RESPON TANGGAP KEBAL BEBEK TERHADAP VAKSIN AI H5N1 MONOVALEN (CLADE 2.3.2) DAN VAKSIN AI H5N1 BIVALEN (CLADE DAN CLADE 2.3.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESPON TANGGAP KEBAL BEBEK TERHADAP VAKSIN AI H5N1 MONOVALEN (CLADE 2.3.2) DAN VAKSIN AI H5N1 BIVALEN (CLADE DAN CLADE 2.3."

Transkripsi

1 RESPON TANGGAP KEBAL BEBEK TERHADAP VAKSIN AI H5N1 MONOVALEN (CLADE 2.3.2) DAN VAKSIN AI H5N1 BIVALEN (CLADE DAN CLADE 2.3.2) AHMAD MUSTOFA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Tanggap Kebal Bebek terhadap Vaksin AI H5N1 Monovalen (Clade 2.3.2) dan Vaksin AI H5N1 Bivalen (Clade dan Clade 2.3.2) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Ahmad Mustofa NIM B

4 ABSTRAK AHMAD MUSTOFA. Respon Tanggap Kebal Bebek terhadap Vaksin AI H5N1 Monovalen (Clade 2.3.2) dan Vaksin AI H5N1 Bivalen (Clade dan Clade 2.3.2). Dibimbing oleh RETNO DAMAYANTI SOEJOEDONO dan NI LUH PUTU IKA MAYASARI Bebek merupakan salah satu unggas air yang dikenal sebagai reservoir virus Avian Influenza (AI). Bebek yang terinfeksi tidak memperlihatkan gejala klinis dan memiliki titer antibodi yang rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui titer antibodi bebek yang divaksinasi menggunakan vaksin monovalen dan bivalen. Sembilan puluh bebek dibagi menjadi 3 kelompok dan setiap kelompok berisi 30 ekor. Kelompok pertama adalah bebek yang divaksinasi dengan AI H5N1 monovalen (clade 2.3.2), kelompok kedua adalah bebek yang divaksinasi dengan AI H5N1 bivalen (clade dan 2.3.2), dan ketiga adalah kontrol. Vaksinasi dilakukan pada hari ke-10 dan 31. Sepuluh sampel serum dari masing-masing kelompok dikoleksi pada hari ke-17, 21, 28, 31, 38 dan 42 dilanjutkan dengan uji Hemaglutinasi Inhibisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksin monovalen dapat menginduksi titer antibodi yang lebih tinggi dari pada vaksin bivalen pada bebek. Kata kunci: bebek, hemaglutinasi inhibisi, vaksin, monovalen, bivalen. ABSTRACT AHMAD MUSTOFA. Immune Response of Duck against AI H5N1 Monovalent Vaccine (Clade ) and AI H5N1 Bivalent Vaccine (Clade and Clade 2.3.2). Supervised by RETNO DAMAYANTI SOEJOEDONO and NI LUH PUTU IKA MAYASARI Duck is one of waterfowl which is known as a reservoir of Avian Influenza (AI) virus. Infected ducks show asymptomatic sign of AI and low antibody titer. The aim of this research was to determine the antibody titer of ducks post vaccination. Ninety ducks were divided into 3 groups and each group contains 30 ducks. The first group was AI H5N1 monovalent (clade 2.3.2) vaccinated ducks, second group was AI H5N1 bivalent (clade and 2.3.2) vaccinated ducks, and third was control. Vaccination was performed on day 10 and 31. Ten serum samples of each group were collected on day 17, 21, 28, 31, 38 and 42 followed by Haemagglutination Inhibition Test. The result showed that monovalent vaccine induced higher of antibody titer than bivalent vaccine in ducks. Keywords: duck, haemagglutination inhibition, vaccine, monovalent, bivalent.

5 RESPON TANGGAP KEBAL BEBEK TERHADAP VAKSIN AI H5N1 MONOVALEN (CLADE 2.3.2) DAN VAKSIN AI H5N1 BIVALEN (CLADE DAN CLADE 2.3.2) AHMAD MUSTOFA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Respon Tanggap Kebal Bebek terhadap Vaksin AI H5N1 Monovalen (Clade 2.3.2) dan Vaksin AI H5N1 Bivalen (Clade dan Clade 2.3.2) Nama : Ahmad Mustofa NIM : B Disetujui oleh Prof Dr Drh Retno D Soejoedono, MS Dosen Pembimbing I Dr Drh Ni Luh Putu Ika Mayasari Dosen Pembimbing II Diketahui oleh Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet Wakil Dekan Tanggal Lulus :

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala atas segala nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Respon Tanggap Kebal Bebek terhadap Vaksin AI H5N1 Monovalen (Clade 2.3.2) dan Vaksin AI H5N1 Bivalen (Clade dan Clade 2.3.2). Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun secara tidak langsung khususnya kepada: 1. Prof Dr Drh Retno D Soejoedono MS selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan pengarahan kepada penulis 2. Dr Drh Ni Luh Putu Ika Mayasari selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan dukungan, motivasi sarana dan prasarana penelitian, waktu, tenaga, dan arahan selama penelitian dan penulisan. 3. Bapak Bayu Febram, M.Si. Apt selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama menuntut ilmu di FKH. 4. Mamak Kasmi, Bapak Sartono, Adik Sitti Nurkhasanah, beserta seluruh keluarga tercinta atas doa, dorongan, motivasi tiada henti baik berupa material maupun spiritual. 5. Pak Nur, Pak Lukman, Mas Wahyu, Mba Ade, dan Mba Selyn yang telah membantu dalam penelitian. 6. Dedek Haryanto sebagai rekan kerja penelitian. 7. Saras, Laras, Rizka umi, Fahmi, Faris beserta kolega Acromion 47 yang selalu dihati 8. Sahabat Senior Resident angkatan 49 dan 50 yang selalu menginspirasi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Bogor, Agustus 2014 Ahmad Mustofa

9 DAFTAR ISI ABSTRAK i HALAMAN JUDUL ii HALAMAN PENGESAHAN iii PRAKATA iv DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL, GAMBAR, DAN LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Sistem Kekebalan pada Unggas 2 Avian Influenza 3 Vaksin 5 MATERI DAN METODE 5 MATERI 5 Waktu dan Tempat Penelitian 5 Bahan Uji Laboratorium 6 Hewan Percobaan 6 Pakan dan Air Minum 6 Kandang dan Perlengkapannya 6 Alat 6 METODE 6 Vaksinasi 7 Penyediaan Sel Darah Merah 5% 7 Koleksi Serum 7 Uji Hemaglutinasi 7 Uji Hemaglutinasi Inhibisi 7 Penghitungan Rataan Titer Antibodi 8 Prosedur Analisis Data 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 SIMPULAN DAN SARAN 13 DAFTAR PUSTAKA 13 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 18

10 DAFTAR TABEL 1. Rataan titer antibodi bebek kelompok monovalen dan kelompok bivalen dengan antigen AI H5N1 clade Rataan titer antibodi bebek kelompok monovalen dan kelompok bivalen dengan antigen AI H5N1 clade DAFTAR GAMBAR 1. Rataan titer antibodi bebek kelompok monovalen dan kelompok bivalen dengan antigen AI H5N1 clade Rataan titer antibodi bebek kelompok monovalen dan kelompok bivalen dengan antigen AI H5N1 clade Rataan titer antibodi bebek kelompok monovalen dengan antigen penguji AI H5N1 clade dan clade Rataan titer antibodi bebek kelompok bivalen dengan antigen penguji AI H5N1 clade dan clade DAFTAR LAMPIRAN 1. Jadwal Penelitian 17

11 PENDAHULUAN Tubuh makhluk hidup mempunyai mekanisme yang berperan melakukan perlawanan terhadap mikroorganisme asing (antigen) yang masuk ke dalam tubuh. Peran pertahanan ini dilakukan oleh sistem imun yang memproduksi antibodi. Antibodi merupakan protein (immunoglobulin) yang dihasilkan oleh tubuh sebagai respon terhadap masuknya antigen. Antibodi dapat mengenali dan mengikat antigen secara spesifik. Antigen adalah suatu senyawa atau substansi yang dapat menggertak sistem imun pada individu. Setiap antigen memiliki daerah spesifik yang disebut dengan determinant antigenic atau epitop. Bagian ini dapat dikenali oleh antibodi (Radji 2010). Virus Avian Influenza (AI) merupakan salah satu virus yang dapat menyebabkan penyakit menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya yang dikenal dengan zoonosis (Dharmayanti et al. 2005). Virus Influenza terdiri atas tiga tipe A, B, dan C. Perbedaan dari ketiga virus tersebut berdasarkan karakter protein M dari amplop virus dan nukleoprotein virus. Salah satu dari ketiga genera ini, tipe A, dapat menginfeksi berbagai hewan piaraan seperti ayam, itik, kalkun, burung puyuh, babi dan kuda. Virus tipe ini menyerang unggas dengan menginfeksi saluran pencernaan dan pernapasan (Fenner et al. 1995; Murphy et al. 2006). Virus AI tidak menyebabkan penyakit yang nyata pada unggas air (asymptomatic), titer antibodi sangat rendah terhadap virus AI, serta tidak memiliki sialic acid (sialiloligosacarida) pada dinding permukaan sel tubuhnya. Hal ini sesuai dengan Charlton (1996), Cardona (2005), WHO (2005), dan Dharmayanti et al. (2006) yang menyatakan bahwa unggas air juga sebagai reservoir alami virus AI. Menurut Tumpey et al. (2003), Chen et al. (2004), dan Suarez et al. (2004), virus AI lebih banyak dideteksi pada unggas air dibandingkan dengan ayam kampung. Virus AI tersebut tidak menyebabkan penyakit yang nyata pada unggas air, namun virus AI pada unggas air dapat menjadi sumber penyebaran penyakit AI yang efektif sehingga dapat bertahan lama di alam (Stephenson dan Zanbon 2002; Kementan 2005) Salah satu cara yang digunakan untuk melindungi tubuh terhadap paparan penyakit adalah vaksinasi. Vaksinasi merupakan tindakan yang dengan sengaja memasukkan agen penyakit yang berupa suspensi, substansi atau toksin mikroorganisme yang sudah dimatikan atau dilemahkan ke dalam tubuh hewan sehat agar merangsang pembentukan daya tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu, bersifat aman, serta tidak menimbulkan penyakit (Radji 2010; Akoso 2006). Vaksin monovalen pernah digunakan pada tahun 2009 di Amerika Serikat untuk mencegah wabah dari virus flu babi H1N1 (Bateman et al. 2013). Penggunaan vaksin bivalen pernah digunakan pada manusia untuk mencegah Human Papiloma Virus (HPV). Kombinasi vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif HPV 16 dengan HPV 18. Vaksin bivalen tersebut berhasil merangsang antibodi terhadap salah satu dari ke dua antigen homolog dari tipe virus tersebut (Safeian et al. 2013). Menurut Uraki et al. (2013) penggunaan vaksin bivalen efektif digunakan karena mempunyai kemungkinan mendeteksi antigen homolog yang sesuai terhadap infeksi virus.

12 2 Perumusan Masalah Bebek merupakan reservoir alami virus Avian Influenza. Berdasarkan hal tersebut ingin diketahui respon tanggap kebal bebek terhadap vaksin monovalen dan vaksin bivalen serta perbedaan respon tanggap kebal bebek antara vaksin monovalen dan vaksin bivalen. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui respon tanggap kebal bebek terhadap vaksin monovalen dan vaksin bivalen serta mengetahui perbedaan respon tanggap kebal bebek terhadap pemberian vaksin monovalen dan vaksin bivalen. Manfaat Penelitian Penelitian yang telah dilakukan diharapkan mampu memberikan informasi tentang respon tanggap kebal bebek terhadap pemberian vaksin AI H5N1 monovalen (clade 2.3.2) dan bivalen (clade dan 2.3.2). TINJAUAN PUSTAKA Sistem Kekebalan pada Unggas Bebek berasal dari kingdom animalia, filum chordata, subfilum vertebrata, kelas aves, ordo anseriformes (Swartzentrover 2008). Bebek merupakan salah satu ternak yang berpotensi sebagai reservoir dalam penyebaran virus AI (Laudert et al. 1993; Sturm-Ramirez et al. 2004). Virus AI lebih banyak dideteksi pada unggas air dibandingkan dengan ayam (Tumpey et al. 2003; Chen et al. 2004; Suarez et al. 2004). Virus AI tersebut tidak menyebabkan penyakit yang nyata pada unggas air, namun unggas air dapat menjadi sumber penyebaran virus AI yang efektif sehingga dapat bertahan lama di alam (Stephenson dan Zanbon 2002; Kementan 2005). Secara umum sistem kekebalan pada unggas tidak berbeda jauh dengan sistem kekebalan pada manusia dan mamalia. Unggas memiliki dua organ limfoid primer, yaitu timus dan bursa Fabricius. Bursa Fabricius berfungsi sebagai tempat pematangan dan diferensiasi bagi sel B (Tizard 2004). Unggas yang baru menetas memiliki antibodi asal induk. Penghambatan respon pembentukan antibodi oleh antibodi asal induk berlangsung sampai antibodi tersebut habis, yaitu sekitar 10 sampai 20 hari setelah menetas (Tizard 2004). Antibodi merupakan protein (immunoglobulin) yang dihasilkan oleh tubuh sebagai respon terhadap masuknya antigen. Antibodi dapat mengenali dan

13 mengikat antigen secara spesifik. Terdapat 5 kelas utama immunoglobulin dalam serum, yaitu IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE. Struktur dasar immunoglobulin terdiri atas 2 rantai berat (H-chain) identik dan 2 rantai ringan (L-chain) yang juga identik. Setiap rantai ringan terikat pada rantai berat melalui ikatan disulfida (S S). Fragmen antigen binding (Fab), berfungsi mengikat antigen, oleh karena itu susunan asam amino di bagian ini berbeda antara molekul immunoglobulin satu dengan yang lain dan bervariasi sesuai dengan variabilitas antigen yang merangsang pembentukannya. Sebaliknya, constant region merupakan bagian dari antibodi yang konstan. Bagian ini tidak mempunyai kemampuan mengikat antigen tetapi dapat bersifat sebagai antigen (determinant antigenic). Bagian ini merupakan efektor sekunder dan menjadi tempat untuk melekat pada sel, serta fiksasi komplemen (Black 2011). Antigen (antibody generating substances) adalah suatu senyawa atau substansi yang dapat menggertak sistem imun pada inang atau individu. Antigen dapat berupa polisakarida, protein, lemak, asam inti atau lipopolisakarida, maupun lipoprotein (Guyton dan Hall 2007). Setiap antigen memiliki daerah spesifik yang disebut dengan determinant antigenic atau epitop. Bagian ini dapat dikenali oleh antibodi (Radji 2010). Antigen yang masuk ke dalam tubuh sebagai benda asing akan mendapatkan respon kekebalan. Materi yang telah diketahui sebagai bahan asing, kemudian oleh makrofag disampaikan ke sel limfosit melalui pembentukan berbagai sitokin ke sistem pembentuk antibodi atau ke sistem kebal berperantara sel. Sistem kekebalan ini menyimpan ingatan sehingga pada paparan berikutnya dengan antigen yang sama, respon yang ditimbulkan akan jauh lebih efisien (Tizard 2004). Antibodi bekerja melalui dua cara yang berbeda untuk mempertahankan tubuh terhadap agen penyakit yaitu: (1) dengan cara langsung menginaktivasi agen penyebab penyakit, (2) dengan mengaktifkan sistem komplemen yang akan menghancurkan agen penyakit tersebut (Hartati 2005). 3 Avian Influenza Virus AI merupakan salah satu virus yang dapat menyebabkan penyakit menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya yang dikenal dengan zoonosis (Dharmayanti et al. 2005). Virus AI merupakan virus RNA, yaitu Orthomyxovirus tipe A dari famili Orthomyxoviridae. Virus Influenza terdiri dari tiga tipe A, B, dan C. Perbedaan dari ketiga virus tersebut berdasarkan pada karakter protein M dari amplop virus dan nukleoprotein virus. Ketiga genera ini, tipe A dapat menginfeksi hewan piaraan seperti ayam, itik, kalkun, burung puyuh, babi dan kuda. Virus tipe ini menyerang unggas dengan menginfeksi saluran pencernaan dan pernapasan (Fener et al. 1995; Murphy et al 2006). Penyakit ini menjadi isu global pada saat ditemukan di manusia pada 1997 di Hongkong. Penyakit ini menyebabkan 18 orang dirawat di rumah sakit dan 6 orang diantaranya meninggal dunia pada awal terjadinya (WHO 2005). Hingga saat ini kasus yang ada di Indonesia mencapai 193 kasus dengan kematian mencapai 161 (WHO 2013) Virion dari virus Influenza tipe A adalah bulat diameter 100 nm, terdapat delapan senyawa genom, lima diantaranya merupakan genom yang berstruktur

14 4 sedangkan tiga lainnya merupakan protein virus struktural yang berkaitan dengan enzim RNA polymerase. Protein terbanyak adalah protein matriks (M1). Protein ini tersusun dari banyak monomer kecil yang serupa. Monomer ini terikat dengan permukaan bagian dalam dari lapisan ganda lemak amplopnya (envelope). Protein M2 adalah protein kecil yang menonjol sebagai pori-pori atau kanal ion yang melalui membran. Virus ini mempunyai dua antigen permukaan yang disebut haemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Antigen ini merupakan molekul glikoprotein. Molekul HA berbentuk trimer batang, sedangkan molekul NA tetramer bentuk seperti jamur. Kedua antigen ini digunakan sebagai penanda dalam identifikasi subtipe virus karena membawa epitope khusus (Fenner et al. 1995). Virus Influenza tipe A mempunyai 18 antigen H (hemaglutinin) yaitu H1 H18 dan 11 antigen NA (neuraminidase) yaitu N1 N11 (Tong 2013). Kombinasi antigen HA dan NA akan menghasilkan lebih dari 144 kombinasi subtipe virus AI, seperti H5N1, H7N9 dan kombinasi lainnya. Diantara 18 subtipe virus AI hanya H5 dan H7 yang bersifat ganas (virulen) pada unggas (Tong 2013). Berdasar pada tingkat keganasannya virus Influenza ini digolongkan menjadi dua yaitu Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dan Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) (Dharmayanti et al. 2006; Soejoedono dan Handharyani 2005; Akoso 2006). Virus Influenza yang menyebar di kawasan Asia merupakan keturunan dari virus AI tipe A (H5N1) yang dibagi menjadi dua clades antigenic. Clade satu meliputi isolat manusia dan burung dari Vietnam, Thailand, Kamboja, Laos dan Malaysia, sedangkan clade dua pertama kali diidentifikasi pada isolat burung dari Cina, Indonesia, Jepang, dan Korea Selatan (WHO 2005). Virus AI mempunyai kemampuan untuk menghindar dari respon humoral hospes melalui fenomena antigenic drift. Mutasi protein akan mengarah pada perubahan asam amino glikoprotein permukaan HA (Plotkin dan Dushoff 2003). Antigenic drift adalah perubahan secara periodik akibat mutasi genetik struktur protein permukaan virus AI sehingga antibodi yang terbentuk oleh tubuh akibat vaksinasi sebelumnya tidak dapat mengenali keberadaan virus tersebut (Munch et al. 2001). Selain itu virus juga mampu menghindari respon imun bawaan dan dapatan dengan reasorsi melalui fenomena antigenic shift (Coleman 2007) Menurut Soejoedono dan Handharyani (2005) salah satu sifat virus AI adalah dapat mengaglutinasi sel darah merah unggas dan ditemukan pada dinding pembuluh darah inang. Virus juga peka terhadap lingkungan panas (50 C, 30 menit), ph yang ekstrim (ph 3), kondisi nonisotonik, udara kering, relatif tidak tahan terhadap inaktivasi pelarut lemak seperti deterjen, selain itu virus juga dapat diinaktivasi dengan larutan ammonium 25%, LISOL 1 2%, kresol 0.1% dan formalin 20%. Virus Influenza mampu bertahan di lingkungan dengan suhu ruang selama tujuh hari dan di dalam feses pada 4 C selama hari. Berdasarkan analisis genetik dari virus ini terdapat tiga clade yang berbeda beserta penyebarannya. Clade beredar di Vietnam dan Kamboja, clade 2.2 beredar di India, Bangladesh dan Mesir serta clade beredar di negara-negara Asia meliputi China, Hongkong, Korea,Vietnam dan Laos (WHO 2013; ECDGH 2012). Gejala klinis yang bisa diamati dari unggas terinfeksi virus AI adalah anoreksia, emisiasi, depresi, produksi telur menurun, sesak napas yang disertai

15 dengan eksudat yang keluar dari hidung, edema daerah wajah, konjungtivitis, jengger dan pial berwarna kebiruan. Beberapa tempat di bawah kulit mengalami perdarahan seperti tungkai dan apabila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terlihat adanya peradangan pada langit-langit mulut, trakea, dan laring. Pemeriksaan histopatologi terlihat adanya akumulasi sel-sel radang (limfosit) pada jengger ayam yang terinfeksi (Soejoedono dan Handharyani 2005). 5 Vaksin Kata vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin merupakan bahan yang berasal dari mikroorganisme tertentu, yang dapat merangsang pembentukan kekebalan terhadap penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme tersebut (Malole 1988). Vaksin dibedakan menjadi dua yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif merupakan vaksin hidup yang mengandung mikroorganisme yang telah dilemahkan virulensinya (atenuasi), sedangkan vaksin inaktif adalah vaksin yang terkandung virus yang sudah mati melalui proses inaktivasi. Virus yang terkandung dalam vaksin inaktif telah kehilangan sifat infektifnya, namun antigenitasnya masih dipertahankan untuk menginduksi sistem kekebalan tubuh (Fenner et al. 1995). Vaksin monovalen merupakan vaksin dengan antigen yang telah dilemahkan dari strain virus Influenza yang memiliki karakteristik yang sama untuk menanggulangi wabah serta dikombinasikan dengan adjuvan minyak dalam air, minyak emulsi, sterol serta tocopherol. Vaksin ini terdapat satu strain virus AI (Hanon dan Stephenne 2009). Vaksin bivalen adalah vaksin yang terdiri atas dua strain virus AI, sebagai contoh strain pertama memiliki hemaglutinin subtipe H5 maka strain kedua menggunakan hemaglutinin subtipe H7 dan salah satunya memiliki neuraminidase subtipe N4 atau neuraminidase N1 (Kumar dan Duran 2009). MATERI DAN METODE MATERI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Juli 2013 sampai dengan Maret 2014 bertempat di kandang hewan coba Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) dan Laboratorium Terpadu bagian Mikrobiologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB.

16 6 Bahan Uji di Laboratorium Vaksin AI H5N1 monovalen (clade 2.3.2), vaksin AI H5N1 bivalen (clade dan 2.3.2), antigen AI H5N1 clade 2.3.2, antigen AI H5N1 clade 2.1.3, alkohol 70%, Phosphate Buffer Saline 1 ph 7.2 (PBS), suspensi sel darah merah (SDM) 5%, virus antigen standar 4 HAU, serum kebal AI dan SDM 1% Hewan Percobaan Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bebek umur satu hari, day old duck (DOD) sebanyak 90 ekor tanpa pemberian vaksin AI sebelumnya. Bebek tersebut dibagi menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 30 ekor. Kelompok A diberikan vaksin monovalen, kelompok B diberikan vaksin bivalen, serta satu kelompok lagi sebagai kontrol. Kelompok kontrol digunakan sebagai acuan terhadap pengaruh pemberian vaksin monovalen dan vaksin bivalen. Pakan dan Air Minum Pakan yang diberikan adalah pakan konsentrat komersial diberikan setiap pagi dan sore. Air minum untuk hewan tersedia ad libitum. Kandang dan Perlengkapannya Penelitian ini menggunakan tiga kandang dengan ukuran 1 3 m terbuat dari tripleks serta dibatasi dengan kawat ram yang beralaskan sekam padi. Tempat minum dan tempat pakan dibersihkan setiap harinya. Kandang juga dilengkapi dengan lampu listrik. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelat mikro, spuit, tabung reaksi, sentrifus, dan tabung mikro. METODE Vaksinasi Vaksinasi dalam penelitian ini dilaksanakan sesuai jadwal yang tercantum pada Lampiran I. Vaksinasi dilakukan dua kali selama proses penelitian. Vaksinasi pertama pada saat bebek berumur 10 hari dengan dosis 0.2 ml/ekor secara subkutan dan vaksinasi kedua pada umur 31 hari dengan dosis 0.5 ml/ekor secara intramuskular. Pemeriksaan titer antibodi setelah vaksinasi dilakukan pada hari ke-17, 21, 28, 31, 38 dan 42.

17 7 Penyediaan Sel Darah Merah 5% Darah utuh diambil dari ayam donor, ditambahkan antikoagulan Natrium Sitrat 3.8% dengan perbandingan 4:1, kemudian disentrifugasi selama menit dengan kecepatan rpm. Supernatan yang terbentuk dibuang, sedangkan endapannya dibilas dengan PBS kemudian disetrifugasi kembali. Proses ini dilakukan sebanyak tiga kali hingga terbentuk SDM murni, selanjutnya diencerkan menjadi 5%. Sel darah merah 5% diencerkan menjadi 1% untuk Uji Hemaglutinasi (HA) dan Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI). Koleksi Serum Koleksi serum darah maternal antibodi dilakukan pada bebek umur 1 hari. Koleksi serum selanjutnya dilakukan pada hari ke-17, 21, 28, 31, 38 dan 42 setelah vaksinasi (Lampiran I). Setiap 10 ekor bebek diambil secara acak pada masing-masing kandang untuk dikoleksi serum kemudian dilanjutkan dengan uji HI. Pengambilan darah dari jantung untuk DOD dan dari vena brachialis atau vena axilaris untuk bebek yang berumur lebih dari 10 hari. Spuit yang berisi darah bebek diletakkan secara mendatar untuk memperluas bidang permukaan serta dibiarkan pada suhu ruang hingga darah membeku secara sempurna. Serum darah yang terbentuk dipisahkan ke dalam tabung mikro 1.5 ml dan diberi label serta disimpan pada suhu -20 C. Uji Hemaglutinasi Uji Hemaglutinasi dilakukan dengan menggunakan pelat mikro berdasar V. Sebanyak 25 μl PBS dimasukkan ke dalam sumur A2 sampai A12. Sebanyak 50 μl antigen dimasukkan ke dalam sumur A1, kemudian 25 μl antigen dipindahkan dari sumur A1 ke sumur A2 dan dihomogenkan. Prosedur yang sama dilakukan pada sumur A3 sampai sumur A11. Sebanyak 25 μl SDM 1% ditambahkan ke semua sumur dan digoyang agar semua komponen yang dimasukkan homogen. Pelat mikro kemudian dibiarkan selama 30 menit pada suhu ruang (25 C). Pengamatan dilakukan ketika kontrol negatif (A12) telah mengendap. Pembacaan dilakukan pada sumur yang menampakkan terjadinya aglutinasi sempurna. Titer HA unit dihitung berdasarkan pengenceran tertinggi yang memperlihatkan aglutinasi sempurna (OIE 2008). Uji Hemaglutinasi Inhibisi Sebanyak 25 μl PBS dimasukkan ke semua sumur pada pelat mikro dengan dasar V. Sumur pada kolom pertama diisi 25 μl serum dan diencerkan bertingkat kelipatan dua sampai sumur ke-12. Sebanyak 25 μl antigen (4 HAU) dimasukkan ke dalam semua sumur, kemudian dihomogenkan detik dan diinkubasi pada suhu ruangan selama 15 menit atau 4 C selama 45 menit. Sebanyak 25 μl suspensi SDM 1% ditambahkan ke dalam semua sumur, pelat mikro digoyang-goyangkan agar homogen kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit. Hasil uji HI positif ditandai dengan adanya endapan pada dasar

18 8 pelat mikro, tidak ada aglutinasi. Titer HI dihitung berdasarkan pengenceran tertinggi serum darah berikatan dengan isolat virus yang dapat mengendapkan SDM 1% (OIE 2008). Penghitungan Rataan Titer Antibodi Rataan titer antibodi dapat dihitung dengan menggunakan Geometric Mean Titre (GMT) dengan rumus: Keterangan: N : jumlah contoh serum yang diamati t : titer antibodi pada pengenceran tertinggi (yang masih dapat menghambat aglutinasi sel darah merah) S : jumlah contoh serum yang bertiter t n : titer antibodi pada sampel ke-n Prosedur Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif menggunakan perangkat lunak MS Exel 2007 dengan metode analisis statistika Analysis of Variance (ANOVA): single factor. dengan selang kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Duncan apabila nilai p<0.05.

19 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandingan Rataan Titer Antibodi Bebek Kelompok Monovalen dan Kelompok Bivalen dengan Antigen AI H5N1 Clade Hasil penelitian berupa rataan titer antibodi bebek sebagai respon terhadap vaksin monovalen dan vaksin bivalen dengan antigen uji AI H5N1 clade disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rataan titer antibodi bebek kelompok monovalen dan kelompok bivalen dengan antigen AI H5N1 clade Umur (hari ke-) Kontrol Monovalen Bivalen a a a 17 0 a 0.6 a 0 a 21 0 a 2.8 a 2.5 a 28 0 a 0.33 a 0 a a 1.8 a 0 a 38 0 a 0.6 a 0 a 42 0 a 1.4 a 0 a Huruf superscript yang berbeda (a,b) pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0.05) Vaksin monovalen mengandung virus AI H5N1 clade dan vaksin bivalen mengandung virus AI H5N1 clade dan Serum yang berasal dari kelompok bebek yang divaksinasi menggunakan vaksin monovalen diuji dengan antigen heterolog (clade 2.1.3) menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari kelompok serum dengan vaksin bivalen (Tabel 1, Gambar 1). Hal ini terjadi karena adanya reaksi silang pada vaksin yang memiliki kesamaan jenis protein H terhadap antigen yang digunakan dalam uji HI (Lee et al. 2006). Adanya dua antigen berbeda yang terdapat pada vaksin bivalen akan memacu reaksi imun yang bersifat kompetitif terhadap antibodi yang dihasilkan. Berdasarkan analisis data yang dilakukan tidak terdapat perbedaan secara nyata (p>0.05) respon titer antibodi bebek yang divaksinasi dengan vaksin monovalen bila dibandingkan dengan kelompok bivalen (Tabel 1) dengan menggunakan antigen penguji AI H5N1 clade

20 10 Gambar 1 Rataan titer antibodi bebek kelompok monovalen dan kelompok bivalen dengan antigen AI H5N1 clade Perbandingan Titer Antibodi Bebek Kelompok Monovalen dan Kelompok Bivalen dengan Antigen AI H5N1 Clade Hasil penelitian berupa rataan titer antibodi bebek sebagai respon terhadap vaksin monovalen dan vaksin bivalen dengan antigen uji AI H5N1 clade disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Rataan titer antibodi bebek kelompok monovalen dan kelompok bivalen dengan antigen AI H5N1 clade Umur (Hari ke-) Kontrol Monovalen Bivalen a 0.75 a 0.75 a 17 0 b 0.9 a 0.1 a 21 0 b 2.8 a 2.3 a 28 0 b 3 a 0.6 a 31 0 b 4.4 a 2.4 a b 1.4 a 1.1 a 42 0 b 2 a 3 a Huruf superscript yang berbeda (a,b) pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0.05) Serum yang berasal dari kelompok bebek yang divaksinasi menggunakan vaksin monovalen diuji dengan antigen homolognya (clade 2.3.2) menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari serum vaksin bivalen (clade dan 2.3.2) (Tabel 2, Gambar 2). Hal ini terjadi karena adanya kecocokan terhadap protein permukaan antigen pada vaksin yang dimasukkan dengan protein permukaan antigen pada pengujian yang dilakukan (homolog) (Safeian et al. 2013, Lee et al. 2006). Respon titer antibodi vaksin bivalen lebih rendah daripada vaksin monovalen karena adanya reaksi silang antara protein pada antibodi terhadap protein permukaan yang terdapat pada antigen uji yang digunakan (Lee et al. 2006). Uji

21 statistik memperlihatkan bahwa vaksin monovalen dan vaksin bivalen tidak berbeda nyata (p>0.05) pada pengujian HI dengan antigen AI H5N1 clade Gambar 2 Rataan titer antibodi bebek kelompok monovalen dan kelompok bivalen dengan antigen AI H5N1 clade Perbandingan Titer Antibodi Bebek Kelompok Monovalen dengan Antigen yang Berbeda (AI H5N1 Clade dan AI H5N1 Clade 2.3.2) Serum yang berasal dari kelompok bebek yang divaksinasi menggunakan vaksin monovalen diuji dengan menggunakan dua antigen yang berbeda yaitu antigen AI H5N1 clade dan AI H5N1 clade Hasil pengujian (Gambar 3) dengan menggunakan antigen AI H5N1 clade 2.3.2, serum dari kelompok monovalen memiliki nilai titer antibodi yang tinggi dibandingkan dengan menggunakan antigen AI H5N1 clade Hal ini terjadi karena adanya kecocokan (homolog) antara antibodi dengan antigen penguji yang digunakan ketika uji HI (Uraki et al.2013). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriani et al. (2014) yang menyatakan bahwa titer antibodi yang diuji dengan menggunakan antigen homolog mempunyai hasil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengujian HI menggunakan antigen heterolog.

22 12 Gambar 3 Rataan titer antibodi bebek kelompok monovalen Perbandingan Titer dengan Antibodi antigen Bebek penguji terhadap AI H5N1 Vaksin clade Bivalen dan dengan Antigen yang Berbeda clade (AI H5N1 Clade dan AI H5N1 Clade Perbandingan Titer Antibodi Bebek Kelompok Bivalen dengan Antigen yang Berbeda (AI H5N1 Clade dan AI H5N1 Clade 2.3.2) Serum kelompok bivalen diuji dengan dua antigen berbeda (Gambar 4) menunjukkan respon titer antibodi terhadap antigen AI H5N1 clade lebih tinggi jika dibandingkan dengan antigen AI H5N1 clade Hal ini terjadi karena pada antigen terjadi ketidaksesuaian antara protein permukaan yang terdapat pada antibodi yang dihasilkan dengan antigen pengujinya (heterolog) (Uraki et al. 2013). Menurut Uchida et al. (2008) virus AI clade dapat diisolasi dari unggas air termasuk bebek. Hal ini menunjukkan adanya antibodi yang berkembang dengan baik pada bebek. Gambar 4 Rataan titer antibodi bebek kelompok bivalen dengan antigen penguji AI H5N1 clade dan clade 2.3.2

23 Vaksin monovalen memiliki kecenderungan lebih baik dalam menggertak respon tanggap kebal dari bebek jika dibandingkan dengan vaksin bivalen. Hal ini terjadi karena respon tubuh bebek yang bersifat spesifik yang disertai dengan tidak adanya reaksi kompetisi antar antigen vaksin dalam merespon sistem kekebalan bebek. Apabila virus paparan lapang identik dengan virus vaksin monovalen, maka vaksin monovalen akan lebih efektif dalam menggertak respon tanggap kebal bebek, namun bila terjadi sebaliknya maka vaksin bivalen akan lebih baik dalam menggertak respon tanggap kebal bebek. 13 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa vaksin AI H5N1 monovalen (clade 2.3.2) menghasilkan respon tanggap kebal lebih baik dibandingkan dengan vaksin AI H5N1 bivalen (clade dan 2.3.2) apabila virus paparan lapang identik dengan virus vaksin, namun apabila terjadi sebaliknya maka vaksin bivalen akan lebih baik dalam menggertak respon tanggap kebal bebek. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait potensi vaksin monovalen dan bivalen terhadap paparan virus lapang serta shedding virus dari masing-masing vaksin setelah vaksinasi. DAFTAR PUSTAKA Akoso BT Waspada Flu Burung Penyakit Menular pada Hewan dan Manusia. Yogyakarta (ID): Kanisius. Asmara W Peran Biologi Molekuler dalam Pengendalian Avian Influenza dan Flu Burung. Di dalam: Pidato Pengukuhan Guru Besar FKH UGM[Internet].[12 Maret 2007 Yogyakarta].Yogyakarta (ID):UGM Press[diunduh pada 2014 Juli 8]Tersedia pada: Bateman AC, Kieke BA, Irving SA, Meece JK, Shay DK, Belongia EA Effectiveness of monovalent 2009 pandemic influenza A virus subtype H1N1 and trivalent inactivated influenza vaccines in Wisconsin during the influenza season. J Infect Dis.207(8): Black JG Microbiology: Principles and Explorations, 7th Edition. San Francisco (US): Willey Cardona CJ Low-Pathogenicity Avian Influenza A Outbreaks in Commercial Poultry in California. Washington (US): The National Academies Press.

24 14 Charlton Avian Disease Manual. Ed IV. Pennysylvania(US): American Association of Avian Pathologists. Chen HG, Deng Z, Li G. Tian G, Li Y, Jiao P, Zhang L, Liu Z, Webster RG, Yu K The evolution of H5N1 influenza viruses in ducks in southern China. J Virol. 101(28): Coleman JR The PB1-F2 protein of Influenza A virus: Increasing pathogenecity by disrupting alveolar macrophages. J Virol. 4:1-5 Dharmayanti NLPI, Indriani R, Damayanti R, Wiyono A Karakter virus avian influenza isolat Indonesia pada wabah gelombang ke dua. JITV. 10: Dharmayanti NLPI, Indriani R dan Adjid RMA Identifikasi virus avian influenza pada beberapa jenis unggas di taman margasatwa ragunan dan upaya eradikasinya. Med Kedr Hew. 2(2): [ECDGH] European Commission Directorate-General for Health and Consumers (SC). Animal Disease Notification System. Annual report 2010 [Internet][diunduh pada 2014 Juli 6]. Tersedia di: Fenner FJ, Gibbs EPJ, Murphy FA, Root R, Studdert MJ, White DO Virologi Veteriner Edisi 2. Putra DKH, penerjemah. Semarang (ID): IKIP Pr. Terjemahan dari Veterinary Virology. Guyton AC, Hall JE Fisiologi Kedokteran Edisi ke-11. Irawati, penerjemah; Rachman LY, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology. Ed ke-11 Hanon EJ, Stephenne J Influenza vaccine. Phildelphia (US): King of Prussia Hartati Y Respon kekebalan vaksin avian influenza inaktif pada ayam indukan pedaging strain Hubbard (studi kasus pada peternakan ayam indukan pedaging) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Indriani R, Dharmayanti NLPI, Adjid RMA Efikasi penerapan vaksin AI H5N1 clade pada itik Mojosari terhadap tantangan virus AI H5N1 clade pada kondisi laboratorium. JITV. 19(1): [Kementan] Kementerian Pertanian (ID) Buku pedoman dan Pencegahan Flu Burung (Avian Influenza) pada Peternakan Unggas skala kecil. Buku Petunjuk Mengenai Avian Influenza. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Peternakan Kementerian Pertanian. Kumar M, Duran JP Multivalent Avian Influenza Vaccines and Methods. Wyeth (US): Madison. Laudert E, Halvorson D, Sivanandan V, Shaw D Comparative evaluation of tissue tropism caracterization in turkey and mallard ducks after intravenous inoculation of type a influenza viruses. J Av Dis. 37(3): Lee CW, Senne DA, Suarez DL Development and application of reference antisera against 15 haemaglutinin subtypes of avian influenza virus by dna vaccination of chicken. J Clin and Vac Immun.13: Malole MB Virologi. Pusat Antar Universitas. Bogor:IPB

25 Munch M, Nielsen LP, Handberg, Jorgensen PH Detection and subtyping (H5 amd H7) of avian type A influenza virus by reverse transcriptionpcr and PCR ELISA. Arch Virol 145: 87-97Murphy FA, Gibbs EPJ, Horzinek MC, Studdert MJ Veterinary Virology Third Edition. London (UK): Academic Pr. Murphy FA, Gibbs EPJ, Horzinek MC, Studdert MJ Veterinary Virology Third Edition. London (UK): Academic Pr. [OIE] Office International des Epizooties World (FR) Manual OIE, Avian Influenza Chapter Plotkin JB, Dushoff J Codon bias and frequency-dependent selection on the hemagglutinin epitopes of influenza A virus. Proc Natl Acad Sci USA 100: Radji M Immunologi & Virologi veteriner. Jakarta (ID): ISFI Safaeian M, Kemp TJ, Pan DY, Porras C, Rodriguez AC, Schiffman M, Cortes B, Katki H, Wacholder S, Schiller JT Cross-protective vaccine efficacy of the bivalent HPV vaccine against HPV31 is associated with humoral immune responses: Results from the Costa Rica Vaccine Trial. J.vac: 9: Soejoedono RD, Handharyani E Flu Burung. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Stephenson I, Zambon M The epidemoilogy of influenza. Occup. Med. 5: Sturm-Ramirez KM, Ellis T, Bousfield B, Bisset L, Dryting K, Rehg JE, Poon Y, Guan Y, Peiris M, Webster RG Reemerging H5N1 influenza viruses in Hongkong in 2002 are highly pathogenic to ducks. J Virol. 78: Suarez DL, Perdue ML, Cox N, Rowe, Bender C, Huang J and Swayne DE Comparisont of higly virulent H5N1 influenza a viruses isolated from humans and chickens from Hongkong. J Virol 72 (8): Swartzentrover R Pekin Duck[Internet]. [diunduh pada 2014 Februari 9] tersediapada:http// Pages/PekinDuck.htm Tizard IR Veterinary Immunology an Introduct Sixth Edition. Philadelphia (US): W.B Saunders Company. Tong S, Zhu X, Yan L, Shi S, Zhang J, Bourgeois M, Yang H, Chen X, Sergio Recuenco, et al New world bats harbor diverse influenza a viruses. J Ppat. 9(10): Tumpey TM, Suarez DL, Perkins LE, Senne DA, Lee YJ, Mo I, Swayne DE Evolution of a high-pathogenicity H5N1 avian influenza a virus isolated from duck meat. J Av dis. 47: Uchida Y, Mase M, Yoneda K, Kimura A, Obara T, Kumagai S, et al Highly pathogenic avian influenza virus (H5N1) isolated from whooper swans, Japan. Emerg Infect Dis.14(9):1427. Uraki R, Kiso M, Horimoto KI, Fukuyama S, Takashita S, Ozawa M, Kawaokaa Y A novel bivalent vaccine based on a PB2-knockout influenza virus protects mice from pandemic H1N1 and highly pathogenic H5N1 virus challenges. J. Virol. 87(14):

26 16 [WHO]World Health Organization (IT) Measures to stop the spread of highly pathogenic bird flu at its source.[internet].[diunduh pada 2013 Februari 12]. Tersedia pada: /2005/stopthespread_eng.pdf [WHO]World Health Organization (IT) Cumulative number of confirmed human cases of avian influenza (H5N1) reported to WHO. [Internet].[diunduh pada 2013 Agustus 9]. Tersedia pada: http//

27 17 LAMPIRAN I Jadwal Penelitian Hari Keterangan perlakuan ke 1 B1 90 DOD tiba di kandang, kemudian diambil darah intrakardial untuk dicek antibodi maternal sejumlah 20 DOD 7 Pemisahan dan penandaan untuk masing-masing vaksin (monovalen dan bivalen) 10 Vaksinasi sejumlah 60 DOD: 1. Vaksimune AIplus A (30 DOD) 0.2 ml SC 2. Vaksimune AIplus B (30 DOD) 0.2 ml SC Pengamatan harian Pengamatan harian 17 B2 Pengambilan darah 10 ekor setiap grup vaksin Pengambilan darah 10 ekor setiap grup vaksin 21 B3 Pengambilan darah 10 ekor setiap grup vaksin Pengambilan darah 10 ekor setiap grup vaksin 28 B4 Pengambilan darah 10 ekor setiap grup vaksin Pengambilan darah 10 ekor setiap grup vaksin 31 B5 Pengambilan darah 10 ekor setiap grup vaksin Pengambilan darah 10 ekor setiap grup vaksin Vaksinasi kedua: 1. Vaksimune AIplus A (30 DOD) 0.5 ml IM. 2. Vaksimune AIplus B (30 DOD) 0.5 ml IM Pengamatan harian Pengamatan harian 38 B6 Pengambilan darah 10 ekor setiap grup vaksin Pengambilan darah 10 ekor setiap grup vaksin Pengamatan harian Pengamatan harian 42 B7 Pengambilan darah 10 ekor setiap grup vaksin Pengambilan darah 10 ekor setiap grup vaksin Penelitian ini dilakukan dengan pemberian vaksin monovalen dan vaksin bivalen inaktif. Vaksinasi dilakukan dua kali selama proses penelitian. Vaksinasi pertama pada saat ayam berumur 10 hari dengan dosis 0.2 ml/ekor dengan rute pemberian subkutan dan vaksinasi kedua pada umur 31 hari dengan dosis 0.5 ml/ekor secara intramuskular. Sampel yang diambil sebanyak sepuluh ekor secara acak pada masing-masing kelompok bebek yang divaksin monovalen, vaksin bivalen maupun bebek kontrol. Serum diambil dan diukur titer antibodinya terhadap virus AI dengan uji HI dengan menggunakan antigen standar AI H5N1 clade dan

28 18 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bantul 17 Oktober 1991 dari ayah Sartono dan ibu Kasmi. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan di SD Negeri Sorobayan pada tahun 2007 dan SMP Negeri 1 Sanden pada tahun Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bantul dan di tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) serta berkesempatan memperoleh Beasiswa Bidik Misi. Selama masa perkuliahan, penulis pernah aktif di organisasi BEM TPB Kabinet Harmoni pada tahun 2011, LDK AlHurriyah 2011, DKM An-Nahl 2013, Himpro Satli serta Senior Resident di Asrama Putra TPB IPB hingga sekarang.

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang 11 MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan di kandang FKH-IPB. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya 10 MATERI DAN METODA Waktu Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu FKH-IPB, Departemen Ilmu Penyakit Hewan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur . Sistem Kekebalan pada Ayam

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur . Sistem Kekebalan pada Ayam 4 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam peliharaan merupakan hasil domestikasi dari ayam hutan yang ditangkap dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging

Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (3): 150-155 ISSN 1410-5020 Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging The Best Timing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Titrasi Virus Isolat Uji Berdasarkan hasil titrasi virus dengan uji Hemaglutinasi (HA) tampak bahwa virus AI kol FKH IPB tahun 3 6 memiliki titer yang cukup tinggi (Tabel ). Uji HA

Lebih terperinci

Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta

Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta Sains Peternakan Vol. 11 (2), September 2013: 79-83 ISSN 1693-8828 Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta W. Suwito 1, Supriadi 1, E.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai Maret 2010 sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Terpadu Bagian Mikrobiologi Medik dan laboratorium Bakteriologi

Lebih terperinci

GAMBARAN TITER ANTIBODI ANTI H5 PADA SERUM DAN KUNING TELUR AYAM SINGLE COMB BROWN LEGHORN YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN INAKTIF H5N2 WA ODE YUSRAN

GAMBARAN TITER ANTIBODI ANTI H5 PADA SERUM DAN KUNING TELUR AYAM SINGLE COMB BROWN LEGHORN YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN INAKTIF H5N2 WA ODE YUSRAN GAMBARAN TITER ANTIBODI ANTI H5 PADA SERUM DAN KUNING TELUR AYAM SINGLE COMB BROWN LEGHORN YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN INAKTIF H5N2 WA ODE YUSRAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN 17 METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB, kandang hewan percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Avian influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong virus RNA (Ribonucleic acid)

Lebih terperinci

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE (IBD) PADA AYAM PEDAGING YANG DIVAKSIN IBD KILLED SETENGAH DOSIS DAN DITANTANG DENGAN VIRUS IBD CHARLES JONSON SIREGAR FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL VAKSINASI AVIAN INFLUENZA (AI) DI KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG ANI SITI NURFITRIANI

EVALUASI HASIL VAKSINASI AVIAN INFLUENZA (AI) DI KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG ANI SITI NURFITRIANI EVALUASI HASIL VAKSINASI AVIAN INFLUENZA (AI) DI KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG ANI SITI NURFITRIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK ANI SITI NURFITRIANI.

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK (Isolation and Identification of Avian Influenza Virus from Ducks) HARIMURTI NURADJI, L. PAREDE dan R.M.A. ADJID Balai Besar Penelitian Veteriner,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)

Lebih terperinci

PRODUKSI ANTIBODI POLIKLONAL ANTI H5N1 PADA MARMOT (Cavia porcellus) YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA H5N1 DAN H5N2 KUNTO WIDYASMORO

PRODUKSI ANTIBODI POLIKLONAL ANTI H5N1 PADA MARMOT (Cavia porcellus) YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA H5N1 DAN H5N2 KUNTO WIDYASMORO PRODUKSI ANTIBODI POLIKLONAL ANTI H5N1 PADA MARMOT (Cavia porcellus) YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA H5N1 DAN H5N2 KUNTO WIDYASMORO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka

Lebih terperinci

Respon Imun Itik Bali terhadap Berbagai Dosis Vaksin Avian Influenza H5N1

Respon Imun Itik Bali terhadap Berbagai Dosis Vaksin Avian Influenza H5N1 Jurnal Veteriner September 2009 Vol. 10 No. 3 : 150-155 ISSN : 1411-8327 Respon Imun Itik Bali terhadap Berbagai Dosis Vaksin Avian Influenza H5N1 (IMMUNE RESPONSE OF BALI DUCK TO VARIOUS DOSES OF AVIAN

Lebih terperinci

Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1

Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1 INDRIANI et al.: Deteksi respon antibodi dengan uji hemaglutinasi inhibisi dan titer proteksi terhadap virus avian influenza subtipe H5N1 Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia memegang peran penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis unggas yang dibudidayakan

Lebih terperinci

DETEKSI KEBERADAAN ANTIBODI ANTI H5N1 MENGGUNAKAN METODE ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA SERUM SAPI YANG DIVAKSINASI H5N1 NOVIYANTI

DETEKSI KEBERADAAN ANTIBODI ANTI H5N1 MENGGUNAKAN METODE ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA SERUM SAPI YANG DIVAKSINASI H5N1 NOVIYANTI DETEKSI KEBERADAAN ANTIBODI ANTI H5N1 MENGGUNAKAN METODE ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA SERUM SAPI YANG DIVAKSINASI H5N1 NOVIYANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Sistem Kekebalan Tubuh Pada Unggas

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Sistem Kekebalan Tubuh Pada Unggas 4 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Petelur Ayam petelur putih termasuk dalam jenis ayam petelur ringan. Ayam ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas

Lebih terperinci

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease (ND)

TINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease (ND) TINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease (ND) Newcastle Disease (ND) pertama kali ditemukan di Newcastle Inggris pada tahun 1926. Virus ini menyerang berbagai macam spesies burung dan unggas. Tingkat kematian

Lebih terperinci

DETEKSI ANTIBODI ANTI- Escherichia coli K99 DI DALAM SERUM INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BUNTING POST VAKSINASI E. coli DENGAN TEKNIK ELISA

DETEKSI ANTIBODI ANTI- Escherichia coli K99 DI DALAM SERUM INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BUNTING POST VAKSINASI E. coli DENGAN TEKNIK ELISA DETEKSI ANTIBODI ANTI- Escherichia coli K99 DI DALAM SERUM INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BUNTING POST VAKSINASI E. coli DENGAN TEKNIK ELISA ITA KRISSANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING 1 I Gst Ayu Agung Suartini(38) FKH - Universitas Udayana E-mail: gaa.suartini@gmail.com Tlf : 081282797188 Deskripsi IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO

Lebih terperinci

RESPON IMUN ANAK BABI PASCA VAKSINASI HOG CHOLERA DARI INDUK YANG TELAH DIVAKSIN SECARA TERATUR ABSTRAK

RESPON IMUN ANAK BABI PASCA VAKSINASI HOG CHOLERA DARI INDUK YANG TELAH DIVAKSIN SECARA TERATUR ABSTRAK RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Denpasar, 13 Desember 1993. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak I Made Wirtha dan Ibu dr. Ni Putu Partini Penulis menyelesaikan

Lebih terperinci

UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL

UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL NATIVE VIRUS CHALLENGE TEST AGAINST VACCINATED CHICKENS WITH COMMERCIAL ACTIVE AND INACTIVE IBD

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 18 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2013 sampai dengan April 2014. Sampel diambil dari itik dan ayam dari tempat penampungan unggas, pasar unggas dan peternakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 21 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai Maret sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Mikrobiologi Medis, laboratorium Terpadu unit pelayanan mikrobiologi

Lebih terperinci

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO DepKes RI 2007 Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum : Dapat menjelaskan dasar dasar Flu Burung, pandemi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut : 25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara

Lebih terperinci

Tingkat Perlindungan Vaksin Komersial AI H5N1 Clade terhadap Virus AI H5N1 clade Asal Itik pada Ayam SPF dalam Kondisi Laboratorium

Tingkat Perlindungan Vaksin Komersial AI H5N1 Clade terhadap Virus AI H5N1 clade Asal Itik pada Ayam SPF dalam Kondisi Laboratorium Tingkat Perlindungan Vaksin Komersial AI H5N1 Clade 2.1.3 terhadap Virus AI H5N1 clade 2.3.2 Asal Itik pada Ayam SPF dalam Kondisi Laboratorium Indriani R, Dharmayanti NLPI Balai Besar Penelitian Veteriner,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013. III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013. Pemeliharaan ayam penelitian, aplikasi ekstrak temulawak dan vaksinasi AI dilakukan di kandang

Lebih terperinci

GAMBARAN RESPON VAKSINASI IBD MENGGUNAKAN VAKSIN IBD INAKTIF PADA AYAM PEDAGING KOMERSIAL DEVA PUTRI ATTIKASARI

GAMBARAN RESPON VAKSINASI IBD MENGGUNAKAN VAKSIN IBD INAKTIF PADA AYAM PEDAGING KOMERSIAL DEVA PUTRI ATTIKASARI GAMBARAN RESPON VAKSINASI IBD MENGGUNAKAN VAKSIN IBD INAKTIF PADA AYAM PEDAGING KOMERSIAL DEVA PUTRI ATTIKASARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Lebih terperinci

PROFIL LEUKOSIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) INAKTIF SUBTIPE H5N1

PROFIL LEUKOSIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) INAKTIF SUBTIPE H5N1 PROFIL LEUKOSIT SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) INAKTIF SUBTIPE H5N1 FAISAL MUHAMAD NU MAN SUMANTRI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PROFIL TITER ANTIBODI Newcastle Disease (ND) dan Avian Influenza (AI) PADA ITIK PETELUR FASE STARTER DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

PROFIL TITER ANTIBODI Newcastle Disease (ND) dan Avian Influenza (AI) PADA ITIK PETELUR FASE STARTER DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU PROFIL TITER ANTIBODI Newcastle Disease (ND) dan Avian Influenza (AI) PADA ITIK PETELUR FASE STARTER DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU Profile of Antibody Titre Against Newcastle Disease (ND)

Lebih terperinci

KAJIAN VAKSINASI AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 PADA BURUNG PUTER (Stretopelia bitorquata) DAN MERPATI (Columba Livia)

KAJIAN VAKSINASI AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 PADA BURUNG PUTER (Stretopelia bitorquata) DAN MERPATI (Columba Livia) KAJIAN VAKSINASI AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 PADA BURUNG PUTER (Stretopelia bitorquata) DAN MERPATI (Columba Livia) RISA INDRIANI, N.L.P.I. DHARMAYANTI, LIES PAREDE dan R.M.A. ADJID Balai Penelitian Veteriner,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan suatu penyakit pada unggas yang sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan menyerang berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit PENDAHULUAN Latar Belakang Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit pernafasan pada unggas dan termasuk list A Office International des Epizooties (OIE) sebagai penyakit yang sangat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Salah Satu Manajemen Perkandangan pada Peternakan Ayam Broiler. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama

Lebih terperinci

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI FLU BURUNG AVIAN FLU AVIAN INFLUENZA BIRD FLU RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI VIRUS INFLUENZA Virus famili orthomyxoviridae Tipe A,B,C Virus A dan B penyebab wabah pada manusia Virus C

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL VAKSINASI AVIAN INFLUENZA (AI) DI KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG ANI SITI NURFITRIANI

EVALUASI HASIL VAKSINASI AVIAN INFLUENZA (AI) DI KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG ANI SITI NURFITRIANI EVALUASI HASIL VAKSINASI AVIAN INFLUENZA (AI) DI KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG ANI SITI NURFITRIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK ANI SITI NURFITRIANI.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging ABSTRAK Bursa Fabrisius merupakan target organ virus Infectious Bursal Disease (IBD) ketika terjadi infeksi, yang sering kali mengalami kerusakan setelah ayam divaksinasi IBD baik menggunakan vaksin aktif

Lebih terperinci

RIWAYAT HIDUP. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SDN 1

RIWAYAT HIDUP. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SDN 1 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Gianyar, 11 Nopember 1993, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak I Ketut Ardika dan Ibu Ni Wayan Suarni. Penulis menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN STANDARISASI ANTIGEN AI H5N1 KOMERSIAL UNTUK MONITORING TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI AI DI INDUSTRI PETERNAKAN AYAM

PEMBUATAN DAN STANDARISASI ANTIGEN AI H5N1 KOMERSIAL UNTUK MONITORING TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI AI DI INDUSTRI PETERNAKAN AYAM Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2012, hlm. 41-47 ISSN 0853 4217 Vol. 17 No.1 PEMBUATAN DAN STANDARISASI ANTIGEN AI H5N1 KOMERSIAL UNTUK MONITORING TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI AI DI INDUSTRI PETERNAKAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM YUNI YUPIANA Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilakukan di kandang pemeliharaan hewan coba Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena

Lebih terperinci

Respon Kekebalan Vaksin Avian Influenza Inaktif pada Ayam Indukan Pedaging Strain Hubbard (Studi Kasus pada Peternakan Ayam Indukan Pedaging)

Respon Kekebalan Vaksin Avian Influenza Inaktif pada Ayam Indukan Pedaging Strain Hubbard (Studi Kasus pada Peternakan Ayam Indukan Pedaging) Respon Kekebalan Vaksin Avian Influenza Inaktif pada Ayam Indukan Pedaging Strain Hubbard (Studi Kasus pada Peternakan Ayam Indukan Pedaging) Oleh YUNI HARTATI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM COMPARISON OF HI TEST AND ELISA FOR DETECTING ANTIBODY MATERNAL ND ON DAY OLD CHICK Oleh : Rahaju Ernawati* ABSTRACT This

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.

Lebih terperinci

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/A1) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influensa tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini

Lebih terperinci

SUHU TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN NAFAS INDUK SAPI Friesian Holstein BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Avian Influenza H5N1 ACHMAD HASAN MAULADI

SUHU TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN NAFAS INDUK SAPI Friesian Holstein BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Avian Influenza H5N1 ACHMAD HASAN MAULADI SUHU TUBUH, FREKUENSI JANTUNG DAN NAFAS INDUK SAPI Friesian Holstein BUNTING YANG DIVAKSIN DENGAN VAKSIN Avian Influenza H5N1 ACHMAD HASAN MAULADI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS F. F. MUNIER Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Jl. Raya

Lebih terperinci

KEMAMPUAN NETRALISASI ANTIBODI SPESIFIK AVIAN INFLUENZA H5 TERHADAP BEBERAPA VIRUS H5N1 ISOLAT LAPANG 1)

KEMAMPUAN NETRALISASI ANTIBODI SPESIFIK AVIAN INFLUENZA H5 TERHADAP BEBERAPA VIRUS H5N1 ISOLAT LAPANG 1) Kemampuan Netralisasi Antibodi Spesifik Avian Influenza H5 (A.H. Angi et al.) KEMAMPUAN NETRALISASI ANTIBODI SPESIFIK AVIAN INFLUENZA H5 TERHADAP BEBERAPA VIRUS H5N1 ISOLAT LAPANG 1) (Neutralization Ability

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah jenis unggas air yang tergolong dalam ordo Anseriformes, family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah jenis unggas air yang tergolong dalam ordo Anseriformes, family 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Itik Itik adalah jenis unggas air yang tergolong dalam ordo Anseriformes, family Anatidae, genus Anas dan termasuk spesies Anas javanica. Proses domestikasi membentuk beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Virus Influenza A, B dan C

TINJAUAN PUSTAKA. Virus Influenza A, B dan C 16 TINJAUAN PUSTAKA Virus Influenza A, B dan C Virus influenza merupakan virus RNA memiliki amplop (envelope) yang termasuk anggota dari famili Orthomyxoviridae. Genomnya terdiri dari negative single strand

Lebih terperinci

PROFIL TITER ANTIBODI Avian Influenza (AI) dan Newcastle Disease (ND) PADA ITIK PEJANTAN DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

PROFIL TITER ANTIBODI Avian Influenza (AI) dan Newcastle Disease (ND) PADA ITIK PEJANTAN DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU PROFIL TITER ANTIBODI Avian Influenza (AI) dan Newcastle Disease (ND) PADA ITIK PEJANTAN DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU Profile Of Antibody Titre Against and Avian Influenza (AI) and Newcastle

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah penyakit menular ganas pada babi yang disebabkan oleh virus dengan gejala utama gangguan reproduksi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I

Lebih terperinci

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP VIRUS Avian Influenza (AI) H5 PADA AYAM PETELUR YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AI-ND INAKTIF EKA MARTTIANA

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP VIRUS Avian Influenza (AI) H5 PADA AYAM PETELUR YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AI-ND INAKTIF EKA MARTTIANA GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP VIRUS Avian Influenza (AI) H5 PADA AYAM PETELUR YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AI-ND INAKTIF EKA MARTTIANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRACT

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii RIWAYAT HIDUP... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA BEBERAPA JENIS BURUNG DI JAKARTA DAN SUKABUMI

DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA BEBERAPA JENIS BURUNG DI JAKARTA DAN SUKABUMI DETEKSI VIRUS AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5 PADA BEBERAPA JENIS BURUNG DI JAKARTA DAN SUKABUMI (Detection of Avian H5 Influenza Virus in Some Birds in Jakarta and Sukabumi) N.L.P. INDI DHARMAYANTI dan RISA

Lebih terperinci

SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH

SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH SURVEILANS SWINE INFLUENZA DI WILAYAH KERJA BBVET WATES JOGJAKARTA TH 29-211 Sri Handayani Irianingsih *, Rama Dharmawan * Dessie Eri Waluyati ** dan Didik Arif Zubaidi *** * Medik Veteriner pada Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza Avian Influenza adalah penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza strain tipe A. Penyakit yang pertama diidentifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Btetapi banyak juga ditemukan isolat asal burung dari subtipe H5 dan H7B Byang

TINJAUAN PUSTAKA. Btetapi banyak juga ditemukan isolat asal burung dari subtipe H5 dan H7B Byang TINJAUAN PUSTAKA Virus Avian Influenza Virus influenza terdiri dari beberapa tipe yaitu tipe A, tipe B dan tipe C. Virus tipe A menyerang hewan, tetapi dapat menyebabkan epidemik pada manusia. Sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Newcastle Disease (ND) atau penyakit tetelo disebabkan oleh strain virulen avian Paramyxovirus serotipe tipe 1 (AMPV-1) dari genus Avulavirus yang termasuk dalam subfamily

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN VAKSIN H5N1 DAN H5N2 VIRUS AVIAN INFLUENZA PADA PETERNAKAN UNGGAS DI DAERAH JAWA BARAT

PENGARUH PENGGUNAAN VAKSIN H5N1 DAN H5N2 VIRUS AVIAN INFLUENZA PADA PETERNAKAN UNGGAS DI DAERAH JAWA BARAT PENGARUH PENGGUNAAN VAKSIN H5N1 DAN H5N2 VIRUS AVIAN INFLUENZA PADA PETERNAKAN UNGGAS DI DAERAH JAWA BARAT (Effect of H5N1 and H5N2 Vaccine Strain Poultry Farm in West Java) SUDARISMAN Balai Penelitian

Lebih terperinci

Sirkulasi Virus Flu Burung Subtipe H5 pada Unggas di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur Sepanjang Tahun

Sirkulasi Virus Flu Burung Subtipe H5 pada Unggas di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur Sepanjang Tahun Jurnal Veteriner September 2012 Vol. 13 No. 3: 293-302 ISSN : 1411-8327 Sirkulasi Virus Flu Burung Subtipe H5 pada Unggas di Jawa Barat, Banten, dan Jawa Timur Sepanjang Tahun 2008-2009 (CIRCULATION OF

Lebih terperinci

Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam Petelur Fase Layer I dan II

Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam Petelur Fase Layer I dan II Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam Petelur Fase Layer I dan II (COMPARISON OF NEWCASTLE DISEASE ANTIBODIES TITRE IN LAYER PHASE I AND II) Saiful Akbar 1, Ida Bagus Komang Ardana 2,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infectious Bursal Disease Infectious Bursal Disease (IBD) merupakan penyakit viral pada ayam dan terutama menyerang ayam muda (Jordan 1990). Infectious Bursal Disease pertama

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian telah dilaksanakan di laboratorium BKP Kelas II Cilegon untuk metode pengujian RBT. Metode pengujian CFT dilaksanakan di laboratorium

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Dalam pengambilan sampel, bahan dan alat yang diperlukan yaitu media transport berupa Brain Heart Infusion (BHI) dalam tabung berukuran 2 ml, sampel usap steril,

Lebih terperinci

BAB II. BAHAN DAN METODE

BAB II. BAHAN DAN METODE BAB II. BAHAN DAN METODE 2.1 Kultur Bakteri Pembawa Vaksin Bakteri Escherichia coli pembawa vaksin DNA (Nuryati, 2010) dikultur dengan cara menginokulasi satu koloni bakteri media LB tripton dengan penambahan

Lebih terperinci

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGUJIAN POTENSI VAKSIN AI INAKTIF CLADE DAN CLADE TAHUN Ramlah, Emilia, Yati Suryati, Ketut Karuni N. Natih

PENGUJIAN POTENSI VAKSIN AI INAKTIF CLADE DAN CLADE TAHUN Ramlah, Emilia, Yati Suryati, Ketut Karuni N. Natih PENGUJIAN POTENSI VAKSIN AI INAKTIF CLADE 2.1.3 DAN CLADE 2.3.2 TAHUN 2013 Ramlah, Emilia, Yati Suryati, Ketut Karuni N. Natih Unit Uji Virologi Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikat Obat Hewan, Gunungsindur-Bogor

Lebih terperinci

SISTEM IMUN SPESIFIK. Lisa Andina, S.Farm, Apt.

SISTEM IMUN SPESIFIK. Lisa Andina, S.Farm, Apt. SISTEM IMUN SPESIFIK Lisa Andina, S.Farm, Apt. PENDAHULUAN Sistem imun spesifik adalah suatu sistem yang dapat mengenali suatu substansi asing yang masuk ke dalam tubuh dan dapat memacu perkembangan respon

Lebih terperinci

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( )

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( ) Pendahuluan : NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin (078114032) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Newcastle Disease (ND) juga di kenal

Lebih terperinci

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS DELIN NOFIFTA B

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS DELIN NOFIFTA B KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS DELIN NOFIFTA B04110128 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Uji Serum (Rapid Test) Pada Ikan Mas Yang Diberikan Pelet Berimunoglobulin-Y Anti KHV Dengan Dosis rendah Ig-Y 5% (w/w) Ikan Mas yang diberikan pelet berimunoglobulin-y anti

Lebih terperinci

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN HANI FITRIANI. Studi Kasus Leiomiosarkoma pada Anjing: Potensial

Lebih terperinci

SEROEPIDEMIOLOGI PASCA VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE (ND) DENGAN 2 STRAIN ANTIGEN

SEROEPIDEMIOLOGI PASCA VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE (ND) DENGAN 2 STRAIN ANTIGEN SEROEPIDEMIOLOGI PASCA VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE (ND) DENGAN 2 STRAIN ANTIGEN NUR KHUSNI HIDAYANTO, EMILIA, YUNI YUPIANA, DAN YATI SURYATI Unit Uji Virologi Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi

Lebih terperinci

Pengembangan Prototipe Vaksin Inaktif Avian Influenza (AI) H5N1 Isolat Lokal dan Aplikasinya pada Hewan Coba di Tingkat Laboratoium

Pengembangan Prototipe Vaksin Inaktif Avian Influenza (AI) H5N1 Isolat Lokal dan Aplikasinya pada Hewan Coba di Tingkat Laboratoium Pengembangan Prototipe Vaksin Inaktif Avian Influenza (AI) H5N1 Isolat Lokal dan Aplikasinya pada Hewan Coba di Tingkat Laboratoium R. INDRIANI, N.L.P.I. DHARMAYANTI, T. SYAFRIATI, A. WIYONO dan R.M.A.

Lebih terperinci

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Virus influenza diklasifikasi menjadi tipe A, B dan C karena nukleoprotein dan matriks proteinnya.

Lebih terperinci

PENGKAJIAN MUTU VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) PADA BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA EMILIA, RAMLAH, RAHAJENG S, YATI SURYATI

PENGKAJIAN MUTU VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) PADA BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA EMILIA, RAMLAH, RAHAJENG S, YATI SURYATI PENGKAJIAN MUTU VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) PADA BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA EMILIA, RAMLAH, RAHAJENG S, YATI SURYATI Unit Uji Virologi Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, Gunungsindur-Bogor,

Lebih terperinci

INDONESIA NOMOR 229/Kpts/PK.230/4/2016 TENTANG PEMBUKAAN PEMASUKAN UNGGAS DARI NEGARA JERMAN KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INDONESIA NOMOR 229/Kpts/PK.230/4/2016 TENTANG PEMBUKAAN PEMASUKAN UNGGAS DARI NEGARA JERMAN KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA - 773 - INDONESIA NOMOR 229/Kpts/PK.230/4/2016 TENTANG PEMBUKAAN PEMASUKAN UNGGAS DARI NEGARA JERMAN KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di unit kandang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di unit kandang III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di unit kandang percobaan PT. Rama Jaya Lampung yang berada di Desa Fajar Baru II, Kecamatan

Lebih terperinci

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE.

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE. UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE. OLEH: FITRIA ARDHIANI, ROFIQUL A LA, FIFIN KURNIA SARI, RETNO OKTORINA LABORATOIUM

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS VAKSIN DNA DALAM MENINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN MAS YANG TERINFEKSI KOI HERPESVIRUS (KHV) ISWI HAYATI FITRIA SKRIPSI

EFEKTIVITAS VAKSIN DNA DALAM MENINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN MAS YANG TERINFEKSI KOI HERPESVIRUS (KHV) ISWI HAYATI FITRIA SKRIPSI EFEKTIVITAS VAKSIN DNA DALAM MENINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN MAS YANG TERINFEKSI KOI HERPESVIRUS (KHV) ISWI HAYATI FITRIA SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh virus tipe A dan B dan ditularkan oleh unggas.

Lebih terperinci

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso AVIAN INFLUENZA Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso Flu burung atau Avian Influenza adalah jenis influenza pada binatang yang sebenarnya telah ditemukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekologi Avian Influenza

TINJAUAN PUSTAKA. Ekologi Avian Influenza 4 TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Avian Influenza Virus influenza adalah partikel berselubung berbentuk bundar atau bulat panjang, merupakan genom RNA rantai tunggal dengan 8 segmen, serta berpolaritas negatif.

Lebih terperinci

PROFIL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SATE DAGING SAPI SKRIPSI ROHMAH RETNO WULANDARI

PROFIL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SATE DAGING SAPI SKRIPSI ROHMAH RETNO WULANDARI PROFIL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SATE DAGING SAPI SKRIPSI ROHMAH RETNO WULANDARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci