BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dan modernisasi membuka kesempatan kepada kaum wanita untuk memasuki sektor publik guna mendapatkan penghasilan atau upah. Peluang itu dapat membantu kaum wanita untuk keluar dari lingkungan domestic iaitu melakukan kerja-kerja didalam rumah tangga tanpa mendapat upah atau nilai tukar (reproduktif). Peluang ini juga membuka kemungkinan bagi kaum wanita untuk menentukan pilihan pilihan yang lebih baik dalam upaya mengembangkan diri serta memperbaiki kondisi kehidupan. Perbincangan mengenai penglibatan wanita dalam pekerjaan atau peranan mereka kepada pembangunan tidak dapat dipisahkan dari isu eksploitasi, kemiskinan dan pengangguran. Wanita kini mewakili duapertiga daripada jumlah buruh keluarga dan membentuk separuh dari pekerjaan mandiri (self employed) dalam aktiviti ekonomi di Asia dan sebahagian mereka di negara sedang berkembang terlibat dalam sektor tidak formal (Nor Aini 1996). Wanita bekerja memberi sumbangan besar kepada pembangunan negara tetapi tidak semua sumbangan tersebut dicatat dalam pendapatan negara karena semua pekerjaan yang digeluti oleh wanita tanpa upah tidak dianggap sebagai salah satu bentuk sumbangan dilihat pada perspektif ekonomi. Dengan perkataan lain, penglibatan wanita dalam aktiviti-aktiviti yang lebih bersifat tidak formal telah mewujudkan sikap undercounting, under-rating, dan under recording apabila melihat peranan mereka dalam meningkatkan pendapatan keluarganya dengan bekerja di luar sektor domestik (Hastuti, 2005). Munculnya anggapan bahwa pekerjaan wanita tidak berkualitas disebabkan oleh nilai-nilai dalam masyarakat patriarkhi yang menganggap kaum wanita tidak bisa bekerja. Kaum wanita hanya bisa menerima dan menikmati hasil dari pekerjaan yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Hal ini dikarenakan Seperti yang terjadi oleh budaya patriarkhi yang memposisikan kaum laki-laki sebagai pemimpin dan pencari nafkah bagi wanita. Dengan demikian, posisi wanita hanya 1

2 dianggap sebagai pembantu atau perawat yang melakukan pekerjaan sebatas melayani kepentingan laki-laki. Munculnya anggapan yang menyudutkan pekerjaan yang dilakukan oleh wanita disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) bentuk fisik laki-laki dan fisik wanita, dimana fisik wanita dikatakan tidak sekuat tubuh laki-laki yang dimitoskan tidak kuat dalam bekerja; (2) wanita adalah makhluk yang berperasaan halus, lemah-lembut, suka merapikan, dan melakukan pekerjaan yang sifatnya menata. Faktor-faktor tersebut mengakar dengan sangat kuat, sehingga wanita selalu diberikan pekerjaan yang ringan atau yang bersifat pekerjaan melayani dan merawat. Meskipun demikian, pekerjaan melayani dan merawat telah mengekang keberadaan kaum wanita dalam kurungan domestisasi, sedangkan kaum laki-laki bebas lepas menguasai, merancang, mengisi dunia publik yang lebar dengan beragam warna. Selain itu, pekerjaan melayani dan merawat dalam sektor domestik memunculkan gambaran bahwa pekerjaan yang cocok dilakukan oleh wanita adalah kasur, sumur, dapur. Dengan adanya gambaran tersebut, akan lahir pembagian kerja yang tidak seimbang dalam konsep kesetaraan gender yang hanya akan menjadi impian masyarakat sensitif gender. Pembagian kerja yang tidak seimbang antara laki-laki dan wanita dalam sektor domestik dan publik akan melahirkan beban kerja ganda bagi kaum wanita. Akan tetapi, beban tersebut dianggap sebagai peran pembantu dalam pekerjaan laki-laki, bukan sebagai wanita yang mampu bekerja terlepas dari segala mitos tubuh dan isu gender yang bias. Pembagian kerja dalam masyarakat patriarkhi biasanya akan lahir berdasarkan budaya dan kebenaran patriarkhi yang dipegang teguh oleh kaum laki-laki. Pekerjaan wanita didalam sektor publik membawa pengaruh terhadap kehidupan didalam rumah tangga, kerana peranan wanita sebagai istri serta ibu didalam rumah tangga dianggap mempunyai tanggung jawab melakukan pekerjaan-pekerjaaan rumah tangga (domestik) seperti memasak, membersihkan rumah hingga merawat anak-anak. Akibatnya wanita sering kali mempunyai multi peranan yangmana disatu sisi memainkan peranan dalam kerja produktif dan disatu sisi lagi dia ialah seorang istri dan ibu yang memainkan peranan dalam 2

3 kerja reproduktif dilingkungan domestik. Multi peranan ini sering dianggap sebagai suatu yang bersifat wajar, kerana adanya suatu kosntruksi peranan berbasis gender. Konstruksi atau pembentukkan baik sosial mahupun budaya didalam masyarakat seringnya mengakibatkan terjadinya subordinasi kaum wanita (Romany, 2007). Misalnya adanya anggapan bahwa wanita adalah orang yang harus bekerja di rumah (domestik) dan lelaki adalah pencari nafkah, maka berakibat membatasi, menyulitkan bahkan memiskinkan dan merugikan wanita. Setiap pekerjaan yang dibuat oleh wanita diluar rumah (produktif) seringnya dinilai sebagai tambahan sahaja dan konsekuensinya adalah apabila wanita kembali kedalam rumah maka dia harus membuat pekerjaan-pekerjaan domestik kembali (reproduktif). Berbeda dengan kaum lelaki yang tidak harus menanggung beban kerja domestik setelah melakukan pekerjaan-pekerjaan diluar rumah (publik). Dalam masyarakat patriarkhi, hubungan pembagian kerja tidak menampakkan pola keseimbangan. Dalam pekerjaan, laki-laki lebih dihargai dibandingkan pekerjaan wanita. Pekerjaan yang dilakukan oleh wanita sangat sedikit mendapatkan penghargaan. Hal ini diakibatkan oleh kontruksi sosial berdasarkan tubuh wanita dan laki-laki. Pembagian yang tidak seimbang ini banyak dirasakan oleh kaum wanita hingga melahirkan beban kerja. Dengan demikian, kondisi kaum wanita banyak diintimidasi oleh sistem patriarkhi, sedangkan kaum laki-laki lebih banyak menguasai kerja-kerja disektor publik. Kesepakatan yang dibuat laki-laki akan melahirkan budaya patriarkhi. Budaya patriarkhi ini akan tetap hidup dan terpelihara dengan baik dalam kehidupan masyarakat yang bias gender. Dalam keadaan normal tanggung jawab wanita terhadap keluarga merupakan prioritas sedangkan kaum laki-laki bertanggung jawab terhadap pencarian nafkah. Wanita yang terlibat dalam pekerjaan profesional perlu mencurahkan sebahagian besar waktu dan tenaga untuk kepentingan pekerjaan. Sementara itu disisi lain wanita juga harus memperhitungkan pekerjaan rumah sebagai tanggung jawab di dalam keluarga. Oleh karena wanita yang bekerja terpaksa menghadapi dua peranan. Meraka akan sering mengalami kesulitan 3

4 bahkan menghadapi tekanan untuk melaksanakan kedua tanggung jawab ini dengan sempurna. 1.2 Rumusan masalah 1. Untuk mengetahui karakteristik keluarga wanita bekerja di kota pekanbaru? 2. Untuk mengetahui pola pembagian kerja dalam keluarga wanita bekerja di kota pekanbaru? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui karakteristik keluarga wanita bekerja di kota pekanbaru 2. Untuk mengetahui pembagian peran dalam keluarga wanita bekerja di kota pekanbaru. 1.4 Manfaat penelitan 1. Dapat memberikan pemahaman yang kompleks dan terperinci mengenai pola pembagian kerja dalam rumah tangga wanita bekerja di Perkotaan 2. Dapat berguna bagi pengembangan ilmu-ilmu sosial dalam memperkaya dan mempertajam pengetahuan dalam bidang sosiologi keluarga dan sosiologi wanita 3. Sebagai informasi dan pedoman bagi peneliti lain yang berminat menangani masalah dan k asus yang sama. 4

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoretis Berkaitan dengan konsep status dan peran dijelaskan bahwa pada dasarnya seorang individu akan mampu memiliki beberapa peran sekaligus yang harus dijalankan sehubungan dengan kedudukannya dimasyarakat. Ini menunjukkan bahwa tiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Dan kombinasi dari peran-peran yang dimiliki seorang individu merupakan sesuatu yang unik. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatankesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya (Soerjono Soekanto, 1990). Pentingnya peranan adalah karena ia mampu mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang dalam batas-batas tertentu mampu meramalkan perbuatan orang lain sehingga individu akan mampu menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang-orang dalam kelompoknya (Ely Chinoy, 1961). Peranan menurut Levinson dalam Soerjono Soekanto (1990) mencakup tiga hal yaitu: 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat. 2. Peranan adalah konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Menurut Ashar Sunyoto Munandar (Sc Utami Munandar, 1985), peran wanita dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu: 1. Wanita yang melayani 5

6 Kegiatannya berpusat pada kegiatan melayani dalam arti yang luas, terrmasuk disini mendidik, merawat, mengatur dan mengurus untuk dinikmati oleh orang lain atau untuk dinikmati bersama-sama. Wanita dalam hal ini menjadi sumber yang dapat membahagiakan orang lain. 2. Wanita yang bekerja Dalam peran ini, selain kegiatan melayani wanita juga bekerja atau melakukan kegiatan yang memberikan penghasilan. Sebagai istri, wanita melayani ditambah dengan ikut mencari penghasilan untuk menunjang keperluan keluarga. Dibanding wanita yang melayani, wanita bekerja memiliki kesibukan yang lebih banyak. 3. Wanita yang mandiri Tipe wanita ini menekankan pada kemandiriannya sebagai wanita yang bekerja, melakukan pekerjaan yang menghasilkan uang yang dapat ia putuskan sendiri penggunaannya. Sebagai istri, wanita ini tidak memonopoli pendidikan dan perawatan anak. Perawatan dan pendidikan anak serta pengaturan rumah tangga diatur bersama suami dengan kesepakatan bersama. Ia melayani suami sebagaimana ia harapkan suami melayaninya. Suami istri merupakan partner yang duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Peran sosial dalam konteks keberadaan wanita sesuai dengan teori di atas adalah berkaitan dengan fungsi status atau kedudukan yang dimilikinya baik didalam keluarga atau lingkungan domestik serta dalam pekerjaannya atau lingkungan publik yang digelutinya. Harus diakui, bahwa pada dasarnya setiap individu akan menyandang berbagai peran sosial. Ini sama dengan yang terjadi dengan kaum wanita yang harus menjalankan berbagai peran tersebut dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu sebagai seorang istri bagi suami yang harus mampu menjadi penyeimbang, kawan ataupun mitra dan partner, sebagai seorang ibu yang harus mampu menjalankan fungsi afeksi atau kasih sayang sekaligus perhatian bagi anak-anaknya, sebagai ibu rumah tangga yang harus menjalankan aktivitas keseharian yang berkaitan dengan kelangsungan hidup rumah tangganya sekaligus sebagai seorang pekerja apabila dia memiliki aktivitas lain diluar rumah 6

7 (publik) yang harus menjalankan tanggung jawab suatu pekerjaan yang dibebankan padanya dan mungkin juga berkaitan dengan peran sosial yang berkaitan dengan upaya pemuasan kebutuhan akan ruang-ruang pribadi didalam dirinya. Peran gender menampilkan kesepakatan pandangan dalam masyarakat dan budaya tertentu perihal ketepatan dan kelaziman bertindak untuk seks tertentu (jenis kelamin tertentu) dan masyarakat tertentu. Peran gender berbeda antar masyarakat atau bahkan antar kelompok didalam masyarakat tertentu dan sering mengalami perubahan. Cth: Single Parent (ibu sebagai Kepala Rumah Tangga), Istri bekerja vs Suami mengurus rumah. Menurut Davis dan Newstrom (1996) peran diwujudkan dalam perilaku. Peran adalah bagian yang dimainkan individu pada setiap keadaan dan cara tingkah lakunya untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Wanita bekerja menghadapi situasi rumit yang menempatkan posisi mereka di antara kepentingan keluarga dan kebutuhan untuk bekerja. Muncul sebuah pandangan bahwa wanita ideal adalah superwoman atau supermom yang sebaiknya memiliki kapasitas yang dapat mengisi bidang domestik dengan sempurna dan bidang publik tanpa cacat. Dalam perjuangan menuju keseimbangan kerja dan keluarga inilah maka bermunculan berbagai konflik dan masalah yang harus dihadapi dan dicari jalan keluarnya jika ingin tetap menjalani kedua peran tersebut. Bekerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang atau barang, mengeluarkan energi dan mempunyai banyak kegiatan diluar rumah, kegiatan dimana memungkinkan mereka memperoleh penghasilan bagi keluarganya sebenarnya bukanlah gejala yang baru dalam masyarakat kita (Ihromi, 2000). Dalam pengertian ini termasuk istri sendiri atau bersama suami berusaha untuk memperoleh penghasilan, dengan demikian wanita yang bekerja dapat dianggap berperan ganda. Secara universal, disesuaikan dengan keadaan sosial budaya yang tumbuh dan berkembang di Indonesia selama ini dapat disimpulkan bahwa ada tiga tugas utama wanita dalam rumah tangga yaitu (Hubeis, 2010: 83): 7

8 1. Peran Reproduktif (Domestik) a. Peran reproduktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumberdaya insani (SDI) dan tugas kerumahtanggaan seperti menyiapkan makanan, mengumpulkan air, mencari kayu bakar, berbelanja, memelihara kesehatan dan gizi keluarga, mengasuh dan mendidik anak. b. Kegiatan reporduktif sangat penting dalam melestarikan kehidupan keluarga, tetapi jarang dipertimbangkan sebagai bentuk pekerjaan yang kongkret. c. Dalam masyarakat miskin, sebagian besar pekerjaan reproduktif dilakukan wanita secara manual (menggunakan tangan). d. Kegiatan reproduktif, pada umumnya memerlukan waktu yang lama, bersifat rutin, cenderung sama dari hari ke hari, dan hampir selalu merupakan tanggung jawab wanita dan anak wanita. e. Pekerjaan reproduktif yang dilakukan di dalam rumah tangga tidak diperhitungkan sebagai pekerjaan produktif (karena tidak dibayarunpaid work). 2. Peran Produktif a. Pekerjaan produktif menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa untuk dikonsumsi dan diperjualbelikan (petani, nelayan, konsultasi, jasa, pengusaha dan wirausaha). b. Pembakian kerja dalam peran produktif dapat memperlihatkan dengan jelas perihal kebedaan tanggungjawab antara lelaki dan wanita. Sebagai contoh, untuk kegiatan di bidang pertanian maka kegiatan membajak atau bekerja dengan menggunakan bantuan peralatan mesin merupakan tanggungjawab lelaki, sedangkan pekerjaan menanami menyiangi, memerah susu dan pekerjaan lainnya yang dianggap ringan merupakan pekerjaan wanita. c. Jenis pekerjaan yang dinilai sebagai pekerjaan produktif terkait pada pekerjaan yang dapat diperhitungkan melalui sistem perhitungan nasional (GNP ataupun Statistik Sosial Ekonomi). 8

9 d. Pekerjaan produktif dapat dilakukan oleh gender lelaki maupun gender wanita dan diimbali (dibayar) dengan uang (tunai) atau natura. 3. Peran Masyarakat (Sosial) a. Peran masyarakat terkait dengan kegiatan jasa dan partisipasi politik b. Kegiatan jasa masyarakat banyak bersifat relawan dan biasanya dilakukan oleh wanita. Misalnya, membantu pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan (Posyandu, Karang Balita), pelaksanaan 10 tugas pokok PKK, menyiapkan makanan untuk acara kemasyarakatan, rapat-rapat dan lain-lain. Lelaki kurang banyak terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan relawan seperti ini. c. Peran politik di masyarakat adalah peran yang terkait dengan status atau kekuasaan seseorang pada organisasi tingkat desa atau tingkat yang lebih tinggi. Sebagian besar kegiatan yang terkait dengan politik umumnya dilakukan oleh lelaki. Menurut Kamarovsky dalam Ismail dan Mahbar (1996) memperlihatkan ada dua penilaian yang bertentangan tentang wanita. Dari satu pandangan wanita dilihat sebagai anggota dalam sat u kategori berdasarkan peranannya yang tradisional. Penilaian ini memperlihatkan status paling asas bagi wanita yaitu menjadi istri bagi suaminya dan ibu bagi anak-anaknya. Pandangan yang lebih liberal menyatakan wanita sebagai kumpulan orang yang mempunyai potensi untuk melakukan pencapaian individu. Menurut Hubeis (2010) dari segi peran, pemilahan yang akan terjadi dapat berbentuk : a. Peran tradisi, menempatkan wanita dalam fungsi reproduksi (mengurus rumah tangga, melahirkan dan mengurus anak, serta mengayomi suami). Hidupnya 100% untuk keluarga. Pembagian kerja sangat jelas, yaitu wanita di rumah dan lelaki di luar rumah. b. Peran transisi, mempolakan peran tradisi lebih utama dari peran yang lain. Pembagian tugas mengikuti aspirasi gender, tetapi eksistensi mempertahankan keharmonisan dan urusan rumah tangga tetap tanggung jawab wanita. 9

10 c. Dwiperan, memposisikan wanita dalam kehidupan dua dunia, peran domestik-publik sama penting. Dukungan moral suami pemicu ketegaran atau sebaliknya pemicu keresahan atau bahkan menimbulkan konflik terbuka atau terpendam. d. Peran Egalitarian, menyita waktu dan perhatian wanita untuk kegiatan di luar. Dukungan moral dan tingkat kepedulian lelaki sangat hakiki untuk menghindari konflik kepentingan pemilahan dan pendistribusian peranan. Jika tidak, yang terjadi adalah masing-masing akan saling berargumentasi untuk mencari pembenaran atau menumbuhkan ketidaknyamanan suasana kehidupan keluarga. e. Peran Kontemporer, adalah dampak pilihan wanita untuk mandiri dalam kesendirian. Jumlahnya belum banyak, tetapi benturan demi benturan dari dominasi pria yang belum terlalu peduli pada kepentingan wanita mungkin akan meningkatkan populasinya. Berikut ini diagram prospek peran wanita dalam era global: Peran Domestik = PD (Pekerjaan Produktif Tidak Langsung Alternatif Peran PD Variasi Peran PD > PP Perempuan Peran Publik = PP (Pekerjaan Produktif Langsung) PP PD + PP PD= PP PD < PP Gambar Prospek Peran Wanita dalam Era Global Sumber : Hubeis (2010) Sampai kini, sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap pekerjaan domestik sebagai kewajiban wanita. Pada saat bersamaan, anggapan ini diikuti tuntutan keterlibatan aktif wanita di ranah publik. Sayangnya anggapan ini juga diikuti dengan kekeliruan mempersepsi keterlibatan wanita di ranah publik sebagai refleksi partisipasi pembangunan. Keruwetan identifikasi peran termunculkan oleh keharusan mempertahanlan kelanggengan dan keharmonisan 10

11 keluarga sebagai indikator kesuksesan di tingkat mikro dan partisipasi aktif wanita dalam pembangunan sebagai keberhasilan di tingkat makro. Dalam keadaan normal tanggung jawab wanita terhadap keluarga merupakan prioritas sedangkan kaum laki-laki bertanggung jawab terhadap pencarian nafkah. Wanita yang terlibat dalam pekerjaan profesional perlu mencurahkan sebahagian besar waktu dan tenaga untuk kepentingan pekerjaan. Sementara itu disisi lain wanita juga harus memperhitungkan pekerjaan rumah sebagai tanggung jawab di dalam keluarga. Oleh karena wanita yang bekerja terpaksa menghadapi dua peranan. Meraka akan sering mengalami kesulitan bahkan menghadapi tekanan untuk melaksanakan kedua tanggung jawab ini dengan sempurna. Profesi wanita di luar rumah menuntut mereka untuk mencari peran pengganti (subtitute agent) dalam menyelesaikan pekerjaan domestik. Berbagai alternatif muncul sebagai bentuk solusi dalam menghadapi peran ganda yang dihadapi wanita yang berprofesi diluar rumah. Wanita modern dengan penghasilan cukup dapat membeli beraneka peralatan seperti mesin cuci pakaian, mesin cuci piring, vacum cleaner hingga jasa pembantu Rumah tangga, laundry, hingga tukang kebun. Wanita modern mengharapkan rumah yang bersih dan tertata rapi, makanan yang terjaga dan terpelihara kualitasnya, anak-anak sehat secara fisik dan emosional (Hartman, 1982). Peningkatan nilai wanita bekerja mempengaruhi pola pembagian kerja antara suami dan istri. Jika suami berpenghasilan lebih rendah cenderung memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pekerjaan rumah atau domestik (Noor Aina, 1996). Pembagian peran antara suami dan istri diranah domestik merupakan wujud pemahaman bahwa istri dapat menyumbang terhadap ekonomi keluarga dan suami dapat membantu mengurus rumah tangga. Konsep Peran Gender Berkaitan dengan peran gender, perlu diingat kembali istilah-istilah kegiatan produktif, reproduktif dan kemasyarakatan yang digunakan dalam analisis gender terutama Model Moser dan Harvard: 11

12 1. Kegiatan produktif yaitu kegiatan yang dilakukan anggota masyarakat dalam rangka mencari nafkah. Kegiatan ini disebut juga kegiatan ekonomi karena kegiatan ini menghasilkan uang secara langsung atau barang yang dapat dinilai setara uang. Contoh kegiatan ini adalah bekerja menjadi guru, pedagang, petani, pengrajin dan sebagainya. 2. Kegiatan reproduktif yaitu kegiatan yang berhubungan erat dengan pemeliharaan dan pengembangan serta menjamin kelangsungan sumberdaya manusia dan biasanya dilakukan dalam keluarga. Kegiatan ini tidak menghasilkan uang secara langsung dan biasanya dilakukan bersamaan dengan tanggung jawab domestik atau kemasyarakatan dan dalam beberapa referensi disebut reproduksi sosial. Contoh peran reproduksi adalah pemeliharaan dan pengasuhan anak, pemeliharaan rumah, tugas-tugas domestik, dan reproduksi tenaga kerja untuk saat ini dan masa yang akan datang (misalnya masak, bersih-bersih rumah). 3. Kegiatan kemasyarakatan yang berkaitan dengan politik dan sosial budaya yaitu kegiatan yang dilakukan anggota masyarakat yang berhubungan dengan bidang politik, sosial dan kemasyarakatan dan mencakup penyediaan dan pemeliharaan sumberdaya yang digunakan oleh setiap orang seperti air bersih/irigasi, sekolah dan pendidikan, kegiatan pemerintah lokal dan lain-lain. Kegiatan ini bisa menghasilkan uang dan bisa juga tidak menghasilkan uang. Tabel Peran Gender menurut Talcott Parson. Aspek Model A: Pemisahan Peran Total antara Laki-laki dan Perempuan Model B: Peleburan Total Peran antara Laki-laki dan Perempuan Pendidikan Pendidikan spesifik gender, kualifikasi professional tinggi hanya penting untuk laki-laki Sekolah bersama, kualitas kelas yang sama untuk lakilaki dan perempuan, dan kualitas pendidikan yang sama untuk laki-laki dan perempuan Profesi Tempat kerja professional bukan tempat utama perempuan, karir dan professional tinggi tidak penting untuk perempuan Karir adalah sama pentingnya untuk laki-laki dan perempuan, oleh karena itu kesetaraan kesempatan untuk berkarir professional bagi laki-laki dan perempuan sangat diperlukan. Pekerjaan di Rumah Pemeliharaan rumah dan Semua pekerjaan di rumah 12

13 Pengambilan Keputusan Pengasuhan Anak dan Pendidikan pengasuhan anak merupakan fungsi utama perempuan, partisipasi laki-laki pada fungsi ini hanya sebagian saja. Hanya bila ada konflik, maka laki-lakilah yang terakhir menangani, misalnya memilih tempat tinggal, memilih sekolah nak, dan keputusan untuk membeli. Perempuan menangani sebagian besar fungsi untuk mendidik anak dan merawatnya tiap hari. harus dikerjakan oleh lakilaki dan perempuan, dengan demikian ada kontribusi yang setara antara suami dan istri. Laki-laki tidak dapat mendominasi perempuan, harus ada kesetaraan. Laki-laki dan perempuan berkontribusi secara setara dalam fungsi ini. Sumber: diterjemahkan dari Talcott Parsons: Family Socialization and Interaction Process, New York 1955 Parson mengembangkan suatu model keluarga inti (nuclear family) pada Tahun 1955 yang memang menjadi tipe keluarga yang dominan pada saat itu dengan tradisi peran gender yang masih sangat tradisional ( Karambolage, August 2004). Parson meyakini bahwa peran feminin adalah peran expressive, sedangkan peran maskulin adalah peran instrumental. Parson juga percaya bahwa aktivitas expressive dari perempuan memenuhi fungsi-fungsi 'internal', sebagai contoh menguatkan jalinan hubungan antar anggota keluarga. Sedangkan laki-laki di lain pihak menunjukkan pemenuhan fungsi-fungsi 'external' dari keluarga dengan menyediakan kebutuhan keuangan keluarga. Model Parsons digunakan untuk mengilustrasikan posisi ekstrim dari peran gender dengan menggunakan Model A yang menggambarkan pemisahan peran gender antara laki-laki dan perempuan secara total, dan Model B menjelaskan peleburan pembatas peran gender secara sempurna antara laki-laki dan perempuan (Brockhaus: Enzyklopadie der Psychologie 2001). Dalam kenyataan di masyarakat, posisi ekstrim (seperti Model A atau Model B) sangat jarang ditemui. Kenyataan yang ada adalah diantara dua kutub di atas, yaitu campuran antara Model A dan B. Model yang sangat nyata di masyararakat adalah adanya double burden pada perempuan yang mempunyai peran ganda sebagai pekerja dan sekaligus sebagai ibu rumahtangga. Bagaimanapun, peran gender bagi setiap pasangan suami istri tidak baku atau kaku, pasti ada negosiasi di waktu yang diperlukan seiring dengan perkembangan tahapan keluarga. 13

14 Aplikasi peran gender dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat mempengaruhi semua perilaku manusia, seperti pemilihan pekerjaan, pemilihan rumah, pemilihan bidang pendidikan, bahkan pemilihan pasangan dan cara mendidik anak. Oleh karena itu sosialisasi peran gender yang tidak bias gender harus dilakukan di dalam keluarga sejak usia dini. Sesuai dengan pendapat Schulz bahwa proses individu belajar dan menerima suatu peran yang disebut sosialisasi ini akan berjalan dengan baik apabila didorong dengan cara memotivasi perilaku yang diinginkan sesuai dengan tujuan atau kurang mendorong atau bahkan melarang perilaku yang tidak diinginkan (Einführung in die Soziologie, Vienna 1989). Peran gender mempunyai sejarah debat yang panjang antara nature atau nurture. Terdapat kritik terhadap aliran Biologi. Teori awam tantang gender mengasumsikan bahwa identitas gender adalah suatu yang kodrati. Sebagai contoh, sering dinyatakan dalam masyarakat Barat bahwa perempuan secara alamiah lebih cocok untuk mengasuh anak. Ide adanya perbedaan peran gender karena perbedaan biologi membawa kontroversi di kalangan masyarakat ilmiah. Pada abad ke-19, Antropologi menggunakan penjelasan yang sederhana tentang kehidupan imajinatif dari masyarakat Paleolithic hunter-gatherer untuk menjelaskan evolusioner tentang perbedaan gender. Sebagai contoh, karena adanya kebutuhan untuk merawat anak-anaknya, maka para perempuan mempunyai keterbatasan dalam berburu. Dengan adanya pengaruh kinerja para feminist selama Tahun 1980an, khususnya di Bidang Sosiologi dan Anthropologi Budaya, seperti Simone de Beauvoir dan Michel Foucault yang merefleksikan jenis kelamin, maka ide gender tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Seseorang dapat lahir dengan jenis kelamin laki-laki namun mempunyai sifat gender feminin. Simon Baron-Cohen, seorang profesor Psikologi dan Psikiatri dari Cambridge University, berargumen bahwa otak perempuan lebih banyak dikuasasi oleh hard-wired untuk empati, sedangkan otak laki-laki lebih banyak dikuasasi oleh hard-wired untuk pengertian dan membangun sistem. Pada saat ini, tren yang terjadi di masyarakat Barat adalah berbagi antara laki-laki dan perempuan pekerjaan yang serupa, 14

15 tanggung jawab yang menunjukkan bahwa jenis kelamin pada saat lahir tidak secara langsung menentukan kemampuan talentanya. Perubahan global dan trend industrialisasi telah menyebabkan transformasi pada institusi sosial, komunitas dan nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang akhirnya juga memberikan tekanan-tekanan, baik secara sosial, ekonomi maupun psikologi pada tingkatan individu, keluarga dan masyarakat. Perkembangan ekonomi dan teknologi juga membawa pengaruh pada pergeseran nilai-nilai individu dan keluarga baik yang berkaitan dengan prinsip-prinsip hidup, nilai-nilai keluarga maupun nilai-nilai kebersamaan termasuk pergeseran peran gender antara laki-laki dan perempuan. Pergeseran nilai-nilai individu tercermin dari kesadaran bahwa peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan adalah sama (equal) meskipun secara biologis mempunyai perbedaan. Pergeseran nilai-nilai individu juga tercermin dari persamaan tingkatan nilai antara anak laki-laki dan anak perempuan. Artinya nilai anak laki-laki tidak lebih tinggi dari anak perempuan, dan sebaliknya. Pergeseran nilai-nilai atau norma masyarakat tercermin dari adanya kemitraan laki-laki dan perempuan dalam pembangunan, dan bahwa laki-laki (suami) tidak satu-satunya aktor yang bertanggung jawab pada pekerjaan publik (mencari uang), namun sudah menjadi tanggung jawab bersama dengan perempuan (istri). Pergeseran nilai keluarga tercermin dari meningkatnya kemitraan gender (gender relations/parternship) dalam menjalankan fungsi ekonomi keluarga yang ditunjukkan dengan saling dukungan dalam generating income keluarga. 15

16 2.2 Kerangka Berfikir Alternative Peran Peran Reproduktif WANITA Peran Domestik (PD) = Pekerjaan Produktif tidak langsung Peran Public (PP) = Pekerjaan Produktif langsung (PD) = Tradisi (PP) = Kontemporer (PD + PP) = Dwi Peran Peran Produktif Pola pembagian Peran (istri,suami, bersama) KARAKTERISTIK : Sosial dan Ekonomi Variasi Peran Peran Sosial Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Status Sosial dll Formal Subtitute Agent In formal (PD > PP) = Transisi (PD = PP) = Dwi peran (PD < PP) = Egaliterian Gambar 2.2.1: Kerangka Pikir Pola Pembagian Peran Dalam Keluarga 16

17 2.3 Kajian terdahulu Hasil penelitian Sri Murni Soenarno pada tahun 2006 yang berjudul Peran Perempuan dalam kegiatan perikanan tangkap laut (kasus keluarga nelayan kecil di Kab.Subang, JawaBarat). Adapun hasil penelitian yang didapat adalah bahwa perempuan nelayan di Kab.Subang terlibat dalam kegiatan reproduktif, produktif serta sosial kemasyarakatan. Perempuan nelayan memiliki akses dan kontrol terhadap kegiatan reproduktif dan produktif serta sosial kemasyarakatan yang tidak bersifat politik. Kemudian perempuan neleyan jarang dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan, termasuk penyuluhan terkait dengan pelestarian alam. Penelitian yang dilakukan oleh Harjoni (2008) mengenai Perempuan yang bekerja dalam perspektif islam. Menurut Harjoni status perempuan dalam kehidupan sosial dalam banyak hal masih mengalami diskriminasi. Kondisi ini terkait erat dengan masih kuatnnya nilai-nilai ketidakpercayaan terhadap perempuan dimana perempuan kurang memperoleh akses terhadap pendidikan, pekerjaan, pengambilan keputusan dan aspek lainnya. Keadaan ini menciptakan permaslahan tersendiri dalam upaya pemberdayaan perempuan dimana diharapkan perempuan memiliki peranan yang lebih kuat dalam proses pembangunan. Kurangnya keikutsertaan perempuan dalam memberikan kontribusi terhadap program pembangunan menyebabkan kesenjangan yang ada terus terjadi. Kajian yang dilakukan oleh Adhi Kusumastuti (2006) yang berjudul Fasilitasi Tempat Penitipan Anak di Sentra Industri Batik sebagai Upaya Peningkatan Produktif Kerja Bagi Pekerja Perempuan. Menurut Adhi Kusumastuti bahwa keputusan seorang perempuan untuk bekerja didorong oleh bermacam-macam faktor antara lain faktor ekonomi dan keinginan akan eksistensi diri. Tentunya pekerja perempuan harus menerima konsekuensi yang cukup berat. Perannya sebagai pekerja sekaligus istri dan ibu mengharuskannya untuk menentukan win-win solution. Lokasi industri batik yang tersentralisasi tentunya memberikan keuntungan tersendiri, karena paguyuban tersebut dapat menyediakan tempat penitipan anak secara kolektif dan sangat menguntungkan banyak pihak seperti perusahaan, orang tua, anak, dan para pengelola serta pengasuh. 17

18 Penelitian Hubeis (2010) Pengenalan nilai diri dan nilai masyarakat: Perspektif Gender. Hubies mengklasifikasikan peran gender terdiri dari : 1). Peran Reproduktif, 2). Peran Produktif dan 3). Peran Sosial. Menurutnya peran gender teridentifikasi oleh kegiatan atau pekerjaan yang dipandang tepat untuk tiap orang menurut perbedaan jenis kelamin. Yesi ( 2009) peranan sistem sokongan/ bantuan formal dan tidak formal bagi pemberdayaan wanita dalam dunia usaha. Dari hasil kajian disampaikan bahwa Sokongan merupakan sistem bantuan untuk mensupport dan memajukan usaha bagi wanita. Terdiri dari Sokongan Formal dan Sokongan Informal. Selanjutnya, Yesi (2010) Penglibatan kaum wanita dalam aktiviti keusahawanan di Pekanbaru. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan wanita terlibat dalam dunia usaha, permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta faktor-faktor yang mempengaruhu keberhasilan wanita dalam dunia usaha. 18

19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Kota Pekanbaru, yang merupakan ibukota provinsi Riau, lokasi ini dipilih karena melihat kondisi perkotaan saat ini banyak wanita yang bekerja di sektor publik. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah semua nilai yang baik dari hasil perhitungan maupun pengukuran, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, serta karekteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang bekerja di sektor formal atau informal yang berdomisi di kota pekanbaru. Sampel merupakan bagian dari populasi yang di ambil dengan menggunakan tehnik tertentu yang di sebut teknik sampling. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penarikan sampel yang probabilita terutama dengan mengunakan teknik Purposive sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian. 3.3 Sumber data Ada dua macam klafikasi data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Data Primer, yaitu merupakan data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden. 2. Data sekunder, yaitu data pendukung pada penelitian ini yang diperoleh dari instansi-instansi, kantor seperti jumlah penduduk, monografi dan lain-lain. 19

20 3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Selanjutnya bila dilihat dari sisi berbagai cara, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawacara, observasi, dan dokumentasi 1. Wawancara, yaitu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Alasan menggunakan wawancara yaitu untuk mendapatkan informasi secara langsung dari narasumber karena penelitian ini mengenai bagaimana pola pembagian kerja di dalam keluargadan harus mendapatkan hasil yang akurat dan langsung dari narasumbernya. Disamping itu metode wawancara dapat memberikan informasi yang akurat yang diinginkan dari penelitian ini. 2. Observasi Yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti untuk mengetahui keadaan lingkungan responden. 3. Dokumentasi yaitu perolehan data melalui dokumen, gambar dan foto terkait dengan isu penelitian. 3.5 Analisis data Analisis data menggunakan mix methode. Metode kuantitatif deskriptif, yakni suatu penelitian yang berusaha mengungkapkan suatu hakekat dari fenomena sosial dengan cara menganalisis fenomena tersebut berdasarkan datadata yang ada serta menggambarkan suatu hal yang diperoleh dari data lapangan atau penelitian dan menjelaskan hasil penelitian berupa angka maupun tabel-tabel yang didapatkan dari data yang sudah ada untuk di deskripsikan. Teknik analisa data dalam penelitian ini juga mengacu pada model interaktif Huberman dan Miles (dalam Bungin, 2003:69). Teknik analisis data model interaktif huberman dan Miles menyatakan adanya sifat interaktif antara kolektif data atau pengumpulan data dengan analisis data. Analisis data yang dimaksud yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan. 20

21 Pengumpulan Data Pengorganisasian Data Reduksi Data Pemaparan dan Kesimpulan Gambar Analisis Data Model Interaktif Huberman dan Miles Sumber: Bungin, 2003 Reduksi data adalah mengelola data dengan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang data yang tidak diperlukan serta mengorganisir data tersebut. Dengan mengorganisir data maka dapat dengan mudah menyajikan atau memaparkan data-data yang diperlukan untuk disimpulkan dengan cara induktif pada penelitian, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan atau verifikasi dalam menganalisis data penelitian (Bungin, 2003). 21

22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci kedalam beberapa ciri seperti distribusi umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, dan jenis pekerjaan yang dimiliki. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik tersebut, berikut akan di uraikan satu persatu Distribusi Umur Tingkat umur atau usia yang dimiliki oleh seseorang akan memperlihatkan aktivitas kemampuan kerja yang dimiliki oleh seseorang tersebut, sebab usia produktif akan mampu menghasilkan pekerjan yang lebih baik dan mampu melakukan berbagai jenis pekerjaan. Untuk melihat data mengenai distribusi umur yang dimiliki oleh responden dalam penelitian ini dapat di lihat pada table di bawah ini: TABEL Distribusi Responden Berdasarkan Umur No Umur Frekuensi Persen (%) , , ,8 4 > ,2 Jumlah ,0 Sumber: Data olahan, 2015 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagaian besar responden adalah usia produktif. Dimana kelompok usia tahun sebanyak 22 orang atau 45,8%. Kemudian kelompok umur tahun sebanyak 18 orang atau 37,5%. Sedangkan yang berusia >50 tahun sebanyak 2 orang atau 4,2%. 22

23 4.1.2 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden yang dimaksudkan untuk menilai dan melihat kemampuan berfikir dan kemampuan menganalisa lingkungan masyarakat dalam menjalankannya kinerjanya. Tingkat pendidikan pada keluarga yang menjadi responden berbeda-beda, dalam penelitian ini dapat dilihat dari tingkat SD, SMP SMA, dan PT. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan masyarakat dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Frekuensi Persen 1 SD 1 2,1 2 SMP 7 14,6 3 SMA/SMK/sederajat 13 27,1 4 Diploma/Akademi 17 35,4 5 Sarjana 10 20,8 Jumlah ,0 Sumber: Data olahan, 2015 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kebanyakan responden memiliki pendidikan Perguruan Tinggi baik Diploma maupun Sarjana, kemudian tingkat SMA/SMK sederajat. Sedangkan sisanya responden yang berpendidikan di atas SMP berjumlah 14,6 persen Jumlah tanggungan keluarga Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud adalah jumlah individu / orang yang ditanggung oleh seorang kepala keluarga dalam satu rumah. Jumlah tanggungan keluarga ini akan mempengaruhi berapa jumlah pengeluaran setiap harinya. Selain itu memiliki jumlah tanggungan yang besar akan menimbulkan beban ekonomi yang besar pula. Tanggungan dalam keluarga adalah istri dan anak-anak disamping itu juga bisa merupakan keluarga atau saudara dekat yang tinggal menumpang kepada responden. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah tanggungan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 23

24 TABEL Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan No Jumlah tanggungan Frekuensi Persen 1 <3 orang 9 18, orang 30 62,5 3 >5 orang 9 18,8 Jumlah ,0 Sumber: Data olahan, 2015 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah tanggungan 3-5 orang adalah 30 orang dengan persentase 62,5 persen. Sedangkan untuk jumlah tanggungan kurang dari 3 orang dan lebih dari 5 orang berada pada persentase yang sama yaitu 18,8 persen Pekerjaan Responden Dari hasil penelitian dilapangan terlihat variasi dari jenis pekerjaan responden. Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini: TABEL Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan No Jenis pekerjaan Frekuensi Persen 1 PNS 18 37,5 2 Pegawai swasta 12 25,0 3 Wiraswasta 6 12,5 5 Jasa 10 20,8 6 Buruh 2 4,2 Jumlah ,0 Sumber: Data olahan, 2015 Dari tabel diatas, kita dapat melihat klasifikasi jenis pekerjaan responden yang mana sebahagian besar responden yakni 37,5% berprofesi sebagai Pegawai Negeri terdiri dari beberapa orang Guru serta staf pada instansi-instansi Pemerintah. Selanjutnya 25% responden bekerja pada Perusahaan-perusahaan swasta diberbagai bidang yakni perbankan, asuransi, dan karyawan di perusahaanperusahaan swasta. 24

25 4.1.5 Tingkat Pendapatan Pendapatan adalah sebuah penghasilan yang diperoleh seseorang dalam kurun waktu tertentu. Tingkat pendapatan ini erat kaitannya dengan penghasilan yang di terima seseorang sestiap hari, minggu, atau bulan. Karena dari tingkat pendapatan ini pula dapat di tentukan seseorang tersebut mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya atau tidak. Untuk lebih jelasnya mengenai pendapatan yng di peroleh oleh responden dapat dilihat pada table di bawah ini: Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan No Pendapatan Frekuensi Persen , ,- 7 14, , , , , , ,2 4 > ,- 3 6,2 Jumlah ,0 Sumber: Data olahan, 2015 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendapatan berjumlah 7 orang dengan persentase sebesar 14,6 persen. Sedangkan responden yang memiliki penghasilan terdapat 24 orang Waktu Bekerja Waktu kerja istri disektor publik dimaksud dalam penelitian ini adalah berapa lama istri bekerja diluar rumah agar mendapat gambaran bagaimana seorang istri bisa mengatur pekerjaannya pula disektor domestik. Untuk lebih jelasnya mengenai lamanya waktu bekerja istri disektor publik dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 25

26 Tabel Distribusi Responden Berdasakan Jam Kerja No Jam Bekerja Frekuensi Persen 1 <4jam 3 6, jam 10 20, jam 27 56,3 4 > 8 jam 8 16,7 Jumlah ,0 Sumber: Data olahan, 2015 Tabel di atas dapat diketahui bahwa istri yang bekerja disektor publik membutuhkan waktu paling tidak 4 jam sehari yakni berjumlah 3 orang dengan presentasi 6,3%. Selanjutnya Istri yang bekerja antara 4 6 jam perharinya berjumlah 10 orang dengan presentasi 20,8%. Sementara istri yang bekerja selama 6 8 jam sebanyak 27 orang atau 56,3%. Sedangkan yang membutuhkan waktu lebih dari 8 jam perhari untuk bekerja disektor publik sebanyak 8 orang dengan persentase 16,7% dimana rata-rata adalah mereka yang bekerja sebagai pedagang atau wiraswasta serta beberapa sektor jasa Pekerjaan Suami Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan suami dapat dilihat pada tabel dibawah ini: TABEL Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Suami No Jenis pekerjaan suami Frekuensi Persen 1 PNS 27 56,3 2 Pegawai Swasta 8 16,7 3 Pengusaha 7 14,6 4 Jasa 3 6,3 5 Buruh 2 4,2 6 Petani 1 2,1 Jumlah ,0 Sumber: Data olahan,

27 Tabel di atas menunjukkan bahwa, pekerjaan suami dari responden dalam penelitian ini dapat dikatakan cukup bervariasi. Didominasi dengan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 27 orang atau 56,3%.Selanjutnya ada Pegawai swasta sebanyak 16,7% dan Penguasaha 14,6%. Sisanya tersebar pada sektor jasa, buruh dan petani sawit atau karet Pendapatan Suami Pendapatan yang diperolehnya suami dari pekerjaan pokok maupun sampingan akan berpengaryh terhadap perekonomian keluarga karena suami dianggap sebagai pencari nafkah utama didalam keluarga sehingga tingkat penghasilan suami kerap dijadikan tolak ukur dalam melihat tingkat kesejahteraan keluarga. Untuk lebih jelasknya akan diuraikan dalam tabel berikut : TABEL Distribusi responden berdasarkan pendapatan suami No Pendapatan Frekuensi Persen 1 < Rp ,4 2 Rp ,1 3 >Rp ,3 Jumlah ,0 Sumber: Data olahan, 2015 Dari tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata penghasilan suami diatas Rp /bulan yakni sebanyak 27 orang atau 56,3%. Sedangkan yang berpenghasilan antara Rp ,- - Rp /bulan sebanyak 33,1%. Sisanya adalah 10,4% berpenghasilan kurang dari Rp /bulan. 4.2 POLA PEMBAGIAN PERAN Menurut Davis dan Newstrom (1996) peran diwujudkan dalam perilaku. Peran adalah bagian yang dimainkan individu pada setiap keadaan dan cara tingkah lakunya untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Wanita bekerja menghadapi situasi rumit yang menempatkan posisi mereka di antara kepentingan 27

28 keluarga dan kebutuhan untuk bekerja. Muncul sebuah pandangan bahwa perempuan ideal adalah superwoman atau supermom yang sebaiknya memiliki kapasitas yang dapat mengisi bidang domestik dengan sempurna dan bidang publik tanpa cacat. Dalam perjuangan menuju keseimbangan kerja dan keluarga inilah maka bermunculan berbagai konflik dan masalah yang harus dihadapi dan dicari jalan keluarnya jika ingin tetap menjalani kedua peran tersebut. Bekerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang atau barang, mengeluarkan energi dan mempunyai banyak kegiatan diluar rumah, kegiatan dimana memungkinkan mereka memperoleh penghasilan bagi keluarganya sebenarnya bukanlah gejala yang baru dalam masyarakat kita (Ihromi,1990). Konflik peran ganda muncul apabila wanita merasakan ketegangan antara peran pekerjaan dengan peran keluarga, Greenhaus dan Beutell (1985) dalam Nyoman Triaryati (2003) ada tiga macam konflik peran ganda yaitu: 1. Time-based conflict. Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan (keluarga atau pekerjaan) dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga) 2. Strain-based conflict. Terjadi tekanan dari salah satu peran mempengaruhi kinerja peran lainnya. 3. Behavior-based conflict. Berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian (pekerjaan atau keluarga). Pembagian kerja yang dikembangkan di kebanyakan masyarakat telah membedakan tugas perempuan dengan tugas lelaki: seorang lelaki ditetapkan bertanggung jawab untuk melindungi keluarga, melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan produktif, administrasi dan pertahanan dalam masyarakat. Perempuan dibebani dengan tugas-tugas yang berkaitan dengan pemeliharaan sumberdaya manusia termasuk tugas rumah tangga, tanggung jawab di dalam rumah tangga ditetapkan berbeda untuk perempuan dan laki-laki; pekerjaan mengasuh dan melayani keluarga merupakan tanggung jawab perempuan, sedangkan tugas mengatur dan mengawasi keseluruhan anggota 28

29 keluarga merupakan tanggung jawab lelaki. Penetapan tugas untuk lelaki dan perempuan memiliki standar nilai yang beragam dan berbeda antar budaya dan antar masyarakat dan dalam periode waktu yang berbeda. Keragaman ini terjadi karena pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan merupakan produk sosial yang dipengaruhi oleh produk ekonomi, politik dan struktur masyarakat yang juga mengalami perubahan Pola Pembagian Peran Domestik, Publik dan Sosial Kemasyarakatan Peran suami dan isteri dikelompokkan ke dalam peran domestik, peran publik, dan peran sosial kemasyarakatan. Peran domestik adalah peran atau tugastugas yang berkaitan dengan reproduksi, dan pengurusan rumah tangga. Peran publik adalah peran sebagai pencari nafkah atau peran lain yang dilakukan di luar rumah untuk menghasilkan uang. Peran sosial kemasyarakatan adalah peran dalam hubungannya dengan anggota masyarakat lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padatabel dibawah ini: TABEL Distribusi Responden menurut Pembagian Peran Domestik, Publik Dan Sosial Kemasyarakatan Dalam Keluarga No Jenis Peran Suami istri Bersama Jumlah (%) 1 Domestik (43,7) 2 Publik (25,0) 3 Sosial Kemasyarakatan Jumlah (%) 21 (43,7) Sumber: Data olahan, 2015 Dari 13 (27,1) 14 (29,2) (31,3) 48 (100,0) peran yang diamati maka dapat dilihat pembagiannya terdistribusi Merata antara yang dilakukan oleh suami, istri, dan bersama oleh suami dan isteri. Namun demikian jika dilihat dari komposisi peran yang dilakukan tampak bahwa suami lebih mendominasi jenis peran publik dan sosial kemasyarakatan sedang isteri terkonsentrasi pada peran domestik kerumahtanggaan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat luas praktek-praktek patriarkis yang bias gender masih tetap berlangsung. 29

30 Menurut Darwin dan Tukiran (2001), pada masyarakat yang tertata dalam sistem patriarkis, laki-laki diposisikan superior terhadap perempuan di berbagai sektor kehidupan baik domestik mapun publik. Salah satu praktek tersebut adalah adanya beban ganda atau multi burdens pada perempuan (Ihromi, 1990 dalam Subhan, 2004). Perempuan harus melakukan seluruh peran domestik ditambah dengan peran publik yaitu mencari tambahan nafkah atau melakukan kegiatan ekonomi produktif sedang suami yang tanggung jawab utamanya melakukan peran publik relatif terbebas dari tugas membantu melaksanakan peran domestik Pelaksanaan Peran domestik dalam Keluarga Peran domestik merupakan peran yang dijalankan seseorang dalam lingkungan keluarganya. Peran domestik berkaitan dengan pelaksanaan tugastugas seorang ibu rumah tangga seperti menyiapkan sarapan pagi, membersihkan rumah, mempersiapkan makan siang, mengurus anak, mencuci, menyetrika dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan rumah tangga. Untuk mengetahui bagaimana peran domestik ini dalam keluarga responden dapat dilihat pada tabel berikut ini: TABEL Distribusi Responden menurut pelaksanaan Peran domestik dalam Keluarga No Kegiatan Pelaksana Jumlah Istri Suami Bersama lainnya (%) 1 Menyiapkan sarapan pagi Memasak untuk makan siang dan malam 3 Mencuci piring Mencuci dan Menyetrika pakaian 5 Mengurus menjaga dan merawat anak 6 Merawat ketika anak sakit Mengawasi dan membantu anak membuat tugas sekolah 8 Menyiapkan keperluan anak 1 1 sekolah 9 Membersihkan rumah Membersihkan halaman/pekarangan rumah Jumlah (%) 17 (35,4) Sumber : Data Olahan, (8,4) 10 (20,8) 17 (35,4) 48 (100,0) 30

31 Tabel diatas memperlihatkan Kecenderungan peran perempuan dalam ranah domestik semakin meningkat. Dalam upaya mencapai hidup sejahtera, wanita bekerja setiap hari berusaha agar segenap perannya baik sebagai ibu rumah tangga maupun pekerja untuk mengatur waktu sedemikian rupa sehingga semua peran yang disandangnya dapat dilaksanakan dengan seimbang. Kendati demikian pasti ada kendala yang akan di alami dalam melaksanakan peran gandanya tersebut, salah satu masalah penting jika wanita memasuki sektor publik atau bekerja diluar rumah tangga adalah pekerjaan rumah tangga atau domestik. Berbagai strategi diupayakan guna melancarkan dan membantu meringankan pekerjaan-pekerjaan domestik yakni dengan substitute agent (peran pengganti). Alternatif peran ini merupakan strategi untuk meminimalisir konflik peran bagi wanita karir dalam melaksanakan pekerjaan domestik. Alternatif peran ini dapat berupa dukungan moral, materi maupun tenaga dari orang-orang terdekat seperti suami, anak-anak atau kerabat dekat. Seperti yang terlihat dari hasil penelitian bahwa pekerjaan domestik tidak hanya di diselesaikan oleh istri namun juga dapat dilakukan bersama-sama dengan suami serta faktor lainya juga bisa diperoleh dari anak-anak yang sudah cukup besar atau dewasa misalnya untuk membersihkan rumah atau mencuci piring. Disamping itu alternatif peran lainnya adalah menggunakan jasa pembantu rumah tangga atau jasa-jasa komersil lainnya dalam meringakan pekerjaan domestik istri, Misalnya mencuci pakaian di laundry atau membeli makanan cepat saji di restoran untuk makan keluarga. Namun, jika terpaksa harus dikerjakan sendiri ibu-ibu bekerja biasanya akan membeli beraneka ragam peralatan rumah tangga seperti mesin cuci pakaian, mesin cuci piring, vacum cleaner, setrika uap dan sebagainya untuk menghemat waktu dan tenaga dalam menguus rumah tangga dengan lebih mudah. Sebagian besar suami dalam keluarga memiliki persepsi yang cenderung bias gender terhadap pola pembagian peran dalam keluarganya. Isteri yang dominan melakukan peran domestik dipersepsi sebagai hal biasa karena sudah sesuai dengan kodratnya sebagai perempuan sedang sebagai pelaku usaha ekonomi produktif hanyalah merupakan peran tambahan yang boleh dilakukan tapi boleh juga tidak. Meskipun mengapresiasi positif hasil kerja isteri dalam usaha ekonomi produktif 31

32 namun dalam banyak hal suami masih tetap menunjukkan persepsi bahwa hal tersebut tidak terlalu penting. Hal ini tampak dari pendapat suami yang tidak melarang isterinya jika akan berhenti melakukan usaha ekonomi produktif meskipun hal tersebut akan mengganggu pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Bahkan masih ada sebagian kecil suami yang menilai bahwa motivasi isteri melakukan usaha ekonomi produktif adalah karena tidak puas terhadap penghasilan suami. Dengan demikian kesibukan atau beban ganda yang dihadapinya tidak perlu membuat suami mengubah sistem pembagian peran yang sudah lazim sejak nenek moyang. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa sikap suami terhadap pembagian peran dalam keluarga cenderung pasif dimana sebagian besar suami membiarkan isteri yang juga pelaku usaha dan memberikan kontribusi ekonomis kepada keluarga tetap dibebani semua peran domestik Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga Dalam sebuah keluarga pengambilan keputusan biasanya dilakukan oleh pihak yang dominan dalam mengatur rumah tangga, atau dapat juga berdasarkan kesepakatan antara suami dan istri. Untuk mengetahui bagaimana peran dalam pengambilan keputusan pada wanita bekerja di kota Pekanbaru, dapat dilihat pada tabel berikut ini: TABEL Distribusi Responden terhadap Pengambilan Keputusan dalam keluarga No Jenis Peran Suami Istri Bersama Jumlah (%) 1 Keputusan untuk membeli barang-barang bernilai tinggi (umah, kendaraan, perhiasan, (20,8) dll) 2 Keputusan untuk menabung dan berinvestasi (22,9) 3 Keputusan untuk memilih sekolah anak (14,7) 4 Keputusan untuk rekreasi/berlibur dan memilih tempat berlibur 5 Keputusan untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga seperti makan dan minum, membeli pakaian dan keperluan dapur Jumlah (%) 20 (41,7) Sumber : Data Olahan, 2015 (18,7) (22,9) 16 (33,3) 12 (25,0) 48 (100,0) 32

33 Tabel diatas memperlihatkan bahwa pada keluarga responden, peran istri dalam membuat keputusan dominan terutama dalam hal memenuhi kebutuhan primer keluarga seperti makanan dan minuman membeli pakaian dan keperluan dapur. Responden lebih memilih membeli sendiri bahan makanan untuk keluarga meskipun memiliki pembantu rumah tangga, begitu juga keputusan dalam membeli pakaian anak-anak dan suami serta membeli keperluan rumah tangga lainnya biasanaya para istri dapat langsung mengambil keputusan. Sementara itu peran suami dalam peran suami yang dominan dalam mengambil keputusan terkait dalam hal- hal membeli barang-barang bernilai tinggi seperti rumah dan kendaraan, keputusan untuk menabung dan berinvestasi. Sebagian besar responden menyatakan hal ini disebabkan bahwa keputusan tersebut dianggap sangat penting dan serius karena terkait dengan materi dan financial seperti jumlah uang yang akan dikeluarkan cukup besar, manajemen resiko serta kepentingan terhadap kemampuan keuangan keluarga, karena suami dianggap sebagai pencari nafkah utama dan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan ekonomi dan kesejahteraan keluarga Pihak Yang Lebih Cepat Memberikan Respon Pada Masalah Maksud dari pihak yang lebih cepat memberikan respon ada masalah yang terjadi didalam keluarga dan disekitar tempat tinggal adalah terdapat kerjasama yang baik antara pihak istri dan suami atau hanya salah satu pihak saja baik istri ataupun suami saja ketika terjadi suatu permasalahan disekitar tempat tinggal responden. Untuk lebih jelasnya mengenai pihak yang lebih cepat memberikan 33

34 respon pada masalah yang terjadi disekitar tempat tinggal dapat dilihat pada tabel dibawah ini: TABEL Distribusi responden menurut pihak yang cepat tanggap dalam merespon masalah No Respon terhadap masalah Frekuensi Persentase 1 Suami 17 35,4 2 Istri 15 31,3 3 Bersama 16 33,3 Jumlah ,0 Sumber: Data olahan, 2015 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa ketika terjadi masalah dalam keluarga dan lingkungan tempat tinggal mereka pihak yang lebih cepat menanggapi atau mempberikan respon adalah dari kedua belah pihak berjumlah 17 orang dengan presentasi 35,4 persen dan merupakan jumlah tertinggi. Ini menunjukkan adanya kerja sama yang baik antara keduanya (suami dan istri) dalam merespon keadaan sekitar tempat tinggal mereka. Lalu disusul dari pihak istri yang berjumlah 16 orang dengan presentasi 33,3 persen. Dan yang terakhir adalah dari pihak suami berjumlah 15 orang dengan presentasi 31,3 persen. Dapat disimpulkan bahwa kerjasama diantara kedua belah pihak dalam satu kelurga dalam menanggapi keadaan tempat tinggalnya masih kurang. Karena jika kita bandingkan dengan yang menanggapi suami dan istri daripada pihak suami saja atau istri saja adalah 35,4 % berbanding 64,6 %. 34

35 BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil kajian dilapangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Sebagaian besar responden adalah usia produktif. Dimana mayoritas pendidikan mereka adalah tamat Perguruan Tinggi yakni Diploma maupun Sarjana. Klasifikasi jenis pekerjaan responden yang mana sebahagian besar responden yakni 37,5% berprofesi sebagai Pegawai Negeri terdiri dari beberapa orang Guru serta staf pada instansi-instansi Pemerintah. Selanjutnya 25% responden bekerja pada Perusahaan-perusahaan swasta diberbagai bidang yakni perbankan, asuransi, dan karyawan di perusahaanperusahaan swasta. Dengan pendapatan rata-rata berkisar antara Rp Rp ,- /bulan. 2. Peran istri dalam keluarga masih dominan terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan domestik seperti menyiapkan makanan, membersihkan rumah, mengurus anak, mencuci dan menyetrika pakaian dan lainnya. Namun, guna melancarkan dan membantu meringankan pekerjaan-pekerjaan domestik sebahagian besar responden mengandalkan substitute agent (peran pengganti). berupa dukungan moral, materi maupun tenaga dari orang-orang terdekat seperti suami, anak-anak atau kerabat dekat, misalnya untuk membersihkan rumah atau mencuci piring. Selain itu, alternatif peran lainnya adalah menggunakan jasa pembantu rumah tangga atau jasa-jasa komersil lainnya dalam meringakan pekerjaan domestik istri, Misalnya mencuci pakaian di laundry atau membeli makanan cepat saji di restoran untuk makan keluarga. 3. Pola pembagian peran dalam keluarga cenderung bias gender dan menunjukkan. Cara pembagian peran yang dilakukan oleh mayoritas 35

36 keluarga yang menjadi objek penelitian merupakan cara pembagian peran tradisional dimana peran utama perempuan adalah peran domestik sedang peran utama suami adalah peran publik. Alasan utama pemilihan cara pembagian peran adalah agar semua tugas terselesaikan dan demi menghindari konflik dalam rumah tangga. Tingginya tingkat ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan pasangan suami isteri tidak menjamin adanya pembagian peran dalam keluarga yang sensitif gender. 5.2 SARAN 1. Secara implisit perempuan mempunyai peran ganda bila mempunyai peran publik, yaitu yang dibentuk oleh sistem nilai masyarakat Indonesia pada peran domestik (rumah tangga) dan peran publik itu sendiri. Diharapkan kaum laki-laki/suami akan memahami tugas berat dan peran penting perempuan dalam keluarga serta masyarakat agar laki-laki/suami lebih menghormati, menjunjung tinggi harkat dan martabat, membantu, serta melindungi perempuan. 2. Tidak menjustifikasi bahwa beban ganda perempuan sebagai sesuatu yang sudah sewajarnya. Harapannya keseimbangan peran didalam keluarga dapat terjalin dan bisa diperoleh dengan alternatif peran pengganti (substitute agent) agar akses wanita dalam kontrol terhadap pekerjaan reproduktif, produktif dan sosial kemasyarakatan dapat berjalan dengan baik. Hal ini dibutuhkan bagi pengembangan kepekaan terhadap pembagian peran antara laki-laki dan wanita menurut kriteria gender, sehingga dapat mengurangkan bentuk subordinasi dalam relasi gender di dalam keluarga. 36

37 DAFTAR PUSTAKA Abdulah, Irwan Sangkan Paran Gender. Yogyakarta. Pustaka Remaja Arif, Budiman Pembagian Kerja secara Seksual. Jakarta: PT.Gramedia Adhi Kusumastuti Fasilitasi Tempat Penitipan Anak di Sentra Industri Batik sebagai Upaya Peningkatan Produktif Kerja Bagi Pekerja Perempuan. Yogyakarta: PSW UGM dan Tiara Wacana. Amiruddin, Mariana Membangun Resistensi, Membongkar Stereotype. Jurnal Perempuan on line. http/ /kompas-syber media /0704/20/655308/htm) Armando, Ade Perempuan di Media ; Rupawan, Aduhai, dan Manja. Jakarta. Jurnal Perempuan. Edisi XIII. Bungin, Burhan Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Kencana. Candraningsih, Indrasari, et.al Tinjauan Kebijakan Pengupahan Buruh di Indonesia. Jakarta. AKATIGA. Darwin, Muhadjir dan Tukiran Menggunggat Patriarki. Yogyakarta : Ford Foundation kerjasama dengan Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Haidah Moghissi Feminisme dan Fundamentadanlisme Islam. Yogyakarta: PT.Lkis Pelangi Aksara Hasyim, Syafiq Hal-hal yang Tidak Terpikirkan tentang Isu-isu Kewanitaan dalam Islam: Sebuah Dokumentasi. Bandung: Mizan Harjoni Perempuan yang bekerja dalam perspektif islam. Yogyakarta: PSW UGM dan Tiara Wacana. Hubies (2010). Perempuan dari Masa kemasa. Bogor: IPB Press. Ihromi, T.O Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor Indoesia: Jakarta. Irwanto, et.al Psikologi Umum ; Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Jane, C Ollenburger dan Hellen A. Moore Sosiologi Wanita. Rineka Cipta: Jakarwta. Johnson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik dan Modern, M.Z.Lawang. PT.Gramedia: Jakarta. Kartono, St. 20. Mengajarkan Kesetaraan Gender. Jakarta. Kompas Cyber Media. 37

38 Mahmud, Dimyati Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : Balai Penerbit Fakultas Ekonomi (BPFE) Universitas Gadjah Mada. Miller, Muted Group Theory. com/attachment. Mosse, Julia. Gender dan Pembangunan. Jakarta. Kerja sama RIFKA ANISA women s Crisis Centre dengan Pustaka Pelajar. Mai, Y Feminisme Islam: Perspektif Hukum dan Sastra. Bandung: Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation Mansour, F Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Mas udi, F Wanita dalam Wacana Keislaman. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Malo Manasse dan Sri trisningtias Metode penelitian masyarakat. Indonesia University press: Jakarta. Megawangi, Ratna Membiarkan Berbeda?. Jakarta: Mizan Moore, H.A & Ollen burger, J.C Sosiologi Wanita. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Moleong J, Lexy Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Mukti Ali Islam dan Sekularisme di Turkey Modern. Jakarta: Djambatan Nasaruddin, U Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur an. Bandung: Mizan Noor Aini (1996). Wanita dan Pekerjaan;Dwikerjaya. Bangi : UKM Press. Ratna Megawangi Membiarkan Berbeda: Suatu Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung: Mizan Sri Murni Soenarno Peran Perempuan dalam kegiatan perikanan tangkap laut (kasus keluarga nelayan kecil di Kab.Subang, JawaBarat). Yogyakarta: PSW UGM dan Tiara Wacana. Tim Pemberdayaan Wanita Bidang Agama Departemen Agama RI Keadilan dan Kesetaraan jender (Perspektif Islam). Jakarta: Tim Pemberdayaan Wanita Bidang Agama Departemen Agama RI. Walgito, Bimo Psikologi Sosial ; Suatu Pengantar. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. Yasir Alimi, M Advokasi Hak-hak Wanita : Membela Hak mewujudkan Perubahan.Yogyakarta:LkiS 38

39 Zaitunah, S Rekonstruksi Pemahaman Jender dalam Islam: Agenda sosiokultural dan Politik Peran Wanita. Jakarta: el-kahfi Zulaikha Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor terhadap Audit Judgment dalam institute.ac.id/makalah/k-audi11.pdf. 39

40 LAPORAN PENELITIAN POLA PEMBAGIAN PERAN DALAM KELUARGA (ANALISIS TERHADAP FUNGSI SUBSTITUTE AGENT DALAM RUMAH TANGGA WANITA BEKERJA DI KOTA PEKANBARU) TIM PENELITI KETUA: Dr. H. YOSERIZAL, MS NIDN: ANGGOTA: YESI S.Sos M.Soc Sc NIDN: SUMBER DANA: PNBP FISIP UR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS RIAU

41 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoretis Berkaitan dengan konsep status dan peran dijelaskan bahwa pada dasarnya seorang individu akan mampu memiliki beberapa peran sekaligus yang harus dijalankan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik Pekanbaru, November 2015

SEMINAR NASIONAL Politik, Birokrasi dan Perubahan Sosial Ke-II Pilkada Serentak, Untung Rugi dan Korupsi Politik Pekanbaru, November 2015 POLA PEMBAGIAN PERAN DALAM KELUARGA (ANALISIS TERHADAP FUNGSI SUBSTITUTE AGENT DALAM RUMAH TANGGA WANITA BEKERJA DI KOTA PEKANBARU) Yoserizal Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, jumlah pengangguran meningkat sehingga berimbas pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilalui dengan bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan berbagai perasaan dan sikap. Saat ini,

Lebih terperinci

FUNGSI KELUARGA, PEMBAGIAN PERAN DAN KEMITRAAN GENDER DALAM KELUARGA

FUNGSI KELUARGA, PEMBAGIAN PERAN DAN KEMITRAAN GENDER DALAM KELUARGA FUNGSI KELUARGA, PEMBAGIAN PERAN DAN KEMITRAAN GENDER DALAM KELUARGA Oleh: Herien Puspitawati Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia- Institut Pertanian Bogor 2013 Sumber: Puspitawati,

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori. Konsep Buruh Buruh menurut Undang-Undang (No 3 tahun 2003 Bab Pasal ) adalah orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Tata cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang layak diperdebatkan lagi, sekat pemisah antara pria dan wanita dalam bekerja semakin menipis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Isu tentang peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional dewasa ini menjadi semakin penting dan menarik. Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

1Konsep dan Teori Gender

1Konsep dan Teori Gender 1Konsep dan Teori Gender Pengantar Dalam bab ini akan disampaikan secara detil arti dan makna dari Gender, serta konsepsi yang berkembang dalam melihat gender. Hal-hal mendasar yang perlu dipahami oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini

Lebih terperinci

2015 PENYESUAIAN PERANAN IBU BEKERJA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA

2015 PENYESUAIAN PERANAN IBU BEKERJA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat yang sedang gencar melakukan pembangunan industri. Tertulis dalam Peraturan

Lebih terperinci

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG Oleh : Dra. Sofi Sufiarti. A ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika dahulu dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki, sekarang fenomena tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin meningkat. Jika dalu dalam dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya. BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Gagasan Emansipasi Kartini Tiga gagasan yang diperjuangkan Kartini yaitu emansipasi dalam bidang pendidikan, gagasan kesamaan hak atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan bahwa keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Emplek-emplek menir ketepu, wong lanang goleke kayu wong wadon sing adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki carilah kayu

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wanita Karir Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu rumah tangga sebenarnya adalah seorang wanita karir. Namun wanita karir adalah wanita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA (Studi Kasus TPA Jaya Kartika Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar) Nur Ita Kusumastuti K8409045 Pendidikan Sosiologi Antropologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Istri Yang Bekerja Dalam Keluarga Peranan atau peran adalah pola perilaku yang dikaitkan dengan status atau kedudukan. Setiap manusia yang menjadi warga suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali mempunyai perjalanan yang tidak diharapkan sesuai dengan perkembangan zaman. Tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu indikator dari pemberdayaan masyarakat adalah kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik dalam menentukan atau memperbaiki kehidupannya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu pembangunan dikatakan berhasil dengan melihat tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera harus dimulai dari bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat perempuan di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Kreatifitas pengrajin bambu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keluarga Keluarga adalah ikatan yang sedikit banyak berlangsung lama antar suami istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller merumuskan keluarga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER OLEH WAYAN SUDARTA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan (hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR Bab 9 Kesimpulan Kehidupan rumah tangga nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal pada umumnya berada di bawah garis kemiskinan. Penyebab kemiskinan berasal dari dalam diri nelayan sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pekembangan zaman yang modern di Indonesia, semakin memberikan kesempatan pada setiap perempuan untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan kota yang inovatif dan serba maju dalam aspek kehidupan sosial ternyata telah menimbulkan berbagai permasalahan didalamnya seperti, semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan yang go public diwajibkan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan. Judul Nama : Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan Suami, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Pedagang Wanita di Pasar Kumbasari : Made Puspita Mega Swari NIM : 1306105063

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lanjut Usia (lansia) merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng nok, wuwung maupun genteng biasa bahkan genteng glasir. Pada tahu 1980an pabrik genteng mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Fungsi utama yang. dan menandakan bahwasannya dunia telah modern

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Fungsi utama yang. dan menandakan bahwasannya dunia telah modern BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berawal dari ilmu pengetahuan, teknologi tercipta dan muncul ditengah kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Fungsi utama yang berhubungan untuk membantu meringankan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP JENIS KEBUTUHAN HIDUP

BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP JENIS KEBUTUHAN HIDUP BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP 6.1 Perempuan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Posisi perempuan menjadi bagian yang terpenting dalam pemenuhan kebutuhan hidup dalam rumah tangga, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita Indonesia saat ini memiliki kesempatan yang terbuka lebar untuk bekerja, sehingga hampir tidak ada lapangan pekerjaan dan kedudukan yang belum dimasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan pada perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Posisi atau

Lebih terperinci

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D 305 141 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai yang cukup dominan dalam kultur berbagai bangsa menyatakan bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam masyarakat peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan Tim Penyusun Pengarah Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan Penanggungjawab Kepala Bidang Keluarga Sejahtera Ketua Panitia Kepala Sub Bidang Penguatan Advokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa dekade terakhir peran wanita telah bergeser dari peran tradisional menjadi modern. Hal ini terlihat dari peran sosial yang diikuti sebagian wanita dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran sosial dimana dapat bekerja sesuai dengan bakat, kemampuan dan. antara tugasnya sebagai istri, ibu rumah tangga.

BAB I PENDAHULUAN. peran sosial dimana dapat bekerja sesuai dengan bakat, kemampuan dan. antara tugasnya sebagai istri, ibu rumah tangga. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman telah membawa perubahan terhadap peran wanita dari peran tradisional yang hanya melahirkan anak dan mengurus rumah tangga, menjadi peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik. Berbagai jenis pekerjaan dijalani untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik. Berbagai jenis pekerjaan dijalani untuk memenuhi kebutuhan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya ekonomi adalah sebagai dasar pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran. Semua itu juga berlaku dalam keluarga, ekonomi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia dewasa ini dan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap profesi auditor mampu membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah daripada kaum laki-laki masih dapat kita jumpai saat ini. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan

Lebih terperinci

PERAN IBU PEKERJA DALAM PERAWATAN BALITA DI DESA SELOPAMIORO KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL

PERAN IBU PEKERJA DALAM PERAWATAN BALITA DI DESA SELOPAMIORO KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL PERAN IBU PEKERJA DALAM PERAWATAN BALITA DI DESA SELOPAMIORO KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL Desty Dwi Kurnia desty.dwi.k@mail.ugm.ac.id Wiwik Puji Mulyani mulyaniwp@gmail.com Abstrak Desa Selopamioro

Lebih terperinci

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk monodualis, di satu sisi ia berperan sebagai individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri (internal individu), namun di sisi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

Puji Hastuti F

Puji Hastuti F HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA WANITA KARIER DENGAN SIKAP KERJA NEGATIF ABSTRAKSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Puji Hastuti F 100

Lebih terperinci