PENDAHULUAN Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) DKI Jakarta telah usai. KPUD telah merampungkan hasil perhitungan suara Pilkada DKI Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) DKI Jakarta telah usai. KPUD telah merampungkan hasil perhitungan suara Pilkada DKI Jakarta"

Transkripsi

1

2 PENDAHULUAN Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) DKI Jakarta telah usai. KPUD telah merampungkan hasil perhitungan suara Pilkada DKI Jakarta dan telah menetapkan Pak Anies R Baswedan dan Pak Sandiaga S Uno sebagai pemenang Pilkada DKI Jakarta. Setelah hasil penetapan KPUD DKI Jakarta ini tentu suhu dan tensi politik sudah semakin menurun dan semakin sejuk sehingga kiranya apa yang saya tuliskan dalam buku ini betul-betul dapat diterima sebagai pandangan hukum tidak lagi dikaitkan dengan unsur-unsur politik. Hal ini menjadi penting karena sebagai seorang yang berkecimpung di bidang hukum tentu saya memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan hal-hal terkait dengan permasalahan hukum sebagai pembelajaran masyarakat dan demi tegaknya hukum dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Tahapan Pilkada DKI Jakarta memang telah usai namun perkara dan kasus Pak Ahok yang saat ini duduk sebagai terdakwa belumlah selesai, setelah melihat dan menjalani proses persidangan Pak Ahok ada yang menarik dan perlu menjadi perhatian kita yakni terkait dengan Fatwa/Sikap Keagamaan MUI. Fatwa dan Sikap Keagamaan MUI ini dalam kasus Pak Ahok banyak pihak atau masyarakat umum menjadikannya sebagai justifikasi untuk melakukan penghukuman kepada Pak Ahok. Oleh karena itu kiranya perlu diketahui secara seksama dimana posisi Fatwa/Sikap 1

3 Keagamaan MUI dalam Hukum Positif di Indonesia dan Apakah fatwa dan sikap keagamaan MUI itu bisa dijadikan landasan untuk menghukum Pak Ahok? Pertanyaan pertanyaan ini akan dibahas dalam tulisan ini. PIDATO AHOK DAN SIKAP KEAGAMAAN MUI Awal mula permasalahan yang mengakibatkan Pak Ahok saat ini duduk sebagai terdakwa ialah terkait dengan pidatonya yang dilakukan di Kepulauan Seribu. Dalam pidato yang cukup panjang itu yang kurang lebih sekitar 1 jam 48 menit yang pada umumnya membahas terkait program Pemerintah DKI Jakarta mengenai budi daya ikan kerapu yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi dalam pidato tersebut Pak Ahok sempat menyinggung mengenai Surat Al-Maidah ayat 51. Jika kita memperhatikan secara utuh pidato tersebut Pak Ahok hanya menyinggung mengenai Surat Al-Maidah ayat 51 itu hanya sekitar 13 detik, tentu yang banyak menjadi pertanyaan adalah apa dasar Pak Ahok menyinggung Surat Al-Maidah ayat 51 ini? Dari fakta persidangan menurut beberapa Ahli bahasa bahwa tidak mungkin seseorang itu mengatakan sesuatu namun dalam pikirannya hampa (tidak terlintas pikiran apapun) melainkan pasti ada sesuatu yang dipikirkan sehingga apa yang menjadi pikiran itu lah yang kemudian akan mengejewantah dalam sebuah ucapan. Pada saat persidangan Pak Ahok sempat ditanya mengenai 2

4 maksud dari menyinggung Surat Al-Maidah ayat 51 ini. Saat itu Pak Ahok menjawab bahwa dia terlintas pengalamannya dulu saat ia mencalonkan diri sebagai Gubernur di Bangka Belitung dimana saat itu ia menceritakan rancangan programnya dan ada seorang Ibu yang tertarik dengan programnya namun ia menyampaikan kepada Pak Ahok bahwa ia tidak bisa memilih Pak Ahok karena Pak Ahok bukan seorang muslim dan jika ia memilih Pak Ahok maka dia akan jadi kafir. Pengalaman ini lah yang kemudian terlintas pada saat Pak Ahok berpidato di Kepulauan seribu, saat itu Pak Ahok melihat ada sekelompok ibu-ibu yang sama sekali tidak antusias dengan Program Pemerintah DKI Jakarta yang disampaikan Pak Ahok padahal program itu sangat menguntungkan Warga Jakarta khususnya Warga di Kepulauan Seribu. Itu lah sebabnya Pak Ahok menyinggung mengenai surat Al-Maidah ayat 51 dan juga menyinggung bahwa program ini tetap akan berjalan meskipun masyarakat kepulauan seribu tidak memilihnya. Oleh karena itu jika kita melihat konteks keseluruhan dari pidato Pak Ahok tentu kita dapat melihat bahwa secara kontekstual disitu Pak Ahok ingin meyakinkan bahwa Program yang dirancang Pemerintah DKI Jakarta itu betul-betul untuk kesejahteraan masyarakat dan tidak ada unsur-unsur lain selain itu apalagi jika sampai diasumsikan bahwa karena pidato itu Pak Ahok berniat untuk menistakan/menodai agama. 3

5 Pidato Pak Ahok di kepulauan seribu awalnya tidak menimbulkan masalah/kontroversi apapun, karena jika kita melihat rekamannya secara utuh masyarakat di kepulauan seribu yang mendengarkan pidato Pak Ahok tersebut tidak ada yang protes atau Jika kita melihat rekamannya secara utuh masyarakat di kepulauan seribu yang mendengarkan pidato Pak Ahok tersebut tidak ada yang protes atau menolak. menolak bahkan sangat terlihat bahwa masyarakat kepaulaun seribu secara umum cukup antusias mendengarkan pidato Pak Ahok padahal warga di kepulauan seribu tersebut merupakan warga yang mayoritas muslim. Selain itu setelah Pak Ahok selesai berpidato dan selesai berkunjung di Kepuluan seribu tidak ada satu pun masyarakat disana yang melaporkan Pak Ahok ke kepolisian terkait dugaan penistaan/penodaan agama. Pidato Pak Ahok baru mulai disinggung bahwa ada dugaan penodaan agama dalam Pidato Pak Ahok di Kepulauan Seribu ketika Buni Yani mengedit video Pidato Pak Ahok tersebut. Hal ini bisa terlihat dari kronologis berikut ini: - Tanggal 27 September 2017 Pak Ahok berpidato di kepulauan Seribu yang sempat menyinggung terkait Surat Al-Maidah. - Tanggal 28 September 2017 Pidato Pak Ahok di Kepulauan Seribu diunggah ke Youtube oleh Pemprov DKI Jakarta sebagai bagian dari program akuntabilitas dan open 4

6 government di Pemprov DKI Jakarta yang dicanangkan Pak Ahok. - Tanggal 6 Oktober 2017 Buni Yani mengunggah video Pidato Pak Ahok yang sudah Buni Yani edit dan menghilangkan kata pakai sehingga mengubah makna dari pidato Pak Ahok. Beberapa jam setelah Buni Yani mengupload video hasil editan ini mulai ramai di media sosial kemudian ACTA (Advokat Cinta Tanah Air) melaporkan Pak Ahok ke Kepolisian dengan bukti video hasil editan Buni Yani. - Tanggal 7 Oktober 2017 Mulai ramai masyarakat melaporkan Pak Ahok dengan bukti Video editan Buni Yani. Dari kronologis ini sebenarnya bisa terlihat bahwa awal mula Pidato Pak Ahok tersebut bukan merupakan suatu masalah karena memang konteksnya berbeda yaitu bukan konteks penodaan agama. Barulah kemudian menjadi masalah ketika Buni Yani mengedit pidato Pak Ahok tersebut Awal mula Pidato Pak Ahok tersebut bukan merupakan suatu masalah. Barulah kemudian menjadi masalah ketika Buni Yani mengedit pidato Pak Ahok tersebut sehingga seolaholah Pak Ahok menyatakan Al-Maidah itu sebagai suatu ayat kebohongan. sehingga mengubah makna dari Pidato Pak Ahok terlebih lagi dalam transkrip tersebut Buni Yani juga menambahkan yang bersifat profokatif dengan menyatakan inilah 5

7 pidato penista agama. Hal ini yang kemudian membuat suatu persepsi seolah-olah Pak Ahok menyatakan Al-Maidah itu sebagai suatu ayat kebohongan. Oleh karena itu kiranya masyarakat perlu memahamii permasalahan pidato Pak Ahok ini dengan baik dan jernih. Transkrip Buni Yani yang bersifat provokatif itulah yang banyak beredar di media sosial yang membuat banyaknya pihak-pihak melaporkan permasalahan ini ke kepolisian dengan bukti video Buni Yani. Selanjutnya hasil video editan Buni Yani tersebut kemudian diliput oleh banyak media sehingga permasalahan ini memunculkan suatu respon dari masyarakat yang kemudian berkembang dan memunculkan suatu opini seolaholah Pak Ahok telah melakukan penodaan agama yang dilandaskan pada video editan Buni Yani dimaksud. Hal yang demikian ini lah yang sering disebut sebagai trial by the press atau penghakiman oleh opini publik yang sebenanrya sangat bertentangan dengan hukum yakni asas presumption of innocence (asas praduga tak bersalah). Semakin meluasnya isu ini di publik kemudian MUI DKI Jakarta mengeluarkan Surat teguran kepada Pak Ahok pada tanggal 9 Oktober 2016 yang intinya memberikan saran kepada Pak Ahok untuk lebih fokus bekerja sebagai Gubernur DKI Jakarta dan tidak perlu menyinggung isu-isu yang dapat memberikan reaksi yang kurang baik di masyarakat. Selanjutnya pada tanggal 11 Oktober 2016 MUI Pusat mengeluarkan Pendapat dan Sikap Keagamaan yang berisi sebagai berikut: 6

8 1. Alquran surah Al-Maidah ayat 51 secara eksplisit berisi larangan menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin. Ayat ini menjadi salah satu dalil larangan menjadikan non muslim sebagai pempimpin. 2. Ulama wajib menyampaikan menyampaikan isi surah Al-Maidah ayat 51 kepada umat Islam bahwa memilih pemimpin muslim adalah wajib. 3. Setiap orang Islam wajib meyakini kebenaran isi surah Al-Maidah ayat 51 sebagai panduan dalam memilih pemimpin 4. Menyatakan bahwa kandungan surah Al- Maidah ayat 51 yang berisi larangan menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin adalah sebuah kebohongan, hukumnya haram dan termasuk penodaan terhadap Al-Quran 5. Menyatakan bohong terhadap ulama yang menyampaikan dalil surah Al-Maidah ayat 51 tentang larangan menjadikan non muslim sebagai pemimpin adalah penghinaan terhadap ulama dan umat Islam Berdasarkan hal diatas, maka pernyataan Basuki Tjahaja Purnama dikategorikan; (1) Menghina Al-Quran dan atau (2) menghina ulama yang memiliki konsekuensi hukum. Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI yang dikeluarkan pada Tanggal 11 Oktober 2016 ini kemudian ditembuskan ke Kapolri sehari setelahnya yakni Tanggal 12 Oktober Selain 7

9 itu Pendapat dan Sikap Keagmaan MUI ini dijadikan dasar untuk membentuk kelompok yang diberi nama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF- MUI) pada Tanggal 12 Oktober 2016 yang kemudian pada Tanggal 14 Oktober 2016 dilakukan demonstrasi pertama kalinya untuk menuntut agar Pak Ahok diseret ke jalur hukum dengan dugaan penodaan Agama. Selanjutnya pada tanggal 4 November 2016 kembali digelar aksi demonstrasi untuk menuntut agar Pak Ahok segera dijadikan tersangka penodaan agama dimana pada saat-saat terakhir unjuk rasa tersebut Berdasarkan rangkaian peristiwa hukum yang menimpa Pak Ahok, sulit jika tidak mengaitkan peristiwa ini dengan hal-hal politik Dr. Triana Dewi Seroja., S.H., M.Hum. terjadi kericuhan dibeberapa tempat yang menurut Pidato Presiden Jokowi unjuk rasa tersebut ditunggangi oleh aktoraktor politik. Selanjutnya pada saat dilakukannya unjuk rasa tersebut perwakilan pengunjuk rasa bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan menghasilkan suatu kesepakatan bahwa mengenai permasalahan Pak Ahok akan diselesaikan dengan proses hukum yang secepat-cepatnya dan dalam tempo waktu 14 hari Kepolisian akan menentukan status Pak Ahok. Kemudian dalam waktu 12 hari setelah adanya aksi 4 November tersebut yaitu 8

10 tepatnya pada Tanggal 16 November 2016 Pak Ahok dijadikan tersangka Penodaan Agama. Berdasarkan rangkaian peristiwa hukum yang menimpa Pak Ahok, sulit jika tidak mengaitkan peristiwa ini dengan hal-hal politik apalagi dalam pidato Pak Jokowi dengan tegas menyatakan bahwa aksi ini telah ditunggangi aktor politik. Selain itu proses penegakan hukum disini juga susah dihindarkan bahwa tidak terjadi intervensi mengingat Kepolisian diberikan tenggang waktu 14 hari untuk bisa dengan segera menentukan status hukum Pak Ahok. Hal ini sebenarnya cukup terlihat bahwa perkara Pak Ahok ini tidak terlepas dari suatu intervensi yang ditujukan untuk kepentingan terrtentu. Kronologis dikeluarkannya Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI ini juga perlu dilihat secara utuh jika kita memperhatikan kronologisnya tahap demi tahap disitu ada proses yang begitu cepat dalam mengeluarkan Pendapat dan Sikap Keagamaan ini. Tanggal 9 Oktober 2016 sebagaimana dikutip dari berbagai berita Ketua Umum MUI Ma ruf Amin menyatakan bahwa belum ada rapat terkait dengan Pidato Pak Ahok di Kepulauan Seribu akan tetapi Tanggal 11 Oktober 2016 dengan waktu yang cukup cepat MUI mengeluarkan Pendapat dan Sikap Keagamaan. Terlebih lagi Pendapat dan Sikap Keagamaan yang diambil/diputuskan oleh MUI ini tidak didahului dengan proses tabayyun (klarifikasi) kepada pihak yang bersangkutan (Pak Ahok). Padahal disetiap dugaan kasus penodaan agama semuanya selalu 9

11 melalui mekanisme tabayyun sebagai contoh kasus Lia Eden dan Ahmad Musaddeg MUI sebelum mengambil keputusan dilakukan tabayyun terlebih dahulu dan setiap keputusan yang diambil MUI terkait kasus penodaan agama selalu melalui Fatwa bukan melalui Pendapat dan Sikap Keagamaan. Satu-satunya kasus dugaan penodaan agama yang tidak melalui proses tabayyun dan tidak diputuskan melalui fatwa hanya pada kasus dugaan penodaan agama yang dilakukan Pak Ahok sehingga hal ini menimbulkan sebuah tanda tanya besar mengapa Pak Ahok seolah diberikan perlakuan yang berbeda. Ini lah tentunya Tabayyun sebelum mengambil sikap/keputusan merupakan suatu hal yang wajib karena diperintahkan dalam Al- Quran, QS. Al-Hujurat:6. Oleh karena itu seharusnya MUI dalam mengambil keputusan juga harus melakukan tabayyun Prof. Hamka Haq yang mendasari kami berpendapat bahwa ada sesuatu yang kurang fair terhadap kasus dugaan Penodaan Agama yang disangkakan kepada Pak Ahok. Tabayyun (klarifikasi) merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengetahui dan memahami maksud dan tujuan seseorang melakukan suatu tindakan karena tindakan seseorang dalam melakukan sesuatu sesunguhnya yang paling mengetahui dasar perbuatan itu adalah 10

12 orang itu sendiri. Itulah sebabnya dalam proses penegakan hukum di Indonesia mulai dari tahap penyidikan sampai ke tahap persidangan orang yang diduga melanggar hukum pasti akan dimintai keterangannya terlebih dahulu hal ini sebagai wujud suatu klarifikasi agar orang yang diduga melakukan pelanggaran tersebut bisa menjelaskan maksud dan tujuannya melakukan tindakannya. Menurut Prof. Hamka Haq dalam keterangannya sebagai ahli di muka persidangan mengatakan bahwa tabayyun sebelum mengambil sikap/keputusan merupakan suatu hal yang wajib karena hal itu perintah Al-Quran sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Hujurat ayat 6. Oleh karena itu seharusnya MUI dalam mengambil sikap/keputusan terhadap Pak Ahok juga seharusnya terlebih dahulu melakukan Tabayyun (klarifikasi) agar dalam mengambil sikap/keputusan bisa dilakukan dengan adil. Dengan tidak dilakukannya tabayyun kepada Pak Ahok terkait dengan pidatonya di Kepulauan seribu tentu makna dan maksud dari Pidato Pak Ahok itu tidak dapat tertangkap dengan baik oleh MUI, apalagi MUI langsung membuat keputusan bahwa Pak Ahok telah menghina Al-Quran dan Menghina ulama. Padahal dalam pidato Pak Ahok di kepulauan seribu itu tidak pernah menyebut kata ulama dan makna mengenai pidato Pak Ahok yang menyinggung Al-Maidah Ayat 51 yang Pak Ahok maksudkan itu bukan terjemahan langsung dari QS. Al-Maidah Ayat 51 melainkan yang dimaksud Pak Ahok adalah tafsir selebaran yang pernah disebar 11

13 di Bangka Belitung pada saat Pak Ahok mencalonkan diri sebagai Gubernur. 1 Oleh karena tidak adanya proses tabayyun yang dilakukan MUI kepada Pak Ahok sehingga dalam mengambil keputusan/sikap keagamaan ini perlu dipertanyakan terkait akurasi dalam pengambilan sikap keagamaan tersebut. SEJARAH DAN FILOSOFI BERDIRINYA MUI Majelis Ulama Indonsia (MUI) didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 Masehi dalam pertemuan alim ulama yang dihadiri oleh Majelis Ulama Daerah, Pimpinan Ormas Islam Tingkat Nasional, pembina kerohanian dari empat angkatan, serta beberapa tokoh Islam yang hadir sebagai pribadi. 2 Majelis Ulama Indonesia (MUI) hadir ke pentas sejarah ketika bangsa Indonesia tengah berada di fase kebangkitan kembali, setelah selama tiga puluh tahun sejak kemerdekaan energi bangsa terserap dalam perjuangan politik, baik di dalam negeri maupun di dalam forum internasional, sehingga kurang mempunyai kesempatan untuk membangun menjadi bangsa yang maju dan berakhlak mulia. 3 1 Penjelasan terkait hal ini bisa dilihat dalam Buku Saya dengan Judul Apakah Ahok Menistakan Agama Islam?. 2 Profil Majelis Ulama Indonesia (Pusat dan Sumatera Utara), Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Sumatera Utara, 2006, hal Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama Indonesia Edisi Revisi 2011 Hasil Rakernas MUI Tahun 2011), Diterbitkan oleh Sekretariat Majelis Ulama Indonesia Pusat, 2011, hal

14 Pertemuan alim ulama yang melahirkan MUI tersebut ditetapkan sebagai Munas (Musyawarah Nasional) MUI Pertama. Dengan demikian, sebelum adanya MUI Pusat, terlebih dahulu di daerahdaerah telah terbentuk Majelis Ulama. 4 Lahirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak terlepas dari faktor intern dan ekstern. Faktor intern ialah kondisi umat Islam dan bangsa Indonesia seperti rendahnya pemahaman dan pengalaman agama. Lebih daripada itu, kemajemukan dan keragaman umat Islam dalam alam pikiran keagamaan, organisasi sosial, dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik selain dapat merupakan kekuatan, tetapi sering juga menjelma menjadi kelemahan dan sumber pertentangan di kalangan umat Islam sendiri. Sedangkan faktor ekstern ialah suasana yang mengitari umat Islam dan bangsa Indonesia yang menghadapi tantangan global yang sangat berat. 5 Beratnya tantangan ekstern ini dalam menghadapi persaingan global maka diperlukan sebuah situasi yang mendukung pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan agar pelaksanaan pembangunan tersebut bisa terlaksana dengan baik oleh karena penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam maka diperlukan fatwa-fatwa MUI untuk mendukung proses pembangunan yang sedang digalakkan pemerintah pada saat itu. 4 Profil Majelis Ulama Indonesia (Pusat dan Sumatera Utara), Op. Cit., hal Ibid. 13

15 Prof. Hamka Haq yang juga Dewan Penasehat MUI dalam persidangan menjelaskan filosofi berdirinya MUI dalam keterangannya tersebut Prof. Hamka Haq menyatakan bahwa MUI ini didirikan oleh pemerintah pada tahun Maksudnya adalah untuk menjadi mitra pemerintah dalam rangka memperlancar pembangunan dan pemerintahan. Tujuannya adalah waktu itu pemerintah ingin membangun kerukunan trilogi: kerukunan internal umat beragama (Islam), kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antar umat beragama dan pemerintah. Jadi, MUI dibangun dalam tiga komponen, tidak boleh menjadi rival khas agenda pemerintah. Itu filosofinya. Sehingga fatwa-fatwa yang seharusnya dibuat oleh MUI adalah fatwa yang berkaitan dengan kepentingan pemerintahan yakni yang bertujuan untuk kelancaran pembangunan. Jadi, filosofinya itu adalah berkaitan dengan kepentingan pemerintah. Misalnya, pemerintah mau mengadakan proyek, apakah ini halal atau tidak. MUI memberi fatwa halal, silakan. Kalau haram, tidak dilaksanakan. Itu bagian dari perencanaan pembangunan dan pemerintahan karena MUI kan dibangun oleh pemerintah. MUI beda dengan Muhammadiyah, NU, dan ormas-ormas lain; yang terlahir dengan sendirinya. Tapi MUI dibangun oleh pemerintah untuk kepentingan kelancaran pembangungan pemerintahan. Waktu itu, rezim Pak Harto ada namanya trilogi pembangunan: pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas. 14

16 Seingat saya, pernah ada fatwa pada era Buya Hamka menjadi ketua umum. Ada fatwa yang dianggap waktu itu menjadikan pemerintah dalam posisi yang sulit kemudian fatwa itu dicabut pada era Buya Hamka. Tapi karena Buya Hamka seorang ulama yang punya integritas, merasa ada sedikit kedekatan dengan keluarnya fatwa itu beliau rela mengundurkan diri. Lebih lanjut Prof. Hamka Haq menjelaskan bahwa dalam perkara Pak Ahok ini Pak Ahok sebagai Gubernur yang bagian dari pemerintah. Jadi, Majelis Ulama harus memandangnya sebagai mitra. Tidak boleh dia pandang gubernur itu sebagai rival, sebagai lawan. Karena MUI didirikan untuk kepentingan bagaimana pemerintah menjalankan pemerintahan dan pembangunan. Oleh karena itu, kalau ada sesuatu yang berkaitan dengan gubernur, mestinya Majelis Ulama memanggil gubernur untuk dilakukan tabayyun; karena MUI dan Pemerintah adalah mitra sehingga tidak ada salahnya MUI meminta klarifikasi oleh Guberur jika ada yang dipandang kurang tepat dalam sikap atau tindakan Gubernur. Terkecuali kalau memang MUI sudah memandangnya sebagai rival (saingan), maka hal itu jadi beda. Sudah lain dari filosofi pembentukan MUI. Melihat dari sejarah dan filosofi berdirinya MUI maka terlihat sangat jelas bahwa MUI berdiri untuk membantu pemerintah dalam menjalankan tugas pemerintahan dan sebagai wadah untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama. Begitu besar dan pentingnya peranan dari MUI 15

17 dalam mewujudkan suatu pemerintahan yang baik maka seharusnya MUI membantu pemerintah dalam mewujudkan cita-cita pemerintahan yang baik. Oleh karena itu jika ada kesalahan dari aparatur pemerintah dalam menjalankan tugasnya seharusnya MUI telebih dahulu melakukan klarifikasi terhadap aparatur pemerintah tersebut dan memberikan saran agar aparatur dimaksud menjalankan pemerintahan dengan lebih baik sehingga proses kemitraan antara Pemerintah dan MUI bisa berjalan dengan baik. KEDUDUKAN FATWA/SIKAP KEAGAMAAN MUI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA Sebelum membahas mengenai kedudukan fatwa MUI dalam Hukum Positif di Indonesia kiranya kita perlu menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan hukum positif itu sendiri. Sebagaimana yang kita ketahui makna dari hukum positif itu dijelaskan dalam pelajaran pengantar ilmu hukum pada semester 1 pada saat seseorang mengambil jurusan Fakultas Hukum. Hukum positif ialah hukum yang berlaku di suatu negara. Keberlakuan hukum ini tertera dalam peraturan perundang-undangan atau dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan. Selanjutnya apa yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan? Peraturan Perundang-undangan adalah Peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga 16

18 negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. (Pasal 1 angka 2 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan). Dalam Pasal 7 UU tersebut mengatur hirarki peraturan perundang-undangan yakni: 1. Undang-Undang Dasar Ketetapan MPR 3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang 4. Peraturan Pemerintah 5. Peraturan Daerah Selain dari hirarki peraturan perundang-undangan ini lembaga atau komisi negara lainnya diberikan hak untuk membuat peratutan yang mana peraturannya tersebut dapat dikategorikan sebagai hukum positif yakni apabila terbentuknya suatu lembaga/komisi tersebut didasarkan pada Undang- Undang. Hal ini sejalan dengan yang diatur dalam Pasal 8 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Oleh karena itu Peraturan Menteri atau Peraturan Bank Indonesia misalnya termasuk kedalam Hukum Positif. Selanjutnya dari penjelasan tersebut diatas bagaimana dengan fatwa MUI? Sebelum membahas ini tentu kita harus melihat dulu kelembagaan MUI itu sendiri. Apakah MUI ini suatu lembaga yang dibentuk berdasarkan undangundang, jika kita mengkaji secara seksama tidak ada undang-undang yang memerintahkan pembentukan lembaga MUI oleh karena itu jika 17

19 melihat ketentuan dalam Pasal 8 UU No. 12 Tahun 2011 maka aturan/fatwa yang dikeluarkan MUI tidak lah dapat digolongkan sebagai hukum positif. Terkait dengan kedudukan fatwa MUI dalam Hukum Positif di Indonesia, Prof. Denny Indrayana menjelaskan Ada dua hal yang harus dijawab sebelum menentukan apakah Fatwa MUI itu merupakan hukum positif atau bukan. Pertama, bagaimanakah status MUI tidak dibentuk ataupun diperintahkan pembentukannya dengan undang-undang. Karena itu, MUI tidak berwenang mengeluarkan produk yang bisa menjadi hukum positif di Tanah Air. Prof. Dr. Denny Indrayana kelembagaan MUI sendiri? Lalu, kedua, apakah MUI adalah lembaga yang bisa menghasilkan hukum positif? Untuk menjawab pertanyaan pertama Prof. Denny menjelaskan sebagai berikut: MUI dibentuk pada tahun 1975, dalam diri MUI ada berbagai sifat badan hukum, seperti ciri lembaga negara, organisasi masyarakat, bahkan ada pula yang berpandangan berciri lembaga swadaya masyarakat ui.hukum.positif.dan.hukum.aspiratif diakses tanggal 5 Mei 2017 Pukul WIB. 18

20 Misalnya, Profesor Tim Lindsey, Direktur CILIS (Center for Indonesian Law, Islam and Society) pada Melbourne University Law School berpendapat bahwa MUI adalah LSM yang juga mempunyai bersifat organ publik negara atau Quasi-Autonomous Non-Governmental Organization (QuANGO). Sifat MUI sebagai lembaga negara paling kuat terasa pada kewenangannya menerbitkan sertifikasi halal serta menerima dana sertifikasi halal, peran mana akan beralih kepada Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) sesuai Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Namun, ciri organ negara itu gugur salah satunya karena uang publik yang dikumpulkan tersebut tidak diizinkan diperiksa oleh komisi audit negara, utamanya BPK dan BPKP. Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan Kedua Prof Denny menjelaskan bahwa MUI bukanlah badan, lembaga, komisi negara yang dibentuk dengan undang-undang, atau Pemerintah atas perintah undang-undang sebagaimana diatur dalam UU 12/2011. Memang, MUI disebutkan dalam beberapa Pasal UU No 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, namun itu bukan berarti MUI dibentuk ataupun diperintahkan pembentukannya dengan undang-undang. Karena itu, MUI tidak berwenang mengeluarkan produk yang bisa menjadi hukum positif di Tanah Air. Terkait dengan kedudukan Fatwa MUI dalam Hukum Positif di Indonesia Prof. Mahfud MD 19

21 Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi mengatakan bahwa Fatwa MUI bukan lah hukum positif karena itu fatwa MUI tidak mengikat dan keberlakuannya tidak bisa dipaksakan. Selanjutnya Prof. Hamka Haq juga memberikan pendapatnya bahwa Fatwa MUI itu bukan merupakan suatu hukum positif. Menurutnya ada 3 kategori yang bisa dijelaskan hubungan antara ayat-ayat Quran dan Hadist dengan Negara Hukum Indonesia yaitu: Yang pertama, ada ayat atau hadist yang otomatis berlaku karena dijamin berlakunya oleh UUD 45, yaitu ibadah. Jadi, seluruh ayat tentang ibadah, seluruh hadist tentang ibadah itu berlaku dengan sendirinya karena dijamin oleh UUD 45 Pasal 29: Negara menjamin kemerdekaan setiap warga negara untuk memeluk agamanya dan melaksanakan ibadahnya. Jadi, kita harus ibadah sesuai agama kita. Seluruh ayat dan seluruh hadist tentang ibadah berlaku dengan sendirinya. Ini kategori pertama. Kategori kedua, ada ayat hukum dan hadist hukum yang berlaku karena diberlakukan sebagai bagian dari hukum positif kita, sehingga diberlakukan sebagai bagian hukum positif. Contohnya ialah undang-undang tentang pernikahan. Ayat-ayat tentang nikah, hadist-hadist tentang nikah itu berlaku. Kenapa berlaku? Karena diberlakukan oleh undang-undang kita, undang-undang perkawinan. Dalam undang-undang perkawinan disebutkan perkawinan itu sah kalau dilaksanakan berdasarkan syariat agama masing-masing. Berarti, ayat-hadist tentang perkawinan berlaku setelah 20

22 diundangkannya undang-undang perkawinan, sebagai bagian dari hukum positif. Itu kategori kedua. Kategori ketiga adalah ayat-ayat atau hadist-hadist hukum yang tidak diberlakukan karena tidak diterima atau tidak dianggap sebagai bagian dari hukum. Contohnya, surat Al-Maidah 38: wa assariqu wa as-sariqotu faqtha u aydiyhuma. Laki-laki pencuri, perempuan pencuri, potong tangannya! Ini ayat, semua umat Islam yakin kebenarannya. Tapi ini tidak berlaku di Indonesia karena yang berlaku di Indonesia tentang pencuri adalah KUHP. Dan dalam KUHP tidak ada ketentuan yang mengatakan pencuri dihukum menurut agamanya masingmasing. Melihat dari apa yang para ahli jelaskan maka sangat jelas bahwa Fatwa MUI bukanlah hukum positif karena sesuatu yang menjadi hukum positif harus masuk kategori peraturan perundangundangan atau suatu lembaga/komisi negara yang dibentuk berdasarkan undang-undang sedangkan pembentukan lembaga MUI tidak dibentuk berdasarkan UU sehingga apa yang menjadi keputusan atau aturan yang dikeluarkan oleh MUI tidak dapat dinilai sebagai hukum positif. Adapun yang berpendapat bahwa Fatwa MUI ini sebagai bagian dari sumber hukum, perlu diketahui bahwa sumber hukum itu terdiri dari beberapa jenis yakni: Peraturan Perundang-Undangan, Yurispudensi, Perjanjian/Konvensi Internasional, Kebiasaan Ketatanegaraan, dan Doktrin. Jika Fatwa MUI ini 21

23 disebutkan sebagai doktrin sebenarnya juga kurang tepat karena doktrin tersebut lahir dari pendapat seseorang yang mana pendapat itu bersifat umum(tidak spesifik pada kasus tertentu) dan telah berulang-ulang kali digunakan dalam kasus yang sama. Sedangkan Fatwa MUI ini merupakan pendapat kelembagaan dan juga bersifat individual sehingga kategori sebagai sumber hukum juga dapat dikatakan kurang tepat. PENUTUP Berdasarkan uraian tersebut diatas tentunya kita harus melihat dan mencermati kasus Pak Ahok ini dengan baik dan melepaskan segala kepentingan apapun itu termasuk kepentingan politik, golongan suku dan segala kepentingan lainnya. Hal ini menjadi sangat-sangat penting karena hukum harus ditegakkan dengan seadiladilnya karena dengan penegakan hukum secara adil lah maka pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara dapat tercapai sebagaimana yang diamanahkan dalam pembukaan UUD 1945 yakni mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perjalanan kasus Pak Ahok ini banyak sekali kejanggalan yang belum terungkap dengan baik mengingat persidangan Pak Ahok tidak disiarkan secara langsung oleh karena itu sebagai seorang yang memiliki tanggung jawab hukum maka saya memiliki kewajiban untuk menyampaikan apa yang saya pandang benar terkait dengan kasus hukum Pak Ahok. Kejanggalan itu sangat bisa terlihat dari 22

24 proses Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI yang tidak melalui proses tabayyun terlebih dahulu sehingga hal ini sangat merugikan Pak Ahok karena jika proses tabayyun itu dilakukan maka besar kemungkinan Pak Ahok tidak terjerat dalam dugaan kasus penodaan agama mengingat maksud Pak Ahok dalam menyampaikan pidatonya sangat berbeda dengan sikap keagamaan yang dikeluarkan MUI berdasarkan persepsi dari MUI itu sendiri Kita harus melihat dan tanpa adanya mencermati kasus Pak Ahok tabayyun (klarifikasi). ini dengan baik dan Selain itu melepaskan segala masyarakat juga perlu kepentingan apapun itu mengetahui bahwa termasuk kepentingan Fatwa MUI bukanlah Hukum Positif/Hukum politik, golongan, suku dan segala kepentingan lainnya yang berlaku di agar keadilan bisa Indonesia oleh sebab itu Fatwa MUI tidak ditegakkan dengan seadiladilnya. dapat pijakan dijadikan untuk Dr. Humphrey R. Djemat., S.H., L.LM menyatakan seseorang telah melakukan kesalahan atau menjustifikasi seseorang telah melakukan penodaan/penistaan agama apalagi sampai dijadikan landasan untuk menghukum seseorang. 23

25 Jika fatwa MUI saja yang memiliki tata cara untuk menetapkan suatu fatwa (nomenklatur) dalam pengambilan keputusan di dalam Pedoman MUI saja tidak dapat dijadikan sebagai suatu hukum positif terlebih lagi dengan Pendapat dan Sikap Keagamaan yang proses pengambilan keputusannya tidak memiliki tata cara (nomenklatur) di dalam Pedoman MUI. Oleh karena itu terhadap dugaan kasus penodaan agama yang dilakukan oleh Pak Ahok tidak tepat jika landasan yang digunakan adalah Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI. 24

26

PK Ahok dan Kasus Buni Yani

PK Ahok dan Kasus Buni Yani o PK Ahok dan Kasus Buni Yani Tim VIVA» Selasa, 27 Februari 2018 06:03 WIB https://www.viva.co.id/indepth/fokus/1011055-pk-ahok-dan-kasus-buni-yani o Photo : ANTARA FOTO/Ubaidillah Basuki Tjahaja Purnama

Lebih terperinci

NOTA PEMBELAAN. BASUKI TJAHAJA PURNAMA TERHADAP TUNTUTAN PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA PIDANA No. 1537/Pid.B/2016/PN.JKT.UTR

NOTA PEMBELAAN. BASUKI TJAHAJA PURNAMA TERHADAP TUNTUTAN PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA PIDANA No. 1537/Pid.B/2016/PN.JKT.UTR NOTA PEMBELAAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA TERHADAP TUNTUTAN PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA PIDANA No. 1537/Pid.B/2016/PN.JKT.UTR TETAP MELAYANI WALAU DI FITNAH Bapak Ketua Majelis Hakim, dan Anggota Yang saya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan) merupakan isu publik yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar politisi

Lebih terperinci

Apa Presiden Ketua Parpol. Membahas, sang, Demo 2 Desember. Menu makanan untuk komunikasi politik dengan Ormas Keagamaan & Parpol:

Apa Presiden Ketua Parpol. Membahas, sang, Demo 2 Desember. Menu makanan untuk komunikasi politik dengan Ormas Keagamaan & Parpol: Disampaikan dalam Seminar regional Jerat Hukum Makar terhadap Aksi Demonstrasi Umat Islam Indonesia dalam Perspektif Politik, HTN dan Hukum Pidana, yang diselenggarakan oleh Departemen Hukum Pidana FH

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Sebagaimana

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Aksi 212: Rizieq Shihab datang

Aksi 212: Rizieq Shihab datang Aksi 212: Rizieq Shihab datang dan menyeru 'penjarakan Ahok' 21-02-2017 http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39035135 Rizieq Shihab tampil berorasi di hadapan para peserta aksi 212. Sempat disebut tidak

Lebih terperinci

Pertemuan Presiden Jokowi dengan Romahurmuziy Selasa, 22 November 2016

Pertemuan Presiden Jokowi dengan Romahurmuziy Selasa, 22 November 2016 Pertemuan Presiden Jokowi dengan Romahurmuziy Selasa, 22 November 2016 Indonesia memang dikenal sebagai negara yang penuh dengan kekayaan dan keanekaragaman budaya. Namun, tak dapat dipungkiri, keanekaragaman

Lebih terperinci

Mengapa Ahok Harus Masuk Jeruji Besi

Mengapa Ahok Harus Masuk Jeruji Besi 4 Fakta Putusan Mengapa Ahok Harus Masuk Jeruji Besi 2017/05/09 13:13:10 WIB Rina Atriana, Aditya Mardiastuti detiknews https://news.detik.com/berita/d-3496391/4-fakta-putusan-mengapa-ahok-harus-masuk-jeruji-besi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial I. PEMOHON Dr. H. Taufiqurrohman Syahuri, S.H Kuasa Hukum Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H. dkk berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 016/PUU-IV/2006 Perbaikan 11 September 2006

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 016/PUU-IV/2006 Perbaikan 11 September 2006 RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 016/PUU-IV/2006 Perbaikan 11 September 2006 I. PARA PEMOHON Prof. DR. Nazaruddin Sjamsuddin sebagai Ketua KPU PEMOHON I Prof. DR. Ramlan Surbakti, M.A., sebagai Wakil Ketua

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Pernikahan Beda Agama Perspektif Undang-Undang Perkawinan

Mam MAKALAH ISLAM. Pernikahan Beda Agama Perspektif Undang-Undang Perkawinan Mam MAKALAH ISLAM Pernikahan Beda Agama Perspektif Undang-Undang Perkawinan 20 Oktober 2014 Makalah Islam Pernikahan Beda Agama Perspektif Undang-Undang Perkawinan H. Anwar Saadi (Kepala Subdit Kepenghuluan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan I. PEMOHON 1. Ricky Kurnia Margono, S.H., M.H. 2. David Surya, S.H., M.H. 3. H. Adidharma

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93 Tahun 2016 NOMOR : KEP-043/A/JA/02/2016 NOMOR : 223-865 Tahun 2016 TENTANG

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018 Wewenang Mahkamah Kehormatan Dewan Mengambil Langkah Hukum Terhadap Perseorangan, Kelompok Orang, Atau Badan Hukum yang Merendahkan Kehormatan DPR Dan

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 22/PUU-XIII/2015 Pertimbangan DPR Dalam Rangka Pengangkatan Kapolri dan Panglima TNI Berkaitan Dengan Hak Prerogatif Presiden I. PEMOHON 1. Prof. Denny Indrayana,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Presiden, DPR, dan BPK.

Presiden, DPR, dan BPK. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG KPK adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1230, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Perilaku. Kode Etik. Jaksa. Pencabutan. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER 014/A/JA/11/2012 TENTANG KODE PERILAKU JAKSA DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 I. PEMOHON Perkumpulan Hisbut Tahrir Indonesia, organisasi

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 86/PUU-XIV/2016 Pemidanaan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi Jika Pekerjaan Konstruksinya Mengalami Kegagalan Bangunan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 86/PUU-XIV/2016 Pemidanaan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi Jika Pekerjaan Konstruksinya Mengalami Kegagalan Bangunan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 86/PUU-XIV/2016 Pemidanaan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi Jika Pekerjaan Konstruksinya Mengalami Kegagalan Bangunan I. PEMOHON Rama Ade Prasetya. II. OBJEK PERMOHONAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017 Keterangan Saksi Yang Diberikan di Bawah Sumpah dan Tidak Hadir Dalam Persidangan Disamakan Nilainya dengan Keterangan Saksi Di Bawah Sumpah Yang Diucapkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Muchamad Ali Safa at DPRD Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah FUNGSI: Legislasi; Anggaran; Pengawasan; Representasi RAKYAT DI DAERAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor 699/PID/2016/PTMDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana dalam pengadilan tingkat banding telah

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XVI/2018 Langkah Hukum yang Diambil DPR terhadap Pihak yang Merendahkan Kehormatan DPR

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XVI/2018 Langkah Hukum yang Diambil DPR terhadap Pihak yang Merendahkan Kehormatan DPR RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XVI/2018 Langkah Hukum yang Diambil DPR terhadap Pihak yang Merendahkan Kehormatan DPR I. PEMOHON Nining Elitos...(Pemohon 1) Sunarno...(Pemohon 2) Eduard

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha No.1775, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DJSN. Kode Etik. Majelis Kehormatan. PERATURAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK DAN MAJELIS KEHORMATAN DEWAN JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Bahan TIMUS 23-06-04 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat [Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3)] terhadap

Lebih terperinci

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 Wewenang DPR Memanggil Paksa Setiap Orang Menggunakan Kepolisian Negara Dalam Rapat DPR Dalam Hal Pihak Tersebut Tidak Hadir Meskipun Telah Dipanggil

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA Bahan Panja Hasil Timus RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN A. Komisi Yudisial Komisi Yudisial merupakan lembaga tinggi negara yang bersifat independen. Lembaga ini banyak berkaitan dengan struktur yudikatif

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dimana kesemuanya itu merupakan anugrah dari Tuhan yang maha

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada Bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum dan negara

Lebih terperinci

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika [Pasal 111 ayat ( 2), Pasal 112 ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

5. Kosmas Mus Guntur, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon V; 7. Elfriddus Petrus Muga, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon VII;

5. Kosmas Mus Guntur, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon V; 7. Elfriddus Petrus Muga, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon VII; RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XVI/2018 Ketentuan Pemanggilan Paksa oleh DPR, Frasa merendahkan kehormatan DPR dan anggota DPR dan Pemanggilan Anggota DPR Yang Didasarkan Pada Persetujuan Tertulis

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 Ambang Batas Pencalonan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Presidential Threshold) I. PEMOHON Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc dan Ir.

Lebih terperinci

Menyoal Delik Penodaan Agama dalam Kasus Ahok. Husendro Hendino

Menyoal Delik Penodaan Agama dalam Kasus Ahok. Husendro Hendino Menyoal Delik Penodaan Agama dalam Kasus Ahok Husendro Hendino Ada 3 (tiga) jenis sanksi yang berlaku dalam delik penodaan agama, yakni: 1. Sanksi Administratif, 2. Sanksi Administratif berujung Pidana,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 52/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 52/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 52/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN FORMIL DAN MATERIIL PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik.

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik. Rakyat, hakikatnya memiliki kekuasaan tertinggi dengan pemerintahan dari, oleh, dan untuk

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIV/2016 Frasa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya dalam UU ITE

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIV/2016 Frasa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya dalam UU ITE RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIV/2016 Frasa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya dalam UU ITE I. PEMOHON Muhammad Habibi, S.H., M.H., Kuasa Hukum Denny

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA TELAH

Lebih terperinci

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN AQIDAH

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN AQIDAH -1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN AQIDAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN UU 4/2004, KEKUASAAN KEHAKIMAN *14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem dan mekanisme

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 024/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (PASCA PERBAIKAN PERMOHONAN) PERKARA NO. 024/PUU-III/2005 MENGENAI PENGUJIAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi I. PEMOHON Dr. Bambang Widjojanto, sebagai Pemohon. KUASA HUKUM Nursyahbani Katjasungkana,

Lebih terperinci

KPK vs Budi Gunawan.

KPK vs Budi Gunawan. KPK vs Budi Gunawan http://www.gatra.com/fokus-berita/131582-denny-indrayana-kpk-vs-budi-gunawan.html 29 January 2015 09:49 Denny Indrayana (ANTARA/Rosa Panggabean) Jakarta, GATRAnews - Hukum itu memperjuangkan

Lebih terperinci

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan KPK Karena Ditetapkan Sebagai Tersangka

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan KPK Karena Ditetapkan Sebagai Tersangka RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUUXIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan KPK Karena Ditetapkan Sebagai Tersangka I. PEMOHON 1. Forum Kajian Hukum dan Konstitusi (FKHK) (Pemohon I)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK I. PEMOHON 1. Dr. Harun Al Rasyid, S.H., M.Hum sebagai Pemohon I; 2. Hotman Tambunan, S.T., MBA.sebagai Pemohon II; 3. Dr.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2014 PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci