LANDASAN FILOSOFI DAN TEORITIS STANDAR ISI BAHASA INGGRIS DALAM KTSP DAN TANTANGAN KURIKULUM LPTK BAHASA INGGRIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LANDASAN FILOSOFI DAN TEORITIS STANDAR ISI BAHASA INGGRIS DALAM KTSP DAN TANTANGAN KURIKULUM LPTK BAHASA INGGRIS"

Transkripsi

1 Please Quote as: Sujana, I Made, Nuryanti, Tri, & Narasintawati, Luh Sri (2010). Landasan Filosofi dan Teoritis Standar Isi Bahasa Inggris dalam KTSP dan Tantangan Kurikulum LPTK Bahasa Inggris, Jurnal Linguistik, Sastra, dan Budaya (Lisdaya), JPBS FKIP UNRAM, Vol. 6 No. 1, 2010 LANDASAN FILOSOFI DAN TEORITIS STANDAR ISI BAHASA INGGRIS DALAM KTSP DAN TANTANGAN KURIKULUM LPTK BAHASA INGGRIS Oleh: I Made Sujana, Hj. Tri Nuryanti & Luh Sri Narasintawati PBS FKIP Universitas Mataram, SMP Negeri 2 Mataram, SMP Negeri 14 Mataram Abstract. Indonesia has launched the 7 th curriculum --- called KTSP 2006 (2006 s School-Based Curriculum) whose aim is to give autonomy to school to manage its own education. However, if it is traced at the subject level, especially at English subject, there is no significant difference between 2006 s KTSP and 2004 s CBC. The major change happening is on the transition from 1994 s curriculum to 2004 s CBC in terms of theoretical and philosophical foundations being applied. This paper will analyze the phylosophical and theoretical foundations in teaching English in Indonesia and their impacts on the English curriculum of English Education Department. Key words: 2006 s School Based Curriculum, theoretical and philosophical foundation, English subject Abstrak. Indonesia meluncurkan kurikulum ketujuh dengan nama KTSP 2006 yang bertujuan untuk memberikan otonomi pada sekolah dalam pengelolaan pendidikan. Tetapi kalau ditelusuri secara esensi pada bidang studi, kurikulum ini kurang lebih sama dengan KBK Dalam bidang studi Bahasa Inggris, tidak ada perubahan yang mendasar anatara KBK 2004 dengan KTSP Justru yang terjadi perubahan besar adalah dari Kurikulum 1994 (supplemen 1999) ke KBK 2004 dalam hal landasan filosofi dan teoritis yang melatarbelakanginya. Tulisan ini mencoba memaparkan kedua landasan tersebut dalam KBK 2004/KTSP 2006 pada mata pelajaran Bahasa Inggris serta memaparkan dampak perubahan tersebut terhadap kurikulum LPTK Bahasa Inggris. Kata-kata kunci: KTSP 2006, landasan filosofi, landasan teoritis, bahasa Inggris A. PENDAHULUAN Menjawab tantangan tentang mutu pendidikan di Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) melalui Direktorat Pendidikan Dasar dan Direktorat I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 1

2 Pendidikan Menengah merespon secara gencar dengan melakukan perubahanperubahan. Beberapa tahun terakhir ini Depdiknas disibukkan dengan mencari format yang tepat untuk kurikulum pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) dan pendidikan menengah (SMU). Mulai tahun 2002 digulirkan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang kemudian menjadi draft Kurikulum Walaupun belum disahkan oleh yang berwenang, KBK 2004 sudah banyak diterapkan di sekolah-sekolah sebagai uji coba. Tentu saja sebelumnya telah didahului dengan pelatihan-pelatihan untuk guru dan jajaran terkait yang barangkali telah menghabiskan dana yang tidak sedikit. Belum tuntas secara menyeluruh pemahaman guru tentang KBK 2004, pemerintah kembali melakukan revisi dengan memunculkan nama Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) Dari perjalanan kurikulum di Indonesia KTSP 2006 merupakan kurikulum yang ketujuh yang diterapkan. Sebelumnya Pemerintah Indonesia pernah menerapkan Kurikulum 1954, 1964 (supplemen 1968), 1975, 1984, 1994 (supplemen 1999) dan KBK 2004 (lihat Mirizon, 2004; Priyono, 2004). Ini berarti kecuali antara KBK 2004 dan KTSP 2006 Indonesia melakukan perubahan kurikulum 10 tahun sekali. Tentu saja perubahan tersebut memiliki landasan yang kuat dan setelah melakukan studi kelayakan dan dengan mempertimbangkan hasil kurikulum sebelumnya, bukan disebabkan oleh pergantian Menteri Pendidikan seperti yang sering disindirkan masyarakat biasa. Perubahan Kurikulum 1994 ke KBK 2004 dilandasi beberapa alasan, antara lain: (a) siswa memiliki potensi yang berbeda dan potensi ini akan berkembang kalau stimulus yang diberikan sesuai; (b) kualitas pendidikan kita masih rendah dan mengabaikan beberapa aspek seperti moral, karakter, kecakapan hidup, dll.; (c) kompetisi global mensyaratkan kompetensi yang memiliki kompetensi akan bisa bertahan, yang tidak akan gagal; (d) kompetisi terjadi pada SDM yang merupakan produk dari pendidikan; dan (e) kompetisi terjadi pada institusi pendidikan (Depdiknas dalam Mirizon, 2004). Untuk mata pelajaran bahasa Inggris perubahan dari KBK 2004 ke KTSP 2006 mungkin tidak banyak mengalami perubahan kecuali perampingan dalam jenis-jenis teks. Landasan filosofi dan landasan teoritis yang digunakan pada kedua I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 2

3 kurikulum ini sama, yang berbeda adalah KTSP 2006 memberikan otonomi pada sekolah (dalam hal ini guru Bahasa Inggris) untuk mengembangkan sendiri silabus dan perangkat pembelajaran lainnya berdasarkan visi dan misi sekolah dan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikeluarkan oleh Depdiknas. Perubahan mendasar yang terjadi justru pada perubahan dari Kurikulum 1994 supplemen 1999 ke KBK 2004 karena adanya perubahan landasan filosofi dan landasan teoritis yang digunakan dalam KBK yang menuntut para guru dan calon guru serta para praktisi dalam bidang pendidikan untuk memperbaharui konsep-konsep pengajaran yang telah mereka kuasai dan gunakan selama ini. Perubahan landasan ini tentu membawa dampak besar pola pembelajaran. Untuk merubah pola ini perlu pembekalan pada guru-guru tentang konsep baru ini. Ini merupakan tantangan tersendiri dalam pendidikan kita --- guru sudah mapan dengan pola lama, tiba-tiba harus diperkenalkan dengan pola baru. Dengan penerapan KTSP, terjadi transisi besar pada diri guru yang kebanyakan menempatkan diri sebagai user (karena kurikulum dan silabus dibuat oleh pemerintah/depdiknas) ke peran sebagai designer (dimana guru hanya diberikan Standar Isi yang selanjutnya menjadi tugas guru untuk mengembangkan sendiri silabusnya) sebagaimana dituntut oleh KTSP. Perubahan mindset inilah yang menjadi kendala dalam sistem pendidikan Indonesia. Sebagai penghasil tenaga pendidik, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) juga dituntut untuk melakukan pembaharuan dengan merekonstruksi kurikulum untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi. Berdasarkan pengamatan dan analisa penulis terhadap kurikulum LPTK (terutama di Pulau Lombok), saat ini masih terjadi kesenjangan yang sangat besar antara kurikulum LPTK dengan lapangan (kebutuhan sekolah). Salah satu indikasinya terlihat dari kebingungan mahasiswa PPL di sekolah dengan istilah-istilah yang baru mereka dengar dan keluhan guru pamong yang membimbing mereka. Hal ini harus diakui memang belum ada mata kuliah atau materi yang memperkenalkan mereka pada istilah-istilah yang dipakai dalam KBK 2004 maupun KTSP Ini tentu saja menjadi PR bagi LPTK untuk segera merekonstruksi kurikulum dan/atau mata kuliah sehingga mampu beradaptasi dengan kebutuhan lapangan. I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 3

4 Sebagai bahan masukan untuk LPTK yang menyelenggarakan Pendidikan Bahasa Inggris, tulisan ini akan mencoba mendeskripsikan landasan filosofi dan teoritis dalam penyusunan KBK 2004 dan KTSP 2006 mata pelajaran Bahasa Inggris serta dampaknya terhadap guru, calon guru dan LPTK pengelola PS Pendidikan Bahasa Inggris. B. DISKUSI Permasalahan utama yang dihadapi dalam mata pelajaran Bahasa Inggris dengan penerapan KBK/KTSP adalah penyamaan persepsi tentang konsep kurikulum baru ini sehingga bisa mengimplementasikannya sesuai yang diamanatkan dalam kurikulum. Yang terjadi di lapangan saat ini adalah adanya persepsi yang beragam tentang konsep KBK/KTSP mata pelajaran Bahasa Inggris yang disebabkan oleh banyak faktor penghambat. Dengan demikian diperlukan usaha terus menerus dari semua pihak yang terlibat dalam pengajaran Bahasa Inggris untuk memberikan klarifikasi terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya penyimpangan penguasaan konsep serta terus melakukan pembenahan-pembenahan untuk mendukung penerapan kurikulum baru ini. Untuk tujuan tersebut, bagian ini akan memaparkan kembali tentang beberapa konsep yang berkaitan dengan KBK/KTSP mata pelajaran Bahasa Inggris antara lain landasan filosofi dan landasan teoritis dari KBK. 2.1 Landasan Filosofi KBK/KTSP Bahasa Inggris Penyusunan Standar Isi dalam mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah menengah di Indonesia berangkat dari pandangan bahasa sebagai alat komunikasi atau sebagai sistem semiotik sosial yang dikembangkan oleh Haliday (1985). Pandangan ini lebih dikenal dengan nama Systemic Functional Linguistics (SFL). Menurut pandangan SFL, bahasa pada tingkat internal terdiri atas 3 strata yaitu semantik (makna), tatabahasa (bentuk) dan fonologi/grafologi (ekspresi). Sedangkan pada tingkat ekternal (ekstralinguistik), bahasa sebagai semiotik sosial berhubungan erat dengan konteks situasi, konteks budaya dan konteks ideologi (Haliday, 1985, 1995). I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 4

5 Penggunaan bahasa (pembangunan suatu teks tulis/lisan), berdasarkan pandangan ini, sangat ditentukan oleh konteks budaya dan konteks situasi. Hubungan antara teks dan konteks dapat digambarkan sebagai berikut: CULTURE Derewianka, 1995 The subject matter (Field) GENRE (PURPOSE) SITUATION Who is involved? (Tenor) REGISTER The channel (Mode) TEXT Gambar 1: Konteks Budaya dan Konteks Situasi (Deriwianka dalam Morizon, 2004) Diagram di atas menggambarkan tentang peran konteks dalam penciptaan dan penafsiran suatu teks. Dalam konteks apapun, dalam menggunakan bahasa seseorang melakukan tiga fungsi (three meta functions), yaitu: (a) Fungsi gagasan (ideational function) fungsi bahasa untuk mengemukakan atau mengkonstruksi gagasan atau informasi; (b) Fungsi interpersonal (interpersonal function) --- fungsi bahasa untuk berinteraksi dengan sesama manusia yang mengungkapkan tingkat tutur (speech act) yang dilakukan, sikap, perasaan, dan sebagainya; dan (c) Fungsi tekstual (textual function) --- fungsi yang mengatur bagaimana teks atau bahasa yang diciptakan ditata sehingga tercapai kohesi dan koherensi untuk memudahkan orang membaca/mendengarnya. Dengan demikian, pengembangan program pengajaran bahasa Inggris siswa harus diarahkan pada kemampuan untuk mengungkapkan nuansanuansa makna ideasional, makna interpersonal dan makna tekstual. Sebagaimana terlihat dalam diagram di atas, penggunaan bahasa dalam model ini dipengaruhi oleh dua jenis konteks --- konteks budaya dan konteks situasi. Konteks budaya melahirkan berbagai jenis teks (genre) seperti narrative, descriptive, recount, report, anecdote, dll yang dikenal dan diterima I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 5

6 oleh masyarakat pengguna bahasa tersebut karena memiliki susunan teks (generic structure) dan bahasa (grammatical features) jelas dan baku yang digunakan dapat menunjang tujuan komunikatif. Dengan lain kata, dalam penyampaian tujuan komunikasi, masing-masing jenis teks ini dikemas dalam generic/schematic structure dan grammatical features tertentu. Generic Structure (GS) dan Grammatical Features (GF) teks Procedure berbeda dengan GS dan GF teks Deskriptive. Konteks situasi melahirkan language register (variasi bahasa), yaitu pemilihan bahasa yang dianggap sesuai dalam konteks tertentu. Pemilihan variasi bahasa ini ditentukan oleh tiga faktor, yaitu field, tenor dan mode. Field berkaitan dengan topik yang dibicarakan, Tenor berkaitan dengan siapa yang terlibat dalam pembicaraan (participants) dan Mode berkaitan dengan jalur komunikasi yang digunakan apakah lisan atau tertulis termasuk medium komunikasi apakah face-to-face atau melalui telefon. Dalam pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing, kedua konteks ini penting diajarkan dalam rangka pencapaian penguasaan Bahasa Inggris yang sesuai dengan standar bagaimana penutur asli mengungkapkan ide dalam konteks yang dihadapinya. 2.2 Landasan Teoritis KBK/KTSP Bahasa Inggris Selain landasan filosofi yang disebutkan di atas, KBK/KTSP juga berdasarkan landasan teori yang terdiri dari model kompetensi komunikatif (Celce-Murcia, dkk., 1995) dan teori literasi dan penerapannya dalam pengajaran bahasa (Kern, 2000 dalam Depdiknas, 2004; Morizon, 2004) Model Kompetensi Komunikatif Model kompetensi yang digunakan dalam KBK 2004/KTSP 2006 adalah model yang dimotivasi oleh pertimbangan pedagogi bahasa yang dikembangkan oleh Canale dan Swain (Depdiknas, 2004). Salah satu model yang terkini yang ada dalam pengajaran bahasa adalah model yang dikemukakan oleh Celce-Murcia, Dorneyi dan Thurell (1995) yang sepaham dengan pandangan teoritis bahwa bahasa adalah komunikasi I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 6

7 bukan seperangkat aturan. Ini artinya pengejaran bahasa diarahkan pada penyiapan siswa untuk mampu menggunakan bahasa dalam konteks sehari-hari. Model ini lebih dikenal dengan nama Communicative Competence atau Kompetensi Komunikatif yang dijabarkan pada diagram berikut: Communicative Competence Sociocultural Competence Discourse Competence Linguistic Competence Actional Competence Strategic Competence Celce-Murcia et al, 1995 Gambar 2: Komunikatif Kompeten (Celce-Murcia, dkk., 1995) Gambar di atas terlihat bahwa yang menjadi target dalam pengajaran bahasa dalam model KK ini adalah Discourse Competence (Kompetensi Wacana/ KW). Ini berarti ketika seseorang terlibat dalam komunikasi lisan maupun tulis maupun tulis dia terlibat dalam suatu wacana. Wacana dalam konteks ini didefinisikan sebagai sebuah peristiwa komunikasi yang dipengaruhi oleh topik yang dikomunikasikan (field), hubungan interpersonal pihak yang terlibat dalam komunikasi (tenor) dan jalur yang digunakan dalam satu konteks budaya (mode) (Depdiknas, 2004: 6). Makna apapun yang didengar atau ingin diciptakan selalu mengacu pada konteks budaya dan konteks situasi yang sesuai. Kompetensi Wacana ini akan dikuasai kalau siswa memiliki kompetensi pendukung seperti Linguistic Competence (Kompetensi Linguistik), Actional Competence (Kompetensi Tindak Tutur/Retorika), Sociocultural Competence (Kompetensi Sosiokultural) dan Strategic I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 7

8 Competence (Kompetensi Strategis). Untuk mengaktifkan Kompetensi Wacana, siswa harus terlibat secara aktif dalam Speaking, Reading, dan Writing. Keterlibatan ini akan memungkinkan siswa menggunakan seperangkat strategi dan prosedur untuk merealisasikan nilai-nilai yang terdapat dalam unsur-unsur bahasa, tata bahasa, isyarat-isyarat pragmatiknya dalam menafsirkan dan mengungkapkan makna (McCarthy dan Carter dalam Depdiknas, 2004). Hal ini mengisyaratkan bahwa perumusan kompetensi dan indikator-indikatornya harus mengakomodasi komponen-komponen tersebut di atas supaya pengajaran bahasa Inggris mengarah pada pencapaian kompetensi utama yaitu Kompetensi Wacana Tingkat Literasi Salah satu pertimbangan teoritis dan praktis dalam penerapan KBK/KTSP adalah tingkat literasi yang ditargetkan pada masing-masing jenjang pendidikan. Dengan kata lain, ada tingkat literasi yang telah ditetapkan yang menjadi skala prioritas pencapaian pada setiap jenjang pendidikan. Depdiknas (2004) dengan meminjam pengkategorian dari Wells (1987) menetapkan 4 tingkat lietrasi: performative, functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, siswa diharapkan mampu membaca dan menulis, dan berbicara dengan simbolsimbol yang digunakan. Pada tingkat functional, siswa diharapkan mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membaca bagian surat kabar yang diminati, membaca manual. Pada tingkat informational, siswa diharapkan dapat mengakses pengetahuan dengan memanfaatkan kemampuan berbahasanya. Sedangkan pada tingkat epistemic, siswa diharapkan dapat mentransformasi pengetahuan dengan menggunakan Bahasa Inggris. Pada jenjang pendidikan SD, pengajaran Bahasa Inggris diarahkan pencapaian tingkat literasi performative, SMP pada tingkat functional untuk tujuan komunikasi survival, SMA pada tingkat informational I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 8

9 untuk mempersiapkan diri masuk ke perguruan tinggi. Pada tingkat pendidikan tinggi, pengajaran Bahasa Inggris diarahkan pada tingkat epistemic untuk dapat mentransformasikan pengetahuan yang dimiliki dengan Bahasa Inggris. Levels of Literacy Wells, 1987 Epistemic Informational Functional Performative Gambar 3: Tingkat Literasi (Wells dalam Depdiknas, 2004) Penerapan tingkat literasi pada masing-masing jenjang pendidikan membawa dampak pada pemilihan jenis-jenis teks yang tingkat kesulitannya disesuaikan dengan tingkat literasi tersebut. Termasuk di dalamnya adalah penekanan pada ragam bahasa (lisan atau tulis) pada tiap jenjang pendidikan. Depdiknas (2004) telah mencoba merumuskan kontinum atau rentangan penekanan pengajaran bahasa Inggris dari jenjang pendidikan SD SMA yang berangkat dari pengajaran bahasa lisan kemudian semakin meningkat jenjang pendidikan semakin besar porsi bahasa tulis. Rentangan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 berikut: Bahasa Lisan SD 1-3 SD 4-5 SMP SMA Bahasa Tulis Gambar 4: Kontinum Bahasa Lisan-Bahasa Tulis dalam KBK 2004 (Depdiknas, 2004) I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 9

10 Dari gambar tersebut jelas terlihat bahwa Kurikulum Bahasa Inggris mencoba mengadopsi kurikulum alamiah (istilah Cameron dalam Depdiknas, 2004) dimana belajar bahasa berangkat dari bahasa yang menyertai tindakan (language accompanying action) bukan berangkat dari bahasa sebagai representasi fenomena yang tidak hadir di hadapannya (language as representation). Dalam belajar bahasa secara natural, belajar bahasa mulai dari belajar bahasa lisan dan bahasa tulis sulit dikuasai kalau bahasa lisan belum dikuasai. Semakin tinggi kelas atau tingkat pendidikan semakin banyak pengenalan bahasa tulis. Dengan adanya dikotomi penekanan pengajaran ini, perlu pemikiran yang cermat tentang apa yang menjadi konsentrasi pada masing-masing jenjang pendidikan ini untuk menghindari tumpang tindih materi yang diajarkan Teaching-Learning Cycles (TLC) sebagai Model Pembelajaran Model pembelajaran yang disarankan dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris baik dalam KBK 2004 maupun KTSP 2006 didasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan literasi Bahasa Inggris yang dikembangkan oleh Hammond, dkk. (1992). Model ini lebih dikenal dengan nama Teaching Learning Cycles (TLC). Langkah-langkah pembelajarannya meliputi (1) Building Knowledge of the Field (BKOF), (2) Modelling of the Text (MOT), (3) Joint Construction of the Text (JCOT), dan (4) Independent Construction of the Text (ICOT). Langkah-langkah ini bisa diterapkan baik untuk Siklus Lisan (Spoken) maupun Siklus Tulis (Written Cycles). Selengkapnya empat langkah pembelajaran tersebut dapat dilihat pada diagram berikut: I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 10

11 Gambar 5: Siklus Pembelajaran Bahasa Inggris (Hammond, dkk. (1992). Gambar di atas menunjukkan kegiatan dan pelibatan komponen interaksi (guru dan siswa) pada masing-masing langkah. Kegiatan BKOF bertujuan untuk memberikan brainstorming terhadap materi/topik yang akan dibahas. Kegiatan ini meliputi penggalian pengetahuan awal yang dimiliki siswa, pengenalan kosa kata dan tatabahasa yang relevan, yang dilaksanakan secara interaktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa sehingga ada pembiasaan menyimak dan berbicara pada diri siswa untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Kegiatan MOT bertujuan untuk memperkenalkan jenis teks tertentu. Guru memberikan model interaksi atau teks dan bagaimana interaksi/teks ini mencapai tujuan tertentu (fungsi teks). Untuk mempermudah pemahaman siswa guru memperkenalkan bagaimana Generic Structures dan Grammatical Features yang membangun teks yang sedang dibahas. Pada langkah ini, terjadi interaksi antara guru dengan siswa (secara individu dan kelompok/kelas). JCOT bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatihkan teks yang dimodelkan secara berkelompok dengan temannya. Dengan bekal pemahaman pada kegiatan BKOF dan MOT, siswa diharapkan mampu meniru dan memodifikasi model yang diberikan. Langkah selanjutnya --- ICOT --- bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghasilkan I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 11

12 teks secara mandiri dan spontanitas. Kegiatan ini bisanya diawali dengan Siklus Lisan kemudian dilanjutkan dengan Siklus Tulis, tetapi ketika memasuki Siklus Tulis, bisa langsung mulai dengan MOT atau langsung JCOT kalau BKOF dan MOT-nya sama. Dari paparan-paparan di atas dapat disimpulkan bahwa baik landasan filosofis maupun landasan teoritis dari KBK 2004/KTSP 2006 mengarah pada penerapan Hallidayan s Systemic Functional Linguistics. Pertanyaan mendasar untuk LPTK Bahasa Inggris (FKIP UNRAM salah satunya) adalah sudahkah LPTK mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan? Dengan kata lain, apakah dengan kurikulum yang ada sudah mampu membekali mahasiswa calon guru dengan kemampuan-kemampuan yang dituntut di atas? Kalau ya, di bagian mana konsep-konsep tersebut diberikan? Perubahan besar yang terjadi di sekolah menuntut lebih dari sekadar sisip-menyisipkan pada mata kuliah tertentu, tetapi harus jelas porsinya. Menurut pengamatan penulis, sampai rekonstruksi terakhir kurikulum Bahasa Inggris FKIP UNRAM, belum tampak adanya perubahan ke arah pemenuhan kebutuhan lapangan dalam hal peningkatan kompetensi pedagogis maupun profesionalnya. 2.3 Dampak Perubahan pada Kurikulum LPTK Bahasa Inggris Adopsi SFL dalam penyusunan Standar isi pada KBK 2004 dan KTSP 2006 merupakan snow-ball effect terhadap kurikulum di perguruan tinggi (Agustien, 2006). Pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh perguruan tinggi penyelenggara PS Bahasa Inggris adalah, dengan kuatnya pengaruh SFL dalam kurikulum sekolah, bagaimana tingkat kesiapan LPTK Bahasa Inggris? Sudahkah mahasiswa dibekali dengan landasan-landasan di atas? Apakah pembekalan tersebut melalui pemberian mata kuliah baru atau berupa sisipan sudah ada? Kalau berupa sisipan dalam mata kuliah mana diberikan? Kalau kurikulum LPTK Bahasa Inggris berorientasi pada Kurikulum Berbasis Kompetensi, maka lembaga ini tidak bisa tinggal diam dalam rangka pemenuhan kebutuhan pasar. Kebutuhan pasar sudah jelas bahwa untuk menjadi seorang guru bahasa Inggris seseorang dituntut untuk menguasai 4 I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 12

13 kompetensi: kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi. Berkaitan dengan kompetensi pedagogis, mahasiswa harus dibekali dengan metodologi, strategi dan teknik pengajaran, serta kemampuan penilaian yang belaku di sekolah. Mahasiswa harus dibekali dengan kemampuan mengelola pembelajaran yang menerapkan 4 langkah pembelajaran (BKOF, MOT, JCOT dan ICOT) sebagai salah satu kemampuan pokok dimiliki seorang calon guru bahasa Inggris. Dalam penilaian, mahasiswa juga harus dibekali dengan kemampuan menilai yang sebenarnya (authentic assessment). Bagaimana memaksimalkan penilaian unjuk kerja (performance test) dan portfolio disamping tes tulis sehingga penilaian bisa lebih valid dan reliabel. Kurikulum LPTK harus berorientasi pada pasar atau dalam konteks ini adalah sekolah. Dengan pengaruh aliran SFL dan pengaruh lainnya dalam Standar Isi Bahasa Inggris di sekolah, perguruan tinggi juga harus membekali lulusannya dengan konsep-konsep aliran tersebut. Sebagaimana ditanyakan di atas, seberapa banyak isu-isu baru di lapangan terakomodasi dalam mata kuliah seperti Curriculum & Material Development (CMD), Teaching English as a Foreign Language (TEFL), Micro Teaching, Language Testing atau mata kuliah PBM lainnya dan mata kuliah peningkatan kompetensi profesional seperti Syntax, Grammar, Writing, Discourse Analysis, dll. sehingga lulusan yang dihasilkan mampu mengantisipasi pasar (sekolah)? Program studi harus segera melakukan pemetaan terhadap mata kuliah-mata kuliah terkait atau seperti yang dilakukan oleh LPTK lain (seperti Universitas Negeri Semarang) yang berani memunculkan 8-10 sks mata kuliah yang terkait dengan perkembangan baru di lapangan (Agustien, 2006). Hal ini menjadi keharusan bagi penyelenggara Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris untuk melakukan rekonstruksi ke arah itu. Permasalahan ini bukan permasalahan mau-tidak mau atau tertarik-tidak tertarik akan aliran tertentu dalam pembelajaran, tapi penerimaan kenyataan akan tuntutan lapangan. Bagi LPTK, tidak ada pilihan lain dalam konteks ini kecuali mengakomodasi tuntutan pasar. Dosen dan Kurikulum LPTK harus berbenah I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 13

14 untuk membekali mahasiswa dengan kompetensi yang dibutuhkan lapangan sehingga memiliki daya saing di pasar kerja. C. PENUTUP Terkait dengan pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah, perubahan paradigma besar-besaran terjadi bukan dari KBK 2004 ke KTSP 2006, tetapi dari Kurikulum 1994 ke KBK 2004 karena perbedaan landasan filosofis dan teoritis yang mendasari. Pengaruh Systemic Functional Linguistics (SFL) yang dicetuskan oleh Michael Halliday. Aliran ini memandang pemilihan bahasa untuk mencapai tujuan tertentu sangat ditentukan oleh konteks ideologi, budaya, dan situasi. Dalam perancangan pembelajaran, pendekatan yang digunakan adalah model Kompetensi Komunikatif (KK) yang dikembangkan oleh Celce-Murcia, dkk. (1995) dan Teori Literasi yang dikembangkan oleh Kern (2000 dalam Morizon, 2004). Begitu banyak telah terjadi perubahan dalam pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat sekolah. Bagaimana dengan LPTK Bahasa Inggris sebagai mesin cetak guru Bahasa Inggris menghadapi perubahan ini. Seberapa besar telah terjadi perubahan di LPTK Bahasa Inggris dalam pemenuhan pasar. Pertanyaanpertanyaan ini hanya bisa dijawab secara internal dengan melakukan refleksi diri dari segi perangkat pembelajaran (kurikulum, Silabus, SAP), dosen sebagai agen pembelajaran, dan kontrol terhadap implementasi dalam perkuliahan. REFERENSI Agustien, Helena I. R., Systemic Functional Linguistics in the National English Curriculum, Makalah disampaikan dalam Seminar dan Pembentukan Forum Sistemik Fungsional Linguistik Indonesia UNJ Jakarta tanggal 9 10 November Cahyono, Bambang Yudi dan Utami Widiati (ed.), The Tapestry of English Language Teaching and Learning in Indonesia. Malang: State University of Malang Press. Celce-Murcia, M, Z. Dornyei, dan S. Thurrell. Communicative Competence: A Pedagogically Motivated Model with Content Specifications, in Issues in Applied Linguistics, 6/2 pp Depdiknas, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP/MTs. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 14

15 Haliday, Michael, 1985/1994. Introduction to Fuctional Grammar. London: Edward Arnold. Huda, Nuril, Language Learning and Teaching: Issues and Trends. Malang: Universitas Negeri Malang. Kismadi, Gloria C., Start Them Early: Teaching English to Young earners in Indonesia, dalam Cahyono, Bambang Yudi dan Utami Widiati (ed.). The Tapestry of English Language Teaching and Learning in Indonesia. Malang: State University of Malang Press. Pp Mirizon, Soni, Some Aspects of English Competency Based Curriculum, Forum Kependidikan. FKIP Universitas Sriwijaya, Vol. 24, No.1, pp Priyono, Logical Problems of Teaching English as a Foreign Language in Indonesia, dalam Cahyono, Bambang Yudi dan Utami Widiati (ed.). The Tapestry of English Language Teaching and Learning in Indonesia. Malang: State University of Malang Press. Pp Santosa, Riyadi, Pilihan Bentuk dan Makna Hubungan Konjugatif dan Pengaruhnya terhadap Gaya Bahasa, Makalah disampaikan dalam Seminar dan Pembentukan Forum Sistemik Fungsional Linguistik Indonesia UNJ Jakarta tanggal 9 10 November I M. Sujana, Hj. Tri Nuryanti, & L. Sri Narasintawati 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA PENELITIAN TINDAKAN KELAS Diajukan Kepada Program Studi Magister

Lebih terperinci

PEMAHAMAN GURU TERHADAP KURIKULUM 2004 MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMP NEGERI SE-KOTA SURABAYA

PEMAHAMAN GURU TERHADAP KURIKULUM 2004 MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMP NEGERI SE-KOTA SURABAYA JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOL.7, NO.1, 2006: 38-49 PEMAHAMAN GURU TERHADAP KURIKULUM 2004 MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMP NEGERI SE-KOTA SURABAYA Th. Kumalarini dan A. Munir * Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL & PEDAGOGIS GURU BAHASA INGGRIS DALAM BERBAGAI TUNTUTAN PROFESI

KOMPETENSI PROFESIONAL & PEDAGOGIS GURU BAHASA INGGRIS DALAM BERBAGAI TUNTUTAN PROFESI KOMPETENSI PROFESIONAL & PEDAGOGIS GURU BAHASA INGGRIS DALAM BERBAGAI TUNTUTAN PROFESI Tim Pengabdian pada Masyarakat PPs Pendidikan Bahasa Inggris UNRAM TUNTUTAN GURU BAHASA INGGRIS 1 2 3 Tututan Guru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan, dan diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga tingkat

I. PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan, dan diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga tingkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa asing yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan, dan diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi.

Lebih terperinci

: SMA NEGERI 1 MANADO

: SMA NEGERI 1 MANADO PEMERINTAH KOTA MANADO DINAS PENDIDIKAN NASIONAL SMA NEGERI 1 MANADO JALAN PRAMUKA NOMOR 102 95114 0431-864587 STANDAR ISI SEKOLAH : SMA NEGERI 1 MANADO MATA PELAJARAN : BAHASA INGGRIS KELAS : XII TAHUN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : X s/d XII / 1-2

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : X s/d XII / 1-2 PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : X s/d XII / 1-2 Nama Guru

Lebih terperinci

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs)

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) 36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) 309 38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

42. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) 369 42. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

37. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) 37. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs)

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) 36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analitis dan imajinasi yang ada dalam dirinya. kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan atau tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. analitis dan imajinasi yang ada dalam dirinya. kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan atau tulisan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 341 40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI Berlin Sibarani Universitas Negeri Medan Abstract This paper discusses the concepts of competency based language teaching. The focus of the discussion is mainly

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara akan maju dan berkembang apabila diikuti dengan peningkatan pendidikan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS

EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS EFEKTIVITAS CAROUSEL ACTIVITY DALAM SPEAKING CLASS Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar Email: wiryadijoni@ymail.com

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA SILABUS MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS (IG501)

Lebih terperinci

MERENCANAKAN PROGRAM PENGAJARAN DENGAN PENDEKATAN FUNCTIONAL GRAMMAR (TOPIK: FOOD)

MERENCANAKAN PROGRAM PENGAJARAN DENGAN PENDEKATAN FUNCTIONAL GRAMMAR (TOPIK: FOOD) MERENCANAKAN PROGRAM PENGAJARAN DENGAN PENDEKATAN FUNCTIONAL GRAMMAR (TOPIK: FOOD) Tuti Purwati ABSTRACT This article explain about Planning the Instructional Program for the teachers of elementary School,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kurikulum Bahasa Inggris 2004 Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang secara eksplisit menyebutkan tujuan pemelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MEDIA BROSUR DALAM MENULIS TEKS DESKRIPTIVE

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MEDIA BROSUR DALAM MENULIS TEKS DESKRIPTIVE PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENGGUNAKAN MEDIA BROSUR DALAM MENULIS TEKS DESKRIPTIVE Dian Rahmawati SMA Negeri 1 Jalancagak Email: ibudian@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

KEGIATAN AWAL PERTANYAAN TUJUAN KEGIATAN KOMPETENSI

KEGIATAN AWAL PERTANYAAN TUJUAN KEGIATAN KOMPETENSI KEGIATAN AWAL TUJUAN KEGIATAN KEGIATAN INTI PERTANYAAN KEGIATAN AKHIR KOMPETENSI Kegiatan Awal (15 ) 1. Menjelaskan tujuan kegiatan. 2. Menggali informasi tentang pengetahuan awal peserta mengenai SKL,

Lebih terperinci

BAGIAN I PENDAHULUAN

BAGIAN I PENDAHULUAN BAGIAN I PENDAHULUAN A. VISI DAN MISI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau telah hadir ditengah masysakat

Lebih terperinci

Lembaran Ilmu Kependidikan

Lembaran Ilmu Kependidikan LIK 42 (1) (2013) Lembaran Ilmu Kependidikan http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lik GAME EDUKASI BAHASA INGGRIS DENGAN INPUT SUARA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAGI SISWA SMP/MTS Wandah Wibawanto Jurusan

Lebih terperinci

Suherni Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 7 Mataram

Suherni Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 7 Mataram e-issn: 2442-7667 p-issn: 1412-6087 Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Teks Recount Bahasa Inggris Menggunakan Three Phases Techniques pada Kelas VIII.1 (Bilingual) SMP Negeri 7 Mataram Suherni Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Media Pembelajaran CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Media Pembelajaran CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini perkembangan zaman, teknologi dan khususunya dunia pendidikan sudah semakin pesat. Hal ini dibuktikan dengan adanya pergantian, perubahan, dan revisi-revisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah bidang pendidikan.

Lebih terperinci

Dimensi Autentisitas di dalam Pembelajaran BIPA. Abstrak

Dimensi Autentisitas di dalam Pembelajaran BIPA. Abstrak Dimensi Autentisitas di dalam Pembelajaran BIPA B. Widharyanto PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Abstrak Autentisitas di dalam pembelajaran bahasa asing, seperti BIPA, merupakan aspek yang

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Berbicara (Speaking) Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMPN 3 Surakarta dengan Menggunakan Gambar ABSTRAK

Peningkatan Kemampuan Berbicara (Speaking) Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMPN 3 Surakarta dengan Menggunakan Gambar ABSTRAK Peningkatan Kemampuan Berbicara (Speaking) Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMPN 3 Surakarta dengan Menggunakan Gambar Hetty Dwi Agustin Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMPN 3 Surakarta Jl. Kartini No.18

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus penggunaan buku ajar di SMAN I Cisauk Tangerang dalam tahun ajaran 2008 2009 pada kelas XI. Sekolah ini menggunakan dua

Lebih terperinci

PENGAJARAN BAHASA JERMAN BERBASIS KOMPETENSI 1 Oleh: Sulis Triyono 2

PENGAJARAN BAHASA JERMAN BERBASIS KOMPETENSI 1 Oleh: Sulis Triyono 2 PENGAJARAN BAHASA JERMAN BERBASIS KOMPETENSI 1 Oleh: Sulis Triyono 2 A. Pendahuluan Pendekatan pengajaran bahasa senantiasa bertujuan untuk mendekatkan situasi pengajaran bahasa kepada situasi nyata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta pada bagian akhir disajikan struktur organisasi tesis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, penguasaan akan bahasa Inggris sangatlah penting. Sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris mendominasi segala aspek kehidupan baik itu politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkembang. Kemudian proses pembelajaran dapat dilakukan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkembang. Kemudian proses pembelajaran dapat dilakukan karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah faktor yang kompleks

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, fikiran,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUNGKAPKAN MONOLOG DESCRIPTIVE

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUNGKAPKAN MONOLOG DESCRIPTIVE ORBITH VOL. 13 NO. 2 Juli 2017 : 114 123 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGUNGKAPKAN MONOLOG DESCRIPTIVE UNTUK MATERI PERSONAL DESCRIPTION MENGGUNAKAN TECHNIQUE ICARE PADA PESERTA DIDIK KELAS VII J SEMESTER

Lebih terperinci

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA)

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA) 38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir serta keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir serta keterampilan ekspresi dalam

Lebih terperinci

MODEL PENULISAN LATAR BELAKANG MASALAH (SKRIPSI SARJANA TERAPAN) BERBASIS GENRE

MODEL PENULISAN LATAR BELAKANG MASALAH (SKRIPSI SARJANA TERAPAN) BERBASIS GENRE MODEL PENULISAN LATAR BELAKANG MASALAH (SKRIPSI SARJANA TERAPAN) BERBASIS GENRE Nur Hasyim, Ade Sukma Mulya hajinurhasim@gmail.com Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta Indonesia Abstrak Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Kerangka Penelitian Dilihat dari sudut keilmuan, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian terapan, yaitu penerapan ilmu kebahasaan dalam pengajaran dan pembelajaran

Lebih terperinci

SD umumnya berdasar kurikulum muatan lokal, masing-masing

SD umumnya berdasar kurikulum muatan lokal, masing-masing Pembelajaran Bidang Studi Bahasa Inggris berdasarkan Kurikulum berbasis kompetensi di Sekolah Dasar, SMP Dan SMA Nury Supriyanti, MA Pembelajaran B.Inggris di berbagai tingkatan SD umumnya berdasar kurikulum

Lebih terperinci

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA)

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA) 38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah ( MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

Delima Nuriana Surel:

Delima Nuriana Surel: MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGUNGKAPKAN MONOLOG DESCRIPTIVE LISAN SEDERHANA YANG BERTERIMA SISWA KELAS VII-1 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI MENGGUNAKAN SISTIM ICARE Delima Nuriana Surel: delimanuriana2@gmail.com

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

STRUKTUR KURIKULUM TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STRUKTUR KURIKULUM TAHUN AKADEMIK 2016-2017 PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS No. Kode MK Nama Matakuliah Nama Matakuliah Kegiatan Status Semester (in English) K Pr W P ke Pendidikan Agama 0001212001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek kebahasaan, seperti aspek bunyi (phonology), aspek tata bahasa

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek kebahasaan, seperti aspek bunyi (phonology), aspek tata bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan akhir pembelajaran Bahasa Inggris adalah kemampuan siswa menguasai aspek-aspek kebahasaan, seperti aspek bunyi (phonology), aspek tata bahasa (grammar),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media penyalur pesan informasi ilmu pengetahuan, sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang senantiasa harus diperhatikan

Lebih terperinci

Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *)

Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *) Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *) Pengantar Kurikulum merupakan cerminan dari filosofi, keyakinan, dan cita-cita suatu bangsa. Melalui dokumen tersebut, seseorang dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kurikulum pada dasarnya adalah pelaksanaan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kurikulum pada dasarnya adalah pelaksanaan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Implementasi kurikulum pada dasarnya adalah pelaksanaan kurikulum untuk mewujudkan program pendidikan agar berfungsi mempengaruhi siswa sebagai usaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks.

BAB I PENDAHULUAN. wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks merupakan hasil proses wacana. Didalam proses tersebut, terdapat nilainilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain. Dengan demikian memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, penggunaan bahasa asing yaitu bahasa Inggris telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai alat komunikasi.

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) OLEH

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) OLEH PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) PENGGUNAAN MATERI PEMBELAJARAN YANG AKRAB UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPTIF BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VII 1 SMP NEGERI

Lebih terperinci

PENERAPAN PERMAINAN BINGO DALAM PEMBELAJARAN TEKS DESKRIPTIF BAHASA INGGRIS TINGKAT DASAR. I Made Sujana FKIP Universitas Mataram

PENERAPAN PERMAINAN BINGO DALAM PEMBELAJARAN TEKS DESKRIPTIF BAHASA INGGRIS TINGKAT DASAR. I Made Sujana FKIP Universitas Mataram PENERAPAN PERMAINAN BINGO DALAM PEMBELAJARAN TEKS DESKRIPTIF BAHASA INGGRIS TINGKAT DASAR I Made Sujana FKIP Universitas Mataram Luh Sri Narasintawati SMPN 14 Mataram Abstrak. Dunia anak adalah dunia bermain.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan, diajarkan mulai dari sekolah dasar

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan, diajarkan mulai dari sekolah dasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa asing yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan, diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan

Lebih terperinci

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas perilaku

Lebih terperinci

BAB II KURIKULUM, PRAGMATIK, DAN APLIKASINYA

BAB II KURIKULUM, PRAGMATIK, DAN APLIKASINYA 1 BAB I PENDAHULUAN Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan untuk meningkatkan keampuan siswa dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan berbahasa Inggris adalah kemampuan dasar yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan berbahasa Inggris adalah kemampuan dasar yang diperlukan 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa Inggris adalah kemampuan dasar yang diperlukan seseorang di era informasi dan globalisasi, karena pengenalan maupun penguasaan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

KONTRAK KULIAH. Introduction to Functional Grammar FBIB FAKULTAS BAHASA DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG

KONTRAK KULIAH. Introduction to Functional Grammar FBIB FAKULTAS BAHASA DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG KONTRAK KULIAH Introduction to Functional Grammar FBIB FAKULTAS BAHASA DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG Drs. Liliek Soepriatmadji, M.Pd. Semester 6 / 2014 KONTRAK KULIAH Judul Mata Kuliah

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH)

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) PENGGUNAAN GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS DESKRIPTIF BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VII 2 SMP NEGERI 1 RANAH BATAHAN OLEH R

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDIKATOR DALAM UPAYA MENCAPAI KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH

PENGEMBANGAN INDIKATOR DALAM UPAYA MENCAPAI KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH PENGEMBANGAN INDIKATOR DALAM UPAYA MENCAPAI KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH M.V. Sri Hartini H.S. Disdikpora Kabupaten Karanganyar mvsrihartini@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mackey (1986:12) mengemukakan bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Mackey (1986:12) mengemukakan bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan elemen penting untuk menjadi alat komunikasi antar kelompok masyarakat yang telah disepakati menjadi sistem tanda bunyi sehingga memberikan suatu ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari manusia, karena pendidikan merupakan salah satu wujud nyata dalam peningkatan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris sebagai salah satu media yang mutlak kebutuhannya. Tanpa kemampuan berbahasa Inggris

Lebih terperinci

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS)

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS) KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS) RASIONAL PROGRAM Layanan program PLS tumbuh subur dan tersebar luas di tengah masyarakat, baik program-program yang bersifat institusional, informasional,

Lebih terperinci

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya. 1 BAB I PENDAHAULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA I. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Program Studi Pendidikan Bahasa berdiri sejak tahun 2001. Secara perlahan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL

MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL I ndonesia merupakan salah satu Negara yanga mempunyai jumlah perguruan tinggi terbanyak di dunia, baik negeri maupun swasta. Jenis program studi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah upaya sadar untuk menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan segala kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

Rambu Rambu Pengisian KRS Semester Gasal Tahun Akademik

Rambu Rambu Pengisian KRS Semester Gasal Tahun Akademik 1. Pengisian KRS dapat diakses di http://www.ums.ac.id 2. Pastikan password sesuai dengan yang tercantum di KHS (Kartu Hasil Studi) 3. Usahakan untuk pengisian KRS, dilakukan sendiri dan/atau tidak diwakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan sistem pendidikan di Indonesia berdampak pada penyusunan kurikulum yang menjadi landasan pengajaran dan penyusunan materi ajar di Indonesia. Semakin sering

Lebih terperinci

pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran writing. Writing merupakan keterampilan yang melibatkan banyak aspek, yaitu kemampuan untuk mengembangkan

pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran writing. Writing merupakan keterampilan yang melibatkan banyak aspek, yaitu kemampuan untuk mengembangkan ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Language Teaching Methods disusun untuk memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa S2 Pascasarjana Universitas Terbuka. Mata kuliah ini berbobot 3 sks yang terdiri dari 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dengan menggunakan bahan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

Lebih terperinci

sangat berpengaruh pada kemahiran berbahasa yang lain, yaitu mahir menyimak

sangat berpengaruh pada kemahiran berbahasa yang lain, yaitu mahir menyimak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, khususnya pada kegiatan belajar, membaca merupakan salah satu aktivitas penting yang bisa mengubah pola pikir menjadi lebih baik dan rasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan wajib untuk dilaksanakan oleh semua anak di Indonesia. Oleh sebab itu pemerintah mewajibkan setiap

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS INKUIRI DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XA SMA NEGERI PASIRIAN LUMAJANG Intan Fitriani 1, Dewi Iriana 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru-guru pada semua jenjang pendidikan, yang setiap harinya bersama-sama

BAB I PENDAHULUAN. guru-guru pada semua jenjang pendidikan, yang setiap harinya bersama-sama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya mutu pendidikan di tingkat pendidikan dasar dan menengah tidak saja dikeluhkan oleh masyarakat, orang tua siswa, tetapi dikeluhkan juga oleh guru-guru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah keterampilan yang membutuhkan proses yang lama untuk mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit menuangkan hasil

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Inggris merupakan salah satu syarat untuk menghadapi

BAB. I PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Inggris merupakan salah satu syarat untuk menghadapi BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penguasaan bahasa Inggris merupakan salah satu syarat untuk menghadapi tuntutan globalisasi. Sebab dengan mengerti bahasa Inggris akan memudahkan akses perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

Lebih terperinci

NASKAH AKADEMIK KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM MATA PELAJARAN BAHASA

NASKAH AKADEMIK KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM MATA PELAJARAN BAHASA NASKAH AKADEMIK KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM MATA PELAJARAN BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM 2007 KATA PENGANTAR Pemberlakuan UU Republik Indonesia

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing. ~Dante Darmawangsa ~

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing. ~Dante Darmawangsa ~ MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KOLABORATIF Sebuah Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Asing ~Dante Darmawangsa ~ I. PENDAHULUAN Pemerolehan bahasa asing biasanya didapatkan melalui

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilham Zamzam Nurjaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Ilham Zamzam Nurjaman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum mengamanatkan agar pembelajaran bahasa di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran bahasa, siswa memperoleh keahlian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SPEAKING DENGAN GAMBAR CERITA DAN PRESENTASI PADA SISWA KELAS XI IPA 3 SMAN 1 NGUNUT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SPEAKING DENGAN GAMBAR CERITA DAN PRESENTASI PADA SISWA KELAS XI IPA 3 SMAN 1 NGUNUT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SPEAKING DENGAN GAMBAR CERITA DAN PRESENTASI PADA SISWA KELAS XI IPA 3 SMAN 1 NGUNUT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh : Wiwik Purwaningtyas Guru SMAN 1 Ngunut

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA

PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA Silvi Yulia Sari 1, Nursyahra 2, dan Husna 3 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang, Padang 2 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk mengungkapkan ide, pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan perubahan sosial, sikap, dan perilaku, yang pada akhirnya bermuara pada pergeseran sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

Kompetensi Guru Mata pelajaran (Kompetensi Dasar)

Kompetensi Guru Mata pelajaran (Kompetensi Dasar) Kisi- Kisi Uji Kompetensi Guru ( UKG) Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Jenjang : SMA KOMPETENSI PROFESIONAL 1. Memahami makna dalam teks tertulis Memahami makna dalam teks fungsional pendek tertulis Diberi

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014-2018 Kata Pengantar RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Sejarah Kurikulum Prodi Teknik Informatika Hingga saat ini, Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi

Lebih terperinci

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Character education is not a new thing;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tuntutan yang harus dijawab oleh para siswa Indonesia dalam mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan menggunakan bahasa Inggris

Lebih terperinci