Katalog BPS: KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM PEMBANGUNAN: Yang Harus Diperbuat oleh Wakil Rakyat
|
|
- Adi Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Katalog BPS: KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM PEMBANGUNAN: Yang Harus Diperbuat oleh Wakil Rakyat
2
3 4 GENDER 3 Kesehatan Seksual dan Reproduksi 2 Kependudukan dan Keluarga Berencana 1 PENGANTAR Katalog BPS: KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DALAM PEMBANGUNAN: Yang Harus Diperbuat oleh Wakil Rakyat
4
5 1 PENGANTAR Dua isu kependudukan dan pembangunan yang saling terkait adalah isu kesehatan seksual dan reproduksi. Kedua isu ini merupakan keprihatinan global maupun nasional. Pada tingkat global sejumlah program aksi telah ditetapkan untuk 20 tahun ke depan dalam konferensi Internasional bidang kependudukan dan pembangunan (International Conference on Population and Development, ICPD) yang pertama di Kairo tahun 1994 dan dihadiri oleh lebih dari 179 negara. Kedua isu ini juga terkait dengan target Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals, MDGs) khususnya mengenai kesetaraan gender, kematian anak, kesehatan ibu, dan HIV AIDS (target 3 sampai 6). Pada tingkat nasional isu ini tercantum dalam RPJMN yang termuat dalam Prioritas Nasional 3 yaitu Prioritas Kesehatan. Realisasi komitmen global ini memerlukan partisipasi semua komponen bangsa khususnya wakil rakyat terkait fungsi legislasi, penganggaran, dan pengawasan. Peningkatan kesehatan dan produktivitas akan menghasilkan penurunan angka kemiskinan. (UN Photo-John Isaac) KETERKAITAN ISU KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DENGAN PEMBANGUNAN Isu kesehatan seksual dan reproduksi terkait dengan berbagai bidang pembangunan termasuk bidang kesehatan secara umum dan ekonomi. Kedua isu itu pasti terkait dengan kematian ibu, status gizi ibu dan anak, perkembangan fisik dan mental anak, produktivitas ekonomi, dan taraf hidup sosial dan ekonomi rumah tangga. Diagram Seligman et al (1997) di bawah ini merupakan kerangka konsep sederhana yang menyatakan bahwa perbaikan dalam kesehatan reproduksi termasuk pelayanan Keluarga Berencana (KB), berdasarkan pada etika dan pendekatan pemberdayaan, akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta berkontribusi pada stabilisasi populasi. Peningkatan kesehatan dan produktivitas akan menghasilkan penurunan angka kemiskinan, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Kualitas hidup yang lebih baik menstabilkan populasi pada tingkat makro, dan pada tingkat mikro, penurunan jumlah anak akan meningkatkan kesehatan reproduksi wanita dengan penurunan beban melahirkan.
6 Pembangunan Sumber Daya Manusia (individu, keluarga, rumah tangga, atau pada tingkat mikro) Kesehatan Reproduksi Penurunan Laju Pertumbuhan Penduduk (kelompok atau tingkat makro) Kondisi demikian dapat memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, sosial dan politik, yang dapat meningkatkan kepercayaan, perbanyakan pilihan, dan kontribusi pada pembangunan sosial ekonomi mereka. Kesehatan reproduksi dan harapan hidup ibu yang membaik memiliki dampak antargenerasi, yaitu bersama-sama dengan ayah memiliki perhatian dan kepedulian yang semakin besar pada anak sehingga menghasilkan kesehatan dan kesejahteraan yang membaik. Pembangunan Sosial Ekonomi Diagram: Kerangka Konseptual Sederhana oleh Seligman et al (1997) Sumber: Study & Analysis: Reproductive Health Costing Indonesia , UNFPA (2007) Meningkatkan peran perempuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, sosial, dan politik.
7 2 Kependudukan dan Keluarga Berencana POTRET SITUASI TERKINI Berikut adalah data dan fakta yang ada di Indonesia terkait isu kependudukan dan Keluarga Berencana di Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menunjukkan penduduk Indonesia telah mencapai 237,6 juta jiwa. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,49 persen per tahun yang berarti bahwa pertambahan penduduk Indonesia per tahunnya antara 3-4 juta atau dapat dianalogikan dengan membentuk satu negara sebesar Singapura setiap tahunnya. 58 persen perempuan pernah kawin dan 61 persen perempuan berstatus kawin berumur tahun sedang menggunakan kontrasepsi (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia - SDKI,2007). Dari setiap 100 perempuan berumur tahun yang sedang menggunakan alat KB, 97 di antaranya menggunakan jenis alat KB untuk perempuan (Survei Sosial Ekonomi Nasional - Susenas, 2008). Lima Puluh Delapan persen perempuan pernah kawin dan 61 persen perempuan berstatus kawin berumur tahun sedang menggunakan kontrasepsi. Revitalisasi program Keluarga Berencana (KB). Peningkatan program Jaminan Ketersediaan Kontrasepsi (JKK) Peningkatan peserta KB pria. KEWAJIBAN YANG HARUS DILAKUKAN WAKIL RAKYAT Sesuai dengan kewenangan konstitusional dalam hal legislasi, penganggaran, dan pengawasan, berikut merupakan peran strategis yang harus dilakukan oleh para wakil rakyat: PROGRAM AKSI REALISTIS Berdasar dari beberapa data dan ilustrasi di atas maka program-program aksi yang realistis yang dapat dilakukan di Indonesia dan dalam rangka pencapaian MDGs serta target-targetnya, antara lain adalah: Fungsi Legislasi: a) Mendukung revitalisasi program KB dan mendukung program Jaminan Ketersediaan Kontrasepsi (JKK) b) Mendukung penguatan peran dan fungsi dari badan yang mengurusi KB dan pemberdayaan perempuan.
8 c) Mendorong semua kebijakan/peraturan pemerintah daerah agar selaras dengan UU No. 52/2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Fungsi Penganggaran: a) Mengalokasikan dana daerah yang mendukung peningkatan program KB. b) Memperjuangkan alokasi anggaran yang memadai khususnya untuk kebutuhan kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak, KB, pencegahan Infeksi Menular Seksual dan HIV-AIDS, termasuk Kesehatan Reproduksi Remaja. Fungsi Pengawasan: a) Melakukan pengawasan pelaksanaan UU No. 52/2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dan pelaksanaan PP 38/2007 tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah di daerah b) Mengawal bahwa anggaran tersebut dipergunakan secara efisien dan sesuai peruntukannya. Dari setiap 100 perempuan berumur tahun yang sedang menggunakan alat KB, 97 diantaranya menggunakan jenis alat KB untuk perempuan Memperjuangkan alokasi anggaran yang memadai khususnya untuk kebutuhan kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak, KB, pencegahan infeksi Menular Seksual dan HIV-AIDS, termasuk Kesehatan Reproduksi Remaja.
9 3 Kesehatan Seksual dan Reproduksi POTRET SITUASI TERKINI Berikut adalah data dan fakta yang ada di Indonesia terkait kesehatan seksual dan reproduksi yang mencakup kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi remaja dan fakta tentang HIV-AIDS di Indonesia: Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia adalah sekitar 228 per kelahiran hidup atau dapat diartikan bahwa setiap 2 jam, 3 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab dan setiap hari ada 36 ibu yang meninggal yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas (SDKI, 2007) Angka Kematian Bayi (AKB) Indonesia adalah 34/1.000 atau 34 bayi meninggal sebelum ulang tahunnya yang pertama dari bayi yang lahir hidup atau dapat diartikan pula bahwa setiap jam terjadi 14 kematian bayi (SDKI, 2007) Persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di perkotaan adalah 71 persen, sementara di pedesaan hanya 41 persen. Dari seluruh desa di Indonesia, hanya desa yang memiliki bidan (Ikatan Bidan Indonesia). Jumlah kelompok remaja (umur tahun) di Indonesia adalah 30,3 persen atau sekitar 62 juta dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia dengan di antaranya yaitu perempuan berusia tahun yang sudah menikah dan memiliki anak (Proyeksi Penduduk 2007 berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus SUPAS 2005). Persentase persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di perkotaan adalah 71 persen, sementara di pedesaan hanya 41 persen. [UN Photo-Eskinder Debede] Diperkirakan jumlah kasus aborsi di Indonesia adalah 2 juta per tahun, 1 dari 2 aborsi adalah aborsi yang tidak aman yang tentu saja dapat mengakibatkan kematian, dan 3 dari 10 kasus aborsi dilakukan oleh remaja. Lebih dari 50 persen jumlah kumulatif dari jumlah kasus AIDS di Indonesia berada pada kelompok usia produktif (15-29 tahun), yang setengahnya berada pada kelompok Pengguna Narkoba Suntik (Kementerian Kesehatan, Maret 2009). Ahli Epidemiologi Indonesia memperkirakan akan terjadi kematian akibat AIDS pada tahun 2015, yang pada akhir tahun 2015 tersebut juga diperkirakan akan terjadi penularan HIV secara kumulatif pada lebih dari anak yang dilahirkan dari ibu yang terinveksi HIV (Laporan Pencapaian MDGs 2007).
10 Selain potret situasi terkini atas kondisi Total APBD Kota Banda Aceh tahun 2010 penduduk, keluarga berencana, dan kesehatan adalah 508,9 milliar rupiah, hanya 23,6 reproduksi di Indonesia, perlu kiranya diketahui milliar rupiah atau 4,6 persen dialokasikan situasi terkini dari upaya yang telah dilakukan untuk anggaran kesehatan dan KB. pemerintah Indonesia baik di tingkat nasional Total APBD Sumba Barat tahun 2009 sebesar maupun daerah bila dilihat dari besarnya 316,3 milliar rupiah, dan hanya 24,0 milliar anggaran untuk kesehatan serta kesehatan ibu rupiah atau 7,6 persen dianggarkan untuk dan anak dan isu terkait lainnya. kesehatan, KB dan penyediaan alat Hasil penelitian Woman Research Institute kontrasepsi (WRI) menunjukkan bahwa alokasi anggaran kesehatan pada APBD masih rendah berkisar PROGRAM AKSI REALISTIS antara 4-7 persen dari minimal 10 persen yang ditetapkan dalam UU No. 36/2009 Pasal Berdasar dari beberapa data dan ilustrasi di 171 ayat 2 tentang Pembiayaan Kesehatan. atas, maka program-program aksi yang realistis Sementara alokasi untuk kesehatan yang dapat dilakukan di Indonesia, antara lain reproduksi, rata-rata masih kurang dari 3 adalah: persen dari total alokasi anggaran Program peningkatan layanan kesehatan tanggungan dinas kesehatan (sumber: berkualitas dengan peningkatan jumlah tenaga kesehatan dan distribusinya, Total APBD Provinsi Sumatra Selatan pada peningkatan kualitas tenaga kesehatan tahun 2010 adalah sebesar 3,2 triliun rupiah. terlatih. Dari total APBD tersebut, dialokasikan untuk Menjamin keberadaan dokter spesialis program terkait HIV/AIDS sebesar 0,02 kebidanan, spesialis anak dan tenaga persen, untuk program kesehatan ibu dan anestesia di tiap Rumah Sakit Kabupaten anak sebesar 0,03 persen, untuk program yang ke semua program tersebut akan kesehatan reproduksi remaja sebesar 0,04 mendukung dalam penurunan angka persen, dan untuk penyediaan kebutuhan kematian ibu. kontrasepsi sebesar 0,04 persen. Dari Program pembekalan keterampilan bagi keempat program terkait, dana kesehatan bidan di desa untuk dapat mendeteksi serta reproduksi, kesehatan ibu dan anak hanya mengupayakan rujukan dalam waktu kurang dialokasikan total sebesar 0,10 persen atau dari 2 jam. kurang dari satu persen dari total APBD.
11 KEWAJIBAN YANG HARUS DILAKUKAN WAKIL RAKYAT Mendukung masuknya pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dalam kurikulum pendidikan nasional dan daerah. Program bank darah yang selalu siaga 24 jam untuk keselamatan ibu melahirkan. Program peningkatan sarana transportasi untuk mencapai lokasi bidan atau layanan rujukan agar tepat waktu. Program penyediaan layanan kesehatan reproduksi yang ramah remaja. Program dimasukkannya pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja dalam kurikulum pendidikan nasional dan daerah. Melibatkan remaja dalam pengambilan keputusan tentang kebijakan yang terkait dengan hak reproduksi remaja. Sosialisasi penyiapan kehidupan berkeluarga bagi Remaja kepada seluruh elemen masyarakat khususnya kepada pemuda/generasi muda (promosi GENRE) Program yang menjamin hak-hak masyarakat terhadap akses informasi, pelayanan, dan perlindungan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV dan AIDS Sesuai dengan kewenangan konstitusional dalam hal legislasi, penganggaran, dan pengawasan berikut merupakan peran strategis yang harus dilakukan oleh para wakil rakyat: Fungsi Legislasi: a) Perubahan legislasi dan kebijakan untuk menjamin keberadaan dokter spesialis kandungan, spesialis anak, dan tenaga anestesia di tiap Rumah Sakit kabupaten. b) Mendukung kebijakan untuk menjamin mekanisme penyediaan darah (bank darah atau unit transfusi darah) c) Mendukung RSUD Kabupaten untuk mampu PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) 24 jam dalam 7 hari seminggu. Mendukung sosialisasi Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja kepada seluruh elemen masyarakat.
12 d) Mendukung masuknya pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dalam kurikulum pendidikan nasional dan daerah. e) Mendorong keterlibatan remaja dalam mengambil keputusan tentang kebijakan yang terkait dengan hak seksual dan reproduksi remaja. f) Mendukung sosialisasi Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja kepada seluruh elemen masyarakat. g) Mendorong semua produk kebijakan/peraturan pemerintah pusat maupun daerah agar menjamin hak-hak masyarakat terhadap akses informasi, pelayanan dan perlindungan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV dan AIDS. Fungsi Penganggaran: a) Memperjuangkan alokasi anggaran yang memadai khususnya untuk kebutuhan kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak, KB, pencegahan infeksi Menular Seksual dan HIV-AIDS, termasuk Kesehatan Reproduksi Remaja. b) Mendukung alokasi anggaran maupun fasilitas untuk program pencegahan, perawatan dan pengobatan HIV dan AIDS termasuk jaminan ketersediaan obat Anti Retroviral (ARV) yang mudah diakses oleh ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS). c) Meminta pemerintah untuk mengoptimalkan anggaran kesehatan program gizi kurang terhadap seluruh masyarakat yang rawan gizi kurang. Fungsi Pengawasan: a) Melakukan pengawasan pelaksanaan UU No. 36/2009 tentang Kesehatan. b) Melakukan pengawasan terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS oleh pemerintah dan stakeholder terkait untuk memastikan kualitas tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan terjaga dengan baik. c) Mengawal bahwa anggaran tersebut dipergunakan secara efisien dan sesuai peruntukannya. d) Meminta pemerintah untuk memutakhirkan data yang berkaitan dengan indikator-indikator kesehatan masyarakat sebagai dasar perencanaan kebijakan. Meminta pemerintah untuk mengoptimalkan anggaran kesehatan program gizi kurang terhadap seluruh masyarakat yang rawan gizi kurang.
13 4 GENDER POTRET SITUASI TERKINI Berikut adalah data dan fakta yang ada di Indonesia terkait gender khususnya isu kekerasan terhadap perempuan, diskriminasi dan keterwakilan perempuan: Hasil Survei Potensi Desa tahun 2008 (Podes, 2008) menunjukkan bahwa dari setiap 100 orang kepala desa hanya 4 orang yang perempuan, namun demikian tingkat pendidikan kepala desa perempuan lebih baik dibanding dari kepala desa laki-laki yaitu tingkat SLTA ke atas. Terdapat 145 Perda (Peraturan Daerah) pada tahun 2009 yang diidentifikasi oleh Komnas Perempuan yang diskriminatif terhadap perempuan yang berpotensi mengurangi akses perempuan dalam politik dan kehidupan publik. Meskipun UU tentang Partai Politik telah mensyaratkan kuota minimal 30 persen bagi keterwakilan perempuan, namun dari setiap 100 anggota DPRD Provinsi ada sebanyak 79 laki-laki dan 21 orang perempuan pada keanggotan periode (sumber: website DPR RI). Jumlah anggota DPRD perempuan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota tahun 2008 adalah 288 atau 14,5 persen berbanding laki-laki atau 85,5 persen dari keseluruhan jumlah anggota DPRD (sumber: UNDP tahun 2010). 2,27 juta atau 3,07 persen perempuan usia tahun pernah mengalami kekerasan dalam 1 tahun terakhir berdasarkan data Survei Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak 2006 oleh BPS dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA). 2,29 juta atau 3,02 persen anak pernah mengalami kekerasan dalam 1 tahun terakhir berdasarkan data Survei Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak 2006 oleh BPS dan KPP&PA. Komnas Perempuan mencatat kasus kekerasan terhadap perempuan di 2009, bandingkan dengan kasus di 2008 dan kasus di 2007 PROGRAM AKSI REALISTIS Berdasar dari beberapa data dan ilustrasi di atas, maka program-program aksi yang realistis yang dapat dilakukan di Indonesia terkait isu kesetaraan dan kekerasan terhadap perempuan, antara lain adalah: Program yang menjamin keterlibatan aktif perempuan dan organisasi perempuan, termasuk Pusat Studi Wanita (PSW) dalam penyusunan Perda dan kebijakan (perencanaan) daerah sehingga perempuan mempunyai kesempatan untuk mengekspresikan diri dalam kehidupan publik secara optimal.
14 Perempuan mempunyai kesempatan untuk mengekspresikan diri dalam kehidupan publik secara optimal. Memastikan Perda-Perda tidak diskriminatif terhadap perempuan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan konvensi internasional yang telah ditandatangani Indonesia. Pemberian akses informasi yang tepat dan terus menerus tentang prosedur mencari kerja dan legalitas sponsor ketenagakerjaan untuk menghindari dari jebakan sindikat perdagangan orang. Program pencegahan dan perlindungan perempuan dan anak dari kekerasan baik di rumah tangga maupun di luar rumah tangga. KEWAJIBAN YANG HARUS DILAKUKAN PARA WAKIL RAKYAT Sesuai dengan kewenangan konstitusional dalam hal legislasi, penganggaran dan pengawasan berikut merupakan peran strategis yang harus dilakukan oleh para wakil rakyat: Fungsi Legislasi: a) Memastikan Perda-Perda tidak diskriminatif terhadap perempuan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan konvensi internasional yang telah ditandatangani Indonesia. b) Membuat Perda-Perda yang diperlukan untuk mengimplementasikan peraturan perundang-undangan nasional yang melindungi perempuan dari berbagai bentuk kekerasan. Fungsi Penganggaran: Memperjuangkan anggaran yang responsif gender dalam setiap program pembangunan. Fungsi Pengawasan: a) Mengawal bahwa anggaran tersebut dipergunakan secara efisien dan sesuai peruntukannya. b) Meminta pemerintah untuk memutakhirkan data yang berkaitan dengan indikator-indikator yang terpilah gender sebagai dasar perencanaan kebijakan dan mempunyai kemampuan analisa gender dalam mendukung program perencanaan dan penganggaran pembangunan yang berdasarkan situasi terkini dan kebutuhan nyata langsung masyarakat. c) Pengawasan melekat pada SKPD yang terkait isu buruh migran dan perlindungan perempuan dan anak.
15
16 Badan Pusat Statistik Statistics Indonesia Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta Telp : (62-21) , Fax : (62-21) Web Site : United Nations Population Fund 7th Floor Menara Thamrin Jl. M.H. Thamrin, Kav. 3 Jakarta Indonesia Tel : (62-21) , Fax : (62-21) , Web Site :
Penyebab dan Akar Masalah
Membedah Angka Kematian Ibu: Penyebab dan Akar Masalah Tingginya Angka Kematian Ibu Konferensi INFID, 26-27 November 2013 Institut KAPAL Perempuan Jl. Kalibata Timur Raya No.5 Jakarta Selatan Telp/Fax:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.
Lebih terperinciMATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011
MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak
Lebih terperincimengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang :
Lebih terperinciPERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU
PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU encegahan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan pemenuhan kebutuhan melalui KB adalah langkah besar menuju perbaikan kesehatan ibu dan pengurangan
Lebih terperinciSTATISTIK GENDER 2011
STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Sesuai dengan
Lebih terperinciKOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/ AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :
KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/ AIDS PROVINSI DKI JAKARTA Disampaikan Pada Acara : LATAR BELKANG 1. Perkembangan kasus HIV/AIDS di Provinsi DKI Jakarta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi tahun 2003 di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen kesehatan pada periode 2005-2009.
Lebih terperinciFilosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret
Filosofi Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat UKM_Maret 2006 1 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) yg meliputi : 1 Menghapuskan kemiskinan & kelaparan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.
KATA PENGANTAR Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merumuskan delapan tujuan pembangunan, dua diantaranya adalah komitmen dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Lebih terperinciDr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK
Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global
Lebih terperinci(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber
I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini
Lebih terperinciKonferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari
Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan fisik, tetapi meliputi aspek mental
Lebih terperinciHASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH
HASIL LOKAKARYA REVIEW PENANGGULANGAN HIV & AIDS PROVINSI JAWA TENGAH Upaya Penyelamatan Perempuan & Anak dari Kematian Sia-Sia Karena HIV & AIDS Bahan masukan RPJMD Propinsi Jawa Tengah TAHUN 2013-2018
Lebih terperinciPencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional 1 Outline Paparan Bagaimana Transmisi HIV Terjadi Situasi HIV
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deklarasi pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan hasil kesepakatan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September 2000
Lebih terperinciKUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI
KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI Budaya PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Infrastruktur dan Lingkungan Hidup KESEHATAN PENDIDIKAN KETAHANAN PANGAN, IKLIM INVESTASI
Lebih terperinciPONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman
PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman Oleh: Dewiyana* Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati Deklarasi Millenium di New York pada bulan September 2000. Deklarasi Millenium ini dikenal dengan
Lebih terperinci(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan
Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada generasi mendatang. Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan ibu merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AKI (Angka Kematian Ibu) merupakan jumlah kematian wanita saat hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi kehamilan, dari setiap penyebab
Lebih terperinciKURIKULUM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES HELVETIA MEDAN KURIKULUM MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN
KURIKULUM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES HELVETIA MEDAN KURIKULUM MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN Sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang Pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49% per tahun. Jika laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk
Lebih terperinciPEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
LAMPIRAN INSTRUKSI NOMOR : 14 TAHUN 1999 TANGGAL : 7 OKTOBER 1999 PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA I. UMUM 1. Penduduk merupakan titik sentral dari pembangunan yang berkelanjutan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama 189 negara
Lebih terperincimenikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemenuhan hak-hak reproduksi wanita di dunia pada masa sekarang ini masih banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara Indonesia, di
Lebih terperinciIkhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator
Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas
Lebih terperinci9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA
9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA Yayasan Aliansi Remaja Independen (ARI), sebuah lembaga non-profit yang dibentuk dan dijalankan oleh orang muda di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah Hak Fundamental setiap warga. Hal ini telah ditetapkan oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciTUJUAN 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
TUJUAN 5 Meningkatkan Kesehatan Ibu 57 Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 6: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015. Indikator: Angka kematian ibu. Proporsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibeberapa negara di dunia mencerminkan ketidakadilan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (2012), setiap hari sekitar 800 perempuan meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian ibu (99%) dari seluruh kematian ibu terjadi
Lebih terperinciPress Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010
RAKORNAS PP DAN PA 2010 Jakarta, 29 Juni 2010 Jakarta, KLA.Org - Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010 Rakornas PP dan PA Tahun 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja Indonesia banyak yang memiliki prestasi tinggi baik itu dari segi akademis maupun non akademis. Sudah banyak pemuda indonesia yang mengharumkan nama indonesia
Lebih terperinciWALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN
WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciBAB. III AKUNTABILITAS KINERJA
1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu
Lebih terperinciKESEHATAN IBU DAN ANAK. dr Dani MKes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 2015
KESEHATAN IBU DAN ANAK dr Dani MKes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 2015 LATAR BELAKANG : MILENIUM DEVELOPMENT GOALS ( MDG S ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefenisikan remaja sebagai masa dimana individu berkembang pada saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sampai mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan
Lebih terperinciDeputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Masih rendahnya perlindungan terhadap perempuan dan anak dari tindak kekerasan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya sangat padat. Hal ini terlihat dari angka kelahiran yang terjadi di setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Lebih terperinciKESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA By : Basyariah Lubis, SST, MKes Pengertian Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi kesehatan pada remaja khususnya menyangkut masalah kesehatan reproduksi manusia yang kesiapannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk presiden
Lebih terperinciBUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,
BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang Mengingat : a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi
Lebih terperinciPENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN
PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN 2010-2014 NINA SARDJUNANI Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Rakornas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan (Promkes) Dinas Kesehatan Kota Bandung termasuk salah satu bagian lembaga pemerintahan karena institusi tersebut di bawah Pemda Kota Bandung.
Lebih terperinciStrategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :
4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai
Lebih terperinciKEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/DPD RI/II/ TENTANG HASIL PENGAWASAN
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN NOMOR 34/DPD RI/II/2013-2014 HASIL PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 KESEHATAN BERKENAAN DENGAN KESEHATAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :
KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA Disampaikan Pada Acara : FORUM NASIONAL VI JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN Padang, 24-27 Agustus
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan kependudukan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara
Lebih terperinciBAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN IV.1. Tujuan 1. Menguatkan akses pelayanan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera yang merata dan berkualitas 2. Peningkatan pembinaan peserta KB
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengawasan antenatal dan postnatal sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai
Lebih terperinciRINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT
RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan RI (2015) mengalami penurunan. Tercatat tahun 2012 sebanyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan RI (2015) mengalami penurunan. Tercatat tahun 2012 sebanyak 359 kasus menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melalui kesepakatan International Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994 terjadi perubahan paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional (KBN).
Lebih terperinciBAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,
WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, KELUARGA BERENCANA DAN KETAHANAN PANGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk dunia pada tahun 2011 sudah mencapai 7 miliar, jumlah tersebut memberikan kesempatan dan sekaligus tantangan bagi kita. Segi positifnya, penduduk dunia semakin
Lebih terperinciPEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013
PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan Millenium Development Goals (MDGs) merupakan paradigma pembangunan global, dideklarasikan di Konferensi Tingkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana atau disingkat KB merupakan program yang ada di hampir setiap negara berkembang termasuk Indonesia. Pengaturan jumlah anak tersebut diharapkan dapat
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah bagi kehidupan seorang ibu dalam usia produktif. Bila terjadi gangguan dalam proses ini, baik itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) dalam 10-15 tahun terakhir menurun, meskipun kematian neonatal dini dan lahir mati masih tinggi, dari 7,7 juta kematian bayi setiap tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Peran program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk terbanyak keempat di dunia yaitu sebesar 256 juta jiwa pada tahun 2015. Pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 gambar Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun Sumber: Buku Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 AKI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI). Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
Lebih terperinciSejarah Penurunan AKI PERTEMUAN 3 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes
Sejarah Penurunan AKI PERTEMUAN 3 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan mengenai Sejarah penurunan AKI dan AKB Sejarah perkembangan (di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan
Lebih terperinci