DAFTAR ISI. Daftar Isi 1. A. Latar Belakang 2. B. Rumusan Masalah 2. C. Tujuan Penulisan 3. A. Struktur Makroskopik Genitalia Feminina dan Masculina 4

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Daftar Isi 1. A. Latar Belakang 2. B. Rumusan Masalah 2. C. Tujuan Penulisan 3. A. Struktur Makroskopik Genitalia Feminina dan Masculina 4"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Daftar Isi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2 B. Rumusan Masalah 2 C. Tujuan Penulisan 3 BAB II PEMBAHASAN A. Struktur Makroskopik Genitalia Feminina dan Masculina 4 B. Struktur Mikroskopik Genitalia Feminina dan Masculina 10 C. Mekanisme Pubertas 17 D. Hormon pada Mekanisme Pubertas 21 E. Kelainan pada Fungsi Genitalia 22 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 25 Daftar Pustaka 26 1

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan makalah ini dilatarbelakangi skenario 3, yaitu tumbuh kumis dan jambang pada anak laki-laki. Jabaran skenario : Seorang anak laki-laki berumur 8 tahun, merasa risih karena sudah tumbuh kumis dan jambang. Ia merasa malu karena ditertawakan oleh teman-temannya. Kemudian ia mengadu kepada ibunya, dan oleh ibunya dikonsultasikan ke dokter. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang skenario diatas, rumusan masalah diatas yang menjadi masalah utama dalam skenario adalah anak laki-laki 8 tahun merasa risih karena sudah tumbuh kumis dan jambang. Hipotesa : Tumbuhnya kumis dan jambang pada anak laki-laki sebelum waktunya dapat diakibatkan karena kelainan. C. Tujuan Penulisan untuk : Dengan adanya suatu perumusan masalah tersebut, mahasiswa diharapkan mampu 2

3 1. Menjelaskan mengenai struktur makroskopik dan mikroskopik genitalia pria dan wanita. 2. Menjelaskan mengenai mekanisme pubertas. 3. Menjelaskan mengenai hormon-hormon yang terlibat dalam pubertas. 4. Menjelaskan mengenai kelainan pada fungsi genitalia. 3

4 BAB II PEMBAHASAN A. Struktur Makroskopik Genitalia Feminina & Masculina GENITALIA MASCULINA Genitalia masculina dibedakan menjadi : 1. Genitalia interna masculina : ductus deferens, vesicula seminalis dan glandula prostat. 2. Genitalia externa masculina : penis, scrotum dan testis. Ductus deferens atau vas deferens adalah suatu saluran berdinding tebal yang dilalui sperma. Mulai dari anulus ingunalis medialis menuju lateral A. Epigastrica inferior kemudian turun ke dorsocaudal pada dinding lateral pelvis, menyilang ureter di sisi medialnya dan menuju ke mediocaudal pada permukaan dorsal vesica urinaria. Pada bagian ujung akhir ductus deferens terdapat bagian yang melebar disebut ampulla ductus deferens. Ductus excretorius vas deferens bersama-sama dengan ductus excretorius glandula vesiculosa membentuk ductus ejaculatorius. Vesicula seminalis atau glandula vesiculosa terdiri dari 2 gelembung lobus kanan kiri yang berfungsi memproduksi cairan essential untuk makanan sperma, panjangnya kira-kira 5 cm. Pada bagian ujung atas tertutup peritoneum. Pada bagian depan vesicula seminalis berhubungan dengan permukaan dorsal vesica urinaria, pada bagian belakangnya berhubungan dengan rectum, sedangkan sisi medialnya berhubungan dengan vas deferens. 4

5 Glandula prostata merupakan suatu kelenjar eksokrin fibromuskular. Bentuk glandula prostata menyerupai limas terbalik dengan puncak di caudal dengan panjang kurang lebih 3 cm. Glandula prostata dilapisi oleh selaput fibrotik dan disebelah luar dilapisi jaringan ikat (lanjutan fascia pelvis). Glandula prostata dibedakan menjadi basis dan apex. Basis meru[pakan bagian diatas dan depan, sekitar collum vesica urinaria. Apex terletak pada diafragma urogenitale. Membran prostatika peritoneale (Denonviller) dan fascia rectalis memisahkan permukaan posterior glandula prostata dengan vas deferens dan vesicula seminalis. Glandula prostata dibedakan menjadi beberapa lobus, yaitu : lobus anterior,lobus medius,lobus posterior dan lobus lateralis. Glandula prostata diperdarahi oleh cabang-cabang a.vesicalis inferior, cabang-cabang a. Rectalis media, dan cabang-cabang a. Pudenda interna. Sedangkan aliran darah balik melalui plexus venosus prostaticus. Aliran getah bening glandula prostata dialirkan ke nnll. Glandula prostata dan akhirnya bermuara ke nnl. Illiaca interna. Glandula prostata dipersarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior. Penis dihubungkan pada symphisis pubis melalui suatu jaringan ikat yang disebut lig.suspensorium penis. Penis dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu radix penis,corpus penis, dan glans penis. Radix penis merupakan bagian penis yang melekat ke symphisis ossis pubis dan terdiri dari 3 massa jaringa erektil yaitu : bulbus penis,crus penis dextra,dan crus penis sinistra. Sedangkan corpus penis merupakan lanjutan radix penis ke arah distal. Pada permukaan dorsal corpus penis, tepat pada garis tengah, dapat dijumpai v.dorsalis penis superficialis. Glans penis terlteak pada ujung distal corpus penis. Pada glans penis dapat dijumpai alat-alat sebagai berikut : Meatus urethra externa Frenulum, yaitu lipatan kulit yang terletak di caudal meatus urethra externa. Preputium, yaitu lapisan kulit yang menutupi glans penis. 5

6 Corona glandis, yaitu pinggir dasar glans penis. Scrotum merupakan suatu kantong yang dibentuk oleh kulit dan fascia. Kulit scrotum berkeriput dan ditutupi rambut-rambut kasar. Pada bagian tengah scrotum, dapat dijumpai suatu garis yang disebut Raphescrotalis. Scrotum berisi testis dan epididymis. Testis berasal dari bahasa Yunani orchis, sedangkan peradangan testis disebut orchitis. Testis adalah organ reproduksi yang menghasilkan spermatozoa dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon androgen untuk mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder. Bentuk testis oval dengan konsistensi lunak. Testis dibungkus oleh tunica vaginalis propia dan terletak dalam cavum scroti. Pada orang normal testis kiri lebih rndah daripada yang kanan. Sedangkan pada situs inversus totalis dan orang kidal,testis kanan letaknya lebih rendah daripada testis kiri. Pada testis dapat dijumpai sisa-sisa perkembangan ujung cranial ductus paramesonephros yang disebut appendix testis. Testis dapat dibedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut : extremitas superior, extremitas inferior, facies lateralis, facies medialis, margo anterior (convex), dan margo posterior (datar). Sedangkan pembungkus testis dari dalam keluar adalah tunica albugenia, tunica vaginalis testis lamina visceralis dan lamina parietalis, fascia spermatica interna, m.cremaster, fascia spermatica externa, tunica dartos dan cutis scroti. Testis dipendarahi olegh a.testicularis, cabang aorta abdominalis. Sedangkan aliran venannya bermuara ke v.testicularis, yang kemudian dialirkan ke dalam v.cava inferior. Epididymis merupakan suatu saluran berkelok-kelok yang panjangnya kurang lebih 6 meter. Epididymis terletak disebelah dorsal testis. Epididymis dibedakan menjadi caput epididymis, corpus epididymis dan cauda epididymis. Pada epididymis dapat dijumpai sisa- 6

7 sisa perkembangan ductus mesonephros yang disebut appendix epididymis. Disebelah medial epididymis dapat dijumpai funiculus spermaticus yang terdiri atas : Plexus pampiniformis A.testicularis A.deferentialis Ductus deferens R.genitalis n.genitofemoralis M.cremaster. GENITALIA FEMININA Genitalia feminina dibedakan menjadi : 1. Genitalia interna, yang terdiri atas : uterus, tuba uterina, dan ovarium. 2. Genitalia externa, yang terdiri atas : vulva, labia majora, dan labia minora. Uterus berbentuk oval, menyerupao telur ayam, dan konsistensinya kenyal. Uterus pada anak ukurannya lebih kecil, dan akan membesar saat usia pubertas karena pengaruh hormon estrogen. Pada saat hamil uterus juga membesar karena ada hipertrofi myometrium. Uterus dibedakan menjadi : 1. Fundus uteri, yaitu bagian uterus yang terletak di muara tuba. 2. Corpus uteri, yaitu bagian uterus yang terdapat dibawah muara tuba. Corpus merupakan bagian uterus yang membesar. Ke arah distal, korpus akan menciut/ mengecil dan berubah menjadi cervix. 7

8 3. Cervix uteri, yaitu bagian uteru sbagian bawah yang menyempit dan menembus dinding vagina. Corpus uteri dan cervix uteri dihubungkan oleh isthmus uteri. Pada kehamilan dan persalinan, cervix uteri yang lemah dapat menyebabkan abortus. Permukaan dorsal uterus disebut facies rectalis dan berbentuk agak cembung.sedangkan permukaan ventral uterus disebut facies rectalis dan lebih datar. Ruangan / rongga dalam uterus dibedakan menjadi, cavum uteri dan canalis cervicis uteri / canalis isthimica. Lapisan dinding uteru sterdiri atas endometirum, myometrium, dan perimetrium. Letak uterus yang normal adalah anteversio 90 0 dan antefleksio Dalam rongga pelvis, uterus difiksasi untuk mencegah terjadinya prolapsus uteri, yaitu keadaaan dimana uterus masuk ke dalam vagina. Fiksasi uterus dibedakan menjadi : 1. Alat- alat penahan uterus, yaitu diaphragma pelvis ( m. Levator ani ) dan pars membranacea diaphragma urogenitale. 2. Alat-alat penggantung uterus, yaitu : lig. Cardinale (Mackenrodt), lig. Teres uteri, dan plica rectouterina. Pada masa kehamilan, alat-alat fiksasi yang penting adalah lig. Teres uteri dan plica rectouterina. Pada kehamilan uterus membesar dan menonjol ke dalam rongga perut sehingga kedua alat diatas akan berjalan dari bawah ke atas. Pada waktu partus (persalinan) uterus berkontraksi kuat, serabut-serabut otot polos kedua alat diatas juga berkontraksi, sedangkan fundus uteri tidak dapat bergerak ke cranial. Akibat fiksasi fundus dan kontraksi uterus, isi uterus akan didorong keluar. Tuba uterina falopii dimulai dari fundus uteri sampai fimbriae. Muara tuba uterina pada corpus uteri disebut ostium internum tuba uterina. Tuba uterina dibedakan menjadi bagianbagian berikut : 8

9 Isthmus tuba uterina : bagian tuba yang paling sempit. Ampulla tuba uterina : bagian tuba yang paling lebar dan merupakan tempat terjadinya proses fertilisasi. Infundibulum : bagian tuba yang berbentuk corong dan mempunyai fimbriae. Pars intertitialis : bagian tuba yang terdapat dalam dinding uterus. Tuba uterina berfungsi sebagai jalan yang dilalui sperma untuk mencapai ovum. Tuba uterina dipendarahi oleh a. Uterina (cabang illiaca interna) dan a. Ovarica (cabang aorta abdominalis). Aliran pembuluh balik mengikuti aliran pembuluh nadinya. Ovarium mempunyai ukuran 4x2 cm. Ovarium melekat pada bagian belakang ligamentum uteri. Penggantung ovarium pada dinding belakang panggul adalah mesovarium. Ovarium terletak dalam fossa Waldeyer pada dinding lateral pelvis. Ovarium dipendarahi oleh a. Ovarica, yang dipercabangkan oleh aorta abdominalis setinggi vertebra lumbal 1. Vagina merupakan bumbung buntu di bagian sebelah cranial dan pada bagian caudalis bermuara pada introitus vagina. Panjang vagina dari vulva sampai cervix kira-kira 8 cm. Jalan vagina adalah vertikal dari craniodorsal ke arah ventrocaudal dan dinding depan vagina bagian cranial ditembus oleh cervix uteri. Pada sekitar orificium vagina terdapat selaput tipis berbentuk bulan sabit, yang disebut hymen. Vulva disebut juga rima pudendi adalah ruangan yang terletak antara labia majora kanan dan kiri. Vulva bermuara pada vestibulum vagina. Disebelah distal frenulum labiorum pudendi terdapat jaringan ikat yang menyeberang disebut commisura posterior. Labia majora adalah lipatan yang besar dari mons pubis ke arah peritoneum, bagian luar labia majora berambut, sedangkan bagian dalam licin dan banyak mengandung kelenjar 9

10 sebasea. Bagian depan atas labia majora kanan dan kiri bertemu pada commisura labialis anterior, sedangkan bagian bawahnya bertemu pada commisura labialis posterior. Labia minora merupakan suatu lipatan kecil pada vulva. Ke arah distal kedua sisi labia minora membentuk frenulum labiorum pudendi. Ke arah proximal labia minora berhubungan dengan glandula clitoridis dan disebut preputium clitoridis. Glandula pada clitoridis pada wanita identik dengan glans penis pada laki-laki 1. B. Struktur Mikroskopik Genitalia Feminina & Masculina Testis Setiap testis dikeliling oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen, yaitu tunika albuginea. Tunika buginea menebal pada permukaan posterior testis dan membentuk mediastinum testis, tempat penjuluran septa fibrosa ke dalam kelenjar, yang membagi kelenjar menjadi sekitar 250 kompartemen piramid yang disebut lobulus testis. Septa ini tidak kontinu, dan sering terbentuk hubungan antar lobus. Setiap lobulus dihuni oleh 1-4 tubulus seminiferus, yang terpendam dalam jaringan ikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah dan limfe, saraf, dan sel interstisial (Leydig). Tubulus seminiferus menghasilkan sel kelamin pria yaitu spermatozoa, sedangkan sel interstisial menyekresiakan androgen testis. Testis berkembang secara retroferitoneal dalam dinding dorsal rongga abdomen. Testis bermigrasi selama perkembangan fetus dan akhirnya turun kedalam rongga skrotum pada ujung funikulus spermatikus. Karena bermigrasi ke arah skrotum, setiap testis membawa serta kantung serosa, yakni tunika vaginalis, yang berasal dari peritoneum. Tunika ini terdiri atas lapisan parietal di luar dan lapisan viseral di sebelah dalam, yang membungkus tunika 10

11 albuginea pada sisi anterior dan lateral testis. Skrotum memiliki peran penting dalam memelihara testis pada suhu dibawah suhu intraabdomen. Tubulus Seminiferus Spermatozoa dihasilkan di tubulus seminiferus. Setiap tubulus seminiferus dilapisi oleh epitel berlapis majemuk; garis tengahnya lebih kurang µm dan panjangnya cm. Panjang seluruh tubulus satu testis mencapai 250 m. Tubulus ini berkelok-kelok dan berawal sebagai saluran buntu. Di ujung setiap lobulus, lumennya menyempit dan berlanjut ke dalam ruas pendek yang dikenal sebagai tubulus rektus, atau tubulus lurus, yang menghubungkan tubulus seminiferus dengan labirin saluran berlapis epitel yang beranastomosis, yaitu rete testis. Kira-kira duktuli duktuli eferentes menghubungkan rete testis dengan bagian sefalik epididimis. Tubulus seminiferus terdiri atas suatu lapisan jaringan ikat fibrosa, lamina basalis yang berkembang baik, dan suatu epitel germinal, atau seminiferus, yang kompleks. Tunika propria fibrosa yang membungkus tubulus seminiferus terdiri atas beberapa lapis fibroblas. Lapisan terdalam yang melekat pada lamina basalis terdiri atas sel-sel mioid gepeng, yang memperlihatkan ciri otot polos. Sel-sel interstisial menempati sebagian besar ruang di antara tubuli seminiferus. Epitel tubulus seminiferus terdiri atas dua jenis sel: sel Sertoli, atau sel penyokong dan selsel yang membentuk garis keturunan spermatogenik. Sel-sel turunan spermatogenik tersebar dalam 4 sampai 8 lapis; fungsinya adalah menghasilkan spermatozoa. Produksi spermatozoa disebut spermatogenesis, yakni suatu proses yang mencakup pembelahan sel melalui mitosis dan meiosis serta diferensiasi akhir spermatozoa, yang disebut spermiogenesis. 11

12 Spermatogenesis Spermatogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa. Proses ini dimulai dengan sel benih primitif, yaitu spermatogonium (Yun. sperma + gone, generasi), yang relatif kecil, berdiameter 12 µm, dan berada dekat dengan lamina basal epitel. Pada saat terjadinya pematangan sistem kelamin, sel ini mulai mengalami mitosis, dan menghasilkan generasi selsel yang baru. Sel-sel yang baru dibentuk dapat mengikuti satu dari dua jalur: Sel-sel ini dapat terus membelah sebagai sel induk, yang juga disebut spermatogonium tipe A, atau dapat berdiferensiasi selama siklus mitosis yang progresif menjadi spermatogonium tipe B. Spermatogonium tipe B merupakan sel progenitor yang akan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer merupakan sel terbesar dalam garis keturunan spermatogenik. Dari pembelahan meiosis pertama ini timbul sel berukuran lebih kecil yang disebut spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder sulit diamati dalam sediaan testis karena merupakan sel berumur pendek. Pembelah spermatosit sekunder menghasilkan spermatid. Spermiogenesis merupakan tahap akhir produksi spermatozoa. Spermiogenesis adalah proses transformasi spermatid menjadi spermatozoa. Tidak terjadi pembelahan sel selama proses ini berlangsung. Spermatid dapat dikenali dengan ukurannya yang kecil (garis tengah 7-8 µm). Letak spermatid di dalam tubulus seminiferus adalah di dekat lumen. Spermiogenesis adalah suatu proses perkembangan rumit yang mencakup pembentuan akrosom (Yun. akron, ekstremitas, + soma, tubuh), pemadatan dan pemanjangan inti, pembentukan flagelum, dan hilangnya sebagian besar sitoplasma. Hasil akhirnya adalah spermatozoa matang, yang kemudian dilepaskan ke dalam lumen tubulus seminiferus. 12

13 Sel Sertoli Sel Sertoli sangat penting untuk fungsi testis. Sel-sel ini merupakan sel piramid panjang yang sebagian memeluk sel-sel dari garis keturunan spermatogenik. Dasar sel sertoli melekat pada lamina basalis, sedangkan ujung apeksnya sering terjulur ke dalam lumen tubulus seminiferus. Dengan mikroskop cahaya, bentuk sel Sertoli tidak jelas terlihat karena banyak juluran lateral yang mengelilingi sel spermatogenik. Sel Sertoli yang berdekatan diikat bersama oleh taut rekah yang terdapat pada bagian basolateral sel, yang membentuk sawar testis-darah. Spermatogonia terletak di kompartemen basal, yang berada di bawah sawar. Selama spermatogenesis, sebagian turunan spermatogonia berhasil menembus tautan ini dan masuk ke dalam kompartemen adluminal, yang terdapat di atas sawar. Jaringan Interstisial Jaringan interstisial testis merupakan tempat yang penting untuk produksi androgen. Celah di antara tubulus seminiferus dalam testis diisi oleh jaringan ikat saraf, pembuluh darah dan limfe. Selama pubertas, muncul jenis sel tambahan; Sel tersebut adalah sel interstisial, atau sel Leydig testis, yang memiliki ciri sel pensekresi-steroid. Sel-sel ini menghasilkan hormon pria testosteron, yang berfungsi bagi perkembangan ciri kelamin pria sekunder. Duktus Genitalia Intratestis Duktus genitalia intratestis adalah tubulus rektus (tubulus lurus), rete testis, dan duktuli eferentes. Duktus-duktus tersebut membawa spermatozoa dan cairan dari tubulus seminiferus ke duktus epididimis. 13

14 Kebanyakan tubulus seminiferus terdapat dalam bentuk lengkung, dan kedua ujungnya berhubungan dengan rete testis denngan perantaraan struktur yang dikenal sebagai tubulus rektus. Tubulus rektus mencurahkan isinya ke dalam rete testis, yang terletak dalam mediastinum, yaitu penebalan tunika albuginea. Rete testis merupakan jalinan saluran yang beranastomosis, yang dilapisi epitel kuboid. Dari rete testis muncul duktuli eferentes. Duktuli eferentes memiliki epitel yang terdiri atas kelompok sel kuboid tak bersilia yang diselingi sel bersilia yang melecut ke arah epididimis. Hal ini memberikan epitel tersebut gambaran bergelombang yang khas. Sel tak bersilia mengabsorpsi banyak cairan yang disekresi oleh tubulus seminiferus. Aktivitas sel bersilia dan absorpsi cairan menimbulkan aliran cairan yang menyapu spermatozoa ke arah epididimis. Suatu lapisan tipis sel otot polos sirkular tampak di luar lamina basal epitel. Duktuli eferentes berangsur-angsur bergabung membentuk duktus epididimis. Saluran Keluar Genitalia Saluran keluar genitalia yang mengangkut spermatozoa yang dihasilkan di testis sampai ke meatus penis adalah duktus epididimis, duktus deferens (vas deferes), dan uretra. Duktus epididimis adalah saluran tunggal yang sangat berkelok dengan panjang sekitar 4-6 m. Bersama dengan jaringan ikat dan pembuluh darah di sekitarnya, saluran panjang ini membentuk bagian badan dan ekor epididimis. Duktus ini dilapisi epitel bertingkat silidris bersilia yang terdiri atas sel-sel basal berbentuk bulat dan sel silidris. Sel-sel ini ditunjang oleh lamina basalis yang dikelilingi oleh sel otot polos dengan kontraksi peristaltik yang membantu mendorong sperma di sepanjang saluran, dan dikelilingi oleh jaringan ikat longgar 14

15 dengan banyak kapiler darah. Permukaan sel epitel duktus ini ditutupi oleh mikrovili panjang yang bercabang dan tidak teratur, yang disebut stereosilia. Dari epididimis keluar duktus (vas) deferens, yaitu suatu saluran berdinding otot tebal, yang berlanjut dan mencurahkan isinya ke dalam uretra pars prostatika. Duktus deferens ditandai dengan lumen yang sempit dan lapisan otot polos tebal. Mukosanya membentuk lipatan memanjang dan sebagian besar dilapisi epitel bertingkat silidris dengan stereosilia. Lamina propria merupakan lapisan jaringan ikat dengan banyak serat elastin, dan lapisan otot tebalnya terdiri atas lapisan longitudinal luar dan dalam yang dipisahkan oleh lapisan sirkular. Banyak otot polos menghasilkan kontraksi peristaltik kuat yang ikut serta menyemprotkan spermatozoa keluar selama ejakulasi. Duktus deferens merupakan bagian dari funikulus spermatikus, yang mencakup arteri testikularis, pleksus pampiniformis, dan saraf. Sebelum memasuki prostat, duktus deferens melebar, membentuk bagian yang disebut ampula. Di daerah ini, epitel menjadi lebih tebal dan melipat-lipat. Pada bagian akhir ampula ini, vesikula seminalis bergabung dengan duktus. Dari tempat ini, duktus deferens kemudian memasuki prostat, dan bermuara ke dalam uretra pars prostatika. Segmen yang memasuki prostat disebut duktus ejakulatorius. Kelenjar Genitalia Tambahan Kelenjar kelamin tambahan menghasilkan sekret yang diperlukan untuk fungsi reproduksi pria. Kelenjar kelamin tambahan meliputi vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretra. Vesikula seminalis terdiri atas dua tabung sepanjang ±15 cm yang sangat berkelok. Mukosa vesikula seminalis melipat-lipat, dan dilapisi epitel bertingkat silidris yang mengandung banyak granula sekretoris. Granul ini memiliki ciri ultrastruktur yang mirip dengan sel 15

16 pembuat protein. Lamina propria di vesikula seminalis banyak mengandung serat elastin dan dikelilingi otot polos tipis. Vesikula seminalis bukanlah tempat untuk menampung spermatozoa. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang menghasilkan sekret kuning kental yang mengandung substansi pengikat-spermatozoa seperti fruktosa, sitrat, inositol, prostaglandin dan berbagai protein. Karbohidrat yang dihasilkan oleh kelenjar sistem reproduksi pria dan disekresikan dalam cairan seminalis, merupakan sumber energi bagi pegerakan sperma. Golongan monosakarida, yakni fruktosa adalah karbohidrat yang terbanyak. Tujuh puluh persen dari ejakulat manusia berasal dari vesikula seminalis. Tinggi sel epitel vesikula seminalis dan derajat aktivitas proses sekresi bergantung pada kadar testosteron. Prostat merupakan suatu kumpulan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang. Duktusnya bermuara dalam uretra pars prostatika, yang menembus prostat. Prostat mempunyai tiga zona yang berbeda: Yang pertama adalah zona sentral. Zona ini meliputi 25% dari volume kelenjar. Tujuh puluh persen kelenjar dibentuk oleh zona ferifer, yang merupakan tempat predileksi timbulnya kanker prostat. Zona ketiga, yakni zona transisional, mempunyai arti medis yang penting karena merupakan tempat asal sebagian besar hiperplasia prostat jinak. Kelenjar bulbouretra (kelenjar cowper) yang berdiameter 3-5 mm, terletak di sebelah proksimal dari uretra pars membranasea dan bermuara ke dalam uretra ini. Kelenjar cowper merupakan kelenjar tubuloalveolar yang dilapisi epitel selapis kuboid pensekresi-lendir. Mukus yang disekresikan berupa lendir bening dan berfungsi sebagai pelumas. PENIS Komponen utama penis adalah tiga massa silidris dari jaringan erektil, dan uretra, yang terbungkus kulit. Dua diantara silinder-silinder ini korpus kavernosum penis terletak di dorsal. Yang lain terletak di ventral dan disebut korpus kavernosum uretra, atau korpus 16

17 spongiosu, yang mengelilingi uretra. Korpus kavernosum uretra melebar di bagian ujung, yang membentuk glans penis. Kelenjar Littre penyekresi-lendir terdapat di sepanjang uretra penis. Prepusium merupakan lipatan kulit retraktil yang mengandung jaringan ikat dengan otot polos di bagian dalamnya. Kelenjar sebasea terdapat di lipatan dalam dan di kulit yang menutupi glans. Korpora kavernosa dibungkus oleh lapisan jaringan ikat padat kuat, yaitu tunika albuginea. Korpora kavernosa penis dan uretra terdiri atas jaringan erekti, Jaringan ini mengandung sejumlah besar lumen vena yang dilapisi sel-sel endotel utuh dan dipisahkan oleh trabekula yang terdiri atas serat jaringan ikat dan sel otot polos. Pendarahan arteri penis diperoleh dari arteri pudenda interna, yang menjadi asal arteri profunda dan arteri dorsalis penis. Arteri profunda bercabang-cabang menjadi arteri nutritif dan arteri helicinae. Arteri nutritif menyuplai oksigen dan zat makanan ke trabekula, sedangkan arteri helicinae bermuara langsung ke dalam ruang-ruang kavernosa (jaringan erektil). Terdapat pirau arterio venosa di antara arteri helicinae dan vena dorsalis profunda 2,3. C. Mekanisme Pubertas REPRODUKSI PRIA Sel Leydig testis mengeluarkan testosteron yang menyebabkan maskulinisasi. Testis melakasanakan dua fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan mengeluarkan testosteron. Sekitar 80% masa testis terdiri dari tubulus seminiferosa yang berkelok-kelok, yang di dalamnya berlangsung spermatogenesis. Sel-sel endokrin yang mengeluarkan testosteron, sel leydig atau sel interstitium, terletak di jaringan ikat antara tubulus-tubulus seminiferosa. Dengan 17

18 demikian, bagian testis yang menghasilkan dan mengeluarkan testosteron secara struktural dan fungsional berbeda. Sebagian besar tetapi tidak semua kerja testosteron akhirnya ditujukan untuk memastikan penyaluran sperma pada wanita. Efek testosteron dapat dibagi menjadi lima kelompok, antara lain ; Efek pada sistem reproduksi sebelum lahir. Sebelum lahir, sekresi testosteron oleh testis janin merupakan penyebab maskulinisasi saluran reproduksi dan genitalia eksterna serta menurunnya testis ke dalam skrotum. Setelah lahir, sekresi testosteron berhenti, dan testis serta sistem reproduksi lainnya tetap kecil dan nonfungsional sampai pubertas. Efek pada jaringan spesifik seks setelah lahir. Pubertas mengacu pada periode kebangkitan dan pematangan sistem reproduksi yang sebelumnya nonfungsional, yang memuncak pada pencapaian kematangan seksual dan kemampuan reproduksi. Awitan pubertas biasanya sekitar usia sepuluh dan empat belas tahun ; wanita ratarata mengalami pubertas dua tahun lebih awal daripada pria. Pubertas biasanya berlangsung tiga sampai lima tahun dan mencakup serangkaian perubahan endokrin, fisik dan perilaku yang kompleks. Masa remaja (adolescence) adalah konsep yang lebih luas yang mengacu pada keseluruhan masa transisi antara anak-anak menjadi dewasa, bukan hanya pematanagan seksual. Pada pubertas, sel-sel leydig mulai mengeluarkan testosteron kembali, dan untuk pertama kalinya terjadi spermatogenesis di tubulus seminferosa. Testosteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan dan pematangan keseluruhan sistem reproduksi pria. Di bawah pengaruh lonjakan sekresi testosteron pada masa pubertas, testis membesar dan mampu melaksanakan spermatogenesis, kelenjar-kelenjar seks tambahan membesar dan mulai aktif mensekresi, sementara penis dan skrotum 18

19 membesar. Sekresi testosteron yang berlangsung terus menerus penting untuk spermatogenesis dan untuk mempertahankan kematangan saluran reproduksi pria selama masa dewasa. Efek terkait reproduksi reproduksi lainnya. Testosteron bertanggung jawab dalam pembentukan libido seksual pada masa pubertas dan membantu mempertahankan dorongan seks pada pria dewasa. Stimulasi perilaku ini oleh testosteron penting untuk mempermudah penyaluran sperma pada wanita. Pada manusia, libido juga dipengaruhi oleh banyak faktor emosional dan sosial saling berinteraksi. Efek pada karakteristik sekunder. Perkembangan dan pemeliharaan semua karakteristik seks sekunder pria bergantung pada testoteron. Karakteristik pria nonreproduktif (yang tidak berkaitan dengan reproduksi) yang dipicu oleh testosteron ini adalah ; pola pertumbuhan rambut pria (misalnya rambut dada, kumis dan jambang serta janggut), suara menjadi berat akibat pembesaran laring dan penebalan pita suara, penebalan kulit dan konfigurasi tubuh pria (sebagai contoh, bahu lebar, otot lengan dan tungkai yang berkembang) sebagai akibat pengendapan protein 4. REPRODUKSI WANITA Sistem reproduksi wanita belum aktif sampai yang bersangkutan mencapai pubertas. Tidak seperti testis janin, ovarium janin belum berfungsi karena feminisasi sistem reproduksi wanita secara otomatis berlangsung jika tidak terdapat sekresi testosteron janin tanpa memerlukan keberadaan hormon-hormon seks wanita. Sistem reproduksi wanita tetap inaktif sejak lahir sampai pubertas, yang terjadi pada usia sekitar sebelas tahun, karena GnRH hipothalamus secara aktif ditekan oleh mekanisme-mekanisme yang serupa dengan yang terjadi pada anak laki-laki prapubertas. Seperti pada anak laki-laki, hilangnya pengaruh-pengaruh inhibitorik tersebut oleh mekanisme yang belum diketahui menyebabkan dimulainya pubertas. 19

20 Ovarium melakukan fungsi ganda yang saling terkait, yaitu oogenesis (pembentukan ovum) dan menghasilkan estrogen dan progesteron. Oogenesis dan sekresi estrogen berlangsung didalam folikel ovarium selama separuh pertama siklus reproduksi ( fase folikel). Pada kira-kira pertengahan siklus, folikel yang matang melepaskan sebuah ovum (ovulasi). Folikel yang kosong tersebut kemudian diubah menjadi korpus luteum, yang menghasilkan estrogen dan progesteron selama separuh terakhir siklus (fase luteal). Unit endokrin ini bertanggung jawab mempersiapkan uterus sebagai tempat yang cocok untuk implantasi apabila ovum yang dilepaskan dibuahi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum berdegenerasi. Akibat penarikan hormon yang mendukung lapisan endometrium untuk menjadi sangat berkembang menyebabkan disintegrasi dan terlepas, menghasilkan darah haid. Secara simultan, fase folikel baru dimulai kembali. Sekresi estrogen yang dihasilkan oleh ovarium aktif akan menginduksi pertumbuhan dan pematangan saluran reproduksi wanita serta perkembangan karakteristik seks sekunder wanita. Efek estrogen yang menonjol pada perkembangan karakteristik seks sekunder tersebut adalah mendorong penimbunan lemak di lokasi-lokasi strategis, misalnya payudara, bokong, dan paha, sehingga terbentuk sosok melekuk-lekuk khas wanita. Pembesaran payudara pada saat pubertas terutama disebabkan oleh penimbunan lemak di jaringan payudara dan bukan disebabkan oleh perkembangan fungsional kelenjar-kelenjar mamaria. Tiga perubahan pubertas lainnya pada wanita ; pertumbuhan rambut ketiak dan pubis, lonjakan pertumbuhan pubertas, dan munculnya libido disebabkan oleh lonjakan sekresi androgen adrenal pada pubertas, bukan akibat estrogen. Namun, peningkatan estrogen pada masa pubertas memang menyebabkan lempeng epifisis menutup. Sehingga tidak lagi terjadi pertambahan tinggi tubuh, serupa dengan efek testosteron pada pria 5. 20

21 D. Hormon pada Mekanisme Pubertas REPRODUKSI PRIA LH dan FSH, kedua hormon gonadotropik hipofise anterior, yang mengontrol sekresi testosteron dan spermatogenesis. Kedua hormon ini bekerja pada komponen-komponen tetis yang berbeda. Luteinizing hormone bekerja pada sel leydig untuk mengatur sekresi testosteron, sehingga pada pria hormon ini juga memiliki nama interstitial cell stimulating hormone (ICSH). FSH bekerja pada tubulus seminiferosa, terutama di sel sertoli, untuk meningkatkan spermatogenesis. Sebaliknya, sekresi LH dan FSH dari hipofise anterior dirangsang oleh sebuah hormone gonadotropin releasing hormone (GnRH). Setiap dua sampai tiga jam sekali, GnRH dikeluarkan dari hipothalamus dalam letupanletupan sekretorik, tanpa terjadi sekresi di antara letupan-letupan itu. Karena GnRH merangsang sel-sel sekretorik hormon gonadotropik di hipofise anterior, pola sekresi hipothalamus yang pulsatif ini menyebabkan sekresi LH dan FSH juga berlangsung secara periodik. Testosteron, produk stimulasi LH pada sel leydig, bekerja secara umpan balik negatif untuk menghambat sekresi LH melalui dua cara. Efek umpan balik negatif testosteron yang predominan adalah menurunkan episode-episode pengeluaran GnRH dengan bekerja pada hipothalamus, sehingga secara tidak langsung menurunkan pengeluaran LH dan FSH dari hipofise anterior. Kedua, testosteron bekerja secara langsung pada hipofise anterior untuk mengurangi kepekaan sel-sel sekretorik LH terhadap GnRH. Sinyal inhibitorik testis yang secara spesifik ditujukan untuk mengontrol sekresi FSH adalah hormon peptida inhibin, yang disekresikan oleh sel sertoli. Inhibin diperkirakan bekerja secara langsung pada hipofise anterior untuk menghambat sekresi FSH. Inhibisi umpan balik terhadap FSH oleh produk sel sertoli ini sesuai, karena FSH merangsang spermatogenesis dengan bekerja pada sel sertoli. 21

22 REPRODUKSI WANITA Siklus ovarium diatur oleh interaksi kompleks berbagai hormon dari hipothalamus, hipofisis anterior, dan ovarium. Ovarium memiliki dua unit endokrin terkait ; folikel penghasil estrogen selama paruh pertama siklus, dan korpus luteum, yang mengeluarkan progesteron dan estrogen selama paruh terakhir siklus. Unit-unit ini secara sekuensial dipicu oleh hubungan hormonal siklis yang rumit antara hipothalamus, hipofise anterior, dan kedua unit endokrin ovarium. Seperti pada pria, fungsi gonad pada wanita secara langsung dikontrol oleh hormonhormon gonadotrofik hipofise anterior, FSH, dan LH. Kedua hormon ini, pada gilirannya diatur oleh GnRH hipothalamus yang sekresinya pulsatif serta efek umpan balik hormonhormon gonad. Namun, berbeda dengan pria, kontrol gonad wanita diperumit oleh fungsi ovarium yang sifatnya siklis. Sebagai contoh, efek FSH dan LH pada ovarium bergantung pada stadium siklus ovarium. Juga berbeda dengan pria, FSH tidak semata-mata bertanggung jawab untuk gametogenesis dan LH juga tidak hanya bertanggung jawab atas sekresi hormon gonad 6. E. Kelainan pada fungsi Genitalia KELAINAN FUNGSI TESTIS 1. Hipogonadism. Hipofungsi testis. Dapat disebabkan oleh gangguan kelainan pada hipothalamus, hipofisis, testis, pada kromosom dan crytorchism. Gambaran klinik hipogonadism pada pria bergantung pada ; saat terjadinya hipofungsi, hipofungsi endokrin atau reproduksi sajaatau kedua-duanya. Bila terjadi pada dewasa, sifat seks sekunder mengalami kemunduran secara perlahan-lahan. Bila 22

23 terjadi pada anak-anak (EUNUCHOIDISM), pada usia kurang dari 20 tahun memperlihatkan ciri-ciri ; tinggi dan bentuk tubuh seperti pada wanita dewasa. Cryptochism ; testis tidak turun ke skrotum, tetap tinggal di ruang abdomen. terjadi hambatan spermatogenesis. 2. Hiperfungsi Tidak ditemukan pada orang dewasa. Pada anak sebelum usia pubertas menimbulkan gejala pubertas prekoks. Ada dua macam pubertas prekoks : Pubertas prekoks sejati Berkembangnya sifat kelamin sekunder sebelum usia pubertas disertai gametogenesis. Disebabklan oleh berbagai kelainan hipothalamus. Pubertas prekoks tidak sejati Berkembangnya sifat kelamin sekunder sebelum pubertas tanpa disertai gametogenesis. Disebabkan oleh neoplasma kelenjar gonad atau korteks adrenal yang menghasilkan hormon seks. 3. Hipergonadism Tumor sel leydig pada anak. Ciri seks berkembang berlebihan. Tulang dan otot berkembang sangat cepat dan epifisis cepat menutup. Tumor epith germinal lebih sering terjadi dan sering dalam bentuk teratoma, produksi gonadotropin berlebihan dan produksi estrogen meningkat yang disebut Gynecomastia. KELAINAN FUNGSI OVARIUM 1. Kelainan Haid - Siklus tanpa telur (anovulatory cycles). Siklus haid cukup teratur, tapi tanpa ovulasi, biasa terjadi selama 1-2 tahun setelah menarche dan menjelang menopause. 23

24 - Amenorhea (tidak ada haid) ; 1) amenorhea primer: belum pernah mendapat haid meski sudah masanya. Disertai tanda-tanda kurang berkembangnya sifat kelamin sekunder yang lain. 2) amenorhea sekunder: haid terhenti (tidak mendapat haid lagi) setelah pernah mendapat haid-haid normal sebelumnya. - Oligomenerhea : haid dengan pendarahan yang sedikit dalam siklus haid normal. - Menorrhagia : haid dengan pendarahan yang banyak. - Metrorhagia : pendarahan vagina di antara saat-saat haid yang biasa. - Menometrorhagia : gabungan dari menorrhagia dan metrorrhagia - Dismenorhea : haid yang menimbulkan rasa nyeri. 2. Sindroma ovarium polikistik - Penebalan kapsula ovarium disertai pembentukan kista-kista folikel. - Tidak ada ovulasi - Mungkin karena peningkatan androgen - Ditemukan maskulinisasi ringan sedang - 17 ketosteroid kemih meningkat 3. Tumor-tumor ovarium Biasanya jarang tejadi.menghasilkan androgen pada usia muda menimbulkan maskulinisasi. Estrogen pada usia muda menyebabkan perkembangan seksual prekoksia 6. 24

25 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pubertas mengacu pada periode kebangkitan dan pematangan sistem reproduksi yang sebelumnya nonfungsional, yang memuncak pada pencapaian kematangan seksual dan kemampuan reproduksi. Pada pria, testosteron disekresikan sebelum kelahiran untuk memaskulinisasikan sistem reproduksi yang sedang berkembang, kemudian sekresinya berhenti sampai pubertas. Pada pubertas sekresi testosteron kembali dimulai dan berlanjut seumur hidup. Testosteron bertanggung jawab untuk mematangkan dan memelihara keseluruhan saluran reproduksi pria dan membentuk karakteristik sekunder. Pada anak sebelum usia pubertas menimbulkan gejala pubertas prekoks. Disebabklan oleh berbagai kelainan hipothalamus atau disebabkan oleh neoplasma kelenjar gonad atau korteks adrenal yang menghasilkan hormon seks. 25

26 DAFTAR PUSTAKA 1. Inggriani Y : Tractus urogenitalis.edisi 2. Jakarta :Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida wacana, Junqueria LC, Carneiro J : Histologi dasar:teks & atlas, 10 ed. Jakarta :EGC, Gunawijaya F, Kartawiguna E : Penuntun pratikum, kumpulan foto mikroskopik histologi. Jakarta : universitas Trisakti, Sherwood L : Fisiologi manusia:dari sel ke system, ed 2. Jakarta:EGC, Ganong WF: Fisiologi kedokteran, ed 20. Jakarta:EGC,2002: Guyton, arthur C : Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, ed 8.alih bahasa, Petrus Adrianto. Jakarta:EGC,

Sistem Reproduksi Pria meliputi: A. Organ-organ Reproduksi Pria B. Spermatogenesis, dan C. Hormon pada pria Organ Reproduksi Dalam Testis Saluran Pengeluaran Epididimis Vas Deferens Saluran Ejakulasi Urethra

Lebih terperinci

Function of the reproductive system is to produce off-springs.

Function of the reproductive system is to produce off-springs. Function of the reproductive system is to produce off-springs. The Gonad produce gamets (sperms or ova) and sex hormones. All other reproductive organs are accessory organs Anatomi Sistem Reproduksi Pria

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Organ Genitalia Masculina. Hillary M.R Kokali / B2

Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Organ Genitalia Masculina. Hillary M.R Kokali / B2 Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Organ Genitalia Masculina Hillary M.R Kokali 102015128 / B2 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta barat 11510 E-mail:

Lebih terperinci

Histologi Sistem Urinarius

Histologi Sistem Urinarius Histologi Sistem Urinarius Ginjal Cortex renalis Tampak berwarna merah gelap bergranul Menutupi semua medulla Membentuk columna renalis Bertini Medulla renalis Tebalnya 2 kali korteks Piramid renalis lebih

Lebih terperinci

Tubulus Rektus Rete Testis Vas Eferens

Tubulus Rektus Rete Testis Vas Eferens HISTOLOGI REPRODUKSI PRIA A. TESTIS Testis merupakan kelenjar tubuler kompleks yang mempunyai 2 fungsi yaitu hormonal dan reproduksi. Testis dikelilingi oleh kapsul jaringan ikat yang disebut tunika albuginea.

Lebih terperinci

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

ALAT GENITALIA. Departemen Anatomi FK USU

ALAT GENITALIA. Departemen Anatomi FK USU ALAT GENITALIA Departemen Anatomi FK USU Embriologi Kelenjar kelamin tidak memperlihatkan ciri-ciri ii ii bentuk maupun hingga minggu ke-7 kehamilan Pada manusia sel-sel benih primodial nampak pada tahap

Lebih terperinci

Alat Reproduksi Ternak

Alat Reproduksi Ternak Alat Reproduksi Ternak A. Alat Reproduksi Jantan 2 buah testis 1 pasang sel kelamin Rete testis Vas efferent Epididimis Vas defferens Uretra Kelenjar reproduksi Vesikula seminalis Prostata Bulbouretralis

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

HORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi

HORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi FUNGSI REPRODUKSI PRIA DAN HORMONAL PRIA dr. Yandri Naldi Fisiologi Kedokteran Unswagati cirebon Sistem reproduksi pria Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 1. Pasangan antara bagian alat reproduksi laki-laki dan fungsinya berikut ini benar, kecuali... Skrotumberfungsi sebagai pembungkus

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria.

Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria. Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria. Organ Reproduksi Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam

Lebih terperinci

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS Titta Novianti OOGENESIS Pembelahan meiosis yang terjadi pada sel telur Oogenesis terjadi dalam dua tahapan pembelahan : yaitu mitosis meiosis I dan meiosis II Mitosis : diferensaiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

BAB IV SISTEMA REPRODUKSI A. PENDAHULUAN

BAB IV SISTEMA REPRODUKSI A. PENDAHULUAN BAB IV SISTEMA REPRODUKSI A. PENDAHULUAN Pokok bahasan sistema reproduksi yang dibahas kali ini meliputi sistema reproduksi hewan jantan dan betina, juga beberapa hormon yang mempengaruhi sistem tersebut.

Lebih terperinci

FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI. Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO

FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI. Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO 1 ISI I. Fungsi Komponen Sistem Reproduksi Pria II. Spermatogenesis III. Aktivitas Seksual Pria IV. Pengaturan Fungsi Seksual

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI Oleh: Connie AstyPakpahan Ines GustiPebri MardhiahAbdian Ahmad Ihsan WantiDessi Dana Yunda Zahra AinunNaim AlfitraAbdiGuna Kabetty T Hutasoit Siti Prawitasari Br. Maikel Tio

Lebih terperinci

SISTIM REPRODUKSI WANITA

SISTIM REPRODUKSI WANITA HISTOLOGI SISTIM REPRODUKSI WANITA ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 1 GENITAL WANITA ORGANA GENITALIA INTERNA OVARIUM TRACTUS GENITALIS TUBA UTERINA FALLOPII UTERUS VAGINA ORGANA GENITALIA

Lebih terperinci

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu : Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7)

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7) SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7) TIU : 1 Memahami bentuk anatomis dan histologis alat reproduksi betina. TIK : 1 Memahami secara anatomis dan histologis ovarium sebagai kelkenjar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran TSTS Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model belajar mengajar

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008 No. Identitas : Tgl. Interview : Jenis Kelamin : Keterangan

Lebih terperinci

JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13

JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13 JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13 SISTEM REPRODUKSI MANUSIA SUMIATI (E1A012053) Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mataram Jln. Majapahit NO. 62 Mataram, Telp/Fax: (0370)631166

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan betina Rangsangan luar Cahaya, stress,

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Struktur dan fungsi umum jaringan epitel 2. Klasifikasi jaringan epitel (epitel penutup dan epitel

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA

SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA Niken Andalasari Sistem Reproduksi Reproduksiberasaldarikatare yang berartikembalidanproduction yang berarti membuat atau menghasilkan Reproduksi mempunyai arti suatu proses

Lebih terperinci

BAB XIV. Kelenjar Hipofisis

BAB XIV. Kelenjar Hipofisis BAB XIV Kelenjar Hipofisis A. Struktur Kelenjar Hipofisis Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitary adalah suatu struktur kecil sebesar kacang ercis yang terletak di dasar otak. Kelenjar ini berada dalam

Lebih terperinci

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan

Lebih terperinci

Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan

Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan vertebrata ada 4,yaitu: 1. Jaringan epitel 2. Jaringan ikat

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

... Tugas Milik kelompok 8...

... Tugas Milik kelompok 8... ... Tugas Milik kelompok 8... 6. Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus estrus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka lapisan

Lebih terperinci

M.Biomed. Kelompok keilmuan DKKD

M.Biomed. Kelompok keilmuan DKKD SISTEM PERKEMIHAN By: Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed Kelompok keilmuan DKKD TUJUAN PEMBELAJARAN Mhs memahami struktur makroskopik sistem perkemihan (Ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra) dan struktur

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi.

Lebih terperinci

TERDIRI DARI REN VESICA URINARIA URETHRA

TERDIRI DARI REN VESICA URINARIA URETHRA TERDIRI DARI REN URETER VESICA URINARIA URETHRA REN / GINJAL Letak : posterior cavum abdomen lateral columna vertebralis retroperitoneal setinggi ka : V Th XII V L III (hepar) ki : V Th XI V L II sumbunya

Lebih terperinci

PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes.

PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes. HAND OUT PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes. Spermatogenesis Sperma diproduksi di spermatogonia (sel epidermis tubulus seminiferus testis. Hormon yang

Lebih terperinci

HORMON REPRODUKSI JANTAN

HORMON REPRODUKSI JANTAN HORMON REPRODUKSI JANTAN TIU : 1 Memahami hormon reproduksi ternak jantan TIK : 1 Mengenal beberapa hormon yang terlibat langsung dalam proses reproduksi, mekanisme umpan baliknya dan efek kerjanya dalam

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Sistem reproduksi manusia untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SISTEM ALAT REPRODUKSI HEWAN BETINA. Oleh: Kustono Diah Tri Widayati

SISTEM ALAT REPRODUKSI HEWAN BETINA. Oleh: Kustono Diah Tri Widayati SISTEM ALAT REPRODUKSI HEWAN BETINA Oleh: Kustono Diah Tri Widayati Alat reproduksi betina terletak pada cavum pelvis (rongga pinggul). Cavum pelvis dibentuk oleh tulangtulang sacrum, vertebra coccygea

Lebih terperinci

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed Sel akan membelah diri Tujuan pembelahan sel : organisme multiseluler : untuk tumbuh, berkembang dan memperbaiki sel-sel yang rusak organisme uniseluler (misal : bakteri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi

- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi - - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl2reproduksi Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

Yusuf Hakan Çavusoglu. Acute scrotum : Etiology and Management. Ind J Pediatrics 2005;72(3):201-4

Yusuf Hakan Çavusoglu. Acute scrotum : Etiology and Management. Ind J Pediatrics 2005;72(3):201-4 Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan sistemik.1 Gejala nyeri ini dapat semakin menghebat

Lebih terperinci

11/28/2011 SISTEM URINARIA. By. Paryono

11/28/2011 SISTEM URINARIA. By. Paryono SISTEM URINARIA By. Paryono 1 KOMPONEN SISTEM URINARIA GINJAL Bentuk seperti kacang Terletak retroperitoneal cavum abdomen (antara dinding dorsal badan dan peritoneum parietal) pada daerah lumbal superior.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA

UNIVERSITAS GUNADARMA PENGARUH HORMON SEKSUAL TERHADAP WANITA Oleh : Rini Indryawati. SPsi UNIVERSITAS GUNADARMA November 2007 ABSTRAK Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung diedarkan oleh darah.

Lebih terperinci

teka mulai terbentuk mengitari lapis sel-sel granulosa pada tahap akhir folikel sekunder (Dellmann dan Brown 1992).

teka mulai terbentuk mengitari lapis sel-sel granulosa pada tahap akhir folikel sekunder (Dellmann dan Brown 1992). PEMBAHASAN Organ reproduksi betina terdiri atas organ reproduksi primer yaitu ovarium dan organ reproduksi sekunder yaitu tuba uterina, uterus (kornua, korpus, dan serviks), dan vagina. Ovarium memiliki

Lebih terperinci

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Modul ke: Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Hormon Hormon berasal dari kata hormaein yang berarti

Lebih terperinci

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 MAKALAH TENTANG THERMOREGULASI (PENGATURAN SUHU) PADA TESTIS Oleh Sohibul Himam (0710510087) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 1 Pendahuluan Testis merupakan organ kelamin primer bagi

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pubertas 2.1.1. Definisi Pubertas Pubertas adalah masa dimana ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi. Antara usia 10 sampai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang anak. Perubahan fisik yang mencolok terjadi selama proses ini, kemudian diikuti oleh perkembangan ciri-ciri seksual

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

Aulia Puspita Anugra Yekti,Spt,MP,MS

Aulia Puspita Anugra Yekti,Spt,MP,MS PETUNJUK PRAKTIKUM ILMU REPRODUKSI TERNAK Disusun oleh : Prof. Dr.Ir. Trinil Susilawati,MS Prof. Dr.Ir. Suyadi,MS Prof. Dr. Ir. Worobusono,MS Prof. Dr. Nur. Ihsan,MS Dr.Ir. Sri Wahyuningsih,M.Si Dr.Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

Bab SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

Bab SISTEM REPRODUKSI MANUSIA Bab 2 SISTEM REPRODUKSI MANUSIA (Sumber: irdakaiser.files.wordpress.com) Masih ingatkah kamu ciri-ciri makhluk hidup? Coba kamu ingat kembali ciri-ciri makhluk hidup. Salah satu ciri-ciri makhluk hidup

Lebih terperinci

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i HISTOLOGI URINARIA dr. Kartika Ratna Pertiwi 132319831 SISTEM URINARIA Sistem urinaria terdiri atas - Sepasang ginjal, - Sepasang ureter - Kandung kemih - Uretra Terdapat pula - Sepasang arteri renalis

Lebih terperinci

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT MEMBERIKAN TEKANAN THDP SDA & LH PERTUMBUHAN PENDUDUK YG SEMAKIN CEPAT KBUTUHAN AKAN PROTEIN HWNI MENINGKAT PENDAHULUAN - LAHAN SEMAKIN SEMPIT - PENCEMARAN PERAIRAN SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT UTK

Lebih terperinci

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan

Lebih terperinci

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc. Sasaran Pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan sistem reproduksi dan laktasi Materi Kontrol gonad dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi Simmental dengan nama SIMPO. Sapi SIMPO merupakan hasil

Lebih terperinci

2. Sumsum Ginjal (Medula)

2. Sumsum Ginjal (Medula) 1. GINJAL Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sistem reproduksi pria yang pada penelitian ini menggunakan mencit terdiri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sistem reproduksi pria yang pada penelitian ini menggunakan mencit terdiri 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Testis 2.1.1 Anatomi Testis Sistem reproduksi pria yang pada penelitian ini menggunakan mencit terdiri atas testis, sluran kelamin, kelenjar tambahan dan penis. Testis dikelilingi

Lebih terperinci

Bab IV Memahami Tubuh Kita

Bab IV Memahami Tubuh Kita Bab IV Memahami Tubuh Kita Pubertas Usia reproduktif Menopause Setiap perempuan pasti berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan dari dewasa menjadi dewasa yang lebih tua Sistem Reproduksi Perempuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** A. Pengantar Sistem reproduksi pada manusia dapat dibedakan menjadi sistem reproduksi laki-laki dan wanita sesuai jenis kelaminnya. 1. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

MODUL BIOLOGI KELAS XI-IPA

MODUL BIOLOGI KELAS XI-IPA YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung 4214714 MODUL BIOLOGI KELAS XI-IPA Disusun oleh : Lucia Sri Istanti, S.Si BAB X. SISTEM REPRODUKSI Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur

Lebih terperinci

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Kemampuan suatu sel atau jaringan untuk berkomunikasi satu sama lainnya dimungkinkan oleh adanya 2 (dua) sistem yang berfungsi untuk mengkoordinasi semua aktifitas sel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prior Knowledge (Pengetahuan Awal) Perencanaan pembelajaran tidak lepas dari variabel-variabel pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli, Glaser

Lebih terperinci

ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS. drh. Herlina Pratiwi, M.Si

ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS. drh. Herlina Pratiwi, M.Si ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS drh. Herlina Pratiwi, M.Si FEMALE GENITAL ORGANS Terdiri dari: 1. Sepasang ovarium 2. Tuba fallopii (tuba uterina) 3. Uterus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis dalam penelitian ini dilakukan pada setiap unit analisis berupa kalimat (teks), gambar, dan tabel yang terdapat pada buku teks pelajaran

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada laki-laki. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan atau makanan lain,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P.

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P. SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P. TIU : 1 Memahami bentuk anatomis dan histologis alat reproduksi betina. TIK : 1 Memahami secara anatomis dan histologis ovarium sebagai kelkenjar

Lebih terperinci

GENITALIA EKSTERNA GENITALIA INTERNA

GENITALIA EKSTERNA GENITALIA INTERNA GENITALIA EKSTERNA..... GENITALIA INTERNA..... Proses Konsepsi Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi korona radiata mengandung persediaan nutrisi Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran),

SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran), SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran), demikian halnya pada burung atau unggas. Sistem tersebut

Lebih terperinci

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen, SISTEM ENDOKRIN Hormon adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh sebuah sel atau sekelompok sel dan disekresikan ke dalam pembuluh darah serta dapat mempengaruhi pengaturan fisiologi sel-sel tubuh lain.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Pubertas

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Pubertas 4 TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Pubertas Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut Biro Pusat Statistik (2006), remaja merupakan kelompok usia dengan

Lebih terperinci

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS Hipotalamus merupakan bagian kecil otak yang menerima input baik langsung maupun tidak dari semua bagian otak. Hipofisis adalah kelenjar endokrin kecil yang terletak

Lebih terperinci

EMBRIOLOGI SISTEM URINARIUS. dr. Al-Muqsith, M.Si

EMBRIOLOGI SISTEM URINARIUS. dr. Al-Muqsith, M.Si EMBRIOLOGI SISTEM URINARIUS dr. Al-Muqsith, M.Si Sistem Urinarius Asal : mesodermal ridge (mesodermal intermediet), di sepanjang dinding posterior abdomen ( = sistem genitalis ) Awalnya kedua sistem tsb

Lebih terperinci

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3. Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian

Lebih terperinci

Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh

Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh kelenjar endokrin dan disekresikan ke dalam aliran darah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. : Carnivora. : Paradoxurus : Paradoxurus hermaphroditus : Musang Luak (Asian Palm Civet)

TINJAUAN PUSTAKA. : Carnivora. : Paradoxurus : Paradoxurus hermaphroditus : Musang Luak (Asian Palm Civet) TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Klasifikasi Klasifikasi musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) menurut Schreiber et al. (1989), adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Hewan yang digunakan adalah anjing lokal berjumlah 2 ekor berjenis kelamin betina dengan umur 6 bulan. Pemilihan anjing betina bukan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Blustru/Mentimun Aceh (Luffa aegyptica Roxb.)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Blustru/Mentimun Aceh (Luffa aegyptica Roxb.) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Blustru/Mentimun Aceh (Luffa aegyptica Roxb.) Luffa aegyptica merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Cucurbitaceae (Gambar 1). Hemburg (1994) menyatakan bahwa biji

Lebih terperinci

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf Jaringan Tubuh 1. Jaringan Epitel 2. Jaringan Otot 3. Jaringan ikat/penghubung 4. Jaringan Saraf Jaringan Epitel Tersusun atas lapisan-lapisan sel yang menutup permukaan saluran pencernaan, saluran pada

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Rokok

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Rokok BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Rokok Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003, rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik Kucing domestik (Felis catus, Linneaus 1758) (Gambar 1) menempati sebagian besar penjuru dunia. Bukti arkeologi menunjukkan domestikasi kucing terjadi di

Lebih terperinci