BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Hadi Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aspek yang diperhitungkan dalam pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu wilayah adalah aspek pendidikan. Pendidikan disejajarkan dengan aspek ekonomi melalui kemampuan daya beli masyarakat dan aspek kesehatan melalui kemampuan hidup panjang dan sehat. Pendidikan merupakan perangkat penting dalam meningkatkan kesejahteraan warga melalui penguasaan pengetahuan, informasi, dan teknologi sebagai prasyarat masyarakat modern (Suha~to, 2007:lS). Kemajuan Kota Bandung dalarn pembangunan pendidikan manusia menurut kriteria di atas, saat ini relatif lebih baik dibandingkan daerah lainnya di Provinsi Jawa Barat. Data IPM Tahun 2006 mencatat, 99,31 persen penduduk Kota Bandung sudah melek huruf atau mampu membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya, serta rata-rata telah mengenyam pendidikan formal selama tahun atau setara dengan SD dan SMP. Secara umum kedua indikator di atas merefleksikan keberhasilan pembangunan pendidikan terutama di sektor formal (bangku sekolah). Meski demikian, sesungguhnya kebutuhan masyarakat akan pendidikan tidak selalu bisa disandarkan pada tanggungjawab pendidikan di tingkat formal. Pendidikan dengan tujuan mulianya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) berperan sebagai pegangan dalam memperbaiki dan meningkatkan kapasitas diri agar daya adaptasi individu dengan lingkungan meningkat disamping sebagai sarana dalam pemenuhan kebutuhan pribadinya. Pada konteks ini, pendidikan yang diterima seseorang di bangku sekolah akan terlihat hasilnya jika dipraktekkan dalam kehidupan di masyarakat secara langsung. Dari hasil interaksi dengan masyarakat, sangat dimungkinkan seseorang akan menerima ha1 yang berbeda dengan apa yang
2 telah dipelajarinya di dalam keluarga dan sekolah formal, sehingga lingkungan menjadi tempat belajar tersendiri bagi setiap orang disamping sekolah dan keluarga. Mengembangkan kualitas Snmber Daya Manusia (SDM) melalui kaum muda atau remaja merupakan tautangan khusus untuk menyelamatkan generasi muda dari rantai kemiskinan yang selama ini ada (World Bank, 2006). Remaja menjadi fokus perhatian pembangunan karena karakteristik yang dimilikinya seperti semangat dan keingintahuan yang tinggi serta kemudahan beradaptasi di tengah lingkungan menyebabkan strategi pengembangan kecakapan sosial sangat potensial dikembangkan kepada remaja. Pengembangan SDM pada kaum mudalremaja pada gilirannya akan memudahkan mereka untuk mernulai suatu pekerjaan dan hidup di tengah masyarakat. Kebutuhan remaja diantaranya adalah keterampilan memecahkan masalah, bukan hanya supaya berhasil di pasar tenaga kerja, tetapi juga untuk memproses informasi untuk kehidupan yang sehat, untuk berpartisipasi sebagai warga negara, dan untuk peduli terhadap keluarga mereka (World Bank, 2006: 123). World Bank lebih lanjut melihat bahwa latihan-latihan praktis yang meuggabungkan keterampilan bekeija dan bertingkah laku menjadi pilihan yang dapat diambil sehingga remaja menjadi lebih bebas untuk bergerak. Intervensi pekerjaan sosial dalam strategi pemberdayaan masyarakat dilakukan pada beberapa aspek seperti peningkatan kemampuan dasar (komunikasi, kepercayaan diri, motivasi, kemandirian, dll), peningkatan interaksi sosial, penciptaan relasi-relasi sosial, pengembangan jaringan kerja, mobilisasi sumber sosial, dm peningkatan integrasi dan Miley, 1996 dalam Hikmat, 2006:93). Aspek komunikasi dan berkerjasama merupakan dua aspek yang berperan dalam proses peningkatan kecakapan sosial remaja. Memenuhi kebutuhan remaja mengembangkan kecakapan sosialnya merupakan investasi yang perlu ditempuh seluruh pihak baik keluarga, sekolah, serta lingkungan. Investasi lingkungan berperan besar karena pembentukan karakter remaja berpeluang besar terjadi di tengah lingkungan tempat remaja tersebut tinggal. Sarana pengembangan diri melalui pendekatan kelompok memunculkan bentuk-bentuk
3 kelembagaan remaja di lingkungan masyarakat yang pada gilirannya memberi jalan remaja untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan optimal yang dimilikinya. Kelembagaan remaja masjid menjadi salah satu alternatif pembinaan kecakapan sosial remaja yang bertujuan akhir pada upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bawah naungan kaidah agama. Kelompok remaja masjid diyakini cukup memiliki dasar pemahaman tentang diri dan penciptanya serta fungsi dirinya di tengah masyarakat, sehingga diasumsikan siap untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama sebagai pelengkap kecakapan dasar yang perlu dimiliki seseorang untuk bersosialisasi di tengah masyarakat. Data Dewan Masjid Indonesia (DMI) cabang Bandung menyebutkan, dari 4500 buah masjid dan mushola yang terdaftar di Kota Bandung, sekitar 600 buah diantaranya menaungi kelembagaan remaja masjid yang aktif melakukan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja di sekitar lingkungan masjid dan mushola tempat remaja tinggal Permasalahan Data hasil pemetaan sosial menunjukkan, Kebon Waru memiliki komposisi penduduk remaja yang cukup besar. Jumlah penduduk remaja (12-21 tahun) di awal tahun 2008 berjumlah sebesar jiwa atau 32,37 persen dari total selumh penduduk sebanyak jiwa. Besarnya potensi remaja di kelurahan ini pada gilirannya memunculkan bentuk-bentuk kelembagaan remaja yang tumbuh dan berkembang guna memenuhi tuntutan berbagai keinginan dan kebutuhan remaja, baik pada bidang keagamaan, kesenian, ilmu pengetahuan, olahraga, ekonomi dan sebagainya. Di bidang keagamaan, kelompok remaja masjid menjadi alternatif pembinaan remaja muslim yang diperlukan lingkungan dengan mayoritas penduduk beragama Islam tersebut. Berdasarkan penelusuran di lapangan, dari 12 masjid dan mushola yang ada di kelurahan Kebon Waru, 2 kelompok remaja masjid terlihat menonjol keberadaannya,
4 yaitu kelompok remaja masjid Baiturrahman RW 11 dan kelompok remaja masjid Miftahul Huda di RW 07. Kelompok remaja masjid Miftahul Huda yang dikenal dengan nama KURMA menjadi pilihan kajian karena perkembangan kelembagaannya menarik untuk diteliti lebih lanjut berkaitan dengan regenerasi Madrasah dan cara remaja KURMA bertahan di tengah lingkungan masyarakat yang cukup sarat dengan permasalahan remaja. Hingga saat ini KURMA terus eksis dalam kegiatan Mushola dan Madrasah terutama dalam kegiatan pengajaran Madrasah. Keberadaan para remaja ini sesungguhnya cukup banyak memberi kontribusi pada keberlangsungan Madrasah dan pemherdayaan remaja di sekitamya, namun dengan cara apa dan bagaimana metode pengembangan kemampuan komunikasi dan kerjasa~na yang terbangun di antara sesama anggota maupun antara anggota remaja dengan pihak lain belum jelas terlihat. Berdasarkan uraian inilah, penulis tertarik untuk menggali lebih mendalam eksistensi KURMA bagi pengembangan kapasitas remaja terutama dalarn upaya peningkatan kecakapan sosial (social skill). Kajian ini merumuskan pokok-pokok permasalahaii sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kapasitas kelembagaan KURMA? 2. Bagaimana gambaran kecakapan sosial remaja yang bemaung di dalam KURMA? 3. Bagaimana strategi dan program yang perlu diupayakan KURMA menumbuhkembangkan kecakapan sosial anggotanya? 1.3. Tujuan kajian Kajian Pengembangan Masyarakat ini dimaksudkan untuk: 1. Mengidentifikasi kapasitas kelembagaan KURMA. 2. Mengeksplorasi perkembangan kecakapan sosial remaja di dalam KURMA. 3. Merumuskan strategi yang tepat bersama-sama anggota kelompok untuk meningkatkan kecakapan sosial anggota.
5 1.4. Signifikansi Kajian Kajian Pengembangan Masyarakat ini secara signifikan akan membantu kelompok remaja masjid KURMA menerapkan strategi yang efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan berkerjasama antar anggota remaja masjid. Strategi yang berasal dari inisiatif kelompok dan dilaksanakan oleh kelompok itu sendiri secara efektif akan melahirkan tanggung jawab penuh dalam melaksanakan program-program yang direncanakan. Kajian ini juga akan membantu Pemerintah terutama Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung mengembangkan wacana peningkatan kecakapan sosial remaja di Kota Bandung.
ABSTRACT. Keywords: strengthening member of mosque-youth group, capacity building, social skill.
ABSTRACT DWI ASTUTY HANDAYANI. Capacity Strengthening of Mosque-Youth Institution For Youth Social Skill Improvement (Case at Mosque-Youth Group of Miftahul Huda, Bandung City). Supervised by SARWITITI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebanyakan memutuskan berhenti saat menduduki kelas 3 SLTP. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rendahnya tingkat pendidikan penduduk akan berdampak pada kemampuan masyarakat dalam memahami dan menghadapi kemajuan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Lebih terperinciDocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Generasi muda adalah bagian dari penduduk dunia yang sangat potensial dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Namun permasalahan
Lebih terperinciTeknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan
BUKU 4e SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH
60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciPENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN REMAJA MASJID DALAM UPAYA PENINGKATAN KECAKAPAN SOSIAL (S0CU.L SKILL) REMAJA
*$& PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN 0 REMAJA MASJID DALAM UPAYA PENINGKATAN KECAKAPAN SOSIAL (S0CU.L SKILL) REMAJA (Kasus Kelompok Remaja Masjid Miftahul Huda, Kota Bandung) DWI ASTUTY HANDAYAM SEKOLAH
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pranata sosial secara prinsipal tak jauh berbeda dengan apa yang disebut atau sering dukenal dengan istilah lembaga sosial, organisasi, atau lembaga masyarakat. Karena
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan isi Undang-Undang dasar tahun 1945 pasal 31 ayat yang pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UUD tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi terbesar dalam mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah sektor pendidikan.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, tingkat pengangguran di Indonesia di antara Negara-negara Asociation of South Asean Nation (ASEAN) paling tinggi. Banyak sarjana di Indonesia berstatus
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN
Lebih terperinciKOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal
KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,
Lebih terperinciBAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas
BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang dalam mengembangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebijakan otonomi daerah mulai dilaksanakan secara penuh pada Januari 2001. Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU
BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa setiap
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
No.5520 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 61) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK
25 BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK A. Kondisi Geografis Desa Klampok Secara geografis letak wilayah Desa Klampok khususnya sangatlah strategis dan menguntungkan karena berada pada perbatasan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.
PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESIONALITAS GURU DAN MOTIVASI UNTUK MENJADI GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN YANG PROFESIONAL TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FKIP
Lebih terperinciBAB IV PROFIL DESA BANJARWARU
BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan persepsi tentang kepemimpinan
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK
SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Masalah Di negara yang sedang berkembang, daftar pelayanan sosial mencakup pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan kesejahteraan sosial
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. 1. Implementasi Pengembangan Desa Budaya Di Kulon Progo. kebudayaan yang ada di Yogyakarta termasuk desa-desa budaya yang ada di
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Implementasi Pengembangan Desa Budaya Di Kulon Progo Pada Kondisi Lingkungan dalam implementasi pengembangan desa budaya di Kulon Progo ini Dinas Kebudayaan DIY adalah yang
Lebih terperinciPROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE
PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasionalisme secara umum adalah suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris : nation) dengan mewujudkan satu konsep
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola
Lebih terperinciKUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI
KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI Budaya PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Infrastruktur dan Lingkungan Hidup KESEHATAN PENDIDIKAN KETAHANAN PANGAN, IKLIM INVESTASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi
Lebih terperinciBAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1
BAB II DESA BERINGIN JAYA A. Geografis Desa Beringin Jaya secara geografis terletak di Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi, dengan luas daerah 35 km 2. Desa Beringin Jaya berbatasan langsung
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Arti pembangunan masyarakat yang sebenarnya adalah pembangunan masyarakat dari bawah (bottom up), di mana masyarakat sebagai subyek pembangunan memiliki hak untuk berperan serta
Lebih terperinciMETODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian
METODE KAJIAN Tipe Dan Aras Kajian Tipe Kajian Tipe kajian dalam kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan,
Lebih terperinciDraft Proposal Program Kampung Hijau. (Program Perbaikan Kampung)
Draft Proposal Program Kampung Hijau (Program Perbaikan Kampung) Latar Belakang Salah satu masalah sangat penting yang dihadapi negara-negara berkembang dewasa ini adalah pertumbuhan dan konsentrasi penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan
Lebih terperinciKata Kunci: Aksesibilitas dan Partisipasi Masyarakat, Pendidikan Dasar 9 Tahun, dan Daerah Perbatasan
AKSESIBILITAS DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN DI DAERAH PERBATASAN KABUPATEN SAMBAS DAN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Oleh: Eusabinus Bunau, Clarry Sada, Laurensius Salem,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya untuk membangun generasi muda yang tangguh dan dapat diandalkan. Keberhasilan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang selalu menjadi isu sentral dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik di perdesaan maupun di perkotaan. Meskipun kemiskinan pernah mengalami
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data
50 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode 2001-2012. Data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciPAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017
PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun 2017-2022 Wates, 27 September 2017 1 PDRB PER KAPITA MENURUT KABUPATEN/ KOTA DI D.I. YOGYAKARTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU, 2012-2016 (JUTA RUPIAH) 1 PERSENTASE PENDUDUK
Lebih terperinciWALIKOTA PALANGKA RAYA
- 1 - WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa akhlak bersifat abstrak, tidak dapat diukur, dan diberi nilai oleh indrawi manusia (Ritonga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kaum perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas sangat diperlukan.
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN JUMPA BAKTI GEMBIRA (JUMBARA) PMR MADYA DAN WIRA PMI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2014
PETUNJUK PELAKSANAAN JUMPA BAKTI GEMBIRA (JUMBARA) PMR MADYA DAN WIRA PMI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2014 A. Pendahuluan Generasi muda merupakan kader-kader pemimpin masa depan bangsa. Dalam rangka menyiapkan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat
28 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI A. Sejarah Singkat Kelurahan Way Dadi Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat berbatasan dengan wilayah Bandar Lampung maka pada
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciGARA-GARA GAK SEKOLAH JADI PUZZING DECH...
GARA-GARA GAK SEKOLAH JADI PUZZING DECH... PENGHARGAAN 3 FOKUS MENUNTASKAN WAJAR DIKDAS 9 TAHUN MERINTIS WAJAR DIKMEN 12 TAHUN MENINGKATNYA KEPEDULIAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja.
11 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang usaha pembelian buah kelapa sawit ini terletak di Desa Tapung Jaya Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan Hulu. Desa Tapung Jaya
Lebih terperincimaupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru, yang harus mampu dihadapi oleh manusia. Sebagai konsekuensi logis, dibutuhkan sumber daya manusia
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGARAAN PROGRAM MEMBANGUN SINERGI PENDIDIKAN BERBASIS HARMONIS DI KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia masih merupakan masalah yang belum teratasi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Tahun 2010 adalah 31 juta jiwa atau sebesar 13 persen (BPS 2010).
Lebih terperinciANALISA PENDEKATAN SISTEM PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA KABUPATEN WONOGIRI
ANALISA PENDEKATAN SISTEM PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA KABUPATEN WONOGIRI Rahmat Riandi Suparno, Ayuk Onita Sari, Alwi Mubarok, Listi Vianita, Ayun Trilas I Prodi Pendidikan Geografi
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation
Lebih terperinciSeries Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun
Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50
Lebih terperinciMARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!
MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global
Lebih terperinciBAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten
BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini
Lebih terperinciPengantar. responsibility (CSR).
Pengantar Perusahaan mengejar laba memang sudah menjadi wataknya. Tetapi jika kemudian sebuah perusahaan juga ikut repot-repot melibatkan diri dalam suatu gerakan mencerdaskan bangsa melalui pemberian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. Bahkan keduanya saling
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 62 2015 SERI : E IKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM BELAJAR SEPANJANG HAYAT MELALUI BUDAYA BACA, MENULIS DAN BELAJAR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan salah satu kebijakan pengembangan wilayah yang mencoba merubah sistem sentralistik menjadi desentralistik. Melalui kebijakan ini, diharapkan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab V ini dikemukakan simpulan dan saran-saran yang didasarkan
156 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V ini dikemukakan simpulan dan saran-saran yang didasarkan atas hasil penelitian dan pembahasannya. Adapun simpulan dan saran tersebut diuraikan berikut ini. A. Simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan suatu bangsa, yaitu untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berpotensi. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan dan kemajuan manusia. Pendidikan berfungsi menyiapkan generasi yang terdidik, mandiri dan memiliki keterampilan
Lebih terperinciBAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan
BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tujuan kaum muda melakukan pekerjaan paruh waktu dan mengetahui dampak pekerjaan paruh waktu tersebut
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU
PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari demografi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap daerah di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat dilihat dari demografi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, aksesibilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah istilah kunci yang paling paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu
Lebih terperinciD S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Lebih terperinciRANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4
RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Anonim, 2010 : 4). Namun, pendidikan bukanlah suatu upaya yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini karena Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan tercipta karena keberadaan manusia. Manusialah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan tercipta karena keberadaan manusia. Manusialah yang menciptakan kebudayaan dan memakainya sehingga kebudayaan akan selalu ada sepanjang keberadaan manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting bagi manusia supaya memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat
Lebih terperinci