Perumahan Swadaya 1. Bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya 2. Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Baru Rumah Swadaya TOTAL Tabel 2.5 Target Berdasarkan Renstra Direktorat Rumah Swadaya PROGRAM/KEGIATAN RPJM PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN Pemberdayaan Perumahan Swadaya 1. Bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya 2. Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Baru Rumah Swadaya TOTAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 29

30 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup 30 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

31 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Sumber Daya Manusia Sarana dan Prasarana DIPA Tahun BAB III KAPASITAS ORGANISASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 31

32 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup SUMBER DAYA MANUSIA Sumber daya manusia aparatur merupakan bagian dari administrasi publik yang berperan sangat strategis dan kritikal dalam pencapaian target-target pembangunan infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kondisi ideal yang diharapkan dari SDM aparatur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah: independen dan netral; berkompeten; produktif; berintegritas; berkesejahteraan; berorientasi pelayanan dan kinerja; dan akuntabel. Ke depan perlu ada perubahan pola pikir (mindset) dari ASN yaitu dari dilayani menjadi melayani; dari orientasi proses menjadi orientasi outcome; dari menunggu menjadi menjemput; dari inkompeten menjadi kompeten; dari rumit dan tidak fleksibel menjadi sederhana; serta dari koruptif menjadi bersih. Masing-masing sub direktorat membawahi 2 (dua) seksi dan masing-masing seksi memiliki staf pns/ cpns dan staf honorer. Secara keseluruhan jumlah SDM di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Jumlah SDM di Lingkungan Direktorat Rumah Swadaya NO. JABATAN JUMLAH 1. Eselon II 1 2. Eselon III 5 3. Eselon IV Staf PNS Non PNS 77 JUMLAH 148 Tabel 3.2 Total keseluruhan SDM di Lingkungan Direktorat Rumah Swadaya UNIT KERJA JUMLAH NON PNS PNS SELURUH Direktorat Rumah Swadaya KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

33 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja SARANA DAN PRASARANA Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi semakin meningkat dan berpengaruh positif sistem kinerja pegawai sejalan dengan Reformasi Birokrasi sejak 2004 yang terus diperbaiki sistemnya. Pengelolaan barang milik negara yang ada di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya menggunakan fasilitas sarana dan prasarana Kementerian PUPR yang dimanfaatkan sejak mulai penggabungan Kementerian PU dan Kemenpera menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 15 tahun tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/ tentang Organisasi dan Tata Laksana Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tantangan yang dihadapi adalah perlunya peningkatan penataan aset barang milik negara, akuntabilitas dari transparansi penyelenggaraan pembangunan, keterbukaan informasi publik, pemeliharaan citra positif kementerian, peningkatan layanan sarana dan prasarana kementerian serta meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap layanan publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang baik. Berikut ini adalah daftar barang keseluruhan yang digunakan di Direktorat Rumah Swadaya sebagai penunjang kinerja Tabel 3.3 Daftar Barang Keseluruhan di Direktorat Rumah Swadaya pada tahun NO. JENIS BARANG MERK BARANG JUMLAH 1 Laptop Hybrid Lenovo Thinkpad Yoga 14 OMID 2 2 Laptop Hybrid Lenovo Thinkpad Yoga 14 11ID 10 3 Laptop Hybrid Lenovo IdeaPad Yoga ID-Black 2 4 Laptop Hybrid HP Pavilion 11-n028TU x360-red 7 5 Computer Dekstop All in One HP Pavilion 20-r122d All-in-One 5 6 Computer Dekstop All in One HP Pavilion 20-r124d All-in-One 16 7 UPS/ Power Backup APC BX1400U-MS 7 8 Modem D-link (DWM-156/3GA) 8 9 Printer Portable CANON Ip Printer B/W HP Laser Jet Pro Printer Color HP Color Laser Jet Pro M177fw MFP Printer Color FUJI XEROX Docuprint C3055DX 1 13 Projector INFOCUS Projector (IN3136a) 1 14 Projector INFOCUS Projector (IN226) 5 15 Projector EPSON Projector Portable (EB-1776W) 3 16 Projector Screen BRITE Motorized 84 (MR-2121) 2 17 Laser Printer LOGITECH Wireless Presenter R Fax PANASONIC KX-FM Television Curved SAMSUNG Curved Smart TV LED 40 4 (UA40J6300) 20 Scanner BROTHER Scanner (ADS-1600W) 5 21 Paper Shredder SECURE Maxi 15 A 7 22 Camera NIKON D3300 Kit VR - Black 7 23 HT MOTOROLA Walkie Talkie (MD200T) 6 JUMLAH 142 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 33

34 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup DIPA TAHUN Sesuai dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Rumah Swadaya tahun dengan nomor: SP DIPA /, alokasi anggaran untuk Satuan Kerja Pengembangan Rumah Swadaya adalah sejumlah Rp ,- dengan output sebagai berikut: Tabel 3.4 DIPA Satuan Kerja Pengembangan Rumah Swadaya tahun NO. OUTPUT JUMLAH OUTPUT ANGGARAN 1. Laporan Penatausahaan Direktorat Rumah Swadaya 1 laporan Dokumen Perencanaan Teknis 4 dokumen Pengembangan Perumahan Swadaya 3. Dokumen Pendataan Perumahan Swadaya 3 dokumen MBR yang Terfasilitasi Pemberdayaan dalam Penyediaan Rumah Swadaya Laporan Fasilitasi Pelaksanaan Pengembangan Perumahan Swadaya rumah tangga laporan Laporan Pemantauan dan Evaluasi 4 laporan Pengembangan Rumah Swadaya 7. Layanan Perkantoran 12 bulan layanan TOTAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

35 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Sedangkan alokasi anggaran untuk Satuan Kerja Bantuan Rumah Swadaya sesuai dengan DIPA nomor SP DIPA / adalah sejumlah Rp ,- dengan output sebagai berikut: Tabel 3.5 DIPA Satuan Kerja Bantuan Rumah Swadaya tahun NO. OUTPUT JUMLAH OUTPUT ANGGARAN 1. Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya 2. Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya unit unit Layanan Perkantoran 12 bulan layanan TOTAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 35

36 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup 36 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

37 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Capaian Kinerja Organisasi Realisasi Anggaran BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 37

38 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Akuntabilitas kinerja merupakan kewajiban suatu unit kerja/badan hukum atau pimpinan suatu organisasi dalam mempertanggungjawabkan dan menjelaskan capaian kinerja yang telah dilaksanakan sesuai dengan program, tujuan, sasaran yang telah direncanakan dalam kurun waktu satu tahun, atas kinerja yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Rumah Swadaya selaku unit organisasi eselon II, disampaikan ke unit organisasi eselon I untuk dilaporkan menjadi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan. Pelaporan atas pengukuran kinerja dilaksanakan dengan mengevaluasi dan menganalisis atas capaian sasaran yang telah dilaksanakan apakah sesuai dengan target atau tidak dapat tercapai, termasuk di dalamnya menguraikan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil dalam rangka peningkatan kinerja Direktorat Rumah Swadaya. Pengukuran kinerja mencakup tingkat capaian target dari masingmasing indikator kinerja. 38 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

39 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Sasaran kegiatan Direktorat Rumah Swadaya adalah meningkatnya keswadayaan masyarakat berpenghasilan rendah untuk membangun rumah yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur, dan serasi melalui Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) yang meliputi terfasilitasinya pembangunan rumah baik itu Pembangunan Baru (PB) maupun Peningkatan Kualitas (PK). Untuk mencapai sasaran kegiatan tersebut diperlukan kebijakan yang mendukung program rumah swadaya berupa regulasi yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan BSPS. Direktorat Rumah Swadaya dalam tahun telah menyelesaikan sebuah regulasi terkait dengan program BSPS yaitu Permen PUPR No. 39 tahun tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya sebagai revisi atas Permen No. 06 Tahun Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 81/PMK tentang Belanja Bantuan Sosial yang mengamanatkan bahwa pengguna anggaran berkewenangan untuk menetapkan pedoman umum pengelolaan dan pertanggungjawaban belanja bantuan sosial, sehingga program bantuan sosial dapat dilaksanakan tepat sasaran dan tepat waktu serta dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mencapai 2 sasaran tersebut Direktorat Rumah Swadaya telah membuat Rencana Aksi untuk satu tahun ke depan yang dituang dalam Rencana Kinerja Tahunan yang terdiri dari 2 sasaran dan 8 indikator kinerja. Setelah DIPA disetujui maka Direktorat Rumah Swadaya membuat Perjanjian Kinerja untuk tahun anggaran yang tertuang dalam tabel 4.1di bawah ini. Tabel 4.1 Perjanjian Kinerja Tahun Direktorat Rumah Swadaya SASARAN PROGRAM/ KEGIATAN INDIKATOR KINERJA TARGET (1) (2) (3) PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN Kegiatan Pemberdayaan Perumahan Swadaya 1. Meningkatnya keswadayaan masyarakat berpenghasilan rendah untuk membangun rumah yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi. 2. Meningkatnya jumlah rumah yang terfasilitasi melalui program Pembangunan Baru maupun Peningkatan Kualitas seacara swadaya 1. Jumlah Dokumen Perencanaan Teknis Pengembangan Perumahan Swadaya 2. Jumlah Dokumen Pendataan Perumahan Swadaya 3. Jumlah MBR yang Terfasilitasi Pemberdayaan dalam Penyediaan Rumah Swadaya 4. Jumlah Laporan Fasilitasi Pelaksanaan Pengembangan Perumahan Swadaya 5. Jumlah Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan Rumah Swadaya 6. Jumlah Laporan Penatausahaan Pengembangan Rumah Swadaya 1. Jumlah Unit Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya 2. Jumlah Unit Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya 4 Dokumen 3 Dokumen Rumah Tangga 4 Laporan 4 Laporan 1 Laporan Unit Unit KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 39

40 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup ANALISIS DAN EVALUASI KINERJA Pelaksanaan analisis dan evaluasi kinerja dilakukan melalui pengukuran kinerja dengan menggunakan formulir pengukuran kinerja sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun tentang Pedoman Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Pusat dan PermenPAN-RB nomor 10 tahun tentang Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Pemerintah Pusat. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan program dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi serta target kinerja sesuai dengan RPJMN Seiring dengan berakhirnya masa pemerintahan dan mulainya masa pemerintahan -2019, kebijakan pemerintah mengalami penyesuaian. Presiden RI telah menetapkan visi dan misi pemerintah Visi dan Misi Presiden RI kemudian diterjemahkan ke dalam program tersebut NAWACITA. Penjabaran dari visi, misi, dan program kemudian diterjemahkan kedalam dokumen RPJMN dan Renstra Direktorat Rumah Swadaya yang bernaung di bawah Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan mendukung program NAWACITA pada poin ke lima yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 juta hektar dan program rumah kampung deret yang pelaksanaannya dilakukan melalui Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) berupa Pembangunan Baru (PB) Rumah Swadaya dengan target di tahun sebanyak unit dan Peningkatan Kualitas (PK) sebanyak unit. Program pengembangan dan bantuan rumah swadaya dalam pelaksanaan BSPS dilaksanakan oleh 2 (dua) Satker dan Sub Direktorat di bawahnya dengan jumlah anggaran sebesar Rp ,- Kegiatan yang ada di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan indikator kinerja yang akan dijabarkan sebagai berikut: SASARAN I Meningkatnya keswadayaan masyarakat berpenghasilan rendah untuk membangun rumah yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan serasi. INDIKATOR I TARGET 4 dokumen Penyusunan NSPK Bidang Perumahan Swadaya (1 dokumen) Sosialisasi dan Diseminasi NSPK Bidang Perumahan Swadaya (1 dokumen) Koordinasi dan Kerjasama Pelaksanaan Penyediaan Rumah Swadaya (1 dokumen) Penyusunan Program dan Anggaran Tahunan Direktorat Rumah Swadaya (1 dokumen) REALISASI 100% 40 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

41 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Berikut adalah kegiatan Direktorat Rumah Swadaya dalam bidang perencanaan teknis dan standardisasi: Penyusunan NSPK Bidang Perumahan Swadaya Penyusunan NSPK Bidang Perumahan Swadaya dengan input dana sebesar Rp ,- dengan realisasi akhir Rp ,- (75,68%). Output dari pelaksanaan kegiatan ini adalah PermenPUPR Nomor 39/PRT/M/ tentang Perubahan Atas Permenpera Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Rumah Swadaya sebagai pedoman pelaksanaan program BSPS Tahun. Selain itu, pada tahun ini juga dilaksanakan penyusunan revisi PermenPUPR Nomor 39/PRT/M/ untuk menjadi acuan pelaksanaan program BSPS Tahun 2016 (on going). Adanya proses penyusunan revisi PermenPUPR Nomor 39/PRT/M/ dikarenakan Direktorat Rumah Swadaya memandang perlu untuk dilakukan penyesuaian terhadap peraturan berdasarkan pelaksanaan BSPS pada tahun sebelumnya. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan karena terdapat beberapa hal yang tidak sesuai antara kondisi di lapangan dengan Permenpera Nomor 06 Tahun 2013 dan untuk meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam membangun rumah yang layak huni pada lingkungan yang sehat, aman, harmonis, serta berkelanjutan. Diharapkan dengan adanya perbaikan dan penyempurnaan terhadap peraturan yang menjadi pedoman pelaksanaan BSPS, nantinya penyelenggaraan program BSPS dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh para pelaku di berbagai simpul mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, fasilitator, KPB, dan masyarakat sendiri, sehingga dapat menyelesaikan masalah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dengan hasil, manfaat, dan dampak yang optimal. Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Pendahuluan. Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Pendahuluan. Penyusunan NSPK Bidang Perumahan Swadaya. Studi Literatur terkait NSPK Bidang Perumahan Swadaya KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 41

42 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Sosialisasi dan Diseminasi NSPK Bidang Perumahan Sosialisasi & Diseminasi NSPK Bidang Perumahan Swadaya dengan input dana sebesar Rp ,- dengan realisasi akhir Rp ,- (70,58%). Kegiatan sosialisasi dan diseminasi terdiri dari sosialisasi PermenPUPR Nomor 39/PRT/M/ tentang Perubahan Atas Permenpera Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Rumah Swadaya di 10 (sepuluh) wilayah, yaitu [a] Sumatera Bagian Utara, [b] Sumatera Bagian Selatan, [c] Jawa Bagian Barat, [d] Jawa Bagian Tengah, [e] Jawa Bagian Timur, [f] Bali dan Nusa Tenggara, [g] Kalimantan, [h] Sulawesi, [i] Maluku dan [j] Papua. Selain itu, juga dilakukan sosialisasi dan konsultasi PermenPUPR Nomor 47/PRT/M/ tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur untuk persiapan pelaksanaan DAK Subbidang Perumahan melalui Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni (program BSPS) di 3 (tiga) lokasi, yaitu Malang (10-13 November ), Batam (18-19 November ), dan Makassar (24-27 November ). Sosialisasi dan konsultasi terkait persiapan pelaksanan DAK Bidang Infrastruktur Tahun 2016 dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan sistem desk per subbidang yang terdapat pada bidang infrastruktur. Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Pendahuluan Studi Literatur terkait NSPK Bidang Perumahan Swadaya Pelaksanaan Uji Publik terhadap substansi NSPK Penyempurnaan substansi NSPK Koordinasi dan Kerjasama Pelaksanaan Penyediaan Rumah Swadaya Kegiatan Koordinasi & Kerjasama Pelaksanaan Penyediaan Rumah Swadaya dengan dana sebesar Rp ,- terealisasi Rp ,- (80,18%), output kegiatan fisik ini berupa koordinasi dengan pemerintah daerah ataupun pihak lain (pihak ke 3) yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan rumah swadaya dalam bentuk satu dokumen telah diselesaikan 100%. 42 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

43 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Pendahuluan Inventarisasi dan analisis data Koordinasi dan Konsultasi Perumusan langkah dan rencana Tindak Lanjut Penyusunan Program dan Anggaran Tahunan Direktorat Rumah Swadaya Penyusunan program dan anggaran dengan input dana sebesar Rp ,- yang sampai dengan akhir desember terealiasi Rp ,- (74,22%). Output pelaksanaan kegiatan ini adalah program dan anggaran Tahun yang sudah diselesaikan 100% dalam bentuk 1 dokumen laporan. Kegiatan Penyusunan Program dan Anggaran Direktorat Rumah Swadaya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar dapat mewujudkan pengoptimalan program dan kebijakan Direktorat Rumah Swadaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Tahapan penyusunan program dan anggaran Direktorat Rumah Swadaya dimulai dengan pengumpulan usulan dari Pemerintah Daerah melalui Rapat Konsultasi Regional dan Koordinasi Teknis. Usulan tersebut merupakan bahan awal untuk menentukan program dan anggaran Direktorat Rumah Swadaya. Direktorat Rumah Swadaya atas nama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat difasilitasi oleh Bappenas melakukan penjaringan aspirasi dan usulan masyarakat dari daerah (provinsi, kabupaten/kota) seluruh Indonesia dalam suatu forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas). Usulan tersebut menjadi salah satu dasar Direktorat Rumah Swadaya dalam menyusun kebijakan, program, dan anggaran dan dilakukan pembahasan melalui Rapat Kerja (Raker) DPR, Kemenkeu dan Bappenas sampai dengan keluarnya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang kemudian dituangkan dalam RKA-KL. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 43

44 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Fasilitasi Rapat Konsultasi Regional Bidang Perumahan Swadaya Fasilitasi Rapat Konsultasi Regional Bidang Perumahan Swadaya dengan input dana sebesar Rp ,- dengan realisasi akhir Rp ,- (82,86%). Output dari pelaksanaan kegiatan ini adalah berupa terjaringnya usulan program BSPS Tahun 2016 baik dalam bentuk Peningkatan Kualitas (PK) dan Pembangunan Baru (PB) yang diusulkan oleh Pemerintah Daerah kepada Pusat, berupa satu dokumen dan telah diselesaikan 100%. Kegiatan ini dilaksanakan di 4 (empat) wilayah, yaitu Yogyakarta (12-14 Agustus ), Batam (26-28 Agustus ), Makassar (9-11 September ) dan Bali (16-18 September ). Dalam kegiatan tersebut berhasil terjaring usulan program BSPS Tahun 2016 sebanyak unit Pembangunan Baru dan unit Peningkatan Kualitas. Sementara itu, usulan yang terjaring untuk pelaksanaan tahun 2017 adalah sebesar unit Pembangunan Baru dan unit Peningkatan Kualitas. Dari hasil rapat konsultasi regional kita bandingkan dengan target RPJMN pada tahun 2016 sebesar 3.04% untuk penanganan RTLH atau sebesar unit, sedangkan jumlah RTLH berdasarkan rakor terjaring sebanyak unit atau sebesar 460.7% jadi masih terdapat kelebihan rumah yang belum dapat dibangun sebanyak unit. Sinkronisasi Program Bidang Perumahan Swadaya Pusat & Daerah Evaluasi pelaksanaan Rakonreg Bidang Perumahan Swadaya Rapat Konsultasi Regional Nasional Penyusunan Program Pembangunan Perumahan Swadaya Secara keseluruhan dari indikator kinerja perencanaan teknis dan standardisasi sudah baik karena dengan target tercapainya 4 dengan realisasi mencapai 4 dokumen pokok dan 1 dokumen pendukung yang berupa kajian konsultan atau sebesar 100% dari target yang direncanakan. 44 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

45 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja INDIKATOR KINERJA Jumlah Dokumen Pendataan Perumahan Swadaya TARGET 3 dokumen Penyusunan Sistem Aplikasi Pendataan dan Monitoring Perumahan Swadaya (2 dokumen) Pendataan Teknis Rumah Swadaya (1 dokumen) REALISASI 100% Dalam memenuhi indikator kinerja Direktorat Rumah Swadaya melakukan kegiatan pendataan Rumah Tidak Layak Huni diseluruh wilayah, yang tahapannya akan dijabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahun dalam rangka memperoleh data Rumah Tidak Layak Huni untuk pelaksanaan BSPS di tahun Kegiatan Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Dalam rangka pencapaian target Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Tahun 2016 Direktorat Rumah Swadaya melakukan pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di seluruh Provinsi sebanyak 34 Provinsi. Output kegiatan ini adalah diperolehnya data BNBA dan persyaratan administrasi atas usulan daerah yang selanjutnya disampaikan melalui SKPD provinsi dalam bentuk sistem informasi pendataan. Anggaran untuk kegiatan penyusunan sistem aplikasi pendataan dan monitoring Perumahan Swadaya adalah sebesar Rp ,- dan realisasi akhir sejumlah Rp ,- (72,77%), sedangkan untuk kegiatan pendataan teknis rumah swadaya memiliki anggaran sebesar Rp ,- dengan realisasi akhir sebesar Rp ,- (78,42%) Dalam melakukan pendataan didasarkan pada target RPJMN untuk penurunan angka backlog sebesar 7,6 juta dan RTLH 3,4 juta unit. cara menghitung backlog, secara nasional rumus perhitungan backlog adalah jumlah keluarga sesuai dengan data BKKBN dikurangi dengan jumlah unit rumah sesuai dengan data BPS. Jadi rumus tersebut dapat dipergunakan untuk menghitung backlog yang ada di kabupaten/kota. Berbagai program sudah dicanangkan pemerintah untuk penanganan perumahan, tetapi terkendala dalam ketersediaan data yang ada, untuk itu perlu dialokasikan anggaran untuk membangun sistem pendataan rumah. Direktorat Rumah Swadaya untuk tahun melakukan pendataan RTLH di 33 provinsi untuk mencapai target RPJMN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 45

46 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Selama ini data RTLH bersumber dari BPS yang mana BPS melakukan metode sampling dalam pendataan sehingga didapatkan angka 3,4 juta RTLH secara nasional. Untuk itu diperlukan sistem pendataan yang riil yang berasal dari data kabupaten/kota sehingga didapatkan angka yang riil apakah lebih besar dari 3,4 juta atau lebih kecil. Dari hasil pendataan berdasarkan datartlh. swadayapupr.com total data RTLH yang masuk adalah unit. Data RTLH yang masuk paling banyak di Regional I adalah Provinsi D.I. Yogyakarta sebesar unit. Sandingan data usulan dan data yang telah diinput dalam sistem aplikasi yang paling signifikan adalah Provinsi Jawa Tengah, yaitu data usulan sebesar unit dan data yang diinput dalam sistem aplikasi sebesar unit. Dari data tersebut untuk wilayah Jawa Tengah dapat dialokasikan sementara sebelum diverifikasi sebesar unit. Tabel 4.2 Jumlah RTLH di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah No Provinsi/Kabupaten Usulan Jumlah RTLH Yang terinput Jumlah Backlog Yang ada Yang terinput 1. D.I. Yogyakarta Jawa Tengah TOTAL Perbedaan antara data aplikasi dan data usulan adalah sebagai berikut: a. Data aplikasi 1. Merupakan data yang diinput oleh pemerintah kabupaten/kota dengan metode pendataan berbasis masyarakat 2. Sistem dapat menganalisa data untuk menilai tingkat tidak layak huni rumah melalui scoring 3. Laporan data bersifat realtime dan dapat diakses oleh setiap SKPD di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan oleh Pemerintah Pusat 4. Menampilkan sebaran lokasi berbasis spasial 5. Total data yang masuk dalam sistem aplikasi sampai dengan saat ini sebanyak unit b. Data Usulan 1. Merupakan data yang bersumber dari surat usulan permohonan bantuan dari Pemerintah Kabupaten/Kota 2. Belum dilengkapi dengan data pendukung sehingga belum diketahui gambaran mengenai kondisi rumah dan penghuni 3. Data direkap secara manual 4. Sebaran lokasi RTLH belum diketahui. Kedalaman data hanya hingga setingkat Kabupaten/Kota. 5. Total data yang masuk dalam sata usulan sampai dengan saat ini sebanyak unit 46 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

47 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Gambar 4.1 Buku Pedoman dan Petnjuk Teknis Pendataan RTLH KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Panduan Penggunaan Sistem Informasi Pendataan Rumah Tidak Layak Huni Buku panduan ini dipergunakan oleh pemerintah daerah provinsi atau kabupaten kota sebagai panduan sistem informasi pendataan Rumah Tidak Layak Huni. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT RUMAH SWADAYA Jl. Pattimura No Kebayoran Baru - Jakarta Selatan KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT RUMAH SWADAYA TAHUN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PEDOMAN UMUM PENDATAAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI Buku panduan ini dipergunakan oleh pemerintah daerah provinsi atau kabupaten kota sebagai pedoman pendataan Rumah Tidak Layak Huni. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT RUMAH SWADAYA Jl. Pattimura No. 20, Gedung G, Lantai V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT RUMAH SWADAYA TAHUN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PETUNJUK TEKNIS PENDATAAN RTLH Buku panduan ini dipergunakan oleh pemerintah daerah provinsi atau kabupaten kota sebagai pedoman dalam melakukan sosialisasi pendataan Rumah Tidak Layak Huni ditingkat kelurahan atau desa. Dari mulai tahapan sosialisasi bentuka kopja pelaksanaan pendataan sampai dengan pembentukan SK kepala desa. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT RUMAH SWADAYA Jl. Pattimura No. 20, Gedung G, Lantai V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT RUMAH SWADAYA TAHUN 3 dokumen tersebut merupakan petunjuk teknis yang dipergunakan dalam melakukan pendataan RTLH di masing-masing provinsi. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 47

48 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Berikut ini adalah kendala yang dihadapi dari pendataan RTLH serta penanganannya: Tabel 4.3 Kendala dari Pendataan RTLH serta penanganannya No. Kendala dari pendataan RTLH Tahun Penanganannya 1. Keterbatasan waktu dalam pelaksanaan pendataan sehingga belum dapat dihasilkannya data mikro berbasis spasial 2. Belum teridentifikasinya semua SKPD yang menangani data perumahan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota (Dinas PU/ Bappeda/ Dinas Sosial/ Badan Pemberdayaan Masyarakat, dll); 3. Belum semua Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota) secara aktif melakukan updating informasi data RTLH 4. Sebagian Pemerintah Daerah yang memiliki data dalam bentuk hardcopy dan atau file excel dengan format yang beragam, mengalami kesulitan dalam melakukan penginputan data ke dalam sistem aplikasi (kurangnya SDM, keterbatasan jaringan, dll) 5. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pengelolaan sistem dan maintanance 6. Kegiatan sosialisasi pendataan baru dilaksanakan hingga tahap pusat-provinsi-kabupaten/kota. Kegiatan sosialisasi dari tahap kabupaten/ kota hingga tingkat kelurahan/desa belum dilaksanakan Perbaikan pelaksanaan pendataan di tahun 2016 dengan perencanaan waktu yang lebih efektif dan efisien Meningkatkan peran provinsi dalam mengidentifikasi SKPD di Kabupaten/Kota yang menangani data bidang perumahan Meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah dalam update informasi data RTLH Fasilitasi Pemerintah pusat untuk membantu melakukan penginputan data ke sistem database dari data yang ada di Pemerintah Daerah. perekrutan tenaga honorer/tenaga sub profesional Koordinasi dengan SKPD. 7. Sistem aplikasi yang kurang maksimal sehingga menghambat terkumpulnya data dalam sistem aplikasi. 8. Baru terbentuknya Subdit Fasilitasi Pendataan dan Verifikasi dan Nomenklatur baru dari Kemenpera kemudian bergabung menjadi Kementerian PUPR sehingga pada awal Agustus kegiatan baru dimulai. Dalam melakukan pendataan dengan sistem informasi datartlh.swadayapupr.com terdapat kendala dalam penginputan maka dilakukan secara offline sehingga ada progres data RTLH. Namun demikian pendataan disalahsatu kabupaten wilayah Jawa Tengah diantaranya di Kabupaten Kebumen sejak tahun 2014 sudah ada database perumahan mulai dari tingkat desa sampai dengan kecamatan. Database tersebut sudah masuk dalam program KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

49 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya telah melakukan evaluasi pendataan dengan tujuan adalah pemantapan pelaksanaan pendataan di daerah dalam rangka persiapan penyusunan dan pelaksanaan program; penyusunan program dengan pendekatan yang paling sesuai dengan tingkat kesiapan masing-masing daerah. Pendataan sebelumnya identik dengan program BSPS (Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya) adalah untuk menerima manfaat, saat ini data yang akurat digunakan untuk program yang tepat sasaran; tolak ukur pencapaian kinerja; keragaman program dan pendekatan yang paling tepat untuk setiap program. Menurut UU No. 1 Tahun 2011 Pasal 21 ayat (3) menyatakan bahwa rumah swadaya adalah rumah yang diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri maupun berkelompok. Pendataan berbasis masyarakat sebagai upaya pelibatan dan peningkatan masyarakat dalam perencaaan yang lebih baik. PP 88 Tahun 2014 pasal 2 ayat (2) merupakan petunjuk teknis dalam pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman menjadi tanggung jawab Pusat, Provinsi dan Kabupaten/kota. Inovasi lain dalam melakukan pendataan ditahun 2016 mekanisme pendataan Tahun Anggaran 2016 dengan metode Triple A yang akan direncanakan oleh Direktorat Rumah Swadaya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Selama ini data perumahan dan sumber data sangat beragam. Data yang diinginkan adalah data operasional yang bisa digunakan dalam penyusunan kebijakan, pengambilan keputusan, penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. 1. Metode Triple A adalah Atlas, Agenda dan Aturan Main. Atlas adalah sumber informasi bersama; Agenda adalah sinkronisasi rencana aksi; dan Aturan Main adalah partisipasi multi stakeholder. 2. Posisi penting data dalam dokumen perencanaan perumahan dan kawasan permukiman terbagi dalam 2 (dua) dimensi yaitu dimensi spasial (sektoral) dan dimensi politis. 3. Masalah yang terdapat dalam dimensi spasial adalah belum lengkapnya masterplan/ RP3KP/SSK/RISPAM yang sering terbentur dengan RPJMD yang kaitannya dengan dimensi politis. Perlu adanya Pergub mengenai Pedoman Pendataan Perumahan dan Defenisi Operasional Rumah Layak Huni. Hasil evaluasi pendataan untuk kabupaten kota adalah sebagai berikut : a. Hampir seluruh Kabupaten/Kota sudah melakukan pendataan dan memiliki data RTLH dengan format data yang bervariasi; b. Dalam pendataan yang dilakukan pemerintah daerah baik tahapan, format maupun sistem yang dipergunakan hampir serupa dengan Kegiatan Teknis Pendataan RTLH. Bahkan ada data-data yang lebih lengkap disesuaikan dengan kebutuhan masing masing pemerintah daerah. c. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendataan RTLH tahun adalah sistem aplikasi belum kompatibel dengan pendataan eksisting yang sudah dilaksanakan oleh masing masing pemda, pelaksanaan pendataan RTLH belum maksimal karena belum ada dukungan dari sisi sumber daya manusia (SDM), anggaran, dan waktu yang terlalu singkat. d. Perhatian pemerintah daerah terhadap proses pendataan masih kurang disebabkan oleh pemda masih fokus pada pelaksanaan program kegiatan fisik, pendataan RTLH masih dilihat sebagai bagian dari usulan untuk bantuan, pemahaman terhadap pendataan RTLH masih belum maksimal sehingga diperlukan sosialisasi yang lebih intensif. e. Kendala yang dihadapi pemda dalam melakukan pendataan terhambat oleh kondisi geografis yang berbeda beda untuk setiap daerah. f. Sosialisasi tentang pendataan RTLH masih perlu dimaksimalkan dengan meningkatkan melalui pelatihan dan pendampingan dan perlu adanya koordinasi dengan Kegiatan Dekonsentrasi sehingga lebih maksimal. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 49

50 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Secara Nasional masing-masing provinsi hasil pendataan RTLH sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Pendataan RTLH masing-masing provinsi NO PROVINSI UNIT 1 DI YOGYAKARTA 11,829 2 JAWA TENGAH 5,716 3 JAWA BARAT 5,637 4 ACEH 4,044 5 SULAWESI TENGGARA 3,934 6 GORONTALO 3,060 7 NUSA TENGGARA BARAT 2,966 8 KALIMANTAN TENGAH 2,711 9 SULAWESI SELATAN 2, BANTEN 2, SUMATERA SELATAN 1, SUMATERA BARAT 1, JAWA TIMUR 1, MALUKU BENGKULU KALIMANTAN TIMUR SULAWESI UTARA MALUKU UTARA KEPULAUAN RIAU SUMATERA UTARA SULAWESI TENGAH LAMPUNG KALIMANTAN BARAT 2 24 KALIMANTAN UTARA 2 25 SULAWESI BARAT 2 26 PAPUA 2 27 RIAU 0 28 JAMBI 0 29 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 0 30 DKI JAKARTA 0 31 BALI 0 32 NUSA TENGGARA TIMUR 0 33 KALIMANTAN SELATAN 0 34 PAPUA BARAT 0 JUMLAH TOTAL DATA 50, KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

51 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Berikut ini adalah grafik data RTLH yang sudah masuk ke system aplikasi pendataan Grafik 4.1 Grafik Hasil Pendataan RTLH masing-masing provinsi PAPUA BARAT 0 KALIMANTAN SELATAN 0 NUSA TENGGARA TIMUR 0 BALI 0 DKI JAKARTA 0 KEP. BANGKA BELITUNG 0 JAMBI RIAU PAPUA SULAWESI BARAT KALIMANTAN UTARA KALIMANTAN BARAT LAMPUNG SULAWESI TENGAH SUMATERA UTARA KEPULAUAN RIAU MALUKUN UTARA SULAWESI UTARA KALIMANTAN TIMUR BENGKULU MALUKU JAWA TIMUR SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN BANTEN SULAWESI SELATAN KALIMANTAN TENGAH NUSA TENGGARA BARAT GORONTALO SULAWESI TENGGARA ACEH JAWA BARAT JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA ,057 1,201 1,835 2,121 2,295 2,711 2,966 3, ,934 4,044 5, ,716 11, ,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 unit KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 51

52 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Berikut ini adalah salah satu contoh yang usulannya paling banyak dan dilengkapi dengan kriteria atau segmentasi dari jenis perbaikan rumah. Tabel 4.5 Jumlah Unit RTLH Di Provinsi Di Yogyakarta Berdasarkan Hasil Pendataan NO KABUPATEN KOTA UNIT RTLH 1 Kabupaten Gunung Kidul 7,340 2 Kabupaten Bantul 2,085 3 Kota Yogyakarta 1,031 4 Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Sleman 527 TOTAL 11,719 Grafik 4.2 Grafik Jumlah Unit RTLH Di Provinsi Di Yogyakarta Berdasarkan Hasil Pendataan KABUPATEN SLEMAN KABUPATEN KULON PROGO KOTA YOGYAKARTA KABUPATEN BANTUL KABUPATEN GUNUNG KIDUL ,031 2,085 7, ,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 unit rtlh Segmentasi Kondisi RTLH Rusak Berat sebanyak 22%, Rusak Sedang sebanyak 52% dan Rusak Ringan sebanyak 26%. Diagram 4.1 Segmentasi Kondisi RTLH Berdasarkan tingkat Kerusakan 26% RUSAK RINGAN 22% RUSAK BERAT 52% RUSAK SEDANG Secara keseluruhan dari kegiatan RTLH termasuk ke dalam kategori BAIK sesuai dengan skala pengukuran ordinal sasaran dan capaian. Dari target output 3 dokumen telah dipenuhi 100% (3 dokumen). 52 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

53 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja INDIKATOR KINERJA Jumlah MBR yang Terfasilitasi Pemberdayaan dalam Penyediaan Rumah Swadaya TARGET Rumah Tangga REALISASI RUMAH TANGGA Dari target Rumah Tangga yang terfasilitasi pemberdayaan dalam penyediaan rumah swadaya dapat terealisasi sebanyak (95,07%). Ketidaktercapaian target pemberdayaan dikarenakan keterbatasan waktu dan tidak semua pemerintah kabupaten/kota menyampaikan usulan fasilitator pemberdayaan. Sesuai dengan kategori pengukuran skala ordinal, capaian kegiatan pemberdayaan sudah termasuk kategori BAIK, yaitu 85% < 95,07% 100% PENYUSUNAN MODUL Penyusunan modul pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya, modul peran pemerintah dalam pembangunan rumah swadaya, modul program pembangunan rumah swadaya, modul konsep dan praktek survei kampung sendiri dalam pembangunan rumah swadaya diperuntukkan bagi pemangku kepentingan dalam melakukan pendampingan masyarakat guna meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan teknis masyarakat (knowladge networking) di bidang perumahan dan permukiman. Modul-modul ini dapat menjadi acuan dalam hal kepemimpinan, manajemen kemitraan, manajemen konflik, monitoring dan evaluasi partisifatif. Modulmodul ini digunakan dalam kegiatan Bimbingan Teknis pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya. Anggaran untuk kegiatan penyiapan modul untuk pemberdayaan masyarakat bidang perumahan swadaya adalah sebesar Rp ,- dengan realisasi akhir sebesar Rp ,- (95,10%). KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 53

54 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Gambar 4.2 Cover Modul Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Rumah Swadaya 54 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

55 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Upaya lain yang dilakukan untuk mendorong masyarakat dalam melakukan pemberdayaan rumah swadaya dilakukan dengan salah satunya adalah kegiatan bimbingan teknis pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya yang dijabarkan sebagai berikut: KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN RUMAH SWADAYA Bentuk Kegiatan ini merupakan bimbingan teknis berupa rapat koordinasi bersama yang dilakukan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kepada para SKPD dan Koordinator Kabupaten/Kota yang menangani Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kegiatan ini merupakan pra kegiatan pemberdayaan masyarakat terkait dengan pelaksanaan pembangunan rumah swadaya. Pelaksanaan bimbingan teknis pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya dilakukan di 19 lokasi di seluruh wilayah Indonesia mulai bulan Oktober sampai November. Kegiatan pembinaan teknis bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen pemerintah kabupaten/kota dalam pemberdayaan masyarakat bidang perumahan swadaya. Sasaran kegiatan ini adalah terfasilitasnya rumah tangga berpenghasilan rendah dalam pembangunan rumah swadaya.anggaran untuk kegiatan tersebut adalah sebesar Rp ,- dengan realisasi akhir sebesar Rp ,- (82,84%). Kegiatan Bimbingan Teknis diadakan di 18 Kabupaten/kota. dan dihadiri 935 peserta. Hasil Evaluasi Kinerja Dari Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam rangka membangun rumah secara swadaya Direktorat Rumah Swadaya mengadakan evaluasi, sebagai berikut: 1. Bimtek pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya, masyarakat dapat mudah memahami modul yang diberikan baik modul program, modul peran pemerintah, modul konsep dan simulasi praktek Survei Kampung Sendiri (SKS). Namun, masyarakat akan lebih mudah memahami ketika didampingi oleh pemerintah dalam melaksanakan program yang terdapat dalam modul, sehingga peran pemerintah sangat penting dalam upaya pencapaian pembangunan rumah swadaya. 2. Beberapa masyarakat juga mudah menerapkan konsep modul ke lapangan sehingga simulasi seperti ini memudahkan masyarakat untuk memahami wilayahnya sendiri. 3. Pada dasarnya, berhadapan dengan masyarakat tidaklah mudah sehingga diperlukan pendekatan-pendekatan lain yang lebih mendalam agar program-program yang berkaitan dengan bantuan rumah swadaya dapat terlaksana dengan baik. 4. Perlu adanya evaluasi lapangan lebih lanjut terkait masyarakatnya yang harus diberdayakan. Selain itu perlu bantuan monitoring dari pemerintah pusat tentang dana stimulan agar tidak ada permasalahan yang terjadi ketika di lapangan 5. Masyarakat akan lebih senang apabila pendampingan dilakukan dari awal sampai akhir langsung dari pemerintah pusat. Selain itu, lahan yang dibahas dalam konteks ini merupakan aspek penting sebelum pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan rumah swadaya. 6. Masyarakat perkotaan yang memiliki habit bergeser yakni pemahaman mulai menuju ke materi, tidak hanya sekedar gotong royong, meskipun prinsip gotong royong masih ada pada masyarakat. 7. Persiapan untuk desa termasuk pengiriman undangan dan persyaratan tidak boleh terlambat dan salah alamat, sehingga desa yang ingin berpartisipasi sedikit terhalang karena sudah mendekati deadline dari pengiriman undangan dengan tanggal terakhir pengusulan tim teknis dan fasilitator. 8. MBR diminta untuk memilih dan menunjuk pimpinannya sendiri, sehingga mereka dapat lebih termotivasi untuk memberdayakan diri. 9. Perlu adanya sinkronisasi antar pelaku bidang perumahan khususnya pemerintah yang ada di pusat agar penyelenggaraan perumahan dapat dilakukan serentak sehingga pemerintah daerah dapat dengan mudah melakukan pengawasan. 10. Perlu adanya dasar hukum yang menerangkan bahwa pemerintah daerah harus KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 55

56 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup menyediakan dana sebagai pendamping dalam pelaksanaan penyelenggaraan rumah swadaya. 11. Potensi yang ada di DIY dan Jawa Tengah adalah masyarakatnya masih memiliki keinginan untuk bergotong royong untuk melaksanakan pembangunan rumah swadaya, tetapi selain itu ada beberapa kendala yang berkaitan dengan adat misalnya larangan untuk membangun rumah di bulan Sura (Muharram), dan sulitnya melakukan pembangunan rumah swadaya di saat musim tanam, karena sebagian besar masyarakatnya adalah petani. 12. Perlu adanya penegasan dari pemerintah pusat mengenai aturan kelembagaan bidang perumahan yang harus ada di daerah. Kegiatan Survey Kampung Sendiri (SKS) Pemberdayaan dalam penyelenggaraan rumah swadaya diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk berswadaya melakukan pembangunan perumahan swadaya. Sejalan dengan hal tersebut, salah satu hal yang menarik adalah peserta akan diajak melakukan simulasi praktek materi SKS (Survey Kampung Sendiri) bersama perwakilan masyarakat kelurahan. SKS merupakan salah satu teknis pelibatan masyarakat dalam menentukan prioritas pembangunan, yang dimulai dari identifikasi permasalahan, penentuan kebutuhan penanganan, dan penyepakatan prioritas pembangunan. Dalam kesempatan itu, diharapkan peserta dapat mengajak masyarakat untuk bersama-sama menggali sekaligus menyepakati permasalahan pokok dan kebutuhan prioritas untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Barangkali lokasi dan apa yang diperoleh dari kegiatan tersebut hanya sekelumit dari permasalahan yang terjadi sesungguhnya, oleh karena itu pada saat praktek pemberdayaan masyarakat sesungguhnya di lapangan (di daerah masing-masing) dapat memotivasi masyarakat untuk menyadari akan permasalahan yang dihadapi dan turut andil dalam penanganan permasalahan yang menjadi tanggung jawab bersama. Sebagaimana diketahui bersama bahwa kegiatan SKS merupakan salat satu strategi perencanaan partisipatif, dimana masyarakat diajak berperan dalam perencanaan secara bottom up. Perencanaan semacam ini diharapkan dapat memenuhi harapan masyarakat dan menjawab permasalahan yang sesungguhnya menjadi kebutuhan masyarakat. Hasil pleno dari kegiatan SKS tersebut adalah sebagai berikut: 1. Permasalahan yang terjadi di masyarakat semua berasal dari faktor ekonomi dimana masyarakat tidak bisa mengembangkan dirinya terlebih untuk desanya karena hal tersebut. Mata pencaharian yang sebagai petani juga menuntut mereka untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dari hasil bertani saja, sehingga dalam hal ini permasalahan saling berhubungan dan saling terikat dalam menciptakan solusinya. 2. Semua potensi yang ada dimasyarakat tidak akan tereksplor lancar tanpa bantuan dari pemerintah, sehingga dalam pengembangnnya perlu bantuan dari pemerintah baik sebagai fasilitator atau pendamping dari pemerintah pusat. 3. Semangat kegotongroyongan masih ada, meskipun sedikit luntur karena faktor geografis yang semakin bersifat urban, maka dari itulah semangat gotong royong perlu dilatih dengan adanya praktek pemberdayaan masyarakat di desa. 4. Diperlukan monitoring dari pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat karena berhubungan dengan dana stimulan yang rentan terhadap penyelewengan sehingga dalam kondisi aman sampai ke pemerintah desa. 5. Penduduk mempunyai potensi dengan pendidikan yang sangat baik dan mempunyai kesadaran akan hidup sehat dan layak, organisasi/ sosial/ masyarakat telah terorganisir dan tertata. 6. Kondisi masyarakat dengan sarana permukiman dan infrastruktur tidak termasuk kategori kawasan kumuh permukiman, tetapi perlunya Peningkatan Kualitas infrastruktur wilayah antara lain pada 10 % wilayah terkena banjir genangan dan kondisi rumah semi permanen. 7. Bagi SKPD tekait, mohon diberikan bantuan sosial/ pendidikan bagi anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental. 8. Masyarakat yang mendapat BSPS selayaknya juga diselaraskan dengan bantuan sanitasi, sehingga fisik rumah tertangani demikian pula sanitasinya. 9. Mengajukan permohonan kepada perusahaanperusahaan setempat yang memiliki kepedulian untuk membantu program bagi MBR. 56 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

57 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Dokumentasi Kegiatan Bimbingan Teknis Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pelaksanaan Kegiatan Rumah Swadaya Pembukaan Acara Pembinaan Teknis Pemberdayaan Pembangunan Rumah Swadaya Oleh Kepala Dinas PU Penyampaian materi Peran Pemerintah dalam Pembangunan Rumah Swadaya oleh Kepala Satker Pengembangan Rumah Swadaya Penyampaian materi iperan Pemerintah hdalam Pembangunan Penyampaian Materi Survei Kampung Sendiri Rumah Swadaya oleh Kepala Satker Pengembangan Rumah Swadaya Kelompok sedang berdiskusi membahas permasalahan. Simulasi Pratek SKS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 57

58 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup INDIKATOR KINERJA Jumlah Laporan Fasilitasi Pelaksanaan Pengembangan Perumahan Swadaya TARGET 4 Laporan Pembinaan Penyiapan dan Penetapan Calon Penerima BSPS (2 dokumen) Pembinaan Fasilitasi Pendampingan Fasilitator Pelaksana BSPS ( 2 dokumen) REALISASI 100% Untuk merealisasikan kegiatan BSPS maka diperlukan kegiatan fasilitasi pelaksanaan pengembangan perumahan swadaya berupa kegiatan fasilitasi pendampingan fasilitator dan pembinaan penyiapan dan penetapan calon penerima BSPS yang akan dijabarkan sebagai berikut: KEGIATAN FASILITASI PENDAMPINGAN FASILITATOR DALAM PELAKSANAAN BSPS Direktorat Rumah Swadaya dalam melaksanakan tugasnya berupa kegiatan fasilitasi pelaksanaan BSPS tahun. Kegiatan ini diawali dengan melakukan sosialisasi kepada fasilitator dengan melakukan kegiatan verifikasi ulang terhadap data calon penerima bantuan di masing-masing kabupaten/kota dan desa kelurahan dampingan, kemudian fasilitator melapor kepada kepala desa dan lurah untuk melakukan musyawarah mengenai jumlah pasti penerima bantuan di desa/kelurahan wilayah dampingan, penentuan dan pembentukan jumlah KPB dan jumlah nominal bantuan calon penerima bantuan yang kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan Pakta Integritas bagi pelaku kegiatan BSPS. Pihak KMW akan memberikan pembekalan administrasi kepada para fasilitator dalam bentuk RTL (Rencana Tindak lanjut) yang dilaporkan setiap hari kerja kepada koordinator kabupaten diteruskan ke pihak KMW. Anggaran untuk kegiatan pembinaan fasilitasi pandampingan fasilitator pelaksana BSPS adalah sebesar Rp ,- dengan realisasi akhir Rp (99,94%). Hasil evaluasi terhadap kegiatan fasilitasi pendampingan fasilitator adalah sebagai berikut: tegas dalam menentukan verifikasi ulang calon penerima bantuan di wilayah kerja dampingan. calon penerima bantuan dampingannya dalam proses penarikan tahap I dan tahap II sampai dengan proses pembangunan 100% agar dapat dilaporkan ke KMW melalui Koordinator 58 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

59 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Kabupaten/Kota. pengiriman bahan bangunan ke penerima bantuan sampai di tempat dan melaporkan progres kepada Bank penyalur untuk dapat mentransfer dana ke toko bahan bangunan. schedule pembangunan tahap I dalam hal ini 45 hari pembangunan konstruksi, menyiapkan laporan 30% dan usulan DRPB2 tahap II yang disetujui oleh Tim Teknis untuk proses penarikan dana tahap II. Proses pembangunan tahap II harus sudah selesai 60 hari setelah penarikan tahap II. diharapkan terlibat dalam proses klarifikasi kembali calon penerima bantuan untuk menghindari tumpang tindih penerima bantuan. SKPD diharapkan sudah memiliki data dasar terkait Rumah Tidak Layak Huni sehingga tim yang berada di pusat dapat menerima data mengenai kriteria yang sesuai dengan segmentasi kriteria bantuan stimulan. serta mengecek kelayakan calon penerima BSPS yang mendapat bantuan. Hasil klarifikasi fasilitator dapat diserahkan di rembug II klarifikasi kembali calon penerima bantuan dapat dilaporkan dan diangkat di forum rembug penetapan definitif penerima bantuan. bangunan kayu yang tidak disediakan toko bahan bangunan fabrikasi yaitu toko bahan bangunan fabrikasi bekerja sama dengan toko penyedia kayu. ringkas dan mudah dalam hal pelaksanaan mengingat waktu sangat terbatas di kegiatan tahun ini. segera disampaikan melalui konsultan manajemen wilayah (KMW) ke koordinator kabupaten dan fasilitator untuk dirapatkan di desa penerima bantuan bersama kepala desa untuk diverifikasi kembali. membuat pernyataan/komitmen kesanggupan untuk menyelesaikan pembangunan hingga 100% secara tertulis, untuk menghindari kasuskasus hukum terkait penyelesaian pengerjaan bantuan nantinnya. (BPKP, Kejaksaan dan Kepolisian) diharapkan dapat ikut andil dalam mengawasi jalannya pelaksanaan bantuan untuk menghindari informasi dan pengaduan-pengaduan negatif yang berkembang di masyarakat. Berikut ini adalah dokumentasi sosialisasi pelaksanaan BSPS tahun yang dilaksanakan dibeberapa provinsi Sosialisasi oleh Subdit Pelaksanaan Bantuan Stimulan di Banjarmasin untuk wilayah Kalimantan. Para peserta sosialisasi masing-masing provinsi dan Kabupaten kota wilayah Jawa Barat. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 59

60 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Sosialisai oleh PPK wilayah Jawa dan Satker Kebijakan di Jawa Barat Sosialisasi oleh direktur rumah swadaya di Ambon untuk wilayah Papua & Maluku. Sosialisasi pelaksanaan BSPS di provinsi Jawa Barat. Para peserta Sosialisasi di Banjarmasin untuk wilayah Kalimantan. Sosialisasi Kasatker bantuan di Makasar untuk wilayah Sulawesi. Sosialisasi oleh narasumber di Mataram untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara. 60 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

61 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Sosialisasi oleh Setdirjen di Medan untuk wilayah Sumbagut. Peserta di Medan untuk wilayah Sumbagut. Sosialisasi oleh Kasatker bantuan di Palembang untuk wilayah Sumbangsel. Peserta Sosialisasi di Palembang. Narasumber Sosialisasi di Yogyakarta untuk wilayah Jawa tengah dan Jawa Timur. Peserta sosialisasi Yogyakarta untuk wilayah Jawa tengah dan Jawa Timur. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 61

62 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Berikut ini Foto Dokumentasi Pelaksanaan BSPS Tahun Suasana pendampingan Fasilitator di Kabupaten Bintan. Suasana pendampingan Fasilitator di Kampar. Pendampingan fasilitator dalam pembuatan administrasi di Kabupaten Donggala. Pendampingan Fasilitator dalam melaksanakan sosialisasi di masyarakat oleh fasilitator. Berikut ini Foto kegiatan pelaksanaan BSPS Koordinasi dengan tim teknis kabupaten Garut Koordinasi dengan SKPD 62 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

63 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Koordinasi dengan Bank BTN di Mataram Koordinasi dengan Bank BTN di Mataram Kegiatan penyerahan Buku tabungan di Kabupaten Karang Asem Kegiatan penyerahan Buku tabungan di Kabupaten Karang Asem Toko Bangunan di Mataram Ketersediaan bahan bangunan untuk masyarakat penerima bantuan KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 63

64 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Ketersediaan bahan bangunan untuk masyarakat penerima bantuan Penerimaan bahan bangunan Pengiriman bahan bangunan Pengiriman bahan bangunan Pelaksanaan pembangunan rumah Pelaksanaan pembangunan rumah 64 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

65 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Pelaksanaan pembagunan rumah di Kabupaten Garut Pelaksanaan pembagunan rumah di Karang asam Proses pembangunan rumah di Semarang Proses pembangunan rumah di Semarang Hasil pembangunan oleh penerima bantuan Hasil pembangunan oleh penerima bantuan Secara keseluruhan capaian target output dari kegiatan fasilitasi pelaksanaan pengembangan swadaya sudah terpenuhi 100% (3 dokumen) dari target 3 dokumen, sehingga capaian dari indikator dinilai sudah BAIK. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 65

66 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup INDIKATOR KINERJA Jumlah Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan Rumah Swadaya TARGET 4 Laporan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Rumah Swadaya Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Rumah Swadaya Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Rumah Swadaya Wilayah I Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Rumah Swadaya Wilayah II REALISASI 100% Dalam rangka memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan BSPS tahun serta pelaporan kegiatan maka berikut akan dijabarkan mengenai kegiatan yang berkaitan dengan monitoring, evaluasi dan pelaporan: KEGIATAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA DIREKTORAT RUMAH SWADAYA TAHUN Sistem Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden No.29 tahun 2014 yang telah mengatur tentang sistem pelaporannya secara sistematik dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh unit organisasi eselon II pada Direktorat Rumah Swadaya, yang berdasar pada Perjanjian Kinerja yang memuat tentang sasaran kegiatan dan indikator kinerja sebagaimana dijelaskan dalam bab II. Dari 2 sasaran kegiatan terdapat 8 indikator kinerja yang keluarannya berupa hasil dari kegiatan atau program yang telah dicapai dalam kurun waktu satu tahun. Keluaran tersebut berupa Output hasil kegiatan yang dilaksanakan dalam mendukung sasaran kegiatan. Berikut ini dokumen kegiatan selama penyusunan Lapkin Direktorat Rumah Swadaya Tahun.Anggaran untuk kegiatan penyusunan Laporan Kinerja adalah sebesar Rp ,- dengan realisasi akhir sebesar Rp ,- (99,40%). Rapat Koordinasi Pertama Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya yang ada di lingkungan Direktorat Rumah Swadaya. Arahan dari Subdit Pemantauan dan Evaluasi Rumah Swadaya mengenai penyusunan Lapkin 66 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

67 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Pengarahan penyusunan Lapkin oleh Direktur rumah swadaya Pengarahan evaluasi ilapkin oleh hinspektur Jenderal Untuk mendukung laporan kinerja diperlukan dokumen berupa Rencana Strategis (Renstra) Eselon II, Rencana Aksi, Perjanjian Kinerja, pengukuran kinerja, pengolahan data kinerja dan pelaporan kinerja sebagai outcome dari kegiatan Dirjen unit organisasi eselon II Direktorat Rumah Swadaya. Capaian kinerja dalam penyusunan Lapkin tercapai 100% dengan dokumen-dokumen pendukung yang juga tercapai 100%. KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI DARI PELAKSANAAN BSPS TAHUN Berikut ini hasil evaluasi terhadap pelaksanaan BSPS yang dilaksanakan oleh Direktorat Rumah Swadaya. Berdasarkan hasil survei kunjungan kepada objek sasaran fisik dan melalui penyebaran kuesioner kepada sasaran Penerima Bantuan, Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), Konsultan Manajemen Wilayah (KMW), Fasilitator, Bank Penyalur (BTN), Kepala Desa dan Toko Bahan Bangunan teridentifikasi permasalahan dan keberhasilan berbagai faktor yang mengindikasikan adanya berbagai aspek faktual yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan rekomendasi terhadap efisiensi dan efektifitas program BSPS, maupun sebagai umpan balik terhadap kegunaan, manfaat dan dampak program BSPS kedepannya. Jumlah sampel yang menjadi dasar monitoring dan evaluasi yaitu sekitar unit (290 desa) yang menyebar di 12 provinsi. Pemaparan mengenai kegiatan ini akan memuat evaluasi kuantitatif dan kualitatif terhadap pelaksanaan program BSPS dengan metode sederhana, yaitu melakukan umpan balik temuan faktual di lapangan dari laporan hasil monitoring dan evaluasi terhadap peraturan kebijakan yang berlaku, terhadap hasil Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan BSPS dan hasil data kuesioner yang telah ditabulasi. Anggaran untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp ,- dengan realisasi akhir sebesar Rp ,- (99,47%). KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 67

68 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Direktorat Rumah Swadaya mengadakan evaluasi terhadap sasaran penerima bantuan sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Permen 39 tahun. Berdasarkan jawaban hasil kuisioner dan dari hasil tinjauan lapangan yang dilakukan ke beberapa Kabupaten/Kota dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan fasilitasi Bantuan Stimulan Perumahaan Swadaya dapat dilaporkan hal-hal sebagai berikut: Efektifitas Pelaksanaan Program BSPS 1. Capaian terhadap sasaran Penerima Bantuan a. Kesesuaian Penerima Bantuan (PB) terhadap Kriteria Penghasilan Rata-rata per Bulan. Dari hasil kuisioner terhadap penerima bantuan, teridentifikasi bahwa penghasilan ratarata PB sebesar Rp ,- adalah tepat sasaran terhadap kriteria penghasilan, karena berpenghasilan dibawah upah minimum Provinsi rata-rata nasional. Dengan latar belakang pekerjaan PB sebagai berikut: Grafik 4.3 Grafik Penerima Bantuan Berdasarkan Kriteria Penerima Bantuan NELAYAN BURUH PABRIK TIDAK BEKERJA PEKERJA BANGUNAN PEDAGANG KAKI LIMA BURUH LEPAS BURUH TANI Grafik tersebut menunjukan bahwa Penerima Bantuan yang paling banyak menerima bantuan adalah Buruh tani. b. Kesesuaian PB terhadap Kriteria Kepadatan Penghuni dari hasil kuisioner terhadap penerima bantuan, teridentifikasi bahwa rumah PB rata-rata berpenghuni 4 orang dengan rata-rata luas rumah sebelum PK 48.2 m2 dan rata-rata luas rumah setelah PK 50,4 m². adalah tepat sasaran terhadap kriteria kepadatan penghuni, karena setiap penghuni rumah telah menempati luas ruang rumah rata-rata sebesar 11,8 m²/anggota keluarga (telah memenuhi kecukupan minimal luas ruang rumah yaitu sebesar 9m²/anggota keluarga). Diagram 4.2 Diagram Kriteria Kepadatan penghuni 48,2 50,4 SEBELUM PERBAIKAN SETELAH PERBAIKAN Dari diagram tersebut menunjukan bahwa adanya kenaikan sebesar 2,2% dari sebelum perbaikan sebesar 48,2%, setelah perbaikan menjadi 50,4%. 68 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

69 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja c. Kesesuaian PB terhadap Legalitas Pertanahan Diagram status tanah PB di bawah ini mengindikasikan bahwa 91% hak kepemilikan tanah penerima bantuan bukan berbentuk sertifikat, bantuan BSPS terhadap kriteria kepemilikan hak atas tanah adalah tepat sasaran karena dari hasil survei lapangan dan kuisioner 100% PB menguasai/memiliki tanah. Diagram 4.3 Diagram Kesesuaian Penerima Bantuan terhadap Legalitas Pertanahan 9% 91% SERTIFIKAT BUKAN SERTIFIKAT 2. Efektifitas Capaian terhadap sasaran Waktu Pelaksanaan Pembagunan Fisik Rumah Tinggal Kesesuaian Terhadap Waktu Pelaksanaan Pembangunan Fisik Rumah Tinggal. Durasi pembangunan fisik dari sejak pendropan bahan material hingga selesainya pembangunan fisik, rata-rata penerima bantuan memerlukan waktu selama 38 hari, adalah tepat waktu karena sesuai dengan Permen 39 Tahun bahwa penyelesaian pembangunan fisik rumah dengan progress 100% paling maksimal proses penggerjaannya selama 105 hari. 3. Efektifitas Capaian terhadap sasaran Pelaksanaan Pembangunan Fisik Rumah Dalam pelaksanaan pembangunan fisik rumah 9% Penerima Bantuan menggunakan tenaga anggota keluarga, 80% dikerjakan secara gotong-royong dan 52% menggunakan tenaga tukang dengan ongkos kerja rata-rata Rp /tukang/hari, adalah tepat sasaran karena salah satu tujuan dari bantuan stimulan ini ditujukan untuk menggerakan kegotongroyongan masyarakat untuk bersama-sama membangun rumah yang layak huni bagi seluruh anggota mayarakat. Diagram 4.4 Diagram Efektivitas Capaian 80% 52% 9% KELUARGA GOTONG ROYONG TUKANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 69

70 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Efektifitas Penggunaan Dana BSPS Terhadap Komponen Bangunan Berikut ini adalah grafik penggunaan dana BSPS untuk pekerjaan atap, lantai dan dinding sebelum perbaikan dan setelah perbaikan: Grafik 4.4 Grafik Komponen Bangunan Sebelum Perbaikan dan Setelah Perbaikan 100% 80% 60% 40% 20% 0% Komponen Atap Program BSPS telah mampu meningkatkan kualitas rumah RTLH menjadi RLH yaitu dengan tergantinya rumah beratap genteng rapuh, seng rapuh, asbes rapuh menjadi genteng baru, seng baru atau asbes baru. Penggunaan material genteng baru meningkat 47%, penggunaan material seng meningkat 2.9% dan asbes meningkat 50%. penggunaan asbes sebagai atap kurang baik dari aspek kesehatan karena atap asbes dapat menimbulkan penyakit asbestosis. Komponen Lantai Program BSPS telah mampu meningkatkan kualitas rumah RTLH menjadi RLH yaitu dengan tergantinya rumah berlantai tanah, papan lapuk atau rabat beton hancur. Penggunaan material rabat beton baru meningkat 98% dan keramik 1.4%. Peningkatan Kualitas lantai ini memberi rasa nyaman dan sehat untuk melakukan aktifitas keluarga di dalam rumah. Salah satu penggunaan swadaya yang dikeluarkan oleh PB dipakai untuk lantai keramik. Komponen Dinding Program BSPS telah mampu meningkatkan kualitas rumah RTLH menjadi RLH yaitu dengan tergantinya rumah berdinding bambu, papan lapuk atau batu bata rapuh. Penggunaan material batako meningkat 48%, batu bata 48% dan papan sebanyak 4%. Dengan meningkatnya kualitas dinding rumah maka penghuni merasa lebih nyaman, aman dan sehat terhadap terpaan angin maupun cuaca buruk. 70 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

71 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Efisiensi Pelaksanaan Program BSPS Efesiensi Tingkat Keswadyaan Masyarakat Terhadap Bantuan per Unit Cost Besar dana swadaya rata-rata penerima bantuan dalam pembangunan fisik sebesar Rp , terhadap dana BSPS. Hal ini menunjukan program BSPS mampu menstimulan PB untuk berswadaya. Dampak Pelaksanaan Program BSPS Dampak Program BSPS Terhadap Keswadayaan Perangkat Masyarakat Walaupun tidak terukur secara kuantitatif, namun berdasarkan hasil survei lapangan, teridentifikasi hampir seluruh Kepala Desa/Lurah memiliki keswadayaan baik dalam bentuk uang dan tenaga: dalam proses pendataan PB, pendampingan kepada PB, mengkoordinir dan melakukan rapat-rapat PB, monitoring terhadap pembangunan fisik PB, mengumpulkan dana untuk kegotongroyongan masyarakat dalam pembangunan rumah. Hal ini menunjukan program BSPS mampu menstimulan keswadayaan perangkat masyarakat. Hasil Evaluasi Kebijakan Bidang Rumah Swadaya Hasil Monitoring Kebijakan Bidang Rumah Swadaya Simak Evaluasi Pelaksanaan BSPS Tahun Penyebaran kuisoner SIMAK evaluasi dilakukan pada Wilayah Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah/ DIY, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, Papua. Hasil pengolahan data kuisioner dari wilayah tersebut diatas dapat dilihat pada grafik Grafik 4.5 Grafik Hasil SIMAK evaluasi BSPS tahun PENANGANAN PENGADUAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN PUBLIK SISTEM MEKANISME & PROSEDUR STANDART PELAYANAN & MAKLUMAT SUMBER DAYA MANUSIA SARANA & PRASARANA PELAYANAN PENGETAHUAN TENTANG BSPS PELAPORAN Grafik batang berwana merah menunjukan nilai yang sangat rendah, warna kuning menunjukan nilai yang cukup baik, warna hijau bernilai baik, sedang warna biru menunjukan nilai yang memuaskan. Namun demikian semua kriteria penilaian ini perlu ditingkatkan, nilai yang memuaskan berkaitan langsung dengan ketercapaian sasaran program BSPS. Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa SKPD dan Korkab/korkot 84% memiliki pengetahuan yang baik tentang BSPS, 74% memiliki standar pelayan dan maklumat cukup baik, 68% memahami sistem mekanisme dan prosedur BSPS, 78% ditangani oleh sumber daya manusia yang sesuai dengan aturan yang berlaku, 83% penerima bantuan mengetahui sarana dan prasarana pelayanan pelaksanaan BSPS, hanya 55% penanganan pengaduan dari penerima bantuan segera ditindaklanjuti, 60% mengetahui sistem informasi pelayanan public dan 89% telah melaporkan dan mempersiapkan laporan progres BSPS Tahun. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 71

72 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Penanganan pengaduan dari penerima bantuan sangat rendah hal ini disebabkan penerima bantuan tidak mengetahui kontak pengaduan layanan program BSPS, hanya sebagian kecil laporan dari penerima bantuan yang segera ditindaklanjuti. Masih cukup banyak SKPD, korkab/korkot dan KPB/penerima bantuan yang belum mengetahui sistem informasi secara elektronik/website tentang program BSPS dan sistem mekanisme/ prosedur BSPS. Hasil Kuisioner Master Schedule Untuk Pelaksanaan BSPS Tahun Master schedule evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada pelaku BSPS seperti SKPD, Korkab/Korkot dan fasilitator. Simak Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah waktu proses pelaksanaan BSPS di lapangan sesuai dengan tengat waktu dalama Permen No 39 Tahun. Penyebaran kuisoner master schedule evaluasi dilakukan pada Wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara. Hasil pengolahan data kuisioner dari wilayah tersebut diatas dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 4.6 Grafik Hasil Kuisioner Master Schedule untuk Pelaksanaan BSPS Tahun PENYIAPAN MASYARAKAT PENYIAPAN PROPOSAL DAN PENGUSULAN PENETAPAN 5K DAN PENYALURAN BANTUAN PENARIKAN PEMBANGUNAN, PELAPORAN TAHAP I PENARIKAN PEMBANGUNAN, PELAPORAN TAHAP II Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses penyiapan masyarakat seperti sosialisasi, penandatanganan fakta integritas, evaluasi dan penyepakatan CPB dan KPB, penetapan KPB dan penandatanganan kesepakatan sosial semua kegiatan tersebut diatas dilaksanakan di luar durasi waktu dan melebihi toleransi waktu. Berikut ini adalah dokumentasi hasil Monitoring dan evaluasi Rumah Swadaya tahun Koordinasi dengan SKPD, KMW, Korkab, dan Fasilitator di Kab. Banyumas. Koordinasi dengan SKPD, KMW, Korkab, dan Fasilitator di Kab. Jombang 72 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

73 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Rumah penerima bantuan di Kab. Kebumen (Progress fisik 100%) Kunjungan ke Lapangan untuk kegiatan Monev di Kab. Cilacap Rumah penerima bantuan di Kab. Kebumen (Progress fisik 100%) Rumah penerima bantuan di Kab. Banyumas (Progress fisik 100%) Rumah penerima bantuan di Kab. Kapuas (Progress fisik 100%) Rumah penerima bantuan di Kab. Pangandaran (Progress fisik 100%) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 73

74 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Rumah penerima bantuan di Kota Sorong (Progress fisik 100%) Rumah penerima bantuan di Kab. kapuas (Progress fisik 100%) Rumah penerima bantuan di Kab. Mamuju Tengah (Progress fisik 100%) Rumah penerima bantuan di Kab Pangandaran (Progress fisik 100%) PEMBINAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN BSPS TAHUN Direktorat Rumah Swadaya mengadakan pembinaan dan pengendalian terhadap program BSPS tahun, pembinaan tersebut dilakukan ditingkat provinsi yang dihadiri oleh masingmasing kabupaten serta konsultan manajemen wilayah di masing-masing provinsi. Anggaran untuk kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Rumah Swadaya Wilayah I adalah sebesar Rp ,- dengan realisasi akhir sebesar Rp (87,69%) dan kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Rumah Swadaya Wilayah II adalah sebesar Rp ,- dengan realisasi akhir sebesar Rp (86,38%). Hal-hal yang terkait dengan pembinaan dan pengendalian berupa: 1. Pembinaan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan Rumah Swadaya pada daerah calon penerima BSPS dilakukan secara umum dengan memaparkan mekanisme BSPS menurut Permen PUPR No. 39/PRT/M/ meliputi: (i) Penyiapan Masyarakat; (ii) Penyiapan Proposal Pengusulan dan Penetapan SK; (iii) Penarikan Dana, Pembangunan dan Pelaporan. Terhadap pelaku BSPS: a. Korkab/Korkot : Menegaskan kembali mengenai tugas dan tanggung jawab 74 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

75 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Korkab/Korkot sebagai koordinator dan melakukan pembinaan kepada Fasilitator, mengendalikan pelaksanaan pendampingan BSPS, mengendalikan pengusulan proposal dan DRPB2, menghimpun, memeriksa dan menyampaikan laporan dari fasilitator kepada PPK melalui KMW, mengelola sistem informasi manjemen BSPS tingkat kabupaten kota dan menindaklanjuti temuan dan pengaduan masyarakat serta melakukan tindak turun tangan sesuai kewenangan. b. Fasilitator : Menguraikan bahwa fungsi fasilitator sangat penting dalam pelaksanaan BSPS yaitu sebagai pedamping penerima bantuan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab melakukan sosialisasi pelaksanaan BSPS di tingkat Kecamatan/Kelurahan/ Desa; Melakukan rembug warga dalam rangka validasi calon penerima bantuan dan membentuk KPB; Melakukan rembug penguatan KPB; Menyusun laporan data penyiapan masyarakat; Melakukan klarifikasi calon penerima bantuan; Memberi pembekalan dan pendampingan kegiatan reviu GK dan RPD; Memberikan pembekalan dan pendampingan: dalam penyusunan proposal BSPS, penarikan dana tahap 1 & 2, penyiapan pelaksanaan konstruksi tahap 1 dan 2 serta dalam penyusunan laporan pelaksanaan konstruksi setiap tahapan pelaksanaan pembangunan. c. Penerima Bantuan: Memberi pembinaan kepada penerima bantuan tentang ketentuan-ketentuan penggunaan dana, hal yang tidak diperbolehkan dalam penggunaan dana, besaran bantuan BSPS serta keswadayaan yang minimal harus dimiliki/dikeluarkan oleh penerima bantuan yaitu biaya pembangunan. 2. Tertib administrasi, KPB/Penerima Bantuan agar memeriksa dokumen pengiriman barang dan kesesuaiannya dengan DRPB2 serta menyimpan nota-nota tersebut secara rapi teratur dan mudah jika diperlukan. 3. Pembinaan terhadap penerima bantuan yang belum terberdayakan secara maksimal, belum paham proses/mekanisme BSPS dan terbatasnya pengetahuan penerima bantuan terhadap BSPSdilakukan dengan mendorong fasilitator melakukan sosialisasi berulang kepada kepada KPB/penerima bantuan. 4. Tindak turun tangan untuk mengatasi permasalahan yang menghambat terhadap pelaksanaan pembangunan seperti kepercayaan adat yang memperpanjang durasi penyelesaian pekerjaan pembangunan rumah penerima bantuan, dilakukan dengan penambahan waktu dan tenaga kerja per hari. Secara keseluruhan dari kegiatan pemantauan dan evaluasi sudah memenuhi target 4 dokumen (100%) dan hal tersebut dinilai sudah mencapai kinerja yang BAIK. Berikut ini adalah dokumentasi pembinaan dan pengendalian Rumah Swadaya tahun Rapat pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan oleh hdirektur Rumah swadaya dan kepala dinas PU provinsi Jawa Timur KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 75

76 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Kegiatan Pembinaan, Pengawasan Dan Pengendalian Pelaksanaan Rumah Swadaya di Jombang, Jawa Timur Pembinaan pada Fasilitator dan SKPD di Kab. Jombang Kegiatan Pembinaan, Pengawasan Dan Pengendalian Pelaksanaan Rumah Swadaya di Lombok, NTB Pembinaan kepada SKPD dan Korkab/Korkod di Provinsi Sulawesi Tengah Peserta pembinaan BSPS di Provinsi Sulawesi Tengah 76 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

77 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Secara keseluruhan dari sasaran I, berikut adalah tabel capaian target yang termasuk dalam kategori BAIK sesuai dengan skala pengukuran ordinal sasaran dan kinerja yaitu 85% < 99,01% 100% Tabel 4.6 Tabel capaian target dari sasaran I NO. SASARAN I CAPAIAN TARGET 1. Perencanaan teknis rumah swadaya 100,00% 2. Pendataan teknis rumah swadaya 100,00% 3. Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat dalam pengembangan rumah swadaya 95,07% 4. Fasilitasi Pelaksanaan pengembangan rumah swadaya 100,00% 5. Pemantauan dan Evaluasi pengembangan rumah swadaya 100,00% TOTAL RATA-RATA 99,01% SASARAN II Meningkatnya jumlah rumah yang terfasilitasi melalui program pembangunan rumah dalam bentuk Pembangunan Baru maupun Peningkatan Kualitas secara swadaya Dari sasaran kedua Direktorat Rumah Swadaya, berikut ini adalah target dan realisasi fisik BSPS tahun anggaran : Tabel 4.7 Target dan Realisasi Fisik Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Tahun NO. JENIS PEMBANGUNAN TARGET (UNIT) REALISASI UNIT % 1. Pembangunan Baru ,50 2. Peningkatan Kualitas ,35 TOTAL (PB+PK) ,39 Penjabaran mengenai target dan realisasi fisik BSPS akan dijabarkan dalam proses pelaksanaan BSPS tahun berikut ini: Pelaksanaan BSPS Tahun Dalam rangka mendukung Program Sejuta Rumah yang merupakan salah satu dari kesembilan program prioritas presiden (NAWACITA), Direktorat Rumah Swadaya melaksanakan kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) tahun yang akan dijabarkan sebagai berikut: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 77

78 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup PROSES PENYALURAN BSPS TAHUN Pada tahun terdapat perubahan mekanisme penyaluran bantuan sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 39/PRT/M/ tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 06 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya. Perubahan mekanisme tersebut terdapat pada alur dimana toko bahan bangunan mengirimkan bahan bangunan terlebih dahulu kepada penerima bantuan selanjutnya total harga bahan bangunan kemudian Bank penyalur (BTN) akan mentransfer dana sejumlah nominal yang diterima oleh masing-masing penerima bantuan. Gambar 4.3 Prosedur Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Tahun Sesuai Dengan Permen Nomor 39 Tahun Berikut adalah uraian kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Rumah Swadaya dalam pelaksanaan BSPS tahun sesuai dengan prosedur pada gambar 4.3 di atas: PENETAPAN ALOKASI Usulan Bupati/Walikota Tahap awal pada mekanisme penyaluran BSPS tahun adalah dengan diadakannya Rapat Koordinasi Regional (Rakonreg) yang dilaksanakan di Jakarta tanggal 26 Maret sampai dengan tanggal 27 Maret. Dalam Rakonreg ini, daerah mengusulkan jumlah unit rumah melalui usulan Bupati/Walikota yang diwakili oleh SKPD Kabupaten/Kota seluruh Indonesia dengan usulan sejumlah unit. Berdasarkan surat Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan No. 373/Dr/RS.01.01/06/ tertanggal 18 Juni tentang Revisi Penetapan Lokasi dan Rencana Alokasi BSPS Tahun menjadi sejumlah unit. Alokasi Calon Penerima Bantuan Setelah dilakukan Penetapan Lokasi dan Rencana Alokasi BSPS Tahun oleh Dirjen Penyediaan Perumahan, maka Alokasi Calon Penerima Bantuan diserahkan kembali ke daerah untuk dilakukan validasi keakuratan data. Setelah SKPD Kabupaten/Kota melakukan validasi verifikasi, kemudian alokasi tersebut ditetapkan oleh Satker Bantuan Rumah Swadaya. Berikut adalah alokasi akhir penetapan Penerima Bantuan: 78 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

79 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Tabel 4.8 Tabel Alokasi Penetapan Penerima Bantuan NO. WILAYAH JUMLAH UNIT PB PK TOTAL 1. Sumbagut Sumbagsel Jawa Kalimantan Sulawesi Balinustra Maluku dan Papua TOTAL Dengan diagram berikut ini: Diagram 4.5 Diagram alokasi Penetapan Penerima Bantuan 10.93% MALUKU & PAPUA 0.01% SUMBAGUT 10.70% SUMBAGSEL 3.55% BANUSTRA 4.11% MALUKU & PAPUA 14.35% SUMBAGUT 8.11% SUMBAGSEL 20.23% BANUSTRA 42.15% JAWA SULAWESI 38.63% JAWA SULAWESI 0.07% KALIMANTAN 11.60% KALIMANTAN PEMBANGUNAN BARU PENINGKATAN KUALITAS Secara keseluruhan pelaksanaan BSPS tahun tersebar di seluruh wilayah Indonesia pada 33 Provinsi, 274 Kabupaten/Kota, dengan alokasi sebanyak unit. Sebaran tersebut seperti terlihat pada diagram 4.5: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 79

80 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Gambar4.4 Peta Sebaran BSPS Tahun TOT AL : UNIT PROV. ACEH PK= PB= 0 PROV. SUMUT PK= PB= 0 PROV. SUMBAR PK= PB= 2 PROV. KEPRI PK= 240 PB= 0 PROV. RIAU PK= 421 PB= 0 PROV. JAMBI PK= 604 PB= 552 PROV. BENGKULU PK= PB= 379 PROV. SUMSEL PK= PB= 136 PROV. LAMPUNG PK= PB= PROV. KALBAR PROV. KALSEL PROV. KALTENG PROV. KALTARA PROV. KALTIM PROV. GORONTALO PROV. SULBAR PK= PB= 10 PK= PB= 3 PK= PB= 0 PK= 111 PB= 1 PK= 488 PB= 0 PK= PB= PK= PB= 167 PROV. BANTEN PROV. JABAR PROV. JATENG PROV. DI YOGYA PROV. JATIM PROV. BALI PK= 13 PB= 830 PK= PB= PK= PB= PK= 577 PB= PK= PB= PK= 617 PB= PROV. SULSEL PK= PB= 0 PROV. NTB PK= PB= PROV. SULTENG PK= PB= PROV. SULTRA PK= PB= 219 PROV. SULUT PK= 907 PB= 0 PROV. MALUT PROV. SULTRA PK= 950 PB= 589 PK= PB= 657 PROV. MALUKU PK= PB= 0 PROV. PAPUA BRT PK= 0 PB= 973 PROV. PAPUA PK= 209 PB= KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

81 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja SATKER DAN SKPD MELAKUKAN PEMBERDAYAAN Pemberdayaan calon penerima bantuan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat yang akan mendapatkan bantuan perumahan swadaya melalui kegiatan sosialisasi, seleksi calon penerima bantuan, dan pendampingan. SOSIALISASI Sosialisasi (Rembug 1) di tingkat kelurahan/desa dilakukan oleh fasilitator bersama kepala desa/ lurah dan tim teknis kabupaten/kota dengan sasaran lembaga masyarakat, tokoh masyarakat/ tokoh agama, RT, RW, dan calon penerima bantuan dengan materi sosialisasi meliputi: a. Penjelasan tentang kebijakan BSPS tahun b. Tahapan pelaksanaan BSPS c. Kriteria dan persyaratan penerima BSPS SELEKSI Klarifikasi Hasil Pendataan Dalam rangka memastikan ketepatan sasaran penerima bantuan, dilakukan kegiatan klarifikasi calon penerima bantuan dengan pendekatan pemberdayaan. Klarifikasi di tingkat kelurahan/ desa dilakukan oleh fasilitator yang dapat didampingi oleh tim teknis dengan sasaran calon penerima bantuan hasil pendataan sebelumnya. Klarifikasi dilakukan langsung ke rumah calon penerima bantuan. Penyepakatan Calon Penerima Bantuan (Rembug 2) Penyepakatan Calon Penerima Bantuan dilakukan melalui rembug yang dihadiri oleh CPB hasil dari klarifikasi. Substansi dari rembug untuk menyepakati hasil klarifikasi dan hasilnya ditetapkan sebagai CPB BSPS. Hal-hal menentukan direkomendasikannya CPB adalah: a. Kesesuaian identitas CPB dengan kepemilikan rumah b. Kelayakan komponen rumah kurang dari dua komponen c. Tingkat kerusakan antara rusak sedang dan rusak berat, dan d. Ada kesediaan berswadaya Berikut ini adalah dokumentasi kegiatan rembug warga dalam penetuan toko bangunan: Rembug Warga dalam Penentuan Toko Bangunan KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 81

82 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup PENDAMPINGAN: Pembentukan KPB Pembentukan kelompok didasari atas kesamaan tujuan, kepentingan dan kebutuhan. Fasilitator mendampingi proses pembentukan kelompok. Anggota KPB berjumlah 9 13 orang dan disusun kepengurusan kelompok yaitu ketua merangkap anggota, bendahara merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota dan anggota. Untuk membedakan antara kelompok satu dengan yang lainnya kelompok diberi nama dan tujuan yang lain sebagai ciri khas dari kelompok. Pada rembug ini kelompok diberi pembekalan mengenai reviu Gambar Kerja dan Rencana Penggunaan Dana (GKRPD) dan penyusunan proposal. Kesepakatan Sosial Kesepakatan sosial dilaksanakan setelah KPB terbentuk dengan difasilitasi fasilitator masingmasing KPB melakukan kesepakatan kelompok. Kesepakatan sosial adalah kesepakatan yang dibangun oleh anggota kelompok KPB sebagai wujud keseriusan dalam melaksanakan kegiatan BSPS tanpa ada paksaan dari manapun. Penyusunan Proposal Pada dasarnya penetapan penerima bantuan dapat dilakukan apabila berkas Usulan Penetapan Penerima Bantuan (UPPB) per desa yang diusulkan Tim Teknis Kabupaten/Kota telah diterima PPK. Berkas UPPB tersebut terdiri atas beberapa proposal BSPS yang dibuat oleh masing-masing KPB yang berada di satu desa tersebut. UPPB yang disusun fasilitator dan proposal yang dibuat oleh KPB antara lain terdiri dari dokumen Perencanaan Teknis yang dihasilkan dari kegiatan perencanaan teknis yang dilakukan Calon Penerima Bantuan dan Kelompok Penerima Bantuan dengan didampingi oleh fasilitator. Tahapan Penyusunan Proposal dan Usulan Penetapan Penerima Bantuan pada BSPS tahun ini menempuh langkah-langkah sebagai berikut: Pembekalan Perencanaan Teknis Rumah Survey Toko Kesepakatan Pemilihan toko Melakukan kontrak dengan toko Penyusunan Rencana Penggunaan Dana (RPD) Penyusunan Daftar Rencana Pembelian Bahan Bangunan (DRPB2) Pengesahan dan pengusulan Proposal oleh Tim Teknis Pencairan Dana Setelah tahapan penyusunan dan pengesahan proposal, tahapan selanjutnya adalah Penetapan SK Oleh PPK dan disahkan oleh Satker, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan rekening oleh Bank/Pos Penyalur. Setelah rekening sudah dibuat kemudian diinformasikan kepada masyarakat melalui Tim Teknis/Fasilitator. Tahapan berikutnya dalah penyaluran ke rekening Penerima Bantuan, pemesanan bahan bangunan, penerimaan dan pemeriksaan barang, dan pembayaran atau transfer ke toko bangunan. Sesuai dengan Surat Kemenpupera No. 146/ Satker-BRS/06/ tanggal 26 Juni perihal Penetapan PT. BTN (Persero) Tbk sebagai Bank Penyalur BSPS Tahun dan Perjanjian Kerjasama Bank BTN dengan Satker Bantuan Rumah Swadaya Kemenpupera RI No. 175/SKB/SATKER-BRS/08/ & No. 96/PKS/ CMFD/VIII/ tanggal 4 Agustus, maka BTN sebagai Bank Penyalur mempunyai peran sebagai berikut: Memfasilitasi MBR untuk membangun/ memperbaiki Rumah Tidak Layak Huni menjadi layak huni Manyalurkan Dana BSPS ke rekening Tabungan Penerima sesuai dengan SPP/ SPM/SP2D dalam 2 tahapan Terpenuhinya pernyaratan administrasi permohonan BSPS Menyediakan semua jaringan, layanan dan fasilitas perbankan untuk kemudahan transaksi Menyediakan dukungan informasi & teknologi serta Organisasi sumber daya manusia Menyediakan Laporan secara berkala dan tepat waktu 82 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

83 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Berikut ini adalah skema penyaluran BSPS tahun : Gambar 4.5 Skema Penyaluran BSPS Untuk mencapai target penyaluran dana BSPS,pihak BTN/selaku bank penyalur langsung mendatangi lokasi-lokasi masyarakat penerima bantuan untuk yang cacat/sakit dan berikut adalah dokumentasi kegiatan tersebut: Penandatanganan Buku Tabungan oleh Penerima Bantuan Penandatanganan slip transfer dana ke toko bahan bangunan di desa-desa KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 83

84 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Dari kinerja Bank Penyalur (BTN) dalam menyalurkan bantuan sudah dinalai cukup baik. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala, yaitu kurangnya personil yang dilibatkan pada pelaksanaan sehingga terjadi keterlambatan pendistribusian rekening dan penarikan dana, serta kurangnya sosialisasi kepada petugas di kantor cabang oleh kantor pusat. Selain itu, kantor cabang Bank Penyalur jauh dari lokasi Penerima Bantuan yang akan disalurkan. PEMBANGUNAN RUMAH Setelah tahapan pembayaran atau transfer ke toko bangunan, maka selanjutnya adalah tahapan pembangunan rumah yang tidak layak huni agar menjadi hunian yang layak bagi masyarakat penerima bantuan dalam bentuk Pembangunan Baru dan Peningkatan Kualitas yang dijabarkan sebagai berikut: a. Pembangunan Baru (PB) Indikator Kinerja 1: Jumlah Unit Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Pembangunan Baru Rumah Swadaya sebanyak unit Stimulan Pembangunan Baru dalam BSPS diberikan dalam bentuk dana atau bantuan lain untuk menstimulasi kegiatan pembangunan rumah baru yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Besaran nilai BSPS per unit rumah ditetapkan RKA-KL untuk Pembangunan Baru maksimal Rp. 30 juta. Berdasarkan hasil evaluasi besaran bantuan pada pelaksanaan BSPS tahun sebelumnya, perlu ditetapkan standar besaran bantuan untuk kategori rumah sebagai berikut: a. Pengganti rumah rusak total, sebesar Rp. 20 juta b. Pembangunan Baru tipe 36 m 2, sebesar Rp. 30 juta Berikut ini adalah jumlah unit Pembangunan Baru pada tahun berdasarkan masing-masing wilayah: Tabel 4.9 Jumlah Unit Pembangunan Baru NO. WILAYAH PEMBANGUNAN BARU (PB (UNIT) TARGET REALISASI PERSENTASE 1. Sumbagut ,10 2. Sumbagsel ,53 3. Jawa ,65 4. Kalimantan ,66 5. Sulawesi ,27 6. Bali dan Nusa Tenggara ,91 7. Maluku dan Papua ,71 TOTAL ,50 84 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

85 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Dengan grafik berikut ini: Grafik 4.7 Jumlah Unit Pembangunan Baru SUMBAGUT 0.10 SUMBAGSEL JAWA KALIMANTAN 0.66 SULAWESI BANUSTRA MALUKU & PAPUA Berdasarkan target penurunan angka backlog (7,6 juta unit) sesuai dengan RPJMN tahun -2019, pada tahun ini Direktorat Rumah Swadaya mempunyai target 0,26% ( unit ) dari total target keseluruhan Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan yaitu 0,63%, dengan perhitungan sebagai berikut: Target Output Sebanyak unit pembangunan baru Realisasi Output Realisasi PB Target PB X 100% = X 100% = 104,50% Sehingga hasil output dari Direktorat Rumah Swadaya dalam bentuk Pembangunan Baru adalah 104,50% 100% (termasuk dalam kategori SANGAT BAIK) Target Outcome Target Swadaya Total Backlog X 100% = ,6 juta X 100% = 0,26% Realisasi Outcome Realisasi Swadaya Total Backlog X 100% = ,6 juta X 100% = 0,27% Sehingga hasil outcome dari Direktorat Rumah Swadaya dalam bentuk Pembangunan Baru adalah 0,27% 0,26% (termasuk dalam kategori SANGAT BAIK) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 85

86 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Dari capaian kinerja Pembangunan Baru sebesar 104,50% sudah melampaui target yang telah ditetapkan dalam RPJMN ataupun target unit organisasi Eselon I Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan. Dari capaian tersebut masih terdapat beberapa yang belum mencapai target yaitu daerah Sumatera bagian utara (Sumbagut) dan Kalimantan. Namun wilayah Bali dan Nusa Tenggara serta Maluku dan Papua sudah melampaui target, hal ini disebabkan karena tingginya keswadayaan masyarakat dalam melaksanakan Pembangunan Baru dari nilai bantuan Rp ,- yang menunjukkan bahwa program BSPS telah berhasil mendorong masyarakat untuk melaksanakan swadaya dalam membangun rumah. Berikut adalah dokumentasi Pembangunan Baru yang dilakukan secara sampling di seluruh wilayah yang mendapatkan BSPS pada tahun dengan besaran bantuan sekitar 15 juta- 20 juta dan untuk wilayah Papua sebesar 30 juta: Wilayah Sumatera bagian selatan Nama : Suratmin Nomor BNBA : 14 Alamat : Dusun Sukaraja Kelurahan : Sukaraja Kecamatan : Prabumulih Selatan Kota : Prabumulih Sebelum Sesudah Wilayah Sumatera Bagian Utara Nama : Misdi Nomor BNBA Alamat : 94 : Dusun. IV Desa Makmur Desa : Makmur Kecamatan : Teluk Mengkudu Kabupaten : Sumatera Utara Sebelum Sesudah 86 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

87 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Wilayah Jawa Nama : Sikah Nomor BNBA : 23 Alamat : Kp Langgen RT 04 RW 01 Desa : Alang-alang Kecamatan : Tirtayasa Kabupaten : Serang Sebelum Sesudah Nama : Iman Sukiman Nomor BNBA : 194 Alamat : Kp. Tajurhalang Rt 02 RW 02 Kelurahan : Kadipaten Kecamatan : Kadipaten Kabupaten : Tasikmalaya Sebelum Sesudah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 87

88 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Nama : Suginem Nomor BNBA Alamat : 11 : Tanjang RT 14 Desa : Tunggul Kecamatan : Gondang Kabupaten : Sragen Sebelum Sesudah Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Nama : I Made Suka Nomor BNBA : 32 Alamat : Banjar Petapan Kaja Desa : Pergung Kecamatan : Mendoyo Kabupaten : Jembrana Sebelum Sesudah 88 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

89 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Nama : IQ Agus Nomor BNBA Alamat : 109 : Kapal Desa : Selong Belanak Kecamatan : Praya Barat Kabupaten : Lombok Tengah Sebelum Sesudah Wilayah Kalimantan Nama : Mutiha Nomor BNBA Alamat : 119 : RT. 022/004 Desa : Sedau Kecamatan : Singkawang Kota : Singkawang Sebelum Sesudah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 89

90 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Wilayah Sulawesi Nama : Dahlan Nomor BNBA Alamat : 6 : Pajjongang Desa : Waemputang Kecamatan : Poleang Selatan Kabupaten : Bombana Sebelum Sesudah Wilayah Papua & Maluku Nama : Ananias Wanggai Nomor BNBA Alamat : 9 : Jl Soa Siu Dok V Bawah Rt04 Rw01 Kelurahan : Mandala Kecamatan : Jayapura Utara Kota : Jayapura Sebelum Sesudah 90 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

91 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja b. Peningkatan Kualitas (PK) Indikator Kinerja 2: Jumlah unit Rumah yang terfasilitasi Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya sebanyak unit Stimulan Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni dalam BSPS diberikan dalam bentuk dana atau bantuan lain untuk menstimulasi kegiatan Peningkatan Kualitas RTLH yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Berdasarkan hasil evaluasi besaran bantuan pada pelaksanaan BSPS tahun sebelumnya, perlu ditetapkan standar besaran bantuan untuk kategori rumah sebagai berikut: a. Rusak sedang, sebesar Rp. 10 juta b. Rusak berat, sebesar Rp. 15 juta Berikut adalah jumlah unit target dan realisasi Peningkatan Kualitas berdasarkan masing-masing wilayah: Tabel 4.10 Tabel Jumlah Unit Peningkatan Kualitas No. Wilayah Peningkatan Kualitas (PK) (unit) Target Realisasi Persentase 1. Sumbagut ,38 2. Sumbagsel ,33 3. Jawa ,16 4. Kalimantan ,75 5. Sulawesi ,12 6. Bali dan Nusa Tenggara ,38 7. Maluku dan Papua ,15 TOTAL ,35 Dengan grafik berikut ini: Grafik 4.8 Jumlah Unit Peningkatan Kualitas SUMBAGUT 234,38 SUMBAGSEL JAWA KALIMANTAN SULAWESI BANUSTRA MALUKU & PAPUA 47,38 101,33 121,16 133,75 99,15 146, KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 91

92 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Berdasarkan RPJMN tahun -2019, target Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni melalui Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya dengan target 1,47% atau sejumlah unit, dengan cara perhitungan sebagai berikut: Target Output Sebanyak unit Realisasi Output Realisasi PK Target PK X 100% = X 100% = 125,35% Sehingga hasil output dari Direktorat Rumah Swadaya dalam bentuk Peningkatan Kualitas adalah 125,35% 100% (termasuk dalam kategori SANGAT BAIK) Target Outcome Target Swadaya Total RTLH X 100% = ,4 juta X 100% = 1,47% Realisasi Outcome Realisasi Swadaya Total RTLH X 100% = ,4 juta X 100% = 1,84% Sehingga hasil outcome dari Direktorat Rumah Swadaya dalam bentuk Peningkatan Kualitas adalah 1,84% 1,47% (termasuk dalam kategori SANGAT BAIK) Dari capaian kinerja Peningkatan Kualitas sebesar 125,35% sudah melampaui target yang telah ditetapkan dalam RPJMN ataupun target unit organisasi Eselon I Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan. Dari capaian tersebut menurunnya target seperti di Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat dikarenakan adanya pengalihan dari Peningkatan Kualitas menjadi Pembangunan Baru. Hal ini membuktikan keberhasilan Direktorat Rumah Swadaya dalam memberlakukan pemberdayaan masyarakat melalui program bantuan stimulan. 92 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

93 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Berikut ini adalah contoh pembangunan rumah swadaya dalam bentuk Peningkatan Kualitas: Wilayah Sumatera Bagian Utara Nama : Misdi Nomor BNBA : 94 Alamat : Dusun. IV Desa Makmur Desa : Makmur Kecamatan : Teluk Mengkudu Kabupaten : Serdang Bedagai Sebelum Sesudah Wilayah Jawa Nama : Temon (Wiwik Munik) Nomor BNBA Alamat : 19 : Sempu Desa : Sempu Kecamatan : Ngancar Kabupaten : Kediri Sebelum Sesudah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 93

94 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Wilayah Kalimantan Nama : Hasanudin Nomor BNBA Alamat : 9 : Pupuyuan Rt. 01 Desa : Pupuyuan Kecamatan : Lampihong Kabupaten : Balangan Sebelum Sesudah Wilayah Sulawesi Nama : Suhardi Nomor BNBA Alamat : 040 : Pajjongang Desa : Waemputang Kecamatan : Poleang Selatan Kabupaten : Bombana Sebelum Sesudah 94 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

95 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Nama : I Gusti Komang Randia Nomor BNBA Alamat : 20 : Banjar Dauh Pasar Desa : Pergung Kecamatan : Mendoyo Kabupaten : Jembrana Sebelum Sesudah Wilayah Papua & Maluku Nama : Bakri Muhammad Nomor BNBA Alamat : 21 : Susupu Kelurahan : Susupu Kecamatan : Sahu Kota : Halmahera Barat Sebelum Sesudah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 95

96 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup KINERJA LAINNYA Direktorat Rumah Swadaya terkait dengan penyelenggaraan Rumah Swadaya dalam rangka pemenuhan kebutuhan rumah layak huni melalui program NAWACITA yang dicanangkan oleh Presiden RI pada poin 5, yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera Direktorat Rumah Swadaya diwajibkan melaporkan progres BSPS yang sudah dicapai secara triwulanan, mulai dari B03, B06, B09, dan B12. Hal ini dikarenakan untuk memantau progres fisik maupun keuangan yang sudah dilaksanakan secara periodik. Rencana aksi tersebut berupa Pembangunan Baru atau Kampung Deret sebanyak unit dengan ukuran keberhasilan diukur sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pada bulan enam, capaian kinerja mencapai 90,89%, pada bulan sembilan (B09) mencapai 16,67% dan pada akhir bulan Desember (B12) mencapai 104,50%. Sedangkan untuk menangani target rumah layak huni sehat dengan jumlah dicapai dengan ukuran keberhasilan pada bulan enam (B06) sebanyak 123,96%, pada bulan September (B09) mencapai 66,11% dan pada bulan Desember (B12) mencapai 125,35%. Hal ini menunjukan kinerja Direktorat Rumah Swadaya bekerja secara optimal dan melampaui target, walaupun pada bulan sembilan terjadi penurunan target. Upaya tersebut dilakukan dengan banyaknya evaluasi dengan pihak terkait, seperti dengan Konsultan Manajemen Pusat (KMP), Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) yang berada pada masing-masing provinsi dan mengevaluasi kinerja tim teknis yang dilaksanakan oleh Direktorat Rumah Swadaya. Secara rinci terlihat pada lampiran KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

97 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja REALISASI ANGGARAN Laporan realisasi anggaran ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan. Sesuai dengan Pagu Anggaran Tahun, total anggaran untuk Direktorat Rumah Swadaya sesuai dengan revisi DIPA ke-2 adalah sebesar Rp ,- dengan realisasi sejumlah Rp ,- (82,32%). Berikut adalah rincian anggaran dan realisasi belanja Tahun Anggaran (TA) yang dilaksanakan oleh 2 Satker: SATUAN KERJA PENGEMBANGAN RUMAH SWADAYA Sesuai dengan DIPA revisi ke-2 Nomor SP DIPA / tahun anggaran, Satker pengembangan Rumah Swadaya dengan jumlah anggaran sebesar Rp ,- berikut ini adalah jumlah anggaran dan realisasi belanja anggaran tahun Satker Pengembangan Rumah swadaya: Tabel 4.11 Jumlah Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran Satker Kebijakan Pengembangan Rumah Swadaya No. Uraian Anggaran Operasional Non-Operasional Jumlah Realisasi % 1. Belanja Barang ,06 2. Belanja Modal ,14 TOTAL ,41 Dari tabel di atas, realisasi penyerapan anggaran Satker kebijakan pengembangan rumah swadaya dapat terealisasikan sebesar Rp ,- (83,41%) atau terjadi penghematan anggaran sebesar Rp ,- atau 16,59%. Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik berikut ini: Grafik 4.9 Jumlah Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran Satker Kebijakan Pengembangan Rumah Swadaya BELANJA BARANG BELANJA MODAL 56,14 84, RENCANA ANGGARAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 97

98 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Berkut ini adalah realisasi keuangan satuan kerja Pengembangan Rumah Swadaya tahun : Tabel Realisasi Keuangan Tahun Anggaran Direktorat Rumah Swadaya Satuan kerja Pengembangan Rumah Swadaya NO SATUAN KERJA/KEGIATAN Program Pengembangan Perumahan PAGU REVISI DIPA KE-2 (Rp) ANGGARAN REALISASI (Rp) a. Laporan Penatausahaan Direktorat Rumah Swadaya ,96 b. Dokumen Perencanaan Teknis Pengembangan Rumah Swadaya ,31 c. Dokumen Pendataan Rumah Swadaya ,06 d. MBR yang Terfasilitasi Pemberdayaan dalam Penyediaan Rumah Swadaya ,18 e. Pelaporan Fasilitasi Pelaksanaan Pengembangan Rumah Swadaya ,86 f. Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pengembangan Rumah Swadaya ,84 g. Layanan Perkantoran ,92 h. Perangkat pengolah data dan komunikasi ,47 i. Peralatan dan fasilitas perkantoran ,28 TOTAL ,41 % SATUAN KERJA BANTUAN RUMAH SWADAYA Pagu Anggaran Tahun Satuan Kerja Bantuan Rumah Swadaya sesuai dengan Revisi DIPA ke- 2 No. SP DIPA / Tahun adalah sebesar Rp ,- dengan realisasi keuangan sampai dengan 31 Desember adalah Rp ,- atau sebesar 82,29% sebagaimana tercantum pada tabel 4.13 berikut ini. Tabel 4.13 Jumlah Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran Satker Bantuan Rumah Swadaya NO. URAIAN ANGGARAN OPERASIONAL NON-OPERASIONAL JUMLAH REALISASI % 1. Belanja Barang ,94 2. Belanja Bantuan Sosial ,13 TOTAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

99 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Berikut ini adalah grafik rencana dan realisasi belanja barang dan bantuan sosial: Grafik 4.10 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran Satker Bantuan Rumah Swadaya BELANJA BARANG BELANJA BANTUAN SOSIAL RENCANA ANGGARAN REALISASI ANGGARAN Penyerapan anggaran dari belanja barang dari rencana sebesar Rp ,- dapat direalisasikan sebesar Rp ,- atau sebesar 61.94%, dari sisa anggaran kegiatan yang mendukung terhadap program BSPS sebesar 38.06% telah dilakukan penghematan anggaran pada program bantuan rumah swadaya. Penyerapan anggaran untuk belanja bantuan sosial dari rencana sebesar Rp ,- dapat direalisasikan sebesar Rp ,- atau sebesar 84.13%, dari sisa anggaran kegiatan program BSPS sebesar 15.87%, namun progres realisasi untuk penurunan angka backlog dari target unit dengan realisasi sebanyak unit atau sebesar % dan penurunan angka Rumah Tidak Layak Huni dari unit dengan realisasi sebanyak unit (125,35%). Tabel Realisasi Keuangan Tahun Anggaran Direktorat Rumah Swadaya Satuan kerja Bantuan Rumah Swadaya ANGGARAN NO SATUAN KERJA/KEGIATAN PAGU REVISI DIPA KE-2 (Rp) REALISASI (Rp) % 1 Rumah yang terfasilitasi bantuan stimulan pembangunan baru ,73 2 Rumah yang terfasilitasi Peningkatan Kualitas ,45 3 Layanan perkantoran ,25 JUMLAH ,29 Capaian kinerja keuangan Satker Bantuan Rumah Swadaya sampai dengan 31 Desember dapat direalisasikan sebesar Rp ,- atau 82,29%, terdapat penghematan anggaran sejumlah Rp ,- atau sebesar 17,71%, penghematan tersebut diperoleh dari hasil verifikasi lapangan terhadap penerima bantuan sebagian besar dapat melaksanakan program peningkatan RTLH dengan nilai 10 juta - 15 juta per unit. Kinerja keuangan secara keseluruhan dari target sebesar Rp ,- dapat terealisasi Rp ,- atau sebesar 82,32%. Rendahnya penyerapan anggaran karena waktu pelaksanaan baru dapat dimulai bulan Agustus. Berdasarkan uraian diatas Direktorat Rumah Swadaya telah melakukan penghematan anggaran dari kegiatan yang dilaksanakan dengan capaian output kinerja karena output dari kegiatan bantuan rumah swadaya telah melampaui target diatas unit dengan realisasi unit (119, 39%). KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 99

100 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup 100 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

101 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja Simpulan Permasalahan Langkah ke Depan BAB V PENUTUP KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 101

102 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup SIMPULAN Pelaksanaan kegiatan Direktorat Rumah Swadaya pada tahun dilaksanakan dengan dua sasaran strategis dan delapan indikator kinerja kegiatan. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa: 1. Capaian kinerja atau sasaran strategis dengan input dan sebesar Rp ,- dapat direalisasikan sebesar Rp ,- atau sebesar 83,41%, dengan sisa anggaran sebesar Rp ,- atau sebesar 16,59%. Output kegiatan sudah tercapai dari laporan dan dokumen hasil kegiatan berupa dokumen perencanaan teknis, pendataan teknis rumah swadaya, fasilitasi pemberdayaan, fasilitasi pelaksanaan Rumah Swadaya, serta pemantauan dan evaluasi sebagaimana telah diuraikan diatas telah mencapai 99,01%. Berdasarkan skala pengukuran ordinal, kinerja untuk mencapai sasaran I adalah BAIK. 2. Capaian kinerja sasaran strategis II dengan input dana sebesar Rp ,- dapat direalisasikan sebesar Rp ,- atau sebesar 82,29% dengan sisa anggaran sebesar Rp ,- atau sebesar 17,71%. a. Output kegiatan berupa target pengurangan angka backlog dari unit dapat direalisasikan sebesar unit atau sebesar 104,50% terhadap target kinerja Direktorat Rumah Swadaya, sedangkan target terhadap Direktorat jenderal Penyediaan Perumahan atau unit organisasi Eselon I adalah sebesar 0,63% secara keseluruhan, sedangkan untuk swadaya kontribusi persentase sebesar 0,26% dengan realisasi sebesar 0,27%, hal ini menunjukan bahwa kinerja Direktorat Rumah Swadaya untuk penurunan angka backlog diatas 100% (berkinerja SANGAT BAIK). b. Output kegiatan pengurangan rumah tidak layak huni dengan target unit dengan realisasi sebesar unit atau sebesar 125,35%, sedangkan target kinerja Direktorat Jenderal Perumahan dengan persentase sebesar 1,47%. Ini menunjukan bahwa kinerja direktorat rumah swadaya SANGAT BAIK, dengan capaian 1,84% atau lebih besar dari target yang ditetapkan dalam renstra dirjen penyediaan perumahan (unit organisasi Eselon I) c. Outcome dari total unit telah dihuni sebanyak unit atau sebesar 98,41%. 102 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

103 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja PERMASALAHAN Berikut adalah kendala-kendala yang dihadapi dalam kegiatan BSPS tahun : 1. Untuk Pendataan RTLH masih terdapat kendala yaitu perhatian Pemerintah Daerah terhadap proses pendataan masih kurang disebabkan pemda masih fokus pada pelaksanaan kegiatan fisik, pendataan RTLH masih dilihat sebagai bagian dari usulan untuk bantuan, pemahaman terhadap pendataan RTLH masih belum maksimal sehingga perlu dilakukan sosialisasi yang lebih intensif; 2. Untuk Pelaksanaan BSPS Tahun masih terdapat keterlambatan rekrutmen dan usulan penetapan fasilitator oleh SK PPK Bantuan Rumah Swadaya menyebabkan kegiatan Penyiapan Masyarakat; Penyiapan dan Pengusulan Proposal dilaksanakan diluar target waktu yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan BSPS; 3. Penetapan SK Penerima Bantuan oleh PPK Bantuan Rumah Swadaya dan Penyaluran Bantuan oleh bank penyalur dilaksanakan diluar durasi waktu yang telah ditetapkan, salah satu penyebabnya adalah pengaruh restrukturisasi organisasi dari Kemenpera menjadi Kementerian PUPR, sehingga terjadi kemunduran waktu dalam penetapan SK. Hal ini secara langsung mempengaruhi pelaksanaan kegiatan penarikan, pembangunan, pelaporan tahap I dan kegiatan penarikan, pembangunan, pelaporan tahap II, sehingga pelaksanaan pembangunan sebagaian melampaui tahun anggaran ; 4. Penanganan pengaduan dari penerima bantuan belum optimal, hal ini disebabkan penerima bantuan tidak mengetahui kontak pengaduan layanan program BSPS, hanya sebagian kecil laporan dari penerima bantuan yang segera ditindaklanjuti; terdapat cukup banyak SKPD, Korkab/Korkot dan KPB/ penerima bantuan yang belum mengetahui sistem informasi secara elektronik/website dan sistem mekanisme/prosedur BSPS, dan 5. Peraturan, Petunjuk Pelaksanaan (juklak), Petunjuk Teknis (juknis) sering berubah-ubah menyebabkan hasil pelaksanaan BSPS tidak maksimal. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 103

104 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup LANGKAH KE DEPAN 1. Untuk kegiatan pendataan ke depannya diharapakan Pemerintah Daerah sudah memiliki data RTLH masing-masing wilayahnya; 2. Untuk pelaksanaan BSPS ke depannya diharapkan rekrutmen KMW bersamaan dengan rekrutmen fasilitator; 3. SK penerima bantuan hendaknya dilakukan di awal tahun pelaksanaan kegiatan, karena akan memudahkan dalam perekrutan dan mengatur rencana kerja yang tepat sesuai dengan waktu yang ditentukan, dan 4. Agar peraturan, juklak dan juknis tidak berubah-ubah lagi. 5. Untuk mencapai target penyerapan anggaran yang maksimal Direktorat Rumah Swadaya pada tahun 2016 akan melakukan lelang dini pada bulan Desember, diharapkan pada minggu ketiga bulan Februari 2016 paket-paket pekerjaan jasa konsultan sudah dapat dilakukan penandatanganan kontrak. Kemudian akan dibentuk Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) di 33 Provinsi. Diharapkan dengan dibentuknya SNVT pelaksanaan kegiatan fisik di daerah akan lebih efektif dan memudahkan koordinasi dengan masyarakat penerima bantuan. Gambar 5.1 Struktur Organisasi SNVT MENTERI PUPR Pengguna Anggaran/Barang DIRJEN PENYEDIAAN PERUMAHAN Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Atasan Kepala Satker DIREKTUR RUMAH SWADAYA Pembantu Atasan Kepala Satker KEPALA DINAS BIDANG PUPR Atasan Langsung Kepala Satker KEPALA SNVT Kepala Satker/Kuasa Penggunaan Anggaran/Barang Pejabat Penguji SPM Bendahara Pengeluaran Pejabat Pembuat Pejabat Pejabat Pembuat Komitmen Komitmen Pembuat Komitmen Pejabat Pelaporan Pembantu Pembantu Pembantu UAKPA UAKPB E-Monitoring Petugas Gudang dan Persediaan 6. Sistem Pendataan RTLH akan dilaksanakan melalui pemerintah provinsi dengan sistem Triple A yang akan direncanakan oleh Direktorat Rumah Swadaya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Selama ini data perumahan dan sumber data sangat beragam. Data yang diinginkan adalah data operasional yang bisa digunakan dalam penyusunan kebijakan, pengambilan keputusan, penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. a. Metode Triple A adalah Atlas, Agenda dan Aturan Main. Atlas adalah sumber informasi bersama; Agenda adalah sinkronisasi rencana aksi; dan Aturan Main adalah partisipasi multi stakeholder. b. Posisi penting data dalam dokumen perencanaan perumahan dan kawasan permukiman terbagi dalam 2 (dua) dimensi yaitu dimensi spasial (sektoral) dan dimensi politis. c. Masalah yang terdapat dalam dimensi spasial adalah belum lengkapnya masterplan/rp3kp/ssk/ RISPAM yang sering terbentur dengan RPJMD yang kaitannya dengan dimensi politis. Perlu adanya Pergub mengenai Pedoman Pendataan Perumahan dan Defenisi Operasional Rumah Layak Huni. 104 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

105 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja 7. Sistem monitoring dan evaluasi akan diberlakukan pada masing-masing SNVT dan akan menggunakan aplikasi berbasis sistem android. Dari hasil pemantauan dan evaluasi, akan lebih efektif untuk tahun 2016 menggunakan aplikasi BSPS Smart Surveilance dengan platform berbasis mobile dan website menggunakan sistem komputasi awan (cloud computing). Data dikumpulkan oleh fasilitator di lapangan secara online melalui aplikasi mobile berbasis android dan website. Proses verifikasi data yang dilakukan secara online maka memungkinkan adanya hal-hal sebagai berikut: 1. Pemantauan lebih cepat 2. Evaluasi lebih akurat 3. Analisis dan pelaporan kinerja secara waktu nyata (realtime). Berikut ini adalah keseluruhan konfigurasi aplikasi dan proses aliran data Gambar 5.2 Gambar keseluruhan konfigurasi aplikasi dan proses aliran data KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 105

106 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Gambar 5.3 Gambar tampilan aplikasi BSPS Berikut ini adalah penjelasan setiap fitur yang terdapat dalam aplikasi BSPS: 1.Users Login : Aplikasi bisa diakses oleh pengguna secara berlapis sesuai kategori dan kebutuhan masing-masing. Misal : Pengguna dengan kategori Fasilitator hanya dapat melakukan input data, akses kamera, update status proyek dan upload data. Sementara pengguna dengan kategori Pusat hanya dapat mengakses data proyek dan analisis laporan kinerja secara waktu nyata. 2.User Settings : Pengguna dapat mengatur tampilan aplikasi 3.List Project : Daftar penerima bantuan rumah Swadaya secara nasional dan dapat disortir hingga satuan yang lebih kecil mulai dari sata penerima bangtuan per propinsi, kabupaten/ kota, kecamatan, kelurahan/desa, hingga satuan terkecil yaitu data masing-masing penerima bantuan. 4.Insert/Edit/Mapping Object Data : fitur ini hanya bisa diakses oleh pengguna dengan kategori fasilitator untuk mengambil foto rumah penerima bantuan sebelum-pada saatdan setelah menerima bantuan. 5.Data verification : yaitu fitur yang disediakan untuk pengguna kategori verificator yang tujuannya untuk pencocokan data antara data yang tersedia di pusat dengan data yang diambil dari lapangan, sehingga data yang dianalisis menjadi valid. 6.Camera connection to GPS : Setelah fasilitator mengambil gambar rumah penerima bantuan, maka secara otomatis lokasi fasilitator akan terlacak dan langsung ditandai oleh GPS. 7.Take and Import Picture : Proses input data gambar dimungkinkan untuk mengakses melalui gallery selain mengambil langsung dari kamera smartphone. 8.Search Project : fitur ini memungkinkan pencarian proyek dengan cara spesifik, seperti 106 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

107 Penutup Akuntabilitas Kinerja Kapasitas Organisasi Perjanjian Kinerja Pendahuluan Laporan Kinerja : pengurutan abjad, pencarian berdasarkan wilayah, berdasarkan nama, atau berdasarkan kinerja, dll. 9.Login Finance : fitur ini digunakan oleh fasilitator untuk melaporkan proses penarikan dana oleh masing-masing penerima bantuan. 10.List Fasilitator : Data fasilitator dan item target pekerjaan fasilitator dapat dilihat secara nasional. 11.Tracking Fasilitator : fitur digunakan oleh verifikator (KMW/KMP) untuk memantau hasil pekerjaan / kinerja fasilitator di lapangan. 12.Notifikasi : aplikasi akan memberi notifikasi otomatis ketika terjadi perubahan/update data. 13.Application Settings : Aplikasi dapat diatur untuk menyesuaikan tampilan dan fitur Gambar 5.4 Tampilan aplikasi dalam bentuk web KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 107

108 Laporan Kinerja Pendahuluan Perjanjian Kinerja Kapasitas Organisasi Akuntabilitas Kinerja Penutup Daftar penerima bantuan rumah swadaya berdasarkan Desa Gambar 5.5 Tampilan aplikasi bantuan rumah swadaya berdasarkan desa Tampilan visualisasi unit rumah bantuan swadaya pada peta aplikasi. Peta memunculkan lokasi GPS Gambar 5.6 Visualisasi lokasi unit rumah bantuan swadaya pada peta aplikasi. Program ini akan dilaksanakan padatahun anggaran 2016, sehingga pelaksanaan monitoring akan lebih efisien, baik sisi efisien waktu dan SDM. 108 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

[RENCANA AKSI DIREKTORAT RUMAH SWADAYA]

[RENCANA AKSI DIREKTORAT RUMAH SWADAYA] TAHUN 2016 0 KATA PENGANTAR Rencana Aksi merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh masing-masing unit organisasi dan unit kerja sebelum melaksanakan tugas dan kegiatannya. Direktorat Rumah, sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. prestasi kerja yang telah diwujudkan oleh jajaran Direktorat Rumah Swadaya.

KATA PENGANTAR. prestasi kerja yang telah diwujudkan oleh jajaran Direktorat Rumah Swadaya. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan rahmatnya Laporan Kinerja Direktorat Rumah Swadaya Tahun 2016 dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA 2015-2019 DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1 LANDASAN

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

TA 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TA 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN TA 2016 DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENATAAN DAN RELOKASI PERUMAHAN MASYARAKAT

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENATAAN DAN RELOKASI PERUMAHAN MASYARAKAT SALINAN BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENATAAN DAN RELOKASI PERUMAHAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT RUMAH SWADAYA TAHUN ANGGARAN

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT RUMAH SWADAYA TAHUN ANGGARAN RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT RUMAH SWADAYA TAHUN ANGGARAN 2015-2019 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 No.403, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. BSPS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2018 2018 TENTANG BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA

PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 /PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1 PENGANTAR Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT,

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT, KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tahun 2016 ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Dana Alokasi Khusus. Perumahan dan Kawasan Pemukiman. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BANTUAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Komp.Perkantoran Pemda Tulang Bawang Jl. Cendana Gunung Sakti Kec. Menggala Kab.Tulang Bawang Provinsi Lampung 34596 Telp (0726)

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KOPERASI DAN UMKM PROVINSI JAWA TENGAH Semarang, 29 Februari 2016 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik Kota Cimahi ini dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PELAPORAN KINERJA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

PELAPORAN KINERJA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA PALEMBANG TAHUN 2017 PELAPORAN KINERJA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA PALEMBANG TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA PALEMBANG TAHUN 2018 Kata Pengantar Puji dan syukur kita sanjungkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-33.1-/216 DS2286-196-725-318 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap pelaksanaan urusan kepemerintahan akan selalu dikaitkan dengan pengelolaan kepemrintahan yang baik (good governance) dengan tiga pilar utama yaitu, Partisipasi,

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

Lebih terperinci

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara demokratis, Langsung Umum Bebas Rahasia, Jujur dan Adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN PURWOREJO

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN PURWOREJO RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2018 DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN.. 2 1.1 Latar Belakang 2 1.2 Landasan Hukum.. 4

Lebih terperinci

PENAJAMAN RENCANA PROGRAM TA Ditjen. Pembiayaan Perumahan

PENAJAMAN RENCANA PROGRAM TA Ditjen. Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Rakyat Direktorat Jenderal Pembiayaan PENAJAMAN RENCANA PROGRAM TA. 2018 Ditjen. Pembiayaan Disampaikan dalam rangka: Konsultasi Regional Kementerian PUPR Tahun 2017 Oleh:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja (LKJ) Komisi Pemilihan Umum

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini dibuat sebagai perwujudan dan kewajiban suatu Instansi Pemerintah dengan harapan dapat dipergunakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.904, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Bantuan Stimulan. Perumahan Swadaya. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Dinas Permukiman Dan Perumahan Provinsi Jawa Barat

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Dinas Permukiman Dan Perumahan Provinsi Jawa Barat 16 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Dinas Permukiman Dan Provinsi Jawa Barat Dinas Permukiman dan Provinsi Jawa Barat ini merupakan salah satu unsur Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Provinsi

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Penggunaan Dana Alokasi Khusus. Tahun Anggaran 2012. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 disusun dalam rangka memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2012 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Sebagai

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum.wr.wb Alhamdulillah, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja /LKj 2015 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja /LKj 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) adalah penyelenggaraan pemerintahan yang mengedepankan aspek akuntanbilitas, transparansi dan partisipatif

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2017 1 KATA PENGANTAR Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN DAN PELAPORAN KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN DAN PELAPORAN KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 8, 2015 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN DAN PELAPORAN KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa pedoman

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN BERSAMA RAKYAT ATASI KAWASAN PADAT, KUMUH, DAN MISKIN (GEBRAK PAKUMIS) KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 58 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 58 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke No. 426, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Akuntabilitas Kinerja. Sistem. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1339, 2015 KEMEN-PUPR. Perumahan Swadaya. Bantuan Stimulan. Pedoman. Perubahan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PRT/M/2015

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI KAPUAS HULU NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU DENGAN

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2014 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2015 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 RENCANA STRATEGIS SEBELUM DAN SETELAH REVIU Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Strategis disusun untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M SEKRETARIAT DAERAH KEPUTUSAN SEKRETARIS DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 188.4/747/Org./X/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kuningan, 29 Februari 2016 KEPALA DINAS TATA RUANG DAN CIPTA KARYA KABUPATEN KUNINGAN

KATA PENGANTAR. Kuningan, 29 Februari 2016 KEPALA DINAS TATA RUANG DAN CIPTA KARYA KABUPATEN KUNINGAN KATA PENGANTAR Terselenggaranya pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggung jawab perlu ditunjang dengan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur, dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN KUNINGAN

Lebih terperinci