HASIL DAN PEMBAHASAN. I = 1,2,...t dan j = 1,2,...r. Y ij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = Pengaruh rataan umum.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. I = 1,2,...t dan j = 1,2,...r. Y ij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = Pengaruh rataan umum."

Transkripsi

1 11 Analisis Lipid Peroksida Hati Pengukuran kadar lipid peroksida hati dilakukan pada akhir perlakuan. Sebanyak 1-2 gram hati disimpan dalam larutan NaCl 0.9% dingin. Hati segar tersebut dibuat 10% b/v homogenat hati dalam larutan KCl 1.15% dingin. Kemudian diambil sebanyak 0.1 ml homogenat ke dalam tabung reaksi. Tahap selanjutnya ke dalam tiap tabung ditambahkan 0.2 ml SDS 0.8% dan 1.5 ml asam asetat 20%, serta diatur phnya dari 2.5 menjadi 3.5 oleh penambahan NaOH 1 M dengan menggunakan ph meter. Selanjutnya ditambahkan 0.7 ml akuades dan 1.5 ml TBA 1.0% dalam pelarut asam asetat 50%, kemudian dipanaskan ke dalam penangas air mendidih pada suhu 95 o C selama 60 menit, selanjutnya didinginkan pada suhu ruang. Tahap selanjutnya setiap tabung ditambahkan 1 ml akuades dan 5 ml n- butanol:piridin (15:1 v/v). Campuran diaduk dengan vorteks, lalu disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm (888 g) selama 10 menit. Kemudian lapisan atas pada larutan diambil, lalu serapannya diukur pada panjang gelombang 532 nm dengan spektrofotometer. Serapan yang terukur akan dimasukkan pada persamaan garis dari kurva standar (y=a+bx) sehingga diperoleh konsentrasi lipid peroksida. Larutan blanko juga disiapkan dengan menggunakan akuades yang diberi perlakuan seperti larutan sampel. Analisis Data (Mattjik & Sumertajaya 2000). Rancangan acak lengkap digunakan pada rancangan penelitian ini. Analisis data yang dilakukan dengan metode ANOVA (analysis of variance) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α = Jika terdapat perbedaan dalam perlakuan, maka dilakukan uji Duncan pada selang kepercayaan 90%, taraf α = 0.1. Model rancangan tersebut menurut Mattjik & Sumertajaya (2000) adalah Y ij = µ + τ +ε i Keterangan : I = 1,2,...t dan j = 1,2,...r. Y ij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = Pengaruh rataan umum. Τ = Pengaruh perlakuan ke-i, i = 1, 2, 3, 4, 5. ε i = Pengaruh galat acak perlakuan ke-i dan ulangan ke-j, j = 1, 2, 3, 4, 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Histopatologi Pankreas Hasil pemeriksaan histopatologi organ pankreas kelompok normal (kelompok 1) menunjukkan bahwa tidak ada kelainan nekrosis dan inflamasi yang terjadi. Pulau Langerhans terlihat normal (Gambar 5a). Jumlah Pulau Langerhans yang terdapat di preparat sebanyak 12 buah. Jumlah ini merupakan jumlah Pulau Langerhans terbanyak. Hasil pemeriksaan histopatologi organ pankreas kelompok diabetes yang diinduksi aloksan (kelompok 2) menunjukkan bahwa terjadi hiperplasia dibagian duktus pankreas (Gambar 5b). Jumlah Pulau Langerhans ada 9 buah. Jumlah ini lebih sedikit daripada jumlah normal. Hal ini membuktikan bahwa induksi aloksan mampu merusak pankreas hewan coba yang ditunjukkan dengan berkurangnya Pulau Langerhans dan terjadinya hiperplasia. Hiperplasia merupakan keadaan meningkatnya jumlah sel secara mitosis (Underwood 1999) karena sel-sel tersebut tidak dapat beradaptasi terhadap peningkatan beban kerja untuk memproduksi insulin (Corwin 2009) karena beberapa sel β telah rusak karena pemberian aloksan. Hasil analisis histopatologi terhadap pankreas tikus kelompok 3 yaitu kelompok diabetes yang kemudian diberi perlakuan dengan glibenklamid (obat antidiabetes komersial). Hasil analisis menunjukkan tidak adanya kelainan nekrosis dan inflamasi (Gambar 5c). Jumlah Pulau Langerhans ada 9, jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kelompok normal karena Pulau Langerhans pankreas rusak oleh induksi aloksan. Jumlah Pulau Langerhans kelompok ini sama dengan jumlah Pulau Langerhans kelompok diabetes, tetapi keadaan pankreas lebih baik karena tidak terjadi kelainan dikarenakan adanya induksi glibenklamid yang merupakan obat antidiabetes komersial. Hasil analisis hisptopatologi kelompok 4 yang merupakan kelompok diabetes yang diberi perlakuan ekstrak etanol 70% daun wungu dengan dosis 25 mg/kgbb menunjukkan adanya inflamasi berupa peradangan ringan dan ditemukannya limfosit (Gambar 5d). Jumlah Pulau Langerhans sebanyak 8 buah. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak dengan dosis 25 mg/kgbb belum dapat memperbaiki pankreas yang rusak oleh aloksan karena masih ditemukannya inflamasi pada pankreas dan jumlah Pulau Langerhans juga lebih sedikit

2 12 dibandingkan dengan kelompok normal. Dosis 25mg/kgBB masih terlalu kecil sehingga belum memberikan perlindungan terhadap pankeas. Selain itu ditemukannya limfosit yang menunjukkan adanya benda asing yang terdapat di pankreas sehingga limfosit (sel darah putih) terdeteksi di pankreas. Hasil analisis histopatologi kelompok 5 yang diberi perlakuan ekstrak etanol 70% daun wungu dengan dosis 50 mg/kgbb menunjukkan tidak ada kelainan nekrosis dan inflamasi (Gambar 5e). Jumlah Pulau Langerhans sebanyak 4 buah. Dosis 50 mg/kgbb sudah dapat memperbaiki pankreas yang rusak akibat aloksan karena tidak adanya kelainan yang ditemukan, tetapi jumlah Pulau Langerhans sangat sedikit dibandingkan jumlah normal. Sel β Pulau Langerhans manusia akan mengalami penurunan 10% dibandingkan dengan normal setelah terjadi diabetes mellitus tipe 1, sedangkan penurunan sel β akan mencapai 50%-60% pada penderita diabetes mellitus tipe 2 (Gepts 1981). Penurunan jumlah Pulau Langerhans pada penelitian ini disebabkan oleh kondisi diabetes mellitus tipe 1 pada hewan coba yang diinduksi aloksan. Hasil analisis histopatologi kelompok 6 merupakan kelompok tikus diabetes yang diberikan perlakuan ekstrak dosis 100 mg/kgbb menunjukkan bahwa tidak ada kelainan nekrosis dan inflamasi pada pankreas (Gambar 5f) dan terdapat 7 Pulau Langerhans. Dosis 100 mg/kgbb telah mampu memberikan perlindungan dan memperbaiki pankreas yang telah dirusak aloksan tetapi jumlah Pulau Langerhans masih lebih sedikit dibandingkan kelompok normal. Hasil analisis histopatologi kelompok 7 merupakan kelompok tikus diabetes yang diberikan perlakuan ekstrak dosis 200 mg/kgbb menunjukkan tidak ada kelainan nekrosis dan inflamasi yang terjadi dan terdapat 7 buah Pulau Langerhans (Gambar 5g). Dosis ekstrak 200 mg/kgbb telah mampu memperbaiki pankreas yang rusak akibat diabetes mellitus tipe 1 tetapi jumlah Pulau Langerhans masih lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok normal. Hasil analisis histopatologis ini ditunjukkan pada Tabel 1. Perbaikan pankreas pada kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol 70% daun wungu disebabkan oleh senyawa flavonoid dan alkaloid yang dikandung daun wungu yang mempunyai potensi antidiabetes (Andayani et al. 2008). Hasil pengujian histopatologi telah menunjukkan bahwa masih terdapat kelainan dan inflamasi pada kelompok diabetes dan kelompok yang diberikan ekstrak 25 mg/kgbb. Hasil ini belum cukup memberikan informasi tentang kemampuan daun wungu dalam memperbaiki keadaan Pulau Langerhans dan tingkat sekresi insulin, sehingga diperlukan pengujian selanjutnya. Pengujian yang dapat dilakukan adalah teknik pewarnaan imunohistokimia yang dapat mendeteksi kemampuan sel β Pulau Langerhans untuk mensekresikan insulin. Keterangan: tanda panah ( ) = menunjukkan Pulau Langerhans. Gambar 5 Histopatologi pankreas tikus. (a) kelompok normal, (b) kontrol negatif, (c) kontrol positif, (d) dosis 25 mg/kgbb, (e) dosis 50 mg/kgbb, (f) dosis 100 mg/kgbb, (g) dosis 200 mg/kgbb.

3 13 Tabel 1 Gambaran histopatologi pankreas hewan coba Kelompok percobaan Jumlah Pulau Langerhans Keterangan Normal 12 T.D.K.N.I Diabetes 9 Terjadi hiperplasia dibagian duktus pankreas Glibenklamid 9 T.D.K.N.I Dosis 25 mg/kgbb 8 Ada inflamasi (peradangan ringan) dan ditemukannya limfosit Dosis 50 mg/kgbb 4 T.D.K.N.I Dosis 100 mg/kgbb 7 T.D.K.N.I Dosis 200 mg/kgbb 7 T.D.K.N.I Keterangan: TDKNI= Tidak ditemukan kelainan nekrosis dan inflamasi Imunohistokimia Pankreas Pengujian histopatologi telah menunjukkan jumlah Pulau Langerhans dan kondisi patologis pankreas secara umum. Untuk mendeteksi insulin yang diekspresikan oleh sel β Pulau Langerhans maka dilakukan pewarnaan imunohistokimia. normal (kelompok 1) menunjukkan dari 12 Pulau Langerhans yang terdeteksi semuanya mengekspresikan insulin dengan kuat. Pulau Langerhans dari kelompok normal masih dalam keadaan baik karena jumlahnya paling banyak dan semua Pulau Langerhans mengekspresikan insulin dengan kuat (Gambar 6a). Hasil analisis pada kelompok diabetes (kelompok 2) menunjukkan bahwa dari 9 Pulau Langerhans yang terdeteksi hanya 2 Pulau Langerhans yang mengekspresikan insulin dengan kuat, 4 Pulau Langerhans mengekspersikan insulin dengan sedang, dan 3 Pulau Langerhans lainnya lemah mengekspresikan insulin (Gambar 6b). Aloksan telah merusak pankreas tikus sehingga mengurangi kemampuan sel β pankreas untuk menghasilkan insulin. Aloksan dapat menghancurkan sel β pankreas setelah 24 jam pemberian. Aloksan akan bereaksi dengan agen-agen pereduksi seperti sistein, asam askobat sehingga menghasilkan radikal bebas anion superoksida dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida kemudian dengan cepat berdifusi masuk ke dalam membran sel dan mencapai lisosom bila tidak didegenerasi oleh sistem antioksidan tubuh (Dunn 1943 dalam Magdalena 2002). Kelompok 2 merupakan kelompok kontrol negatif yang hewan coba diinduksi aloksan. Aloksan menyebabkan keadaan diabetes mellitus dan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas menghasilkan insulin. Hasil yang menunjukkan lemahnya sekresi insulin sesuai dengan teori yang ada. 3 yang merupakan kelompok kontrol negatif menunjukkan dari 9 Pulau Langerhans terdapat 7 Pulau Langerhans yang mengekspresikan insulin dengan kuat, dan 2 Pulau Langerhans mengekspresikan insulin dengan sedang (Gambar 6c). Jumlah Pulau Langerhans kelompok 3 yang terdeteksi sama dengan kelompok 2 yaitu 9 buah tetapi kemampuan produksi insulin kelompok 3 jauh lebih tinggi karena Pulau Langerhans yang telah rusak oleh aloksan berhasil diobati oleh glibenklamid yang merupakan obat antidiabetes komersial. Glibenklamid merupakan obat diabetes mellitus yang bekerja dengan cara meningkatkan sekresi insulin (Bailey & Krentz 2010). Glibenklamid merupakan obat oral dari turunan sulfonilurea. Pengobatan dengan menggunakan glibenklamid secara oral disarankan bagi penderita diabetes akibat kerusakan sel β pankreas (Jones & Hattersley 2010). Hasil ini sesuai teori bahwa pemberian glibenklamid pada kelompok 3 mampu meningkatkan produksi insulin sel β pankreas. 4 yang diberi perlakuan ekstrak daun wungu dengan dosis 25 mg/kgbb menunjukkan dari 8 Pulau Langerhans terdapat 7 Pulau Langerhans yang mengekspresikan insulin dengan kuat, dan 1 Pulau Langerhans lainnya mengekspresikan insulin dengan lemah (Gambar 6d). Dosis 25 mg/kgbb ekstrak daun wungu telah mampu meningkatkan sekresi insulin tetapi dosis ini masih belum mampu memperbaiki pankreas seutuhnya karena masih terdapat inflamasi di pankreas berdasarkan hasil pembacaaan histopatologi. Hasil pembacaan imunohistokimia kelompok 5 yang diberi perlakuan ekstrak etanol 70% menunjukkan bahwa dari 4 Pulau Langerhans yang terdeteksi semuanya mengekspresikan insulin dengan kuat (Gambar 6e). Sedangkan hasil pembacaan

4 14 imunohistokimia untuk kelompok 6 yang diberi perlakuan ekstrak daun wungu dosis 100 mg/kgbb menunjukkan dari 7 Pulau Langerhans hanya 3 Pulau Langerhans yang mengekspresikan insulin dengan kuat, 2 Pulau Langerhans mengekspresikan insulin dengan sedang, dan 2 Pulau Langerhans lemah mengekspresikan insulin (Gambar 6f). Hasil pewarnaaan imunohistokimia terhadap pankreas tikus kelompok 7 yang diberi perlakuan ekstrak daun wungu dengan dosis 200 mg/kgbb menunjukkan bahwa 3 dari 7 Pulau Langerhans mengekspresikan insulin dengan kuat, 2 Pulau Langerhans mengekspresikan insulin dengan tingkat sedang, 1 Pulau Langerhans tidak mengekspresikan insulin (Gambar 6g). Hasil pemeriksaan patologi pankreas dengan pewarnaan histopatologi dan imunohistokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun wungu dosis 50 mg/kgbb merupakan dosis yang memberikan hasil terbaik dalam memperbaiki pankreas tikus yang diinduksi aloksan karena semua Pulau Langerhans kelompok 5 mengekspresikan insulin dengan kuat dan tidak ada ditemukan kelainan nekrosis dan inflamasi pada pankreas. Meskipun dengan dosis 25 mg/kgbb (kelompok 4) lebih banyak Pulau Langerhans yang mampu mengekspresikan insulin dengan kuat tetapi masih ditemukannya inflamasi dan limfosit pada pankreas. Sedangkan jumlah Pulau Langerhans yang mengekspresikan insulin dengan kuat lebih sedikit pada kelompok 6 (dosis 100 mg/kgbb) dan kelompok 7 (dosis 200 mg/kgbb). Hasil analisis ini terdapat pada Gambar 6 dan Tabel 2. Ekspresi insulin tingkat kuat, sedang, dan lemah dinilai berdasarkan intensitas warna yang dipancarkan. Tabel 2 Gambaran ekspresi insulin pankreas hewan coba Kelompok percobaan Jumlah Pulau Langerhans Ekspresi insulin % Ekspresi insulin Normal kuat 100 Diabetes 9 2 kuat, 4 sedang, 3 lemah Glibenklamid 9 7 kuat, 2 sedang Dosis 25 mg/kgbb 8 7 kuat, 1 lemah 87.5 Dosis 50 mg/kgbb 4 4 kuat 100 Dosis 100 mg/kgbb Dosis 200 mg/kgbb 7 3 kuat, 2 sedang, 2 lemah kuat, 2 sedang, 1 lemah, 1 tidak mengekspresikan insulin 42.8 Keterangan: tanda panah ( ) = menunjukkan ekspresi pewarnaan insulin Pulau Langerhans. Gambar 6 Ekspresi insulin pankreas dengan pewarnaan imunohistokimia. (a) kelompok normal, (b) kontrol negatif, (c) kontrol positif, (d) dosis 25 mg/kgbb, (e) dosis 50 mg/kgbb, (f) dosis 100 mg/kgbb, (g) dosis 200 mg/kgbb.

5 15 Lipid Peroksida Pengukuran kadar lipid peroksida hati dilakukan untuk mengetahui kerusakan sel hati. Kadar lipid peroksida merupakan parameter awal kerusakan hati yang disebabkan oleh adanya radikal bebas dalam tubuh. Pengukuran lipid peroksida dilakukan pada semua tikus kelompok percobaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar lipid peroksida tertinggi terjadi di kelompok diabetes (kelompok 2) yaitu µg/ml ± 1.46, sedangkan kadar lipid peroksida paling rendah pada kelompok yang diberi ekstrak etanol 70% daun wungu dengan dosis 200 mg/kgbb yaitu sebesar µg/ml ± Kadar lipid peroksida semua kelompok (Tabel 12) yaitu kelompok 1 (kelompok normal) sebesar µg/ml ± 0.97, kelompok 3 (kontrol positif) sebesar µg/ml ± 1.97, kelompok 4 (dosis 25 mg/kgbb) sebesar µg/ml ± 2.52, kelompok 5 (dosis 50 mg/kgbb) sebesar µg/ml ± 1.58, dan kelompok 6 (dosis 100 mg/kgbb) sebesar µg/ml ± Kadar lipid peroksida kelompok diabetes (kelompok 2) paling tinggi karena banyaknya radikal bebas yang terbentuk akibat pemberian aloksan dan tidak adanya obat atau sumber antioksidan yang diberikan. Aloksan merupakan agen pengoksidasi yang kuat. Aloksan akan tereduksi menjadi asam dialurat dan menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas inilah yang merusak sel β pankreas sehingga mengurangi/menghilangkan kemampuan untuk memproduksi insulin. Pemberian ekstrak daun wungu pada kelompok dapat menurukan kadar lipid peroksida. Pemberian dengan dosis terbesar (200 mg/kgbb) dapat menurunkan kadar lipid peroksida dan kadar yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan kadar lipid peroksida pada kelompok 3 yang diberi perlakuan glibenklamid. Hal ini disebabkan oleh kemampuan senyawa flavonoid dan alkaloid ekstrak daun wungu sebagai antioksidan. Senyawa yang mampu menetralisir atau mengurangi efek degeneratif lipid peroksida secara umum dikenal sebagai antioksidan. Antioksidan biasanya tersebar pada bagian sitosol, mitokondria untuk melindungi organel sel (Özbay & Dűlger 2002). Beberapa flavonoid dilaporkan dapat menghambat lipid peroksida secara enzimatis atau nonenzimatis. Flavonoid seperti kuersetin dapat mengurangi lipid peroksida di berbagai sistem biologis (Letan 1996) seperti mitokondria, mikrosom (Bindoli et al.1977; Cavallini et al. 1978) dan kloloplast (Takahama 1983). Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Videla et al. (1981), Younes dan Siegers (1981), Muller dan Sies (1982), (Valenzuela & Guerra 1986) melaporkan bahwa efek penghambatan oleh katekin, kuersetin, dan flavonoid pada lipid peroksida diukur secara in vitro dengan metode kolorimetri terhadap pembentukan asam tiobarbiturat. Bindoli et al. (1977) melaporkan bahwa silimarin (turunan flavonoid) melindungi mitokondria dan mikrosom hati tikus dari pembentukan lipid peroksida yang diinduksi oleh Fe 2+ -askorbat dan NADPH-Fe 3+ -ADP. Pengurangan kadar lipid peroksida secara enzimatis oleh flavonoid melibatkan sistem sitokrom p450 yang terdapat di hati (Bindoli et al.1977; Cavallini et al. 1978). Tahap enzimatis (proses biotransformasi) runtuk membuang zat asing (xenobiotik) terjadi di hati dengan 2 fase yaitu fase I dan fase II. Fase I merupakan fase penambahan gugus fungsi seperti OH, SH, NH 2, dan COOH. Fase II merupakan tahap konjugasi zat asing untuk menigkatkan kelarutan zat asing dalam air. Sitokrom p450 merupakan coupled-enzyme yang terdiri dari dua enzim yaitu NADPH-sitokrom p450-reduktase dan enzyme yang memiliki gugus heme (Casarett dan Doull 1986). Penghambatan nonenzimatis terhadap lipid peroksida merupakan interaksi lansung senyawa silimarin (flavonoid) dengan radikal bebas penyebab lipid peroksida (Bindoli et al.1977; Cavallini et al. 1978). Senyawa flavonoid yang berperan sebagai antioksidan dalam penelitian ini belum diketahui, sehingga masih diperlukan penelitian lanjutan untuk memurnikan dan mengkarakterisasi senyawa flavonoid di ekstrak etanol daun wungu. Penelitian lanjutan untuk mengetahui mekanisme kerja flavonoid sebagai antioksidan juga diperlukan. Ekstrak daun wungu pada semua dosis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat menurunkan kadar lipid peroksida jika dibandingkan dengan kadar lipid peroksida kontrol negatif, tetapi setelah dilakukan uji ANOVA terhadap nilai penurunan lipid peroksida oleh ekstrak diperoleh bahwa penurunan oleh ekstrak daun wungu belum memberikan pengaruh secara signifikan pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α = 0.05 dan diperlukannya penggulangan pengukuran kurva standar (Tabel 3 dan Gambar 7).

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian penurunan kadar glukosa darah tikus diabetes yang diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) secara oral menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dimana penderita mengalami kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan secara medis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus ( DM ) merupakan gangguan kesehatan yang ditandai oleh keadaan hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin ( Powers, 2005 ). DM merupakan salah

Lebih terperinci

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Histologi Pankreas Tikus (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan Hasil penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada hewan uji tikus putih yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Subjek penelitian terdiri dari 21 ekor tikus putih jantan yang berusia ± 2 bulan dengan berat badan 150-200 gr. Subjek dibagi menjadi 4 kelompok dengan pembagian kelompok

Lebih terperinci

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill. BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit menahun ditandai dengan peningkatan kadar gula darah, karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat (Sujatno, 2008).

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes merupakan salah satu penyakit yang kerap terjadi pada masyarakat saat ini. Ketua Federasi Diabetes Internasional untuk kawasan Asia Fasifik yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN Diabetes mellitus merupakan sindrom kompleks dengan ciri ciri hiperglikemik kronis, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terkait dengan defisiensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu keadaan gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah dan penggunaan karbohidrat yang tidak efektif karena kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau lebih dikenal dengan sebutan kencing manis merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karateristik hiperglikemia. DM terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, ekonomis dan merupakan salah satu nikmat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau sekumpulan gejala yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemik) akibat dari kelainan metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin mengalami kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging Medicine (AAM) atau disebut

Lebih terperinci

Ekstrak salam Uji Bogor Sukabumi Cianjur Alkaloid Saponin Flavonoid Fenolik hidrokuinon Triterpenoid + + +

Ekstrak salam Uji Bogor Sukabumi Cianjur Alkaloid Saponin Flavonoid Fenolik hidrokuinon Triterpenoid + + + ml larutan uji. Campuran kontrol tanpa perlakuan dibuat sama seperti campuran sampel tetapi 1 ml larutan uji diganti dengan 1 ml air bebas ion. Campuran pembanding yang dibuat terdiri atas ml bufer fosfat.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sindroma yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. DM, secara klinik dikarakterisasi oleh gejala intoleransi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. Tiwuk Susantiningsih, M.Biomed mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak seluruhnya dapat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN Pengukuran aktivitas spesifik katalase jaringan ginjal tikus percobaan pada keadaan hipoksia hipobarik akut berulang ini dilakukan berdasarkan metode Mates et al. (1999) yang dimodifikasi

Lebih terperinci

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet 1 Melvina Afika, 2 Herri S. Sastramihardja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup remaja yang telah digemari oleh masyarakat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada organ hati

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. 73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala penyakit degeneratif kronis yang disebabkan karena kelainan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan hormon Insulin baik

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM), merupakan penyakit yang dikenal di masyarakat awam dengan sebutan kencing manis. Sebutan tersebut bermula dari penderita DM yang kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi oksidasi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah sekumpulan gejala yang ditandai oleh gangguan metabolisme dan kenaikan kadar glukosa darah (hiperglikemik), sebagai akibat penurunan kadar

Lebih terperinci

Gambar 1. Ekstrak daun sukun

Gambar 1. Ekstrak daun sukun Gambar 1. Ekstrak daun sukun Gambar 2. Pengambilan darah melalui ekor 61 COOH CH3 COOH CH3 CO CH.NH 2 ALT CH.NH 2 CO CH 2 + COOH CH 2 + COOH CH 2 Alanin CH 2 Asam piruvat COOH Asam alfa ketoglutarat COOH

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif, yaitu penyakit yang mengakibatkan fungsi atau struktur dari jaringan atau organ tubuh secara progresif

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2010 di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini rimpang jahe merah dan buah mengkudu yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol menghasilkan rendemen ekstrak masing-masing 9,44 % dan 17,02 %.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolisme pada tubuh yang dicirikan dengan kadar gula yang tinggi atau hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah kesehatan yang sangat penting. Secara global, WHO memperkirakan PTM menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap perubahan histologi kelenjar mammae mencit betina yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Ebadi, 2007). Diabetes mellitus juga dikenal sebagai penyakit

Lebih terperinci

setelah India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta.

setelah India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta. I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut WHO, 2004 menyatakan Indonesia menempati urutan ke 4 di dunia sebagai Negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah India, China, Amerika Serikat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Ekstraksi Tomat Bahan tomat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tomat dari varietas tomat apel (Lycopersicum esculentum var. pyriforme) yang diperoleh dari sebuah

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) Nazmy Maulidha*, Aditya Fridayanti, Muhammad Amir Masruhim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe 4.1. Hasil Kerja Ekstraksi Jahe BAB 4 PEMBAHASAN Bahan jahe merupakan jenis varietas putih besar yang diapat dari pasar bahan organik Bogor. Prinsip kerja ekstraksi ini adalah dengan melarutkan senyawa

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur Penelitian

MATERI DAN METODE. Prosedur Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN BAB IV HASIL DAN PEMBASAN 4.1 Pengaruh Infusa Daun Murbei (Morus albal.) Terhadap Jumlah sel pyramid Hipokampus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Diabetes Melitus Kronis yang Diinduksi Aloksan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL DAUN TEH (Camellia sinensis L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

UJI AKTIVITAS HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL DAUN TEH (Camellia sinensis L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR UJI AKTIVITAS HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL DAUN TEH (Camellia sinensis L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR 1 Katno, 2 Dian Anistyani, 1 Saryanto 1 Balai Besar Litbang TO-OT Tawangmangu 2 Prodi Farmasi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 16 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Kadar Glukosa Darah Berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit sebelum dan setelah pemberian alloxan, rata-rata kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian

Lebih terperinci

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis, BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini terjadi pergeseran pola makan di masyarakat. Kecenderungan untuk beralih dari makanan tradisional Indonesia dan mengkonsumsi makanan cepat saji dan berlemak tampak menggejala.

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menyebabkan dampak perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi khususnya di kota-kota besar di Indonesia yang berakibat pada meningkatnya berbagai macam penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan karena faktor genetik, kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas, maupun karena ketidakefektifan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tanaman obat dan rempah telah berlangsung sangat lama

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tanaman obat dan rempah telah berlangsung sangat lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan tanaman obat dan rempah telah berlangsung sangat lama seumur peradaban manusia.pemanfaatan bahan alam sebagai obat dan rempah cenderung mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelainan metabolisme yang dicirikan dengan hiperglikemia yang diakibatkan oleh terjadinya malfungsi pada sekresi insulin dan atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pemberian ekstak biji klabet (Trigonella foenum-graecum L) secara oral

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pemberian ekstak biji klabet (Trigonella foenum-graecum L) secara oral BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada penurunan kadar glukosa darah dan histology pancreas mencit (Mus musculus) diabetes yang diinduksi streptozotocin, dengan perlakuan pemberian ekstak biji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh komplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian DM (Diabetes mellitus) merupakan kelainan metabolik terjadi ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi karbohidrat akibat

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan RI, rerata prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari 1,1 pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB V PEMBAHASAN. post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan the post test only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit

Lebih terperinci

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan 48 Lampiran 2 Hasil determinasi tumbuhan daun Lidah mertua (Sansevieria trifasciata var.laurentii) 49 Lampiran3 Gambar hasil makroskopik Daun

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian 5 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Alat Alat yang digunakan adalah akuarium berukuran 40 X 60 X 60 cm 3 dan ketinggian air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan telepon seluler atau biasa disebut handphone hampir

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan telepon seluler atau biasa disebut handphone hampir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penggunaan telepon seluler atau biasa disebut handphone hampir menjadi kebutuhan primer setelah kebutuhan pangan, papan dan sandang. Handphone tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis tubuh meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi sel. Sel hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diabetes milletus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, defek kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis yang umumnya diderita seumur hidup (PERKENI, 2006). Di Amerika Serikat, kurang lebih 15 juta orang menderita

Lebih terperinci

39 Universitas Indonesia

39 Universitas Indonesia BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ekstraksi Buah Mengkudu Untuk ekstraksi, buah mengkudu sebanyak kurang lebih 500 g dipilih yang matang dan segar serta tidak perlu dikupas terlebih dahulu. Selanjutnya bahan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tambahan. Bahan utama berupa daging sapi bagian sampil (chuck) dari sapi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tambahan. Bahan utama berupa daging sapi bagian sampil (chuck) dari sapi III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama berupa daging sapi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. Diabetes sudah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1 ini akan dipaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis, dan manfaat penelitian yang dilakuakan. 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007, penyebab kematian akibat diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Di daerah pedesaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronis pada homeostasis glukosa yang ditandai dengan beberapa hal yaitu, meningkatnya kadar gula darah, kelainan kerja insulin,

Lebih terperinci