BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bagian ini berisi tentang keseluruhan tahapan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada sub bab di bawah ini. 4.1 Deskripsi Permasalahan Pada Prabowo (2013), dihasilkan prototipe alat pemotong kunyit yang dapat menghasilkan simplisia membujur. Dengan desain pisau disusun dengan jarak tertentu dengan tujuan agar menghasilkan potongan yang seragam dan sesuai standar. Adapun bagian-bagian alat pemotong kunyit yang dihasilkan adalah pisau pemotong dipasang pada penahan pisau yang terletak pada bagian base body. Base body berfungsi sebagai tempat menampung kunyit yang dapat menahan posisi orientasi kunyit. Didalam base body terdapat plunger yang berfungsi untuk mendorong rimpang menuju pisau pemotong. Kemudian terdapat tuas dan guider yang berfungsi untuk mendorong dan mengarahkan plunger menuju pisau pemotong. Berdasarkan hasil pengujian, Prabowo (2013), diketahui bahwa alat pemotong kunyit yang dihasilkan sebenarnya sudah dapat mengakomodasi semua kebutuhan pengguna. Akan tetapi masih terdapat kelemahan terutama pisau pemotong. Permasalahan pertama yang terjadi adalah adanya gaya gesek yang besar antara pisau pemotong dan rimpang kunyit akibat dari tekanan yang dihasilkan oleh pemampatan rimpang kunyit yang terpotong tersebut, akibatnya rimpang kunyit sulit keluar karena terjepit oleh pisau pemotong dan terkadang rimpang kunyit tersebut mengalami kerusakan akibat dari dorongan plunger. Permasalahan kedua adalah pisau pemotong mengalami defleksi atau pembengkokkan. Hal tersebut disebabkan pisau pemotong tidak kuat menahan tekanan yang besar dari rimpang kunyit. Gambaran permasalahan yang telah dijelaskan terdapat pada gambar 4.1. commit to user IV-1

2 Pisau pemotong Garis normal pisau Rimpang kunyit Pisau pemotong melengkung Gambar 4.1 Gambar rimpang kunyit yang terjepit dan pisau yang mengalami defleksi. Berdasarkan gambaran permasalahan yang telah dijelaskan, perlu dilakukan penelitian untuk mengembangkan alat pemotong kunyit yang telah ada dan pengembangannya fokus pada komponen pisau pemotong. Pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan rancangan alat pemotong simplisia rimpang kunyit adalah dengan menggunakan metode TRIZ (Teori Resheniya Izobretatelskikh Zadatch). 4.2 Analisis Fungsional Rancangan alat pemotong kunyit harus dapat berfungsi dan mempunyai bentuk pisau yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Yang mana menurut standar Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) Departemen Pertanian Republik Indonesia, simplisia kunyit harus dipotong secara membujur dengan ketebalan antara 3 mm-5 mm. Oleh karena itu, dibutuhkan desain pisau yang baik untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna dan memperbaiki desain pisau sebelumnya. Berikut ini merupakan gambar alat pemotong kunyit dengan penjelasan bagian-bagiannya pada gambar 4.2. commit to user IV-2

3 Gambar 4.2 Gambar Bagian-Bagian Alat Pemotong Kunyit. Untuk mengetahui fungsi dan permasalahan yang terjadi pada bagianbagian alat pemotong kunyit akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Base Body Base body merupakan salah satu komponen utama berbentuk balok sebagai tempat menampung kunyit.. Pada base body dibuat jalur untuk mengarahkan pendorong ke pisau pemotong yang fungsinya agar pendorong mengarah tepat sesuai jalur yang ditentukan ke pisau pemotong (menjaga orientasi pendorong). 2. Base Plate Base plate merupakan komponen yang terdapat dalam base body. Fungsi dari base plate ini adalah untuk tempat menampung dan memposisikan rimpang kunyit sebelum dilakukan pemotongan. Adapun besarnya luas base plate sudah diukur sesuai dengan rata-rata ukuran rimpang kunyit yang ada. Sedangkan posisi base plate dibuat miring mempunyai tujuan untuk memudahkan pengguna dalam memposisikan kunyit tanpa harus mengatur lebih dahulu. 3. Penahan pisau Penahan pisau merupakan pencekam pisau yang berfungsi untuk menahan, mengatur letak dan mengatur ketegangan pisau. Permasalahan yang terjadi commit to user IV-3

4 adalah apabila penahan pisau tersebut kurang kuat dalam menahan pisau, maka pisau pemotong akan mengalami pembengkokan (deflection). 4. Pisau Pemotong Pisau pemotong merupakan komponen yang digunakan untuk memotong kunyit. Pisau pemotong disusun dengan jarak tertentu bertujuan untuk menghasilkan potongan kunyit dengan ketebalan tertentu sesuai dengan standar yaitu 3-5mm. Permasalahan yang terjadi adalah pisau pemotong mengalami pembengkokan pada saat pemotongan rimpang. 5. Plunger Plunger berfungsi untuk mendorong dan mendesak rimpang kunyit agar hasil pemotongan dapat keluar dari pisau pemotong. 6. Guider Guider terletak pada base body yang berfungsi untuk menyeimbangkan dan mengarahkan plunger. 7. Tuas Tuas berfungsi untuk mendorong plunger dan rimpang kunyit menuju pisau pemotong. Langkah awal sebelum masuk ke tahap perancangan adalah, mengetahui hubungan fungsi setiap bagian dari alat pemotong kunyit itu sendiri. Oleh karena itu, diagram model fungsional dibuat untuk mengidentifikasi hubungan antar fungsionalnya seperti pada gambar 4.3. Dari model analisis fungsional yang akan dibuat. Main basic function dari alat pemotong kunyit ini adalah pisau pemotong. Adapun garis putus-putus pada model analisis fungsional merupakan bagian alat pemotong kunyit yang akan dibahas selanjutnya dengan menggunakan metode TRIZ. commit to user IV-4

5 Gambar 4.3 Model Fungsional Rancangan Alat Pemotong Kunyit Sebelumnya. Dari model tersebut dapat diketahui hubungan antar elemen yang ada pada alat pemotong rimpang kunyit sebelumnya secara fungsional. Dengan model tersebut, akan ditentukan kebutuhan teknis untuk penentuan konsep rancangan. Pada model tersebut terdapat 2 hubungan yang terjadi, yaitu normal useful action dan harmful action. Contoh yang terjadi pada penahan pisau dan pisau pemotong, dari model tersebut disebutkan bahwa penahan pisau menahan pisau pemotong agar tetap pada posisinya, hal tersebut merupakan normal useful action. Akan tetapi terdapat pula bahwa penahan pisau membengkokkan pisau pemotong karena tidak kuat dalam penahanannya, hal tersebut merupakan harmful action. Adapun pemilihan bahasan yang hanya pada pisau pemotong, penahan pisau dan plunger disebabkan karena pada hubungan fungsional ketiganya banyak terjadi harmful action, sehingga diperlukan bahasan lebih lanjut. commit to user IV-5

6 Tabel 4.1 Tabel Hubungan Fungsional. Base Body Penahan Pisau Penahan Pisau Pisau Rimpang Base Plate Plunger Tuas Guider Menahan, membebani Menahan Menahan Menahan, membengkokkan Menghalangi gerak Pisau Membebani Memotong Membengkokkan, menggesek, Rimpang menumpulkan Menampung, Base Plate memposisikan Menggesek Plunger Mengeluarkan Membebani Tuas Mendorong Guider Mengarahkan NB: Tanda Bold dan Italic adalah harmful action IV-6

7 4.3 Contradiction Analysis Setelah menganalisis fungsional setiap bagian dari alat pemotong rimpang kunyit diatas tahap selanjutnya adalah melakukan contradiction analysis dengan menggunakan metode TRIZ. Pada metode ini, langkah awal yang akan dilakukan adalah technical contradiction dan physical contradiction. Technical contradiction dilakukan untuk mengetahui solusi dari kontradiksi secara teknik. Sedangkan physical contradiction dilakukan untuk mengetahui solusi dari kontradiksi fisik yang terjadi. 4.4 Technical Contradiction Untuk mengetahui solusi pada technical contradiction, metode TRIZ telah menyediakan 39 problem parameters untuk mengklasifikasikan setiap atributatribut yang mengalami kontradiksi Technical Requirement Langkah awal yang dilakukan adalah dengan menentukan technical requirement pada rancangan alat pemotong rimpang kunyit. Adapun penentuan technical requirement mengacu pada model analisis fungsional rancangan alat pemotong rimpang kunyit, ditambah dengan kebutuhan pengguna sesuai dengan penelitian Sony (2013). Penjelasan technical requirement pada pisau pemotong sebagai berikut pada Tabel 4.1 Tabel 4.2 Technical requirement Part Technical Requirement Penahan Mampu mempertahankan posisi pisau pisau Mudah dalam penyetelan atau pengaturan pisau Mudah dibongkar pasangkan pada base body Pisau Mampu meminimalisir gaya gesek dari rimpang pemotong Mampu memotong rimpang sesuai ukuran standar Mudah dalam perawatan (mudah dilepas untuk diasah) Plunger Memiliki ukuran yang sesuai dengan base plate Tidak merusak rimpang waktu pendorongan Mampu mengeluarkan rimpang setelah terpotong Perbaikan Awal Berdasar technical requirement yang telah diketahui, kemudian ditentukan solusi perbaikan awal (improving commit feature) to sesuai user dengan 39 problem parameters IV-7

8 yang telah disediakan oleh metode TRIZ. Adapun solusi perbaikan awal tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Improving feature Part Technical Requirement Improving Feature Penahan Tension(11), Stability pisau Mampu mempertahankan posisi pisau (13), Pisau pemotong Plunger Dampak Perbaikan Mudah dalam penyetelan atau pengaturan pisau Mudah dibongkar pasangkan pada base body Mampu meminimalisir gaya gesek dari rimpang Mampu memotong rimpang sesuai ukuran standar Mudah dalam perawatan (mudah dilepas untuk diasah) Memiliki ukuran yang sesuai dengan base plate Tidak merusak rimpang waktu pendorongan Mampu mengeluarkan rimpang setelah terpotong Convenience in use(33), repairability(34), Adaptability (35) Convenience in use(33), Repairability (34), Adaptability(35) Waster of energy (22), Tension(11), Shape(12), Power(21) Accuracy of measurement (28), Accuracy of manufacture(29), Productivity(39) Repairability (34), Convenience in use(33), Adaptability(35) Accuracy of measurement (28), Accuracy of manufacture(29) Harmful factor side effect (31), Shape(12) Productivity (39), Shape(12), Strength (14), Accuracy of manufacture(29) Langkah selanjutnya adalah menganalisis dampak dari solusi perbaikan awal jika dilakukan. Setelah diawal matriks kontradiksi menentukan elemen improving feature, kemudian ditentukan worsening feature dengan mempertimbangkan improving feature dari tiap atribut technical requirement. Adapun hasil selengkapnnya adalah commit sebagai to user berikut. IV-8

9 Penahan pisau Tabel 4.4 Worsening feature Part Technical Requirement Worsening Feature Weight non moving Mampu mempertahankan posisi object (2), Volume non pisau moving object (8) Pisau pemotong Mudah dalam penyetelan atau pengaturan pisau Mudah dibongkar pasangkan pada base body Mampu meminimalisir gaya gesek dari rimpang Mampu memotong rimpang sesuai ukuran standar Complexity of device (36), Complexity of control(37) Tension(11), Shape(12), Stability (13) Manufacturability (32),Reliability(27), Complexity of device (36), Complexity of control(37) Waster of energy (22), Complexity of device (36), Productivity(39) Plunger Mudah dalam perawatan (mudah dilepas untuk diasah) Memiliki ukuran yang sesuai dengan base plate Tidak merusak rimpang waktu pendorongan Mampu mengeluarkan rimpang setelah terpotong Complexity of device (36), Stability (13), Tension(11),Strenght(14) Stability of object (13), Waster of energy (22), Manufacturability (32) Tension(11), Waster of energy (22), Complexity of device (36) Strength (14), Reliability (27), Complexity of device (36) Contradiction Elimination Untuk menyelesaikan dan mengeliminasi kontradiksi yang terjadi, metode TRIZ memiliki tools yang dapat menyelesaikannya yaitu tabel kontradiksi dan 40 inventive principles. Pada tabel kontradiksi mengandung 39 problem parameters dan 40 inventive principles untuk memecahkan permasalahan kontradiksi. Pada tabel 4.4 menjelaskan tentang solusi (inventive principles) yang diperoleh berdasarkan dari tabel kontradiksi yang disediakan oleh metode TRIZ. commit to user IV-9

10 Part Penahan pisau Pisau pemotong Tabel 4.5 Inventive principles Technical Requirement Improving Feature Worsening Feature Inventive principle Mampu Weight non moving object mempertahankan Tension(11), Stability (2), Volume non moving posisi pisau (13), object (8) Mudah dalam penyetelan atau pengaturan pisau Mudah dibongkar pasangkan pada base body Mampu meminimalisir gaya gesek dari rimpang Mampu memotong rimpang sesuai ukuran standar Convenience in use(33), repairability(34), Adaptability (35), Convenience in use(33), Repairability (34), Adaptability(35) Waster of energy (22), Tension(11), Shape(12), Power(21) Accuracy of measurement (28), Accuracy of manufacture(29), Productivity(39) Parameter changes (35), Preliminary action(10) Complexity of device (36), Dynamics (15), Parameter changes (35), Complexity of control(37) Segmentation (1) Tension(11), Shape(12), Stability (13) Parameter changes (35), Dynamics (15), Segmentation (1) Manufacturability (32),Reliability(27), Complexity of device (36), Complexity of control(37) Waster of energy (22), Complexity of device (36), Productivity(39) n/a, Parameter changes (35), Preliminary action(10), Dynamics (15), Segmentation (1), Partial or excessive action(16), Intermediary(24), Cheap short-living (27), Parameter changes (35), Preliminary action(10), Intermediary(24), Mudah dalam perawatan (mudah dilepas untuk diasah) Repairability (34), Convenience in use(33), Adaptability(35) Complexity of device (36), Stability (13), Tension(11),Strenght(14) Segmentation (1), Parameter changes (35), Preliminary action(10),the other way around(13), Partial or excessive action(16),universality(6), Dynamics (15) IV-10

11 Lanjutan Tabel 4.5 Plunger Memiliki ukuran yang sesuai dengan base plate Accuracy of measurement (28), Accuracy of manufacture(29) Stability of object (13), Waster of energy (22), Manufacturability (32) n/a, Parameter changes (35), The other way around(13), Cheap short-living (27), Tidak merusak rimpang waktu pendorongan Harmful factor side effect (31), Shape(12) Tension(11), Waster of energy (22), Complexity of device (36) Homogenity (33), Parameter changes (35), Segmentation (1) Mampu mengeluarkan rimpang setelah terpotong Productivity (39), Shape(12), Strength (14), Accuracy of manufacture(29) NB: Tanda Bold adalah parameter yang dipilih. Strength (14), Reliability (27), Complexity of device (36) Partial or excessive action(16), Preliminary action (10), Segmentation (1), Intermediary(24),T he other way around(13), IV-11

12 4.4.5 Solution Interpretation Setelah ditemukan solusi permasalahan kontradiksi pada rancangan melalui tabel kontradiksi dan 40 inventive principles, kemudian solusi tiap atribut dievaluasi dan disimpulkan agar menjadi sebuah solusi dan perbaikan rancangan. Solusi ini diharapkan mampu menjadi dasar ataupun memperbaiki rancangan alat pemotong kunyit terutama pada bagian pisau pemotong dan yang berhubungan. a. Penahan Pisau Pada penahan pisau, untuk memenuhi technical requirement solusi yang diperoleh dari tabel kontradiksi dan 40 inventive principles adalah: 1. Mampu Mempertahankan Posisi Pisau. Improving feature dari mempertahankan posisi pisau ini adalah tension (11). Sedangkan worsening feature-nya adalah weight non moving object (2). Untuk memenuhi technical requirement solusi yang diperoleh dari tabel kontradiksi dan 40 inventive principles adalah preliminary action (10). Dari solusi tersebut dapat diusulkan bahwa pada penahan pisau agar mampu mempertahankan pisau, penahan pisau tersebut harus dipasang fix terhadap base body. 2. Mudah Dalam Penyetelan atau Pengaturan Pisau. Improving feature dari mudah dalam penyetelan dan pengaturan pisau ini adalah adaptability (35). Sedangkan worsening feature-nya adalah complexity of device (36). Untuk memenuhi technical requirement solusi yang diperoleh dari tabel kontradiksi dan 40 inventive principles adalah dynamics (15). Dari solusi tersebut dapat diusulkan bahwa pada penahan pisau agar mudah dalam penyetelan dan pengaturan pisau, penahan pisau tersebut harus mempunyai fitur tambahan agar tiap-tiap pisau bisa disetel dan diatur. 3. Mudah Dibongkar Pasangkan Pada Base Body. Improving feature dari mudah dibongkar pasangkan pada base body ini adalah adaptability (35). Sedangkan worsening feature-nya adalah shape (12). Untuk memenuhi technical requirement solusi yang diperoleh dari tabel kontradiksi dan 40 inventive principles adalah segmentation (1). Dari solusi tersebut dapat diusulkan commit bahwa to user pada penahan pisau agar mudah IV-12

13 dibongkar pasangkan dengan base body, penahan pisau tersebut harus ada bagian yang mudah dilepas. b. Pisau Pemotong Pada pisau pemotong, untuk memenuhi technical requirement solusi yang diperoleh dari tabel kontradiksi dan 40 inventive principles adalah: 1. Mampu Meminimalisir Gaya Gesek Dari Rimpang. Improving feature dari mampu meminimalisir gaya gesek ini adalah waster of energy (22). Sedangkan worsening feature-nya adalah manufacturability (32).Untuk memenuhi technical requirement solusi yang diperoleh dari tabel kontradiksi dan 40 inventive principles adalah not available. Dari solusi tersebut dapat diusulkan bahwa untuk meminimalisir gaya gesek dari rimpang permukaan pisau pemotong harus semulus mungkin dan harus mempunyai bentuk yang tipis. 2. Mampu Memotong Rimpang Sesuai Ukuran Standar. Improving feature dari mampu memotong rimpang sesuai ukuran standar ini adalah productivity (39). Sedangkan worsening feature-nya adalah complexity of device (36). Untuk memenuhi technical requirement solusi yang diperoleh dari tabel kontradiksi dan 40 inventive principles adalah preliminary action (10). Dari solusi tersebut dapat diusulkan bahwa dalam proses pemotongan rimpang, posisi rimpang harus dalam kondisi membujur, sehingga semakin mudah dalam proses pemotongannya. 3. Mudah Dalam Perawatan (mudah dilepas untuk diasah). Improving feature dari mampu memotong rimpang sesuai ukuran standar ini adalah repairability (34). Sedangkan worsening feature-nya adalah complexity of device (36). Untuk memenuhi technical requirement solusi yang diperoleh dari tabel kontradiksi dan 40 inventive principles adalah segmentation (1). Dari solusi tersebut dapat diusulkan bahwa agar mudah dalam perawatannya pisau pemotong harus mempunyai desain yang mudah yaitu konsep mur dan baut commit to user IV-13

14 c. Plunger Pada plunger, untuk memenuhi technical requirement solusi yang diperoleh dari tabel kontradiksi dan 40 inventive principles adalah: 1. Memiliki Ukuran Yang Sesuai Dengan Base Plate. Improving feature dari mampu meminimalisir gaya gesek ini adalah accuracy of manufacture (29). Sedangkan worsening feature-nya adalah manufacturability (32).Untuk memenuhi technical requirement solusi yang diperoleh dari tabel kontradiksi dan 40 inventive principles adalah not available. Dari solusi tersebut dapat diusulkan bahwa plunger harus memiliki ukuran uang sama dengan base body. 2. Tidak Merusak Rimpang Waktu Pendorongan. Improving feature dari mampu memotong rimpang sesuai ukuran standar ini adalah harmful factor side effect (31). Sedangkan worsening feature-nya adalah tension (11). Untuk memenuhi technical requirement solusi yang diperoleh dari tabel kontradiksi dan 40 inventive principles adalah homogeneity (33). Dari solusi tersebut dapat diusulkan bahwa agar plunger tidak merusak rimpang kunyit dalam pendorongan, mata plunger harus memiliki hardness yang tidak terlalu tinggi tetapi cukup kekakuannya. Dan mata plunger didesain agar kontak dengan rimpang lebih maksimal. 3. Mampu Mengeluarkan Rimpang Setelah Terpotong. Improving feature dari mudah dalam penyetelan dan pengaturan pisau ini adalah shape (12). Sedangkan worsening feature-nya adalah reliability (27). Untuk memenuhi technical requirement solusi yang diperoleh dari tabel kontradiksi dan 40 inventive principles adalah partial or excessive action (16). Dari solusi tersebut dapat diusulkan bahwa agar mampu mengeluarkan rimpang setelah terpotong mata plunger harus dipanjangkan hingga melebihi mata pisau. 4.5 Physical Contradiction Physical contradiction merupakan suatu kontradiksi yang mengacu pada karakteristik suatu elemen dari suatu system. Jadi kontradiksi fisik ini mengacu kepada bentuk fisik suatu elemen dalam sistem. Penjelasan kontradiksi fisik yang terjadi pada pisau pemotong akan commit dijabarkan to user pada sub bab berikutnya. IV-14

15 4.5.1 Physical Contradiction Analysis Permasalahan yang terjadi adalah adanya gaya gesek yang besar antara pisau pemotong dan rimpang kunyit yang mengakibatkan rimpang kunyit tidak dapat keluar karena terjepit oleh pisau pemotong. Kemudian dengan adanya gaya gesek yang besar tersebut rimpang kunyit yang tidak dapat keluar dari pisau pemotong mengakibatkan deflection atau pembengkokkan pada pisau pemotong. Oleh karena itu, dibutuhkan pisau pemotong yang memiliki bentuk kecil dan tipis agar dapat mengurangi terjadinya gaya gesek dan tekanan yang besar. Akan tetapi, apabila pisau pemotong dibuat kecil dan tipis pisau pemotong tersebut mudah mengalami pembengkokkan (deflection) akibat tekanan yang besar tadi. Oleh karena itu, dibutuhkan pisau yang tebal dan kuat untuk mengurangi pembengkokkan tersebut. Dari permasalahan diatas dapat diketahui bahwa physical contradiction yang terjadi adalah disatu sisi pisau pemotong harus mempunyai bentuk yang kecil dan tipis untuk mengurangi gaya gesek dan tekanan yang besar, akan tetapi dibutuhkan juga bentuk pisau yang kuat dan tebal agar pisau pemotong cukup kaku, sehingga tidak mengalami pembengkokkan (deflection) Solution Interpretation Setelah mengidentifikasi permasalahan physical contradiction, langkah selanjutnya adalah menemukan solusi dari kontradiksi yang terjadi. Pendekatan yang diguanakan adalah pendekatan separation in component. Pendekatan ini dipilih karena kontradiksi yang terjadi pada permasalahan diatas merupakan kontradiksi fisik antara komponen pada bagian dari pisau pemotong. Setelah menganalisis permasalahan kontradiksi yang terjadi diatas. Hal yang perlu dilakukan untuk meminimalisir gaya gesek dan tekanan yang besar, dan agar pisau tidak mengalami pembengkokkan (deflection) dengan cara menambahkan komponen lain yang dapat menahan beban dari rimpang agar tidak mengalami deflection. Jadi pisau pemotong tetap sebagai fungsinya yaitu memotong rimpang. Komponen lain yang ditambahkan tersebut mempunyai fungsi untuk mengatur dan menyetel pisau pemotong agar pisau pemotong kuat dalam menahan tekanan tersebut sehingga pisau pemotong tidak mengalami commit to user IV-15

16 deflection. Adapun usulan sistem kerja komponen yang ditambahkan seperti konsep mur dan baut. 4.6 Conceptual Design Pada tahap ini merupakan gabungan solusi yang dihasilkan dari technical contradiction dan physical contradiction dikombinasikan untuk menghasilkan alternatif perbaikan yang terbaik. Usulan alternatif perbaikan yang dihasilkan dari kedua permasalahan kontradiksi diatas adalah yang pertama membuat pisau yang tajam dan tipis agar dapat meminimalisir gaya gesek, kedua membuat penahan pisau dengan konsep mur dan baut agar mudah dalam mengatur kekuatan pisau yang tipis tersebut dan ketiga ukuran mata plunger dipanjangkan agar lebih mudah dalam mengeluarkan rimpang. Menggunakan konsep mur dan baut Gambar 4.4 Usulan alternatif perbaikan menggunakan konsep mur dan baut. Pisau kecil dan tipis Ukuran mata plunger dupanjangkan Gambar 4.5 Usulan alternatif perbaikan memanjangkan ukuran mata plunger dan pisau commit yang to kecil user dan tipis. IV-16

17 4.7 Spesifikasi dan Rekomendasi Pada tahap ini, spesifikasi dan rekomendasi rancangan pisau pemotong ditentukan berdasarkan solusi dan desain konsep yang dihasilkan. Untuk pisau pemotong, pisau yang digunakan adalah dari bahan ruji pipih sepeda ukuran 28,3cm. Dalam pembuatannya, ruji tersebut digerinda dan diasah sehingga menjadi tajam. Bahan ruji sepeda digunakan karena untuk mengaplikasikan konsep desain yang telah dibuat bahan ruji merupakan salah satu bahan yang memenuhi kriteria dalam pembuatan pisau pemotong. Selain ukurannya yang kecil, ruji juga mempunyai ulir dan naple sehingga akan mudah dalam pengaturan ketegangan dan ketegangan pisau pisau pemotong. Pemasangan naple pada alat pemotong kunyit tersebut dibuat bolak balik. Pada pisau yang pertama kepala naple berada diatas, bagian kedua kepala naple berada dibawah dan seterusnya. Hal tersebut dilakukan karena pada waktu pemasangan naple jarak antar pisau pemotong sangatlah kecil sehingga apabila pemasangan naple disamakan tidak mempunyai cukup tempat untuk pemasangannya. Kemudian adanya tambahan plat pada bagian penahan pisau. Plat tersebut berfungsi sebagai penjepit pisau pemotong agar pada waktu pengaturan dengan memutar naple pisau pemotong tersebut tidak ikut memutar. Dan untuk menahan pisau agar lebih kuat, pada posisi penjepitan pisau pemotong tersebut dilakukan brazing (las kuningan). Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan melalui gambar rancangan sebagai berikut. Gambar 4.6 Ruji pipih yang digunakan untuk pisau pemotong. commit to user IV-17

18 Naple Gambar 4.7 Pemasangan naple bolak-balik. Plat penjepit pisau Gambar 4.8 Pemasangan plat sebagai penjepit pisau. Gambar 4.9 Rancangan commit to alat user pemotong kunyit. IV-18

19 4.8 Pengujian Pada tahap ini dilakukan pengujian alat pemotong rimpang kunyit dari desain konsep yang telah dihasilkan. Adapun pengujian yang dinilai adalah kualitas dari kunyit tersebut. Kunyit digunakan adalah kunyit segar yang banyak dipasaran. Parameter penilaian yang akan dihasilkan telah dijabarkan pada bab 3. Pada tahap pengujian ini, dilakukan 2 tahap pengujian, pada tahap pertama dilakukan 10 kali pemotongan dang yang kedua dilakukan 30 kali pemotongan. Hasil dari pengujiannya sebagai berikut pada tabel 4.6 dan tabel 4.7. Tabel 4.6 Pengujian Tahap Pertama. Pemotongan ke- Hasil Pemotongan Keterangan 1 Baik 2 Baik 3 Baik 4 Cukup Pisau mengendor 5 Cukup Pisau mengendor 6 Cukup Pisau mengendor 7 Kurang Pisau Patah Tabel 4.7 Pengujian Tahap Kedua. Pemotongan ke- Hasil Pemotongan 1 Baik 2 Baik 3 Baik 4 Baik 5 Cukup Pisau mengendor 6 Cukup Pisau mengendor 7 Cukup Pisau mengendor 8 Kurang Pisau mengendor 9 commit Kurang to user Pisau mengendor IV-19

20 Lanjutan Tabel Kurang Pisau mengendor 11 Baik 12 Baik 13 Baik 14 Baik 15 Baik 16 Baik 17 Cukup Pisau mengendor 18 Cukup Pisau mengendor 19 Cukup Pisau mengendor 20 Baik 21 Baik 22 Baik 23 Baik 24 Baik 25 Cukup Pisau mengendor 26 Cukup Pisau mengendor 27 Baik 28 Baik 29 Baik 30 Baik Pada pengujian tahap pertama, pada saat pemotongan yang ke-7 pemotongan tidak dilanjutkan karena pisau pemotong nomor 5 patah. Kemudian dilakukan perbaikan terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian tahap kedua. Pengujian tahap kedua, kendala yang dihadapi adalah pisau pemotong mengalami pengendoran. commit to user IV-20

Development Of Cutting Tools Design Simplicia Turmeric By Using TRIZ Method

Development Of Cutting Tools Design Simplicia Turmeric By Using TRIZ Method Performa (2014) Vol. 13, No.2: 151-160 Development Of Cutting Tools Design Simplicia Turmeric By Using TRIZ Method Dendra Febriawan *), Rahmaniyah Dwi Astuti, dan Ilham Priadythama Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PERNYATAAN... ii. SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR... iii. LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PERNYATAAN... ii. SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR... iii. LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERNYATAAN... ii SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR... iii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iv LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN...

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Penulisan tugas akhir ini melalui beberapa tahapan yang dilakukan. Tahapantahapan tersebut, antara lain: a. Menentukan Tempat Penelitian Tahap awal

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN `` BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Melalui proses penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan adalah sebagai berikut: 1. Masukan dari penelitian ini berasal dari keinginan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisa permasalahan yang ada. 2.1 Klaster

Lebih terperinci

Bandung, Jalan Ganesha no.10, Bandung 40132, Jawa Barat, Indonesia. Indonesia. Barat, Indonesia. MT 35

Bandung, Jalan Ganesha no.10, Bandung 40132, Jawa Barat, Indonesia. Indonesia. Barat, Indonesia. MT 35 Desain Mekanisme Alternatif Penerus Daya dari Poros Turbin Propeler ke Poros Generator dengan Menggunakan TRIZ Indra Djodikusumo 1, a *, Fachri Koeshardono 2,b, Iwan Sanjaya Awaluddin 3,c Duddy Arisandi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pemberian zat aditif mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan industri pertanian sekarang ini. Zat aditif yang dimaksud adalah berbagai

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN PADA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH ROEMANI DENGAN METODE SERVQUAL DAN TRIZ

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN PADA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH ROEMANI DENGAN METODE SERVQUAL DAN TRIZ E.3 UPAYA PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN PADA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH ROEMANI DENGAN METODE SERVQUAL DAN TRIZ Diana Puspita Sari *, Andry Harmawan Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Pengembangan Produk Mainan Anak Sebagai Media Penunjang Perkembangan Keterampilan Motorik Halus dengan Metode QFD dan TRIZ

Pengembangan Produk Mainan Anak Sebagai Media Penunjang Perkembangan Keterampilan Motorik Halus dengan Metode QFD dan TRIZ Pengembangan Produk Mainan Anak Sebagai Media Penunjang Perkembangan Keterampilan Motorik Halus dengan Metode QFD dan TRIZ Yulius Astrada Willson, Lusia Permata Sari Hartanti, Johan K. Runtuk Program Studi

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil berupa sebuah alat Praktikum Fisika Listrik beserta dengan modul praktikumnya yang dapat digunakan

Lebih terperinci

PERBAIKAN PROSES PERANCANGAN PRODUK INDUSTRIAL LATEX GLOVES DENGAN PENDEKATAN CONCURRENT ENGINEERING TOOLS

PERBAIKAN PROSES PERANCANGAN PRODUK INDUSTRIAL LATEX GLOVES DENGAN PENDEKATAN CONCURRENT ENGINEERING TOOLS PERBAIKAN PROSES PERANCANGAN PRODUK INDUSTRIAL LATEX GLOVES DENGAN PENDEKATAN CONCURRENT ENGINEERING TOOLS TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN

PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN Oleh: Hulfi Mirza Hulam Ahmad 2109100704 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M.Eng Latar Belakang Prototype box yang dibuat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE A. BAHAN BAB III BAHAN DAN METODE Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Besi plat esser dengan ketebalan 2 mm, dan 5 mm, sebagai bahan konstruksi pendorong batang,

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PELAYANAN PADA INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN METODE SERVQUAL DAN TRIZ (STUDI KASUS DI RS MUHAMMADIYAH ROEMANI)

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PELAYANAN PADA INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN METODE SERVQUAL DAN TRIZ (STUDI KASUS DI RS MUHAMMADIYAH ROEMANI) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PELAYANAN PADA INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN METODE SERVQUAL DAN TRIZ (STUDI KASUS DI RS MUHAMMADIYAH ROEMANI) Diana Puspita Sari 1, Andry Harmawan 2 Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT PENGERING KELAPA DENGAN METODE TRIZ

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT PENGERING KELAPA DENGAN METODE TRIZ SKRIPSI PERANCANGAN ALAT PENGERING KELAPA DENGAN METODE TRIZ Disusun Oleh : MELVIN 5303013029 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2017 i ii iii iv v ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Perancangan Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur sistematika perancangan struktur Kubah, yaitu dengan cara sebagai berikut: START

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENANAM PADI ( RANGKA)

RANCANG BANGUN MESIN PENANAM PADI ( RANGKA) RANCANG BANGUN MESIN PENANAM PADI ( RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: SAMUEL HARTAWAN P.I.P NIM. I8111036 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PELAYANAN NASABAH BANK X MENGGUNAKAN DIMENSI BANKING SERVICE QUALITY DENGAN METODE SERVQUAL DAN TRIZ

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PELAYANAN NASABAH BANK X MENGGUNAKAN DIMENSI BANKING SERVICE QUALITY DENGAN METODE SERVQUAL DAN TRIZ Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 USULAN PERBAIKAN KUALITAS PELAYANAN NASABAH BANK X MENGGUNAKAN DIMENSI BANKING

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGGERAK UNTUK LOW COST ANTHROPOMORPHIC PROSTHETIC HAND MENGGUNAKAN METODE TRIZ

PERANCANGAN SISTEM PENGGERAK UNTUK LOW COST ANTHROPOMORPHIC PROSTHETIC HAND MENGGUNAKAN METODE TRIZ PERANCANGAN SISTEM PENGGERAK UNTUK LOW COST ANTHROPOMORPHIC PROSTHETIC HAND MENGGUNAKAN METODE TRIZ Skripsi ANGGRIYAWAN PUTRANTO I 0309005 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu.

III. METODE PROYEK AKHIR. dari tanggal 06 Juni sampai tanggal 12 Juni 2013, dengan demikian terhitung. waktu pengerjaan berlangsung selama 1 minggu. 24 III. METODE PROYEK AKHIR 3.1. Waktu dan Tempat Proses pembuatan Proyek Akhir ini dilakukan di Bengkel Bubut Jl. Lintas Timur Way Jepara Lampung Timur. Waktu pengerjaan alat pemotong kentang spiral ini

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

PERANCANGAN dan PEMBUATAN SPRAYER PUPUK ELEKTRIK

PERANCANGAN dan PEMBUATAN SPRAYER PUPUK ELEKTRIK PERANCANGAN dan PEMBUATAN SPRAYER PUPUK ELEKTRIK HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri oleh Gregorius Widyo Utomo 11 16 06741 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi perancangan solusi yang telah dilakukan oleh penelitian terdahulu di perusahaan jasa dan dasar

Lebih terperinci

2. Mesin Frais/Milling

2. Mesin Frais/Milling 2. Mesin Frais/Milling 2.1 Prinsip Kerja Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan diteruskan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PELUBANG PLAT ALUMUNIUM. Oleh : Siswanto ABSTRACT. Pelubang machine is a very important equipment in the electronics shop and other

PERENCANAAN MESIN PELUBANG PLAT ALUMUNIUM. Oleh : Siswanto ABSTRACT. Pelubang machine is a very important equipment in the electronics shop and other PERENCANAAN MESIN PELUBANG PLAT ALUMUNIUM Oleh : Siswanto ABSTRACT Pelubang machine is a very important equipment in the electronics shop and other technical workshop. Research and design of the pelubang

Lebih terperinci

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa Buletin 70 Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 70-74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan TEKNIK PEMBUATAN ALAT PENGUPAS KULIT LADA TIPE PIRINGAN R. Bambang

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA)

RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA) RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: AFRIKO JADI PRAYOGA PUTRA PRATAMA NIM I8613002 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN

ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN Abstrak Carli Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto,

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAUT PENGIKAT BEARING POROS DAN PERANCANGAN SARINGAN PADA MESIN PENCACAH SAMPAH

PEMILIHAN BAUT PENGIKAT BEARING POROS DAN PERANCANGAN SARINGAN PADA MESIN PENCACAH SAMPAH PEMILIHAN BAUT PENGIKAT BEARING POROS DAN PERANCANGAN SARINGAN PADA MESIN PENCACAH SAMPAH AL HADRIL*, Widodo, Muhammad Hasan Albana. Program Studi Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam

Lebih terperinci

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 3 DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 1. PENGANTAR Pelat-pelat hasil produksi pabrik umumnya masih dalam bentuk lembaran yang ukuran dan bentuknya bervariasi. Pelat-pelat dalam bentuk lembaran ini tidak dapat

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah model yang menggambarkan sistem dan terdapat langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan salah satu tahap untuk membuat komponenkomponen pada Troli Bermesin. Komponen-komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politeknik Negeri Sriwijaya merupakan lembaga pedidikan vokasional terkemuka, berkualitas, inovatif, adaptif terhadap ilmu pengetahuan dan seni (IPTEKS) yang mampu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG KUNYIT UNTUK SIMPLISIA DI KLASTER BIOFARMAKA KARANAGANYAR

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG KUNYIT UNTUK SIMPLISIA DI KLASTER BIOFARMAKA KARANAGANYAR PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG KUNYIT UNTUK SIMPLISIA DI KLASTER BIOFARMAKA KARANAGANYAR 1 Fakhrina Fahma, 2 Retno Wulan Damayanti, 3 Desy Meilina Fulani 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 17 BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 3.1. Penjabaran Tugas (Classification Of Task) Langkah pertama untuk bisa memulai suatu proses perancangan adalah dengan menyusun daftar kehendak. Dafar kehendak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Dengan Minimasi Cacat pada Proses Pengemasan Obat Solid Menggunakan Metode Triz

Perbaikan Kualitas Dengan Minimasi Cacat pada Proses Pengemasan Obat Solid Menggunakan Metode Triz Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-7842 Perbaikan Kualitas Dengan Minimasi Cacat pada Proses Pengemasan Obat Solid Menggunakan Metode Triz 1 Ayu Anugrah Rizki, 2 Dewi Shofi, 3 Iyan Bachtiar 1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kualitas produk menjadi salah satu topik yang menjadi perhatian utama bagi setiap industri. Setiap industri baik yang berskala kecil maupun skala besar memiliki perhatian khusus

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahap-tahap penelitian serta metode dan alat yang secara sistematis digunakan untuk melakukan pemecahan masalah. Tahap-tahap yang akan dilakukan

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENENTUAN PARAMETER PENYEBAB KERUSAKAN KANTONG SEMEN PADA PROSES LONGITUDINAL GLUE MACHINE MENGGUNAKAN ANALISIS TRIZ (THEORY OF INVENTIVE PROBLEM SOLVING) Dedi Dermawan Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan Mesin Perancangan secara umum dapat didefinisikan sebagai formulasi suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan manusia, sehingga secara sederhana perancangan dapat diartikan

Lebih terperinci

Usulan Perbaikan Kualitas Pelayanan Pada PT.X Menggunakan Metode Kano Dan Triz

Usulan Perbaikan Kualitas Pelayanan Pada PT.X Menggunakan Metode Kano Dan Triz Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Usulan Perbaikan Kualitas Pelayanan Pada PT.X Menggunakan Metode Kano Dan Triz 1) Ade Rusdiana, 2) Nugraha, 3) Selamat 1,2,3) Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan persaingan dalam pasar global menyebabkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan persaingan dalam pasar global menyebabkan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan persaingan dalam pasar global menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis tidak hanya bergantung pada harga dan kualitas, tetapi juga pada bervariasinya

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN DEPARTEMEN SERVICE ASSURANCE TELKOM YOGYAKARTA

PENGUKURAN DAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN DEPARTEMEN SERVICE ASSURANCE TELKOM YOGYAKARTA PENGUKURAN DAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN DEPARTEMEN SERVICE ASSURANCE TELKOM YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri CORNELIUS KRISHNA

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING Mulyadi (1), Toti Srimulyati (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang (2) Staf Pengajar Jurusan Manajemen,

Lebih terperinci

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi

Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi Bidang Teknik Mesin Yogyakarta, 10 November 2012 Rancangan Welding Fixture Pembuatan Rangka Produk Kursi Hendro Prassetiyo, Rispianda, Irvan Rinaldi Ramdhan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

P ndahuluan alat sambung

P ndahuluan alat sambung SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA Dr. IGL Bagus Eratodi Pendahuluan Konstruksi baja merupakan kesatuan dari batangbatang yang tersusun menjadi suatu struktur. Hubungan antar batang dalam struktur baja berupa sambungan.

Lebih terperinci

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA 3.1 Mesin Bubut Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam, gunanya untuk membentuk benda kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya adalah

Lebih terperinci

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian 135 LAMPIARN 1.4 SOAL TEST UJI COBA INSTRUMEN Mata Pelajaran : Teknik Pemesinan Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu : 60 menit Sifat Ujian : Tutup Buku PETUNJUK UMUM 1. Tulis nama, dan kelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN BAB II PERTIMBANGAN DESAIN 2.1 Pertimbangan Desain Hal hal penting dalam pertimbangan desain untuk merancang press tool sendok cocor bebek, hal hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan metode

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini memuat sejarah singkat PT. Surya Plastindo Utama, pengumpulan data dan pengolahan data dengan menggunakan QFD (Quality Function Deployment) dan DFMEA (Design

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan

III. METODE PENELITIAN. Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan 20 III. METODE PENELITIAN A. Pemodelan Hal yang paling dasar dalam pemodelan sebuah komponen (part) adalah pembuatan sketsa 2D, karena dari sketsa 2D inilah nantinya akan dihasilkan bentuk 3D. 1. Sketsa

Lebih terperinci

PERANCANGAN DONGKRAK DAN JACK STAND 2IN1

PERANCANGAN DONGKRAK DAN JACK STAND 2IN1 PERANCANGAN DONGKRAK DAN JACK STAND IN Andryan ), Joni Dewanto ) Program Studi Teknik Otomotif Universitas Kristen Petra,) Jl. Siwalankerto -3, Surabaya 03. Indonesia,) Phone: 00-3-8439040, Fax: 00-3-84758,)

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

RANCANG ULANG RAGUM MINI PORTABLE

RANCANG ULANG RAGUM MINI PORTABLE RANCANG ULANG RAGUM MINI PORTABLE PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Oleh : DANIEL CANDRA IRAWAN NIM : I 8109009 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

MATERI KULIAH CNC Memasang Pahat. Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

MATERI KULIAH CNC Memasang Pahat. Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta MATERI KULIAH CNC Memasang Pahat Pada Mesin Bubut CNC Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kegiatan Belajar Instruksi Memasang Pahat pada Mesin Bubut CNC a. Tujuan Kegiatan

Lebih terperinci

FRAME DAN SAMBUNGAN LAS

FRAME DAN SAMBUNGAN LAS FRAME DAN SAMBUNGAN LAS RINI YULIANINGSIH 1 Ketika ketika mendesain elemen-elemen mesin, kita juga harus mendesain juga untuk housing, frame atau struktur yang mensupport dan melindungi 1 Desain frame

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses desain diperlukan pada setiap proses manufaktur dengan tujuan untuk menghasilkan produk akhir dengan biaya produksi yang optimal karena sebagian biaya produksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang

BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang diharapkan berdasarkan metode VDI 2221. Maka pada bab ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah adalah serangkaian urutan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang ditujukan kepada

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang ditujukan kepada BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Identifikasi gambar kerja merupakan suatu langkah awal pengerjaan benda kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

INTEGRASI METODE QFD DAN DFMEA DALAM PERBAIKAN DESAIN MOLD PADA MOLD BODY SEALPACK DI PERUSAHAAN INJECTION

INTEGRASI METODE QFD DAN DFMEA DALAM PERBAIKAN DESAIN MOLD PADA MOLD BODY SEALPACK DI PERUSAHAAN INJECTION INTEGRASI METODE QFD DAN DFMEA DALAM PERBAIKAN DESAIN MOLD PADA MOLD BODY SEALPACK DI PERUSAHAAN INJECTION Muhammad Kholil 1*, Suryanto 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya pembuatan, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat uji, diagram alir pembuatan alat uji serta langkah-langkah

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENGADUK ADONAN ROTI TAWAR (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR. Oleh :

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENGADUK ADONAN ROTI TAWAR (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR. Oleh : PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENGADUK ADONAN ROTI TAWAR (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR Oleh : Eko Susilo NIM 011903101118 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Simulasi 3D mempunyai fungsi utama untuk membuat pemodelan 3D. Dari pemodelan 3D dapat diciptakan karya yang spektakuler seperti special

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Ring Transducer

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Ring Transducer HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan Ring Transducer Hasil rancangbangun sensor tahanan pemotongan berupa ring transducer yang ditunjukkan pada Gambar 60. Salah satu sisi ring dipasang dua buah strain gage yaitu

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses yang mengolah dari bahan mentah menjadi suatu barang jadi. Berikut ini pemilihan bahan yang digunakan dalam pembuatan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan salah satu penemuan manusia yang telah mempermudah kegiatan sehari-hari. Hampir setiap produk yang beredar di masyarakat saat ini memakai plastik

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Referensi alat bantu terhadap benda kerja

Gambar 2.1 Referensi alat bantu terhadap benda kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian jig Jig adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengarahkan sebuah atau lebih alat potong pada posisi yang sesuai dengan proses pengerjaan suatu produk. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR 5 BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Kajian Empiris Pada bab ini dijelaskan tentang penelitian-penelitian terdahulu mengenai matras, metode TRIZ dan metode QFD. 2.1.1 Penelitian Tentang Matras Penelitian tentang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BANTU FORKLIFT 10 TON UNTUK PEMINDAH COIL SHEET METAL DI PT ATMI SURAKARTA

PERANCANGAN ALAT BANTU FORKLIFT 10 TON UNTUK PEMINDAH COIL SHEET METAL DI PT ATMI SURAKARTA PERANCANGAN ALAT BANTU FORKLIFT 10 TON UNTUK PEMINDAH COIL SHEET METAL DI PT ATMI SURAKARTA Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri GABRIEL NUKEE

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

terletak di atas keranjang sehingga buah tidak akan terjatuh ke tanah.

terletak di atas keranjang sehingga buah tidak akan terjatuh ke tanah. 1 RINGKASAN Saat ini terdapat banyak alat pertanian yang dijual di pasaran, salah satunya adalah alat pemetik buah. Buah-buahan yang berasal dari pohon yang tinggi cukup sulit untuk dipetik, Oleh karena

Lebih terperinci

REDESAIN EGRANG MENGGUNAKAN INTEGRASI ECQFD, TRIZ DAN AHP

REDESAIN EGRANG MENGGUNAKAN INTEGRASI ECQFD, TRIZ DAN AHP REDESAIN EGRANG MENGGUNAKAN INTEGRASI ECQFD, TRIZ DAN AHP Dyah Ika Rinawati 1*, Dimas Aditya Shannon Dei 2 1,2 Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya didesain dengan baik sehingga mampu menunjukkan kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya didesain dengan baik sehingga mampu menunjukkan kinerja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk menjamin stabilitas struktur saat gempa besar terjadi, struktur hendaknya didesain dengan baik sehingga mampu menunjukkan kinerja yang sesuai dengan yang diharapkan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di bengkel Apppasco Indonesia, cangkurawo Dramaga Bogor. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci