BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sepatu merupakan kebutuhan untuk hampir seluruh elemen masyarakat di Indonesia. Peluang dan prospek pasar yang dimiliki oleh industri sepatu juga cukup baik, mengingat kebutuhan sepatu juga semakin besar per tahunnya. Nilai ekspor pada industri sepatu di Indonesia juga terus meningkat. Tercatat oleh Kementrian Perindustrian pada 5 Oktober 2015 bahwa, penciptaan devisa oleh industri alas kaki di Indonesia sebesar US$ 4,11 miliar atau diestimasikan 2,33% dari total ekspor nasional pada tahun 2014 (Tempo, 2015). Salah satu perusahaan yang memiliki core production berupa sepatu adalah PT Arka Footwear. Perusahaan ini sudah berdiri sejak tahun 1989 hingga sekarang, serta berlokasi di Jalan Raya Cicalengka Majalaya, Rancaekek, Kabupaten Bandung. Namun, PT Arka Footwear memiliki peran hanya sebagai produsen sepatu, tidak memiliki sepatu dengan merek sendiri untuk diproduksi. PT. Arka Footwear Indonesia juga mengerjakan order sepatu yang sebagian besar merupakan sepatu sport dari Amerika Serikat yang biasanya dipasarkan di Singapura, Malaysia, Thailand, dan Korea Selatan. PT. Arka Footwear Indonesia juga telah memiliki pasar lokal karena adanya permintaan walaupun tidak sebesar pasar internasional. Untuk mewujudkan hal tersebut, kini PT. Arka Footwear Indonesia sedang memperluas lahan plant perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Sistem produksi sepatu di perusahaan ini merupakan sistem pre-order, dengan kuantitas pemesanan yang ditentukan oleh pihak perusahaan yang akan melakukan pemesanan. Setelah dilakukan pre-order, perusahaan akan melakukan produksi sepatu sesuai dengan pesanan yang ada. Sepatu yang diproduksi juga terdiri dari beberapa style, seperti Classic, Rhino, No Fear, Camden, dan Canons. Namun, seringkali hasil produksi tidak sesuai target yang sudah ditentukan. Hal ini biasa disebut shortage stock ataupun stock out, yaitu kurangnya stock produk yang 1

2 dibutuhkan (Bahagia, 2006). Gambar I.1 merupakan perbandingan kuantitas target penjualan sepatu, jumlah aktual yang sudah terjual dan jumlah sepatu stock out yang diakumulasi di setiap periodenya pada PT. Arka Footwear Indonesia per tanggal 1 Mei Desember 2015: Classic Rhino No Fear Canons Camden Target Aktual Stock Out Gambar I. 1 Grafik Perbanduingan Target, Aktual, dan Stock Out Bedasarkan Style Sepatu Hasil produksi yang tidak sesuai target ini menyebabkan berkurangnya pula stock sepatu yang seharusnya diekspor ke berbagai negara tujuan. Keterangan persentase ekspor sepatu per tanggal 1 Mei 31 Desember 2015 dapat dilihat pada Gambar I.2. 26% 74% Ekspor Belum Ekspor Gambar I. 2 Grafik Gap Produk Ekspor dan Belum Diekspor 2

3 Dari Gambar I.2 dapat dilihat bahwa kurang lebih terdapat 26% kekurangan pengiriman pada ekspor produk. Menurut kebijakan perusahaan, jika terjadi kekurangan pengiriman ekspor produk melebihi 3% maka perusahaan harus mengambil tindak lanjut dan harus mengatasi hal tersebut agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Hal ini dikarenakan persediaan produk barang jadi masih mengalami kekurangan, atau dengan kata lain persediaan juga belum mencukupi target produk yang seharusnya diekspor. Penyebab stock out sepatu atau tidak tercukupinya persediaan produk barang jadi dari PT. Arka Footwear beragam, antara lain: 1. Ketidaksesuaian target produksi pada lini produksi. Pada tiap lini produksi memiliki target untuk setiap work in process goods yang harus diproduksi per jamnya. Namun, seringkali realisasinya tidak sesuai dengan target, sehingga menyebabkan produksi barang jadi atau finished goods tidak sesuai dengan target awal. Target Produksi/Jam Realisasi Hasil/Jam Absolut Selisih Produk Line 1 Line 2 Line 3 Line 4 Line 5 Target Produksi/Jam Realisasi Hasil/Jam Absolut Selisih Produk Gambar I. 3 Rekapitulasi Target dan Realisasi Produksi Gambar I.3 menunjukkan rasio antara realisasi dan target produksi di setiap lini produksi perusahaan dan dapat dilihat bahwa realisasi produksi belum dapat mencapai target produksi per jamnya. Realisasi produksi yang tidak 3

4 sesuai target tersebut juga dapat disebabkan oleh sering tidak tercukupinya persediaan bahan baku dalam proses produksi. 2. Perusahaan mengalami kekurangan persediaan bahan baku. Hal ini dapat dilihat pada Gambar I MAY JUN JUL AUG SEPT OCT NOV DEC Permintaan Stock Kekurangan Gambar I. 4 Grafik Permintaan, Stok Aktual, dan Kekurangan Bahan Baku Gambar I.4 menunjukkan permintaan, stok aktual, dan kekurangan bahan baku yang terjadi selama periode 1 Mei 31 Desember Rata rata shortage atau kekurangan bahan baku yang dialami oleh perusahaan adalah sebesar 19% dimana perusahaan mencantumkan kebijakan hanya ada allowance untuk mengalami kekurangan bahan baku sebesar 2%. Bahan baku yang seringkali tidak terpenuhi dapat direpresentasikan digambarkan dengan service level untuk beberapa bahan baku penyusun sepatu per periode 1 Mei Desember 2015 pada Gambar I.6. 4

5 90% 88% 86% 84% 82% 80% 78% 76% Soft F/G Leather Soft F/G Leather Soft Action Leather Ultra PU 54" Merabon 44" (Camden 용 ) Gambar I. 6 Service Level Bahan Baku Sepatu Gambar I.6 menunjukkan service level terhadap beberapa bahan baku penyusun sepatu yang menjelaskan bahwa service level belum mencapai 100%. Pada rata-rata keseluruhan, service level perusahaan terhadap bahan baku hanya mencapai 85% yang artinya kebutuhan bahan baku sepatu terhadap perusahaan masih belum dapat terpenuhi. Hal ini seharusnya tidak terjadi, karena bahan baku merupakan masukan awal proses ptoduksi yang selanjutnya akan diolah menjadi produk jadi dan akan sangat menentukan kelancaran proses produksi sehingga perlu dikelola secara saksama (Bahagia, 2006). Berbagai macam jenis sepatu yang ada tentu memiliki bahan baku penyusun sepatu yang berbeda-beda. Tabel I.1 merupakan komponen bahan baku penyusun dari salah satu jenis sepatu Classic. 5

6 Tabel I.1 Komponen Bahan Baku Sepatu No Nama Bahan Baku mm Soft Action Leather (#7) (Toecap,Vamp,B/C,Eyestay) 2 Ultra Pu 54" (Qaurter,Side Strap) 3 Ultra Pu 54" (H.Tab) 4 Punching Ultra Pu 54" (Outpadding) 5 0.8mm Pu Leather (#7) 54" (Tongue) 6 Merabon 54" 7 Elion Mesh 44" (Tongue Lining,Inpadding,Insole) 8 Cosmo 44" 9 Merabon 44" mm( 정 ) Superlite 44" (Sticker) mm( 정 ) Summer Plastic 88cm mm Chemisheet 88cm (B/C Inner) ( 단면 Hotmelt) mm Bujicpo 44" mm Soft Eva Sponge 110x180 (Base:Blk.Navy) mm Soft Eva Sponge 110x180 (Base:Cerise) mm Texon 110x Slazenger T.P.U Heel Stabilization (Jnr) 3-6t 18 Slazenger Insole Screen Paper (Elion) 45mm 3-6t (New.Euro) 'd Ny 3ply 'd Ny 3ply 2000 (Inpadding) 'd Ny 3ply 2000 (H.Tab) 'd Ny 3ply 2000 (H.Tab) 'd Ny 3ply 2000 (Linning) 24 Spun 3ply mm Strech Shoe Lace 3-6t 105cm 26 8mm Strech Shoe Lace 3-6t 105cm 27 Slazenger Classic 40 Inbox (290x190x100) 3-5 (Uv) (Qr) 28 Slazenger Classic 40 Inbox (300x200x100) 5t-6t (Uv) (Qr) 29 Tissue Paper 35x75 30 Slazenger Wrapping Paper 45x85 Terjadinya stock out pada bahan baku ini menyebabkan kerugian sebesar Rp ,00 atau sebesar 15% dari harga pembelian bahan baku periode Mei Desember 2015 yaitu Rp ,00. Belum adanya kebijakan persediaan yang optimal dapat menyebabkan kerugian baik bagi pihak perusahaan maupun pihak konsumen, sebab konsumen yang tidak puas dapat beralih ke sistem usaha lain (Bahagia, 2006). Apa yang terjadi di PT. Arka Footwear menunjukkan bahwa dibutuhkan penelitian untuk merencanakan persediaan dengan mempertimbangkan 6

7 lead time dan permintaan yang bersifat probabilistik agar dapat memenuhi target produksi dan meningkatkan service level. I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang akan dijadikan obyek dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana kebijakan persediaan PT. Arka Footwear terhadap bahan baku agar tidak terjadi stock out? 2. Bagaimana melakukan peningkatan service level untuk pemenuhan bahan baku pada PT. Arka Footwear? I.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian pada PT. Arka Footwear berdasarkan pada perumusan masalah, yaitu: 1. Menentukan kebijakan persediaan untuk mengatasi stock out dari bahan baku yang terjadi pada PT. Arka Footwear. 2. Menentukan peningkatan service level untuk pemenuhan bahan baku pada PT. Arka Footwear. I.4 Manfaat Penelitiaan Adapun manfaat dari penelitian di PT. Arka Footwear yaitu : 1. PT. Arka Footwear dapat mengatasi adanya stock out pada bahan baku. 2. PT. Arka Footwear dapat meningkatkan service level untuk pemenuhan bahan baku. I.5 Batasan Penelitian Adapun batasan masalah/ruang lingkup yang dirumuskan oleh peneliti terkait dengan penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian hanya dilakukan pada persediaan bahan baku dengan asumsi bahan baku memiliki sifat independent. 2. Permintaan komponen bahan baku penyusun sepatu merupakan breakdown dari permintaan seluruh jenis sepatu. 7

8 3. Penelitian dilakukan berdasarkan data kekurangan ekspor dan kekurangan kebutuhan bahan baku pada PT. Arka Footwear di tahun 2015 (1 Mei Desember 2015). I.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini uraian latar belakang permasalahan yang menjadi dasar penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi tinjauan literatur yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Bab III Metodologi Penelitian Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian secara rinci meliputi : tahap perumusan masalah, penetapan tujuan penelitian, identifikasi kebutuhan data primer dan data sekunder, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan dan saran untuk perusahaan. Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab ini diuraikan mengenai pengumpulan data yang telah digunakan pada penelitian ini baik itu data primer maupun data sekunder guna untuk membantu dalam penarikan kesimpulan dan saran untuk perusahaan. Bab V Analisis Data Pada bab ini berisi analisis terhadap pengolahan data yang kemudian dijadikan dasar untuk menyusun perbaikan dasar untuk menyusun usulan perbaikan pada penelitian ini. Adapun dari analisis ini akan membahas 8

9 mengenai jumlah hasil perhitungan cadangan pengaman, jumlah waktu pemesanan serta jumlah pemesanan yang harus dilakukan dan juga total biaya persediaan berikut dengan analisis sensitivitasnya dengan parameterparameter yang telah ditentukan. Bab VI Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisi kesimpulan berdasarkan tujuan penelitian yang disesuaikan dengan dan pengolahan data dan selanjutnya akan menghasilkan saran untuk perusahaan maupun penelitian kedepannya. 9

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Industri ekspor sepatu pada dekade terakhir ini menjadi sebuah industri yang memiliki prospek dan peluang yang cukup tinggi. Menurut data Kementrian Perindustrian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia memiliki perkembangan fashion busana muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia memiliki perkembangan fashion busana muslim yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia memiliki perkembangan fashion busana muslim yang sangat pesat. Tidak hanya busana wanita, melainkan juga busana pria, mulai dari dewasa, remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian kualitas juga harus dijadikan prioritas utama. juga menjamin kualitas produk hingga masa akhir penggunaannya.

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian kualitas juga harus dijadikan prioritas utama. juga menjamin kualitas produk hingga masa akhir penggunaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, dunia industri semakin berkembang.seiring dengan itu, maka persaingan bisnis khususnya di bidang manufaktur juga semakin ketat.setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persediaan merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan manufaktur. Tanpa tersedianya persediaan, maka perusahaan akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam sebuah perusahaan manufaktur, persediaan memiliki peranan yang penting dalam mendukung proses produksi. Salah satu bentuk dari persediaan, yaitu bahan baku (raw

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2662

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2662 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2662 PERENCANAAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN UNTUK MEMINIMASI STOCKOUT DENGAN PENDEKATAN CONTINUOUS REVIEW (s,s) DAN CONTINUOUS REVIEW

Lebih terperinci

Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom PERENCANAAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN UNTUK MEMINIMASI STOCKOUT DENGAN PENDEKATAN CONTINUOUS REVIEW (s,s) DAN CONTINUOUS REVIEW (s,q) PADA PERSEDIAAN BAHAN BAKU PT ARKA FOOTWEAR INVENTORY POLICY PLANNING TO

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah sakit menurut Permenkes No. 147 tahun 2010 merupakan institusi pelayanan kesehatan yang kegiatan utamanya melayani dan menjual jasa perawatan kepada perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Barang persediaan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam kegiatan yang kompleks seperti kegiatan industri. Dalam dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri otomotif merupakan salah satu industri yang ada di Indonesia yang perkembangannya cukup besar mempengaruhi perekonomian Indonesia. Menurut penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menghadapi ketatnya persaingan industri retail yang menjual produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG), pengelola dituntut untuk mengoperasikan retail secara efektif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Kalbe Farma merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang farmasi. Perusahaan ini mengklasifikasikan produk obatnya ke dalam 2 divisi, yaitu divisi obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari maupun di bidang industri manufaktur, persediaan tidak dapat dihindari. Tanpa adanya persediaan, perusahaan manufaktur harus siap menghadapi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Industri ritel merupakan industri yang bergerak dalam aktifitas penjualan barang dan pemberian layanan kepada konsumen akhir. Ritel merupakan usaha bisnis yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia yang sekarang ini sedang berlangsung, menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena banyaknya perusahaan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya

Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Perbaikan Sistem Persediaan Karpet dan Spon di UD Luas, Surabaya Indri Hapsari, Stefanus Soegiharto, Theodore S.K. Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya 60293 Email: indri@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

Tabel I.1 Dimensi Rak Penyimpanan Jumlah Area Dimensi Rak Material

Tabel I.1 Dimensi Rak Penyimpanan Jumlah Area Dimensi Rak Material BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persediaan adalah suatu sumber daya mengganggu (idle resources) yang keberadaanya menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut disini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor strategis bagi kegiatan ekspor Indonesia merupakan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) karena menyumbang devisa yang cukup besar dan mampu menyerap banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT NYZ merupakan perusahaan divisi pelumas dari perusahaan minyak nasional PT ABC (Persero) yang berbentuk perseroan terbatas (PT) dan dicetuskan pada bulan November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis semakin lama semakin tinggi dan sulit. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan

Lebih terperinci

Upaya Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pasir Silika Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Industri Papan Kalsium Silikat

Upaya Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pasir Silika Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Industri Papan Kalsium Silikat Upaya Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pasir Silika Menggunakan Metode Economic Order Quantity Pada Industri Papan Kalsium Silikat Prayonne Adi Program Studi Teknik Industri Universtitas Pelita Harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri sepatu merupakan industri yang mempunyai peluang dan prospek pasar yang baik. Sepatu adalah salah satu produk yang tidak hanya ditunjukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Semakin meningkatnya permintaan pelanggan akan suatu barang membuat perusahaan berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk memperlancar pemenuhan permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk menghasilkan suatu produk berkualitas sesuai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk menghasilkan suatu produk berkualitas sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi merupakan kegiatan inti dari perusahaan, dalam proses produksi perusahaan dituntut untuk menghasilkan suatu produk berkualitas sesuai keinginan konsumen.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. gelondongan kemudian dipotong menjadi papan papan kayu. Perusahaan yang

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. gelondongan kemudian dipotong menjadi papan papan kayu. Perusahaan yang BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Profil Perusahaan CV. Jati Mulyo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kayu dan masuk dalam kelompok industri penggergajian

Lebih terperinci

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Jessica Juventia, Lusia P.S Hartanti Program Studi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan Surabaya, Indonesia Jessicajuventia28@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, salah satunya yaitu industri sepatu. Perkembangan sepatu yang semakin bervariasi mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk item yang diproduksi. Peramalan ini berguna sebagai dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk item yang diproduksi. Peramalan ini berguna sebagai dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahap pertama dalam perencanaan dan pengendalian produksi bila produksi bertipe made to stock adalah menentukan suatu peramalan akurat dari permintaan untuk

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Dalam perusahaan manufaktur, persediaan bahan baku memiliki peranan yang penting dalam mendukung proses produksi. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan pun merupakan hal yang sangat penting. Karena jika hal hal

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan pun merupakan hal yang sangat penting. Karena jika hal hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam situasi perekonomian yang masih dilanda krisis ekonomi seperti di Indonesia ini, maka setiap perusahaan harus dapat menentukan strategi operasi perusahaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi dewasa ini dalam masa yang tidak menentu, suatu perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif guna dapat menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Pangan adalah kebutuhan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. pangan

Bab I. Pendahuluan. Pangan adalah kebutuhan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. pangan Bab I. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Pangan adalah kebutuhan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. pangan seperti beras adalah makanan pokok untuk masyarakat Indonesia. Kebutuhan beras setiap tahunnya

Lebih terperinci

Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor Sumatera Selatan Agustus 2017

Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor Sumatera Selatan Agustus 2017 No.55/10/16/Th.XIX, 2 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor Sumatera Selatan Agustus Ekspor Agustus sebesar US$ 327,94 juta sedangkan Impor Agustus

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2016

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Juli 2007 No. 56/10/16/Th.XVIII, 3 Oktober PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 82/10/21/Th. XI, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2016 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai macam barangbarang untuk memenuhi kebutuhannya. Pada saat ini, manusia menggunakan mobil sebagai alat transportasi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1. Bab 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan di Indonesia, pemerintah berusaha

Bab I Pendahuluan 1. Bab 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan di Indonesia, pemerintah berusaha 1 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan di Indonesia, pemerintah berusaha untuk memajukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan ini dititik beratkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Aktivitas Perusahaan Lotte Mart adalah sebuah hypermarket di Asia yang menjual berbagai bahan makanan, pakaian, mainan, elektronik, dan barang lainnya. membuka cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gudang adalah komponen penting yang harus ada di setiap kegiatan industri. Gudang sendiri memiliki fungsi sebagai penyangga antara variabilitas supply dan demand, serta

Lebih terperinci

USULAN PERENCANAAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN VAKSIN MENGGUNAKAN METODE CONTINUOUS REVIEW (S,S) UNTUK MENGURANGI OVERSTOCK DI DINAS KESEHATAN KOTA XYZ

USULAN PERENCANAAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN VAKSIN MENGGUNAKAN METODE CONTINUOUS REVIEW (S,S) UNTUK MENGURANGI OVERSTOCK DI DINAS KESEHATAN KOTA XYZ USULAN PERENCANAAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN VAKSIN MENGGUNAKAN METODE CONTINUOUS REVIEW (S,S) UNTUK MENGURANGI OVERSTOCK DI DINAS KESEHATAN KOTA XYZ 1 Dwiska Aini Nurrahma, 2 Ari Yanuar Ridwan, 3 Budi Santosa

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 I-1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang ketat antar industri manufaktur di bidang elektronik dan permintaan konsumen yang terus menigkat setiap tahunnya, membuat para pelaku industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalaian persediaan merupakan salah satu aspek penting dari beberapa aspek yang diuraikan diatas. Kebutuhan akan sistem pengendalian persediaan, pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawaii Sushi merupakan salah satu restoran Jepang yang berada di kota

BAB I PENDAHULUAN. Kawaii Sushi merupakan salah satu restoran Jepang yang berada di kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawaii Sushi merupakan salah satu restoran Jepang yang berada di kota Yogyakarta. Awalnya, usaha ini hanya berupa sebuah tempat kecil untuk berjualan yang berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV. ASJ merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri sandal, berlokasi di kota Bandung, Jawa Barat. CV. ASJ memproduksi sandal pria dari

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 02/01/16/Th.XVIII, 4 Januari 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., 2007 No. 28/05/16/Th.XVII, 15 No. 37/07/16/Th.XVII, 1 Juli PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi mengenai latar belakang masalah penelitian yang dilakukan, merumuskan masalah yang menjadi permasalahan

Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi mengenai latar belakang masalah penelitian yang dilakukan, merumuskan masalah yang menjadi permasalahan Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi mengenai latar belakang masalah penelitian yang dilakukan, merumuskan masalah yang menjadi permasalahan perusahaan, menentukan tujuan penelitian sesuai perumusan masalah,

Lebih terperinci

ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MIDSOLE PADA INDUSTRI SEPATU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS PADA PT.

ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MIDSOLE PADA INDUSTRI SEPATU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS PADA PT. Available online at http://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/jkie ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MIDSOLE PADA INDUSTRI SEPATU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS PADA PT.

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

ABSTRAK. Sebagai salah satu negara sedang berkembang, Indonesia saat ini harus siap

ABSTRAK. Sebagai salah satu negara sedang berkembang, Indonesia saat ini harus siap ABSTRAK Sebagai salah satu negara sedang berkembang, Indonesia saat ini harus siap dan mampu untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dan perdagangan bebas yang semakin menantang di mana setiap negara

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Recycle. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Recycle. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang PT. Dwi Indah adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang produksi plastik dan berbagai olahan kertas. Perusahaan ini terletak di Gunung Putri, Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN PT Federal Motor merupakan salah satu anak perusahaan PT Astra International yang bergerak di bidang perakitan sepeda motor Honda. Pada 1990 PT Federal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun menciptakan sektor sektor baru dengan inovasi inovasi yang baru. perusahaan salah satunya adalah proses produksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun menciptakan sektor sektor baru dengan inovasi inovasi yang baru. perusahaan salah satunya adalah proses produksi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha saat ini banyak membuat perusahaan bersaing untuk menjadi yang terbaik. Perekonomian negara yang sedang maju juga mengakibatkan

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JULI 2017

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JULI 2017 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN JULI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Juni 2007 No. 31/06/16/Th.XVIII, 1 Juli 2017 No.49/09/17/Th.IX, 4 September 2017 PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen persediaan yang meliputi prinsip, konsep serta teknik dalam perencanaan dan pengawasan aktivitas-aktivitas penanganan barang dalam persediaan memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dari tahun ke tahun kebutuhan konsumen terhadap alat transportasi pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dari tahun ke tahun kebutuhan konsumen terhadap alat transportasi pribadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun kebutuhan konsumen terhadap alat transportasi pribadi semakin meningkat, produk kendaraan roda empat (mobil) menjadi salah satu produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian Indonesia beberapa tahun terakhir ini mencatat

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian Indonesia beberapa tahun terakhir ini mencatat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia beberapa tahun terakhir ini mencatat pencapaian yang menunjukkan peningkatan pada seluruh indikator ekonomi makro. Angka pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persediaan adalah barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang (Kusuma, 2001). Salah satu fungsi persediaan adalah memenuhi permintaan pelanggan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan. V-21 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur di Indonesia semakin pesat, masing-masing perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2015, pertumbuhan pabrik karet yang semakin pesat membuat terbatasnya sumber daya bahan baku yang ada. Hal ini tentu akan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan intensitas persaingan pada industri adalah daya tawar supplier.

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan intensitas persaingan pada industri adalah daya tawar supplier. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan ekonomi pada era pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) saat ini menuntut perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing pada pasar domestik maupun internasional

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2016

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 31/06/16/Th.XVIII, 1 Juni No. 42/08/16/Th.XVIII, 1 Agustus PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2016

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., April 2007 No. 31/06/16/Th.XVIII, 1 Juni No. 35/07/16/Th.XVIII, 1 Juli PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MEI 2016

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MEI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No. 53/07/21/Th.XI, 01 Juli PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI KEPULAUAN RIAU MEI Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Provinsi Kepulauan Riau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di masa yang akan datang, siap ataupun tidak, sistem industri manufaktur

I. PENDAHULUAN. Di masa yang akan datang, siap ataupun tidak, sistem industri manufaktur I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa yang akan datang, siap ataupun tidak, sistem industri manufaktur akan menghadapi suasana ketidakpastian yang tinggi. Perilaku konsumen yang tidak menentu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016 No. 61/11/36/Th.X, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,17 PERSEN MENJADI US$729,59 JUTA Nilai ekspor Banten pada September turun 5,17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia telah menyeret negara-negara lain termasuk Indonesia jatuh ke dalam jurang

BAB I PENDAHULUAN. dunia telah menyeret negara-negara lain termasuk Indonesia jatuh ke dalam jurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kondisi ekonomi dunia secara global mengalami krisis. Jatuhnya perekenomian negara Amerika Serikat sebagai penggerak utama perekonomian dunia telah menyeret

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi di Indonesia terjadi dengan sangat pesat. Hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan badan usaha, perusahaan, organisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam. Kekayaan alam yang dimiliki meliputi hasil laut, darat dan

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam. Kekayaan alam yang dimiliki meliputi hasil laut, darat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang dipenuhi berbagai macam kekayaan alam. Kekayaan alam yang dimiliki meliputi hasil laut, darat dan terutama hasil hutan yang rata-rata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014

Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014 Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014 RANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SANDAL DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016 No. 03/01/36/Th.XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER NAIK 20,01 PERSEN MENJADI US$941,27JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 20,01 persen

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tahun ke tahun, perkembangan dunia bisnis mengalami peningkatan yang mengakibatkan perusahaan terus bersaing untuk menawarkan produk berkualitas sesuai keinginan konsumen.

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Permintaan (Forecast Demand) Peramalan permintaan atau forecast demand (FD) adalah peramalan kuantitas permintaan sesuatu (barang atau jasa) dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia usaha mengalami perkembangan yang sedemikian cepatnya yang menyebabkan maraknya perusahaan-perusahaan manufaktur yang saling bersaing untuk menjadi yang terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menginginkan keuntungan yang maksimal, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menginginkan keuntungan yang maksimal, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Tantangan yang dihadapi dunia manufaktur terus berubah dan semakin berat dari masa ke masa. Berbagai cara dilakukan oleh perusahaan untuk dapat meningkatkan kepuasan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berisi penjelasan mengenai langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam menyusun penelitian. Penyusunan penelitian ini dibagi menjadi 4 tahapan utama yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di dunia industri saat ini, menuntut perusahaan untuk dapat memuaskan konsumen dalam berbagai sisi mulai dari kualitas produk hingga pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perusahaan manufaktur di Indonesia semakin bertambah. Pada tahun 2013 tercatat ada 349 perusahaan industri manufaktur baru yang terdaftar, sehingga totalnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada tahun 1992, usaha ini bergerak dibidang produksi barang-barang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada tahun 1992, usaha ini bergerak dibidang produksi barang-barang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Umum Perusahaan SETIA BARU Furniture adalah usaha keluarga yang didirikan pada tahun 1992, usaha ini bergerak dibidang produksi barang-barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur dengan jenis industri barang dari kayu saat ini semakin pesat sehingga membuat persaingan setiap pelaku industri manufaktur dengan

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan faktor yang memicu peningkatan biaya. Jumlah persediaan yang terlalu banyak akan berakibat pemborosan dalam biaya simpan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1980-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor dan Impor

Perkembangan Ekspor dan Impor BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Perkembangan Ekspor dan Impor Ekspor Banten Turun 9,69 Persen Menjadi US$890,14 Juta Impor Banten Turun 5,24 Persen Menjadi US$822,17 Juta Nilai ekspor Banten turun

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Hasil dan Bahasan 4.1.1 Penentuan Suku Cadang Prioritas Untuk menentukan suku cadang prioritas pada penulisan tugas akhir ini diperlukan data aktual permintaan filter fleetguard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau profit, seperti usaha dagang, usaha jasa maupun manufaktur berupaya mencapai tujuan yaitu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 No. 16/03/36/Th. XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 TURUN 3,84 PERSEN MENJADI US$904,45 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 3,84

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT X merupakan sebuah perusahaan dealer motor di Indonesia. Perusahaan tersebut menjual 17 kelas produk. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Kepala Operasional, diketahui bahwa permasalahan

Lebih terperinci