BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin (adolescere) (kata

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin (adolescere) (kata"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin (adolescere) (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 2015). Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda dan akhir. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat defenisi tentang remaja yaitu: 1. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur tahun dan umur tahun anak laki- laki. 2. Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. 3. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal. 4. Menurut undang-undang perkawinan No.1 tahun 1979, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak-anak laki-laki. 7

2 8 5. Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah. 6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur tahun (Soetjiningsih, 2010) Tahap-tahap Perkembangan Remaja 1. Remaja awal (early adolescent) : umur tahun Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahanperubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terpengaruh dengan ajakan teman sebayanya. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebihlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti. 2. Remaja menengah (middle adolescent) : umur tahun Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus complex (perasaan cinta pada

3 9 ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan. 3. Remaja akhir (late adolescent) : umur tahun Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu: a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e. Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (Soetjiningsih, 2010). Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan. Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Kesukaran yang dimaksud bukan saja bagi individu yang bersangkutan tapi dapat pula bagi orang tua dan masyarakat yang ada disekitarnya. Masalah yang ditimbulkan oleh remaja tidak lagi terbatas dalam lingkungan keluarga, tetapi sudah ke masyarakat yang lebih luas. Karena itu, masalah yang

4 10 ditimbulkan oleh masalah sosial di masyarakat. Apabila masyarakat atau orang tua menolak kehadiran para remaja untuk berperan dalam kehidupan masyarakat, maka remaja akan dapat berbuat hal-hal yang tidak dikehendaki oleh masyarakat, berbuat hal-hal yang dapat menarik perhatian, yang pada dasarnya para remaja ini menghendaki adanya pengertian dari eksistensinya dalam kehidupan bermasyarakat ini. Oleh karena itu, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat luas perlu dimengerti bahwa remaja membutuhkan pengakuan akan keberadaannya dan karena itu diperlukan perhatian serta bimbingan yang cukup buatnya Ciri-ciri masa remaja 1. Masa remaja sebagai periode yang penting a. Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting daripada beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada lagi yang penting karena akibat-akibat jangka panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada beberapa periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja keduanya sama-sama penting. 2. Masa remaja sebagai periode peralihan a. Dalam setiap periode peralihan,status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau

5 11 remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku seperti orang dewasa, ia sering dituduh terlalu besar untuk celananya dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mecoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku,nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya. 3. Masa remaja sebagai periode perubahan a. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun. b. Ada beberapa perubahan yang sama hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa awal remaja, maka meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir masa remaja. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah, apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang hampir dewasa tidak penting lagi.

6 12 Keempat, remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut. 4. Masa remaja sebagai usia bermasalah a. Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. 5. Masa remaja sebagai masa menjadi identitas a. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan, lambat launmereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. 6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan a. Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasayang harus

7 13 membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. 7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik a. Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang dia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang di tetapkan sendiri. 8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa a. Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip balasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan (Hurlock, 2015).

8 Tumbuh Kembang Remaja Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang remaja, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbedabeda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja. 1. Perkembangan dan proses perubahan pada masa remaja Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri, yang bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa remaja perubahan-perubahan besar terjadi dalam kedua aspek yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Proses perubahan tersebut dan interaksi antara beberapa aspek yang berubah selama masa remaja meliputi perubahan fisik, emosional, kognitif, spiritual dan psikososial. a. Perkembangan dan perubahan fisik Menurut Hurlock (1973 dalam Agustiani, 2006) perubahan yang paling jelas tampak adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa pubertas atau pada awal masa remaja, yaitu sekitar umur tahun pada wanita dan 12-16

9 15 tahun pada pria. Hormon-hormon baru diproduksi oleh kelenjar endokrin dan memberikan perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Gejala ini memberikan isyarat bahwa fungsi reproduksi atau kemampuan untuk menghasilkan keturunan sudah mulai bekerja. Pertumbuhan fisik, baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Pada masa remaja, keadaan fisik dipandang sebagai hal yang penting. Oleh karena itu, ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dan self picture), dia merasa tidak puas dan kurang percaya diri (Marliani, 2016). b. Perkembangan dan Perubahan Emosional Akibat langsung dari perubahan fisik dari perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormonal dan pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan badaniah. Hurlock (1999, dalam Marliani, 2016) mengidentifikasi ciriciri dan karakteristik emosi, yaitu lebih bersifat subjektif, tidak tetap/ fluktuatif dan berhubungan dengan peristiwa pengenalan pancaindra. Menurut Hurlock, secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, masa ketika ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Hal ini disebabkan karena anak laki-laki dan

10 16 perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, yang selama masa kanak-kanak, mereka tidak didipersiapkan untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah cinta/kasih, gembira, amarah,takut dan cemas, cemburu, sedih dan lain-lain (Marliani, 2016). c. Perkembangan dan Perubahan Kognitif Piaget (1972) mengemukakan bahwa perubahan dalam berfikir ini sebagai tahap terakhir yang disebut sebagai tahap formal operation dalam perkembangan kognitifnya. Dalam tahapan yang bermula pada usia tahun ini, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak, hipotesis dan kontrafaktual yang pada memberikan peluang bagi individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal, yang berkaitan dengan kondisi masyarakat, diri sendiri, aturan-aturan orangtua atau apa yang akan dia dilakukan dalam hidupnya (Agustiani, 2006). d. Perkembangan dan Perubahan Spiritual Spiritual memiliki empat aspek, yaitu hubungan dengan Tuhan, orang lain, diri sendiri dan alam. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia. Agama memberikan

11 17 perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya. Pada masa ini, remaja berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensinya. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. Remaja masa kini menaruh minat pada agamadan mangangap bahwa agama berperan penting dalam kehidupan. Minat tersebut tampak dengan keinginan kuat pada remaja untuk membahas masalah agama, mengikuti pelajaran agama di sekolah dan perguruan tinggi, mengunjungi tempat ibadah, dan mengikuti berbagai upacara agama (Marliani, 2016). e. Perkembangan dan Perubahan Psikososial Semua perubahan yang terjadi dalam waktu yang singkat ini membawa akibat bahwa fokus utama dari perhatian remaja adalah dirinya sendiri. Pada saat di mana remaja sangat tidak siap untuk berkuat dengan kerumitan dan ketidakpastian, berikutnya muncul faktor-faktor lain yang menimpa dirinya. Remaja dalam masyarakat kita secara tipikal dituntut untuk membuat satu pilihan, suatu keputusan tentang apa yang akan dia lakukan bila dewasa. Karena hal tersebut, banyak remaja dalam dilemma. Mereka tidak bisa menjawab pertanyaan tentang peran sosial yang akan

12 18 mereka jalankan tanpa menyelesaikan beberapa pertanyaan lain tentang dirinya sendiri. Perasaan tertentu yang berada dalam suatu krisis bisa muncul, krisis yang membutuhkan jawaban yang tepat tentang siapa sebenarnya dirinya (Aguatiani, 2006). Menurut Erikson (1968, dalam Agustina, 2006) dilemma tersebut sebagai krisis identitas. Seorang remaja bukan sekedar mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam konteks apa atau dalam kelompok apa dia bisa menjadi bermakna dan dimaknakan. Erikson juga mengungkapkan masa remaja merupakan tahap perkembangan lainnya karena orang harus mencapai tingkat identitas tingkat ego yang cukup baik.tahap ini merupakan masa standardisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, usia, dan kegiatan. Teman sebaya dipandang sebagai teman senasib, partner, dan saingan. Melalui kehidupan berkelompok ini, remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat menyalurkan diri. Remaja memilih orangorang dewasa yang penting baginya yang dapat mereka percayai dan tempat mereka berpaling saat krisis (Nasir & Muhith, 2006) Tugas Perkembangan Remaja Semua tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada bagaimana melalui sikap dan pola perilaku kanak-kanak dan mempersiapkan sikap dan perilaku orang dewasa. Rincian tugastugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :

13 19 a. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin. b. Mencapai peran sosial feminim atau maskulin. c. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif. d. Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab secara sosial. e. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya. f. Mempersiapkan untuk karir ekonomi. g. Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga h. Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku (Sumiati, 2009). 2.2 NAPZA Definisi NAPZA Napza adalah singkatan dari narkoba, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Napza berupa zat yang bila masuk ke dalam tubuh dan akan mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan gangguan pada fisik, psikis dan fungsi sosial (Sumiati, dkk, 2009). Menurut Nusiriska (2012) efek Napza bagi tubuh tergantung pada jumlah atau dosis yang digunakan, frekuensi pemakaian, cara menggunakan, faktor psikologis dan biologis. Secara fisik, organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang, organ-organ otonom (jantung, paru, hati dan ginjal).

14 Jenis-jenis Napza 1. Narkotika (UU No 35 Tahun 2009) Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dapat dibedakan kedalam beberapa golongan yaitu : a. Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contohnya adalah heroin/putauw, kokain, ganja). b. Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin). c. Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein). Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan adalah golongan I yaitu morfin, herion (putauw), petidin, candu dan lain-lain. Ganja atau kanabis, marihuana, hashis - Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun kokain.

15 21 2. Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut a. Psikotropika golongan I Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD) b. Psikotropika golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuatmengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh: amfetamin, metilfenidat atau ritalin) c. Psikotropika golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam). d. Psikotropika golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam,

16 22 bromazepam, Fenobarbital, klonazepam,klordiazepoxide, nitrazepam,seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG). Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain : Psikostimulansia(amfetamin, ekstasi, shabu), Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur), Halusinogenika (Iysergic acid dyethylamide (LSD), Mushroom). 3. Zat Adiktif lainnya Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika yaitu antara lain : a. Minuman Beralkohol Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/ zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minumanberakohol, yaitu : a. Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir) b. Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur) c. Golongan C : kadar etanol %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker, Kamput.) b. Inhalansia Gas yang di hirup dan mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat dalam berbagai barang kebutuha rumah tangga, kantor dan berbagai pelumas mesin yang salah digunakan, antara lain: lem kertas, thinner, penghapus cat kuku, bensin.

17 Klasifikasi NAPZA Pengolongan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) didasarkan atas pengaruhnya terhadap tubuh manusia. 1. Opiates (opiat) Opiod mengurangi rasa nyeri dan menyebabkan mengantuk atau turunya kesadaran. Contohnya adalah opium, morfin, heroin dan petidin. 2. Ganja. Ganja menyebabkan perasaan riang, meningkatkan daya khayal dan berubahnya perasaan waktu. 3. Kokain. Kokain dan daun koka tergolong dalam stimulan meningkatkan aktivitas otak atau fungsi organ lain. 4. Golongan amfetamin (stimulan). Contohnya adalah amfetamin, ekstasi dan shabu. 5. Alkohol Alkohol terdapat dalam minuman keras menyebabkan ataxia. 6. Halusinogen Menyebabkan halusinasi (khayalan), Contohnya (lysergic acid diethylamide). 7. Sedative dan hipnotika Obat penenang atau obat tidur. 8. Solvent dan inhalasi. Gas atau uap yang dihirup. Contohnya tiner dan lem.

18 24 9. Nikotin. Terdapat pada tembakau (termasuk stimulan) 10. Kafein (stimulansia). Terdapat dalam kopi, berbagai jenis obat penghilang rasa sakit atau nyeri dan minuman cola (WHO, 2011) Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada seseorang. Berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat, faktor-faktor penyebab timbulnya penyalahgunaan NAPZA terdiri dari : 1. Faktor zat Tidak semua zat yang digunakan akan memberikan pengaruh yang sama bagi pemakai, dalam hal ini hanya pengaruh obat dengan pengaruh farmakologik tertentu yang akan menimbulkan gangguan penyalahgunaan NAPZA, baik yang menimbulkan ketergantungan maupun tidak menimbulkan ketergantungan. 2. Faktor individu Tiap individu memiliki perbedaan tingkat resiko untuk menyalahgunakan NAPZA. Faktor yang mempengaruhi individu terdiri dari faktor kepribadian dan faktor konstitusi. 3. Faktor lingkungan sosial Faktor lingkungan sosial adalah faktor dimna individu melakukan interaksi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Faktor ini mencakup faktor keluarga dan faktor sosial lainnya, misalnya pada keluarga yang

19 25 kurang harmonis, lingkungan pergaulan individu, komunikasi orang tua dan anak kurang baik, orang tua yang bercerai atau kawin lagi, orang tua terlampau sibuk, orang tua yang acuh dan otoriter, kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya dan kurangnya kehidupan beragama. Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selau membuat seseorang kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi makin banyak faktorfaktor diatas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA. Penyalahguna NAPZA harus dipelajari kasus demi kasus.faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA. Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga yang harmonis dan cukup komunikatif menjadi penyalahguna NAPZA (Sumiati, dkk, 2009) Bahaya Penyalahgunaan NAPZA Bahaya penyalahgunaan NAPZA (BNN, 2009) adalah : 1. Bahaya terhadap diri pemakai a. Merubah kepribadian si pemakai b. Merubah perilaku menjadi masa bodoh, pemurung, pemarah dan melawan terhadap siapapun c. Semangat kerja atau semangat belajar menurun, suatu saat bersikap seperti orang yang mengalami gangguan jiwa d. Tidak ragu melanggar norma masyarakat e. Tidak segan menyiksa diri untuk menghilangkan rasa nyeri

20 26 2. Bahaya terhadap keluarga a. Tidak segan mencuri uang dan barang keluarga untuk membeli NAPZA b. Tidak sopan dan melawan orang tua c. Tidak menghargai harta untuk keluarga (merusak barang) d. Mencemarkan nama baik keluarga 3. Bahaya terhadap lingkungan masyarakat a. Berbuat tidak senonoh (mesum)dengan orang lain b. Mengambil dan mencuri harta milik tetangga atau orang lain c. Mengganggu ketertiban umum d. Tidak merasa menyesal apalagi melakukan kesalahan atau pelanggaran 4. Bahaya terhadap bangsa dan negara a. Rusaknya mental dan fisik generasi muda b. Kehilangan rasa patriotisme dan cinta bangsa c. Dipengaruhi pihak lain untuk menghancurkan negara Dampak Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA Penggunaan NAPZA dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi: 1. Kesehatan Organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem syaraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang, dan organ lain seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal dan panca indera. Tetapi sebenarnya penyalahgunaan NAPZA membahayakan seluruh tubuh. Sudah terlalu banyak kasus kematian terjadi akibat pemakaian NAPZA, terutama karena pemakaian berlebih (over dosis) dan kematian karena AIDS (akibat

21 27 pemakaian NAPZA melalui jarum suntik bersama dengan orang yang sudah terinfeksi HIV). Juga banyak remaja meninggal karena penyakit, kecelakaan dan perkelahian akibat pengaruh NAPZA. 2. Pendidikan Misalnya kebiasaan malas, sering bolos, dikeluarkan dari sekolah 3. Pekerjaan Misalnya konflik dengan teman kerja, tidak masuk kantor, pemutusan hubungan kerja (PHK) 4. Ekonomi Misalnya kerugian materi yang mengakibatkan kemiskinan 5. Sosial dan Psikologis Ketergantungan pada NAPZA menyebabkan orang tidak lagi dapat berpikir dan berperilaku normal. Perasaan, pikiran dan perilakunya dipengaruhi oleh zat yang dipakainya. Berbagai gangguan psikis atau kejiwaan yang sering dialami oleh mereka yang menyalahgunakan NAPZA antar lain rasa tertekan, cemas, ketakutan, ingin bunuh diri, kasar, marah agresif pergaulan yang terbatas karena lebih mudah bergaul dengan sesama pengguna NAPZA. Gangguan psikologis yang paling jelas adalah pengguna tidak bisa mengendalikan diri untuk terus menerus menggunakan NAPZA. 6. Hukum Misalnya terlibat kasus-kasus pencurian, perampokan atau pembunuhan.

22 Upaya Pencegahan penyalahgunaan NAPZA Ada beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada penyalahgunaan NAPZA yaitu: 1. Pencegahan primer Yang menjadi sarana adalah pada kelompok remaja atau orang-orang yang belum menggunakan NAPZA dapat dilakukan penyuluhan mengenai bahaya napza dan kerugian akibat penyalahgunaan NAPZA 2. Pencegahan sekunder Yang menjadi sasaran orang-orang yang menggunakan NAPZA yang masih dalam tahap dini untuk segera mendapatkan pengobatan yang tepat agar dapat terbebas dari efek ketergantungan zat tersebut. 3. Pencegahan tertier Yang menjadi sasaran adalah pada pengguna NAPZA yang sudah kecanduan berat, dalam pencegahan disini selain pengobatan juga harus ditempuh dengan usaha-usaha rehabilitasi fisik, mental, dan sosial, sehingga dapat sehat kembali. Dengan kondisi sehat diharapkan dapat berfungsi kembali dalam kehidupan sehari-hari secara fisik, mental dan interksi sosial sesama masyarakat dilingkungannya Terapi dan Rehabilitasi Terapi Terapi atau pengobatan terhadap penyalahgunaan NAPZA haruslah rasional dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi medik, psikiatri, sosial dan agama. Terapi pada gangguan penggunaan zat ditujukan untuk mengobati

23 29 komplikasi medik seperti gangguan mental organik yang hampir selalu dijumpai pada pasien pengguna zat. Terapi tersebut terdiri dari 2 tahap yaitu detoksifikasi dan pasca detoksifikasi (pemantapan) yang mencakup komponen-komponen sebagai berikut: 1. Terapi medik-psikiatrik (Detoksidikasi tanpa anastesi dan substitusi) Terapi (detoksifikasi) adalah bentuk terapi untuk menghilangkan racun (toksin) NAPZA dari tubuh pasien penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA. Metode detoksifikasi ini tidak hanya dapat berlaku untuk NAPZA jenis heroin (putaw) saja melainkan juga berlaku untuk jenis zatzat lainnya misalnya cannabis (ganja), kokain, alkohol, amphetamin (shabu-shabu, ekstasi) dan zat adiktif lainnya. NAPZA dapat mengganggu sistem neuro transmitter dalam susunan saraf pusat (otak). 2. Terapi medik somatik (komplikasi medik) Yang dimaksud dengan terapi medik somatik adalah penggunaan obat-obatan yang berkhasiat terhadap kelainan-kelainan fisik sebagai akibat dilepaskannya NAPZA. Termasuk dalam terapi medik somatik ini adalah larangan merokok dan mengkonsumsi alkohol bagi pasien pengguna pemakai NAPZA. 3. Terapi psikoreligius Terapi keagamaan (psikoreligius) terhadap pasien penyalahguna NAPZA memegang peranan penting baik dari segi pencegahan (prevensi), terapi maupun rehabilitasi. Unsur agama dalam terapi bagi pasien penyalahguna NAPZA mempunyai arti penting dalam mencapai keberhasilan penyembuhan. Unsur agama yang mereka terima akan memulihkan dan

24 30 memperkuat rasa percaya diri (self confidence), harapan (hope), dan keimanan (faith). 4. Terapi psikososial Terapi psikososial adalah upaya untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi penyalahguna NAPZA kedalam kehidupan sehari-hari. Dengan terapi psikososial ini perilaku anti sosial tersebut dapat berubah menjadi perilaku yang secara sosial dapat diterima (adaptive behavior)(hawari, 2006) Rehabilitasi Rehabilitasi adalah bukan sekedar memulihkan kesehatan semula si pemakai, melainkan memulihkan serta menyehatkan seseorang secara utuh dan menyuruh. Rehabilitasi korban narkoba adalah proses yang menyeluruh dan berkelanjutan. Karena itu rehabilitasi yang dilakukan harus meliputi usaha-usaha untuk mendukung para korban, hari demi hari, dalam membuat pengembangan dan pengisian hidup secara bermakna serta berkualitas di bidang fisik, mental, spiritual dan sosial. Dengan kondisi yang sehat tersebut diharapkan mereka mapu kembali ke fungsi wajar dalam kehidupannya sehari-sehari baik di rumah, di sekolah/kampus, tempat kerja dan lingkungan sosialnya (Hawari, 2006) Pengetahuan Pengertian Pengetahuan Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, Pengetahuan merupakan hasil tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada objek tertentu, penciuman, perasaan dan perabaan, Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

25 31 Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan untuk merubah pengetahuan, sikap dan prilaku adalah dengan pendidikan dan pelatihan. Menurut Vener dan Davison yang dikutip oleh Notoadmodjo mengatakan bahwa usia mempengaruhi proses belajar, karena dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan mulai bergerak makin jauh. Dengan bertambahnya usia, kemampuan menerima sesuatu makin berkurang sehingga pembicaraan orang lain terlalu cepat sukar ditangkapnya. Dengan kata lain, makin bertambahnya usia maka kemampuan menerima stimulus makin berkurang. Pengetahuan secara kognitif mempunyai 6 tingkatan meliputi : 1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. 2. Memahami (comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginpresentasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. 4. Analisis (analysis) merupakan suatu kemampuan menjabarkan suatu keseluruhan materi/ suatu kemampuan untuk menghubungkan bagianbagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk formasi baru dan kaitannya satu sama lain.

26 32 5. Sintesis (syntesis) merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu obyek atau materi (Priyoto, 2014) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Budiman (2013) menjelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseroang semakin rendah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki. 2. Informasi/media massa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. 3. Sosial, budaya, dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penularan sehingga akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

27 33 fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. 4. Lingkungan Lingkungan berpengaruh terhdap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timnal balik maupun tidak, yan akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 5. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. 6. Usia Usai mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik Cara Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2012).

28 Sikap pengertian sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dari berbagai batasan tentang sikap, dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni: 1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni: 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (responding)

29 35 Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi Faktor-faktor yang mepengaruhi sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain : 1. Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. pengaruh orang lain yang dianggap penting pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang komformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting. 3. Pengaruh kebudayaan

30 36 Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang membericorak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. 4. Media massa Dalam pemberian surat kabar mauoun radioatau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisannya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6. Faktor emosional Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang disadari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk Cara Pengukuran Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju )

Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA)

Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA) Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA) GOLONGAN NARKOTIKA 1. Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian keluarga Menurut Friedmen (1998) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

Lebih terperinci

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Gambar 7.1, terdiri dari rokok, minuman keras dan obat-obatan yang semuanya tergolong pada zat adiktif dan psikotropika Gambar 7.1: Zat adiktif dan psikotropika 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet 1. Pengertian Perilaku Diet Perilaku diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangai berat badan (Kim & Lennon, 2006). Demikian pula Hawks (2008) mengemukakan

Lebih terperinci

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif NARKOBA Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif Narkotika Obat atau zat dari bahan alami, sintetis atau semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Adapun istilah lainnya yaitu Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12-24 tahun.

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Zat Adiktif dan Psikotropika

Zat Adiktif dan Psikotropika Bab 11 Zat Adiktif dan Psikotropika Sumber: image.google.com Gambar 11.1 Berbagai jenis zat adiktif dan psikotropika Di era modern ini banyak sekali kasus penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. Para

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN

LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN PEMBINAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DALAM MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN NARKOBA DAN SEX BEBAS DIKALANGAN REMAJA DI KECAMATAN PRAMBANAN KLATEN Tim Pengabdi: Erwin Setyo Kriswanto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG NARKOBA DAN PERILAKU PENCEGAHAN NARKOBA PADA MAHASISWA FAKULTAS KOMUNIKASI JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS ESA UNGGUL Saya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Narkoba 1.1.1 Pengertian Narkoba Narkoba adalah senyawa kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati dan perilaku seseorang jika masuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan dalam menangani anaknya sehari-hari. Pengasuhan anak adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH Latar Belakang Kehamilan merupakan st proses luar biasa, dimana ibu bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,

Lebih terperinci

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia

Lebih terperinci

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor : III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN Penyalahguanaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (BNN, 2007). Narkoba atau napza adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

INTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN

INTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN INTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN By Zulkarnain Masalah Kesehatan Mental Kecemasan Depresi Kecemasan Kecemasan merupakan suatu gangguan yang biasa didapati pada pekerja. Dilaporkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd Pertumbuhan : Perubahan fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berjalan normal pada anak yang sehat dalam perjalanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang variabel-variabel dimana didalamanya terdapat definisi, faktor dan teori dari masing-masing variabel dan juga berisi tentang hipotesis penelitian ini. 2.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Merokok 1. Definisi frekuensi Frekuensi berasal dari bahasa Inggris frequency berarti kekerapan, keseimbangan, keseringan, atau jarangkerap. Smet (1994) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba sudah tidak asing di telinga masyarakat dunia pada umumnya, bahkan khususnya masyarakat Indonesia. Narkoba namanya sangat dikenal baik dikalangan masyarakat

Lebih terperinci

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D3407267 POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2008-2009 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya BNN (2006). Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis, pemakaiannya akan

Lebih terperinci

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA TERHADAP KONDISI PSIKIS (MANTAN) PECANDU Tri Wahyu Blok Elektif: Drug Abuse Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, Jakarta 2010 Latar belakang Narkoba (NAPZA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian pola asuh Orang tua mempunyai peran dan fungsi yang bermacam-macam, salah satunya adalah mendidik anak. Menurut (Edwards, 2006), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dalam peralihan ini, sama halnya seperti pada masa anak mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (dalam Syaodih. 2009.: 161) mengatakan bahwa: Definisi tugas perkembangan adalah suatu tugas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan NAPZA mempunyai dimensi yang luas dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Masalah 1 Terdapat banyak kesimpulan yang dapat dikerucutkan dalam penelitian ini yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka. 1. Pengetahuan. Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

NAPZA. Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito

NAPZA. Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito NAPZA Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito POST TEST Apa yang dimaksud dengan Napza? Apa kerugian yang disebabkan oleh pemakaian Napza? Bagaimana cara pencegahan penyalahgunaan narkoba? SAY NO TO NAPZA!

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2 1. Amfetamin bagi tubuh manusia berfungsi sebagai... SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2 Sebagai zat adikitif Sebagai stimulan Pencegah rasa sakit Sebagai obat penenang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

KATA PENGANTAR. Pendahuluan KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Bahaya Narkoba Bagi Remaja dan dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik malalui indera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai untuk anastesi yang dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga banyak membutuhkan potensi sumber daya manusia. Tidak terkecuali remaja sebagai penerus bangsapun

Lebih terperinci

B. Kegiatan Ceramah tentang Narkoba Tahap Kegiatan Kegiatan Peserta Media & Alat

B. Kegiatan Ceramah tentang Narkoba Tahap Kegiatan Kegiatan Peserta Media & Alat Lampiran 1 Judul : PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DI SMU NEGRI5 PEMATANG SIANTAR TAHUN 2013 Topik : Pendidikan Kesehatan Tentang Narkoba Waktu : 90

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol dalam masyarakat sangat mengkhawatirkan dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada penggunaan alkohol dilingkungan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya Remaja, Orang tua, dan Keluarga Remaja dan Orang tua pada masa remaja, sering terjadi ketegangan / tekanan dalam diri remaja karena ingin

Lebih terperinci

NAPZA. Priya - PKBI. Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA.

NAPZA. Priya - PKBI. Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA. NAPZA Priya PKBI Narkotika Psikotropika dan zat adiktif lainnya atau di singkat dengan NAPZA. Berdasarkan proses pembuatannya di bagi ke dalam 3 Golongan : 1. Alami yaitu jenis ata zat yang diambil langsung

Lebih terperinci

LEMBAR TUGAS SISWA IPA TERPADU KELAS 8 SEMESTER 1 (UNTUK KELAS 8A / 8B) Nama Kelas Hari/Tanggal

LEMBAR TUGAS SISWA IPA TERPADU KELAS 8 SEMESTER 1 (UNTUK KELAS 8A / 8B) Nama Kelas Hari/Tanggal LEMBAR TUGAS SISWA IPA TERPADU KELAS 8 SEMESTER 1 (UNTUK KELAS 8A / 8B) Nama Kelas Hari/Tanggal A. RANGKUMAN......... MATERI ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Paraf Guru N i l a i PENGERTIAN DAN PENGGOLONGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat semakin maraknya penggunaan narkoba, kekhawatiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini peredaran dan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat Indonesia nampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan meningkat tiap tahunnya. Kepala Badan Narkotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika dan obat berbahaya (Narkoba) menurut UU RI. No. 22/1997

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika dan obat berbahaya (Narkoba) menurut UU RI. No. 22/1997 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika dan obat berbahaya (Narkoba) menurut UU RI. No. 22/1997 adalah zat atau obat baik yang berasal dari tanaman maupun bukan tanaman, baik sintesis maupun

Lebih terperinci

MENGENAL NAPZA KONSEP DASAR KEPERAWATAN PENYALAHGUNAAN & KETERGANTUNGAN NAPZA 05/02/2016 JENIS NAPZA YANG DISALAHGUNAKAN. MASYKUR KHAIR, S.Kep., Ns.

MENGENAL NAPZA KONSEP DASAR KEPERAWATAN PENYALAHGUNAAN & KETERGANTUNGAN NAPZA 05/02/2016 JENIS NAPZA YANG DISALAHGUNAKAN. MASYKUR KHAIR, S.Kep., Ns. KONSEP DASAR KEPERAWATAN PENYALAHGUNAAN & KETERGANTUNGAN NAPZA By: MASYKUR KHAIR, S.Kep., Ns. MENGENAL NAPZA Napza merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat / bahan adiktif lainnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL SMK MUHAMMADIYAH 1 SENTOLO RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL Tugas Perkembangan 3 : Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat Sekolah : SMK Muhammadiyah 1 Sentolo Kelas/Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cinta adalah sebuah perasaan natural yang dirasakan oleh seseorang terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai, saling memiliki,

Lebih terperinci

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. Pendahuluan Penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat dan permasalahan

Lebih terperinci

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35 Akhir akhir ini, Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya dan terlarang) begitu populer di kalangan remaja dan generasi muda bangsa Indonesia. Hal ini didukung oleh data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit kronik yang berulang kali

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA KLIEN REHABILITASI NARKOBA DI POLI NAPZA RSJ SAMBANG LIHUM

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA KLIEN REHABILITASI NARKOBA DI POLI NAPZA RSJ SAMBANG LIHUM FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA KLIEN REHABILITASI NARKOBA DI POLI NAPZA RSJ SAMBANG LIHUM Syaifullah Kholik 1, Evi Risa Mariana 2, Zainab 3 ABSTRAK Narkoba adalah suatu zat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

Periodisasi Perkembangan Peserta Didik

Periodisasi Perkembangan Peserta Didik Periodisasi Perkembangan Peserta Didik Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu menjelaskan tentang periodisasi perkembangan peserta didik Indikator Mahasiswa mampu menjelaskan periodisasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol bagi remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat dan mempengaruhi

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Akhir-akhir ini banyak sekali kita mendengar kasus narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan. Setiap tahunnya penggunaan Napza semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu diperlukan obat tersedia

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id Bahaya

Lebih terperinci