BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menggunakan pisau analisis NATO dalam Bab IV, maka dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan Rusunawa Dabag terdapat beberapa permasalahan. Permasalahan di rusunawa ini begitu kompleks. Masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua masalah besar, yaitu permasalahan struktural dan kultural Permasalahan struktural merupakan permasalahan yang ada pada pihak penyelenggara kebijakan, yaitu mulai dari DPUP Sleman, UPT Rusunawa Sleman, dan Pengelola. Berikut rincian permasalahan struktural dan kultural yang ada di Rusunawa Dabag : a. Permasalahan struktural yang ada di Rusunawa Dabag adalah terdapat beberapa undang-undang yang pelaksanaannya masih terhalang oleh keterbatasan sumber daya manusia, yaitu kewenangan pemangku kebijakan khususnya UPT Rusunawa dan pengelola untuk melakukan verifikasi data dan pengawasan paca huni. Peneliti menilai bahwa permasalahan tersebut penting untuk ditindaklanjuti agar pencapaian tujuan pembangunan rusunawa sesuai dengan sasaran program, yaitu Rusunawa Dabag dimanfaatkan oleh MBR dan tujuan 111

2 pembangunan rusunawa, yaitu agar penghuni mampu membeli rumah milik. Selain faktor diatas, adanya pengawasan dan upaya verifikasi data dapat dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan rusunawa yang dimanfaatkan untuk disewakan kembali. Permasalahan struktural kedua adalah pengaturan proporsi daerah asal huni dan ketegasan kriteria MBR. Proporsi daerah asal huni ini dibutuhkan agar pembangunan Rusunawa Sleman bisa dimanfaatkan oleh warga asli Sleman. Kriteria MBR perlu dipertegas karena ada beberapa penghuni yang memiliki mobil mewah. Kepemilikan mobil ini tidak akan menjadi masalah ketika mobil yang dimiliki memiliki spesifikasi tertentu. Kedua faktor diatas harus diperhatikan agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial dan stigma negatif dari berbagai pihak, mulai dari warga sekitar rusunawa dan bahkan wartawan atau pihak media massa. Permasalahan struktural ketiga, yaitu ketegasan dari UPT Rusunawa dan pengelola yang masih longgar, terutama masalah pembayaran uang sewa unit. Seperti yang sudah dikemukakan pada analisis bab IV, bahwa ketika UPT Rusunawa dan pengelola tidak tegas terhadap penegakan peraturan akan memberi reward kepada penghuni yang telat mebayar sewa. Implikasinya adalah beberapa penghuni akan memanfaatkan moment tersebut untuk kabur dari rusunawa tanpa membayar sewa. Meskipun terdapat peraturan pemadaman listrik ketika terlambat membayar sewa, namun penghuni menilai bahwa pemadaman tersebut hanya berlaku kepada kalangan tertentu. 112

3 Masalah struktural yang keempat, yaitu belum adanya peraturan bupati yang mengatur tentang tugas pokok dan fungsi bagi UPT Rusunawa dan belum ada peraturan bupati tentang perkumpulan penghuni. Peraturan tersebut penting karena kejelasan tupoksi akan menentukan kinerja UPT Rusunawa terhadap perkembangan rusunawa. Pun dengan peraturan tentang perkumpulan penghuni rusunawa. Paguyuban sebagai perkumpulan penghuni rusunawa dinilai penting keberadaannya karena penghuni tidak hanya dituntut untuk membayar dan menghuni saja, namun didalamnya ada hubungan sosial yang terjalin antar penghuni. Kelima, yang merupakan masalah klasik adalah pengikutsertaan masyarakat terdampak pembangunan rusunawa terhadap rencana program. Meskipun masyarakat diikutsertakan dalam musyawarah, namun pengikutsertaan ini masih terkesan setengah hati. Hal ini dapat dilihat dari laporan UPL-UKL bahwa tujuan yang ingin dicapai dari musyawarah itu adalah agar masyarakat sekitar rusunawa tidak memiliki persepsi negatif terhadap pembangunan rusunawa. b. Permasalahan kultural yang ada di Rusunawa Dabag adalah pola pikir penghuni Rusunawa Dabag. UPT Rusunawa dan pengelola serta pihak terkait lain yang kurang tegas dalam menjalankan peraturan perundang-undangan tentunya akan membuat penghuni menjadi diuntungkan. Selain itu banyak penghuni yang hanya memenuhi kebutuhan tinggal tanpa memperhatikan 113

4 social bonding, menyebabkan penghuni menjadi apatis dan cenderung menjadi silent mass. Hal tersebut semakin diperparah dengan tidak maksimalnya kebermanfaatan paguyuban yang merupakan wadah interaksi penghuni. Apabila hal ini dibiarkan tentunya akan melanggengkan sifat individualisme penghuni yang tidak peduli dengan keberlangsungan Rusunawa Dabag. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan beberapa persoalan yang perlu segera ditangani demi keberlanjutan program. Oleh sebab itu peneliti coba memberikan rekomendasi saran untuk UPT Rusunawa dan Pengelola serta pihak terkait lain. a. Permasalahan yang paling krusial adalah kualitas SDM UPT Rusunawa dan kesadaran akan social bonding antar penghuni. Mengingat SDM merupakan penggerak bagi perkembangan kwalitas rusunawa dan akan mempengaruhi kinerja bagian-bagian rusunawa lain. Begitu pula dengan interaksi penghuni, hal tersebut sangat penting untuk ditumbuhkan karena dalam ketentuan undang undang sudah dijelaskan bahwa rusunawa dibentuk bukan hanya sebagai pemenuhan akan rumah melainkan terdapat pembinaan hubungan sosial untuk mewujudkan rusunawa berkelanjutan b. Hubungan antara UPT Rusunawa, pengelola, dan paguyuban Rusunawa Dabag hendaknya bisa terjalin dengan baik. Dibutuhkan komunikasi dan 114

5 kerjasama antar semua elemen untuk menciptakan suatu gerakan atau kegiatan yang mengintegrasikan elemen diatas bersama penghuni. c. Pengembangan paguyuban perlu dilakukan, harapannya ialah paguyuban bukan hanya menjadi lembaga papan nama saja namun paguyuban merupakan institusi sosial. Paguyuban bisa menjadi wadah, pranata, dan agen perubahan bagi penghuni Rusunawa Dabag. Dibutuhkan upaya dan inisiatif dari anggota paguyuban bersama UPT Rusunawa dan pengelola untuk membuat kejelasan visi dan misi paguyuban itu sendiri, sehingga nantinya anggota paguyuban memiliki prinsip kerja. Selain itu, peningkatan skill anggota paguyuban juga dibutuhkan agar paguyuban memiliki kapabilitas dan kapasitas ketika ada masalah di rusunawa maupun ketika dihadapkan dengan institusi lain. d. Pengawasan pasca huni dan verifikasi data diharapkan bisa segera dilaksanakan dengan harapan agar permasalahan kriteria penghuni bisa terpenuhi. Hal tersebut bisa dilakukan dengan kerjasama antara UPT Rusunawa, pengelola, dan pihak desa. Desa perlu dilibatkan karena proses pembuatan KIPEM merupakan wewenang desa, diharapkan melalui keterlibatan desa maka desa dapat menyaring masyarakat yang berhak tinggal di rusunawa e. Website rusunawa perlu diperbarui secara berkala, karena di jaman digital ini masyarakat tidak lagi menggunakan cara konvensional, yaitu mendatangi ke kantor UPT Rusunawa atau kantor pengelola. Hal ini juga diakui oleh kepala UPT Rusunawa bahwa penyebaran informasi seputar hunian memanfaatkan 115

6 teknologi informasi komunikasi, namun apabila ditilik website rusunawa masih menggunakan data lama. Berangkat dari penelitian ini maka diharapkan peneliti selanjutnya bisa memahami lebih jauh isu-isu permasalahan struktural dan kultural yang ada di Rusunawa Dabag. Agar bisa memperoleh hasil penelitian yang mendalam maka peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan metode etnografis. 116