BAB I PENDAHULUAN. perkembangan alat-alat transportasi pun semakin meningkat. Alat transportasi,
|
|
- Widya Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat dewasa ini, perkembangan alat-alat transportasi pun semakin meningkat. Alat transportasi, khususnya kendaraan bermotor telah mengalami pertumbuhan yang sangat besar. Inovasi atau penemuan baru pada teknologi alat transportasi pun semakin banyak bermunculan. Para produsen saling berlomba-lomba dan bersaing untuk dapat menguasai pasar dengan memasarkan produk-produk kendaraan bermotor mereka ke masyarakat luas, sehingga penawaran akan kendaraan bermotor tersebut pun menjadi sangat banyak. Seiring dengan hal tersebut, pertumbuhan penduduk juga semakin banyak dan sulit untuk dikendalikan, terutama di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk selalu mengalami peningkatan (lihat Grafik 1.1). Dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2010 sebesar 1,49% per tahun (Badan Pusat Statistik, 2012), maka sejak tahun 2000 hingga 2010 tersebut jumlah penduduk Indoneisa telah mengalami peningkatan kurang lebih 15%, yaitu sekitar 30 jiwa juta lebih. Dengan jumlah penduduk yang selalu meningkat tersebut, maka diperkirakan permintaan terhadap kendaraan bermotor pun juga akan meningkat. 1
2 Jumlah Penduduk (jiwa) Grafik 1.1: Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia ( ) Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2013) Keberadaan kendaraan bermotor telah menjadi bagian yang sangat vital bagi masyarakat saat ini. Dengan adanya kendaraan bermotor telah memudahkan mobilitas masyarakat, membuat efisien dan efektif dari setiap kegiatan masyarakat. Ria dan Legowo (2010) menambahkan bahwa kendaraan bermotor tersebut tidak hanya sebagai sarana transport, tetapi juga dimanfaatkan untuk mencari nafkah. Sehingga masyarakat akan sangat membutuhkan keberadaan kendaraan bermotor tersebut. Selain karena kebutuhan, kepemilikan kendaraan bermotor tersebut menjadi salah satu alat ukur derajat seseorang di masyarakat, sehingga bagi sebagian masyarakat secara tidak langsung mereka akan berlombalomba untuk membeli kendaraan bermotor hanya untuk menunjukkan kemampuan atau derajat perekonomian mereka. Dari hal-hal tersebut maka permintaan akan kendaraan bermotor akan semakin meningkat. 2
3 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Hal ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk Indonesia yang juga cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan permintaan dan semakin banyaknya kendaraan bermotor yang dipasarkan akan membuat harga jualnya semakin menurun sehingga masyarakat pun akan semakin mudah untuk mendapatkannya. Semakin banyaknya pihakpihak yang menawarkan jasa kredit kendaraan bermotor dengan syarat yang tidak terlalu sulit dan terjangkau bagi masyarakat, juga membuat masyarakat akan semakin mudah untuk mendapatkan kendaraan bermotor tersebut. Selain hal tersebut, kurangnya fasilitas yang memadai, kenyamanan dan keamanan yang kurang dari kendaraan atau alat transportasi umum juga membuat masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Tabel 1.1: Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis di Indonesia ( ) (unit) Tahun Mobil Bus Truk Sepeda Jumlah Penumpang Motor Sumber: Badan Pusat Statistik (2013), diolah 3
4 Dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor di masyarakat, maka akan berakibat pada jumlah konsumsi bahan bakarnya pula. Bahan bakar kendaraan bermotor pun akan semakin banyak dikonsumsi oleh masyarakat untuk mengoperasikan kendaraan bermotor tersebut. Mengingat pentingnya keberadaan kendaraan bermotor di masyarakat, membuat bahan bakar minyak atau BBM, baik jenis premium, solar, pertamax atau yang lainnya mejadi komoditi yang vital pula di masyarakat. Sehingga dengan adanya peningkatan harga BBM yang dilakukan pemerintah, diperkirakan jumlah konsumsi oleh masyarakat tidak mengalami penurunan yang signifikan. Apabila dilihat dari penjelasan di atas, bahwa jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat dan pentingnya peran dari BBM tersebut, jumlah konsumsi BBM malah bisa semakin meningkat. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor dan peningkatan jumlah konsumsi bahan bakar tersebut dapat berpengaruh pada daerah, yaitu akan mempengaruhi penerimaan Pendapatan Daerah-nya. Pendapatan Daerah merupakan semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah (Halim, 2004). Salah satu sumber dari Pendapatan Daerah tersebut adalah dari pajak-pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah. Dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan bermotor tersebut, penerimaan dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) tentunya akan mengalami peningkatan juga. Sedangkan peningkatan jumlah konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor tersebut akan meningkatkan penerimaan dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan 4
5 Bermotor (PBB-KB) yang akan dipungut oleh Pemerintah Daerah Dati I (Provinsi). Kemudian dari hasil penerimaan pajak tersebut, sebagian akan diserahkan kepada Daerah Dati II (Kabupaten/Kota) yang bersangkutan, yaitu sebesar 70% untuk Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan 30% untuk Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 94 ayat 1) sebagai Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi Kepada Kabupaten/Kota yang merupakan salah satu struktur Pendapatan Daerah. Namun peningkatan penerimaan pajak tersebut tidak akan terasa apabila sistem perpajakan tidak dapat mengambil manfaat dari adanya peningkatan penerimaan pajak-pajak tersebut, misalkan sistem perpajakan sangat tidak efisien dan efektif (Mahi, 2005). Oleh karena itu, pemungutan pajak yang dilakukan pun harus efektif dan efisien. Dengan berlakunya Undang-undang yang baru tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, terdapat peningkatan tarif dari pajak-pajak daerah tersebut. Untuk Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor yaitu dari paling tinggi 5% menjadi paling tinggi 10%, dan untuk Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yaitu dari paling tinggi 10% menjadi paling tinggi 20%. Selain itu, terdapat perluasan basis pajak yang sudah ada, yaitu untuk Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor diperluas hingga kendaraan Pemerintah. Dengan demikian, Pemerintah Daerah semakin memiliki peluang untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Daerah-nya yang menjadi salah satu struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Anggaran Pendapatan dan Belanja 5
6 Daerah (APBD) adalah suatu rencana keuangan tahunan dari Pemerintah Daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan oleh Peraturan Daerah (Rositawati, 2009). Sehingga dengan peningkatan dari pajak-pajak yang disebutkan di atas, akan menjadikan rencana keuangan APBD tersebut menjadi lebih mampu untuk menjalankan fungsinya dan mengurus rumah tangga daerah itu sendiri sesuai dengan kebijakan otonomi daerah yang telah diberikan. Otonomi daerah yang telah diberlakukan di Indonesia sejak tahun 2001 telah membuat Pemerintah Daerah menjadi lebih mandiri dalam menyelenggarakan pemerintahan daerahnya sendiri. Dengan otonomi daerah tersebut, berarti Pemerintah Daerah dapat lebih cepat dalam merespon tuntutan masyarakat daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dan daerah telah diberikan kewenangan yang utuh untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah (Rosalina, 2008). Pemerintah Daerah tidak perlu menunggu keputusan dari Pemerintah Pusat untuk mengatasi tuntutan dari masyarakat tersebut, sehingga dengan adanya otonomi daerah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat. Menurut Nataludin seperti yang dikutip oleh Nurhayati (2008) juga menegaskan bahwa ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat harus seminimal mungkin, agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan keuangan pusat dan daerah, sehingga peranan Pemerintah Daerah menjadi lebih besar. Mithneck (1991) dalam Rosdiana (2009) 6
7 juga menambahkan bahwa kemandirian fiskal merupakan suatu hal mutlak agar program-program pemerintah dapat terealisasi. Selain itu, ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat dapat menyebabkan perubahan dalam perencanaan ataupun pelaksanaan anggaran daerah, apalagi jika terjadi keterlambatan alokasi dana dari pusat ke daerah (Mahi, 2005). Fajar (2006) dalam Rosdiana (2009) mengemukakan bahwa sejak dimulainya Tax Reform 1983, Indonesia sangat mengandalkan penerimaan negara dari sektor pajak. Oleh karena itu Pemerintah Daerah perlu berkreasi untuk mencari/menggali potensi sumber-sumber penerimaan keuangannya, terutama dari sektor pajak. Dalam hal ini, Kabupaten Bantul yang merupakan daerah otonom juga akan mengurangi kertergantungannya kepada pemerintah pusat, yaitu dengan menggali potensi sumber-sumber Pendapatan Daerahnya semaksimal mungkin dan meningkatkan Pendapatan Daerahnya. Kabupaten Bantul merupakan salah satu daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki julukan sebagai Kota Pelajar. Dengan adanya julukan tersebut membuat banyak pelajar dari berbagai wilayah di Indonesia yang menimba ilmu di DIY sehingga akan meningkatkan kendaraan bermotor yang ada di DIY. Sejak tahun 2003, pemerintah provinsi DIY telah melakukan pendataan terhadap kendaraan yang berasal dari luar daerah DIY, dan juga himbauan kepada para pemilik kendaraan yang berasal dari luar DIY tersebut diharapkan dapat melakukan mutasi kendaraannya ke dalam wilayah administrasi provinsi DIY, 7
8 sehingga hal tersebut akan dapat meningkatkan pendapatan daerahnya yang berasal dari pajak-pajak seperti yang telah disebutkan di atas. Kabupaten Bantul merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Provinsi DIY setelah Kabupaten Sleman (lihat Tabel 1.2). Dengan banyaknya jumlah penduduk tersebut, seperti penjelasan di atas bahwa peningkatan jumlah penduduk berbanding lurus dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor, maka akan membuat kendaraan bermotor yang ada di Kabupaten Bantul juga berjumlah banyak. Tabel 1.2: Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi DIY, (Jiwa) Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta D.I.Yogyakarta Sumber: BPS Provinsi DIY, diolah Sehubungan dengan hal tersebut, maka pajak-pajak di Kabupaten Bantul, khususnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) menjadi sumber penerimaan pajak yang sangat potensial. Lalu bagaimanakah pertumbuhan ketiga pajak tersebut? Apakah ketiga pajak yang merupakan pajak provinsi tersebut akan berpengaruh secara signifikan pada pendapatan daerah di Kabupaten Bantul? Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap 8
9 pertumbuhan PKB, BBNKB dan PBBKB di Kabupaten Bantul dalam kurun waktu 7 tahun terakhir, yaitu 2006 hingga 2012, dan mencari tahu apakah pertumbuhan ketiga pajak tersebut akan berpengaruh secara signifikan atau tidak pada pendapatan daerah di Kabupaten Bantul. 1.2 Rumusan Masalah Kabupaten Bantul merupakan daerah yang sangat luas dengan jumlah penduduk yang banyak dan tersebar di 17 Kecamatan. Dengan banyaknya jumlah penduduk yang ada, yaitu sekitar jiwa ("Profil Kabupaten Bantul," 2012), tentu kendaraan pribadi juga akan sangat banyak. Di zaman modern seperti ini, hampir setiap orang memiliki minimal 1 (satu) unit kendaraan. Dari hal tersebut, permintaan kendaraan dan konsumsi bahan bakarnya tentu akan sangat besar sehingga pajak-pajak yang dipungut pun jumlahnya banyak. Apabila dilihat dari penjelasan pada bagian sebelumnya, Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor merupakan pajak-pajak yang memiliki potensi atau peluang yang cukup besar dalam berkontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Daerah. Ria dan Legowo (2010) menegaskan dalam artikelnya bahwa salah satu jenis pajak daerah yang merupakan pendapatan daerah yang besar adalah dari pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor. Dalam hasil penelitiannya, Yuniarti dan Sumirah (2003) menyebutkan bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah terbesar di DIY berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Pajak-pajak tersebut merupakan pajak 9
10 yang dipungut oleh Pemerintah Provinsi, namun akan dibagikan kepada daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan yang akan dimasukkan sebagai Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi Kepada Kabupaten/Kota, sebagai salah satu bagian dari Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, sehingga penerimaan Pendapatan Daerah Kabupaten Bantul pun akan meningkat. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian bagaimana pertumbuhan pajak dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah pada lingkup kabupaten/kota saja. Pada akhirnya penelitian ini akan menjawab pertanyaan: 1. Bagaimana pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor di Kabupaten Bantul selama periode tahun 2006 sampai tahun 2012? 2. Seberapa besar tingkat efektivitas Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor di Kabupaten Bantul selama periode tahun 2006 sampai tahun 2012? 3. Seberapa besar pengaruh atau kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor terhadap penerimaan Pendapatan Dearah di Kabupaten Bantul selama periode tahun 2006 sampai tahun 2012? 1.3 Tujuan Penelitian Perumusan masalah yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya dapat digunakan untuk menentukan tujuan dari penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu: 10
11 1. Mengukur dan menganalisis pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor di Kabupaten Bantul selama periode tahun 2006 sampai tahun Mengukur dan menganalisis tingkat efektivitas Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor di Kabupaten Bantul selama periode tahun 2006 sampai tahun Menghitung secara empiris seberapa besar pengaruh atau kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor terhadap penerimaan Pendapatan Dearah di Kabupaten Bantul selama periode tahun 2006 sampai tahun Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan dalam rangka meningkatkan penerimaan dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, atau untuk pengambilan keputusan dalam rangka peningkatan Pendapatan Daerah 11
12 sehingga dapat berpengaruh positif terhadap pembangunan daerah dan juga pembangunan nasional. 2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai perpajakan dan masalah-masalahnya, sehingga dapat memahaminya dan membangun tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pajak terhadap peningkatan Pendapatan Daerah di Kabupaten Bantul. 3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan dan sumber informasi tambahan dalam melakukan penelitianpenelitian selanjutnya dengan tema yang sama, atau hanya dijadikan sebagai sumber bacaan saja. 1.5 Sistematika Penelitian Skripsi ini memiliki enam bab yang berurutan dan tersusun secara sistematis yaitu sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II Gambaran Umum Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum dari Kabupaten Bantul, profil, letak geografis, keuangan daerah, pendapatan daerah, dan gambaran umum mengenai Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor khususnya di Kabupaten Bantul. 12
13 BAB III Telaah Literatur Bab ini membahas lengkap teori-teori dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian. Teori teori ini didapatkan dari buku, literature dan internet. Teori yang dibahas meliputi teori terkait Perpajakan terutama Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta teori-teori terkait Pendapatan Daerah. BAB IV Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan bagaimana penelitian ini akan dilakukan, objek dan ruang lingkup penelitian, cara pengumpulan data, dan bagaimana cara menganalisis data tersebut. BAB V Analisis dan Pembahasan Bab ini menjelaskan tentang proses analisis data, hasil analisis data, dan pembahasan mengenai hasil perhitungan yang diperoleh dari analisis data tersebut. BAB VI Penutup Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian. Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran dari peneliti. 13
BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu sumber penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pembagian struktur pemerintahan di Indonesia terbagi menjadi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dimana yang bertujuan agar masing-masing pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi, pemberian otonomi luas kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangka pengembangan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembangunan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang mulai berlaku di Indonesia sejak tahun 2001 memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya, menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan terbesar negara, telah banyak memberi manfaat. Beberapa pengeluaran pemerintah menggunakan dana pajak di antaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara, dimana kawasan daerahnya terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ibnu (1994 : 29), bahwa pembangunan daerah adalah proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Ibnu (1994 : 29), bahwa pembangunan daerah adalah proses perubahan sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deaerah otonom dibentuk dimaksudkan guna meningkatkan pelaksanaan pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom berwenang untuk mengatur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di berbagai bidang tumbuh dengan pesat khususnya pada pembangunan di bidang ekonomi yang merupakan salah satu aspek penting dalam kemajuan suatu negara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten Bekasi merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk mendukung pelaksanaan otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus dalam pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak daerah adalah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pembangunan ekonomi bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyatnya, melalui pembangunan sektoral dengan perencanaan pembangunan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah memberikan kesempatan untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru dengan dikeluarkannya Undangundang No.22 tahun 1999 dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 diperlukan ketersediaan dana yang besar. Pemerintah sebagai pengatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1999 telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa melalui otonomi daerah, pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi Negara Indonesia yang sedang meningkatkan pembangunan disegala bidang menuju masyarakat yang adil dan makmur, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada pembangunan nasional. Pembangunan nasional tidak hanya mengalami pertumbuhan, tetapi juga mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam upaya pelaksanaan pembangunan nasional, hal yang paling penting adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan suatu langkah awal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era desentralisasi fiskal seperti sekarang ini, fungsi dan peran pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara sangatlah penting. Sejalan dengan otonomi daerah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat yaitu melalui pembangunan yang dilaksanakan secara merata. Pembangunan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk dikembalikan ke masyarakat walaupun tidak dapat dirasakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memungut pajak. Ada beberapa jenis pajak yang dipungut di Indonesia. Hasil penerimaan pajak akan dikelola oleh pemerintah untuk dikembalikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sering dikaitkan dalam perkembangan ekonomi suatu negara dengan tujuan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keuangan negara yang baik akan menggambarkan keadaan suatu pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu mengoptimalkan seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian kewenangan otonomi daerah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hakikat mendasar dari prinsip kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saati ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintahan daerah dapat terselenggara dengan baik karena adanya beberapa faktor sumber daya yang mampu menggerakkan jalannya organisasi pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang di arahkan untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam penerimaan negara non migas. Berdasarkan sudut pandang fiskal, pajak adalah penerimaan negara yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pembangunan diberbagai bidang tumbuh dengan pesat khususnya pembangunan dibidang ekonomi yang merupakan salah satu aspek penting dalam kemajuan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberlangsungan pemerintahan dan pembangunan sebuah negara memerlukan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua potensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi kewenangan setiap daerah untuk mengatur dan menciptakan perekonomiannya sendiri sehingga diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004, bahwa program penataan pengelolaan keuangan daerah ditujukan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan asli daerah merupakan salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan roda pemerintahan suatu daerah yang berdasar pada prinsip otonomi yang nyata, luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk direalisasikan. Pemerintah pusat dalam menjalankan kewenangan dan tanggung jawabnya cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari migas, pajak, non pajak. Dana yang berasal dari rakyat dengan jalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa sumber dana yang dapat diperoleh pemerintah yaitu yang berasal dari migas, pajak, non pajak. Dana yang berasal dari rakyat dengan jalan melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dikembangkan untuk memahami kepatuhan wajib pajak dalam membayar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk memahami kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak terutama pada pajak kendaraan bermotor sebagai akibat adanya pemberlakuan tarif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah menuntut pemerintah daerah untuk meningkatkan kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun pada kenyataannya, pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Dengan
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah secara efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor
i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemda tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat seutuhnya, untuk itu diharapkan pembangunan tersebut tidak. hanya mengejar kemajuan daerah saja, akan tetapi mencakup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di suatu daerah dimaksudkan untuk membangun masyarakat seutuhnya, untuk itu diharapkan pembangunan tersebut tidak hanya mengejar kemajuan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia disegala bidang khususnya bidang ekonomi dan perdagangan merupakan tanda-tanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah untuk kemandirian keuangan daerah. Hal ini membuat topik tentang kemandirian keuangan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Sistem otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang diterapkan Indonesia sejak tahun 2004 mengharuskan pemerintah untuk menyerahkan beberapa urusan untuk diselesaikan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Deskriptif Secara keseluruhan dari tahun 2010-2014 APBD di Kabupaten/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dalam era reformasi di negeri kita, begitu banyak tuntutan rakyat untuk mensejahterakan daerah mereka. Kemandirian suatu daerah atau otonomi menjadi harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang Masalah Dalam menunjang keberhasilan pembangunan daerah diperlukan penerimaan keuangan yang kuat, dimana sumber pembiayaan diusahakan tetap bertumpu pada penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup segala bidang yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat (Rusyadi, 2005).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian penting dari pembangunan nasional. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari terwujudnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas pada kemampuan keuangan daerah. Artinya daerah harus memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang sangat besar, terlebih lagi untuk memulihkan keadaan seperti semula. Sesuai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya melanjutkan pembangunan tentunya membutuhkan dana yang sangat besar, terlebih lagi untuk memulihkan keadaan seperti semula. Sesuai dengan undang-undang
Lebih terperinci1 UNIVERSITAS INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan pemerintahan daerah di Indonesia memasuki babak baru seiring diberlakukannya desentralisasi fiskal. Dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, pembangunan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, pembangunan dan pajak akan senantiasa meningkat jika tarif pajak didasarkan dengan tarif pajak yang progresif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketergantungan pada bantuan pusat harus seminimal mungkin (Bastian:2001).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan pembagian keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu sumber penerimaan dearah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu sumber penerimaan dearah yang memegang peran sangat penting. Hal ini menunjukan budgetair dari pajak merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan Negara yang terbesar yang memberikan peran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Otonomi daerah merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih
BAB I PENDAHULUAN` 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah di Indonesia mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001. dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah menetapkan Undang- Undang (UU)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya volume pembangunan dari tahun ke tahun dan ditambah dengan naiknya populasi penduduk dan kebutuhan hidup merupakan masalah dan beban pembangunan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini sebagai negara berkembang Indonesia tengah gencargencarnya melaksanakan pembangunan disegala bidang baik ekonomi, sosial, politik, hukum, maupun bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era otonomi daerah yang ditandai dengan adanya Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 mengatur mengenai kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai Daerah Otonom Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 1997 Pemerintah akhirnya mengeluarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Kalau dilihat dari segi waktu
Lebih terperinciEVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA
EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan yang berlaku (Chaizi dalam Susanti, 2010 :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting artinya bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Dalam bidang perpajakan, pajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bentuk apresiasi pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan. kewenangan yang semakin besar kepada daerah dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fiscal stress merupakan tekanan anggaran yang terjadi akibat keterbatasan penerimaan daerah yang dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penerimaan daerah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, proses penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan, perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir pemerintahan orde baru merupakan langkah awal bagi Bangsa Indonesia untuk berpindah kebijakan yang semula kebijakan sentralisasi menjadi kebijakan desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan perbaikan yang secara terus menerus menuju pada pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara umum tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis multidimensi yang melanda Indonesia memberi dampak bagi upaya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah tujuan wisata di kawasan Provinsi NTB dan merupakan daerah yang diberikan hak otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri baik
Lebih terperinci