Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XIV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XIV"

Transkripsi

1 Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XIV 25 Agustus 2014 BONUS DEMOGRAFI: TANTANGAN PENELITI UNTUK PENGABDIAN YANG KONKRET DALAM PEMBANGUNAN NEGARA DAN BANGSA Prof. dr. Fasli Jalal, PhD, SpGK Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pembangunan bangsa Indonesia merupakan cerminan untuk memenuhi harapan rakyat sehingga harus dilaksanakan secara sistematis dan berdasarkan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Harapan utama masyarakat tentang apa yang ingin diwujudkan tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 serta tercermin dalam falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Dasar dan falsafah hidup berbangsa dan bernegara mengarahkan pengembangan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang menjamin terwujudnya masyarakat yang terus meningkat kesejahteraan serta kemakmurannya sehingga rasa aman, tentram, dan keadilan masyarakat selalu terpenuhi. Dengan demikian, pembangunan harus diarahkan demi tercapainya kesejahteraan lahir dan batin bagi seluruh penduduk Indonesia, tidak saja bagi penduduk Indonesia saat ini, tetapi juga bagi penduduk Indonesia di masa mendatang. Oleh karena itu, pembangunan yang berkelanjutan merupakan prasyarat mutlak untuk terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. 1

2 Konsep pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang menempatkan penduduk sebagai titik sentral pembangunan. Pemikiran ini antara lain tercetus di The Asia Pacific Conference (Konferensi Asia Pasifik) ke-55 di Bangkok, Thailand tahun 2002, yang menyatakan bahwa penduduk merupakan sumber daya pertama dan utama bagi suatu bangsa. Upaya meningkatkan kualitas penduduk juga dilakukan oleh seluruh anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang sejak tahun 1990-an, terutama pada International Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994, di Kairo, Mesir, merumuskan strategi pembangunan global untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Pada proses selanjutnya, partisipasi seluruh negara anggota PBB untuk mendukung peningkatan kualitas penduduk dunia disepakati melalui deklarasi yang indikator-indikator pembangunannya lebih dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Indikator-indikator pembangunan dalam MDGs sangat menekankan pada capaian kualitas hidup penduduk dan tentunya sangat wajar bila kebijakan pembangunan haruslah berdasar pada dinamika penduduk yang ada. Berbagai temuan empirik menunjukkan bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan bukan oleh melimpahnya sumber daya alam. Jumlah penduduk yang besar akan bermanfaat jika kualitasnya tinggi. Sebaliknya jika kualitas penduduknya rendah maka jumlah penduduk yang besar hanya akan menjadi beban pembangunan. Dengan demikian, kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional yang berkelanjutan. Oleh karena itu, program kependudukan harus terintegrasi dan menjadi arus utama (mainstream) dalam semua aspek pembangunan. Pertumbuhan Penduduk Dunia Laju pertumbuhan penduduk dunia menunjukkan peningkatan yang sangat drastis. Pada tahun pertama Masehi penduduk dunia diperkirakan hanya sebanyak 250 juta dan pada tahun 1800 jumlah penduduk dunia menjadi 1 miliar. Selanjutnya, untuk mencapai angka 2 miliar diperlukan waktu 130 tahun. Tahun 1930 penduduk dunia menjadi 3 miliar dan penambahan 1 miliar berikutnya membutuhkan waktu 30 tahun. 2

3 Pada tahun 1959 penduduk dunia mencapai 4 miliar, namun penambahan 1 miliar hanya membutuhkan waktu 15 tahun. Jumlah penduduk dunia terus meningkat dari tahun ke tahun sampai pada akhirnya penambahan 1 miliar penduduk tidak lagi membutuhkan waktu yang terlalu lama, hanya sekitar 12 tahun. Pada tahun 2011 penduduk dunia telah mencapai 7 miliar. Angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) penduduk dunia masih tinggi dan jauh di atas 2,1 anak per wanita usia reproduktif. Jika tidak dikendalikan, maka jumlah penduduk dunia akan terus meningkat. PBB telah melakukan proyeksi penduduk dengan menggunakan 3 skenario fertilitas, yaitu asumsi tinggi (TFR di atas 2,1), asumsi medium (TFR = 1,8-2,1), dan asumsi rendah (TFR di bawah 1,8). Diperkirakan jika tingkat kelahiran dunia berada di atas 2,1 sampai dengan tahun 2050, maka penduduk dunia pada saat itu akan berjumlah 10,6 miliar. Jika tingkat kelahiran antara 1,8 2,1, maka pada tahun 2050 penduduk dunia akan berjumlah 9,3 miliar. Sementara jika tingkat kelahiran berada di bawah 1,8, maka jumlah penduduk bisa ditekan menjadi 8,1 miliar. Dari beberapa skenario tersebut, diproyeksikan pada tahun 2100 penduduk dunia akan mencapai 15,8 miliar. Namun, apabila program pengendalian penduduk terus ditingkatkan, maka jumlah penduduk dunia bisa ditekan menjadi 10,1 miliar, bahkan bisa turun menjadi 6,2 miliar. Dampak pertumbuhan penduduk baru akan terlihat dalam jangka waktu cukup lama. Perbedaan TFR sedikit saja akan menghasilkan banyak perbedaan dalam jangka panjang. Tingkat kelahiran yang ideal menurut PBB adalah antara 1,8 2,1. Pertambahan jumlah penduduk yang terus-menerus akan mempengaruhi daya tampung dan daya dukung lingkungan di dunia. Apabila jumlah penduduk dunia terus bertambah sesuai dengan skenario proyeksi asumsi tinggi, maka pada tahun

4 diperlukan 3 Bumi untuk bisa menampung seluruh penduduk dunia. Namun, apabila diterapkan skenario penurunan fertilitas yang cepat sejak tahun 2010, maka pada tahun 2050 hanya diperlukan sumber daya alam dari 1 Bumi saja. Menurut PBB, pada tahun 2050 yang akan datang negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia adalah India dengan jumlah penduduk mencapai 1,69 miliar jiwa. India akan diikuti di urutan kedua Tiongkok dengan 1,31 miliar jiwa, ketiga Nigeria dengan 433 juta jiwa, keempat Amerika Serikat dengan 423 juta jiwa, kelima Pakistan dengan 312 juta jiwa. Indonesia ada di urutan keenam dengan jumlah penduduk mencapai 309 juta jiwa. Perubahan struktur penduduk sebagai akibat dari adanya perubahan tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan perpindahan penduduk menyebabkan terjadinya transisi demografi, yang kemudian dibagi ke dalam empat tahapan. Fase pertama, sebelum revolusi industri tahun 1800, saat tingkat kelahiran dan kematian masih sama-sama tinggi sehingga pertumbuhan jumlah penduduk masih rendah. Pada fase kedua, setelah revolusi industri, pertambahan penduduk tinggi karena tingkat kelahiran tetap tinggi tapi tingkat kematian mulai menurun akibat perbaikan derajat kesehatan. Pada fase ketiga, pertambahan penduduk mulai menurun karena tingkat kelahiran mulai menurun sedangkan tingkat kematian menjadi lebih rendah. Saat ini, Indonesia berada pada fase ketiga. Pada fase keempat, pertumbuhan penduduk amat rendah karena tingkat kelahiran dan tingkat kematian sama-sama rendah. Dengan adanya penambahan penduduk yang terus-menerus, maka kebutuhan pangan, air, dan energi akan terus meningkat. Sumber daya alam yang tersedia tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia sehingga perebutan sumber daya alam yang semakin terbatas akan menjadi sumber konflik di masa depan. Menurut proyeksi penduduk PBB dalam World Population Prospect 2011, dengan kondisi jumlah 4

5 penduduk dunia sebanyak 7 miliar pada tahun 2010, maka diperlukan sumber daya alam sebanyak 1,5 bumi untuk menghidupi penduduk sejumlah tersebut. Kondisi Penduduk Indonesia Pada tahun 1600 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sekitar 10 juta jiwa. Dibutuhkan sekitar 300 tahun untuk meningkat 4 kali lipat menjadi 40 juta pada tahun 1900-an. Jumlah ini kemudian meningkat pesat pada era menjadi lima kali lipatnya yaitu sekitar 200 juta. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi negara penyumbang terbesar dalam hal pertambahan penduduk dunia setelah Cina, India, Brasil, dan Nigeria (Harmadi, 2011). Indonesia telah mengalami transisi demografi yang lebih pendek jika dibandingkan negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. Transisi demografi yang terjadi akibat intervensi kesehatan dan pelaksanaan program KB yang dijalankan sejajar dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi menyebabkan Indonesia secara cepat mampu mengalami transisi demografi. Pada awal tahun an, Indonesia mengalami baby boom tahap pertama dengan TFR mencapai 5,6 anak per wanita usia subur. Baby boom ini terjadi tidak lepas dari kondisi sejarah Indonesia. Ketika kemerdekaan telah dicapai, terjadi lonjakan perkawinan yang diikuti dengan lonjakan jumlah kelahiran. Sementara angka kematian telah mulai menurun akibat intervensi kesehatan, terutama imunisasi dan pemakaian obat-obat modern, serta akibat perbaikan kesehatan lingkungan. Penurunan angka kematian terutama terjadi pada kematian bayi sehingga anakanak yang lahir pada tahun 1950-an dan seterusnya lebih banyak bertahan hidup menuju usia yang lebih tinggi (Adioetomo, 2005). Kemudian, ketika program keluarga berencana (KB) mulai digalakkan di Indonesia, TFR terus mengalami penurunan sehingga mengakibatkan pergeseran struktur penduduk menurut umur dan laju pertumbuhan penduduk (LPP). Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1961 dan 1971, maka Widjojo dan Iskandar memperkirakan penduduk Indonesia akan meningkat dengan cepat dan mencapai 330 juta jiwa pada tahun Namun, hasil Sensus Penduduk

6 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia hanya mencapai 237,6 juta jiwa. Artinya, melalui Program KB hampir 100 juta kelahiran dapat dicegah karena intervensi untuk menurunkan angka kelahiran melalui program KB intensif dilaksanakan di seluruh daerah. Program KB tidak saja berhasil menurunkan jumlah anak dalam setiap keluarga tetapi telah berhasil mengubah paradigma dari banyak anak banyak rejeki menjadi norma keluarga kecil bahagia sejahtera. TABEL 1. INDIKATOR DEMOGRAFI INDONESIA Jumlah penduduk (juta) 79,54 97,02 119,21 147,49 179,38 206,3 237,64 Jumlah perempuan tahun (juta) 38,1 23,75 28,62 35,94 46,09 57,34 65,21 Jumlah penduduk 0-14 tahun (juta) 31,1 41,04 52,04 60, ,60 Jumlah penduduk tahun (juta) 45,26 53,38 63,34 81, ,05 Jumlah penduduk 65+ tahun (juta) 3,18 2,61 2,97 4,77 6,75 9,58 11,98 Angka ketergantungan 75,8 81,8 86,8 79,1 67,8 54,7 51, Laju pertumbuhan penduduk (LPP) 2,1 2,32 1,98 1,96 1,45 1,49 (%/tahun) Jumlah kelahiran per tahun (juta) 3,83 5,1 5,33 4,98 4,12 4,31 Jumlah kematian per tahun (juta) 2,17 2,14 1,97 1,7 1,57 1, TFR 5,61 4,68 3,33 2,34 2,14 IMR Usia harapan hidup 45,7 52,2 59,8 65,4 69,8 Sumber: BPS. Sensus Penduduk Kalau kita melihat kembali kesuksesan program KB yang telah mengharumkan nama bangsa di dunia internasional melalui penghargaan PBB di bidang KB dan Kependudukan pada tahun 1989, memang hasilnya amat mengagumkan. Penurunan angka kelahiran dan LPP yang cukup tajam telah berhasil mencegah hampir 100 juta kelahiran penduduk hanya dalam tiga dekade. Keberhasilan menekan LPP ini telah membawa manfaat yang besar bagi pembangunan dan ketahanan nasional kita dengan a). meningkatnya usia harapan hidup dari 45 tahun pada tahun 1961 menjadi 65 tahun pada tahun 1996; b). penurunan proporsi anak di bawah usia 15 tahun telah meringankan beban pembiayaan dalam 6

7 pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, pelayanan kesehatan, perbaikan gizi, dan pendidikan, yang memberi peluang investasi pada berbagai bidang pembangunan sehingga berhasil menurunkan angka kemiskinan dengan tajam; c). makin pendeknya waktu untuk melahirkan dan merawat anak memungkinkan partisipasi angkatan kerja perempuan meningkat dengan sangat mengesankan; d). meningkatnya partisipasi sekolah dasar (SD) dari 41% pada tahun 1968 menjadi 94% pada tahun 1996 sedangkan partisipasi sekolah menengah setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) meningkat dari 62% pada tahun 1993 menjadi 80% tahun 2002; e). meningkatnya rata-rata pendapatan per kapita dari US$ 57 pada tahun 1967 menjadi US$ pada tahun 1996; f). tercapainya swasembada pangan karena peningkatan produksi pangan sejalan dengan menurunnya LPP; g) pengurangan tekanan penduduk pada lingkungan sehingga mengurangi konversi lahan-lahan produktif dan kawasan buffer zone menjadi daerah pemukiman, industri, dan perdagangan. Sejarah ini terukir berkat kuatnya komitmen segenap pimpinan negara dan pemerintahan, kokohnya partisipasi seluruh unsur masyarakat, dan gencarnya pelembagaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Semangat gotong royong diyakini menjadi fondasi sosial yang menyatukan keterlibatan berbagai pihak, termasuk sektor swasta, dalam program KB. Tentu semua keberhasilan tersebut disebabkan oleh adanya kelembagaan yang utuh dan kokoh dari Pusat sampai ke tingkat daerah, bahkan sampai ke tingkat desa, dengan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, cukup jumlahnya, dan didukung sarana dan prasarana yang lengkap. Kita harus mengakui bahwa keberhasilan yang telah dicapai selama 30 tahun tersebut tidak berhasil kita pertahankan. Sejak reformasi dan kebijakan otonomi daerah mulai diberlakukan, Indonesia masih menghadapi 4 masalah besar dalam bidang kependudukan, yaitu jumlah yang besar, pertumbuhan yang tinggi, persebaran yang tidak merata, dan kualitas yang rendah. Program KB yang dilaksanakan sejak tahun 1970 telah berhasil menurunkan TFR dari 5,6 anak per wanita pada tahun 1970 menjadi 2,6 pada tahun Namun, TFR tidak mengalami penurunan lagi sampai dengan tahun Demikian pula LPP masih sebesar 1,49% per tahun pada periode Pada periode tersebut rata-rata setiap tahunnya lahir lebih dari 7

8 4,5 juta bayi di Indonesia. Kondisi ini menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia , yang telah diluncurkan secara resmi oleh Presiden RI pada tanggal 29 Januari 2014 yang lalu, jumlah penduduk Indonesia akan terus meningkat dan pada tahun 2035 akan mencapai 305 juta jiwa. Diproyeksikan LPP per tahun selama periode akan terus menurun menjadi 0,62% per tahun pada periode Namun, apabila kita tidak berhasil menurunkan LPP, yang pada periode malah meningkat dari 1,45% (periode ) menjadi 1,49%, maka diperkirakan penduduk Indonesia akan meningkat menjadi 343 juta pada tahun Artinya, akan ada tambahan beban kependudukan yang disebabkan oleh 38 juta kelahiran yang sebetulnya tidak direncanakan. Tentunya kita semua sadar dan amat memahami betapa besarnya beban yang akan ditanggung keluarga dan negara untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. TABEL 2. PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA Jumlah penduduk (juta) 225,31 238,37 250,42 261,05 270,11 277,56 283,87 288,83 292,17 293,79 Pertambahan jumlah penduduk/tahun 2,75 2,61 2,41 2,12 1,81 1,49 1,26 0,99 0,66 0,32 Jumlah perempuan tahun (juta) 62,1 65,7 68,5 70,11 70,94 70,88 70,2 69,1 67,7 66,3 Jumlah penduduk 0-14 tahun (juta) 64,66 64,12 63,6 62,13 60,23 58,01 56,4 55,16 54,05 52,56 Jumlah penduduk tahun (juta) 148,25 168,18 170,79 180,38 187,18 192,63 194,74 195,25 193,71 191,55 Jumlah penduduk 65+ tahun (juta) 12,39 14,06 16,02 18,53 22,68 26,92 32,64 38,41 44,41 49,65 Angka ketergantungan 51,98 48,81 46,63 44,72 44,3 44,09 45,77 47,93 50,83 53,37 Sumber: diolah dari UN, World of Population Projection 2002 Revision Saat ini Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) mendapatkan rapor merah. Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) nampaknya sulit tercapai. TFR, yang diharapkan turun menjadi 2,3 (sebelumnya ditargetkan 2,1) tidak berubah dari 2,6 selama 10 tahun terakhir ini. Pemakaian kontrasepsi modern pada tahun 2012 sebesar 57,9% masih jauh dari 8

9 sasaran sebesar 65%. Unmet need masih 11,4% padahal sasarannya harus diturunkan menjadi 5%. Selain itu, proporsi peserta KB yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) cenderung menurun dan rata-rata usia perkawinan pertama perempuan juga belum mencapai target yang diharapkan. Kesemuanya itu menyebabkan rencana penurunan LPP dari 1,45% menjadi 1,27% per tahun tampaknya tidak akan tercapai karena berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, LPP Indonesia justru naik dari 1,45% (periode ) menjadi 1,49% per tahun (periode ). Sebagian kalangan mengasosiasikan kegagalan mencapai target ini dengan terlambatnya pendelegasian kewenangan pengelolaan program KKB dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Kabupaten/Kota, yang baru berhasil dilaksanakan pada awal tahun Padahal, UU Nomor 22 tentang Pemerintahan Daerah, yang mengamanatkan otonomi daerah, sudah diterbitkan sejak Demikian pula dengan keterlambatan dalam melaksanakan Peraturan Pemerintah (PP) pelaksananya, yaitu PP Nomor 121 Tahun 2001 tentang Kewenangan Pemerintah Daerah, yang mengakibatkan semua kantor KB di masa Orde Baru yang begitu kokoh dan efektif, karena waktu itu didukung oleh sumber daya manusia (SDM) dan sumber dana yang 9

10 amat memadai, tercerai-berai dan hilang dari nomenklatur satuan kerja perangkat daerah (SKPD) secara mandiri. Kalau pun ada, ditempel-tempelkan saja pada SKPD yang sudah terlebih dahulu terbentuk (tahun ) berdasarkan Peraturan Daerah (Perda). Ketiadaan kelembagaan/skpd yang mandiri untuk mendukung program KKB menyebabkan melemahnya komitmen sebagian besar pemerintah daerah terhadap program KB, yang kemudian diikuti dengan menurunnya jumlah dan kualitas Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) di daerah. Hal ini diperparah oleh amat terbatasnya anggaran yang disediakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk menunjang program KKB. Keadaan ini bertambah berat karena perubahan persepsi sebagian masyarakat untuk memiliki anak yang lebih banyak, terutama di kalangan penduduk yang mempunyai kesejahteraan lebih tinggi, khususnya di daerah perkotaan, dan karena ideologi tertentu yang dianut sebagian masyarakat sehingga menolak program KB. Jika ketiga prasyarat utama untuk keberhasilan program KKB berikut ini tidak tersedia, yaitu kelembagaan yang utuh, SDM yang cukup dan profesional, serta alokasi dana yang memadai, maka akan sulit bagi Pemerintah untuk memastikan program nasional sepenting KKB bisa terlaksana dengan efektif di 511 kabupaten dan kota yang sudah otonom tersebut. Inilah penyebab utama dari stagnan/tidak menurunnya TFR dan LPP. Bonus Demografi Akibat keberhasilan menurunkan angka kelahiran dan bertumbuhnya anak-anak yang lahir pada tahun 1970-an menjadi angkatan kerja, maka Indonesia berpeluang memperoleh bonus demografi pada periode tahun Bonus demografi adalah suatu kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) di suatu wilayah jauh lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk usia nonproduktif (0-14 tahun dan 65+ tahun). Kondisi ini dapat dilihat melalui Angka Ketergantungan, yang dihitung dari pembagian antara jumlah penduduk nonproduktif dengan penduduk produktif. Bila 100 orang usia angkatan kerja hanya menanggung kurang dari 50 orang yang tidak bekerja, 10

11 yaitu anak-anak dan orang tua, maka dimulailah periode bonus demografi tersebut. Selanjutnya, akan terjadi jendela peluang (window of opportunity), yaitu kondisi ketika angka ketergantungan berada pada tingkat terendah, yaitu 44 per 100 pekerja, yang diperkirakan akan terjadi selama 10 tahun dari 2020 sampai dengan tahun Penurunan rasio ini disebabkan oleh menurunnya jumlah anak yang dimiliki oleh keluarga di Indonesia. Hal ini membuat beban yang ditanggung penduduk usia produktif makin sedikit. Namun, harus kita sadari bahwa stagnasi TFR selama 10 tahun terakhir ternyata berdampak secara nyata terhadap peluang bonus demografi dan jendela peluang. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,6 juta. Angka ini lebih banyak sekitar 3,5 juta jiwa dari yang diproyeksikan sebelumnya berdasarkan Sensus Penduduk tahun Sementara itu, berdasarkan hasil SDKI 2012, TFR yang sebesar 2,6 anak per wanita usia produktif menunjukkan bahwa TFR cenderung konstan dalam 10 tahun terakhir ( ). Kedua parameter di atas mengubah perkiraan durasi jendela peluang maupun besaran angka ketergantungan (dependency ratio) pada periode jendela peluang tersebut. Semula jendela peluang diproyeksikan akan terjadi selama 10 tahun ( ) dengan angka ketergantungan sebesar 44 per 100. Namun, dikarenakan tingkat fertilitas yang stagnan tadi, maka jendela peluang diperkirakan akan terjadi dalam durasi yang lebih singkat, yaitu 4 tahun, pada tahun , dengan kisaran angka ketergantungan yang lebih tinggi, yaitu sebesar 47 per 100. Uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya arti penurunan TFR bagi terjadinya durasi jendela peluang maupun besaran angka ketergantungan. Kegagalan menurunkan angka fertilitas akan memperbesar proporsi penduduk non-produktif dan berdampak pada meningkatnya angka ketergantungan. Mason (2001) dan Ross (2004) (dalam Adioetomo, 2005) mengatakan bahwa bonus demografi merupakan keuntungan ekonomi karena menurunkan proporsi penduduk umur muda dan meningkatkan proporsi penduduk usia kerja. Ini menjelaskan hubungan pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi. Menurut beberapa ahli, perubahan struktur umur penduduk akibat transisi demografi mempunyai dampak terhadap pertumbuhan ekonomi di mana pertumbuhan penduduk usia kerja akan 11

12 memiliki hubungan positif dengan GDP per kapita. Perubahan struktur umur penduduk akibat transisi demografi berdampak pada: 1) peningkatan jumlah tenaga kerja, yang apabila mendapatkan kesempatan kerja produktif akan meningkatkan total output/ pendapatan, 2) peningkatan tabungan, serta 3) tersedianya human capital dalam jumlah yang lebih banyak. Oleh sebab itu, bonus demografi dapat dimanfaatkan apabila penduduk usia kerja yang jumlahnya sangat besar tersebut dapat memperoleh kesempatan kerja yang produktif. Kesempatan kerja yang produktif dapat diperoleh apabila kualitas SDM-nya baik sehingga dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia. Bloom (2002) mengatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang penting untuk menjelaskan hubungan bonus demografi dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu: penawaran tenaga kerja (labor supply), peran perempuan, tabungan, dan modal manusia. Penawaran tenaga kerja yang cukup besar harus ditunjang oleh kesempatan kerja yang memadai, karena jika tidak, maka pengangguran terbuka akan semakin meningkat. Faktor kedua menyatakan bahwa perempuan mempunyai peran yang besar dalam pengendalian kelahiran melalui keikutsertaan mereka dalam ber-kb. Mengikuti KB merupakan jalan untuk mewujudkan harapan hidup kesejahteraan agar menjadi kenyataan. Perempuan lebih memilih memiliki anak yang berkualitas dibandingkan jumlah yang besar sehingga mereka kemudian dapat ikut terjun ke pasar kerja. Di sisi lain, mutu modal manusia menjadi salah satu kunci untuk pemanfaatan bonus demografi yang terjadi. Tanpa mutu modal manusia yang baik, maka kesempatan kerja tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan luas kawasan terbesar, penduduk terbanyak, dan sumber daya alam (SDA) terkaya. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai kekuatan utama negara-negara di Asia Tenggara. Di sisi lain, konsekuensi dari akan diimplementasikannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan terdapatnya ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) mengharuskan Indonesia meningkatkan daya saingnya guna mendapatkan manfaat nyata dari adanya integrasi ekonomi tersebut. 12

13 Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kita dapat menikmati bonus demografi. Pertama, angkatan kerja yang berlimpah tersebut haruslah berkualitas, baik dari sisi kesehatan dan kecukupan gizinya maupun dari sisi pendidikan dan pelatihan serta kompetensi profesionalnya. Kedua, suplai tenaga kerja produktif yang besar harus diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai sehingga pendapatan per kapita meningkat dan penduduk Indonesia dapat menabung sehingga akan meningkatkan tabungan di tingkat keluarga dan di tingkat nasional. Ketiga, jumlah anak yang sedikit dan dengan pendidikan yang lebih baik akan memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja untuk membantu peningkatan pendapatan keluarga. Keempat, dengan berkurangnya jumlah anak umur 0-15 tahun karena program KB, anggaran yang semula disediakan untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan mereka dapat dialihkan untuk peningkatan kualitas SDM pada kelompok umur 15 tahun ke atas agar nantinya mereka mampu bersaing meraih kesempatan kerja, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Oleh karena itu, permasalahan pembangunan SDM harus diselesaikan dari sekarang agar kita dapat memanfaatkan bonus demografi secara optimal. Apalagi bonus demografi ini hanya berlangsung sekali dalam sejarah Republik Indonesia karena angka ketergantungan sesudah tahun 2045 akan meningkat lagi di atas 50 sebagai dampak dari banyaknya penduduk lanjut usia (lansia) karena usia harapan hidup yang meningkat. Jangan sampai hal yang seharusnya menjadi berkah justru membawa bencana dan membebani negara karena masalah yang mendasar, yaitu kualitas manusia yang rendah. Jumlah tenaga kerja yang besar, jika tidak diikuti dengan kualitas tinggi, akan menjadi penduduk yang tidak produktif. Jika kita tidak mampu menyediakan lapangan kerja atau peluang usaha yang kondusif, maka kondisi ini akan diikuti dengan jumlah pengangguran yang tinggi. Tingginya jumlah pengangguran ini dapat memicu timbulnya masalah sosial yang dapat mengganggu ketahanan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai. Selain itu, kita juga harus memberi bekal kepada mereka agar mereka tidak hanya bergantung pada ketersediaan lapangan pekerjaan, tapi juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan menjadi wirausahawan (entrepreneur). 13

14 Untuk mengantisipasi ancaman kegagalan pemanfaatan bonus demografi, maka berbagai faktor penentu harus diperhatikan. Faktor-faktor tersebut meliputi, di antaranya, penanganan anak usia sekolah, peningkatan etos kerja, pendidikan kewirausahaan, dan penekanan kompetensi soft skills. Selain itu, harus dicermati dan diantisipasi peningkatan derajat kesehatan, pemberdayaan perempuan, agar perempuan dapat memasuki pasar kerja sehingga tabungan keluarga meningkat, dan penurunan fertilitas secara signifikan untuk mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera, serta pemberdayaan lansia tangguh yang produktif. Semuanya harus dilakukan agar Indonesia dapat terbebas dari jebakan negara berkembang berpenghasilan menengah (low middle income trap). Maka pertanyaan yang penting adalah intervensi apakah yang harus dilakukan terhadap berbagai kelompok umur yang sedang berada pada periode bonus demografi tersebut ( ) dan kelompok umur yang pada waktunya nanti akan menjadi angkatan kerja pada periode tersebut? Ada beberapa kelompok dalam angkatan kerja yang harus mendapat perhatian saat ini. Pertama, anak-anak yang sudah termasuk angkatan kerja tapi masih bersekolah, baik di jenjang pendidikan menengah atau pun di pendidikan tinggi. Bagi mereka tentu diperlukan proses pembelajaran yang lebih memberdayakan, yang tidak hanya membuat mereka mencintai belajar dan akan menjadi pembelajar sepanjang hayat, tetapi juga menjalani pembelajaran yang merangsang kreativitas dan inovasi, serta membentuk kepribadian atau karakter yang kokoh di samping tentunya memiliki akhlak mulia, moral, dan budi pekerti yang luhur. Bagi angkatan kerja yang masih mengganggur, perlu dilakukan intervensi peningkatan akses terhadap lapangan kerja sedangkan yang telah bekerja tapi dengan tingkat produktivitas yang rendah perlu meningkatkan keterampilan dan produktivitasnya agar lebih berdaya saing di pasar kerja. Penentuan intervensi seperti di atas harus didasarkan pada analisis terhadap timing pemanfaatan bonus demografi, dalam hal ini berarti harus menelaah kohor (kelompok penduduk pada usia tertentu). Misalnya, bila periode jendela peluang di Indonesia terjadi mulai tahun 2028, atau 14 tahun mendatang, maka mulai tahun 2014 ini, para calon ibu harus diberi edukasi tentang perencanaan pengaturan kelahiran, 14

15 kehamilan dan persalinan yang sehat, serta pengetahuan tentang pentingnya menjamin kualitas pengasuhan dalam seribu hari pertama kehidupan anak. Hal ini dikarenakan bayi-bayi yang lahir pada tahun ini akan berusia 14 tahun pada tahun 2028, sedang bersiap-siap untuk menjadi angkatan kerja produktif atau melanjutkan pendidikannya. Kelompok bayi dan balita juga perlu digarap melalui pengasuhan tumbuh kembang anak secara optimal karena 14 tahun mendatang bayi-bayi tersebut akan berusia tahun dan bersiap mulai bekerja. Dengan pengasuhan tumbuh kembang yang baik, bayi dan balita saat ini akan mengalami peningkatan kemampuan kognitif maupun psikomotorik. Pada tahun 2014 ini anak usia sekolah dan remaja (<20 tahun) juga perlu dipersiapkan dengan baik karena 14 tahun mendatang, mereka akan berusia tahun sehingga akan memainkan peran dominan mereka di bidang ketenagakerjaan. Kita harus memberi mereka kesempatan luas untuk menguasai teknologi dan informasi, menanamkan semangat kewirausahaan dalam diri mereka, serta membekali mereka dengan pendidikan karakter dan keterampilan hidup (life skills) agar mereka siap pakai saat memasuki dunia kerja nanti. Dengan demikian, proses transisi dari sekolah ke dunia kerja (transition from school to work) dapat berjalan lancar tanpa kendala. Dengan demikian, lulusan sekolah dapat sepenuhnya terserap ke dalam pasar kerja karena mempunyai kompetensi yang memadai dan produktivitas yang tinggi sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja asing, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar global. Penyiapan tenaga kerja yang produktif, mandiri, dan mempunyai etos kerja yang baik harus dilakukan sejak dini. Berbagai ahli menyebutkan bahwa peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan sejak bayi masih berada dalam kandungan ibunya dengan cara memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan melakukan komunikasi dengan bayi dalam kandungan. Selain itu, pemantauan proses tumbuh kembang harus dilakukan sejak bayi baru lahir sampai dia mencapai usia dewasa. Dalam hal ini, maka investasi di bidang kesehatan dan pendidikan mutlak diperlukan untuk menjawab tantangan ketenagakerjaan di era globalisasi. Hal ini berarti investasi bagi tumbuh kembang 15

16 optimal untuk bayi, balita, anak, dan remaja harus dilakukan sebelum mereka memasuki pasar kerja. Kondisi Kesehatan Kondisi kesehatan berikut ini akan memberikan gambaran pentingnya aspek kesehatan untuk diperhatikan dalam rangka mempersiapkan kualitas SDM mulai dari janin dalam kandungan sampai dengan pertumbuhan selanjutnya. Kualitas SDM yang sudah dipersiapkan mulai dari janin akan memberikan dampak positif pada saat mereka mencapai usia muda (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun), dan usia lansia ( 65 tahun). SDM pada kelompok usia produktif akan mengisi jendela peluang yang dihasilkan dari periode bonus demografi yang akan dialami pada periode tahun Oleh karena itu, sebaiknya kondisi kesehatan perlu mendapat perhatian yang sangat khusus dalam rangka menyiapkan kualitas SDM ke depan. Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas dan rumah sakit, meningkatnya daya beli masyarakat sehingga meningkatkan akses penduduk terhadap pelayanan kesehatan, kemampuan memenuhi kebutuhan gizi, kemampuan mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, pada gilirannya semuanya itu akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup. Usia harapan hidup baik pada penduduk perempuan maupun laki-laki terus meningkat sebagaimana ditunjukkan oleh hasil Sensus Penduduk 1971 sampai dengan Usia harapan hidup ini terus meningkat berdasarkan perhitungan proyeksi 16

17 penduduk , ketika penduduk perempuan mencapai usia 74,4 tahun, dan lakilaki 70,6 tahun. Tampak di sini bahwa usia harapan hidup perempuan lebih tinggi jika dibandingkan dengan laki-laki. Peningkatan usia harapan hidup itu menyebabkan bertambahnya populasi penduduk berusia lanjut atau berusia di atas 60 tahun. Pada tahun 2000, jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia sekitar 5,3 juta. Pada 2010, jumlah itu meningkat tajam menjadi 18 juta. Meningkatnya usia harapan hidup menunjukkan perbaikan kesehatan penduduk. Namun, pemerintah mesti lebih waspada untuk mengantisipasi kebutuhan akan perawatan dan pengobatan penduduk usia lanjut. Artinya, semakin besar jumlah penduduk usia lanjut, maka tantangan di bidang kesehatan juga semakin besar. Penduduk lansia sangat rentan terhadap berbagai penyakit seperti depresi, demensia, gangguan jiwa dan psikis, insomnia, dan gangguan sistem organ. Hal ini menjadi pekerjaan besar, khususnya bagi Kementerian Kesehatan RI, untuk menyiapkan layanan kesehatan yang lebih baik. Apabila penyakit-penyakit tadi tidak segera diatasi, maka akan menjadi kronis. Satu hal lagi yang sangat penting dalam mempersiapkan SDM masa depan adalah pentingnya memperhatikan (seribu hari) pertama kehidupan manusia, yaitu mulai dari janin sampai bayi berumur 2 tahun. Gangguan yang terjadi pada hari pertama kehidupan bermuara pada dua kemungkinan, yaitu anak mati atau bila hidup sekalipun akan terkena dampak negatif, baik yang terjadi dalam waktu pendek maupun panjang. Dampak negatif jangka pendek yang dimaksud adalah perkembangan otak yang terganggu, pertumbuhan massa tubuh dan komposisi badan yang tidak sempurna, serta gangguan metabolisme glukosa, lemak (lipids), protein, dan hormon/receptor/gen. Dampak negatif jangka pendek ini dapat berdampak jangka panjang. Gangguan perkembangan otak akan memberikan dampak negatif pada perkembangan kognitif dan prestasi belajar pada jangka panjang sedangkan gangguan pertumbuhan massa tubuh dan komposisi badan akan menurunkan kekebalan tubuh dan kapasitas kerja dalam waktu jangka panjang. Sementara itu, gangguan metabolisme glukosa, lemak (lipids), protein, dan hormon/receptor/gen berdampak negatif pada penyakit degeneratif seperti diabetes, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas lansia. 17

18 Pertumbuhan dan perkembangan otak dimulai sejak masih janin sampai dengan lahir. Kondisi pertumbuhan dan perkembangan jaringan otak ini banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil oleh tenaga kesehatan terlatih, kecukupan asupan gizi ibu hamil, termasuk pencegahan terhadap gangguan psikis selama hamil dan menyusui. Asupan makanan ibu hamil yang bergizi baik akan menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan janin yang baik pula. Selain itu, perkembangan otak janin, bayi, dan balita tergantung pada stimulasi yang diberikan oleh orang tua, yang merupakan orang pertama yang melakukan kontak. Stimulasi tersebut dapat melalui suara, penglihatan, bau, sentuh, rasa, interaksi sosial, serta gerakan otot halus dan kasar, yang tentunya diberikan sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan. Tahap ini sangat perlu menjadi perhatian keluarga pada umumnya dan orang tua pada khususnya. Hal ini menjadi perhatian Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sehingga mengadakan kegiatan ketahanan keluarga, yang merupakan bagian dari Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK), yaitu kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Beberapa proses dalam pertumbuhan dan perkembangan otak antara lain proses merangkai jaringan otak janin dalam kandungan sampai bayi lahir yang bisa menghasilkan 100 miliar sel otak (neuron), pembentukan lebih lanjut cabang-cabang denrit dan sinaps (wiring) yang bisa membentuk lebih dari 10 triliun koneksi, serta kecukupan zat-zat gizi untuk memfasilitasi transmisi bio-elektrik antarsinaps dengan bantuan neuro transmitter, yang akan menentukan apakah kondisi jaringan otak anak normal atau terabaikan. Berbagai studi menunjukkan betapa pentingnya stimulasi psiko-sosial dan pemenuhan kebutuhan gizi anak bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kualitas pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan akan memberikan pengaruh pada berat badan bayi lahir (BBL). Berat badan bayi yang baru saja dilahirkan dikatakan tidak normal (berat badan lahir rendah/bblr) apabila kurang dari 2,5 kg. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain ibu hamil pemakai memakai obat, alkohol atau perokok; konsumsi gizi dan nutrisi untuk ibu hamil 18

19 kurang; selama dalam kandungan janin mengalami infeksi; terjadi kelainan kromosom pada bayi; atau ibu hamil tidak melakukan perawatan kehamilan dengan baik. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa janin dengan berat normal sesuai usia kehamilan menjadi pertanda bahwa janin dalam keadaan sehat dan plasenta berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, untuk mencapai berat badan bayi baru lahir yang ideal, perlu dilakukan pemantauan saat kehamilan secara rutin. Proporsi bayi yang mengalami BBLR secara nasional masih cukup besar, yaitu setiap 1 dari 10 bayi yang lahir, walaupun menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 proporsi ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun Satu lagi kondisi kesehatan yang dialami oleh balita dan anak-anak adalah pertumbuhan tinggi yang tidak normal, yaitu anak pendek atau stunting. Kondisi ini merupakan akibat dari kekurangan gizi yang secara kronis dialami anak mulai dari masih berada dalam kandungan sampai dengan balita, terutama dalam dua tahun pertamanya. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting ini, yaitu ketidakcukupan asupan makanan yang bergizi, lingkungan tidak sehat yang menyebabkan anak sering sakit karena infeksi, ketersediaan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga, serta kualitas pengasuhan oleh orang tua. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, masih terdapat lebih dari 37% anak Indonesia yang mengalami stunting. Jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas sebelumnya, maka angka stunting ini mengalami peningkatan. Kematian bayi, balita, neonatum, post neonatum, dan anak merupakan indikator dari kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak, mulai dari pemeriksaan ibu hamil, pertolongan persalinan, dan perawatan kesehatan pascamelahirkan. Sejak tahun 1991 angka kematian bayi dan anak di Indonesia cenderung menurun, 19

20 namun penurunan ini semakin melandai selama 10 tahun terakhir, bahkan untuk angka kematian neonatum justru cenderung naik. Kondisi kesehatan angkatan kerja Indonesia, yang ditunjukkan oleh penyakitpenyakit degeneratif, perlu juga mendapat perhatian karena akan berdampak pada produktivitasnya. Salah satu penyakit degeneratif adalah diabetes. Menurut Riskesdas, prevalensi penduduk yang menderita diabetes terus meningkat hampir di seluruh provinsi di Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan Demikian pula dengan prevalensi penduduk yang mengalami serangan stroke, yang cenderung meningkat hampir di semua provinsi di Indonesia. Selanjutnya, kematian ibu juga merupakan indikasi dari kualitas pelayanan kesehatan anak dan ibu. Adapun konsep kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yaitu kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebabsebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll. (Budi Utomo, 1985). Sementara definisi Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Ratio (MMR) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per kelahiran hidup. Informasi mengenai tingginya AKI akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman dan bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami SIAGA dalam menyongsong kelahiran. Semua program ini bertujuan untuk mengurangi AKI dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. AKI menurun dari 390 kematian per kelahiran hidup (SDKI 1994) menjadi 228 kematian per kelahiran hidup (SDKI 2007). Namun, angka ini meningkat kembali menjadi 359 kematian per kelahiran hidup (SDKI 2012). Kondisi ini mengindikasikan perlunya peninjauan kembali kualitas pelayanan kesehatan ibu, mulai dari saat ibu hamil, tenaga penolong persalinan, tempat persalinan, dan perawatan kesehatan pascapersalinan. Pada tahun 20

21 2010, Indonesia menduduki peringkat ke-130 dari 180 negara di dunia dalam hal AKI sedangkan di antara 10 negara ASEAN Indonesia berada di peringkat ke-8. Pada waktu itu AKI di Indonesia adalah 228 kematian per kelahiran hidup berdasarkan hasil SDKI Kondisi kesehatan berikut ini tidak kalah pentingnya yaitu keterkaitan penyakit degeratif/penyakit tidak menular (PTM) dengan status gizi anak balita. Kekurangan gizi secara kronis pada hari pertama kehidupan akan mengubah respon biologis anak terhadap efisiensi pemanfaatan makanan. Anak yang mengalami stunting akan lebih rakus memanfaatkan semua zat gizi yang diterimanya karena terlalu lama berada dalam kondisi asupan gizi yang tidak cukup. Akibatnya, begitu dia mendapatkan asupan makanan yang normal saja, maka tubuhnya dengan cepat menjadi gemuk. Karena kegemukan ini, maka dia cenderung menderita PTM seperti diabetes, jantung, dan stroke. Burden of Disease (Beban Penyakit Penduduk) Berbagai kelompok umur angkatan kerja Indonesia menghadapi resiko beban penyakit (burden of disease) yang tidak ringan dan bervariasi. Kondisi ini ditunjukkan oleh banyaknya tahun produktif yang hilang karena beban penyakit atau disebut Disability Adjusted Life Years (DALYs). Pada tahun 2010 penyakit terbanyak yang mengurangi tahun-tahun sehat atau DALYs penduduk usia tahun adalah penyakit yang berhubungan dengan mental and behavioural, disusul dengan penyakit akibat transport injuries atau akibat kecelakaan lalu lintas, meskipun kedua penyakit tersebut banyak terjadi pada penduduk laki-laki. Pada kelompok umur tahun, pola penyakit yang terbanyak mengorbankan tahun-tahun produktif penduduk mengalami perubahan. Yang banyak menghabiskan DALYs berhubungan dengan mental and behavioural berada di urutan ketiga sementara di urutan pertama adalah HIV/AIDS dan tuberkulosis, disusul dengan penyakit yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas. Pada penduduk kelompok umur tahun, penyakit HIV/AIDS dan tuberkulosis masih merupakan penyakit terbanyak yang menghilangkan DALYs penduduk, disusul dengan penyakit mental and behavioural sedangkan penyakit jantung dan pembuluh 21

22 darah menjadi penyakit ketiga yang paling banyak merampas DALYs dari angkatan kerja Indonesia. Pada kelompok penduduk umur tahun, pola ini mulai bergeser. Terlihat bahwa penyakit yang banyak mengurangi tahun produktif pada kelompok tersebut adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, disusul HIV/AIDS dan tuberkulosis, dan penyakit kanker. Pola ini sama dengan pola pada kelompok umur tahun, di mana penyakit jantung dan pembuluh darah masih merupakan penyakit yang terutama mengurangi tahun produktif angkatan kerja, disusul penyakit kanker dan diabetes. Kondisi Pendidikan Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia. Penduduk yang besar dengan daya beli yang terus meningkat adalah pasar yang potensial, sementara itu jumlah penduduk yang besar dengan kualitas SDM yang terus membaik adalah potensi daya saing yang luar biasa. Implikasi penting dari kondisi ini adalah semakin pentingnya penyediaan lapangan kerja agar perekonomian dapat memanfaatkan secara optimal besarnya porsi penduduk usia produktif. Lebih penting lagi, bila tingkat pendidikan secara umum diasumsikan terus membaik, maka produktivitas perekonomian negara ini sesungguhnya dalam kondisi optimal. Hal tersebut akan sangat bermanfaat untuk tujuan percepatan maupun perluasan pembangunan ekonomi. Kualitas SDM masih menjadi tantangan bagi Indonesia. Saat ini sekitar 50% tenaga kerja di Indonesia berpendidikan SD dan hanya sekitar 8% yang berpendidikan diploma/sarjana. Kualitas SDM sangat terkait dengan kualitas sarana pendidikan, kesehatan, dan akses ke infrastruktur dasar. SDM yang produktif merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi. Untuk menghasilkan tenaga kerja yang produktif, maka diperlukan pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan. Sistem ekonomi semakin bergeser ke arah ekonomi berbasis pengetahuan sehingga peran pendidikan tinggi sangat penting, antara lain untuk menghasilkan tenaga kerja yang unggul dan produktif, yang semakin mampu 22

23 menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan untuk meningkatkan nilai tambah kegiatan ekonomi yang berkelanjutan. Tantangan untuk menyediakan pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia masih cukup berat. Di sisi akses pendidikan, pemerintah telah berhasil menuntaskan wajib belajar 6 tahun dan sekarang sedang menyelesaikan wajib belajar 9 tahun untuk selanjutnya masuk pada kebijakan wajib belajar 12 tahun. Kalau kita perhatikan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), maka terlihat penduduk usia sekolah pada kelompok umur tahun cukup banyak yang tidak melanjutkan sekolah setelah menyelesaikan pendidikan mereka di SMP. Di antara yang melanjutkan pendidikan, terlihat bahwa akses anak usia tahun pada kuintil kekayaan terbawah (termiskin) jauh lebih rendah dari kelompok quintil yang kaya. Dari 100% yang masuk kelas 1 SD hanya 40% yang akhirnya menyelesaikan pendidikan sampai 12 tahun. Artinya, 60% siswa putus di tengah jalan. Dari sisi mutu, yang digambarkan oleh tingkat kecanggihan berpikir (higher thinking order) anak-anak Indonesia, kita memang menghadapi tantangan yang berat. Sebagaimana ditunjukkan oleh hasil Trends in International Mathematic and Sciences Study (TIMSS), dari lima tingkatan kecanggihan berpikir, maka pada tahun 2011 lebih dari 95% siswa SMP kelas 2 di Indonesia memperoleh hasil standar kualitas matematika pada tingkatan sangat rendah, rendah, dan menengah. Hanya 5 persen yang mencapai tingkat berpikir tinggi dan lanjutan (advance). Sementara hampir 50% siswa Taiwan, Singapura, dan Korea Selatan mampu mencapai standar matematika tingkat tinggi dan lanjutan. Kondisi yang sama terjadi pada penguasaan ilmu pengetahuan alam atau science. Lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai level menengah sementara hampir 40% siswa Singapura, Taiwan, dan Korea Selatan mampu mencapai level tinggi dan lanjut. Dengan keyakinan bahwa semua anak 23

24 dilahirkan sama, kesimpulan dari hasil ini adalah bahwa ilmu pengetahuan yang diajarkan di Indonesia dan cara mengajarnya berbeda dengan yang diujikan (yang distandarkan) di tingkat internasional. Tentu untuk mengatasinya diperlukan guru-guru yang profesional, berdedikasi, dan sejahtera, yang selain bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan berpusat pada siswa, tapi juga adalah pribadi-pribadi yang dapat diteladani oleh para murid. Implikasi Kebijakan Berkaitan dengan pemanfaatan bonus demografi, yang diproyeksikan akan terjadi pada periode , maka Pemerintah RI dituntut untuk berupaya sungguhsungguh mulai dari sekarang agar dapat mengambil manfaat dari peluang tersebut. Jika pemerintah bermaksud meningkatkan kesejahteraan penduduknya, berbagai macam upaya perlu dilakukan, misalnya dalam hal penyediaan kesempatan kerja produktif, iklim investasi yang kondusif, dan peningkatan kualitas modal SDM, termasuk perempuan. Pimpinan tertinggi di Indonesia berkewajiban menyediakan lapangan kerja yang sesuai dengan tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada agar mampu menyerap seluruh penduduk usia produktif secara optimal ke dalam pasar kerja. Penting kiranya meningkatkan kesadaran dan perhatian pemerintah daerah tentang implikasi dan dampak pertumbuhan penduduk terhadap berbagai program pelayanan dasar serta mendorong mereka untuk lebih memberi perhatian khusus terhadap datangnya bonus demografi. Dengan demikian, pemerintah daerah dapat menyusun langkah-langkah penanganan untuk memanfaatkan bonus demografi di wilayah masing-masing. Penutup Berdasarkan gambaran tentang pertumbuhan penduduk Indonesia yang telah diuraikan di atas, proyeksi jumlah penduduk di masa yang akan datang, serta bonus demografi yang akan dialami Indonesia pada periode tahun dengan angka ketergantungan terendah pada periode tahun , maka perlu dikaji lebih 24

25 dalam melalui berbagai penelitian tentang upaya apa yang harus dilakukan untuk memberikan masukan bagi para penentu kebijakan (policymaker) agar bonus demografi benar menjadi bonus bukan malapetaka (demographic disaster). Beberapa kajian atau penelitian yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penyiapan kualitas SDM yang akan masuk ke angkatan kerja a. Bidang kesehatan 1) Penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan anak stunting 2) Penelitian tentang model-model pengasuhan oleh orang tua dan keluarga bagi tumbuh kembang anak secara optimal dalam hari pertama kehidupan 3) Penelitian tentang faktor-faktor penyebab meningkatnya AKI 4) Penelitian tentang hubungan antara gaya hidup dan pola makan orang Indonesia dengan penyakit tidak menular. b. Bidang pendidikan 1) Penelitian tentang model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan tingkat kecanggihan berpikir anak sehingga menjadi lebih kreatif dan inovatif. 2) Kesiapan dan kemampuan para guru dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, berpusat pada anak, kontekstual dengan lingkungan mereka, dan berbasis kompetensi serta berawal dari masalah (problem-based learning). 3) Penelitian tentang perbandingan antara proses belajar-mengajar di Indonesia dengan negara-negara yang selalu menduduki ranking tinggi dalam studi TIMSS atau studi Program for International Student Assessment (PISA). 4) Penelitian tentang faktor-faktor yang menghambat atau mendorong entrepreneurship atau kewirausahaan siswa, mahasiswa, dan pemuda Indonesia. 2. Bidang kependudukan a. Penelitian tentang faktor-faktor yang menyebakan TFR Indonesia tidak turun dalam 10 tahun terakhir. b. Penelitian tentang penyebab menurunnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). 25

26 c. Penelitian tentang upaya peningkatan cakupan KB pria, terutama penggunaan metode kontrasepsi operasi (MOP) pada pria. d. Penelitian tentang pemanfaatan herbal sebagai obat kontrasepsi e. Penelitian tentang perilaku seksual remaja perkotaan 3. Bidang tenaga kerja a. Penelitian tentang kesiapan sektor pertanian dalam memanfaatkan peluang bonus demografi. b. Penelitian tentang potensi ekonomi kreatif dalam penciptaan lapangan kerja untuk memanfaatkan bonus demografi. c. Penelitian tentang potensi kelautan dan perikanan dalam menyerap angkatan kerja pada periode bonus demografi. d. Penelitian tentang peluang sektor pariwisata dalam menyerap angkatan kerja muda secara lebih besar. e. Penelitian tentang pemberdayaan perempuan untuk bisa masuk ke dalam pasar kerja secara fleksibel. f. Penelitian tentang pemberdayaan lansia dalam dunia kewirausahaan. g. Penelitian tentang pemberdayaan tenaga kerja yang produktivitasnya rendah melalui tailor-made training, yang mengarah pada kepemilikan sertikat kompetensi. 4. Bidang ekonomi a. Penelitian tentang penyediaan lapangan kerja bagi pemuda yang baru lulus sekolah, yang membantu mereka memahami proses transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja b. Penelitian tentang fleksibilitas pasar tenaga kerja c. Penelitian tentang pengaruh keterbukaan perdagangan terhadap penyerapan pengangguran muda d. Penelitian tentang insentif untuk menabung (saving) 5. Analisis kebijakan Pemerintah Kabupaten dan Kota dalam menyongsong bonus demografi bagi daerah yang belum mengalaminya, dan kebijakan pemanfaatan bonus demografi bagi daerah yang sedang menghadapinya. 26

27 Daftar Pustaka 1. Adioetomo, Sri Moertiningsih. Bonus Demografi. Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Pusat Statistik (BPS), United Nation Population Funds. Proyeksi Penduduk Indonesia Indonesia Population Projection Jakarta: BPS, Badan Pusat Statistik. Sensus Penduduk Indonesia 1971, Jakarta: Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik. Sensus Penduduk Indonesia Jakarta: Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik. Sensus Penduduk Indonesia Jakarta: Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik. Sensus Penduduk Indonesia Jakarta: Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik. Sensus Penduduk Indonesia Jakarta: Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Departemen Kesehatan, dan Macro International Inc. (MI). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Jakarta: BPS dan MI, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Departemen Kesehatan, dan Macro International Inc. (MI). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Calverton, Maryland, USA: BPS dan MI Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementerian Kesehatan, dan Macro International Inc. (MI). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Calverton, Maryland, USA: BPS dan MI, James et. al Short and long term effects of early nutrition, British Journal of Nutrition, Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta: Kementerian Kesehatan, United Nations Department of Economic and Social Affairs, Population Division. World Population Prospects: The 2010 Revision, New York: United Nations Department of Economic and Social Affairs, Population Division, United Nations Development Programme (UNDP). Human Development Report The Rise of The South: Human Progress in A Diverse World. New York: United Nation Development Programme (UNDP), < diunduh 2 Juli Encyclopedia of Nations, < diakses Januari < 27

28 CURRICULUM VITAE PRIBADI Nama Prof. dr. Fasli Jalal, PhD, SpGK Tempat dan tanggal lahir Padang Panjang, 1 September 1953 Jabatan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) NIP Pangkat/golongan/ruang Agama Kebangsaan Pembina Utama (IV/e) Islam Indonesia 28

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah

Lebih terperinci

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU irdsall, Kelley dan Sinding eds (2001), tokoh aliran Revisionis dalam masalah demografi membawa pemikiran adanya hubungan antara perkembangan penduduk

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Latar belakang Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1 yang bersifat menyeluruh. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk presiden

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci

Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi

Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi Sri Moertiningsih Adioetomo Kuliah Penduduk dan Pembangunan S2KK, Semester Gasal 2011/2012. 30 September 2011.

Lebih terperinci

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan fisik, tetapi meliputi aspek mental

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Kependudukan PBB (UNFPA), menyatakan bahwa jumlah penduduk dunia tahun 2010 telah mencapai 7 miliar jiwa atau bertambah 1 miliar jiwa hanya dalam waktu 10 tahun.

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BONUS DEMOGRAFI INDONESIA

BONUS DEMOGRAFI INDONESIA BONUS DEMOGRAFI INDONESIA Definisi Menurut Wongboonsin dkk (2003), bonus demografi adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh menurunnya rasio ketergantungan oleh menurunnya rasio ketergantungan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat

Lebih terperinci

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Laju pertumbuhan penduduk satu dasawarsa terakhir ini lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).

Lebih terperinci

Nawacita Bersama Kampung Keluarga Berencana (KB)

Nawacita Bersama Kampung Keluarga Berencana (KB) Nawacita Bersama Kampung Keluarga Berencana (KB) Oleh : Drs. Dani Saputra, M.Kes Peneliti Madya Perwakilan BKKBN Prov. Sumsel Dalam upaya melaksanakan janji kampanye mensejahterakan rakyat, Presiden Jokowi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan suatu deklarasi hasil kesepakatan kepala-kepala negara dan perwakilan dari 191 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016 SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016 YTH. KETUA, WAKIL KETUA, DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara sedang berkembang yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU encegahan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan pemenuhan kebutuhan melalui KB adalah langkah besar menuju perbaikan kesehatan ibu dan pengurangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang yang ditandai dengan indeks panjang badan dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka kelahiran adalah melalui program keluarga berencana nasional. Program KB

BAB I PENDAHULUAN. angka kelahiran adalah melalui program keluarga berencana nasional. Program KB BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat sekarang ini baik dari segi kuantitas, kualitas, dan persebarannya masih merupakan tantangan yang berat bagi pembangunan nasional.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA LAMPIRAN INSTRUKSI NOMOR : 14 TAHUN 1999 TANGGAL : 7 OKTOBER 1999 PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA I. UMUM 1. Penduduk merupakan titik sentral dari pembangunan yang berkelanjutan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah kependudukan yang masih terjadi di Indonesia. Indonesia berada di urutan keempat negara dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan kependudukan adalah

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeliharaan kesehatan anak merupakan suatu bentuk upaya guna menciptakan generasi muda masa depan yang sehat, cerdas, kreatif, dan inovatif. Upaya pemeliharaan kesehatan

Lebih terperinci

Prof. Fasli Jalal, Ph.D

Prof. Fasli Jalal, Ph.D Prof. Fasli Jalal, Ph.D Bagaimana proses Bonus Demografi terjadi? TRANSISI DEMOGRAFI Birth rates and death rates are high Birth rates declines due to increased opportunities and acces to birth control

Lebih terperinci

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi 2015 Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 (Berdasarkan Proyeksi Penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah Hak Fundamental setiap warga. Hal ini telah ditetapkan oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN ! 1! BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, karena tumbuh kembang anak ditentukan kondisinya dimasa janin dalam kandungan.

Lebih terperinci

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia ==================================================================================== BAB I Pendahuluan Secara harfiah kata Demografi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksikan tahun 2016 jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 miliyar, tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitment internasional untuk mewujudkan sasaran pembangunan global telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai MDGs (Millenium

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.GK. Disampaikan pada Seminar Hari Gizi Nasional, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 25 Februari 2015

Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.GK. Disampaikan pada Seminar Hari Gizi Nasional, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 25 Februari 2015 Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.GK. Disampaikan pada Seminar Hari Gizi Nasional, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 25 Februari 2015 1 Lingkungan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak SISTEM MAKRO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu 228 per 100.000

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika

Lebih terperinci

SERIBU HARI UNTUK NEGERI

SERIBU HARI UNTUK NEGERI SERIBU HARI UNTUK NEGERI (DRAFT) PANDUAN GERAKAN NASIONAL SADAR GIZI MENUJU MANUSIA INDONESIA PRIMA I. LATAR BELAKANG Sesungguhnya aset paling berharga milik bangsa Indonesia adalah sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bonus demografi secara umum menggambarkan perubahan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. Bonus demografi secara umum menggambarkan perubahan komposisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bonus demografi secara umum menggambarkan perubahan komposisi penduduk menurut umur sebagai akibat dari penurunan angka fertilitas dan peningkatan angka harapan hidup

Lebih terperinci

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia? Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia? Di beberapa negara terutama negara berkembang, kesehatan ibu dan anak masih merupakan permasalahan besar. Hal ini terlihat dari masih tingginya angka kematian

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah

Lebih terperinci

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU Oleh BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI MALUKU 2013 KATA

Lebih terperinci

Katalog BPS: KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM PEMBANGUNAN: Yang Harus Diperbuat oleh Wakil Rakyat

Katalog BPS: KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM PEMBANGUNAN: Yang Harus Diperbuat oleh Wakil Rakyat Katalog BPS: 4201005 KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM PEMBANGUNAN: Yang Harus Diperbuat oleh Wakil Rakyat 4 GENDER 3 Kesehatan Seksual dan Reproduksi 2 Kependudukan dan Keluarga Berencana 1 PENGANTAR

Lebih terperinci

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI Budaya PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Infrastruktur dan Lingkungan Hidup KESEHATAN PENDIDIKAN KETAHANAN PANGAN, IKLIM INVESTASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor

Lebih terperinci

MORTALITAS. 1. Pengantar

MORTALITAS. 1. Pengantar MORTALITAS 1. Pengantar Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan dimana saja. Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat istiadat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49% per tahun. Jika laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk

Lebih terperinci

Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan

Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan Artikel Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan Arkandini & Mardiya Tahun 2010 yang baru saja kita lewati merupakan tahun pertama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014. Sama

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN MDGs dirumuskan pada tahun 2000, Instruksi Presiden 10 tahun kemudian (Inpres No.3 tahun 2010 tentang Pencapaian Tujuan MDGs) Lesson Learnt:

Lebih terperinci

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA *52209 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 14 TAHUN 1999 (14/1999) TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih menjadi permasalahan di dunia sampai saat ini. AKI dan AKB merupakan salah satu indikator derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi penduduk yang termasuk empat atau lima besar di dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian Indonesia. Sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diselenggarakan dalam upaya mencapai visi Indonesia Sehat 2010. Tujuan pembangunan kesehatan 2005 2009 diarahkan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menghadapi beban ganda di bidang kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih tinggi diikuti dengan mulai meningkatnya

Lebih terperinci

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 200 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia merupakan contoh program yang paling berhasil di dunia. Meski begitu, ternyata laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung dapat menentukan kualitas sumber daya manusia serta derajat kesehatan masyarakat. Salah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KATA PENGANTAR Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi

Lebih terperinci

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit"

Lebih terperinci

RPJMN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

RPJMN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT RPJMN 2015-2019 KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT ISU YANG BELUM TERSELESAIKAN Tingginya Kematian Ibu dan Bayi Tingkat Fertilitas yang Stagnan Ketersediaan Farmasi dan Alkes Akses terhadap Air Minum dan Sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

TUJUAN 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

TUJUAN 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu TUJUAN 5 Meningkatkan Kesehatan Ibu 57 Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015. Indikator: Angka kematian ibu. Proporsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan ekonomi, masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi modern memainkan peranan penting untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian ibu. Kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut dikategorikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda 5 TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan setiap warga negara. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefenisikan remaja sebagai masa dimana individu berkembang pada saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sampai mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.3 85.0 82.0 85.1 60.0 64.5 68.7 71.2 57.5 48.1 2005 2006 2007

Lebih terperinci