Perbedaan Metode Geary s C dan G* Statistik untuk Mendeteksi Serangan Hama Penyakit Utama Padi di Surakarta (Jawa Tengah)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perbedaan Metode Geary s C dan G* Statistik untuk Mendeteksi Serangan Hama Penyakit Utama Padi di Surakarta (Jawa Tengah)"

Transkripsi

1 Perbedaan Metode Geary s C dan G* Statistik untuk Mendeteksi Serangan Hama Penyakit Utama Padi di Surakarta (Jawa Tengah) Poster Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer Oleh: Indri Triastuti NIM : Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Mei 2016

2

3

4

5

6

7 Perbedaan Metode Geary s C dan G* Statistik untuk Mendeteksi Serangan Hama Penyakit Utama Padi di Surakarta (Jawa Tengah) Abstrak Hama adalah serangga perusak tanaman budidaya yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi. Perlu adanya pendeteksian serangan agar dapat menanggulangi adanya serangga pada tanaman padi. Salah satunya hama ulat grayak (spodoptera litura). Ulat grayak bersifat polifagus yang menyerang tanaman pangan, sayuran dan buah-buahan seperti kedelai, tembakau, kapas, kubis dan kacang hijau. Autokorelasi spasial adalah penilaian korelasi antar pengamatan disetiap lokasi pada suatu variabel. Metode pengujian yang akan digunakan adalah Geary s C dan G* Statistik. Dari kedua metode tersebut dapat diketahui informasi mengenai serangan hama ulat grayak di daerah Surakarta, Jawa Tengah. Penelitian yang menggunakan pemodelan surveilans epidemiologi akan diterapkan pada software Program R. Hasil keluarannya dalam bentuk peta wilayah resiko. Dari metode yang dipakai, dapat diketahui bahwa serangan hama ulat grayak pada tahun 2008 dengan metode G* Statistik lebih signifikan karna dapat diketahui serangan hotspot dan coldspot dari yang tertinggi hingga terendah. Sedangkan Geary s C hanya diketahui autokorelasi positif dan autokorelasi negatif. Pendahuluan Serangan hama pada padi menjadi salah satu masalah utama karena sering menimbulkan kerugian besar terhadap para petani. Berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah, namun masih belum mengurangi serangan hama pada padi termasuk ulat grayak. Hal yang memungkinkan terjadinya serangan hama ulat grayak karena pengaruh tempat dan iklim di daerah Surakarta. Peta sebaran geografis penyakit dapat membantu dalam mempelajari antara iklim dengan penyakit dan membantu mengimplementasikan rencana intervensi. Dalam kasus ini akan membahas mengenai peta rawan persebaran kejadian serangan hama ulat grayak di Kota Surakarta dengan mempertimbangkan lokasi (kecamatan) dan waktu (tahun). Dengan menggunakan metode Geary s C dan G* Statistik akan disajikan peta persebaran hama setiap kecamatan dalam tiap tahunnya.

8 Tujuan - Mengetahui serangan hama ulat grayak yang tersebar di Kota Surakarta pada masing-masing kecamatan pada tahun Mengetahui autokorelasi spasial dengan metode Geary s C dan G* Statistik. Metode Penelitian Alur penelitian dengan data serangan ulat grayak pada tahun 2008 yang didapat dari Laboraturium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : Identifikasi Masalah dan Tujuan Pengumpulan Data Awal Laboraturium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman Kasus Serangan Hama Ulat Grayak Tahun 2008 Proses Analisis Data Analisis Metode Geary s C Analisis Metode G* Statistik Hasil dan Evaluasi Gambar 1. Tahap Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboraturium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman daerah Surakarta, Jawa Tengah pada tahun Data dari 124 kecamatan adalah data serangan hama ulat grayak. Selain data serangan hama ulat grayak, digunakan juga peta Kota Surakarta.

9 Tabel 1. Kecamatan yang Terkena Serangan Hama Ulat Grayak pada Tahun 2008 Kecamatan Serangan Ulat Grayak 2008 (hektar) Banyudono 10 Ngemplak 5 Simo 15 Klego 1 Gantiwarno 4 Cawas 26 Trucuk 15 Jogonalan 3 Karangdowo 14 Wonogiri 4 Eromoko 15 Selogiri 15 Bulukerto 6 Girimarto 2 Plupuh 17 Gondang 13 Ngrampal 3 Tanon 6 Dari 124 kecamatan yang terdapat di Kota Surakarta, hanya 18 kota yang terserang hama ulat grayak. Kecamatan Cawas paling banyak terserang hama ulat grayak sebesar 26 hektar seperti yang terdapat pada Tabel 1. Proses analisis data yang digunakan adalah dengan menganalisis metode Geary s C dan metode G* Statistik. Kedua metode tersebut dijadikan acuan penulis untuk menganalisa serangan hama ulat grayak pada tanaman. Indeks Geary s C yang dirumuskan oleh Lee dan Wong, 2010 adalah sebagai berikut : n = jumlah wilayah dalam studi yang diidentifikasi. x 1 = nilai atribut pada wilayah i. x, = nilai tengah dari atribut wilayah studi. w ij = nilai proksimasi spasial.

10 Identifikasi pola sebaran menggunakan indeks C, jika nilai C terletak diantara 0 dan 1, maka pola sebarannya dalah mengelompok (cluster), jika nilai C mendekati pola 1, polanya menyebar tidak merata (tidak ada autokorelasi), dan pada nilai C terletak antara 1 dan 2, pola sebarannya merata (Lee dan Wong, 2010). Gambar 2. Pseudocode Geary s C Dari file data dan variabel yang dibuat seperti Gambar 2. dapat dilakukan fungsi Geary s C yang jika nilai C = 1 tidak terdapat autokorelasi. Jika nilai C < 1 terjadi autokorelasi positif dan sebaliknya, jika nilai C > 1 terjadi autokorelasi negatif. Sedangkan untuk G* Statistik akan dirumuskan sebagai berikut :

11 Yang mana x i adalah variabel dalam wilayah yang diobservasi i(i = 1,..., m). b k = m i=1 dan w ij dengan w ij = 0 yang merupakan spatial weight antara wilayah observasi i dan j. Istilah spatial weight dapat didefinisikan sebagai jarak spasial (spatial distance)(zhang, 2008) Gambar 3. Pseudocode G* Statistik Koordinat yang dipakai adalah x dan y. Dengan x ij adalah data luas tambah serangan dengan satuan hektar dan w ij adalah nilai dimana jika kecamatan A dan kecamatan B berdekatan bernilai 1 dan jika berjauhan bernilai 0 maka dilakukan fungsi Getis Ord. Hasil dan Pembahasan Serangan hama ulat grayak di Kota Surakarta pada tahun 2008 terjadi di 18 kecamatan dari 124 kecamatan yang dianalisis, antara lain Banyudono, Ngemplak, Simo, Klego, Gantiwarno, Cawas, Trucuk, Jogonalan, Karangdowo, Wonogiri, Eromoko, Selogiri, Bulukerto, Girimarto, Plupuh, Gondang, Ngrampal dan Tanon.

12 Gambar 4. Peta Serangan Ulat Grayak Tahun 2008 dengan Metode Geary s C Berdasarkan hasil dari peta yang diuji dengan metode Geary s C pada serangan ulat grayak tahun 2008 di Surakarta, Jawa Tengah yang ditampilkan pada Gambar 2. menunjukkan tiga hasil yang berbeda. Warna biru yang disimbolkan dengan angka 0 berarti menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi spasial atau nilai C = 1. Warna merah yang disimbolkan dengan angka 1 berarti menunjukkan bahwa autokorelasi positif atau nilai C < 1. Sedangkan warna putih yang disimbolkan dengan angka 2 berarti menunjukkan bahwa autokorelasi negatif atau nilai C > 1. Gambar 5. Peta Serangan Ulat Grayak Tahun 2008 dengan Metode G* Statistik

13 Pada Gambar 4. peta hasil uji G* Statistic menunjukkan pola serangan hama ulat grayak tahun 2008 dengan nilai range -1 sampai 5. Wilayah yang paling banyak atau sering disebut dengan titik Hotspot pada peta ditunjukkan dengan warna merah muda dengan rata rata memiliki nilai G* > 4.0. Wilayah dengan nilai G* < -0.0 terlihat berwarna biru, yang mewakili cold spot atau titik rendah dimana serangan hama ulat grayak tidak terjadi pada area tersebut.pada peta juga diperlihatkan pada wilayah wilayah yang memiliki nilai G* > 0.0 dan ditunjukkan dengan warna biru lebih muda dimana pada daerah tersebut merupakan wilayah yang memiliki jumlah serangan ulat grayak medium atau ada serangan namun hanya sedikit. Kesimpulan Hasil analisis data menunjukkan bahwa serangan hama ulat grayak pada tahun 2008 dengan metode G* Statistik lebih signifikan karna dapat diketahui serangan hotspot dan coldspot dari yang tertinggi hingga terendah. Sedangkan Geary s C hanya diketahui autokorelasi positif dan autokorelasi negatif. Dengan metode G* Statistik akan meningkatkan keakurasiannya dengan mempertimbangkan aspek spasial dan waktu. Sedangkan dengan metode Geary s C hanya mengindikasikan pola sebaran secara general. Data menunjukkan pada tahun 2008 sebanyak 174 kasus dengan nilai Indeks Geary s C sebesar 0, Sedangkan pada metode G* Statistik didapatkan nilai Indeks sebesar 0,

14 POSTER

15 Daftar Pustaka [1] LPHPT (Laboraturium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman) Tahun 2008 Kota Surakarta, Jawa Tengah [2] Prasetyo S.Y.J.P., 2014, Pemodelan Spasial Perubahan Konektivitas Potensial pada Endemisitas Skalabilitas Lokal Menggunakan Fungsi G * Statistic Local Spatial Statistics, Jurnal Agricultural Science. [3] Curtis J A, Lee A W.(2010).Spatial Pattern of Diabetes Related Health Problem for Vulneral Populations in Los Angeles,USA [4] Sawada M,2009, Global Spatial Autocorrelation Indices Moran s I, Geary s C and the General Cross-Product Statistic, Department of Geograhpy University of Ottawa,Ottawa

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324

Arrowiyah Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si. Seminar Tugas Akhir SS091324 Arrowiyah 1307 100 070 Pembimbing: Dr. Sutikno S.Si M.Si Seminar Tugas Akhir SS091324 1 Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka Seminar

Lebih terperinci

Kata kunci : LISA, Moran I, Spatial Autocorrelation. Abstract

Kata kunci : LISA, Moran I, Spatial Autocorrelation. Abstract Jurnal Edukasi, Volume 1 No.2, Oktober 2015 ISSN. 2443-0455 ANALISIS SPASIAL AUTOKORELASI PADA DATA PERSENTASE WANITA PERNAH KAWIN DAN TIDAK PERNAH MENGGUNAKAN ALAT / CARA KB DI PROVINSI LAMPUNG Risdiana

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas tentang deskripsi karakteristik penyebaran kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sleman. Gambaran tentang persebaran penyakit

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Implementasi Sistem dan Hasil Perhitungan Implementasi sistem dan Hasil Perhitungan adalah proses perhitungan dan visualisasi dari metode yang akan digunakan lalu hasil yang

Lebih terperinci

Sistem Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tanaman Menggunakan Metode Double Exponential Smoothing Berbasis Google Map

Sistem Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tanaman Menggunakan Metode Double Exponential Smoothing Berbasis Google Map e-issn : 2598-9421 Sistem Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tanaman Menggunakan Metode Double Exponential Smoothing Berbasis Google Map Christiana Ari Setyaningrum 1), Sri Yulianto Joko Prasetyo*

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Peneliti : Imanuel Barnabas Mahanaim ( )

LAPORAN PENELITIAN. Peneliti : Imanuel Barnabas Mahanaim ( ) Pemodelan Pola Spasial Daerah Rawan Miskin di lihat dari PDRB, IPM, Jumlah Pengangguran, Jumlah Penduduk, Tingkat Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah 2005-2009 LAPORAN PENELITIAN Peneliti : Imanuel Barnabas

Lebih terperinci

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA BAB II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konversi Lahan Pertanian Proses alih fungsi lahan pertanian (konversi lahan) dapat dilakukan oleh petani sendiri atau dilakukan oleh pihak lain.proses alih fungsi lahan yang

Lebih terperinci

S 8 Analisis Spasial Kasus Demam Berdarah di Sukoharjo Jawa Tengah dengan Menggunakan Indeks Moran

S 8 Analisis Spasial Kasus Demam Berdarah di Sukoharjo Jawa Tengah dengan Menggunakan Indeks Moran S 8 Analisis Spasial Kasus Demam Berdarah di Sukoharjo Jawa Tengah dengan Menggunakan Indeks Moran Rheni Puspitasari, Irwan Susanto Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Kombinasi Metode Bayesian dan Local G untuk Pemetaan Pola Spasial Serangan OPT terhadap Hasil Panen Padi di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah

Kombinasi Metode Bayesian dan Local G untuk Pemetaan Pola Spasial Serangan OPT terhadap Hasil Panen Padi di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah Kombinasi Metode Bayesian dan Local G untuk Pemetaan Pola Spasial Serangan OPT terhadap Hasil Panen Padi di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah LAPORAN PENELITIAN Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

SISTEM PERINGATAN DINI SERANGAN HAMA PENYAKIT PADI DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GI DAN GI* STATISTIC

SISTEM PERINGATAN DINI SERANGAN HAMA PENYAKIT PADI DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GI DAN GI* STATISTIC SISTEM PERINGATAN DINI SERANGAN HAMA PENYAKIT PADI DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GI DAN GI* STATISTIC Sri Yulianto Joko Prasetyo Dosen Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jalan Diponegoro No.52-60 Salatiga

Lebih terperinci

TATA LOKA VOLUME 4 NOMOR 4,NOVEMBER 2012, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP

TATA LOKA VOLUME 4 NOMOR 4,NOVEMBER 2012, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP TATA LOKA VOLUME 4 NOMOR 4,NOVEMBER 212, 259-281 212 BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP T A T A L O K A Model Zonasi Ketahanan Pangan dengan Pendekatan Partisipatif di Wilayah Soloraya Mapping Model of Food

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) berpendapat dalam Bourne (2009) bahwa kematian karena penyakit berhubungan erat dengan status kemiskinan, perilaku mencari pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: M-23 POLA KETERKAITAN SPASIAL BERDASARKAN PRODUKSI PAJALE (PADI JAGUNG KEDELAI) DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROSIDING ISSN: M-23 POLA KETERKAITAN SPASIAL BERDASARKAN PRODUKSI PAJALE (PADI JAGUNG KEDELAI) DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 M-23 POLA KETERKAITAN SPASIAL BERDASARKAN PRODUKSI PAJALE (PADI JAGUNG KEDELAI) DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 Rukini Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan email:rukini@bps.go.id Abstrak Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh organisme atau serangga merupakan masalah penting bagi petani di Indonesia. Petani mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menanggulangi

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Informasi Rawan Pangan Kabupaten Klaten dengan Fungsi Gi* Statistik

Perancangan Sistem Informasi Rawan Pangan Kabupaten Klaten dengan Fungsi Gi* Statistik Perancangan Sistem Informasi Rawan Pangan Kabupaten Klaten dengan Fungsi Gi* Statistik Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer Peneliti: Mei

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia. Gangguan syaraf dan mental mempengaruhi lebih dari

Lebih terperinci

2. Kajian Pustaka. Gambar 1 Tahapan Metode ARIMA. Uji stasioneritas data. Penggunaan Model untuk Peramalan. Identifikasi Model Dugaan

2. Kajian Pustaka. Gambar 1 Tahapan Metode ARIMA. Uji stasioneritas data. Penggunaan Model untuk Peramalan. Identifikasi Model Dugaan 1. Latar Belakang Informasi cuaca merupakan kebutuhan utama untuk mendukung kegiatan di berbagai sektor. Informasi tersebut dapat berupa prakiraan curah hujan. Curah hujan di Indonesia sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sering menimbulkan letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan angka kematian yang besar, hal ini

1. Pendahuluan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sering menimbulkan letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan angka kematian yang besar, hal ini 1. Pendahuluan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sering menimbulkan letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan angka kematian yang besar, hal ini menyebabkan DBD menjadi salah satu masalah kesehatan yang

Lebih terperinci

PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI KECAMATAN ANDONG, KLEGO, DAN SIMO, KABUPATEN BOYOLALI

PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI KECAMATAN ANDONG, KLEGO, DAN SIMO, KABUPATEN BOYOLALI PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI KECAMATAN ANDONG, KLEGO, DAN SIMO, KABUPATEN BOYOLALI CASSAVA (Manihot esculenta Crantz) LAND SUITABILITY MAPPING AT ANDONG,

Lebih terperinci

Jurnal. Oleh: Benny Christian Mardiatma NIM :

Jurnal. Oleh: Benny Christian Mardiatma NIM : Prediksi Spasial Curah Hujan di Wilayah Surakarta Menggunakan Metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) untuk Menentukan Klasifikasi Zona Iklim Jurnal Oleh: Benny Christian Mardiatma NIM

Lebih terperinci

Aplikasi Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian di Kabupaten Boyolali Menggunakan Location Quotient. Artikel Ilmiah

Aplikasi Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian di Kabupaten Boyolali Menggunakan Location Quotient. Artikel Ilmiah Aplikasi Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian di Kabupaten Boyolali Menggunakan Location Quotient Artikel Ilmiah Peneliti : Wempi Agung Septiantoro (672009060) Dr. Sri Yulianto J. P., S.Si., M.Kom. Program

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran Hipotesis... 4

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran Hipotesis... 4 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 3 1.3 Kerangka Pemikiran... 4 1.4 Hipotesis... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

Hama Kedelai dan Kacang Hijau Hama Kedelai dan Kacang Hijau Dr. Akhmad Rizali Hama Penting Kedelai dan Kacang Hijau Lalat bibit atau lalat kacang (Ophiomyia phaseoli) Ulat grayak (Spodoptera litura) Ulat penggulung daun (Lamprosema

Lebih terperinci

Analisis Geospasial untuk Deteksi Kekeringan Meteorologis di Wilayah Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten Artikel Ilmiah

Analisis Geospasial untuk Deteksi Kekeringan Meteorologis di Wilayah Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten Artikel Ilmiah Analisis Geospasial untuk Deteksi Kekeringan Meteorologis di Wilayah Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten Artikel Ilmiah Peneliti : Yan Estevan Verdinan (672123) Program Studi Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

Spatial Pattern Analysis Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue untuk Informasi Early Warning Bencana di Kota Surabaya

Spatial Pattern Analysis Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue untuk Informasi Early Warning Bencana di Kota Surabaya Spatial Pattern Analysis Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue untuk Informasi Early Warning Bencana di Kota Surabaya Arrowiyah 1, Sutikno 2 Mahasiswa S1 Jurusan Statistika FMIPA ITS, Surabaya 1 Dosen

Lebih terperinci

MODEL SPASIAL DURBIN EROR UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH

MODEL SPASIAL DURBIN EROR UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH MODEL SPASIAL DURBIN EROR UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH Albertus Revoliko Septiawan, Sri Sulistijowati Handajani, dan Titin Sri Martini Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya berjudul Metode Scan Statistic untuk Statistik Area Kecil membahas tentang metode Scan Statistic yang digunakan untuk menemukan sebuah

Lebih terperinci

PEMODELAN SPATIAL AUTOCORRELATION KONDISI KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DI KABUPATEN KLATEN

PEMODELAN SPATIAL AUTOCORRELATION KONDISI KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DI KABUPATEN KLATEN PEMODELAN SPATIAL AUTOCORRELATION KONDISI KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DI KABUPATEN KLATEN Wiwin Sulistyo 1, Edi Winarko 2 1 Program Studi Teknik Informatika, FTI, Universitas Kristen Satya Wacana Jl.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Pola Spasial Menurut Lee dan Wong (2001), pola spasial atau spatial pattern adalah sesuatu yang menunjukkan penempatan atau susunan benda-benda di permukaan bumi. Setiap

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN TANAMAN INANG TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR Spodoptera litura Fabricius SKRIPSI

PENGARUH PERBEDAAN TANAMAN INANG TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR Spodoptera litura Fabricius SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN TANAMAN INANG TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR Spodoptera litura Fabricius SKRIPSI Oleh : Ratna Setiawati NIM 060210103007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman pangan terpenting kedua setelah padi. Tanaman ini berasal dari Amerika. Sekitar abad ke-16,

Lebih terperinci

Indah Octavia Koeswandari Noorhadi Rahardjo

Indah Octavia Koeswandari Noorhadi Rahardjo PENGGUNAAN PETA UNTUK MENGETAHUI HUBUNGAN ANTARA ARAH PERKEMBANGAN WILAYAH DENGAN KONEKTIVITAS JALAN DAN POLA PERSEBARAN FASILITAS UMUM DI PERKOTAAN KLATEN Indah Octavia Koeswandari indahoctaviakoeswandari@gmail.com

Lebih terperinci

Metode Spatio Temporal Curah Hujan dan Pola Tanam.

Metode Spatio Temporal Curah Hujan dan Pola Tanam. 1. Pendahuluan Pada Konferensi United Nations Summit on Climate Change yang diadakan di Bali pada awal Desember 2007. Konferensi ini menandai kesepahaman internasional akan resiko perubahan cuaca global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dalam bidang pertanian. Pertanian Indonesia ini tidak lepas dari sumber produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan

Lebih terperinci

DISAIN AWAL PROTOTYPE G2A UNTUK ANALISA DATA PERTANIAN DAN PEDESAAN

DISAIN AWAL PROTOTYPE G2A UNTUK ANALISA DATA PERTANIAN DAN PEDESAAN DISAIN AWAL PROTOTYPE G2A UNTUK ANALISA DATA PERTANIAN DAN PEDESAAN Hanna Arini Parhusip 1 dan Ramos Somnya 2 Pusat Studi Simitro, Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK.

Lebih terperinci

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi

Lebih terperinci

Laporan Penelitian. Peneliti: Dimas Angga Putranto ( ) Sri Yulianto Joko Prasetyo, S.Si., M.Kom.

Laporan Penelitian. Peneliti: Dimas Angga Putranto ( ) Sri Yulianto Joko Prasetyo, S.Si., M.Kom. Prediksi Pola Spasial Pada Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Study Kasus pada Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah) Laporan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian deskriptif, prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian nasional. Padi adalah tanaman pangan yang utama. Sejak

Lebih terperinci

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI Oleh Swastyastu Slandri Iswara NIM. 021510401060 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Pertanian Berbasis Sistem Informasi Geografis Dengan Menggunakan Metode Fuzzy Set (Studi Kasus : Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri) Bhekti Hapsari, Moehammad Awaluddin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun kebutuhan kedelai nasional selalu meningkat disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk disamping berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai

Lebih terperinci

AUTOKORELASI SPASIAL UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT (IPKM) PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

AUTOKORELASI SPASIAL UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT (IPKM) PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR AUTOKORELASI SPASIAL UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT (IPKM) PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR 1 Gangga Anuraga, 2 Edy Sulistiyawan 1,2 Program Studi Statistika, FMIPA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran penting dibanding dengan jenis sayuran lainnya. Cabai tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

Lebih terperinci

POLA SPASIAL TEMPORAL DAERAH BERESIKO DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SEMARANG DENGAN LOCAL INDICATOR OF SPATIAL ASSOCIATON (LISA)

POLA SPASIAL TEMPORAL DAERAH BERESIKO DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SEMARANG DENGAN LOCAL INDICATOR OF SPATIAL ASSOCIATON (LISA) POLA SPASIAL TEMPORAL DAERAH BERESIKO DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SEMARANG DENGAN LOCAL INDICATOR OF SPATIAL ASSOCIATON (LISA) Oleh NINING DWI LESTARI M0108099 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks

Gambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks BAB 4 HASIL DA A ALISA Banyak komponen mesin yang memiliki bentuk yang cukup kompleks. Setiap komponen tersebut bisa jadi memiliki CBV, permukaan yang berkontur dan fitur-fitur lainnya. Untuk bagian implementasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 33 IV. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, penelitian ini dibangun atas dasar kerangka pemikiran bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi

Lebih terperinci

BAB 3. Metode dan Perancangan Sistem

BAB 3. Metode dan Perancangan Sistem BAB 3 Metode dan Perancangan Sistem 3.1 Metode Pengembangan Sistem 3.1.1 Pembahasan Metode Analisis Simulasi Simulasi membawa peran penting dalam analisis dari pola spasial, sehingga metode yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran persebaran IPM dan komponen-komponen penyususn IPM di Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teorotis 3.1.1 Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) mengungkapkan bahwa perlu tiga dimensi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian dalam perekonomian nasional merupakan sektor yang cukup baik dan terbukti mampu bertahan pada saat krisis Indonesia tahun 1997-1998. Pembangunan sektor

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN TAHUN SKRIPSI

ANALISIS KESEIMBANGAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN TAHUN SKRIPSI ANALISIS KESEIMBANGAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2005-2009 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : Nur Salim

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI No. 1/08/3309/Th.I, 11 Agustus 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA KAB. BOYOLALI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) Angka Tetap (ATAP) produksi padi Kabupaten Boyolali Tahun

Lebih terperinci

PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI

PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI Aminah Happy MA Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Abstract The objectives of this research are to calculate

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diare adalah suatu penyakit dengan gejala adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spodoptera exigua (Lepidoptera: Noctuidae) dikenal dengan nama ulat bawang di Indonesia. Kerusakan pada tanaman bawang yaitu daun yang berlubang dan layu. Larva S. exigua

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI SEBAGAI DETERMINAN PENGELOLAAN DAS BENGAWAN SOLO

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI SEBAGAI DETERMINAN PENGELOLAAN DAS BENGAWAN SOLO KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI SEBAGAI DETERMINAN PENGELOLAAN DAS BENGAWAN SOLO Sri Rum Giyarsih * The socio-economic dimension of the population is among important aspects in watershed management. These

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN : KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :978-979-8304-70-5 ISBN : 978-979-8304-70-5 Modul Pelatihan Budidaya Kentang Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Modul 1 : Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING PEMODELAN SPASIAL PENYEBARAN TIKUS PEMBAWA BAKTERI LEPTOSPIRA DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun Ketua/Anggota Tim Dra.Lilis Suryani.,

Lebih terperinci

PENGARUH USIA, LUAS PERMUKAAN, DAN BIOMASSA DAUN PADA TIGA VARIETAS KEDELAI

PENGARUH USIA, LUAS PERMUKAAN, DAN BIOMASSA DAUN PADA TIGA VARIETAS KEDELAI PENGARUH USIA, LUAS PERMUKAAN, DAN BIOMASSA DAUN PADA TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L) Merill) TERHADAP PREFERENSI OVIPOSISI Spodoptera litura, Fabricius. SKRIPSI Oleh : Resti Ika Mirlina Sari NIM

Lebih terperinci

Pemetaan Penyebaran Guru di Provinsi Banten dengan Menggunakan Metode Spatial Clustering K-Means (Studi kasus : Wilayah Provinsi Banten)

Pemetaan Penyebaran Guru di Provinsi Banten dengan Menggunakan Metode Spatial Clustering K-Means (Studi kasus : Wilayah Provinsi Banten) e-issn : 2598-9421 Pemetaan Penyebaran Guru di Provinsi Banten dengan Menggunakan Metode Spatial Clustering K-Means (Studi kasus : Wilayah Provinsi Banten) Yohanes Aji Priambodo 1), Sri Yulianto Joko Prasetyo*

Lebih terperinci

Analisis Spasial Penyediaan Fasilitas Pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali

Analisis Spasial Penyediaan Fasilitas Pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali p-issn: 2477-3859 e-issn: 2477-3581 JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DASAR The Journal of Innovation in Elementary Education http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/jipd Volume 1 Number 2 June 2016 51-58 Analisis

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto Sistem Informasi Geografis (SIG) Pemetaan Lahan Pertanian di Wilayah Mojokerto Retno Mufidah 1, Arif Basofi S.Kom., M.T., OCA 2, Arna Farizza S.Kom., M.Kom 3 Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika 1, Dosen

Lebih terperinci

Abstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak

Abstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak TELEMATIKA, Vol. 13, No. 02, JULI, 2016, Pp. 69 79 ISSN 1829-667X ANALISIS HASIL PERTANIAN DI KOTA DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Ni Nyoman Supuwiningsih Program Studi Sistem Komputer

Lebih terperinci

3. BAB I. PENDAHULUAN

3. BAB I. PENDAHULUAN 3. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Spasial Kesehatan Perkotaan Terlampauinya kemampuan kota dalam mendukung fungsinya sendiri menjadikan munculnya berbagai permasalahan kota. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SPASIAL DURBIN PADA ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH

PENERAPAN MODEL SPASIAL DURBIN PADA ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH PENERAPAN MODEL SPASIAL DURBIN PADA ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH Erliyana Devitasari, Sri Sulistijowati Handayani, dan Respatiwulan Program Studi Matematika FMIPA

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Pengadaan Data

HASIL DA PEMBAHASA. Pengadaan Data 1 Memilih atribut yang akan diklasifikasikan ke dalam k kelas, misal atribut yang dipilih adalah atribut x. 2 Sekumpulan k-1 nilai dibangkitkan secara acak dalam selang [min{x}, max{x}]. Selang ini digunakan

Lebih terperinci

PRODI S1 STATISTIKA FMIPA-ITS RENCANA PEMBELAJARAN Statistika Spasial Kode/SKS: SS / (2/1/0) Dosen : Sutikno Semester : VII

PRODI S1 STATISTIKA FMIPA-ITS RENCANA PEMBELAJARAN Statistika Spasial Kode/SKS: SS / (2/1/0) Dosen : Sutikno Semester : VII RP-S1-SLK-01 Kurikulum 2014, Edisi : September-2014.Revisi : 00 Hal: 1 dari 5 A. CAPAIAN PEMBELAJARAN : CP 5.2 : Mampu menganalisis data di bidang Statistika Lingkungan dan Kesehatan, serta bidang lainnya

Lebih terperinci

IV.1 Analisis Hasil Pembobotan Kriteria IV.2 Analisis Regresi

IV.1 Analisis Hasil Pembobotan Kriteria IV.2 Analisis Regresi 52 Bab IV Analisis IV.1 Analisis Hasil Pembobotan Kriteria Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai Chi Kuadrat hitung sebesar 128,5865 (lihat Lampiran N), sedangkan Chi Kuadrat tabel dengan α =

Lebih terperinci

Materi Bahasan. Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG. Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial

Materi Bahasan. Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG. Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial Materi 2 Informasi Geografis & Representasinya dalam SIG JURUSAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2013 Materi Bahasan Data & Informasi Data Spasial & Non Spasial Representasi Data Spasial 2 1 Definisi

Lebih terperinci

DENSITAS TRIKOMA DAN DISTRIBUSI VERTIKAL DAUN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI

DENSITAS TRIKOMA DAN DISTRIBUSI VERTIKAL DAUN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DENSITAS TRIKOMA DAN DISTRIBUSI VERTIKAL DAUN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max Linnaeus) TERHADAP PREFERENSI OVIPOSISI Spodoptera litura Fabricius SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) sapi perah Kabupaten Bogor seluas 94,41 hektar, berada dalam dua wilayah yang berdekatan

Lebih terperinci

Peramalan Hasil Produksi Pertanian di Denpasar Timur dengan Metode Quadratic Trend Berbasis SIG

Peramalan Hasil Produksi Pertanian di Denpasar Timur dengan Metode Quadratic Trend Berbasis SIG Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Peramalan Hasil Produksi Pertanian di Denpasar Timur dengan Metode Quadratic Trend Berbasis SIG Ni Nyoman Supuwiningsih

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX) ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX) Rahmanita Lestari, Nurul Hidayah, dan Ambar Asmoro Fakultas Geografi UMS E-mail: rahmanovic1993@gmail.com

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Kawasan Industri Besar Sedang Terhadap Mata Pencarian Penduduk dan Sarana Perekonomian di Kec.bergas Kab.

Analisis Pengaruh Kawasan Industri Besar Sedang Terhadap Mata Pencarian Penduduk dan Sarana Perekonomian di Kec.bergas Kab. Artikel ini telah dipresentasikan Analisis dalam Innovative Pengaruh and Creative Kawasan Information Industri Technology Besar Sedang Conference (Dwi(ICITech) Hosanna, dengan dkk) tema E-Transaction and

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada Januari 2013 sampai Juli 2014. Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di: 1) Wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Pakan beberapa Aksesi Daun Bunga Matahari. terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera litura F.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Pakan beberapa Aksesi Daun Bunga Matahari. terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera litura F. 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Pakan beberapa Aksesi Daun Bunga Matahari terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa mortalitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab analisis dan pembahasan ini akan jelaskan tentang pola persebaran jumlah penderita kusta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kemudian dilanjutkan dengan pemodelan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL UNTUK SEBARAN SUARA DAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK PADA PEMILU LEGISLATIF 2009 DI WILAYAH DKI JAKARTA DAN JAWA BARAT

ANALISIS SPASIAL UNTUK SEBARAN SUARA DAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK PADA PEMILU LEGISLATIF 2009 DI WILAYAH DKI JAKARTA DAN JAWA BARAT ANALISIS SPASIAL UNTUK SEBARAN SUARA DAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK PADA PEMILU LEGISLATIF 2009 DI WILAYAH DKI JAKARTA DAN JAWA BARAT DIRGA ARDIANSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN/ATAU LAHAN MENTERI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kubis (Brassica Olearecea Var Capitata). Kubis memiliki kandungan gizi yang

I. PENDAHULUAN. kubis (Brassica Olearecea Var Capitata). Kubis memiliki kandungan gizi yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini sayuran sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi terhadap manusia, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan

Lebih terperinci

PEMODELAN KRIMINALITAS DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMODELAN KRIMINALITAS DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL DI PROVINSI SULAWESI SELATAN PEMODELAN KRIMINALITAS DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL DI PROVINSI SULAWESI SELATAN Ansari Saleh Ahmar 1, Adiatma 2 1,2 Dosen Program Studi Statistika, Universitas Negeri Makassar Email : ansarisaleh@unm.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Untuk konsumsi sehari-hari, sawi biasa

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN INVENTARISASI DATA KOMODITAS PERTANIAN DAN INFORMASI KONDISI LAHAN DI KABUPATEN KUDUS BERBASIS SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMETAAN DAN INVENTARISASI DATA KOMODITAS PERTANIAN DAN INFORMASI KONDISI LAHAN DI KABUPATEN KUDUS BERBASIS SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF INSTITUSI U M K PEMETAAN DAN INVENTARISASI DATA KOMODITAS PERTANIAN DAN INFORMASI KONDISI LAHAN DI KABUPATEN KUDUS BERBASIS SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS TIM PENGUSUL Ir. Zed

Lebih terperinci

Keywords: Levenberg Marquardt Algorithm, Geographic Information System, Spatial Data.

Keywords: Levenberg Marquardt Algorithm, Geographic Information System, Spatial Data. Prediksi Tingkat Kriminalitas Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation: Algoritma Levenberg Marquardt di Kota Manado Berbasis Sistem Informasi Geografi 1 Lindsay Mokosuli, 2 Winsy Weku, 3 Luther

Lebih terperinci