BLOK 6 (HEMATOLOGI & IMUNOLOGI) MODUL KELAINAN PADA SEL DARAH PUTIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BLOK 6 (HEMATOLOGI & IMUNOLOGI) MODUL KELAINAN PADA SEL DARAH PUTIH"

Transkripsi

1 BLOK 6 (HEMATOLOGI & IMUNOLOGI) MODUL KELAINAN PADA SEL DARAH PUTIH KELOMPOK Indra Pramana Widya Michael Namonang Sitompul Theresa Sugiarto Oetji Arum Pusponegoro Octaviany Permatasari Harjo Stefanus Bambang Soerjono Sahala Triyanto Simamora Azarel Jimmy Jonathan Firsandi Prasastya Fikry Olivia Jennifer Purnomo Allen Albert Pelapelapon Nama Tutor : Dr. Fen Tih FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG 2009

2 ISTILAH 1. Hipoestesi Kurangnya persepsi / sensasi ; berkurangnya persepsi mental terhadap sensasi. 2. Rouleaux Suatu kelompok abnormal dari sel darah merah yang saling melekat menyerupai setumpuk koin. 3. Lesi litik tulang Diskontinuitas ( destruksi ) jaringan patologis atau traumatis atau hilangnya fungsi atau bagian dari tulang. 4. Urobilinogen Senyawa tak berwarna yang dibentuk di dalam usus dengan mereduksi bilirubin. Sedikit diantaranya diekskresi dalam feses, yang teroksidasi akan menjadi urobilin : sedikit yang direabsorpsi dan diekskresi di empedu sebagai bilirubin atau sekali waktu di dalam urine, yang mungkin akibatnya akan teroksidasi menjadi urobilin. 5. Sedimen ( urine ) Deposit bahan padat yang tertinggal setelah kemih didiamkan beberapa waktu. 6. Bilirubin Suatu pigmen empedu ; pigmen ini merupakan produk pemecahan heme terutama terbentuk dari degradasi Hb eritrosit dalam sel retikuloendotelial, namun juga terbentuk dari pemecahan pigmen heme lainnya, cth: sitokrom. PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN SEL-SEL DARAH PUTIH

3

4

5 LEUKOSIT GRANULAR MIELOBLAS - prekursor neutrofil, eosinofil, dan basofil - tidak dapat dibedakan satu sama lain - ukuran sel ± 16 µ - inti besar, bulat dengan kromatin halus dan mempunyai anak inti (nukleoli) tiga atau lebih - sitoplasma biru kelabu tanpa granula PROMIELOSIT dibedakan menjadi Promielosit I & II - Promielosit I : sel yang lebih tua dari mieloblas, ukuran sel lebih besar dari mieloblas, sitoplasma mengandung granula non-spesifik berwarna merah, padat disebut granula azurofil - Promielosit II : sel granulosit berukuran terbesar (22-25µ), merupakan tanda pengenal dari kampung-kampung sarang leukopoiesis, sitoplasma biru muda, ada granula azurofil yang bercampur dengan granula spesifik granulosit, inti menunjukkan nukleoli besar dan jelas MIELOSIT - ukuran 18-20µ lebih kecil dari promielosit - inti terletak di tepi (eksentris) dan bagian sentral inti belum melekuk - anak inti menghilang - sitoplasma merah muda mengandung granula spesifik, dibedakan menjadi 3 golongan yaitu netrofilik,eosinofilik dan basofilik

6 METAMIELOSIT - sel lebih kecil dari mielosit - inti sel gepeng, satu sisinya melekuk dengan lekukan lebih kecil daripada ½ diameter inti - kromatin inti menjadi lebih kasar, sitoplasma pucat - dibedakan menjadi metamielosit neutrofil, eosinofil dan basofil SEL PITA/BENTUK BATANG - sel lebih kecil dari metamielosit - inti menjadi panjang dan melekuk dengan lekukan lebih besar dari ½ diameter inti - dibedakan menjadi sel pita neutrofil, eosinofil dan basofil NEUTROFIL - sel lebih kecil dari batang - intinya memadat dan terdiri dari beberapa lobus/segmen yang dihubungkan satu dengan lain oleh filamen - sitoplasma berwarna merah muda dengan granula halus tersebar merata dan berwarna merah pucat keunguan EOSINOFIL - ukuran sedikit lebih besar daripada segmen neutrofil - inti sering berlobus dua - granula sitoplasma kasar, bentuk homogen seperti busa sabun dan berwarna merah/jingga dan inti tidak tertutup oleh granula BASOFIL - sel ini jarang ditemukan pada keadaan normal - dalam sitoplasma sel terdapat granula kasar,padat, berwarna biru tua dengan bentuk dan ukuran tidak homogen - inti sel tertutup oleh granula-granula LEUKOSIT AGRANULAR MONOBLAS - ukurannya 12-20µ - intinya oval dengan struktur kromatin - biasanya terlihat satu sampai empat nukleoli - sitoplasmanya agranular PROMONOSIT

7 - sel yang timbul dari monoblas dan akan berkembang menjadi monosit MONOSIT - ukuran paling besar - inti besar, terletak di tepi, bentuk seperti ginjal atau tapal kuda - kromatin kurang padat, tersusun lebih fibriler sehingga tampak lebih pucat dibandingkan dengan limfosit-limfosit besar - sitoplasma lebih banyak dibanding dengan limfosit, berwarna pucat keabuan LIMFOBLAS - sel yang belum dewasa, pembeda dari sel dewasa yaitu limfosit PROLIMFOSIT - merupakan permulaan dari limfosit LIMFOSIT BESAR - kira-kira 10% limfosit yang beredar mempunyai diameter lebih besar (12-16µ) dengan sitoplasma lebih banyak dan mengandung sedikit granula LIMFOSIT - dibagi menjadi small, medium dan large limfosit - bentuk bulat kecil, inti terwarna gelap. Inti bulat kadang-kadang ada lekukan - sitoplasma tidak mempunyai granula spesifik FISIOLOGI LIMFOSIT Walaupun sebagian besar limfosit dalam jaringan limfoid normal tampak serupa di bawah mikroskop, tetapi sel-sel tersebut secara jelas dapat di bedakan dalam dua kelompok besar. Kelompok pertama,yaitu limfosit T, bertanggung jawab dalam pembentukan limfosit teraktivasi yang dapat membentuk imunitas diperantarai sel, dan kelompok lain, yaitu limfosit B, bertanggung jawab dalam pembentukan antibodi yang memberikan imunitas humoral. Pada masa embrio, kedua macam limfosit ini berasal dari sel stem hematopoietik pluripoten yang membentuk limfosit sebagai salah satu hasil diferensiasi sel terpenting. Hampir semua limfosit yang terbentuk akhirnya berada dalam jaringan limfoid, namun sebelum sampai, limfosit mengalami diferensiasi terlebih dahulu. Limfosit T, setelah pembentukannya di sumsum tulang, mula-mula bermigrasi ke kelejar timus. Di sini, limfosit T membelah secara cepat dan pada waktu yang bersamaan membentuk keanekaragaman yang ekstrem untuk melawan berbagai antigen spesifik. Kemudian limfosit berikutnya membentuk spesifisitas terhadap antigen yang lain. Hal ini terus terjadi sampai terdapat ribuan jenis limfosit timus yang bereaksi spesifik terhadap ribuan jenis antigen.

8 Preprocesing limfosit T dan B dimulai saat-saat akhir kehidupan feotal sampai dengan beberapa saat setelah kelahiran. Setelah mengalami preprocesing kedua jenis limfosit ini akan memasuki sirkulasi,mencapai dan terjaring dalam jaringan limfoid. Dalam jaringan limfoid inilah akan terjadi kontak dengan antigen jenis yang sama bila kontak dikemudian hari. Kelompok limfosit ini disebut sebagai limfosit clone. PERAN LIMFOSIT T DALAM KEKEBALAN SELULER Setelah ekspos dengan antigen yang dipresentasikan oleh makrofag limfosit T dari jaringan limfoid akan berproliferasi menghasilkan sejumlah besar sel-sel limfosit yang aktif. Limfosit aktif ini masuk ke dalam sirkulasi darah dan seterusnya disebarkan ke jaringan tubuh. Juga akan terbentuk sel memori limfosit T,ini kegunaannya untuk mengenal antigen yang pernah kontak sebelumnya, hingga pada kontak berikutnya sel-sel limfosit T yang telah diaktifkan akan bereaksi lebih cepat dan lebih kuat di bandingkan dengan setelah kontak pertama. Selain menjadi sel memori limfosit T, limfosit T berdiferensiasi menjadi sel-sel lain yang memiliki fungsi yang berbeda. 1. T killer cells Sel T sitotoksik mampu secara langsung membunuh sel bakteri,dalam kerjanya T killer cell menghasilkan/menggunakan protein perforin. Sel T jenis ini yang membunuh sel-sel yang terinvasi virus,kanker, sel/ organ yang ditransplantasikan. 2. Supresor T cell Berperan dalam mengatur dan menekan kerja helper T cell dan sitotoksik T cell. Diduga pula berperan dalam mencegah imun sistem menyerang sel-sel tubuh yang normal hingga tidak terjadi penyakit autoimun 3. T helper cells Sel T helper menstimulasi diferensiasi sel B menjadi sel plasma. T helper cells akan di program untuk bereaksi secara spesifik terhadap antigen-antigen khusus yang kontak dengan reseptor immunoglobulin pada permukaan limfosit T, maka limfosit T akan melepaskan T helper faktor yang dapat mengaktivasi limfosit B. 4. T amplifier cells Ini adalah jenis T limfosit yang terdapat di dalam timus dan limpa. Sel ini tidak mengadakan resirkulasi dan mempunyai umur yang pendek. Fungsinya adalah untuk memelihara populasi sel limfosit T FISIOLOGI LIMFOSIT B Sebelum kontak dengan antigen spesifik,sel limfosit B tetap berada dalam jaringan limfoid.saat terdapat antigen asing masuk ke dalam tubuh manusia,makrofag dalam jaringan limfoid memfagosit antigen dan membawanya ke limfosit B.Di samping itu,antigen juga akan dibawa ke sel T yang berperan mengaktifkan sel limfosit B.Sel limfosit B yang bersifat spesifik terhadap antigen berdiferensiasi membentuk limfoblas yang setelah itu akan berdiferensiasi lagi membentuk plasmablas yang merupakan precursor sel plasma dan kemudian terbentuk sel plasma.sel plasma lalu akan menghasilkan antibody gamma globulin dan antibody masuk ke dalam cairan limfe dan diangkut ke sirkulasi darah. Beberapa limfoblas yang terbentuk tidak melanjutkan membentuk sel plasma melainkan sel memori B yang menetap dalam jaringan limfoid dalam waktu cukup lama.pada tahap ini sel memori B berada dalam keadaan respon imun primer yaitu antibody yang dihasilkan

9 masih sedikit,potensinya masih lemah,lambat dan masa hidupnya singkat.apabila ada antigen yang sama jenisnya pada kedua kalinya merangsang sel memori B maka akan terjadi respon imun sekunder yaitu terbentuknya antibody cukup banyak,potensinya jauh lebih kuat,cepat,dan masa hidupnya lebih lama. Mekanisme kerja antibody: Antibodi-antibodi akan bereaksi dengan antigen-antigen.akibat sifat bivalen dari antibody dan daerah antigen dari agen penyebab penyakit,maka antibody dapat mematikan agen penyebab penyakit dengan cara netralisasi dan lisis. Leukimia Definisi Penyakit yang ditandai dengan gangguan proliferasi dan maturasi leukosit yang mengadakan infiltrasi ke sumsum tulang dan jaringan tubuh lain. Gangguan proliferasi mengadakan mitosis abnormal, dan adanya maturasi terganggu, sehingga tidak dapat menjadi dewasa. Klasifikasi 1. Leukimia Akut Limphocyte (Lymphoblastic) : Acute Lymphoblastic Leukimia (ALL) Klasifikasi menurut Kelompok Kerja Sama French American and British : L1 Blas kecil. Homogen dengan sitoplasma dikit L2 Blas besar, heterogen dengan sitoplasma bervariasi L3 Blas besar, homogen dengan sitoplasma basofilik dan bervakuolisasi Granulocyte (Myeloblastic) : Acute Myeloblastic Leukimia (AML) M0 Leukimia Mieloblastik Akut dengan diferensiasi minimal M1 Leukimia Mieloblastik Akut tanpa maturasi (Blas 90%) M2 Leukimia Mieloblastik Akut dengan Maturasi (Promielosit > 10%) M3 Leukimia Promielositik Akut M4 Leukimia Mielomonositik Akut M5 Diklasifikasikan menjadi 2 subtipe, yaitu : M5a Leukimia Monoblastik Akut M5b Leukimia Monositik Akut M6 Eritroleukimia (Eritroblas > 50% dan Blas non-eritroid > 30%) M7 Leukimia Megakarioblastik Akut (Blas 30%) Monocyte (Monoblastic) : Acute Monoblastic Leukimia (AMoL) 2. Leukimia kronik Limphocyte (Lymphobcytic) : Chronic Lymphocytic Leukimia (CLL) Granulocyte (Myelocytic) : Chronic Myelocytic Leukimia (CML) Monocyte (Monocytic) : Chronic Monocytic Leukimia (CMoL) 3. Lain-lain Erythroleukernia (Di Guglielmo Disease) Leukimia Eosinophilic Leukimia Megacaryocytic leukimia Plasma cell leukemi : Multiple Myeloma atau Plasmacytoma

10 Choroma (tumor yang menyerang daerah erithropoiesis) MULTIPLE MYELOMA DEFINISI Proliferasi neoplastik sumsum tulang secara difus atau berbentuk nodul, yang ditandai dengan adanya lesi litik tulang, ditemukannya protein monoklonal dalam urine atau serum Tipe diseminata diskrasia sel plasma yang ditandai dengan fokus tumor sumsum tulang multiple dan sekresi komponen M, berkaitan dengan lesi osteolitik yang menyebar luas mengakibatkan nyeri tulang, fraktur patologis, hiperkalsemia, dan anemia normokromik normositer; penyebaran ke tempat di luar tulang seringkali terjadi pada penyakit yang sudah lanjut. Depresi kadar immunoglobulin mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Proteinuria Bence Jones terdapat pada banyak kasus dan dapat mengakibatkan amiloidosis sistemik. Dapat juga terjadi gagal ginjal akibat nefropati kalsium atau pembentukan silinder yang ekstensif. ETIOLOGI Faktor genetik, mempengarauhi proliferasi sel plasma sebagai prekusor, membentuk protein stabil, protein M, seperti pada MGUS (monoclnal gammopathy of undertemined significance). Kelainan genetik belum secara spesifik diketahui, kromosom yag terlibat kromosom1,13(13q-) dan 14(14q+). PREDISPOSISI Genetik Paparan radiasi Rangsangan antigenik Kondisi lingkungan EPIDEMIOLOGI Meningkat sesuai pertambahan umur Kulit hitam lebih rentan terhadap MM daripada orang kaukasia. Umur median pasien rata-rata 65 tahun.jarang ditemukan pada umur dibawah 20 tahun. Namun diagnosis pada umur dibawah 50 tahun, prognosisnya lebih buruk. Laki-laki > wanita. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI Patogenesis Mutasi gen p53 (tumor suppressor gene) Infeksi KSHV (Kaposi Sarcoma Associated Herpes Virus) pada dendritic cell produksi IL- 6 meningkat Seperti yang telah dibahas pada etiologi, memang etiologi dari multiple myeloma ini belum jelas. Maka patogenesisnya mungkin dapat dijelaskan sebagai berikut:

11 Kerusakan DNA terjadi saat perkembangan Limfoid stem cell menuju sel B (belum ada tanda pasti di tahap mana) dan hal ini mengakibatkan terbentuknya plasmablas yang malignan yang mengifiltrasi sumsum tulang. Malignant plasmablast selanjutnya berkembang menjadi malignant plasma cells yang proliferasinya tidak terkontrol, hal ini diperkuat juga oleh teori sitokin yang mengakatakan bahwa sitokin, khususnya IL-6 yang dihasilkan neoplastik plasma cells dan stromal cells akan mempertahankan proliferasi juga keeksistensian myeloma itu sendiri. Selain itu, neoplastik plasma cells juga menghasilkan MIP1 dan reseptor activator of NF-B ligand (RANKL) yang dapat menyebabkan destruksi tulang. Tidak terkontolnya proliferasi dari plasma cell yang malignant menyebabkan beberapa hal yang dapat dibagi menjadi 3 akibat berdasarkan patofisiooginya: Formation of plasmacytomas Produksi dari M-protein Produksi dari Bence Jones protein Hal ini akan dibicarakan selanjutnya di bagian patofisiologi

12 Patofisiologi Etiologi (mutasi) Hematopoietic stem cell abnormal Pre-T sel Timus pre-b sel perifer Sel B Sumsum tulang Plasmablast Sel plasma Proliferasi berlebihan Sel myeloma(kumpulan plasmacytomas) Mendesak sumsum dan akhiran saraf protein M rouleux LED Hematopoietic terganggu viskositas Eritropoiesis granulo& trombopoiesis terakumulasi di tubulus agranulopoiesis gagal ginjal Anemia mudah infeksi pendarahan Uremia kreatinin darah Proteinuria &proteinemia Sitokin(TNF,IL-6,IL1-β) Aktivasi osteoclast Destruksi tulang Fraktur patologis ca masuk ke aliran darah hiperkalsemia

13 Gejala Klinik Pelepasan produk sel myeloma berupa: o Ig monoclonal dalam serum (M-protein) Sindrom hiperviskositas (vertigo, penurunan kesadaran dan gagal jantung) neuropati o Free light chain Dikatabolisir dalam jaringan sehingga menimbulkan amiloid deposit amioidosis makroglossia,carpal tunnel syndrome dan diare Dibuang ke urin berupa protein Bence Jones yang dapat menimbulkan renal failure Peningkatan osteoclast activating factor (IL-1 dan TNF-) sehingga menimbulkan lesi osteolitik yang mengakibatkan timbulnya gejala nyeri tulang dan penekanan saraf juga hiperkalsemia yang dapat menyebabkan renal failure pula dengan gejala anorexia, mual, muntah, konstipasi, poliuria dan gangguan kesadaran Gangguan hematopoiesis terdiri atas: o Akibat pendesakan massa tumor pada jaringan hematopoietic normal o Produk sel tumor (IL-6) yang mengakibatkan anemia, netropenia dan trombositopenia Gangguan produksi antibody, netropenia, dan imobilisasi menyebabkan penderita mudah terinfeksi. Infeksi berulang, terutama pada paru-paru dan saluran kencing Perdarahan akibat menurunnya fungsi trombosit dan factor pembekuan yang timbul karena pengaruh dari paraprotein Neuropati karena paraprotein dan kompresi saraf dapat menimbulkan paraplegi (paralisis tungkai bawah dan bagian bawah tubuh) Nefropati: fungsi ginjal terganggu karena hiperkalsemia juga dapat menyebabkan penimbunan di tubulus renal yang menyebabkan nefritis interstitial.penyebab lain gagal ginjal pada MM adalah sering menggunakan NSAID untuk mengatasi nyeri pada MM Patofisiologis Multiple Myeloma Cytokines Beberapa cytokine memegang peran untuk pertumbuhan sel myeloma, dan yang paling penting adalah Interleukin-6. entah, yang bekerja IL-6 yang berasal dari mekanisme autocrine atau paracrine. Pada mekanisme autocrine myeloma memproduksi dan merespon sendiri. Pada mekanisme paracrine myeloma merespon pada IL-6 yang diproduksi oleh sel lain. Menempelnya sel myeloma pada sel stroma menstimulasi sel stroma untuk memproduksi IL-6 untuk perkembangan sel myeloma. Sel stroma tidak hanya berperan dalam perkembangan sel myeloma tetapi juga dalam untuk mengumpulkan clonogenic cells dari sirkulasi ke sumsum tulang. IL-6 berperan penting dalam perkembangan sel myeloma secara in vivo. Tingkat IL-6 juga berhubungan dengan aktifitas penyakit, dan bertambah banyak pada penyakit

14 yang lebih buruk, tetapi tidak selalu muncul saat stadium awal. Tingkat dari IL-6 berkaitan dengan beberapa parameter tes laboratorium seperti plasmasitosis sumsum tulang, tingkat serum laktat dehydrogenase dan tingkat serum β2, tingkat mikroglobulin, diketahui sebagai prognosis aktivitas penyakit. IL-6 tidak terdeteksi pada orang normal, tapi pada pasien multiple myeloma rata-rata 30pg/mL. Anti-IL-6 monoclonal antibody diberikan pada pasien dengan hasil yang diharapkan berkurangnya tumor cell mass dan gejala klinik yang dikarenakan beban tumor yang tinggi. IL-6 juga merupakan faktor penting dalam terbentuknya lesi tulang yang terjadi pada multiple myeloma. Resorpsi tulang sebenarnya merupakan attribute dari osteoclast aktivating faktor (OAF). Peranan IL-6 pada osteolitik pada tulang dan hyperkalsemia, karena IL-6 menstimulasiosteoclast formation dari prekursor dalam CFU-GM colonies. Dan dalam kombinasi dengan IL-6 reseptor menyebabkan tipycal osteoclast characteristized dengan kalsitonin reseptor. IL-6 dalam jumlah banyak diproduksi oleh osteoblast dan kumpulan osteoblastik kuat teramati dalam pasien multiple myeloma.reaksi ini merupakan even kritis, awal terjadinya MM. Pada kejadian MM meskipun IL-6 merupakan penyebab penting terjadinya penyakit ini, tetapi pengobatan dengan anti-il-6 tidak akan mempunyai hasil yang membantu. DASAR DIAGNOSIS MULTIPEL MYELOMA Diagnosis MM ditegakkan mulai dari trias diagnostik klasik yaitu sel plasma > 10% + M protein + lesi litik. Kriteria diagnosis menurut Durie and Salmon: - Kriteria Mayor: 1. Plasmasitoma pada biopsi jaringan 2. Sel plasma sumsum tulang meningkat > 30% 3. M protein: IgG > 35 g/dl, IgA > 20 g/dl, kappa atau lambda rantai ringan pada elektroforese serum; pada urin didapatkan protein Bence-Jones positif (> 1 g/dl) - Kriteria Minor: a. Sel plasma sumsum tulang meningkat 10-30% b. M protein pada serum dan urin (kadar lebih kecil dari no 3.) c. Lesi litik pada tulang d. Normal residual IgG < 500 mg/l, IgA < 1 g/l, atau IgG < 6 g/l Diagnosis MM bila terdapat 1 kriteria mayor dan 1 kriteria minor atau 3 kriteria minor yang harus meliputi kriteria a + b. Kombinasi 1 dan a bukan merupakan diagnosis MM. Dasar diagnosis berdasarkan skenario: Anamnesis: # Datang dengan keluhan nyeri pada pinggang # RPD: fraktur spontan tulang rahang (tulang pipih, terdapat sumsum tulang merah) Pemeriksaan Fisik: Nyeri (+) pada daerah lumbal Pemeriksaan Lab: # Hb dan Ht turun anemia

15 # LED meningkat # SADT= eritrosit: normokrom normositer; rouleaux ++ leukosit dan trombosit normal # Kimia darah: hiperkalsemia Pemeriksaan Radiologik: lesi litik tulang dan fraktur lumbal III DIAGNOSIS BANDING MM RA OA Pemeriksaan Turun (anemia) Sedikit turun Normal Hb Kadar Naik/Normal/Turun Naik (cairan Normal Leukosit synovial) LED Meningkat Meningkat Normal Pemeriksaan Proteinuria (Bence Jones) Normal Normal Urin Gambaran Radiologis - Tampak lesi litik tulang pada tulang yang mengandung sumsum tulang merah (pada tulang pipih) - Osteoporosis difus pada vertebra Wedge Shape - Tampak adanya erosi tulang - Penurunan densitas tulang - Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris - Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral - Kista tulang - Ostefit pinggir sendi - Perubahan struktur anatomi sendi Ciri-ciri lain - Pada eritrosit didapatkan gambaran rouleaux - Sel plasma pada BM meningkat >10% - Pada serum protein elektroforesis: M protein KLASIFIKASI 1. Monoclonal gammopathy of undetermined significance (MGUS): o Sel plasma sumsum tulang < 5% o Pasien asimtomatik o M protein < 3 g/dl

16 o Rontgen tulang normal o Hb dan kalsium normal o Protein Bence Jones negatif o Beta2-mikroglobulin < 3 mg/l o Kreatinin serum normal 2. Mieloma Indolen: o Tidak ada simtom atau gejala penyakit o Tidak ada infeksi rekuren o Serum IgG < 7 g/dl, atau IgA < 5 g/dl o Tidak ada lesi tulang atau < 3 lesi litik o Status Karnofsky > 70% o Hb > 10 mg/dl o Kreatinin serum < 2,0 mg/dl o Labelling index < 1% 3. Smoldering Mieloma: o Seperti pada mieloma indolen + o Sel plasma sumsum tulang 10-30% o Tidak ada lesi tulang PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1. SADT Eritrosit Leukosit Trombosit : Anemia Normokrom Normositer membentuk formasi Rouleaux Formasi ini yang menyebabkan LED meningkat.formasi Rouleaux sendiri disebabkan protein patologis(protein M) : Meningkat sedikit/normal/menurun sedikit : Biasanya jumlahnya normal atau menurun sedikit 2. Bone Marrow Selularitas : Hiperseluler ASE : Normal atau menurun ASG : Meningkat sedikit/normal/menurun sedikit AST : Jumlah Megakariosit meningkat,granulasi sitoplasma megakariosit dan pembentukan trombosit normal Biasanya ditemukan sel plasma lebih dari 10%.Banyaknya sel plasma yang matur dan imatur serta hebatnya infiltrasi kedalam sumsum tulang dapat menjadi dasar penentuan Prognosis.Penderita dengan sel darah yang matur dan infiltrasi yang berupa bercak mempunyai masa hidup yang lebih baik. 3. Kimia Darah Serum elektroforesis digunakan untuk menentukan tipe dari tiap protein yang ada dan kurva karakteristik Urine Protein Elektroforesis untuk mengetahui adanya BENCE-JONES protein didalam urine.bence-jones (> 1gr/dL dalam 24 jam) proteinuria ini sendiri merupakan salah satu yang sangat khas pada multiple Myeloma(70%

17 penderita) dan untuk penetuan terapi.dapat juga menjadi indikasi beratnya kerusakan ginjal pada pasien. Immunofixation digunakan untuk mengetahui sub tipe dari protein.kuantitas atau jumlah level immunoglobulin(igg,iga.igm) dapat menjadi acuan pada respons pasien terhadap pengobatan. Beta-2 mikroglobulin,merupakan prediktor untuk akibat dari multiple myeloma.bisa juga sebagai prognostikator untuk multiple myeloma. CRP (C-Reactive Protein).Dapat digunakan sebagai prognostikator dan memantau aktivitas IL-6 sebagai faktor pertumbuhan untuk sel plasma. 4. X-Ray Decalcificasi : diffuse/local/combined Laesy osteolytic : bulat,multiple Area yang terkena biasanya berlubang namun tanpa disertai sclerosis Biasanya tulang dengan sumsum tulang merah,yang paling sering tulang iga dan tengkorak Oeteoporosis difus pada vertebra (gambaran Wedge Shape) Hal-hal diatas biasanya dilakukan untuk mengecek fraktur phatologis yang dapat memperparah tingkat penyakit dan gangguan pada pasien. 5. MRI Lebih spesifik dari X-Ray biasa dalam menentukan lesi litik saat tejadi kerusakan pada tulang 6. CT-Scan Penatalaksanaan Mieloma Multipel Pengobatan Mieloma Multipel Tujuan pengobatan adalah menghilangkan rasa sakit sehingga pasien dapat bergerak aktif untuk menghindari demineralisasi tulang yang lebih lanjut akibat imobilisasi. Pemakaian korset lumbal yang sederhana dapat mengurangi rasa sakit pada tulang punggung. 1. Pengobatan Suportif Transfusi darah pada penderita yang anemia. Pengobatan terhadap gagal ginjal kronis. Pengobatan terhadap infeksi. Pengobatan terhadap hiperurisemia. Pengobatan patah tulang dan gangguan neurologik. 2. Simptomatik Radiasi untuk penderita dengan lesi osteolitik yang terasa sangat nyeri dan soliter. 3. Pengobatan Sitostatika Kombinasi antara Melphalan 10 mg/m2/hari selama 4 hari dengan Prednison 60 mg/m2/hari selama 4 hari.

18 Kombinasi lain adalah cyclophosphamid 1000 mg/m2 sekali IV dengan prednison 60 mg/m2/hari selama 4 hari. Diulangi setiap 3 minggu. Evaulasi hasil pengobatan 1. Protein M dalam serum berkurang menjadi 50% atau lebih dari keadaan awal. 2. Diameter plasmasitoma berkurang 50% atau lebih dari keadaan awal. 3. Kadar protein M dalam urine berkurang 50% atau lebih dari keadaan awal. 4. Perbaikan tulang secara radiologik. 5. Berkurangnya jumlah sel mieloma dalam sumsum tulang. Non Farmakologi Minum air banyak 2-3 liter / hari agar urin banyak, cukup untuk mengeluarkan kalsium, asam urat, dan rantai ringan imunoglobulin. Infeksi diobati secepatnya. Patah tulang panjang, sebaiknya dipasang pin intramedular kemudian diradiasi, radiasi juga diberikan pada kelainan osteolitik yang terlokalisasi serta penekanan pada sumsum tulang. Hiperkalsemia Infus cairan dan prednisolon. Paling efektif adalah melphalan dan siklofosfamid ( 50% - 60% ) respon yang tinggi. Pengobatan keadaan darurat MM a. Uremia : rehidrasi, obati sebab yang mendasari ( misalnya hiperkalsemia, hiperurisemia ), hemodialisis pada beberapa pasien. b. Hiperkalsemia akut : hidrasi, prednisolon, fosfat, kalsitonin. c. Paraplegia kompresi : dekompresi, irradiasi, kemoterapi. d. Lesi tunggal tulang yang nyeri : kemoterapi atau irradiasi. e. Anemia berat : transfusi packed red cell. f. Komplikasi Multiple Myeloma g. Paraprotein dalam sirkulasi dapat memberi berbagai komplikasi seperti hipervolemia, hiperviskositas, diatesis hemoragik, dan krioglobulinemia. Karena terjadi pengendapan rantai ringa,dalam bentuk amiloid atau sejenisnya dapat terjadi gangguan fungsi ginjal dan jantung. Faktor pengaktif osteoklas ( OAF ) seperti IL1-β, limfotoksin dan tumor necrosis factor ( TNF ) bertanggung jawab atas osteolisis dan osteoporosis yang demikian khas untuk penyakit ini. Karena kelainan tersebut pada penyakit ini dapat terjadi fraktur ( mikro ) yang menyebabkan nyeri tulang, hiperkalsemia dan hiperkalsiuria. Konsentrasi imunoglobulin normal dalam serum sering sangat menurun dan fungsi sumsum tulang yang menrun dan neutropenia yang kadang-kadang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.

19 h. Gagal ginjal pada Multiple Mieloma disebabkan karena hiperkalsemia, adanya deposit mieloid pada glomerulus, hiperurisemia, infeksi yang rekuren, infiltrasi sel plasma pada ginjal, dan kerusakan tubulus ginjal oleh karena infiltrasi rantai berat yang berlebihan. Sedangkan anemia disebabkan oleh karena tumor menyebabkan penggantian sumsum tulang dan inhibisi secara langsung terhadap prose hemaopoiesis, perubahan megaloblastik akan menurunkan produksi vitamin B12 dan asam folat. i. Faktor Prognostik Multiple Mieloma j. Banyak faktor prognostik klinik yang berkorelasi kuat dengan massa sel mieloma, yang dapat ditaksir berdasarkan atas banyaknya paraprotein total yang diproduksi pad pasien selama 24 jam, dibagi oleh bannyaknya paraprotein yang diproduksi per sel dalam kurun waktu yang sama. Faktor prognostik yang berpengaruh terhadap perkembangan multiple mieloma adalah kadar hemoglobin, kalsium, kreatinin serum, β 2 mikroglobulin, albumin, FISH kromosom 13 dan 11 pada sitogenetik sumsum tulang, CRP, sel plasma indeks labelling dan IL-6 serum. Cara penetapan stadium klinik dari Durie dan Salmon dikorelasi dengan masssa tumor yang ditaksir. k. Ketahanan hidup rata-rata pasien Multiple Mieloma bervariasi tergantung pada stadium penyakit,dari 4-45 bulan. Juga kadar β 2 mikroglobulin menunjukkan korelasi yang jelas dengan masa tumor yang ditaksir. Daftar Pustaka

20 Dorland,W.A.Newman. Kamus kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta:EGC,2002. Syahrir, Mediarty Mieloma Multipel dan Penyakit Gamopati Lain dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI.

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Patogenesis Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Cytokine-mediated signaling pertumbuhan dan ketahanan sel

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA DI RUANG 27 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL. Disusun oleh :

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA DI RUANG 27 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL. Disusun oleh : LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA DI RUANG 27 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL Disusun oleh : Tri Wahyudi Arif B. 201420461011091 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

MULTIPLE MYELOMA (MM)

MULTIPLE MYELOMA (MM) MULTIPLE MYELOMA (MM) PENDAHULUAN Mieloma Multiple atau Multiple Myeloma (MM) adalah penyakit yang timbul karena transformasi ganas bentuk terminal limfosit B, yaitu sel plasma. MM khas memproduksi paraprotein

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini

Lebih terperinci

KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA

KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA KEGANASAN HEMATOLOGI PADA ORANG DEWASA Penyakit Mieloproliferatif Suatu penyakit kronik, akibat proliferasi clone sel sumsum tulang,sehingga peningkatan produksi satu atau lebih seri hematopoisis. Terdiri

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

MULTIPLE MYELOMA. Oleh : Andre Prasetyo Mahesya, S. Ked Assyifa Anindya, S. Ked Pembimbing : Dr. Juspeni Kartika, Sp.

MULTIPLE MYELOMA. Oleh : Andre Prasetyo Mahesya, S. Ked Assyifa Anindya, S. Ked Pembimbing : Dr. Juspeni Kartika, Sp. MULTIPLE MYELOMA Oleh : Andre Prasetyo Mahesya, S. Ked 1018011109 Assyifa Anindya, S. Ked 1018011043 Pembimbing : Dr. Juspeni Kartika, Sp.PD KEPANITERAAN KLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.H. ABDUL MOELOEK

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

LEUKEMIA. - pendesakan kegagalan sumsum tulang - infiltrasi ke jaringan lain

LEUKEMIA. - pendesakan kegagalan sumsum tulang - infiltrasi ke jaringan lain LEUKEMIA Keganasan sistem hemopoietik: transformasi maligna suatu progenitor/prekursor sel darah klon sel ganas proliferasi patologis (abnormal) & tidak terkendali menyebabkan: - pendesakan kegagalan sumsum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI Mieloma multipel termasuk dalam kelainan gamopati monoklonal karena berasal dari limfosit yang menghasilkan paraprotein (globulin gamma) yang bersifat monoklonal. Mieloma

Lebih terperinci

MULTIPLE MYELOMA. Gambar 1. Anatomi tulang belakang dan sarafnya

MULTIPLE MYELOMA. Gambar 1. Anatomi tulang belakang dan sarafnya MULTIPLE MYELOMA A. ANATOMI Pemahaman dasar tentang anatomi dan fungsi tulang belakang sangat penting untuk pasien dengan gangguan tulang belakang. Kolumna vertebralis orang dewasa terdiri dari 33 vertebra

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA

LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA LAPORAN PENDAHULUAN MULTIPLE MYELOMA A. DEFINISI Multiple myeloma dikenal juga dengan istilah Plasma cell myeloma, Plasma cell dyscrasia, Plasmacytoma, Plasmacytoma of bone, Plasma cell neoplasm, Extraosseous

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

MULTIPLE MYELOMA ANATOMI

MULTIPLE MYELOMA ANATOMI MULTIPLE MYELOMA PENDAHULUAN Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah

Lebih terperinci

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling sering

Lebih terperinci

Multiple Myeloma DEFINISI GEJALA. Penyebab & Faktor Risiko

Multiple Myeloma DEFINISI GEJALA. Penyebab & Faktor Risiko Multiple Myeloma DEFINISI Multiple myeloma adalah kanker yang terjadi pada sel plasma, jenis sel darah putih yang dihasilkan dari sumsum tulang. Sel plasma normalnya menghasilkan protein yang disebut antibodi

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

1. Epifisis Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder. DEFINISI

1. Epifisis Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder. DEFINISI DEFINISI Multipel mieloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sel plasma imatur dan matur yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A) REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk

Lebih terperinci

Penyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN

Penyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN Penyakit Leukimia TUGAS 1 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah Editor : LUPIYANAH G1C015041 D4 ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN MIELOMA MULTIPEL DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN MIELOMA MULTIPEL DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN MIELOMA MULTIPEL DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN 2014-2015 Mieloma multipel adalah keganasan sel plasma dalam sumsum tulang khas disertai lesi osteolitik dan terdapat protein

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

leukemia Kanker darah

leukemia Kanker darah leukemia Kanker darah Pendahuluan leukemia,asal kata dari bahasa yunani leukos-putih,haima-darah. leukemia terjadi ketika sel darah bersifat kanker yakni membelah tak terkontrol dan menggangu pembelahan

Lebih terperinci

MATURASI SEL LIMFOSIT

MATURASI SEL LIMFOSIT BAB 5 MATURASI SEL LIMFOSIT 5.1. PENDAHULUAN Sintesis antibodi atau imunoglobulin (Igs), dilakukan oleh sel B. Respon imun humoral terhadap antigen asing, digambarkan dengan tipe imunoglobulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia hemolitik otoimun (autoimmune hemolytic anemia /AIHA)

BAB I PENDAHULUAN. Anemia hemolitik otoimun (autoimmune hemolytic anemia /AIHA) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Anemia hemolitik otoimun (autoimmune hemolytic anemia /AIHA) merupakan salah satu penyakit otoimun di bagian hematologi. AIHA tergolong penyakit yang jarang, akan

Lebih terperinci

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Kelainan darah pada lupus Komponen darah Kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tikus Putih Tikus putih termasuk dalam kingdom Animalia, Filum Chordata, Klas Mamalia, Ordo Rodentina, Famili Muridae, Subfamily Muroidae, Genus Rattus, Species Rattus

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK Anemia Hemolitik Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK Anemia hemolitik didefinisikan : kerusakan sel eritrosit yang lebih awal.bila tingkat kerusakan lebih cepat dan kapasitas sumsum tulang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan

Lebih terperinci

tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diinginkan dan perlu disingkirkan. Lingkungan disekitar manusia mengandung

tua dan sel yang bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diinginkan dan perlu disingkirkan. Lingkungan disekitar manusia mengandung BAB I PENDAHULUAN Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh dapat mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Lekosit Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlah sel darah putih lebih sedikit. Diameter

Lebih terperinci

LEUKEMIA. Disusun Oleh: DIAN SHEILA APRILIA HANAN MEI FATMAWATI

LEUKEMIA. Disusun Oleh: DIAN SHEILA APRILIA HANAN MEI FATMAWATI LEUKEMIA Disusun Oleh: DIAN SHEILA APRILIA HANAN MEI FATMAWATI Anatomi dan Fisiologi Fungsi darah SEL DARAH darah adalah jaringan ikat bentuk cair volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat badan normal

Lebih terperinci

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik : anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah merah yang

Lebih terperinci

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia atau lebih dikenal kanker darah atau sumsum tulang merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal tidak terkontrol (sel neoplasma) yang berasal dari mutasi sel normal.

Lebih terperinci

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Nama : Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Mata Kuliah : Kep. Medikal Bedah Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan

Lebih terperinci

Review Sistem Hematology

Review Sistem Hematology Nama : rp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Mata Kuliah : Kep. Medikal Bedah Topik : Pengkajian Sistem Hematologi 1 Review Sistem Hematology Ikhsanuddin

Lebih terperinci

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah - - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp5darah Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Epidemiologi

Pendahuluan. Epidemiologi Pendahuluan Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrak fisik atau bahan kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu.( Fardiaz S, 1992

Lebih terperinci

Gambar: Struktur Antibodi

Gambar: Struktur Antibodi PENJELASAN TENTANG ANTIBODY? 2.1 Definisi Antibodi Secara umum antibodi dapat diartikan sebagai protein yang dapat ditemukan pada plasma darah dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan

Lebih terperinci

Pola Gambaran Darah Tepi pada Penderita Leukimia di Laboratorium Klinik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Pola Gambaran Darah Tepi pada Penderita Leukimia di Laboratorium Klinik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Pola Gambaran Darah Tepi pada Penderita Leukimia di Laboratorium Klinik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Kemas Ya kub Rahadiyanto 1, Phey Liana 1, Baity Indriani 1 1. Bagian Patologi Klinik, Fakultas

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Artritis Reumatoid Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun dengan karakteristik adanya inflamasi kronik pada sendi disertai dengan manifestasi sistemik seperti

Lebih terperinci

Makalah Sistem Hematologi

Makalah Sistem Hematologi Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian umum darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang primitif sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam

Lebih terperinci

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Limfoma Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Limfoma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk

Lebih terperinci

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Darah adalah jaringan cair

Lebih terperinci

LAPORAN TUTORIAL MODUL : Ilmu Penyakit Dalam TRIGGER 5. OLEH: Kelompok Tutorial XVII

LAPORAN TUTORIAL MODUL : Ilmu Penyakit Dalam TRIGGER 5. OLEH: Kelompok Tutorial XVII LAPORAN TUTORIAL MODUL : Ilmu Penyakit Dalam TRIGGER 5 OLEH: Kelompok Tutorial XVII Fasilitator : dr.rifkind Malik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG 2012/2013 Trigger 5 : Bukan karena

Lebih terperinci

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 1. Imunitas natural :? Jawab : non spesifik, makrofag paling berperan, tidak terbentuk sel memori 2. Antigen : a. Non spesifik maupun spesifik,

Lebih terperinci

REFERAT MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT (MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA

REFERAT MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT (MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA REFERAT MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) VERSUS MDCT (MULTIDETECTOR COMPUTERIZED TOMOGRAPHY) DALAM DETEKSI DAN PENENTUAN STADIUM MULTIPLE MYELOMA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada 4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Atopi dan uji tusuk kulit Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada tempatnya dan sering digunakan untuk menggambarkan penyakit yang diperantarai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi, PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)

Lebih terperinci

Myeloma atau disebut juga plasma dyscrasia dibagi menjadi 2,yaitu

Myeloma atau disebut juga plasma dyscrasia dibagi menjadi 2,yaitu Multiple myeloma 2011-05-01 Assalamualaikum,..mari bahas tentang myeloma... Bismillah.. Myeloma atau disebut juga plasma dyscrasia dibagi menjadi 2,yaitu A.maligna Multiple myeloma Plasma cell leukemia

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

Respon imun adaptif : Respon humoral

Respon imun adaptif : Respon humoral Respon imun adaptif : Respon humoral Respon humoral dimediasi oleh antibodi yang disekresikan oleh sel plasma 3 cara antibodi untuk memproteksi tubuh : Netralisasi Opsonisasi Aktivasi komplemen 1 Dua cara

Lebih terperinci

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic

Lebih terperinci

MEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA

MEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA MEKANISME RESPON IMUN TERHADAP KANKER PAYUDARA Penyusun : 1. Tiara Fenny Santika (1500023251) 2. Weidia Candra Kirana (1500023253) 3. Ratih Lianadewi (1500023255) 4. Muna Marzuqoh (1500023259) 5. Luay

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

SISTEM PERTAHANAN TUBUH SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK SEL SISTEM IMUN SPESIFIK Diana Holidah Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Components of the Immune System Nonspecific Specific Humoral Cellular Humoral Cellular complement,

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari BAB VI PEMBAHASAN VI.1. Pembahasan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari kedua kelompok tak berbeda bermakna. Kadar NO serum antar kelompok berbeda bermakna. Kadar NO

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB IV Darah Darah berfungsi sebagai : 1. Alat transport O 2 dari paruparu diangkut keseluruh tubuh. CO 2 diangkut dari seluruh tubuh ke paruparu. Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) merupakan salah satu penyakit di bidang hematologi yang terjadi akibat reaksi autoimun. AIHA termasuk

Lebih terperinci

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan antara jumlah trombosit dengan kejadian pada pasien DBD (DSS) anak ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit beragam (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011). Manifestasi klinis SLE

BAB I PENDAHULUAN. penyakit beragam (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011). Manifestasi klinis SLE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya dengan gambaran klinis yang luas serta tampilan perjalanan

Lebih terperinci

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN Fakultas : Kedokteran Program Studi : Pendidikan Dokter Blok : Hematologi Bobot : 4 SKS Semester : II Standar Kompetensi : etiologi, patogenesis dan

Lebih terperinci