EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMANFAATAN ABU BATUBARA PLTU UNTUK PENIMBUNAN PADA PRA REKLAMASI TAMBANG BATUBARA Oleh : Ali Rahmat K., S.T.P.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMANFAATAN ABU BATUBARA PLTU UNTUK PENIMBUNAN PADA PRA REKLAMASI TAMBANG BATUBARA Oleh : Ali Rahmat K., S.T.P."

Transkripsi

1 EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMANFAATAN ABU BATUBARA PLTU UNTUK PENIMBUNAN PADA PRA REKLAMASI TAMBANG BATUBARA Oleh : Ali Rahmat K., S.T.P. 1. LATAR BELAKANG Batu bara merupakan salah satu sumber bahan bakar yang akan dimanfaatkan secara luas dalam kegiatan penyediaan energi di Indonesia. Pada tahun 2020 diperkirakan akan terjadi peningkatan penggunaan energi batubara secara besar-besaran di bidang pembangkitan listrik dari 50 TWjam menjadi 320 TWjam (4,6 kali lipat). Jumlah ini akan terus meningkat seiiring dengan adanya proyek nasional pembangunan PLTU MW. Pada proses pembangkitan di PLTU ini akan menghasilkan abu batubara sebanyak 8-10 %. Dengan demikian volume abu terbang (fly ash) dan abu tinggal (bottom ash) yang dihasilkan PLTU diperkirakan sekitar ton abu batubara per tahun. Jumlah abu yang sangat besar dan apabila tidak dikelola dengan benar dapat menimbulkan masalah serius dan memerlukan tempat penampungan yang sangat luas. Berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999 Jo PP No. 18 Tahun, abu batubara dikategorikan sebagai limbah B3 dari sumber yang spesifik. Namun ada PP tersebut dimungkinkan untuk merevisi status abu batubara apabila Limbah B3 dari kegiatan yang tercantum dalam Lampiran I, Tabel 2 Peraturan Pemerintah ini dapat dikeluarkan dari daftar tersebut oleh instansi yang bertanggung jawab, apabila dapat dibuktikan secara ilmiah bahwa limbah tersebut bukan limbah B3 berdasarkan prosedur yang ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab setelah berkoordinasi dengan instansi teknis, lembaga penelitian terkait dan penghasil limbah. Sehubungan dengan hal tersebut, Puslitbang tekmira melakukan penelitian pemanfaatan abu batubara yang mencakup studi literatur, uji hayati, uji kandungan radioaktif dan uji toksisitas terhadap abu batubara. Dari studi literatur akan dilihat beberapa masalah terkait penelitian tentang status abu batubara, regulasi di beberapa negara tentang abu batubara, pemanfaatan abu batubara pada berbagai bidang dan isu lingkungan terkait dengan abu batubara. Uji toksisitas yang meliputi uji TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure), LC50 (Lethal Concentration 50) LD50 (Lethal Dose 50) dan uji radioaktifitas abu batubara. Uji hayati dengan menggunakan abu batubara sebagai media tanam pada 3 jenis tanaman. Uji radioaktif untuk melihat konsentrasi radionuklida yang dihasilkan Soleh abu batubara. 2. TUJUAN

2 Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah: Mendapatkan data ilmiah terhadap status abu batubara sebagaimana pelaksanaan amanat Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999 Jo PP No 18 Tahun 1999 Mengetahui komposisi campuran abu batubara, bahan organik, overburden dan top soil sehingga diperoleh model penimbunan pada kegiatan pra reklamasi tambang batubara 3. METODOLOGI Studi literatur dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang mendukung kegiatan penelitian. Pada studi literatur ini didapatkan data berupa peraturan perundangan mengenai abu batubara di Indonesia, perkembangan penelitian abu batubara, pemanfaatan abu batubara secara umum, pemanfaatan abu batu bara untuk penimbunan pada reklamasi lahan bekas tambang dan perbandingan regulasi atau peraturan pada beberapa negara tentang pemanfaatan abu batubara. Tahap pengujian laboratorium Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahap pengujian laboratorium yaitu : a) Analisis kimia contoh awal, campuran media tanah awal dan akhir Contoh abu batubara, top soil dan overburden yang berasal dari PLTU Bukit Asam dan PT Bukit Asam, dianalisis di Laboratorium Pengujian Kimia Mineral dan Laboratorium Pengujian Kimia Lingkungan Puslitbang tekmira Bandung dan Laboratorium Tanah Balittah Bogor. Analisis kimia tanah yang dilakukan antara lain : ph H 2O, ph KCl, C, N, C/N, P 2O 5, K 2O, P 2O 5, K 2O, Ca, Mg, P, K, Na,S, KTK, KB, Al 3+, H +, Mg, S, Fe, Al, Mn, Cd, Co, Ni, Cr, As Cu, Zn, B. b) Uji hayati dan analisis logam berat Kegiatan uji hayati dilakukan dengan menggunakan 3 jenis tanaman yaitu : - Caisin (Brassica chinensis) merupakan tanaman sayuran yang mewakili jenis tanaman pangan. Caisin juga merupakan tanaman bioakumulator logam berat yang cukup baik. - LCC (Legume Cover Crops) jenis Centrosema pubescens (CP) merupakan tanaman jenis kacang-kacangan. Pada kegiatan reklamasi tanaman LCC biasanya digunakan sebagai tanaman perintis dan pelindung top soil. - Trembesi ( Samanea saman ) merupakan tanaman keras yang mulai banyak digunakan pada kegiatan reklamasi karena memiliki adaptasi terhadap lingkungan yang cukup baik, kemampuan menyerap CO 2 yang tinggi dan sebagai tanaman produksi yang memiliki nilai ekonomi. Tahapan kegiatan uji hayati meliputi : - Preparasi contoh abu batubara, top soil dan overburden

3 - Pembibitan tanaman caisin dan LCC (Legume Cover Crops) jenis Centrosema pubescens (CP) - Pencampuran contoh abu batubara (coal ash), top soil, bahan organik dan overburden dengan total 10 perlakuan (tanpa mikoriza dan penambahan mikoriza) dan 3 kali ulangan - Penambahan 1 liter air ke media tanam sampai dengan kapasitas lapang dan inkubasi selama 2-7 hari. - Pemindahan bibit tanaman caisin dan LCC (Legume Cover Crops) jenis Centrosema pubescens (CP) dan trembesi ke masing-masing media tanaman yang telah ditentukan. - Pemeliharaan. Pada saat pemeliharaan dilakukan pengukuran pertumbuhan tanaman yang meliputi diameter batang, jumlah daun dan tinggi tanaman. - Pemanenan. Caisin dipanen setelah 4-5 minggu masa tanam dengan 3 kali ulangan penanaman. Centrosema pubescens (CP) dipanen setelah 5 bulan masa tanam. Trembesi dilakukan pengecekan kandungan logam berat pada jaringan tanaman setelah 1,5 tahun masa tanam. - Pengukuran berat basah dan kering tanaman. - Pengukuran berat kering tanaman - Pengujian kandungan logam berat pada jaringan tanaman yang meliputi unsur Cu, Zn, Pb, Cr, As dan logam Fe. - Pengolahan data secara statistik menggunakan program IRRISTAT. c) Uji TCLP, LD 50 dan LC 50 Uji TCLP (US EPA SW-846 metode 1311) Uji LD jam Analisis toksisitas dilakukan mengikuti prosedur standar dari US EPA OPPTS dan metode standar untuk penentuan kualitas air dan air limbah (2005) dan juga prosedur dari referensi lain. Uji toksisitas akut (LC50) Secara umum, metode yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasikan dari American Standard Testing Materials (ASTM) E a mengenai Guide for conducting acute toxicity with fishes, macroinvertebrates and amphibians. d) Uji radionuklida abu batubara( uranium, radium, thorium dan kalium) e) HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Analisis kimia contoh awal, campuran media tanah awal dan akhir Karakteristik kimia abu batubara Kandungan abu batubara dari PLTU Bukit Asam sebagian besar terdiri dari silikat dioksida (SiO 2), alumunium (Al 2O 3), besi (Fe 2O 3), dan kalsium (CaO), serta sedikit magnesium, potassium, sodium, titanium dan sulfur. Kandungan mineral dalam abu batubara dipengaruhi oleh komposisi kimia batubara, proses pembakaran batubara di PLTU serta bahan tambahan yang digunakan dalam hal ini termasuk minyak untuk stabilisasi nyala api dan bahan tambahan untuk pencegahan korosi). Analisis kimia contoh (abu batubara, top soil, overburden) awal Top soil Data tekstur dan sifat kimia top soil sebelum pengujian disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa tanah top soil bertekstur liat, ph tanah terekstrak H 2O termasuk kategori sangat masam, ph ekstrak KCl 3,3. Kadar C-organik dan N-total rendah dengan C/N rasio tergolong sedang. Kadar P dan K terekstrak HCl 25% dan kadar P tersedia (terekstrak Bray 1) tegolong rendah. Nilai tukar kation Ca, Mg dan K-dd tergolong rendah sedangkan Ca-dd tergolong sangat rendah. Kapasitas Tukar Kation (KTK) tergolong tinggi sedangkan kejenuhan basa (KB) tergolong sangat rendah. Aluminium dapat ditukar (Al-dd) dan kejenuhan Al tergolong sangat tinggi. Overburden Hasil analisis menunjukkan bahwa tanah overburden bertekstur liat, ph tanah terekstrak H 2O termasuk kategori sangat masam, ph ekstrak KCl 5,5. Kadar C-organik dan N-total sedang dengan C/N rasio tergolong rendah. Kadar P terekstrak HCl 25% rendah dan K terkestrak HCl 25% tergolong tinggi, kadar P tersedia (terekstrak Bray 1) tergolong sangat rendah. Nilai tukar kation Ca, Mg, K dan Na-dd tinggi sampai sangat tinggi. Kapasitas tukar kation (KTK) tergolong tinggi dengan tingkat kejenuhan basa (KB) tergolong sangat tingggi. Aluminium dapat ditukar (Al-dd) dan kejenuhan Al tidak terdeteksi. Abu batu bara Data hasil analisis kimia abu batu bara disajikan pada Tabel 4.3. Hasil analisis menunjukkan bahwa abu batu bara mempunyai ph alkalis, kandungan C-organik, N-total dan C/N rasio rendah. Kandungan hara total P dan K tergolong rendah. Sedangkan kandungan Ca, Mg dan Al tergolong tinggi sampai sangat tinggi. Kandungan Al dan Fe tergolong sangat tinggi.

5 Uji Hayati dan logam berat jaringan tanaman Caisin masa tanam pertama Dari ANOVA yang dihasilkan terlihat bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap berat basah Tanaman Caisin. Pengaruh penambahan abu batubara terlihat berbeda nyata pada variable berat basah tanaman Caisin masa tanam pertama dan ketiga. Caisin pada media kontrol terlihat memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan Caisin yang ditanam pada media dengan penambahan abu batubara. Sedangkan pada tanama kedua Caisin pada media kontrol terlihat memberikan pertumbuhan yang hampir sama dengan Caisin yang ditanam pada media dengan penambahan abu batubara. Kandungan logam berat tanaman Logam Pb Hasil analisis menunjukkan, kandungan Pb pada penaman ke 1 terjadi penurunan yang tajam pada pemberian 10% abu batu bara dari 11 ppm menjadi 5 ppm kemudian secara konsisten kadar Pb menurun sampai terendah yatu 3 ppm pada pemberaian 17,5% abu batu bara. Namun kandungannya lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pada penanaman ke 2 dan ke 3. Pada penanam ke 2, kandungan Pb dalam tanaman caisin paling rendah dibandingkan dengan penanaman ke 3. Sedangkan pada penanam ke 3, kandungan Pb dalam tanaman meningkat kembali dengan pemberian mikoriza namun kandungannya dalam tanaman mencapai nol pada pemberian abu batu bara 17,5% dibandingkan dengan tanpa pemberian mikoriza dimana kandungan Pb dalam tanaman yang fluktuatif. Logam Cd Hasil analisis menunjukkan, pada masa tanam ke 2 dan ke 3, kandungan Cd dalam tanaman caisin relatif kosntan sampai pemberian 5% abu batu bara, baik tanpa maupun yang diberi mikoriza. Selanjutnya menurun pada pemberian 10% abu batu bara kemudian relatif konstan sampai pemberian 17,5% abu batubara, kecuali pada penanaman ke-3 yang diberi mikoriza kandungan Cd dalam tanaman caisin meningkat kembali pada pemberian 12,5% abu batubara dan selanjutnya menurun kembali mencapai kandungan yang sama pada pemberian 17,5% abu batubara. Sedangkan pada penanaman ke-1, kandungan Cd dalam tanaman caisim lebih rendah diandingkan dengan pada penanaman ke-2 dan ke-3, dan kandungannya secara konsisten terus menurun sejalan dengan peningkatan peningkatan pemberian abu batu bara dan mencapai terendah pada pemberian 17,5% abu batubara. Logam As

6 Pada penanaman ke-1, kandungan logam As dalam tanaman caisin tidak terdetekasi artinya belum diserap oleh tanaman, namun pada penanaman ke-2 tanpa diberi mikoriza kandungan As dalam tanaman meningkat tajam mencapai 9 ppm pada pemberian 12,5% abu batubara dan meningkat menjadi 10 ppm pada pemberian 17,5% abu batubara. Sedangkan yang diberi mikoriza, kandungan logam, As dalam tanaman meningkat pada pemberian 5% abu batubara dari 0 ppm menjadi 7 ppm, selanjutnya menurun dan konstan sampai pemberian 12,5% abu batu bara dan menurun kembali menjadi 0 ppm pada pemberian 17,5% abu batu bara. Pada penanaman ke-3, kandungan logam berat As dalam tanaman relatif tidak terdeteksi baik yang tanpa dan diberi mikoriza sampai pemberian 17,5% abu batubara. Logam Cr Hasil analisis menunjukkan, kandungan logam Cr dalam tanaman pada penanaman ke-1 masih rendah dibandingkan dengan pada penanaman ke-2 dan ke-3. Pada penanaman ke -2 kandungan Cr dalam tanaman meningkat terutama tanpa diberi mikoriza. Sedangkan yang diberi mikoriza, kandungan Cr dalam menurun mencapai 5 ppm pada pemebrian 17,5% abu batu bara. Pada penanaman ke-3, kandungan logam Cr dalam tanaman menurun tajam baik tanpa maupun yang diberi mikoriza dibandingkan dengan penanaman ke-2. Pada perlakuan yang tidak diberi mikoriza kandunagn Cr dalam tanaman fluktuatif menurun tajam pada pemberian 10% abu batu bara menjadi 1 ppm kemudian meningkat pada pemberian 12,5% dan menurun kembali pada pemberian 17,5% abu batu bara menjadi 1 ppm. Sedangkan yang diberi mikoriza kandungan Cr dalam tanaman relatif stabil terjadi peningkatan pada peemberian 10% abu batu bara menjadi 4 ppm selanjutnya menurun mencapai 1 ppm pada pemberian 17,5% abu batu bara. Logam Cu Kandungan logam Cu dalam tanaman caisin memiliki pola yang sama baik pada perlakuan tanpa dan diberi mikoriza. Secara umum kandungan Cu dalam tanaman menurun pada pemberian 10% abu batu bara dan meningkat pada pemberian 12,5% abu batu bara, selanjutnya kandungan Cu dalam tanaman caisin menurun kembali pada pemberian 17,5% abu batubara. Kecuali pada penanaman ke 2, pemberian 17,5% abu batu bara tanpa pemberian mikoriza kadar Cu dalam tanaman meningkat. Pemberian mikoriza pada penanaman ke 2, kandungan Cu dalam tanaman caisin menurun tajam pada pemberian 5% abu batu bara dari 18 ppm menjadi 7 ppm dan relatif terus menurun sampai pemberian 17,5 abu batu bara mencapai 5 ppm. Sedangkan pada penanaman ke-3 pemberian mikoriza kadar Cu meningkat tajam dari 8 ppm pada pemberian 10% abu batubara menjadi 14 ppm pada pemberian 12,5% abu batubara. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pemberian abu batubara sampai 17,5% kandungan Cu dalam tanaman merunun pada semua perlkauan dan terendah pada penanaman ke-2 yang diberi mikoriza.

7 Logam Zn Kandungan logam Zn dalam tanaman caisin polanya relatif sama pada penanaman ke-1, ke-2 dan ke-3 baik tanpa maupun yang diberi mikoriza yaitu relatif konstan pada pemberian 5% abu batubara. Selanjutnya kandungan Zn dalam tanaman menurun mencapai terendah pada pemberian 17,5% abu batu bara. Kecuali pada penanaman ke-1 dan ke-2 yang diberi mikoriza, kandungan Zn tanaman menurun tajam pada pemberian 5% abu batu bara, dari 552 ppm masing-masing menjadi 384 ppm dan 384 ppm. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kandungan Zn tanaman menurun sejalan dengan peningkatan pemberian abu batu bara dan mencapai ternedah pada pemberian 17,5% abu batu bara terutama pada penanaman ke-3 baik yang tanpa dan yang diberi mikoriza yaitu mencapai 38 ppm. Legume Cover Crops (LCC) Kadar logam berat dalam Centrosema pubescens Logam Pb Pengaruh pemberian abu batu bara dikombinasikan tanpa dan dengan micoriza terhadap kandungan hara Pb dalam tanaman legum pada disajikan pada Gambar Hasil analisis menunjukkan bahwa tanpa pemberian mikoriza kandungan Pb dalam tanaman Centrosema pubescens menurun dari 2,9 ppm menjadi 1,9 ppm pada pemberian 5% abu batubara, selanjutnya kandungan Pb dalam tanaman relatif konstan sampai pemberian 17,5% abu batu bara. Sedangkan kandungan Pb dalam tanaman legum dengan pemberian mikoriza kandungan Pb dalam tanaman menurun dari 2% menjadi 1 % pada pemberian 5% abu batu bara kemudian meningkat tajam pada pemberian 10% abu batu bara menjadi 3,9 ppm. Selanjutnya kandungan P dalam tanaman menurun kembali menjadi 2 ppm pada pemberian abu batubara 17,5%. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pemberian mikoriza dapat menurunkan serapan Pb oleh tanaman Centrosema pubescens pada pemberian abu batubara dengan jumlah yang tinggi yaitu 17,5% abu batubara. Logam Cd Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan Cd dalam tanaman Centrosema pubescens meningkat dari 0,4 ppm pada perlkuan kontrol menjadi 1 pp pada pemberian 10% abu batu bara, selanjutnya turun menjadi 0,5 ppm pada pemberia 12,5% dan 17,5% abu batubara. Pada pemberian mikoriza kandungan Cd dalam tanaman legum sedikit menurun pada pemberian 5% abu batu bara, sedikit

8 meningkat pada pemberian 10% abu batu bara, sedangkan pada pemberian 12,5% abu batu bara kandungan Cd dalam tanaman menurun menjadi 0,2 ppm, kemudian meningkat kembali menjadi 0,5 ppm pada pemberian 17,5% abu batubara. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pemberian mikoriza dapat menurunkan kandungan Cd dalam tanaman Centrosema pubescens terutama sampai pemberian 12,5% abu batu bara Logam Ag \ Tanpa pemberian mikoriza, hasil analisis menunjukkan kandungan logam berat Ag dalam tanaman Centrosema pubescens menurun sejalan dengan peningkatan pemberian abu batu bara yaitu dari 0,33 ppm pada kontrol menjadi 0,1 ppm pada pemberian 12,5% abu batubara dan tetap konstan sampai pemberian 17,5% abu batu bara. Sedangkan pada pemberian mikoriza kandungan logam berat Ag sedikit menngkat dari 0,08 ppm pada kontrol menjadi 0,1 ppm pada pemberian 10% abu batu bara. Selanjutnya kandungan Ag dalam tanaman menurun sampai pemberian 17,5% abu batu bara menjadi 0,05%. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pemberian mikoriza dapat menurunkan kandungan Ag dalam tanaman sebagai akibat dari pemberian abu batu bara. Logam berat As Hasil analisis menunjukkan, pada perlakuan tanpa mikoriza kandungan As dalam tanaman meningkat dari 0 ppm pada kontrol menjadi 0,08 ppm pada pemberian 10% abu batubara kemudian menurun sampai 0 ppm pada pemberian 12,5% abu batubara kemudian sedikit meningkat menjadi 0,03 ppm pada pemberian 17,5% abu batu bara. Sedangkan dengan pemberian mikoriza, kandungan As dalam tanaman Centrosema pubescens meningkat dari 0,07 ppm pada kontrol menjadi 0,11 ppm pada pemberian 5% abu batubara, selanjutnya menurun tajam menjadi 0,02 ppm pada pemberian 10% dan konstan sampai pemberian 12,5% abu batubara. Pada pemberian abu batubara yang ditingkatkan menjadi 17,5% kandungan logam As dalam tanaman menurun sampai 0 ppm. Dengan demikian peningkatan pemberian abu batubara tidak berpengaruh langsung terhadap peningkatan kandungan logam As dalam tanaman dan pemberian mikoriza dapat menurunkan kandungan As dalam tanaman pada pemberian abu batubara yang lebi tinggi. Pemberian mikoriza dapat menurunkan secara tajam kada As dalam legum pada pemberian 10% abu batubara sedangkan tanpa pemberian mikoriza sebaliknya logam As dalam tanaman Centrosema pubescens meningkat. Logam Cr

9 Pada perlakuan yang tidak diberi mikoriza, kandungan logam berat Cr dalam tanaman meningkat dari 0 ppm pada kontrol menjadi 5,1 ppm pada pemberian 10% abu batu bara, selanjutnya kandungannya Cr dalam legum menurun menjadi 2,3 ppm pada pemberian 17,5% abu batu bara. Sedangkan pada pemberian micoriza, kandungan Cr dalam tanaman terus meningkat sejalan dengan peningkatan pemberian abu batubara, kandungan logam berat Cr meningkat dari 0 ppm pada kontrol menjadi masing-masing 1,3 ppm; 3,8 ppm dan 6,4 ppm pada pemberian 5, 10 dan 12,5% abu batubara, selanjutnya meningkat mencapai 9,6 ppm pada pemberian 17,5% abu batu bara. Logam berat Se Hasil analisis menunjukkan kandungan logam Se dalam tanaman berfluktuatif. Tanpa pemberian mikoriza, kandungan logam berat Se dalam tanaman Centrosema pubescens meningkat pada pemberian 5% abu batubara dari 0 ppm menjadi 2 ppm, kemudian menurun kembali sampai 0 ppm pada pemberian 10% abu batubara. Selanjutya kandungan Se dalam meningkat menjadi 1,3 ppm pada pemberian 17,5% abu batubara. Tidak demikian halnya dengan yang diberi mikoriza kandungan logam Se dalam legum berfluktuasi tajam. Kandungan logam Se dalam tanaman menurun pada pemberian 5% abu batubara menurun menjadi 0 ppm, kemudian meningkat tajam menjadi 3,1 ppm pada pemberian 10% abu batubara. Selanjutnya menurun kembali menjadi 0 ppm pada pemberian 12,5% abu batubara, kemudian meningkat kembali secara tajam pada pemberian 17,5% abu batubara menjadi 2,7 ppm. Trembesi (Samanea saman) Tanaman trembesi merupakan tanaman keras yang berumur tahunan, pada penelitian ini pengamatan hanya dilakukan 10 mts sehingga belum memperlihatkan perbedaan yang signifikan. Dari ANOVA yang dihasilkan terlihat bahwa perlakuan tidak signifikan terhadap diameter tanaman Trembesi Uji TCLP, LD 50 dan LC 50 Uji TCLP Dari hasil anailisis TCLP abu batubara PLTU Bukit Asam diketahui bahwa dari pengujian 11 terhadap kandungan logam berat (As, Ba, Bo, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, Se, Ag dan Zn) konsentrasi logamlogam tersebut masih jauh di bawah standar yang ditentukan baik oleh PP No. 85 Tahun 1999 maupun USEPA. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis TCLP abu batubara PLTU Bukit

10 Asam bukan merupakan limbah B3 karena memiliki konsentrasi yang masih dibawah ambang batas zat pencemar. Namun demikian, pada penelitian ini tetap dilakukan pengujian toksikologi dan pengujian lain untuk mendapatkan data yang lebih komprehensif. Uji LD jam Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan menurut PP No 18 tahun 1999 dan PP No. 74 Tahun 2001 bahwa abu batubara masuk dalam kriteria relatif tidak berbahaya (relatively harmless) karena memiliki nilai LD50 yang lebih besar dari mg/kg bb bahkan dalam pengujian dilakukan sampai dengan mg/kg bb. Bahkan dalam Pasal 8 ayat 2 dijelaskan bahwa apabila LD50 lebih besar dari 15 gram per kilogram berat badan maka limbah tesebut bukan limbah B3. Uji LC 50 Ikan mas dipilih sebagai hewan uji karena merupakan salah satu organisme hewan air tawar yang direkomendasikan dan mewakili spesies dari kelasnya (EPS, 1977). Ikan mas juga merupakan komponen penting dalam komunitas air. Sensitivitasnya terhadap berbagai kontaminan air cukup tinggi dan telah digunakan dalam uji toksisitas secara internasional. Hasil uji hayati toksisitas akut abu batubara dinyatakan melalui nilai LC50 (Lethal Concentration) selama 96 jam terhadap hewan uji. Besarnya nilai LC50 untuk setiap larutan uji dinyatakan dalam Tabel 1 dan data pengamatan kematian serta hasil perhitungan analisis probit disajikan pada Lampiran. Tabel Nilai LC50 rata-rata abu batubara terhadap ikan mas Larutan Uji Nilai LC50 96 jam (%) Nilai LC50 96 jam (ppm) Elutriate abu batubara 33, Menurut Australia Petroleum Energi Association (APEA) 1994 dan Energy Research and Development Corporation (ERDC) 1994, secara umum kriteria toksisitas (toxicity rating) suatu senyawa/bahan dibedakan menjadi : Berdasarkan nilai LC50 pada Kriteria Toksisitas, maka abu batubara dapat dikategorikan tidak beracun (non toxic) terhadap ikan mas, karena berada dalam rentang > ppm.

11 Uji radionuklida abu batubara Tabel Dosis radiasi abu batubara Nama Cuplikan Nuklida Aktivitas (Bq/kg) U ,9 ± 6,8 Dosis serap (ngy/jam) Dosis efektif (msv/thn) Abu batubara Ra ,6 ± 0,9 Th ,7 ± 1,5 K ,7 ± 4,3 83,7 0,41 Dosis radiasi yang dihasilkan oleh abu batubara adalah 0,41 msv/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa dari tinjauan dosis radiasi abu batubara tersebut masih aman karena dibawah nilai ambang dosis untuk masyarakat umum yaitu 1 msv/tahun. 4. KESIMPULAN Pada uji TCLP abu batubara PLTU Bukit Asam bukan merupakan limbah B3 karena konsentrasi logam berat masih dibawah ambang batas baik oleh PP No. 85 Tahun 1999 maupun US EPA. Pada uji LD jam terhadap diketahui abu batubara PLTU Bukit Asam masuk dalam kriteria relatif tidak berbahaya (relatively harmless). Setelah melalui uji hayati, abu batubara masuk dalam kriteria toksisitas tidak beracun (non toxic) bagi hewan uji air tawar yaitu ikan mas (Cyprinus carpio Linn.). Hal ini ditunjukkan dengan nilai LC50 96 jam berada > ppm Pengujian hayati yang dilakukan dengan menggunakan tanaman caisin dan Centrosema pubescens diketahui abu batubara pada awal masa tanam masih memberikan dampak yang sedikit menghambat pertumbuhan tanaman. Setelah penanaman sampai dengan tahap III abu batubara memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan caisin. Untuk tanaman Centrosema pubescens diduga abu batubara berpengaruh positif terhadap pertumbuhan setelah lebih dari satu kali masa tanam. Pada tanaman trembesi abu batubara telah memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan. Jumlah konsentrasi logam berat pada jaringan tanaman caisin penanaman tahap (I, II dan III) dan Centrosema pubescens masih standar masih berada batas normal. Jumlah volume penambahan abu batubara yang optimum sebagi material penimun untuk pertumbuhan tanaman sebesar % volume. Pengujian radionuklida terhadap abu batubara PLTU Bukit Asam menunjukkan dosis radiasi abu batubara masih aman (dibawah nilai ambang dosis 1 msv/tahun)

PENELITIAN PEMANFAATAN ABU BATUBARA PLTU UNTUK PENIMBUNAN PADA PRA REKLAMASI TAMBANG BATUBARA

PENELITIAN PEMANFAATAN ABU BATUBARA PLTU UNTUK PENIMBUNAN PADA PRA REKLAMASI TAMBANG BATUBARA PENELITIAN PEMANFAATAN ABU BATUBARA PLTU UNTUK PENIMBUNAN PADA PRA REKLAMASI TAMBANG BATUBARA Oleh : Ali Rahmat Kurniawan Djoni Djunaidi Adenan Siti Rafiah Untung Nia Rosnia Hadijah Marsen Alimano Dkk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Fisika Kimia Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari tungku pembakaran yang mempergunakan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan hakekatnya merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dari generasi ke generasi. Sudah sejak lama, komitmen pertambangan

Lebih terperinci

Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara

Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 6, Nomor 1, Januari 2014 Hal. 26-37 Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

KAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi KAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI Rima Purnamayani, Jon Hendri, Hendri Purnama, Busyra, Nur Imdah, Salam Lubis Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi www.jambi.litbang.pertanian.go.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara IV. HASIL 4.. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Data fisikokimia tanah awal percobaan disajikan pada Tabel 2. Andisol Lembang termasuk tanah yang tergolong agak masam yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur terhadap Sifat Kimia Tanah Pengaplikasian Electric furnace slag (EF) slag pada tanah gambut yang berasal dari Jambi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran.

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran. 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

MANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT

MANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT MANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT Fly Ash dan Bottom Ash Fly ash dan bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah salah satu andalan pembangkit tenaga listrik yang merupakan jantung untuk kegiatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Berbagai Dosis Pemberian Terak Baja Dengan dan Tanpa Penambahan Bahan Humat Parameter yang digunakan dalam mengamati pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL PENELITIAN IV. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah Ultisol memiliki tekstur lempung dan bersifat masam (Tabel 2). Selisih antara ph H,O dan ph KC1 adalah 0,4; berarti

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag LAMPIRAN 38 39 Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia Fe 2 O 3 g kg -1 7.9 431.8 CaO g kg -1 408 260.0 SiO 2 g

Lebih terperinci

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I) Lampiran 1. Bagan Percobaan U V4(IV) V5 (II) V1 (II) V3(III) V2 (II) V3 (I) V3 (II) V4 (I) V1(IV) V2(III) V5(III) V0 (II) V0 (I) V4 (II) V0(IV) V2(IV) V5 (I) V1(III) V4(III) V5(IV) V3(IV) V0(III) V2 (I)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Pertumbuhan Tanaman Sengon Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi pengaruh antara abu terbang dan bahan humat pada peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan mahluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan dapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Bagan Penelitian. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Lampiran 1. Bagan Penelitian. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Penelitian K5 K7 K0 B T K2 K5 K1 K7 K4 K6 K6 K2 K4 K4 K0 K7 K1 K6 K2 K0 K1 K5 Lampiran 2. Formula Media NA Cair (Rao, 1982). Nama Bahan Jumlah Pepton 5 g Beef Ekstrak 3 g NaCl

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, inovasi dalam dunia konstruksi terus meningkat, seperti perkembangan kontruksi pada beton. Beton adalah salah satu bahan konstruksi yang

Lebih terperinci

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-192-IDN Nama Laboratorium : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Fisika/kimia Tanah Tekstur 3 fraksi IK Tanah 5.4.4-1 (gravimetri)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan batu bara di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi pembangkit listrik pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 47,7 juta ton atau 50% dari total sumber

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 4.1.1. ph Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan Berdasarkan Tabel 3 dan

Lebih terperinci

Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang

Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang Gambar 4. Lahan Kebun Campuran di Kawasan Hulu DAS Padang Gambar 5. Lahan Kelapa Sawit umur 4 tahun di Kawasan Hulu DAS Padang Gambar 6. Lahan Kelapa Sawit

Lebih terperinci

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) Ninik Lintang Edi Wahyuni Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds Ciwaruga, Bandung 40012

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan. penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat.

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan. penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya kesejahteraan penduduk, kebutuhan akan pangan dan sayuran segar juga terus meningkat. Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 16 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan pesisir merupakan daerah peralihan antara daratan dan laut. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat bermacam ekosistem dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 11 profil tanah yang diamati dari lahan reklamasi berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan lahan hutan. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan, masingmasing hanya dibuat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN KARET DI PEMBIBITAN TERHADAP PEMBERIAN PUPUK MIKRO MAJEMUK

RESPON TANAMAN KARET DI PEMBIBITAN TERHADAP PEMBERIAN PUPUK MIKRO MAJEMUK RESPON TANAMAN KARET DI PEMBIBITAN TERHADAP PEMBERIAN PUPUK MIKRO MAJEMUK Nurjaya Balai Penellitian Tanah RINGKASAN Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang sifatnya selalu. menimbulkan perubahan pada alam lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang sifatnya selalu. menimbulkan perubahan pada alam lingkungan sekitar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang sifatnya selalu menimbulkan perubahan pada alam lingkungan sekitar. United Nations Environment Programme (UNEP,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif,

BAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri di Indonesia semakin pesat dalam bermacammacam bidang, mulai dari industri pertanian, industri tekstil, industri elektroplating dan galvanis,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 Nasih Widya Yuwono, Benito Heru Purwanto & Eko Hanudin Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Survei lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dan kelangsungan hidup mahluk hidup. Karakteristik unsur-unsur dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dan kelangsungan hidup mahluk hidup. Karakteristik unsur-unsur dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam berbagai segi kehidupan manusia, hewan dan tanaman. Tanah mengandung banyak bahan organik dan

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Sifat Fisik Tanah pada Lokasi Tambang Batubara Site Binungan Sebelum Ditambang. Tekstur

Tabel Lampiran 1. Sifat Fisik Tanah pada Lokasi Tambang Batubara Site Binungan Sebelum Ditambang. Tekstur LAMPIRAN 40 41 Tabel Lampiran 1. Sifat Fisik Tanah pada Lokasi Tambang Batubara Site Binungan Sebelum Ditambang. Kedalaman (cm) Tekstur BD (g/cm ) P (cm/jam) Kode Lokasi Struktur Konsistensi C Si S Kelas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BIOREMEDIASI LIMBAH MINYAK BUMI

TEKNOLOGI BIOREMEDIASI LIMBAH MINYAK BUMI PETROBA @ TEKNOLOGI BIOREMEDIASI LIMBAH MINYAK BUMI PUSAT ILMU HAYATI ITB Jalan Ganesha 10 Bandung 40132 hayati@hayati.itb.ac.id www.hayati.itb.ac.id Tlp./ Fax. 022-2509165 BIOREMEDIASI LIMBAH MINYAK BUMI

Lebih terperinci

( Sumber : Data primer, 2005 )

( Sumber : Data primer, 2005 ) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Limbah Katalis Pemeriksaan karakteristik limbah katalis meliputi sifat fisik dan kimia yang disajikan pada Tabel 4.1 dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

PENGKAJIAN & PENGEMBANGAN METODE

PENGKAJIAN & PENGEMBANGAN METODE LAPORAN PENGKAJIAN & PENGEMBANGAN METODE Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (PUSARPEDAL) Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat, tepatnya di Desa Karanglayung dan Desa Narimbang. Secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

ION EXCHANGE DASAR TEORI

ION EXCHANGE DASAR TEORI ION EXCHANGE I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin penukar kation. 2. Pengurangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, karena pada

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5 Rumah kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB (koleksi pribadi)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5 Rumah kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB (koleksi pribadi) 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lingkungan Pemeliharaan dan pengamatan semai mahoni dalam penelitian ini dilakukan di rumah kaca. Rumah kaca digunakan untuk melindungi tanaman dari suhu panas dan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar sebagai penopang tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan jenis sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Sawi mengandung kalori sebesar 22,0 kalori selain itu juga mengandung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN P2.U3 P4.U2 P5.U2 P2.U2 P1.U1 P4.U3 P5.U1 P1.U2 P3.U3 P1.U3 P4.U1 P3.U1 P3.U2 P2.U1 P5.3

LAMPIRAN LAMPIRAN P2.U3 P4.U2 P5.U2 P2.U2 P1.U1 P4.U3 P5.U1 P1.U2 P3.U3 P1.U3 P4.U1 P3.U1 P3.U2 P2.U1 P5.3 Lampiran 1. Lay out Penelitian LAMPIRAN LAMPIRAN P2.U3 P4.U2 P5.U2 P2.U2 P1.U1 P4.U3 P5.U1 P1.U2 P3.U3 P1.U3 P4.U1 P3.U1 P3.U2 P2.U1 P5.3 Keterangan : P1 : 100% N-Urea P2 : 75% N-Urea + 25% N-Pupuk Granul

Lebih terperinci

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tragedi lumpur Lapindo Brantas terjadi pada tanggal 29 Mei 2006 yang telah menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar Desa Renokenongo (Wikipedia,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Kering di desa Cibadung Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Tanah di lokasi penelitian masuk dalam sub grup Typic Hapludult.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khairunisa Sidik,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis ekosistem yang dikemukakan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah, dapat

Lebih terperinci

Studi Pemanfaatan Limbah Karbon Aktif sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus pada Campuran Beton Ringan (Studi Kasus di PT PETRONIKA)

Studi Pemanfaatan Limbah Karbon Aktif sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus pada Campuran Beton Ringan (Studi Kasus di PT PETRONIKA) Studi Pemanfaatan Limbah Karbon Aktif sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus pada Campuran Beton Ringan (Studi Kasus di PT PETRONIKA) Ryan Ardiansyah 1*, Moch. Luqman Ashari 2, Denny Dermawan 3 1 Program

Lebih terperinci