Y ij = µ + τ i + ε ij.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Y ij = µ + τ i + ε ij."

Transkripsi

1 10 menggunakan parafin cair dilakukan pada suhu 60 o C selama 4 kali masing-masing selama 30 menit. Sebelum pencetakan cetakan dicuci dengan campuran etanol 96%, xilol, dan air. Pencetakan dilakukan dengan penuangan parafin panas dalam blok cetakan sebanyak setengah cetakan dengan alat Tissue Tec. Potongan hati dimasukkan secara perlahanlahan agar tidak menyentuh dasar cetakan lalu ditutup lagi dengan parafin cair. Setelah beku, organ dalam parafin tersebut dipotong dengan alat mikrotom setebal 4-5 μm. Potongan yang diperoleh dimasukkkan ke dalam air hangat (40 o C) untuk melelehkan parafin, kemudian diletakkan dalam kaca objek. Potongan tadi dikeringkan dalam oven inkubator bersuhu 56 o C selama satu malam. Tahap pewarnaan Haematoxylin Eosin (HE) dilakukan setelah diparafinisasi, yaitu preparat direndam menggunakan xilol I dan xilol II masing-masing selama 2 menit, rehidrasi dengan etanol absolut selama 2 menit, kemudian dengan etanol 96% dan 80% masing-masing selama 1 menit, dan dicuci dengan air mengalir. Kemudian preparat direndam dalam pewarnaan Mayer s Haemotoxylin selama 8 menit, dicuci dengan air mengalir, dimasukkan ke dalam LiCl selama 30 detik, dan dicuci lagi dengan air mengalir. Kemudian irisan preparat diberi pewarna eosin selama 2-3 menit, lalu dicuci. Setelah itu, irisan hati dicelupkan dalam etanol 96% dan absolut I masing-masing sebanyak 10 kali dan diteruskan dengan etanol absolut II selama 2 menit, xilol I selama 1 menit dan xilol II selama 2 menit. Setelah diangin-anginkan beberapa saat, preparat yang telah diwarnai tersebut kemudian diberi permounting medium dan ditutup dengan kaca penutup. Setelah terbentuk sediaan histologi, kemudian dilakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada sel-sel hati dengan menggunakan mikroskop cahaya. Pengamatan Histopatologi Hati (Kiernan 1990) Pengamatan kerusakan sel hepatosit yang meliputi nekrosis, degenerasi butir, degenerasi lemak, oedema sirosis, dan pendarahan dilakukan dengan cara pemberian skoring lesio organ hati, yaitu sebagai berikut: 0: normal (tidak ada perubahan spesifik) 1: kerusakan 25% dari daerah pandang 2: kerusakan 25-50% dari daerah pandang 3: kerusakan 50-75% dari daerah pandang 4: kerusakan % dari daerah pandang Analisis Data (Gaspersz 1994) Pengamatan terhadap kadar enzim ALT dan AST dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yaitu uji analysis of Varian (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α=0.05. Sedangkan pengamatan histopatologi jaringan hati dilakukan dengan menggunakan cara skoring lesio, selanjutnya data dievaluasi dengan menggunakan analisis statistik nonparametrik Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Duncan. Seluruh data tersebut dianalisis menggunakan program perangkat lunak statistical analysis system (SAS). Model RAL adalah sebagai berikut: Y ij = µ + τ i + ε ij. Keterangan: µ = Pengaruh rataan umum τ i = Pengaruh perlakuan ke-i, i = 1, 2, 3, 4, 5 ε ij = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j, j = 1, 2, 3, 4 Y ij = Pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = 1 adalah perlakuan pemberian pakan standar dan cekok akuades i = 2 adalah perlakuan pemberian pakan standar, akuades, dan parasetamol dosis 500 mg/kg BB i = 3 adalah perlakuan pemberian pakan standar, akuades, parasetamol, dan Curliv-plus dosis 42,86 mg/kg BB i = 4 adalah perlakuan pemberian pakan standar, akuades, parasetamol, dan ekstrak daun kari dosis 200 mg/kg BB i = 5 adalah perlakuan pemberian pakan standar, akuades, parasetamol, dan ekstrak daun kari dosis 300 mg/kg BB HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Rendemen ekstrak etanol:air (1:1) daun kari yang didapat setelah dipekatkan dengan menggunakan vacuum rotavavor adalah 19,2%. Nilai tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ningappa et al. (2008) yaitu sebesar 12%. Hal ini disebabkan oleh modifikasi metode maserasi yang dilakukan yang meliputi lama ekstraksi, jumlah pelarut yang digunakan, dan cara ekstraksi yang dilakukan, yaitu dilakukan secara bertingkat dan dengan bantuan shaker orbital dengan

2 11 kecepatan putar 250 rpm sehingga proses ekstraksi berlangsung optimal dan ekstrak yang didapat menjadi lebih banyak. Sedangkan proses ekstraksi oleh Ningappa hanya dilakukan melalui satu tahap ekstraksi. Tabel 1 menunjukkan hasil uji fitokimia ekstrak etanol:air (1:1) daun kari. Berdasarkan hasil hasil tersebut, ekstrak etanol:air (1:1) daun kari menunjukkan adanya kandungan alkaloid, Saponin, steroid, dan tanin. Hal ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kong et al. (1986); Tee & Lim (1991); Ramsewak et al. (1999); Tachibana et al. (2001); Nakahara et al. (2002); dan Palaniswamy (2003). Berdasarkan uji secara in vitro yang dilakukan oleh Ningappa et al. (2008), menyatakan bahwa ekstrak etanol:air (1:1) daun kari mengandung senyawa antioksidan yang merupakan golongan senyawa polifenol. Menurut Winarti & Nurdjanah (2005), Senyawa fitokimia merupakan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman dan memiliki peranan yang sangat penting bagi kesehatan dan pencegahan terhadap beberapa penyakit degeneratif. Beberapa senyawa fitokimia yang bersifat antioksidan aktif diketahui memiliki fungsi fisiologis adalah karotenoid, fitosterol, saponin, glikosinolat, polifenol, inhibitor protease, monoterpen, fitoestrogen, sulfida, Tabel 1 Uji fitokimia ekstrak etanol:air (1:1) daun kari (Murraya koenigii) Uji Hasil Alkaloid +++ Flavonoid - Fenolik - Saponin ++++ Steroid +++ Tanin ++++ Triterpenoid - Keterangan : Tanda (-) : Tidak terdeteksi Tanda (+) : Adanya intensitas reaksi Alkaloid : Sedikit endapan (+) sampai banyak endapan (++++) Flavonoid : Merah (+) sampai merah tua (++++) Fenolik : Merah (+) sampai merah tua (++++) Saponin : Sedikit busa (+) sampai busa melebihi larutan (++++) Steroid : Hijau muda (+) sampai hijau tua (++++) Tanin : Hijau (+) sampai hijau kehitaman (++++) Triterpenoid : Merah (+) sampai merah tua (++++) dan asam fitat. Senyawa-senyawa tersebut banyak terkandung dalam sayuran, tanaman rempah dan tanaman obat. Menurut Craig (1999), diet yang menggunakan rempahrempah dalam jumlah banyak sebagai penyedap makanan dapat menyediakan berbagai komponen aktif fitokimia yang bermanfaat menjaga kesehatan dan melindungi tubuh dari penyakit kronis. Keadaan Hewan Coba Selama Perlakuan Selama perlakuan secara in vivo, salah satu syarat pada perlakuan hewan coba adalah kondisi hewan harus dalam keadaan sehat. Beberapa parameter yang mudah diamati untuk mengetahui kesehatan hewan coba adalah dengan mengamati peningkatan bobot badan dan konsumsi pakan (Lu 2006). Kondisi tikus yang sehat ini menjadi faktor yang penting karena dapat memperkecil nilai galat percobaan yang terukur ketika memasuki tahap percobaan. Gambar 4 menunjukkan grafik bobot badan (BB) hewan coba selama perlakuan. Pada gambar terlihat jelas bahwa kelompok normal terjadi peningkatan BB tikus yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang lain. Fluktuasi pada BB tikus yang terjadi disebabkan oleh nafsu makan yang berbeda-beda antar satu tikus dengan tikus yang lain. Disamping itu, hal ini disebabkan oleh tikus dipuasakan selama 24 jam sebelum pengambilan darah sehingga terjadi penurunan BB yang cukup drastis. Kelompok KN menunjukkan peningkatan BB terendah jika dibandingkan dengan kelompok yang lain. Hal ini disebabkan oleh salah satu efek pemberian parasetamol yang dapat menurunkan nafsu makan. Menurut Gan (1980), toksisitas parasetamol dapat menimbulkan gejala-gejala anoreksia, mual, muntah, serta sakit perut yang terjadi dalam 24 jam pertama, dan dapat berlangsung terus menerus selama seminggu atau lebih. Gejalagejala inilah yang menyebabkan menurunnya nafsu makan yang berpengaruh terhadap BB hewan coba. Secara keseluruhan, pada semua kelompok terjadi peningkatan BB hewan coba (Tabel 2). Peningkatan ini disebabkan oleh kondisi tikus yang masih berada dalam tahap pertumbuhan (<6 bulan). Peningkatan BB yang paling tinggi ditunjukkan oleh kelompok Normal, yaitu 18,88%. Sedangkan peningkatan terendah ditunjukkan oleh kelompok KN, yaitu 7,97%. Sedangkan pada kelompok KP dan kelompok perlakuan dosis 200 dan dosis 300 terjadi peningkatan bobot tikus secara

3 12 berturut-turut yaitu sebesar 13,42%, 11.81%, dan 12,31%. Gambar 4 Bobot badan hewan coba selama perlakuan Tabel 2 Peningkatan bobot badan hewan coba selama perlakuan Kelompok Bobot (g) Peningkatan awal akhir (%) Normal 232,0 275,8 18,88 KN 238,4 257,4 7,97 KP 228,0 258,6 13,42 ED ,4 257,6 11,81 ED ,0 262,8 12,31 Keadaan Hewan Coba Sebelum Perlakuan Pada hari ke-0 (setelah tikus diadaptasikan/aklimatisasi selama 14 hari), dilakukan analisis serum pada kelima kelompok perlakuan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan normal aktivitas enzim ALT dan AST sebelum perlakuan yang kemudian akan dijadikan keadaan populasi normal. Aktivitas enzim dinyatakan dalam satuan U/L yang berarti bahwa satu unit aktivitas enzim transaminase setara dengan 1 µmol piruvat dan oksaloasetat yang dihasilkan per menit pada kondisis perlakuan. Hasil uji aktivitas enzim ALT dan AST pada hari ke-0 menunjukkan hasil yang seragam dengan rataan aktivitas enzim ALT sebesar 1,96 ± 0,82 U/L dan rataan aktivitas enzim AST sebesar 1,84 ± 0,33 U/L (Tabel 3). Nilai tersebut berada pada kisaran yang sangat rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Cabaud (1956), yang menyatakan bahwa aktivitas normal enzim ALT berada pada kisaran 1 45 U/L dan aktivitas normal enzim AST berada pada kisaran 4 40 U/L. Hal ini menunjukkan bahwa pada hari ke-0 tikus pada semua kelompok percobaan berada pada kisaran normal sehingga dapat disimpulkan bahwa semua tikus dalam kondisi sehat dan tidak terjadi kerusakan pada organ hati. Aktivitas enzim ALT dan AST tersebut, jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan Adji (2004) dan Marliana (2005) menunjukkan hasil yang jauh berbeda. Adji (2004) melaporkan bahwa aktivitas enzim ALT dan AST pada tikus Sprague Dawley sebelum masa percobaan berkisar antara 18,29 29,23 U/L dan 32,0 67,01 U/L. Sedangkan Marliana (2005) menyatakan bahwa sebelum masa percobaan, kadar enzim ALT dan AST pada tikus Sprague Dawley adalah sebesar 16,29 28,55 U/L dan 39,23 71,53 U/L. Perbedaan hasil analisis tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor stres yang dapat terjadi melalui peningkatan aktivitas syaraf simpatik perifer (Arakawa et al. 1966), perbedaan bobot tikus, hemolisis, keadaan fisiologis dan makroenzim yang berbeda, alat dan metode analisis yang digunakan, bahkan perbedaan kit reagen yang digunakan juga dapat mempengaruhi hasil analisis (Hollans & Logan 1966). Tabel 3 Aktivitas enzim ALT dan AST serum darah tikus pada hari ke-0 Kelompok ALT (U/L) AST (U/L) Normal 2,2 ± 1,10 2,0 ± 0,71 KN 2,8 ± 0,84 2,2 ± 1,10 KP 2,6 ± 0,55 2,0 ± 0,71 ED 200 1,2 ± 0,45 1,6 ± 0,55 ED 300 1,0 ± 0,00 1,4 ± 0,55 Rerata 1,96 ± 0,82 1,84 ± 0,33 n = 25 Aktivitas Enzim Transaminase Daya hepatotoksik parasetamol terhadap hati dapat dikaji dari aktivitas enzim ALT dan AST serum darah setelah pemberian dosis toksik. Kerusakan hati dapat menyebabkan produk sekresinya seperti enzim ALT dan AST bebas keluar sel dan masuk ke pembuluh darah sehingga kadar ALT dan AST dalam darah menjadi meningkat bahkan melebihi batas normal. Pada keadaan kronis, aktivitas enzim ALT dan AST dalam darah dapat mengalami peningkatan sebanyak 1-5 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan normal, bahkan menurut Akbar (1995), peningkatan kadar ALT dan AST dapat mencapai 5 hingga 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan normal. Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan hasil analisis aktivitas enzim ALT dan AST serum darah tikus selama perlakuan. Aktivitas enzim ALT pada kelompok normal selama perlakuan dari hari ke-0 hingga hari ke-21

4 13 berkisar antara 2,2 48,2 U/L. Sedangkan aktivitas enzim AST berkisar antara 2,0 142,6 U/L. Berdasarkan Pillichos et al. (2004), nilai aktivitas enzim ALT dan AST normal pada tikus berkisar antara 19,3 68,9 U/L dan 29,8 77,0 U/L. Nilai aktivitas enzim ALT yang diperoleh ini dapat dikatakan berada pada ambang batas normal. Namun, pada aktivitas enzim AST menunjukkan hasil yang jauh berbeda dan lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh keberadaan AST yang tidak hanya dijumpai pada sitosol hati, tetapi juga dijumpai pada otot rangka, pankreas, jantung dan ginjal. Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh darah tikus yang mengalami hemolisis yang dapat dilihat dari warna serum darah yang agak kemerahan sehingga menyebabkan aktivitas enzim AST menjadi lebih tinggi. Hollands & Logan (1966), menyatakan bahwa fenomena hemolisis pada serum darah dapat menyebabkan peningkatan aktivitas enzim AST secara signifikan namun tidak berpengaruh terhadap aktivitas enzim ALT. Menurut Adji (2004), fenomena hemolisis dapat disebabkan oleh mekanisme biokimia, fisik maupun kimia. Oleh karena itu, aktivitas enzim ALT bersifat khas dan spesifik terhadap kerusakan sel hati sehingga merupakan indikator terbaik dalam melihat dan menentukan adanya gangguan fungsi hati walaupun dalam derajat ringan (Stockham & Scoot 2002). Pada kelompok KP dan kelompok perlakuan, obat curliv sebagai pembanding dan ekstrak daun kari diberikan selama 7 hari Gambar 5 Aktivitas enzim ALT selama perlakuan Gambar 6 Aktivitas enzim AST selama perlakuan

5 14 pertama sebelum hati tikus dirusak oleh parasetamol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui khasiat ekstrak dalam melindungi hati terhadap kerusakan akibat pemberian parasetamol dalam dosis toksik pada minggu selanjutnya (minggu ke-2). Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstrak daun kari dan obat curliv yang diberikan tidak bersifat toksik maupun menyebabkan terjadinya gangguan fungsi hati. Hal tersebut terlihat dari aktivitas enzim ALT (Gambar 5) yang secara statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P<0,01) antara hari ke-0 dan hari ke-7 jika dibandingkan dengan kelompok normal (Lampiran 9). Begitu juga dengan kelompok KN (hepatotoksik) yang diinduksi parasetamol belum menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,01) terhadap peningkatan aktivitas ALT. Aktivitas enzim ALT meningkat secara signifikan pada semua kelompok perlakuan terjadi pada hari ke-14 setelah pemberian parasetamol pada minggu ke-2 (Gambar 5). Tabel 4 menunjukkan perubahan aktivitas enzim ALT pada hari ke-14 dan hari ke-21 jika dibandingkan dengan kelompok normal. Pada hari ke-14, aktivitas enzim ALT pada kelompok KN (hepatotoksik) meningkat secara signifikan sebesar 84,82% atau hampir 2 kali jika dibandingkan dengan kelompok normal. Sedangkan peningkatan enzim ALT pada kelompok KP (pembanding), ED200, dan ED300 yaitu sebesar 32,98%, 48,17%, dan 36,13%. Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok KN. Secara statistik, tidak terdapat perbedaan yang nyata (P<0,01) antara ketiga kelompok perlakuan (KP, ED200, dan ED300) tersebut dengan kelompok normal dan berbeda nyata (P<0,01) jika dibandingkan dengan kelompok KN. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian obat curliv dan ekstrak daun kari memberikan pengaruh yang sifnifikan terhadap mekanisme perlindungan hati dari pengaruh radikal bebas akibat pemberian parasetamol selama 7 hari sebelumnya. Pada minggu terakhir perlakuan, ketiga kelompok perlakuan (KP, ED200, dan ED300) kembali dicekok dengan obat curliv dan ekstrak daun kari. Hal ini bertujuan melihat mekanisme perlindungan hati setelah dilakukan pengrusakan dengan parasetamol dosis toksik selama satu minggu sebelumnya. Pada kelompok KN tingkat kerusakan hati semakin bertambah yang ditandai dengan peningkatan aktivitas enzim ALT sebesar 131,95%. Sebaliknya, pada kelompok perlakuan menunjukkan peningkatan aktivitas enzim ALT yang menurun dibandingkan dengan aktivitas enzim ALT minggu sebelumnya, yaitu sebesar 46,67% pada kelompok ED200 dan 34,85% pada kelompok ED300. Bahkan pada kelompok KP, aktivitas enzim ALT lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok normal. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh nyata (P<0,01) terhadap mekanisme perlindungan hati yang diberikan oleh obat curliv maupun ekstrak daun kari. Pengaruh signifikan tehadap mekanisme perlindungan hati ditunjukkan oleh obat curliv dan ekstrak daun kari dosis 300 mg/kg BB. Walaupun ekstrak daun kari dengan dosis 200 mg/kg BB memberikan pengaruh yang nyata namun, secara statistik menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin besar dosis daun kari yang diberikan maka mekanisme perlindungan hati semakin tinggi (Lampiran 9). Gambar 6 menunjukkan hasil analisis aktivitas enzim AST selama perlakuan. Pada gambar tersebut terlihat bahwa peningkatan enzim AST secara signifikan mulai terjadi pada hari ke-7. Tabel 5 menunjukkan peningkatan aktivitas enzim AST pada hari ke-14 dan hari ke-21 dibandingkan dengan kelompok normal. Pada hari ke-14, peningkatan secara signifikan (P<0,01) terjadi pada kelompok KN, yaitu sebesar 82,67 % atau hampir 2 kali jika dibandingkan dengan kelompok normal. Sedangkan pada kelompok KP, ED200, dan ED300 terjadi peningkatan enzim AST sebesar 36,80%, 49,39%, dan 46,73%. Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok KN (hepatotoksik). Hal ini menunjukkan adanya pengaruh mekanisme perlindungan hati terhadap pemberian parasetamol. Namun secara statistik, pengaruh secara signifikan (P<0,01) ditunjukkan oleh kelompok KP yang Tabel 4 Perubahan aktivitas enzim ALT darah tikus pada hari ke-14 dan -21 dibandingkan dengan kelompok normal Kelompok Peningkatan enzim ALT (%) Hari ke-14 Hari ke-21 KN 84,82 b 131,95 c KP 32,98 a -0,02 a ED200 48,17 a 46,47 b ED300 36,13 a 34,85 ab Catatan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (P<0,01) dalam mekanisme perlindungan sel hati.

6 15 diberi obat curliv. Sedangkan kelompok perlakuan ED200 dan ED300 tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap mekanisme perlindungan hati. Aktivitas enzim AST pada hari terakhir perlakuan menunjukkan peningkatan yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan hari ke-14 (Tabel 5). Pada kelompok KN, aktivitas enzim AST menjadi semakin tinggi dan meningkat sebesar 40,53% jika dibandingkan dengan kelompok normal. Sedangkan pada kelompok perlakuan (KP, ED200, dan ED300), aktivitas enzim AST menunjukkan hasil yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok normal, sehingga menunjukkan peningkatan aktivitas enzim AST yang menurun dibandingkan dengan aktivitas enzim AST minggu sebelumnya. Secara statistik, ketiga kelompok perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang nyata (P<0,01) dalam mekanisme perlindungan hati terhadap senyawa radikal bebas (NAPQI) yang merupakan seyawa hasil metabolisme parasetamol. Mekanisme perlindungan tertinggi ditunjukkan oleh kelompok KP (pembanding) yang diberi obat culiv, diikuti dengan kelompok ED300 dan ED200. Hal ini menunjukkan semakin besar dosis daun kari yang diberikan maka semakin besar mekanisme perlindungan hati yang diberikan (Lampiran 11). Mekanisme perlindungan hati oleh ekstrak daun kari diduga disebabkan oleh senyawa aktif yang terkandung didalamnya yang merupakan golongan senyawa antioksidan. Senyawa antioksidan tersebut berperan dalam mengikat maupun menghambat proses oksidasi radikal bebas (NAPQI) dan membentuk senyawa yang stabil sehingga tidak terjadi kerusakan sel hepatosit. Menurut Muragesh et al. (2005), senyawa antioksidan alami secara farmakologi memiliki aktivitas hepatoproteksi. Tabel 5 Perubahan aktivitas enzim AST darah tikus pada hari ke-14 dan -21 dibandingkan dengan kelompok normal Kelompok Peningkatan enzim AST (%) Hari ke-14 Hari ke-21 KN 82,57 c 40,53 b KP 36,80 b - 42,78 a ED ,39 bc - 12,62 a ED ,73 bc - 18,65 a Catatan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (P<0,01) dalam mekanisme perlindungan sel hati. Gambaran Histopatologi Hati Hasil uji histopatologi jaringan menunjukkan adanya kerusakan yang terjadi terutama pada jaringan hati tikus yang diinduksi parasetamol (Gambar 7B). Pada keadaan normal, hati tersusun atas lobuluslobulus. Sel hepatosit dalam lobulus tersusun rapi seperti melingkar (radial) menuju pusat vena sentralis. Batas antara tiga lobulus yang berdekatan membentuk segitiga Kiernan yang terdiri dari vena, saluran empedu, dan arteri (Gambar 7A). Berbeda dengan kelompok normal, kelompok KN (hepatotoksik) yang dicekok dengan parasetamol mengalami kerusakan hati yang cukup signifikan. Kerusakan jaringan hati meliputi degenerasi butir, nekrosis, vakuolisasi, sel apoptosis, haemorrhagi, dan degenerasi lemak yang merata diseluruh jaringan. Terjadinya degenerasi lemak disebabkan adanya serangan radikal bebas yang menyebabkan peroksidasi lipid. Sel hati juga mengalami pendarahan yang merata diseluruh jaringan dan adanya kematian sel yang dapat terlihat dari mengecilnya atau bahkan hilangnya inti sel. Batas antar sel dan bentuk radial sel hepatosit dalam lobulus hati juga tidak terlihat dan seolah-olah menjadi tidak teratur. Hasil penelitian serupa juga menunjukkan bahwa metabolit toksik asetaminofen (NAPQI) menyebabkan kerusakan mitokondria (Burham & Harman 1991). Pada kelompok KP (Gambar 7C), gambaran histologi hati menunjukkan keadaan yang serupa dengan keadaan normal. Hal ini menunjukkan bahwa obat curliv memberikan pengaruh terhadap mekanisme perlindungan hati. Hal ini terlihat pada gambar yang menunjukkan adanya regenerasi sel hepatosit. Selain disebabkan oleh regenerasi secara alami Perbaikan sel hepatosit diduga dipengaruhi oleh zat kimia aktif yang terkandung didalam obat curliv, yang meliputi silymarin, schizandrae, curcuma, radix, kolin bitartrat, dan vitamin B6. Gambaran histopatologi hati ini menguatkan analisis aktivitas enzim ALT dan AST pada akhir perlakuan yang mencapai batas normal. Berdasarkan analisis aktivitas enzim ALT dan AST serum darah tikus, pemberian ekstrak daun kari menunjukkan adanya mekanisme perlindungan hati. Namun, gambaran histologi hati pada kedua dosis menunjukkan hasil yang berbeda. Pada ED200 (Gambar 7D) perbaikan sel hepatosit yang terjadi tidak begitu berarti. Pada perlakuan ini kerusakan sel hepatosit masih

7 16 terlihat adanya degenerasi butir dan degenerasi lemak, tetapi tidak sebanyak pada kelompok hepatotoksik. Namun, sebagian sel hepatosit normal mulai terlihat dari inti sel yang tampak jelas. Hal ini menandakan bahwa adanya proses menuju regenerasi walaupun belum signifikan. Sedangkan pada pemberian ED300 (Gambar 7E) mampu mengembalikan sel-sel hepatosit menjadi normal kembali. Hal ini terlihat dari sel hepatosit yang menjadi lebih teratur dengan batas antar sel serta bentuk radial dalam lobulus sudah mulai terlihat. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis (Tabel 6) yang dilanjutkan dengan uji Duncan menunjukkan bahwa efek perlindungan hati paling baik diberikan oleh ED300 dan obat curliv. Kolompok KN (hepatotoksik) memberikan nilai yang sangat berbeda nyata (P<0,05) jika dibandingkan dengan kelompok normal. Sebaliknya, tidak terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) antara kelompok perlakuan (KP, ED200, dan ED300) dan kelompok normal. Namun, jika dibandingkan antara ketiga perlakuan tersebut dengan kelompok hepatotoksik, kelompok ED300 dan Gambar 7 Gambaran sel hati tikus. A) Perlakuan normal. Sel hati normal dengan inti sel yang berukuran normal (n). B) Pemberian parasetamol 500 mg/kg BB. Sel hati mengalami nekrosis (nk) C) Pemberian curliv-plus 42,86 mg/kg BB dan parasetamol 500 mg/kg BB. Regenerasi sel hati (r). D) Pemberian ekstrak daun kari 200 mg/kg BB dan parasetamol 500 mg/kg BB. Vakuolisasi sel hati (v). E) Pemberian eksrak daun kari 300 mg/kg BB dan parasetamol 500 mg/kg BB. Tidak ada kelainan spesifik dan sel hati berukuran normal (n). Objektif HE. x200

8 17 KP memberikan pengaruh yang signifikan dalam mekanisme perlindungan hati. Sedangkan ED200 belum menunjukkan hasil yang signifikan, walaupun secara statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil uji histopatologi hati memberikan informasi yang sama dengan hasil analisis aktivitas enzim ALT dan AST, yaitu efek hepatoprotektor dari ekstrak etanol:air (1:1) daun kari dapat melindungi sel hati tikus yang diinduksi parasetamol serta dapat mengurangi dan memperbaiki kerusakan hati. Tabel 6 Hasil uji Kruskal-Wallis kelainan histopatologi hati Kelompok Skor kerusakan Normal 11,70 ab KN 23,00 c KP 09,80 ab ED ,50 b ED ,00 a Catatan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai berbeda nyata (P<0,05) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ekstrak etanol:air (1:1) daun kari mengandung senyawa alkaloid, saponin, steroid, dan tanin. Pemberian Ekstrak etanol:air (1:1) daun kari dapat melindungi sel hati tikus yang diinduksi parasetamol serta dapat mengurangi dan memperbaiki sel-sel hepatosit hati yang mengalami kerusakan. mekanisme perlindungan hati secara signifikan (P<0,01) terjadi pada pemberian ekstrak daun kari dosis 300 mg/kg BB dan pemberian obat curliv-plus sebagai pembanding, diikuti dengan ekstrak daun kari dosis 200 mg/kg BB. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol:air (1:1) daun kari memiliki aktivitas sebagai hepatoprotektor dan semakin besar dosis ekstrak daun kari yang diberikan, maka semakin tinggi pula efek yang diberikan. Saran Perlu dilakukan penelitian serupa dengan cara penambahan waktu penelitian maupun penambahan dosis bertingkat untuk mengetahui dosis yang aman dan berkhasiat optimal sebagai hepatoprotektor. Selain itu, perlu diteliti lebih lanjut mengenai senyawa bioaktif yang terkandung didalam daun kari yang berpengaruh sebagai hepatoprotektor. Hewan coba lain, seperti kelinci atau satwa primata juga dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol:air (1:1) daun kari sebelum diaplikasikan pada manusia. DAFTAR PUSTAKA Adji P Daya antioksidasi saponin akar kuning (Archangelisia flava L. Merr) sebagai mekanisme hepatoproteksi pada tikus yang diinduksi parasetamol [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Ahmed S et al Evaluation of the efficacy of Lawsonia alba in the alleviation of carbon tetrachloride induced oxidative stress. Abstract. J Ethnopharmacol. 9: Akbar N Diagnostik Hepatitis Akut dan Kronis. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Arakawa H, Kodama H, Matsouka N, Yamaguchi I Stress increases plasma activity in rats: differential effects of andrenergic and cholinergic blockades. J Pharmacol Experiment Therapeutics. 280: Arulselvan P et al Anti-diabetic effect of Murraya koenigii leaves on streptozotocin induced diabetic rats. Pharmazie. 61: Aryadi Q Potensi hepatoprotektor ekstrak rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap hati tikus yang diinduksi parasetamol [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Balamurugan M, Parthasarathi K, Ranganathan LS, Cooper EL Hypothetical mode of action of earthworm extract with hepatoprotective and antioxidant properties. J. Zhejiang Univ. Sci. B. 9: Baron DN Kapita Selekta Patologi Klinik Ed ke-4. Andrianto P, Gunawan J, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: A Short Textbook of Chemical Pathology. Hlm

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Hati merupakan organ yang mempunyai kemampuan tinggi untuk mengikat, memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat kimia yang tidak berguna/merugikan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati berupa ratusan jenis tanaman obat dan telah banyak dimanfaatkan dalam proses penyembuhan berbagai penyakit. Namun sampai sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai hasil alam yang berlimpah dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan. Salah satu dari hasil alam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan fitokimia merupakan suatu metode kimia untuk mengetahui kandungan kimia suatu simplisia, ekstrak ataupun fraksi senyawa metabolit suatu tanaman herbal. Hasil penapisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

POTENSI HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP HATI TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL QAMARUDDIN ARYADI

POTENSI HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP HATI TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL QAMARUDDIN ARYADI POTENSI HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP HATI TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL QAMARUDDIN ARYADI PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows. 18 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai Agustus 2011. Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di Fasilitas Kandang

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200 62 HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil uji pendahuluan Uji pendahuluan pada penelitian ini ada 2 macam, meliputi penentuan waktu yang diperlukan untuk hewan uji mencapai DM setelah diinduksi STZ ip dosis 40 mg/kgbb,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. B. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam (gram) yang diberikan ekstrak tanaman obat dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Evaluasi dataperforman Ayam Dari hasil penelitian didapatkan rataan bobot badan ayam pada masing-masing kelompok perlakuan, data tersebut dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer yang digunakan berupa pengamatan histologis sediaan hati yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik, dan nekrosis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Parameter Nonspesifik Ekstrak Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai berikut : warna coklat kehitaman, berbau spesifik dan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. 73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

Ekstrak salam Uji Bogor Sukabumi Cianjur Alkaloid Saponin Flavonoid Fenolik hidrokuinon Triterpenoid + + +

Ekstrak salam Uji Bogor Sukabumi Cianjur Alkaloid Saponin Flavonoid Fenolik hidrokuinon Triterpenoid + + + ml larutan uji. Campuran kontrol tanpa perlakuan dibuat sama seperti campuran sampel tetapi 1 ml larutan uji diganti dengan 1 ml air bebas ion. Campuran pembanding yang dibuat terdiri atas ml bufer fosfat.1

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian paparan ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) pada mencit galur DDY selama 90 hari adalah sebagai berikut. 4.1.1 Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada hewan uji tikus putih yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sasaran utama toksikasi (Diaz, 2006). Hati merupakan organ

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sasaran utama toksikasi (Diaz, 2006). Hati merupakan organ 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati merupakan organ metabolisme terpenting dalam proses sintesis, penyimpanan, dan metabolisme. Salah satu fungsi hati adalah detoksifikasi (menawarkan racun tubuh),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai proteksi kerusakan sel-sel ginjal. Bawang putih diperoleh dari Superindo dan diekstraksi di Lembaga Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jamur telah menjadi bahan pengobatan tradisional di daerah oriental, seperti Jepang, Cina, Korea, dan daerah Asia lainnya sejak berabad-abad lalu, (Ooi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah penting bagi kesehatan karena merupakan salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

larutan Hayem yaitu sebesar 200 kali.

larutan Hayem yaitu sebesar 200 kali. 7 asam hematin. Tabung Sahli diisi dengan larutan HCl.1 N sampai angka 2 g%. Sampel darah yang telah diberi EDTA dihisap dengan pipet Sahli sampai tepat pada tanda 2 cmm (2 µl). Darah di dalam pipet ditiup

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah 1 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Uji Pendahuluan 5.1.1 Penentuan DM setelah Induksi Streptozotosin Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk terapi anti tuberkulosis (TB), tetapi hepatotoksisitas yang dihasilkan dari penggunaan obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman herbal merupakan minuman yang berasal dari bahan alami yang bermanfaat bagi tubuh. Minuman herbal biasanya dibuat dari rempah-rempah atau bagian dari tanaman,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 ulangan, perlakuan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidensi dislipidemia cenderung terus meningkat di era modernisasi ini seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat yang hidup dengan sedentary lifestyle. Kesibukan

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup suatu organisme. Setiap obat pada dasarnya merupakan racun, tergantung dosis dan cara pemberian, karena dosis

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA TIM PENELITI : 1. NI WAYAN SUDATRI, S.Si., M.Si, 2. IRIANI SEYAWATI, S.Si.,M.Si. 3.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kortikosteroid bukan merupakan obat baru bagi masyarakat. Di dunia kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat kortikosteroid mulai berkembang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Aktivitas Enzim Alanin Amino Transferase Plasma a. Kurva kalibrasi Persamaan garis hasil pengukuran yaitu : Dengan nilai koefisien relasi (r) = 0,998.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pewarnaan HE diawali dengan deparafinisasi dalam xylol I selama 2 menit dan xylol II selama 2 menit. Tahapan berikutnya adalah rehidrasi dalam alkohol bertingkat dimulai dari alkohol absolut (2 menit),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi 24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 5 1.1. Keji Beling... 5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan coba yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. I = 1,2,...t dan j = 1,2,...r. Y ij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = Pengaruh rataan umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN. I = 1,2,...t dan j = 1,2,...r. Y ij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = Pengaruh rataan umum. 11 Analisis Lipid Peroksida Hati Pengukuran kadar lipid peroksida hati dilakukan pada akhir perlakuan. Sebanyak 1-2 gram hati disimpan dalam larutan NaCl 0.9% dingin. Hati segar tersebut dibuat 10% b/v

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Penyiapan Bahan Daun sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg yang digunakan sudah berwarna hijau tua dengan ukuran yang sama. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel.

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel. LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel. Berat keseluruhan daging buah kepel yang masih basah:440 g, dan setelah dikeringkan diperoleh 60 g serbuk simplisia kering. Jadi rendemen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kadar Enzim SGPT dan SGOT Pada Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki Tabel 1. Kadar Enzim SGPT pada mencit betina setelah pemberian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian ini objek yang diteliti diberi perlakuan dan adanya kontrol sebagai pembanding. B.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan pengadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis tubuh meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi sel. Sel hati

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia. Tanaman teh berasal dari keluarga Camellia yang terdapat di China, Tibet, dan India bagian utara. China

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas ialah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas ialah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas ialah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih elektron tak berpasangan. Pembentukan radikal bebas dalam tubuh akan menyebabkan reaksi berantai dan

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel meliputi

BAB 5 PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel meliputi BAB 5 PEMBAHASAN Sistematika pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel meliputi kadar SGOT dan SGPT yang diukur dengan metode fotometri dan dinyatakan dalam satuan U/l. Sebelumnya akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan di kelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ulangan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 ulangan, perlakuan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan tersebut yang secara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

HASIL. Kadar Air Daun Anggrek Merpati

HASIL. Kadar Air Daun Anggrek Merpati 6 konsentrasi yang digunakan. Nilai x yang diperoleh merupakan konsentrasi larutan yang menyebabkan kematian terhadap 50% larva udang. Ekstrak dinyatakan aktif apabila nilai LC50 lebih kecil dai 1000 μg/ml.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum

Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum Pengaruh FRAKSI HEKSAN EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) terhadap serum glutamate piruvat transaminase PADA TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Nilai Rendemen Ekstrak Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). 2. Deskripsi Organoleptik Ekstrak Ekstrak berbentuk kental, berasa pahit, berwarna hitam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai Juni 2008 di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan di Bagian Patologi, Departemen Klinik Reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, ekonomis dan merupakan salah satu nikmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuh-tumbuhan mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke alam (back to nature),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kesehatan Jiwa, dan Patologi Anatomi. ini akan dilaksanakan dari bulan Februari-April tahun 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Kesehatan Jiwa, dan Patologi Anatomi. ini akan dilaksanakan dari bulan Februari-April tahun 2016. 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Farmakologi, Biokimia, Ilmu Kesehatan Jiwa, dan Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis dengan uji one way ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test membuktikan bahwa adanya perbedaan pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Drug Induced Liver Injury Tubuh manusia secara konstan dan terus menerus selalu menerima zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Hewan Coba 6 dengan etanol absolut selama 2 menit, kemudian dengan etanol 95% dan 80% masing-masing selama 1 menit, dan dicuci dengan air mengalir. Kemudian preparat direndam dalam pewarnaan Mayer s Haemotoxylin

Lebih terperinci

AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL-AIR DAUN KARI (Murraya koenigii) SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA TIKUS PUTIH GALUR Sprague Dawley ISMERI

AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL-AIR DAUN KARI (Murraya koenigii) SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA TIKUS PUTIH GALUR Sprague Dawley ISMERI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL-AIR DAUN KARI (Murraya koenigii) SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA TIKUS PUTIH GALUR Sprague Dawley ISMERI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan tikus Wistar sebagai hewan coba. Mekanisme dasar

BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan tikus Wistar sebagai hewan coba. Mekanisme dasar BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan tikus Wistar sebagai hewan coba. Mekanisme dasar dalam pengaturan perkembangan hepar pada tikus, seperti halnya spesies vertebrata lain, mempunyai kemiripan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode post test group only design. Menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Determinasi Bahan Deteminasi dilakukan untuk memastikan kebenaran dari bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu tanaman asam jawa (Tamarindus indica L.). Determinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan minuman berkafein yang diolah dengan cara menyeduh bagian pucuk atau tangkai daun yang telah dikeringkan. Beberapa jenis teh yang beredar di masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary dalam penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary dalam penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium 40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Uji Pendahuluan 5.1.1 Penentuan DM setelah Induksi Streptozotosin Study preliminary dalam penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Bandung untuk membuat teh hijau dan teh daun murbei; dan menganalisis kimia teh daun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Parasetamol atau acetaminofen merupakan nama resmi yang sama dengan senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory drugs (NSAID) yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang digunakan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2010 di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Identifikasi Tanaman Identifikasi/determinasi dari bagian-bagian batang, daun, buah yang dilakukan oleh Bidang Botani, Puslit Biologi LIPI menyatakan tanaman ini memiliki

Lebih terperinci