KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DI PAPUA

Transkripsi

1 KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DI PAPUA Rohimah H.S Lestari, Arifuddin Kasim, dan Syafruddin Kadir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua ABSTRAK Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan sumber protein nabati utama bagi masyarakat. Produkivitas kedelai di Papua masih rendah sehingga perlu dukungan varietas unggul yang adaptif. Kajian bertujuan untuk mengetahui varietas unggul baru kedelai yang adaptif dan berdaya hasil tinggi di Kabupaten Jayapura. Kajian ini dilakukan di Kampung Wonosari, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura dari bulan April sampai Juli Pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas enam Varietas Unggul Baru (VUB) kedelai yaitu Anjasmoro, Grobogan, Kaba, Galunggung, Argomulyo, dan Burangrang. Jarak tanam 40 x 15 cm, jumlah benih 2 3 benih/lubang, pupuk sesuai rekomendasi yaitu 50 kg/ha Urea, 75 kg/ha SP-36 dan 100 kg/ha KCl. Peubah yang diamati meliputi komponen pertumbuhan dan produksi. Pengujian data secara statistik menggunakan analisis sidik ragam (Anova), sedangkan uji varietas menggunakan metode Duncan. Data pertumbuhan dan hasil dianalisis sidik ragam menggunakan program SPSS 22. Hasil kedelai tertinggi diperoleh dari varietas Grobogan (2,50 t/ha) dan varietas Burangrang (1,90 t/ha). Kata kunci: kedelai, varietas unggul baru, adaptasi, Papua ABSTRACT The performance of new improved soybean variety in Papua. Soybean is one of the major food commodity as a source of animal protein for the community. Produkivitas soybeans in Papua is still low so it needs to support adaptive high-yielding varieties. The study aims to obtain new varieties of soybeans that are adaptive and high yield Jayapura District. The study was conducted in the Village Wonosari Nimbokrang Jayapura District from April to July Assessment using a randomized block design (RBD) with three replications. Treatment consisted of 6 new varieties (VUB) are drought tolerant soybeans: Anjasmoro, Grobogan, Kaba, Galunggung, Argomulyo, and Burangrang. A spacing of 40 x 15 cm, number of seeds 2 3 seeds /pits, appropriate fertilizer recommendation is 50 kg/ha of urea, 75 kg/ha of SP-36 and 100 kg/ha KCl. Variables measured include the components of growth and production. Testing the data statistically using analysis of variance (ANOVA), whereas varieties using Duncan's test. Growth data and the results were analyzed by analysis of variance using SPSS 22. Results obtained highest soybean varieties Grobogan (2.50 t/ha) and varieties Burangrang (1.90 t/ha). Keywords: adaptation, new varieties, soybean, Papua PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan sumber protein nabati utama bagi masyarakat. luas per tanaman kedelai di lahan kering Papua adalah ha dengan produktivitas 1,1 t/ha (BPS Papua 2011). Salah satu penyebab rendahnya produksi kedelai di Papua karena rata-rata petani menanam varietas lokal yang tidak jelas asalnya. Sementara hasil kajian Rauf et al. (2010) menyatakan produktivitas kedelai di lahan kering dapat mencapai 2,1 t/ha dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Infor- 156

2 masi tersebut memberikan indikasi bahwa hasil kedelai masih dapat ditingkatkan dengan introduksi varietas unggul baru pada lahan kering Papua. Varietas unggul memegang peranan penting dalam perkembangan penanaman, karena untuk mencapai produktivitas yang tinggi ditentukan oleh potensi hasil varietas unggul yang ditanam. Potensi hasil di lapangan dipengaruhi pula oleh interaksi antara faktor genetik varietas dengan kondisi lingkungan tumbuh. Bila lingkungan tumbuh tidak dikelola dengan baik maka potensi hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai (Adisarwanto 2005). Menurut Kasim (2002) dalam Suratmini dan Adijaya (2005), varietas unggul yang ideal adalah berdaya hasil tinggi, tahan hama penyakit utama, dan stabil pada berbagai lingkungan. Sampai tahun 2008 Balitkabi telah menghasilkan 27 varietas kedelai untuk berbagai tipe lahan, diantaranya 18 cocok untuk lahan sawah, tujuh varietas untuk lahan kering masam dan dua varietas untuk lahan rawa pasang surut (Balitkabi 2007). Varietas yang adaptif dan unggul di suatu tempat belum tentu sama di tempat lain karena adanya perbedaan iklim, tofografi, unsur hara dan cara budidaya. Somaatmaja (1995) mengatakan bahwa suatu varietas dikatakan adaptif apabila dapat tumbuh baik pada wilayah penyebarannya dengan hasil tinggi dan stabil, mempunyai nilai ekonomis tinggi dan dapat diterima masyarakat dan berkelanjutan. Sunarlin (1994) mengatakan tingkat produktivitas kedelai yang relatif rendah selain disebabkan oleh varietas juga kesuburan tanah yang rendah, terutama C-organik, N, P, dan K. Varietas unggul baru yang berasal dari luar Papua tersebut perlu dilakukan uji adaptasi karena setiap lokasi memiliki kondisi iklim yang berbeda (Syaiful et al. 2008). Penelitian ini bertujuan menguji adaptasi beberapa VUB kedelai di Papua. BAHAN DAN METODE Pengkajian dilaksanakan pada lahan milik petani di Kampung Nimbokrang, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, pada bulan April Juli Berdasarkan AEZ yang sudah dilakukan BPTP Papua (2004), lokasi pengkajian termasuk zona lahan kering iklim basah, termasuk sentra pengembangan kedelai di Provinsi Papua. Pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan, petak percobaan berukuran 5 x 6 m. VUB kedelai yang diuji adalah Anjasmoro, Grobogan, Kaba, Galunggung, Argomulyo, dan Burangrang. Komponen teknologi budidaya kedelai disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Komponen teknologi yang diterapkan pada pengkajian VUB kedelai, di Papua, No. Komponen teknologi Satuan 1. Pengolahan tanah Sempurna, dibuat saluran drainase 2. Varietas 6 VUB kedelai 3. Kebutuhan benih kg/ha 4. Penanaman Tanam dengan cara ditugal 5. Jumlah tan/benih per lubang tanam 2 3 benih/lubang 6. Jarak tanam 40 x 15 cm 7. Pemupukan Urea 50 kg/ha; SP36 75 kg/ha; KCl 100 kg/ha 8. Pengairan - 9. Penyiangan Pengendalian gulma terpadu 10. Pengendalian hama/penyakit Pengendalian hama terpadu 11. Panen dan Pascapanen Tepat waktu dan prosessing dengan alat dan mesin Sumber: Puslitbangtan (2010). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

3 Data yang dikumpulkan meliputi umur berbunga, tinggi tanaman 30 HST (cm), tinggi tanaman saat panen, jumlah cabang, jumlah polong, panjang polong, jumlah biji/polong, bobot 100 biji, dan hasil biji. Data dianalisis dengan sidik ragam, dan uji beda rata-rata dengan uji Duncan (Steel & Torrie 1981). Data pertumbuhan dan hasil dianalisis dengan program SPSS 22. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Tanaman. Tinggi tanaman saat panen dan jumlah cabang disajikan pada Tabel 2. Tinggi tanaman merupakan karakter penting yang mempengaruhi jumlah cabang dan jumlah buku produktif. Tinggi tanaman berbeda di antara varietas. Tanaman tertinggi didapatkan dari varietas Burangrang dan terendah pada varietas Grobogan. Semua varietas mempunyai jumlah cabang yang sama (Tabel 2). Tinggi tanaman dan jumlah cabang berkorelasi positif dengan hasil kedelai. Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman saat panen dan jumlah cabang tanaman kedelai, Jayapura, Varietas Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang Kaba 82,2 bc 3,2 tn Argomulyo 78,0 b 3,3 Burangrang 87,1 d 2,3 Grobogan 59,6 a 3,5 Galunggung 80,1 bc 3,0 Anjasmoro 85,7 cd 3,8 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji duncan pada level 95%. Komponen Hasil dan Hasil VUB Kedelai Varietas kedelai yang diuji memiliki jumlah polong, ukuran biji, dan hasil biji yang berbeda. Varietas Grobogan memiliki hasil tertinggi dan ukuran bijinya paling besar. Jumlah polong terbanyak terdapat pada varietas Kaba dan Galunggung (Tabel 3). Tabel 3. Rata-rata jumlah polong, panjang polong, jumlah biji per polong, bobot 100 biji, dan hasil VUB kedelai di Jayapura, Varietas Jumlah polong Panjang polong (cm) Jumlah biji/polong Bobot 100 biji (g) Hasil (t/ha) Kaba 41,0 d 2,5 tn 2,2 tn 10,1 c 1,15 b Argomulyo 34,6 ab 2,4 2,4 9,5 b 1,75 c Burangrang 39,7 cd 2,7 2,4 10,4 c 1,90 d Grobogan 39,5 c 2,2 2,4 11,5 d 2,50 e Galunggung 40,2 cd 2,3 2,2 9,2 a 1,03 a Anjasmoro 33,0 a 2,3 2,3 10,0 c 1,85 cd Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji duncan pada level 95%. Suyamto (2002), mengelompokkan genotipe kedelai berbiji kecil bila ukuran biji kurang atau sama dengan 7,5 g, berbiji sedang 7,6 12,5 g, dan berbiji besar lebih dari 158

4 12,5 g. Dengan demikian varietas kedelai pada kajian ini tergolong berbiji sedang karena memiliki bobot rata-rata 9,2 11,5 g. Menurut Sopandie et al. (2006), ukuran biji selain merupakan salah satu kriteria penting, juga preferensi konsumtif. Petani di Jayapura pada umumnya menyukai biji kedelai berukuran kecil, karena permintaan dari produsen tahu dan tempe setempat. Biji kedelai berukuran kecil lebih tahan disimpan dalam waktu lebih lama. Hill, West dan Hinson (1986) menyatakan bahwa benih yang berukuran lebih kecil memiliki impermeabilitas terhadap air lebih tinggi karena benih kecil memiliki kualitas kulit yang lebih baik. Selain itu, Mugnisjah et al. (1987) juga menyatakan bahwa benih berukuran kecil mempunyai viabilitas tinggi karena kerusakan membran yang dialaminya lebih ringan daripada benih berukuran besar. Hasil tertinggi dihasilkan oleh varietas Grobogan (2,50 t/ha) dan berbeda nyata dengan varietas unggul lainnya. Hasil terendah diperoleh dari varietas Galunggung (1,03 t/ha). Hal ini menunjukkan bahwa varietas Grobogan adaptif pada lingkungan Jayapura dan mampu berproduksi lebih baik dibanding varietas unggul lainnya. KESIMPULAN Kedelai yang memberikan hasil tertinggi adalah varietas Grobogan (2,50 t/ha) dan teknologi produksi yang digunakan sesuai untuk lahan kering di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. DAFTAR PUSTAKA Abdurrachman, A., A. Dariah dan A. Mulyani Strategi dan Teknnologi Pengelolaan Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. Jurnal Litbang Pertanian 27(2): Adisarwanto, T Kedelai: Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta. Arsyad, D.M., Adie M.M dan Kuswantoro Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi. hlm Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasi (Eds). Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. BPS Papua Dalam Angka. Jayapura. Balikabi. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Diskripsi Varietas Unggul Utama Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (kedelai, kacang tanah, Kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar). Malang, Balitkabi, Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 34 hlm Rauf, A.W., F. Djufry., Sudarsono, N. Malla, Adnan dan P. Laksono Penerapan PTT Padi, Kedelai, Jagung Pada Ekosistem Lahan Rawa Dan Kering Yang Dapat Meningkatkan Produktivitas Padi >6 t/ha, Kedelai >2 t/ha, Jagung >5 t/ha. Laporan Akhir Hasil Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (tidak diterbitkan). Hill, H. J., S. H. West and K. Hinson Soybean Seed Size Influences Expression of the Impermeabe SeedCoat Trait. Crop-Sci 26: Hilman, Y., A. Kasno dan N. Saleh Kacang-kacangan dan Umbi-umbian: Kontribusi Terhadap Ketahanan Pangan dan Perkembangan Teknologinya. Dalam Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbang Tanaman Pangan Mugnisjah, W.Q., I. Shimano dan S. Matsumoto Studies on the Vigour of Soybean Seeds: 1. Varietal Differences in Seed Vigour. J. Fac. Agric. Kyushudemu 31: Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

5 Puslitbangtan Deskripsi Varietas Unggul Kedelai. Badan Litbang Pertanian. Soepandie, D., Trikoesoemaningtyas dan Khumaida N Fisiologi, Genetik, dan Molekuler Adaptasi Terhadap Intensitas Cahaya Rendah: Pengembangan Varietas Unggul Kedelai sebagai Tanaman Sela. Laporan Akhir Penelitian Hibah Penelitian Tim Pasca Sarjana- HPTP Angkatan II Tahun Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. 159 hlm. Suyamto Evaluasi beberapa karakter kualitatif dan kuantitatif plasma nutfah kedelai, hlm Dalam I KetutTastra, J. Soejitno, Sudaryono, D.M. Arsyad, Suharsono, M. Sudarjo, Heriyanto, J.S Utomo, dan A. Tatik (Eds). Peningkatan Produktivitas, kualitas, Efisiensi dan Sistem Produksi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Menuju Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Suratmini, P dan I. N. Adijaya Uji Adaptasi Beberapa varietas Jagung di Lahan Kering Gerokgak Buleleng. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Bali. Somaatmadja, S Peningkatan Produksi Kedelai Melalui Perakitan Varietas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor. Syaiful, S. A., Manurung J.P dan Akmal Pertumbuhan, Produksi dan Mutu Benih Kedelai dengan Simulasi Deraan Curah Hujan pada Fase Reproduktif. J. Agrivigot 7(3): Shah, T.M., Hassan, M., Haq, M.A. Atta, B.M., Alam, S.S., and Ali, H Evaluation of Cicer species for resistance to Ascochyta Blight. Pak. J. Bot. 37(2): Singh, K.B. and Bejiga, G Analysis of Stability Forsome Characters in Kabuli Chickpea. Euphytica 49: Sunarlin, N Effect of Nitrogen and Rhizobium Inoculation on Growth and Yield of Soybean in Red-Yellow Podsolic Soil. Penelitian Pertanian. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. 12(3):