BAB I PENDAHULUAN. Diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang. pemerintah kabupaten atau kota. Daerah diberi kebebasan untuk

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintah Daerah membawa implikasi terhadap berbagai hal. Salah satunya adalah perubahan dalam pola hubungan kekuasaan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, maupun antara pemerintah daerah dengan pemerintah kabupaten atau kota. Daerah diberi kebebasan untuk mengotonomikan daerahnya atau menuju pada local specification. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah otonom yang berkesinambungan diperlukan dana yang tidak sedikit, sedangkan pendanaan harus diusahakan sendiri oleh pemerintah daerah. Ketika suatu daerah telah ditetapkan menjadi daerah otonom, daerah diharuskan dapat membiayai secara mandiri jalannya pemerintahan. Untuk itu pemerintah daerah sudah seharusnya dapat mengelola dengan bijak potensi-potensi pendapatan daerah. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintah daerah lainnya. Hubungannya

2 2 meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan antarsusunan pemerintahan 1. Hubungan dalam bidang keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, meliputi: a) pemberian sumber-sumber keuangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah; b) pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintah daerah; dan, c) pemberian pinjaman dan/atau hibah kepada pemerintah daerah. Hubungan dalam bidang keuangan antar pemerintah daerah, meliputi: a) bagi hasil pajak dan non pajak antara pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota; b) pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab bersama; c) pembiayaan bersama atas kerjasama antar daerah; dan, d) pinjaman dan/atau hibah antar pemerintahan derah. Hubungan dalam bidang keuangan diatur dalam peraturan perundang-undangan 2. Provinsi Kalimantan Selatan yang beribukota di Banjarmasin merupakan provinsi yang memiliki luas wilayah terkecil di Pulau Kalimantan. Provinsi Kalimantan Selatan berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Timur di sebelah Utara, Laut Jawa disebelah selatan, Provinsi Kalimantan Tengah di sebelah barat, serta Selat Makasar disebelah timur. Luas Provinsi Kalmantan Selatan hanya km² dan memiliki jiwa (hasil 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 15.

3 3 sensus penduduk tahun 2010). Struktur tanahnya sebagian besar adalah tanah basah (alluvial) yaitu sebesar 22,76% dari luas wilayah kalsel. Wilayah Kalimantan Selatan terdiri dari 42,99% merupakan hutan, padang semaksemak atau alang-alang seluas 22,13%, perkebunan seluas 11,63%, persawahan seluas 11,35%, pertambangan seluas 1,12%, dan lahan permukiman seluas 1,59%. Data jumlah penduduk menurut hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 adalah sebanyak jiwa, terdiri atas laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Laju pertumbuhan secara alami disebabkan oleh kelahiran, kematian, dan migrasi. Hasil SAKERNAS 2010 mencatat bahwa penduduk Kalimantan yang berusia 15 tahun keatas sebanyak jiwa. Dari jumlah tersebut sebanyak jiwa (67,51%) berstatus bekerja sedangkan yng mencari kerja atau pengangguran sebanyak jiwa (3,74%). Penduduk yang bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah mengurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya sejumlah jiwa (28,75%) dari total penduduk yang berumur 15 tahun keatas. Laju pertumbuhan perekonomian yang baik di Kalimantan Selatan membawa dampak lain seperti kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor, seperti mobil dan sepeda motor. Selain membaiknya keadaan perekonomian masyarakat, kurang memadainya kuantitas dan kualitas transportasi publik menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Meningkatnya angka kepemilikan kendaraan bermotor

4 4 memberikan dampak positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Selatan dari sektor perpajakan, dalam hal ini Pajak Kendaraan Bermotor. Peraturan Daerah Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 2011 mengatur tentang penerapan tarif pajak progresif yang diberlakukan pada kendaraan bermotor roda empat atau lebih sedangkan tarif proporsional tetap diberlakukan pada kendaraan bermotor roda dua. Penerapan tarif yang berbeda tersebut dikhawatirkan dapat membuat gesekan pada masyarakat di Kalimantan Selatan. Penerapan tarif pajak progresif untuk kendaraan bermotor roda empat atau lebih membuat wajib pajak membayar pajak kendaraan lebih tinggi jika wajib pajak tersebut memiliki kendaraan bermotor roda empat lebih dari satu unit. Pemilik kendaraan bermotor roda dua beranggapan dengan penerapan tarif pajak progresif tersebut telah memenuhi rasa keadilan. Mayoritas masyarakat masyarakat beranggapan jika seseorang membeli kendaraan roda empat atau lebih untuk keperluan pribadi, orang tersebut memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik daripada mereka yang hanya mempunyai kemampuan membeli kendaraan bermotor roda dua. Dengan kemampuan ekonomi yang lebih tersebut wajib pajak kendaraan roda empat atau lebih dapat memberikan sumbangsih yang lebih besar dalam penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Kalimantan Selatan.

5 5 B. Rumusan Masalah Bertolak dari paparan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan sebagai isu sentral dalam penelitian dan penulisan hukum ini. Kemudian diungkapkan dalam judul penulisan hukum yaitu Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Berdasarkan Asas Keadilan Perpajakan di Kalimantan Selatan. Isu sentral tersebut mengandung berbagai permasalahan, yakni permasalahan hukum empiris dan permasalahan hukum normatif. Dengan demikian masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Permasalahan Hukum Empiris: Bagaimanakah pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor di Kalimantan Selatan? 2. Permasalahan Hukum Normatif: Bagaimanakah penerapan asas keadilan perpajakan pada Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah? C. Tujuan Penelitian Penelitian penulisan hukum ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui realisasi pelaksanaan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor di Kalimantan Selatan. 2. Untuk mengetahui penerapan asas keadilan perpajakan pada Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.

6 6 3. Untuk mengetahui apakah pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor di Kalimantan Selatan telah sesuai dengan asas keadilan perpajakan. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk kepentingan akademis maupun praktis berupa: 1. Manfaat Akademis a. Dari hasil penelitian penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, dan pengembangan ilmu hukum, khusunya bidang pajak ilmu hukum selanjutnya. b. Sebagai salah satu syarat kelengkapan dalam persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas Gadjah Mada. 2. Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat pada umumnya dan memberikan kontribusi pemikiran pada pemerintah daerah dalam membentuk produk-produk hukum, khususnya dalam bidang perpajakan yang berkaitan dengan pungutan atas Pajak Kendaraan Bermotor. 3. Manfaat Sosiologis Secara sosiologis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat khususnya Wajib Pajak untuk tidak hanya sekedar mengetahui aturan perpajakan kendaraan

7 7 bermotor, tetapi turut aktif dalam membayarkan kewajibannya sebagai wajib pajak. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Ditinjau Dari Asas Keadilan Perpajakan di Kalimantan Selatana adalah asli karya penulis bukan hasil duplikasi. Namun ada penelitian lain yang pernah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan Pajak Kendaraan Bermotor. Penelitian tersebut yaitu Kebijakan Intensifikasi Pajak Daerah Sektor Kendaraan Bermotor Dalam Sistem Keungan Daerah di Provinsi Kalimantan Selatan yang ditulis oleh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Ogie Haryanto pada Tahun Penelitian tersebut membahas tentang realisasi kebijakan intensifikasi Pajak Kendaraan Bermotor dalam sistem keuangan daerah yang kemudian dihubungkan dengan asas umum pemerintah yang baik. Penelitian lainnya yang serupa yakni Kebijkan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor Dalam meminimalisasi Kemacetan di DKI Jakarta yang ditulis oleh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Rahma Anindita pada Tahun Penelitian tersebut menitik beratkan pada tarif progresif Pajak Kendaraan Bermotor yang dimaksudkan untuk pengendalian kemacetan yang terjadi di DKI Jakarta.

8 8 F. Sistematika Penelitian Penulisan laporan penelitian ini akan disusun dalam 5 (lima) bab, yaitu Bab 1, Bab 2, Bab 3, Bab 4, dan Bab 5. Dari bab-bab tersebut kemudian diuraikan lagi menjadi sub bab sub bab yang diperlukan. Sistematika penulisan selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan : Bab ini akan berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II: Tinjauan Pustaka : Bab ini akan berisikan urain sistematis yang merupakan landasan teori atau kerangka pemikiran yang diperlukan untuk pembahasan dalam pemecahan masalah sesuai topik yang diteliti. Bab III: Metodologi Penelitian : Bab ini akan berisikan tentang pendekatan masalah, bahan hukum, prosedur pengumpulan bahan hukum, pengolahan, dan analisis bahan penelitian. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan : Bab ini merupakan uraian berupa analisis-analisis yang dilakukan untuk membahas pemecahan permsalahan-permasalahan dengan tujuan mendapatkan kesimpulan dan akan memuat sub bab-sub bab. Bab V: Kesimpulan dan Saran: Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab terdahulu dan saran yang dipandang perlu.