perkembangan. Dalam tiap fase perkembangan itu dicermati berbagai hal yang diketahui, sesuai dengan permasalahan dan landasan teori yang digunakan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "perkembangan. Dalam tiap fase perkembangan itu dicermati berbagai hal yang diketahui, sesuai dengan permasalahan dan landasan teori yang digunakan."

Transkripsi

1 21 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Biografi Hadjirah Abdulah Biografi Hadjirah Abdulah ditelusuri dalam empat fase atau masa perkembangan. Dalam tiap fase perkembangan itu dicermati berbagai hal yang diketahui, sesuai dengan permasalahan dan landasan teori yang digunakan. Pertama masa anak-anak; fase ini identik dengan masa pembelajaran, yaitu ketika Hadjirah Abdulah mulai mengenal dan memperoleh pengetahuan atau praktek dasar menganyam sampai mahir; kedua, masa remaja atau pematangan, yakni saat-saat ia mengaplikasikan atau menguji kemampuannya dalam masyarakat melalui petualangan menganyam dan mengerjakan pesanan; ketiga, masa dewasa dini ini ditandai dengan pernikahannya pada tahun 1971 pada fase ini kiprah Hadjirah Abdulah dalam dunia kesenian paling dominan; keempat, masa dewasa madya, yang diperhitungkan ketika Hadjirah Abdulah berusia 59 tahun, dengan anak-anaknya yang sudah berumah tangga masing-masing, sejak itulah tanggung jawab ekonomi Hadjirah Abdulah sebagai orang tua otomatis jauh berkurang Masa Anak-Anak Pulubala merupakan salah satu desa yang dikenal sebagai pusat pengrajin anyaman mintu di Gorontalo. Di Desa tersebut tumbuh dan berkembangnya berbagai bentuk anyaman mintu seperti Upia karanji (kopiah keranjang) yang sangat dikenal luas masyarakat Gorontalo. Anyaman mintu dibuat dengan berbagai bentuk kopiah, seperti; bentuk kopiah lonjong serta kopiah bentuk bulat atau biasa disebut upia lo haji. Di lingkungan desa seperti itulah Hadjirah Abdulah lahir pada tanggal 19 Juli 1954, dari pasangan suami istri Rahman

2 22 Abdulah dan Julmia Sunge. Suami-istri ini bekerja sebagai petani sekaligus pengrajin yang hidupnya sederhana, sedangkan neneknya Fatimah adalah seorang pengrajin anyaman mintu. Hadjirah Abdulah adalah anak kedua dari 5 bersaudara. Kakaknya Wahab Abdulah yang memiliki istri bernama Lina; sedangkan adik pertamanya, Mastuna Abdulah seorang petani, adiknya kedua Idris Abdulah juga seorang petani dan adiknya yang paling bungsu sebagai pengrajin anyaman mintu. Pada masa kecil, Hadjirah Abdulah senang mencari kayu di hutan sambil molalilo sapi (mengembala sapi) bersama orang tua dan neneknya Fatimah. Waktu kecil, Hadjirah Abdulah akrab dipanggil Sadangi Nou. Karena ia merupakan anak perempuan satu-satunya yang memiliki ukuran badan sedang dari saudara-saudaranya. Hadjirah sangat dekat dan disayangi oleh neneknya. Hal tersebut merupakan indikasi adanya kesamaan sifat dan bakat antara Hadjirah Abdulah dan neneknya. Nenek Hadjirah yang penganyam itu, menurunkan keahliannya pada orang tuanya, sehingga orang tua Hadjirah juga bisa menganyam. Kemampuan menganyam orang tuanya itu, diturunkan lagi pada Hadjirah dan adik bungsunya. Jika dilihat dari silsilah keluarga, nampaknya kemampuan Hadjirah dalam menganyam merupakan bakat turun-temurun yang diwariskan dari nenek, orangtua, dan kemudian dirinya. Dari lima bersaudara, Hadjirah Abdulah memiliki bakat menganyam yang paling menonjol. Bakatnya itu kian berkembang berkat dukungan dan pengaruh lingkunan sosial Desa Pulubala, yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pengrajin mintu. Namun bakat dan lingkungan tidak menjadikan Hadjirah menjadi pengrajin sukses tanpa kemauan dan ketekunan berlatih secara terus-

3 23 menerus. Menyadari pentingnya belajar dan latihan, Hadjirah Abdulah sejak tahun 1961 diusianya menginjak tujuh tahun ia mulai berlatih menganyam untuk mengasah bakatnya secara intensif pada neneknya sendiri, masa-masa seperti ini menurut Santrock (2007:20) masa yang merupakan proses belajar untuk lebih mandiri. Menurut Marice Ladiku (70 tahun) tetangga sekaligus tante dari Hadjirah, sejak kecil Hadjirah selalu belajar menganyam pada neneknya, menganyam mintu sudah menjadi turun temurun dalam keluarga Hadjirah. Selain Hadjirah temanteman yang sekampungnya yaitu Yuni Ruzi dan Hawari Ahyani juga ikut belajar menganyam bersama Hadjirah. Meski banyak teman-teman Hadjirah ikut belajar menganyam bersama akan tetapi mereka tidak tekun seperti Hadjirah dan kedua temannya ini. Hadjirah salah satu anak memiliki bakat dan minat yang kuat dalam menganyam. Kedua orangtua Hadjirah sangat mendukung bakat yang dimilikinya, mereka selalu mendorongnya untuk disiplin dan tekun berlatih menganyam, (wawancara, 11 November 2013). Dari informasi ini bisa dianalisis, meskipun Hadjirah memiliki bakat menganyam secara turunan, akan tetapi bakat itu belum cukup untuk menjadikannya penganyam andal. Dan karena itu, Hadjirah mengasah bakatnya dengan berlatih bersama teman-temannya, secara tekun dan disiplin, dengan dukungan kuat dari orang tuanya. Dengan cara itu, bakat Hadjirah semakin berkembang dan keahlianya dalam menganyam juga makin meningkat. Pada masa ini, dukungan orang tua dan teman-teman ikut mempengaruhi dari Hadjirah dalam menekuni kerajinan anyaman mintu.

4 24 Pada tahun 1964, ketika Hadjirah berusia sepuluh tahun ia disekolahkan orang tuanya di Sekolah Dasar Negeri 1 Pulubala. Namun hanya beberapa tahun sekolah, harapan Hadjirah untuk sekolah sampai ketingkat yang lebih tinggi tidak terwujudkan, karena sekolah tempat ia menimba ilmu roboh terkena angin keras sehingga membuat Hadjirah memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah lagi, (Wawancara, 11 November 2013). Informasi ini menunjukan putusnya pendidikan Hadjirah bukan merupakan kehendaknya akan tetapi karena terjadinya musibah yang dialami Sekolah Dasar 1 Pulubala sehingga Hadjirah memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah ketingkat yang lebih tinggi. Setelah berhenti dari sekolah tempat Hadjirah belajar keinginan Hadjirah semakin kuat untuk memperdalam kemampuan menganyam yang juga menjadi tradisi turun temurun dalam keluarga. Dari proses berlatih yang panjang dalam usia muda Hadjirah sudah dapat membuat anyaman mintu yaitu kopiah keranjang yang juga merupakan anyaman mintu sangat populer pada waktu itu. Anyaman mintu kopiah keranjang merupakan awal karya yang dibuat Hadjirah meski sebelumnya karya ini sudah dipopulerkan oleh neneknya. Hadjirah sendiri mengakui bahwa menganyam mintu tersebut tingkat kesulitannya hanya ada pada proses pengolahan mintu, karena proses mengolah mintu membutuhkan beberapa hari untuk siap anyam. Oleh karena itu dalam menganyam mintu terlebih dahulu harus menguasai proses pengolahan mintu menjadi bahan siap anyam, (Wawancara Hadjirah Abdulah, 11 November 2013). Dari keterangan sebelumnya jelaslah, bahwa keinginan Hadjirah untuk menekuni menganyam tidak semata-mata merupakan dorongan bakat pribadi,

5 25 tetapi terkait erat dengan faktor eksternal, yakni pengaruh lingkungan sosial yang mengelilingi kehidupannya. Sejak masa kecil, lingkungan masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai pengrajin anyaman mintu, serta dorongan kuat dari pihak keluarga dalam mewariskan keterampilan menganyam, menjadikan bakat dan keahlian Hadjirah semakin berkembang Masa Remaja Pada tahun 1967 Hadjirah mulai mandiri dengan usaha kerajinan mintu yang dilakoninya sejak ia tidak sekolah. Modal untuk usaha yang ia bangun merupakan hasil dari penjualan sapinya. Dari hasil penjualan sapi itu akhirnya ia dapat membuka usaha anyaman mintu kecil-kecilan. Bersamaan itu pula kesempatan tersebut ia manfaatkan untuk mengajak remaja-remaja seusianya yang putus sekolah untuk menganyam mintu secara kelompok guna memenuhi pesanan, baik sebagai pribadi maupun kelompok masyarakat. Diakui oleh seorang teman pengrajin dari Hadjirah yaitu Hawari Ahyani (57 tahun), Hadjirah bersama temantemannya telah membentuk kelompok pengrajin anyaman mintu. Namun kendala yang dihadapi oleh kelompok pengrajin ini adalah tidak konsistennya anggota kelompok yang dibentuk oleh Hadjirah dalam melaksanakan pekerjaannya, dengan alasan penghasilan dari kerajinan anyaman mintu ini tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sebab kerajinan anyaman mintu belum memiliki harga jual yang layak, (Wawancara Hadjirah Abdulah,11 November 2013). Dari informasi yang diperoleh ini bisa ditelaah, bahwa dalam kiprah sebagai pengrajin, Hadjirah tidak hanya bekerja secara rutin memproduksi anyaman. Tetapi Hadjirah telah berpikir membuat organisasi dengan menghimpun teman-

6 26 temannya, agar bisa melayani pesanan dalam jumlah banyak. Meskipun upayanya ini tidak berjalan baik, akan hal ini merupakan bukti bahwa Hadjirah dalam usia muda telah berpikir untuk mengembangkan usaha yang lebih besar dengan memanfaatkan potensi-potensi individu masyarakat di desanya. Pada tahun yang sama karya yang paling banyak dihasilkan Hadjirah hanya berupa kopiah keranjang, karena pada saat itu kopiah merupakan anyaman mintu yang paling dikenal luas oleh masyarakat Gorontalo, sebab kopiah keranjang ini merupakan perlengkapan sholat yang digunakan oleh masyarakat Gorontalo yang mayoritas muslim. Anyaman kopiah keranjang ini, sebelumnya sudah pernah dibuat oleh neneknya akan tetapi Hadjirah berusaha untuk menampilkan anyaman mintu ini berbeda dengan karya yang sudah ada. Upaya yang ia lakukan yaitu jika dulu anyaman kopiah keranjang ini sangat sederhana atau polos, kemudian ia tambahkan dengan kombinasi warna yang ada pada anyaman mintu meski bentuk dari anyaman mintu tersebut tidak berubah, (wawancara,11 November 2013). Dari uraian di atas diketahui bahwa perkembangan yang terjadi pada karya Hadjirah disebabkan karya-karya yang dihasilkan sebelumnya sangat monoton dengan itulah Hadjirah tampil dengan inovasi baru terhadap karyanya meski karya tersebut tidak sepenuhnya mengalami perkembangan melainkan hanya penambahan ornamen pada karya kopiah keranjang tersebut. Hal ini menunjukan bahwa Hadjirah tidak hanya puas memproduksi jenis-jenis kerajinan yang telah ada, akan tetapi Hadjirah juga berusaha menambahkan hal-hal baru pada hasil produksinya, agar lebih mudah diterima konsumen.

7 27 Terkait karya-karya dihasilkan oleh Hadjirah tersebut, yang membuat ia konsisten menekuni profesinya sebagai pengrajin anyaman mintu dikarenakan, peralatan yang sederhana dan bahan yang sangat mudah didapatkan. Peralatan yang sederhana yaitu: pisau yang tajam untuk membelah mintu dan penutup kaleng yang sudah dilubangi sesuai ukuran mintu yang sudah dibelah. Fungsi dari penutup kaleng yang sudah dilubangi yaitu untuk menghaluskan mintu atau meraut mintu. Namun, dengan peralatan yang terlihat sangat sederhana tersebut dapat menghasilkan uang buat dirinya. (Wawancara, 10 Mei 2013). Gambar. 2 pisau dan penutub kaleng Sumber : koleksi peralatan Hadjirah. Foto: penulis, 11/11/2013 Menurut Hadjirah hasil anyaman mintu yang bagus terletak pada penutup kaleng yang sudah dilubangi, dengan menggunakan penutub kaleng maka lidi mintu yang diraut akan menjadi halus dan rata sehingga hasil anyaman mintu terlihat sangat rapi dengan persilangan lidi mintu yang saling tumpang tindih dalam satu simpul yang kuat. Hal lain yang membuat Hadjirah tetap eksis dalam

8 28 menekuni anyaman mintu karena ia ingin melestarikan anyaman mintu kopiah keranjang dengan alasan masyarakat disekitarnya hampir semua penganut agama Islam. Karena itu ia lebih banyak membuat anyaman mintu kopiah keranjang untuk keperluan masyarakat muslim yang ingin beribadah. Terlebih lagi dibulan Ramadhan baik remaja muslim dan orang tua juga sering menggunakan anyaman kopiah keranjang, karena memakai kopiah keranjang ini kepala terasa nyaman dan tidak mengalami keringat disaat memakainya. Kopiah keranjang ini memiliki celah celah kecil yang dapat membuat kulit kepala tidak mudah berkeringat saat memakai kopiah keranjang. Gambar 3. Penutup bagian atas kopiah Sumber : koleksi karya Hadjirah. foto: penulis, 11/11/2013 Dari ungkapan tersebut, ternyata faktor agama memberikan inspirasi untuk Hadjirah dalam membuat kopiah sebagai perlengkapan sholat untuk masyarakat khususnya muslim. Hal itu menunjukan agama islam sangat mempengaruhi pada pembuatan karya Hadjirah. Dengan demikian Hadjirah membuat karya kopiah

9 29 tersebut karena merupakan kebutuhan bagi masyarakat beragama islam yang ingin beribadah Masa Dewasa Dini Sekitar tahun 1971, ketika berumur 18 tahun, Hadjirah melangsungkan pernikahan dengan Edi Ibu, seorang pria sedesanya yang berprofesi sebagai petani. Dari perkawinan tersebut, mereka dikaruniai enam orang putra-putri, yakni: Rasid Edi, Isa Edi, Rusni Edi, Rahman Edi, Nining Edi, dan Fatma Edi. Lima dari enam putra-putrinya masing-masing berprofesi sebagai pengrajin anyaman mintu yaitu Rusni Edi, Nining Edi dan Fatma Edi sedangkan ketiga putranya yaitu Rasid Edi, Isa Edi, dan Rahman Edi tidak sepenuhnya melakoni sebagai pengrajin mintu, karena di samping sebagai pengrajin mintu mereka juga bekerja sebagai buruh bangunan di luar daerah dan juga sebagai tukang ojek di kampung mereka sendiri. Gambar 4. Hadjira bersama suaminya Sumber: Poto. Penulis, 11/11/2013

10 30 Gambar. 5 Anak-anak dari Hadjirah Abdulah Sumber: Poto. Penulis.11/11/2013. Menurut pengakuan dari salah seorang anak Hadjirah yaitu Nining Edi bahwa, ia dan saudara lainya tidak melajutkan sekolah karena jarak sekolah yang jauh dari rumah mereka. Pada waktu itu juga ojek di kampungnya masih sangat kurang, untuk mereka tumpangi ke sekolah sehingga membuat mereka tidak melanjutkan sekolah lagi. (Nining Edi,wawancara 10 Desember 2013). Dari informasi ini dapat diketahui lima dari enam orang anak dari Hadjirah tidak melanjutkan sekolah bukan karena Hadjirah tidak mampu membiaya tetapi karena sekolah mereka jauh, dan sulitnya transportasi saat itu. Karena tidak sekolah, anak-anak Hadjirah mengikuti jejak orang tua mereka yang berprofesi sebagai pengrajin mintu, meski tidak semua dari mereka yang mengikuti profesi orang tuanya menjadi pengrajin anyaman mintu secara penuh, namun hanya menjadi

11 31 pekerjaan sampingan bagi mereka karena di samping itu mereka bekerja di tempat lain. Satu-satunya anak dari Hadjirah hanya putri bungsunya Fatma Edi yang masih sekolah. Dengan begitu tanggung jawab Hadjirah sebagai orang tua untuk menghidupi seluruh anak-anaknya sedikit berkurang. Hal itu berarti meskipun Hadjirah sukses sebagai pengrajin tapi dilihat dari pendidikan anak-anaknya dia termasuk belum sukses karena sebagian besar anaknya hanya tamatan SMP. Pada tahun 1975 usaha anyaman mintu mulai menampakan hasil, namun ia tidak ingin menikmati sendiri keberhasilan ini. Untuk itu Hadjirah menularkan ilmu keterampilan dan pengalamannya kepada masyarakat di lingkungan desanya khususnya ibu-ibu rumah tangga dan remaja yang putus sekolah. Bersamaan itu juga akhirnya Hadjirah membentuk kelompok pengrajin mintu yaitu Tinelo Mintu. Mereka dibentuk enam kelompok yang tersebar di tiga dusun yaitu dusun Bontula, Diata dan Tomula. Upaya pembinaan yang dilakukan Hadjirah kepada enam kelompok mitra usahanya antara lain dengan memberikan bantuan bahan baku mintu, zat warna dan alat peraut tanaman mintu dengan nilai Rp ,- memberikan uang muka kerja sebesar Rp ,- dimana sistem pembayarannya dilakukan setelah proses produksi selesai dikerjakan dan diperhitungkan dari sisa uang muka yang telah dibayarkan. Maksudnya dari jumlah uang muka yang telah disebutkan tadi akan dibagikan kepada enam kelompok tersebut sesuai dengan jumlah anyaman mintu yang dikerjakan secara kelompok, (Dokumen Pribadi Hadjirah Abdulah).

12 32 Mengingat kondisi mitra usaha yang masih perlu bantuan terutama dalam hal pendanaan, maka upaya yang ditempuh Hadjirah ini sangat efektif dan besar manfaatnya bagi mitra usaha yang menjadi binaannya. Dari usaha-usaha yang dilakukan, Hadjirah memperoleh hasil memuaskan karena kesabaran dan keuletannya itu menjadikan usaha kerajinan anyaman mintu berkembang tidak sampai mengalami kepunahan. Untuk memenuhi bahan baku ia bersama teman-teman pengrajin lainnya berupaya untuk menjaga kelestarian bahan baku mintu yang tumbuh di hutan agar supaya tidak terjadi kebakaran hutan yang dilakukan secara sengaja oleh orangorang yang membakar hutan sembarangan. Oleh karena itu, Hadjirah bersama teman-teman pengrajin lainnya bergantian untuk menjaga hutan dengan membuat Wombohe (gubuk) tempat untuk mereka menjaga hutan. Pada waktu itu juga hutan yang ditumbuhi mintu itu tidak jauh dari rumah Hadjirah. Akhirnya, Hadjirah dan teman-teman pengrajin lainnya dapat mengawasi orang-orang yang membakar hutan sembarangan, sehingga tumbuhan mintu makin banyak dan bahan baku kerajinan bisa terpenuhi. Upaya pengabdiannya dan kecintaanya dalam melestarikan serta mengembangkan kerajinan khas daerah diikuti meningkatkan taraf hidup para pengrajin anyaman mintu, berdampak meningkatnya pendapatan mitra usahanya dari Rp ,- sampai dengan Rp ,- pertahun menjadi Rp ,- sampai dengan Rp ,- pertahun. Di samping itu dampak positif lainnya, dirasakan adalah adanya peningkatan mutu sumber daya manusia,

13 33 penciptaan wirausaha baru, kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya pengrajin anyaman mintu. (dokumen pribadi Hadjirah). Tahun 1990, selanjutnya sebagai pengrajin yang sukses dibidangnya, ia juga pernah mengikuti lomba. Hadjirah mengikuti lomba yang dilaksanakan di TasikMalaya dengan tema Lomba Cipta Cendramata Khas Daerah Sulawesi Utara sesuai keputusan kepala kantor Wilayah Dep. Perindustrian Prop. Sulut No.90/Kanwil.21/TU.24/IX/1990. Dari lomba tersebut Hadjirah meraih juara 2, dari juara itu Hadjirah diberikan penghargaan berupa uang tunai sebesar Rp ,- serta piagam penghargaan yang diterimanya. Dari informasi ini dapat dilihat prestasi yang diraih Hadjirah melalui lomba yang ia ikuti merupakan konsistensinya sebagai pengrajin sehingga mampu membawanya menjadi pengrajin yang berprestasi di bidang menganyam mintu. Tahun 1996, Hadjirah juga pernah mengikuti Upakarti yang dilaksanakan di Jakarta, dengan keputusan Menteri Perindustrian Nomor: 387/MPP/Kep/11/1996 tanggal 29 November Lomba Upakarti yang diikuti sebanyak 67 peserta dari 25 provinsi, Hadjirah masuk pada kategori Jasa Pengabdian. Dari lomba upakarti yang diikuti Hadjirah itu merupakan salah satu bukti pengabdian dan prestasi yang diraih oleh Hadjirah, yang layak dihargai dan diteladani dalam upaya pelestarian dan pengembangan seni-seni kerajinan tradisional.

14 34 Gambar 6. Presiden memberikan penghargaan pada peserta lomba Upakarti. Tampak Hadjirah menerima penghargaan yang diberikan oleh Soeharto. Sumber: foto kel. Hadjirah. Foto. reproduksi: Penulis. 31/3/2013. Keberhasilan Hadjirah meniti karir sebagai pengrajin dengan sejumlah hasil produknya sering dibicarakan kurang baik oleh teman-temannya. Misalnya, Hadjirah sering diejek oleh teman-temannya karena ingin bersaing menjadi pengrajin yang sukses. Ejekan lain misalnya Hadjirah mengharapkan untuk menjadi seorang pengrajin yang sukses padahal dirinya tidak memiliki pendidikan tinggi yang bisa bersaing dengan para pengrajin lainnya. (Hadjrah Abdulah, wawancara, 10 Mei 2013). Namun demikian, Hadjirah tak perna menghiraukan apa yang dikatakan oleh teman-teman atau orang lain terhadap dirinya, ia tetap pada prinsip hidupnya.

15 35 Gambar 7. Piagam penghargaan Upakarti Hadjirah Abdulah Sumber. Hadjirah Abdulah. Foto. Penulis 31/ Dari data dan informasi-informasi itu dapat diketahui tumbuhnya kemampuan dan keberhasilan Hadjirah sebagai pengrajin pada masa dewasa, tidak lepas dari pengaruh berbagai faktor, seperti bakat, motivasi pribadi, dan kondisi ekonomi keluarga. Dari berbagai pengaruh dan dukungan itulah Hadjirah mampu menempatkan diri dan berkarya sesuai dengan kepentingan, yaitu: kepentingan masyarakat, keluarga, dan pribadi Masa Dewasa Madya Memasuki 59 tahun usianya pada saat ini, beban hidup Hadjirah secara ekonomi makin ringan seiring kehidupan putra-putri Hadjirah yang telah menikah dan berpenghasilan, serta mulai hidup mandiri. Dengan usia yang tidak muda lagi tidak membuat Hadjirah berhenti berkarir. Adakalanya Hadjirah sering menerima pesanan untuk mengerjakan anyaman mintu. Tapi dalam pembuatan anyaman mintu ia lebih sering membuat kopiah-kopiah dan souvenir. Menurut Hadjirah

16 36 kedua karya ini dapat memberikan keuntungan buat kelangsungan hidup keluarga. Meski beban ekonomi dalam keluarga jauh berkurang tapi ia ingin tetap melakoni aktivitas sebagai pengrajin mintu, baginya tidak ada alasan untuk berhenti berkarir selama fisiknya masih kuat. Menurut Hadjirah melihat perkembangan zaman yang sekarang ini pesanan anyaman mintu semakin bertambah dari yang sebelumnya. Pada awalnya anyaman mintu masih kurang peminatnya tapi sekarang anyaman mintu mulai digemari oleh masyarakat luas baik remaja dan orang tua. Hadjirah sendiri mengakui jika dalam waktu yang singkat anyaman mintu habis, ia sering membeli anyaman mintu pada pengrajin lain guna memenuhi pesanan yang datang. Apalagi anyaman mintu pesanannya sudah tersebar di berbagai daerah seperti: Aceh, Manado, Ternate juga pertokoan yang ada di Gorontalo, (Wawancara 10 November 2013) Nampaknya aktivitas Hadjirah sebagai pengrajin tidak pernah surut meski usianya sudah tua. Hal lain yang membuat Hadjirah tetap eksis dengan profesi yang dilakoninya yaitu banyaknya peminat konsumen terhadap hasil anyaman mintu yang ia kerjakan. Terkait hal itu upaya yang dilakukan Hadjirah untuk mengantisipasi pesanan yang banyak Hadjirah memberikan target pada kelompoknya untuk menyelesaikan anyaman mintu dengan jumlah yang sudah ditentukan. Sebagai ketua kelompok dalam usaha kerajinan anyaman mintu Hadjirah tidak hanya menikmati sendiri hasil dari kerajinan anyaman mintu tersebut tetapi Hadjirah juga sangat memperhatikan anggotanya, terbukti salah satu anggota dari kelompoknya yaitu Jamaludin Ahmad (55 tahun) telah membuka usaha mintu

17 37 baru. Semua itu tidak lepas dari tanggung jawab Hadjirah terhadap anggotanya. Hadjirah sendiri selalu mendorong anggotanya agar tidak ketergantungan pada Hadjirah, (Wawancara, Jamaludin Ahmad 11 November 2013). Nampaknya pengabdian dan prestasi yang pernah diraih Hadjirah tidak membuat pemerintah untuk lebih memperhatikan para pengrajin yang berjasa di bidangnya. Apalagi sekarang ini Hadjirah bersama para pengrajin lainnya kesulitan bahan baku mintu yang sekarang ini mulai langka. Hal ini disebabkan karena pada tahun 1984 hutan mengalami kebakaran yang menyebabkan tumbuhan mintu tidak tumbuh lagi. Upaya yang Hadjirah lakukan untuk mengantisipasi agar kerajinan anyaman mintu tidak mengalami vakum Hadjirah berusaha mengadakan bahan mintu dengan cara membayar orang untuk mengambilkan mintu di hutan sekitar Paguyaman agar anyaman mintu tetap terlestarikan. (Hadjirah Abdulah wawancara, 11 November 2013). Pada tahun 1997 Hadjirah pernah mengikuti pelatihan pembuatan souvenir khas Sulawesi Utara yang diselenggarakan oleh Proyek PIKM Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Utara yang berlangsung selama lima hari. Dari ilmu yang ia dapat dari pelatihan tersebut Hadjirah salurkan ke kelompok pengrajin mintu lainnya sehingga pengrajin-pengrajin anyaman mintu juga dapat membuat kerajinan berbahan dasar mintu lebih kreatif. Hal itu menunjukan ternyata dari pelatihan yang diikuti oleh Hadjirah berdampak positif pada dirinya dan pengrajin lainnya untuk lebih kreatif dalam membuat kerajinan anyaman mintu.

18 38 Dari fase-fase yang diuraikan di atas dapat dilihat perkembangan yang terjadi pada karya-karya Hadjirah berawal dari masa anak-anak, dimana pada masa itu awal Hadjirah belajar menganyam dari keluarga yang sudah lebih dulu menekuni profesi menganyam mintu. Meski Hadjirah saat itu masi anak-anak tetapi ia sudah mulai mengerjakan anyaman mintu berupa kopiah keranjang dalam bentuk polos. Memasuki masa remaja ia mengembangkan karya kopiah keranjang itu dengan berbagai variasi-variasi mintu sehingga dari variasi mintu itu timbulah motif-motif pada kopiah keranjang karya Hadjirah pada masa remaja. Karya kedua dari Hadjirah tersebut merupakan permintaan dari konsumen, karya ini dibuat tanpa ada perencanaan atau ide yang muncul dari inspirasinya, akan tetapi karya ini didesain sendiri oleh konsumen sehingga dari itulah ia membuat karya baru meski karya itu merupakan ide dari orang lain. Mengalami perkembanganperkembangan yang terjadi pada karya Hadjirah tidak hanya pada masa dewasa saja, akan tetapi perkembangan itu terjadi sampai memasuki usia tua Hadjirah. Karya yang ia buat pada waktu itu yaitu souvenir, yang merupakan ukuran kecil dari karya yang ia buat dari masa anak-anak sampai dewasa. Pembuatan souvenir ini juga tidak lepas dari pengaruh lingkungan masyarakat. 4.2 Keberlanjutan dan Perkembangan Kerajinan Anyaman Mintu Karya Hadjirah Abdulah. Sesuai dengan bentuk dan fungsinya, perkembangan produk kerajinan anyaman mintu karya-karya Hadjirah dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu: 1) kategori I kopiah ( ); 2) kategori II topi ( ); 3) kategori III souvenir ( ).

19 Kategori I Kopiah ( ) Secara umum karya-karya Hadjirah pada kategori ini dengan bentuk Upia karanji atau biasa disebut kopiah keranjang yang juga menjadi ciri khas daerah Gorontalo. Kopiah keranjang yang bahan baku dari anyaman mintu merupakan karya yang pertama dibuat oleh Hadjirah meski sebelumnya kopiah keranjang ini sudah dibuat oleh neneknya. Bahan baku yang digunakan untuk anyaman kopiah keranjang yaitu mintu sejenis tanaman merambat, banyak tumbuh di hutan tropis. Tak ubahnya seperti pohon rotan liar. Berbeda dengan rotan yang keras dan getas, sulur-sulur pohon mintu tampak lebih lentur dan banyak mengandung air, jika dikeringkan warna mintu akan berubah menjadi coklat kehitaman, sehingga membuat mintu memiliki warna yang unik. (Dokumen Pribadi). Gambar 8. Mintu masih mentah Sumber. Poto. Penulis. 11/11/2013.

20 40 Gambar 9. Mintu yang sudah diolah. Sumber. Poto: penulis. 31/3/2013 Bisa diketahui bahwa Hadjirah termotivasi untuk membuat anyaman mintu karena adanya bahan baku mintu yang sangat potensial untuk membuat kerajinan anyaman mintu, yang dahulunya mintu juga telah digunakan oleh neneknya untuk membuat kerajinan anyaman mintu. Menurut Marice Ladiku (70 tahun) tanaman mintu tumbuh di hutan sejak jaman nenek moyang mereka. Sebelumnya, pengrajin-pengrajin dahulu mencoba membuat anyaman kopiah ini dari lidi kelapa namun tidak berhasil karena lidi kelapa sangat kaku dan mudah patah. Akhirnya mereka menggunakan mintu sebagai bahan baku untuk dijadikan anyaman kopiah. Tahun 1967 tanaman mintu mulai dijaga kelestarian pertumbuhannya oleh masyarakat desa Pulubala, dikarenakan bahan mintu sangat potensial. Sejak itulah ada kecenderungan para pengrajin menggunakan mintu sebagai bahan baku anyaman kopiah keranjang. Menurutnya, karena dengan adanya mintu yang sebagai bahan baku, anyaman

21 41 kopiah lebih mudah dijual dengan harga yang cukup tinggi. (Wawancara Marice Ladiku, 11 November 2013). Dari uraian di atas, bahwa hadirnya karya-karya Hadjirah dari bahan baku mintu berupa anyaman kopiah keranjang, selain didorong oleh keinginan untuk mengembangkan karya karyanya dari bahan mintu juga karena pengaruh kecenderungan umum para pengrajin yang mengunakan bahan baku mintu untuk kerajinan anyaman kopiah keranjang. Kecenderungan para pengrajin menggunakan mintu sebagai bahan baku, karena mintu dianggap memiliki tekstur halus dan warna yang menarik. Terbukti dari para pengrajin yang ada di Desa Pulubala bahwa mintu sangat bagus untuk dijadikan sebagai anyaman kopiah keranjang karena mintu sangat lentur, halus serta memiliki ketahanan. Dilihat hal tersebut keinginan Hadjirah mengunakan mintu sebagai bahan baku karena mintu tesebut memang memiliki kwalitas bagus, baik dari aspek kwalitas kekuatan maupun keunikan yang ada pada mintu. Dengan demikian, Hadjirah memanfaatkan mintu sebagai bahan kerajinan anyaman dalam pembuatan karya pada kategori ini, secara internal didorong oleh keinginan pribadi untuk meningkatkan kwalitas hasil karya. Selain itu secara eksternal, ia juga dipengaruhi banyaknya pemanfaatan mintu oleh para pengrajin di Desa Pulubala. Kecenderungan umum para pengrajin pada waktu yang mulai banyak menggunakan mintu karena dianggap sebagai bahan yang memiliki banyak keunggulan, seperti kwalitas ketahanan, unik dan mudah dijual. Lidi mintu yang sering digunakan oleh para pengrajin memiliki ukuran panjang 50cm sampai 1 meter. Lidi mintu juga banyak mengandung air sehingga

22 42 membuat mintu itu lentur, selain itu mudah untuk membuat karya anyaman kopiah keranjang. Dalam pembuatan anyaman mintu menjadi anyaman kopiah keranjang masih menggunakan peralatan yang bersifat sederhana sehingga mudah bagi Hadjirah untuk menyiapkan segala peralatan yang digunakan untuk membuat karyanya. Hal demikian itu diketahui, hadirnya karya Hadjirah pada periode ini yaitu kopiah keranjang, karena bahan baku mintu yang lentur sehingga dapat dibuat anyaman serta peralatan yang sederhana. Pada awal tahun, Hadjirah membuat kopiah keranjang sangat sederhana ataupun polos dalam arti, bentuk yang diwujudkan tidak menggunakan hiasan atau ornamen pada anyaman mintu kopiah. Karena pada waktu itu pengrajin terdahulu sangat tidak memahami kreatifitas pada hasil karya mereka disebabkan pada waktu itu belum ada pelatihan-pelatihan yang seperti sekarang ini. Akan tetapi karya kopiah pada waktu itu sudah tidak ada lagi karena sudah terjual di pasaran. Berawal dari itulah Hadjirah membuat kopiah semacam itu, tetapi seiring perkembangan zaman maka karya kopiah Hadjirah mengalami perkembangan yaitu pada kopiah tersebut telah ada ornamen-ornamen. Ornamen yang ada dikopiah Hadjirah hanya merupakan kombinasi mintu antara mintu berwarna coklat dan hitam. Ketika Hadjirah menganyam dengan mengkobinasikan mintu tersebut kopiah itu terlihat seperti diberi pewarna yang membentuk ornamen pada kopiah keranjang. Kreatifitas Hadjirah pada karyanya merupakan hasil pelatihan yang pernah diikutinya di kelurahan setempat. Terkait hal itu dapat diketahui bahwa karya perkembangan yang terjadi pada karya Hadjirah dipengaruhi oleh adanya pendidikan non formal yang ia dapatkan

23 43 dari luar, sehingga dari pendidikan yang ia jalani dapat membedakan karyakaryanya dengan karya yang sebelumnya telah dihasilkan oleh pengrajin terdahulu. Salah satu anyaman mintu kopiah keranjang karya Hadjirah yang dibuat tahun 1967 berjudul songkok, nama songkok memang tidak asing lagi didengar karena songkok merupakan penutup kepala yang bahannya terbuat dari kain beludru warna hitam. Tetapi hal itu bukan menjadi inspirasi Hadjirah untuk membuat kopiah songkok dari bahan baku mintu, akan tetapi Hadjirah sendiri membuat songkok tersebut karena terinspirasi dari karya sang nenek terdahulu. Hadjirah berkeinginan untuk mengembangkan kopiah keranjang songkok ini agar tidak mengurangi peminat kopiah songkok tersebut. Oleh karena itu, Hadjirah berusaha untuk membuat karya berbeda dari yang sebelumnya guna menarik perhatian dari peminat kopiah keranjang songkok. Hal ini merupakan pertanda,bahwa dengan keahlian dibidang menganyam yang dikuasai, Hadjirah selalu berusaha melakukan inovasi dan memperbaiki kreasinya untuk mencapai mutu yang lebih tinggi. Dari uraian di atas dapat diketahui hal yang mempengaruhi Hadjirah membuat kopiah songkok ini karena faktor internal dan eksternal secara internal yaitu Hadjirah memiliki keinginan untuk mengembangkan karya-karya terdahulu lebih kreatif. Secara eskternal yaitu pengaruh lingkungan masyarakat yang sangat mempengaruhi perkembangan terhadap karya-karyanya. Proses kerja yang dilakukan untuk menghasilkan anyaman songkok pada ketegori ini nampak seperti bagan berikut.

24 44 Alat dan Bahan (Mintu) Pengolahan bahan baku Menganyam Teknik dasar songkok Membuat penutup samping yang memanjang Memvariasikan warna mintu pada anyaman. Merawang mintu Vernis Sesuai pemesan Finishing Produk Warna mintu alami Gambar 10. Bagan proses membuat kopiah songkok Sumber. Hasil penelitian Melihat bagan di atas maka dapat diuraikan proses pembuatan kopiah songkok sebagai berikut. Hadjirah mengawali prosesnya dengan mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, setelah itu mengolah bahan baku mintu yaitu dibersihkan dari daunnya, kemudian batang dari mintu tersebut dibelah sebesar lidi dengan menggunakan pisau, setelah mintu dibelah kemudian mintu diikat dan dikeringkan di bawah terik matahari sampai mintu tersebut berubah warnanya menjadi cokelat dan hitam. Setelah pengeringan selesai maka mintu tersebut diraut dengan penutup kaleng yang sudah dilubangi untuk mendapatkan lidi mintu yang

25 45 rata dan halus. Kulit mintu yang di lepas dari lidi mintu itulah yang akan digunakan untuk menganyam pada lidi mintu. Setelah proses dari pengolahan bahan selesai maka langkah selanjutnya menganyam mintu dimulai. Pada awal menganyam kopiah keranjang didasari dengan menganyam dasar bujur sangkar yaitu lidi mintu yang panjang dibentuk bulat persegi kemudian tali mintu mulai dianyam pada lidi mintu dengan teknik silang yang berulang-ulang sampai membentuk bulat bujur sangkar. Dari dasar bujur sangkar itu maka akan membentuk bagian atas kopiah yang disesuaikan dengan ukuran kepala sesorang, setelah itu mulai menganyam penutup kopiah yang bentuknya memanjang. Sambil membuat penutup kopiah maka mulailah memvariasikan warna mintu pada penutup sesuai motif yang akan dibentuk. Dari variasi mintu itu nampak motif-motif yang muncul pada penutup kopiah songkok. Setelah selesai semua prosesnya kemudian ujung mintu dirawang agar tidak lepas anyamannya. Langkah terakhir yang dilakukan yaitu finishing dengan memberi vernis pada kopiah ataupun tidak sama sekali, yaitu hanya menggandalkan warna alami dari mintu itu. Sebab, tidak semua konsumen menyukai anyaman kopiah keranjang songkok divernis, mereka lebih tertarik dengan warna alami dari mintu, tetapi ada juga sebagian konsumen yang tertarik pada kopiah yang divernis.

26 46 Gambar 11. Teknik menganyam mintu. Sumber. Foto: Penulis, 11/11/2013. Gambar di atas menunjukan lidi mintu yang panjang dibentuk bulat persegi, dianyam dengan kulit dari mintu yang tekniknya menyilang berulang-ulang. Gambar12. Teknik dasar bujur sangkar (kopiah songkok) Sumber : Penulis, 11/11/2013.

27 47 Gambar di atas menunjukan bentuk dari dasar bujur sangkar kopiah songkok, bentuk ini yang merupakan proses awal untuk menganyam kopiah songkok. Dari bentuk dasar bujur sangkar tersebut maka akan membentuk alas kopiah bagian atas dengan bentuk bulat persegi. Gambar 13. Kopiah keranjang songkok Sumber: Foto. Penulis, 11/11/2013. Gambar di atas merupakan kopiah keranjang dalam bentuk songkok. Dilihat dari bentuk songkok tersebut ukuran songkok disesuaikan dengan ukuran kepala seseorang, bentuk songkok ini terlihat seperti bulat persegi. Dilihat dari isinya nampak juga variasi warna mintu yang beraturan pada penutup songkok, yang tidak mengurangi keunikan pada songkok itu, sehingga dari variasi warna mintu yaitu coklat dan hitam nampak membentuk motif-motif pada penutup songkok tersebut. Terlihat juga lubang-lubang kecil yang ada pada songkok itu. Secara

28 48 keseluruhan songkok ini difungsikan sebagai penutup kepala yang bisa dipakai pada acara-acara dan juga khusunya kaum muslim yang melaksanakan ibadah. Pada tahun yang sama karya Hadjirah mengalami perkembangan pada bentuknya. Perkembangan yang terjadi pada karya Hadjirah dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat yang tak lain adalah peminat kopiah haji tersebut. Munculnya kopiah haji ini merupakan permintaan konsumen yang ingin dibuatkan kopiah keranjang dalam bentuk kopiah haji. Berdasarkan permintaan peminat dari konsumen tersebut Hadjirah terispirasi untuk mengembangkan karya kopiah songkoknya kebentuk kopiah haji. Pembuatannya dilakukan tidak melalui desain dari kopiah haji, tetapi Hadjirah membuat kopiah haji ini hanya dengan melihat contoh kopiah haji dari bahan kain tersebut. Dapat dilihat dari uraian di atas perkembangan yang terjadi pada karya Hadjirah yang bersamaan itu dipengaruhi oleh permintaan konsumen. Oleh karena itu Hadjirah termotivasi untuk mengembangkan karyanya dengan ide dari orang lain sehingga ia terinspirasi untuk membuat karya selanjutnya sesuai kebutuhan dari konsumen. Proses yang dilakukan untuk menghasilkan anyaman pada kategori ini nampak seperti bagan berikut.

29 49 Alat dan Bahan (Mintu) Pengolahan bahan baku Menganyam Menganyam dasar kopiah haji Membuat penutup kopiah haji berbentuk bulat Memvariasika n warna mintu pada anyaman Merawang mintu Warna mintu alami Finishing Produk Vernis (Sesuai pemesan) Gambar 14. Bagan proses pembuatan kopiah haji. Sumber. Hasil penelitian, Dilihat dari bagan di atas dapat dianalisis proses dari pembuatan kopiah dalam bentuk kopiah haji. Bahan dan alat digunakan membuat kopiah haji ini masih tetap menggunakan bahan baku mintu serta alat yang masih sangat tradisional. Proses mengolah bahan baku mintu juga seperti pada proses awal membuat kopiah songkok akan tetapi dalam proses pembuatan kopiah haji berbeda dengan kopiah songkok. Menganyam kopiah haji diawali dengan menganyam dasar bulat yang merupakan pada bagian atas kopiah haji, kemudian menganyam pada penutup bentuknya bundar yang disesuaikan dengan ukuran kepala, sambil menganyam

30 50 penutup dari kopiah haji itu, dimulailah memvariasikan warna mintu pada penutup kopiah haji terakhir dari itu ujung dari anyaman dirawang agar supaya tali mintu yang dianyam tidak lepas. Setelah menghasilkan produk dari kopiah haji maka langkah terahir yang dilakukan yaitu finishing, memberi vernis pada kopiah haji ataupun hanya menggunakan warna mintu alami. Gambar 15. Menganyam dasar pada kopiah Haji Sumber: Titik Mustikowati (43:2012) Foto. Repro. Penulis Gambar di atas menunjukan menganyam dasar kopiah haji, nampak terlihat lidi mintu dibentuk bulat kemudian tali mintu di anyam silang pada lidi mintu yang sudah dibentuk, sehingga dari anyaman dasar tersebut akan membentuk bagian alas kopiah haji bentuk bulat.

31 51 Gambar 16. Kopiah keranjang berbentuk bulat (kopiah haji) Sumber: koleksi Hadjirah. Foto:penulis 11/11/2013. Dari gambar di atas dapat dianalisis kopiah ini berbentuk bulat, dilihat dari ukurannya kopiah haji ini disesuaikan dengan ukuran kepala seseorang, nampak tali mintu yang saling silang menyilang pada lidi mintu, dari persilangan tali mintu menghasilkan lubang-lubang kecil yang terlihat dari kopiah haji, diikuti juga variasi warna mintu pada kopiah haji yang membentuk motif-motif kecil yang sejajar. Fungsi dari karya tersebut yaitu merupakan penutup kepala yang dipakai untuk keperluan masyarakat khususnya agama Islam yang melaksanakan ibadah.

32 52 Gambar 17. Kopiah keranjang dengan berbagai variasi Sumber: koleksi karya Hadjirah. Foto: Penulis. 11/11/2013 Gambar 18. Kopiah keranjang Haji dengan berbagai variasi. Sumber. Koleksi karya Hadjirah. Foto: Penulis, 11/11/2013.

33 Kategori II Topi ( ) Tahun 1984, Hadjirah kembali mengalami perkembangan terhadap karyakaryanya dari karya yang sebelumnya. Meski saat itu Hadjirah tetap mengerjakan karya-karya lamanya. Perkembangan yang terjadi tidak lain adalah pengaruh dari lingkungan masyarakat. Pada tahun inilah Hadjirah membuat anyaman mintu yaitu Sapeo karanji atau biasa disebut topi koboi keranjang. Alat dan bahan Menganyam Pengolahan bahan baku Menbuat dasar anyaman. Membuat penutup sapeo bentuk bulat Membuat lebar pinggiran sapeo Memvariasikan mintu Warna mintu alami Finishing PRODUK Vernis sesuai pemesan Gambar 19. Bagan proses membuat Sapeo karanji dan topi. Sumber. Hasil penelitian, Dari bagan di atas maka dapat dianalisis proses membuat anyaman sapeo karanji. Pembuatan anyaman sapoe karanji masih menggunakan mintu sebagai bahan baku utama. Kesiapan alat dan bahan maupun proses pengolahan bahan baku siap anyam masih seperti pengolahan yang pada awalnya, akan tetapi dalam

34 54 proses pembuatan anyaman sapeo karanji berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Bentuk dari sapeo karanji itu yang dapat membedakan proses pembuatan sapeo karanji dengan karya-karya sebelumnya. Hal itu menunjukan meski pengolahan bahan masih sama seperti pada awalnya, akan tetapi proses pembuatan sapeo karanji yang membedakan antara sapeo karanji dengan karyakarya sebelumnya. Proses menganyam sapeo karanji diawali dengan membuat dasar anyaman bulat, karena sapeo karanji juga bentuknya mirip seperti kopiah haji tetapi sapeo karanji memilki pingiran yang lebar yang ada pada penutup sapeo karanji. Setelah menganyam dasar atau merupakan alas dari sapeo karanji tersebut maka dilanjutkan menganyam pada penutup dari sapeo karanji, disamping menganyam penutupnya dilanjutkan dengan memvariasikan warna mintu dari memvariasikan mintu maka timbul motif-motif pada bagian penutup sapeo karanji. Kemudian setelah selesai menganyam penutup maka dilanjutkan dengan membuat pinggiran yang ada pada sapeo karanji setelah itu terbentuk menjadi sapeo karanji terakhir dilakukan merawang ujung anyaman mintu. Langkah terakhir dari proses menganyam sapeo karanji yaitu finishing, pemberian vernis pada sapeo karanji ataupun hanya menggunakan warna alami dari mintu.

35 55 Gambar 20. Sapeo Karanji (koboi) Sumber: Koleksi karya Hadjirah. Foto: Penulis, 11/11/2013. Gambar di atas dapat analisis gambar tersebut merupakan bentuk dari sapeo karanji. Dilihat secara keseluruhan bentuk dari sapeo karanji bentuknya bulat memiliki pinggiran yang lebar, warna mintu yang dipadukan. Nampak barisabarisan tali mintu yang saling silang menyilang, dari mintu yang saling menyilang terdapat lubang atau celah kecil yang ada pada sapeo karanji. Nampak juga variasi warna mintu pada penutup sapeo karanji yang berbaris rapi sehingga dari variasi itu menimbulkan motif bulatan-bulatan kecil. Fungsi dari sapeo karanji sebagai penutup kepala yang bisa digunakan saat-saat santai. Pada tahun yang bersamaan karya Hadjirah mengalami perkembangan yang dari sapeo karanji menjadi peci karanji. Karya tersebut masih tetap penutup kepala, tetapi penutup kepala yang dibuat pada tahun itu adalah peci karanji yang biasanya disebut topi. Proses membuat topi ini juga tentu berbeda dengan karyakarya yang telah dibuat Hadjirah sebelumnya. Akan tetapi proses pengolahan

36 56 bahan baku masih seperti yang pada awalnya karena bahan yang dipakai tetap bahan baku mintu. Proses membuat peci karanji diawali dengan menganyam dasar bulat mirip seperti yang dikerjakan pada sapeo karanji dan kopiah haji. Melihat dari ketiga karya itu nampak mengayam dasar hampir sama, tetapi proses pembuatannya secara keseluruhan sangat berbeda karena peci karanji bentuknya bulat tetapi memiliki pingiran yang melengkung kedepan, bentuk iulah yang membedakan proses membuat anyama peci karanji dengan karya lainnya. Melewati proses menganyam dasar pada peci karanji maka langkah selanjutnya menganyam penutup peci sambil memvariasikan warna mintu. Setelah jadi alas dan penutupnya maka dilanjutkan untuk menganyam pinggiran yang bentuknya melengkung kedepan dan terakhir yaitu merawang mintu. Gambar 21. Tampak depan Peci Karanji (topi) Sumber: koleksi Hadjirah. Foto.Penulis, 11/11/2013.

37 57 Gambar 22. Tampak samping Peci karanji (topi) Sumber: koleksi Hadjirah. Foto:penulis, 11/11/2013. Melihat bentuk gambar di atas dapat dianalisis gambar tersebut merupakan penutup kepala dalam bentuk topi, bentuk topi bundar disesuaikan ukuran kepala seseorang dan memiliki pinggiran di bagian depan topi tersebut, dari isi topi tersebut nampak lidi mintu saling mengikat satu sama lain dengan memvariasikan warna mintu coklat dan hitam sehingga membentuk motif-motif dari variasi mintu tersebut. Secara keseluruhan topi ini difungsikan sebagai penutup kepala Kategori III Souvenir ( ) Karya ketiga atau karya terakhir dari Hadjirah membuat souvenir. Pembuatan souvenir ini hanya memanfaatkan sisa-sisa dari bahan baku mintu. Meski pada tahun itu Hadjirah membuat suovenir ia juga tetap mengerjakan karya-karya sebelumnya. Produk souvenir ini merupakan bentuk kecil dari karya-karya yang telah dibuat sebelumnya oleh Hadjirah.

38 58 Proses membuat souvenir juga berbeda dengan karya-karya sebelumnya meski souvenir ini sama bentuknya. Dalam menganyam souvenir juga diawali dengan membentuk anyaman dasar bulat. Teknik menganyam souvenir saling silang menyilang pada lidi mintu, tetapi karena souvenir ukurannya kecil sehingga anyaman pada souvenir terlihat sangat kecil dan rapat. Pada langkah akhir dari membuat souvenir tersebut produknya diberi vernis agar permukaan mintu tidak terlihat kasar. Gambar 23. Souvenir Sumber. Koleksi. Foto: penulis. 11/11/2013 Berdasarkan gambar di atas menunjukan souvenir dalam bentuk anyaman mintu. bentuk souvenir bulat memiliki pingiran yang lebar. Souvenir berukuran kecil, nampak terlihat mintu yang berwarna coklat dan hitam yang dipadukan sehingga dengan perpaduan warna mintu terlihat motif pada pingiran souvenir tersebut yang merupakan perpaduan antara mintu warna cokelat dan hitam. Nampak pada bibir atau ujung anyaman souvenir dirawang dengan mintu warna

39 59 coklat yang memperlihatkan keunikan souvenir tersebut. Dapat dilihat juga rantai yang mengantung pada souvenir, menandakan bahwa karya ini dapat difungsikan sebagai cendramata pada acara atau kegiatan-kegiatan berlangsung. Dari karya yang merupakan kategori pertama sampai ketiga maka dapat dilihat perbedaan proses pembuatannya paling menonjol yaitu bentuk dari karya itu sendiri, meski mengalami proses yang sama pada pengolahan bahan baku serta teknik menganyam serupa, akan tetapi proses pembuatnnya sangat berbeda. Seperti pada songkok anyaman dasarnya berbentuk bulat persegi berbeda dengan kopiah haji, sapeo karanji, dan peci karanji, dari ketiga karya itu anyaman dasarnya berbentuk bulat tetapi. Meski sama proses awal dalam menganyam tidak menghasilakan karya yang sama akan tetapi berbeda karena, bentuk dari kopiah haji hanya menghasilkan bentuk bulat, sapeo karanji bentuk dasarnya bulat tetapi memiliki pinggiran yang lebar pada penutupnya, sedangkan peci karanji bentuk dasarnya bulat tetapi pada bagian depan peci karanji memiliki pinggiran yang bentuknya melengkung kedepan. Dan karya terahir yaitu souvenir hanya merupakan ukuran kecil dari karya-karya yang dibuat dalam ukuran besar, meski souvenir bentuk kecil proses membuatnya pun berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Hal itu dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan karya pertama dan akhir meski mengalami proses pembuatan awal yang serupa tetapi tidak menghasilkan karya yang sama.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Sejarah Singkat Anyaman Kopiah Keranjang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Sejarah Singkat Anyaman Kopiah Keranjang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Sejarah Singkat Anyaman Kopiah Keranjang Kerajinan anyaman kopiah keranjang yang terletak di Dusun Diata Desa Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka. Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan

BAB II Tinjauan Pustaka. Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan 6 2.1 Tinjauan Tentang Biografi 2.1.1 Pengertian Biografi BAB II Tinjauan Pustaka Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kerajinan anyam di Indonesia sudah banyak digemari oleh para turis dalam dan luar negeri. Karena kerajinan anyam ini sudah berkembang, bentuk kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI DINAMIKA PROSES AKSI. Meningkatkan Kreativitas Buruh Tani Perempuan dalam Inovasi. Pemanfaatan Pandan Duri

BAB VI DINAMIKA PROSES AKSI. Meningkatkan Kreativitas Buruh Tani Perempuan dalam Inovasi. Pemanfaatan Pandan Duri BAB VI DINAMIKA PROSES AKSI Meningkatkan Kreativitas Buruh Tani Perempuan dalam Inovasi Pemanfaatan Pandan Duri Pandan duri merupakan salah satu tanaman yang tumbuh subur di Dusun Banyulegi. Hampir di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1997: 5) tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang merambat panjangnya

BAB I PENDAHULUAN. (1997: 5) tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang merambat panjangnya 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai jenis tumbuhtumbuhan. Berbagai jenis tumbuhan tersebut memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, salah satu jenis

Lebih terperinci

Buchari. et al. Peningkatan Mutu Produk Kelompok Usaha Pengrajin Eceng Gondok

Buchari. et al. Peningkatan Mutu Produk Kelompok Usaha Pengrajin Eceng Gondok PENINGKATAN MUTU PRODUK KELOMPOK USAHA PENGRAJIN ECENG GONDOK DI DESA SEMULA JADI KEC. DATUK BANDAR TIMUR KOTA TANJUNG BALAI DENGAN PERBAIKAN TEKNOLOGI PRODUKSI PADA PROSES FINISHING PRODUK Buchari, Afan

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN 1. Lingkungan Hidup a. Limbah Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan dari industry maupun domestik ( rumah tangga

Lebih terperinci

merupakan transpormasi dari naskah/kitab sastra, seeperti: kakawin, kidung dan sebagainya,

merupakan transpormasi dari naskah/kitab sastra, seeperti: kakawin, kidung dan sebagainya, Proses Pembuatan Prasi I Oleh Drs. I Nyoman Wiwana, dosen PS Seni Rupa Murni Seni lukis prasi merupakan salah satu karya seni rupa tradisional Bali, termasuk warisan budaya nenek moyang yang memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan ekonomi bebas saat ini, setiap negara terutama negara-negara yang sedang berkembang diharapkan mampu

Lebih terperinci

PELATIHAN MEMBUAT ASESORIS RUMAH TANGGA DARI KERAJINAN ANYAMAN DAUN LONTAR PADA REMAJA PUTRI PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN MARIORIAWA KABUPATEN SOPPENG

PELATIHAN MEMBUAT ASESORIS RUMAH TANGGA DARI KERAJINAN ANYAMAN DAUN LONTAR PADA REMAJA PUTRI PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN MARIORIAWA KABUPATEN SOPPENG PKMM-1-11-2 PELATIHAN MEMBUAT ASESORIS RUMAH TANGGA DARI KERAJINAN ANYAMAN DAUN LONTAR PADA REMAJA PUTRI PUTUS SEKOLAH DI KECAMATAN MARIORIAWA KABUPATEN SOPPENG Yuyun Setiawan, Muh. Faisal, Andi Marenda,

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES DAN PELAKSANAAN PROGRAM. dilakukan. Hal pertama yang dilakukan adalah melihat kondisi sekitar

BAB III DINAMIKA PROSES DAN PELAKSANAAN PROGRAM. dilakukan. Hal pertama yang dilakukan adalah melihat kondisi sekitar BAB III DINAMIKA PROSES DAN PELAKSANAAN PROGRAM A. Proses Pendampingan 1. Inkulturasi Tahapan awal yang dilakukan yaitu inkulturasi. Melakukan observasi langsung ke tempat tujuan dimana proses pendampingan

Lebih terperinci

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alas kaki atau lebih dikenal dengan sebutan sepatu/sandal adalah bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjang segala kegiatan, bukan hanya menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan, yang biasanya selalu dilakukan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Penelitian a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Dusun Raiy terletak di Desa Raja Kecamatan Ngabang kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kriya merupakan seni kerajinan tangan yang menghasilkan sebuah karya yang memiliki manfaat dan kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Kriya sebagai media ekspresi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Pengertian Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai macam budaya dan karya seni, diantara beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. Beberapa seni kerajinan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESAIN SOUVENIR DAN AKSESORISDARI KULIT SALAK DI INDUSTRI KERAJINAN Q-SAL CRAFT

PENGEMBANGAN DESAIN SOUVENIR DAN AKSESORISDARI KULIT SALAK DI INDUSTRI KERAJINAN Q-SAL CRAFT PENGEMBANGAN DESAIN SOUVENIR DAN AKSESORISDARI KULIT SALAK DI INDUSTRI KERAJINAN Q-SAL CRAFT Oleh : Widyabakti Sabatari, M.Sn Staf Pengajar di Jurusan PTBB Prodi Teknik Busana FT UNY Materi yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA IV. Kajian Estetika Feldman Kajian motif bunga mawar pada kelom geulis Sheny menggunakan teori Estetika Feldman, untuk mengkaji objek

Lebih terperinci

BAB II. METODE PERANCANGAN

BAB II. METODE PERANCANGAN BAB II. METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Sepatu wedges memiliki ciri tersendiri yaitu terdapat pada bagian solnya yang tebal dan mengikuti tapak kaki wanita. Sepatu wedges memberikan efek tinggi saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR

PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR PKMM-1-10-1 PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR A. Syamsul Asti, Andi Fajar Asti, Supriadi, R Universitas Negeri Makassar, Makassar ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN

BAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN BAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN 2.1 Pengertian Biografi Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak antara lintang selatan dan. serta Kabupaten Demak di Selatan. Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena

BAB I PENDAHULUAN. terletak antara lintang selatan dan. serta Kabupaten Demak di Selatan. Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepara adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten terletak antara lintang selatan dan bujur timur yang berbatasan dengan Laut Jawa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buangan yang disebut sampah atau limbah. Laju produksi limbah akan terus

BAB I PENDAHULUAN. buangan yang disebut sampah atau limbah. Laju produksi limbah akan terus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengingat perekonomian Indonesia yang mengalami pasang surut, menuntut masyakarat agar lebih berusaha keras untuk lebih keras mencari nafkah guna mencukupkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni tradisi yang tumbuh dan berkembang di setiap daerah di Indonesia awal mulanya berasal dari kebiasaan dan adat-istiadat nenek moyang bangsa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya, kekayaan budaya yang dimiliki bangsa ini terdapat disetiap daerah terdiri dari keragaman

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Sepatu sebagai sebuah produk yang telah banyak tersebar luas di dunia memiliki tempat tersendiri di hati orang-orang yang menggemari sepatu. Sepatu tidak hanya

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Chantiqa Handycraft merupakan suatu jenis usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan 149 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan imajinasi keindahan telah direspon positif oleh masyarakat sebagai apresiator dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung karya ( Van De Ven, 1995:102 ) seperti figure manusia, tokoh

BAB I PENDAHULUAN. pendukung karya ( Van De Ven, 1995:102 ) seperti figure manusia, tokoh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Boneka adalah salah satu karya seni yang berupa macam-macam bentuk, Bentuk ini merupakan organisasi atau satu kesatuan, atau komposisi dari unsurunsur pendukung

Lebih terperinci

PEMBINAAN KELOMPOK UPPKS WANITA MANDIRI DALAM

PEMBINAAN KELOMPOK UPPKS WANITA MANDIRI DALAM PEMBINAAN KELOMPOK UPPKS WANITA MANDIRI DALAM PEMBUATAN HANDICRAFT DENGAN MEMANFAATKAN BARANG BEKAS SUATU UPAYA PENINGKATAN PEREKONOMIAN KELUARGA DI KOTA TEBING TINGGI Herlina Jasa Putri Harahap Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Kalimantan Barat adalah tenun ikat Dayak. Tenun ikat Dayak merupakan salah satu kerajinan tradisional yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Ide/Gagasan Perancangan 1. Ide/Gagasan Benyamin s Days merupakan acara sederhana yang didedikasikan untuk Alm. Benyamin Sueb sebagai wujud penghargaan kami terhadap Alm. Benyamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Peranan bagi wanita secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mulia dan dijunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan yang tumbuh di negara kita. Dalam bidang seni kerajinan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya BAB III METODE PENCIPTAAN Pengolahan ide berkarya adalah proses pengolahan konsep, selanjutnya terwujudkan kedalam sebuah karya yang dimulai dengan mengolah rasa, kepekaan, memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai jenis kain tradisional yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan kain-kain tersebut termasuk salah satu bagian dari kesenian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah 181 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Terdapat beberapa kesimpulan yang diperoleh peneliti sebagai jawaban dari setiap

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Nisa Apriyani, 2014 Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Nisa Apriyani, 2014 Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Objek karya seni sangat bermacam-macam, ini sangat tergantung pada ketertarikan seniman tersebut dalam memilih objek.bukan hal kebetulan bahwa penulis sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya musik sangat berkaitan penting dengan keberadaan tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya musik sangat berkaitan penting dengan keberadaan tradisi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk berkreasi. Manusia berkreasi melalui cara dan media yang berbeda sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.

Lebih terperinci

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah Perkembangan bisnis fashion yang semakin bervariatif, ternyata mendorong para muslimah di Indonesia untuk berkarya menciptakan kreasi jilbab baru dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango 17 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango Ngango lo huwayo merupakan salah satu kelengkapan adat dalam pelaksanaan upacara adat. Ngango lo huwayo digunakan

Lebih terperinci

Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda)

Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda) Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda) Saya rasa bentuk kerajinan tangan anak (prakarya) dari daun kelapa muda (janur) ini merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar desain kemasan toko cemilan Abang None adalah dengan membuat packaging untuk produk makanan khas betawi cemilan Abang None yang terlanjur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk dan motif yang bevariasi sehingga bentuk dan motif tidak kelihatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk dan motif yang bevariasi sehingga bentuk dan motif tidak kelihatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anyaman 2.1.1 Pengertian Anyaman Kerajinan anyaman merupakan kerajinan tradisional yang masih ditekuni sampai saat ini. Di samping banyak kegunaannya juga karena unsur kemudahaannya.

Lebih terperinci

Ini Dia Si Pemakan Serangga

Ini Dia Si Pemakan Serangga 1 Ini Dia Si Pemakan Serangga N. bicalcarata Alam masih menyembunyikan rahasia proses munculnya ratusan spesies tanaman pemakan serangga yang hidup sangat adaptif, dapat ditemukan di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Pengaruh era globalisasi sangat terasa di berbagai sendi kehidupan bangsa Indonesia, tidak terkecuali di Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan pembangunan industri di era globalisasi ini bertujuan untuk menyediakan bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Seperti yang dihasilkan oleh pengerajin karya Saf Handycraft yang ada

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Seperti yang dihasilkan oleh pengerajin karya Saf Handycraft yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menumpuknya hasil penebangan pohon menghasilkan limbah potonganpotongan yang tidak terpakai misalnya, hasil pemotongan kayu gelondongan yang diambil tengahnya,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 123 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data-data dan pembahasan pada bab sebelum ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Karakteristik dan Kondisi Industri Tenun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan

Lebih terperinci

2013 PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TARI DI SANGGAR FAMILY SUKAJADI BANDUNG

2013 PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TARI DI SANGGAR FAMILY SUKAJADI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam makna yang umum mengandung pengertian sebagai komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan, yang disusun untuk menumbuhkan kegiatan belajar. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Kain Karawo Di Desa Tabongo Barat Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo terdapat empat kelompok pengrajin, kelompok pertama diketuai oleh Ibu Sarta Talib terdiri

Lebih terperinci

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU 2.1. Kain Batik Basurek Bengkulu Kain Basurek merupakan salah satu bentuk batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan dari generasi

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN Pengabdian Masyarakat

LAPORAN Pengabdian Masyarakat LAPORAN Pengabdian Masyarakat Pelatihan dan Pendampingan Pengelolaan Usaha Kerajinan Ibu- Ibu PKK Dukuh Pranti Gadingharjo Oleh: Lela Hindasah, SE, M.Si EKONOMI/MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

2015 APLIKASI KARAKTER MONSTER DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CROCHET PADA PRODUK TAS REMAJA PUTRI

2015 APLIKASI KARAKTER MONSTER DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CROCHET PADA PRODUK TAS REMAJA PUTRI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Rajut sering diidentikkan dengan kegiatan nenek-nenek yang duduk di kursi goyang, karena merajut merupakan kegiatan yang bisa menjadi hobi atau kegemaran

Lebih terperinci

Kerajinan Fungsi Hias

Kerajinan Fungsi Hias Kerajinan Fungsi Hias KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perekonomian merupakan masalah yang paling menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perekonomian merupakan masalah yang paling menarik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah perekonomian merupakan masalah yang paling menarik untuk diperbincangkan terutama dikalangan elite khususnya para pebisnis. Terbukanya globalisasi aktivitas

Lebih terperinci

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai yang cukup dominan dalam kultur berbagai bangsa menyatakan bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam masyarakat peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harus diakui saat ini para wisatawan berkunjung ke suatu daerah di

BAB I PENDAHULUAN. Harus diakui saat ini para wisatawan berkunjung ke suatu daerah di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Harus diakui saat ini para wisatawan berkunjung ke suatu daerah di Indonesia tidak hanya untuk menikmati keindahan alam atau panoramanya saja. Lebih daripada itu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1 Profil Keluarga Dampingan Program Pendampingan Keluarga (PPK) merupakan program unggulan yang dikembangkan sebagai muatan lokal dalam pelaksanaan program KKN

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS USAHA KAIN FLANEL

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS USAHA KAIN FLANEL KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS USAHA KAIN FLANEL Nama : Esti Hadi Kusmawan NIM : 11.02.7914 Kelas : 11.D3MI.01 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Pada kesempatan dalam pembuatan makalah ini, yang berkaitan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang i ii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii DAFTAR ISI...iii RINGKASAN...iv BAB I. PENDAHULUAN...1 BAB 2. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA...3 BAB 3. METODE PELAKSANAAN...4 BAB 4. JADWAL KEGIATAN...6

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Tembikar merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang penting dalam mempelajari kehidupan manusia masa lalu. Berbagai informasi dapat diperoleh dari artefak berbahan tanah liat ini, mulai

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA PENGRAJIN SULAM DI KEC. TANGGULANGIN KAB. SIDOARJO

PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA PENGRAJIN SULAM DI KEC. TANGGULANGIN KAB. SIDOARJO PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA PENGRAJIN SULAM DI KEC. TANGGULANGIN KAB. SIDOARJO 1 Rr. Herini Siti Aisyah, 2 Dewi Amartani 1 Universitas Airlangga Surabaya 2 Universitas Bhayangkara Surabaya herini@fh.unair.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

Maulana Achmadi, Lisna Pekerti, Rizky Musfiati, Siti Juwariyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

Maulana Achmadi, Lisna Pekerti, Rizky Musfiati, Siti Juwariyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin PKMK-2-9-2 PENYULUHAN DAN PELATIHAN PENGRAJIN KAIN SASIRANGAN DI KELURAHAN SEBERANG MESJID KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH KOTA BANJARMASIN DALAM RANGKA PENINGKATAN MUTU DAN KUALITAS SASIRANGAN Maulana Achmadi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan hingga saat

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Sunda atau Tanah Pasundan yang penuh dengan budaya dan tradisi, mulai dari sistem pernikahan, musik tradisional, wayang kulit, wayang golek, permainan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya memenuhi kebutuhan hidup manusia merupakan tahap paling menentukan bagi perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dengan perkataan lain dapat diterangkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KARYA

BAB IV ANALISIS KARYA 42 BAB IV ANALISIS KARYA Karya 1 Gambar 4.1 Judul : Momen 1 Edisi : 3/5 Tahun : 2016 Karya pertama ini merupakan salah satu momen bahagia dalam keluarga dimana ada sepasang suami istri yang tidak sabar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak zaman dahulu selalu melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dari kebutuhan pokok hingga kepuasan batin. Banyak teori yang mengemukakan

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Cetak Saring Desain Motif Karakter Visual Ragam Hias Flora Fauna Perancangan Desain Motif Tekstil Cinderamata dengan Penerapan Ragam hias relief candi

Lebih terperinci