BAB II KAJIAN TEORI. merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Investasi Abdul Halim (2005:4) berpendapat bahwa investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua yaitu pertama investasi pada aset- aset finansial (financial assets) berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga yang dilakukan di pasar uang dan investasi yang dilakukan di pasar modal, misalnya saham, obligasi, waran, opsi. Kedua investasi pada aset- aset riil (real assets) seperti pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan pembukaan perkebunan dan lainnya. Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi pada aset-aset yang dapat dipasarkan dan kapan dilakukan, untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut (Abdul Halim, 2005:4) : 1. Menentukan tujuan investasi Tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu: return yang diharapkan (expected of return), risiko (risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. Apabila dana cukup tersedia, maka investor menginginkan return yang maksimal dengan risiko tertentu. Umumnya hubungan antara risiko dengan return yang diharapkan 7

2 (expected return) bersifat linier, artinya semakin tinggi tingkat risiko, maka semakin tinggi pula return yang diharapkan. 2. Melakukan analisis Tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu aset atau sekelompok aset. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasi aset yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah, ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: a. Pendekatan Fundamental Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. Karena kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi sektor industri dimana perusahaan tersebut berada dan perekonomian secara makro, maka untuk memperkirakan prospek harga sahamnya di masa mendatang harus dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Jadi analisis ini dimulai dari siklus usaha perusahaan secara umum, selanjutnya ke sektor industrinya. Akhirnya dilakukan evaluasi terhadap kinerjanya dan saham yang diterbitkannya. b. Pendekatan Teknikal Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. Para analisis memperkirakan pergeseran penawaran (supply) dan permintaan (demand) dalam jangka pendek, serta 8

3 mereka berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari penawaran dan permintaan. Namun demikian, analisis ini lebih mudah dan cepat dibanding analisis fundamental, karena dapat secara simultan diterapkan pada beberapa saham. Analisis ini tidak menganggap bahwa analisis fundamental tidak berguna, namun investor menganggap bahwa analisis fundamental terlalu rumit dan terlalu banyak mendasarkan pada laporan keuangan emiten. Oleh karena itu, analisis teknikal mendasarkan diri pada premis bahwa harga saham tergantung pada penawaran dan permintaan saham itu sendiri. Data finansial historis yang tergambar pada diagram dipelajari untuk mendapatkan suatu pola yang berarti, dan pola tersebut digunakan untuk memprediksi harga di masa mendatang, serta untuk memperkirakan pergeseran individual saham maupun pergerakan indeks pasar (market index). 3. Membentuk portofolio Tahap ini dilakukan identifikasi terhadap aset-aset mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masingmasing aset tersebut. 4. Mengevaluasi kinerja portofolio Tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk, baik terhadap return yang diharapkan maupun terhadap risiko yang ditanggung. Sebagai tolak ukur digunakan dua cara, yaitu: pertama, 9

4 pengukuran (measurement) adalah penilaian kinerja portofolio atas dasar aset yang telah ditanamkan dalam portofolio tersebut. Kedua, perbandingan (comparison) yaitu penilaian berdasarkan pada perbandingan dua set portofolio dengan risiko yang sama. 5. Merevisi portofolio Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja portofolio, dari hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan revisi (perubahan) terhadap aset- aset yang membentuk portofolio tersebut jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi. Revisi tersebut dapat dilakukan secara total yaitu dilakukan likuidasi atas portofolio yang ada, kemudian dibentuk portofolio yang baru, atau dilakukan secara terbatas, yaitu dilakukan perubahan atas proporsi atau komposisi dana yang dialokasikan dalam masing-masing aset yang membentuk portofolio tersebut. B. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau surat kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas. Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik saham tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkansurat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Tjiptono Darmadji, 2001:5). 10

5 C. Transaksi Saham Sebelum melakukan jual beli saham, seperti layaknya membuka rekening di bank maka terlebih dahulu harus membuka rekening disatu atau beberapa perusahaan aset, maka secara resmi telah tercatat sebagai nasabah dan data identitas tercatat dalam pembukuan perusahaan aset seperti nama, alamat, nomor rekening bank dan data- data lainnya. Bersama dengan pembukuan rekening ini, terdapat perjanjian harus ditandatangani dengan perusahaan aset yang menyangkut hak dan kewajiban kedua belah pihak. Pada dasarnya tidak ada batasan dana dan jumlah untuk jual beli saham, jumlah yang diperjual-belikan adalah dalam satuan perdagangan yang disebut lot, dalam bursa aset Indonesia satu lot berarti 100 saham, itulah batas minimal pembelian saham. Dana yang dibutuhkan untuk bisnis saham menjadi bervariasi karena beragamnya harga saham-saham yang tercatat di bursa. D. Jakarta Islamic Index Jakarta Islamic Index (JII) adalah indeks saham yang didasarkan atas prinsip syariah. Saham dalam JII terdiri atas 30 saham yang keanggotaannya akan terus ditinjau secara berkala berdasarkan kinerja transaksi di perdagangan bursa, rasio- rasio keuangannya, dan ketaatannya pada prinsipprinsip syariah sebagaimana termaktub dalam fatwa Dewan Syariah Nasional no 05/DSN-MU/IV/2000 tentang jual beli saham dan fatwa 40/DSN- MUI/IX/2003 tentang pasar modal, serta pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal. 11

6 Saham- saham yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti: a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan usaha asuransi konvensional c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram d. Usaha yang memproduksi mendistribusi dan atau menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Selain kriteria di atas, dalam proses pemilihan saham yang masuk JII, Bursa Aset Jakarta melakukan tahap- tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu: a. Kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar). b. Saham yang berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal 90%. c. Enam puluh saham dari susunan saham berdasarkan urutan rata- rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir. d. Tiga puluh saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir. 12

7 Evaluasi terhadap saham- saham yang masuk dalam perhitungan JII dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan penentuan komponen index pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan terus diawasi berdasarkan data- data publik yang tersedia. Apabila saham- saham tersebut tidak lagi memenuhi prinsip- prinsip syariah, otoritas akan mengeluarkannya dari JII dan kedudukannya digantikan saham lain yang memenuhi prinsip- prinsip syariah (Muhamad Nafik, 2009:260). Dilihat dari nilai kapitalisasinya maupun nilai indeksnya, sahamsaham yang tergabung dalam JII punya kinerja yang baik. Saham- saham JII merupakan saham yang masuk kategori blue chips yaitu sekitar 80%, masuk kategori LQ-45 sehigga pergerakan kapitalisasi dan indeks saham- saham JII selalu mengikuti pergerakan pasar. E. Teori Portofolio Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik berupa aset riil maupun aset finansial yang dimiliki investor (Abdul Halim, 2005:54). Suatu portofolio dikatakan efisien apabila portofolio tersebut ketika dibandingkan dengan portofolio lain memberikan nilai return terbesar dengan risiko yang sama, atau memberikan nilai risiko terkecil dengan return yang sama. Portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih oleh investor dari kumpulan portofolio efisien. Pemilihan portofolio tersebut disesuaikan dengan preferensi investor yang bersangkutan terhadap return maupun risiko pada portofolio yang dipiliih. 13

8 F. Return Return merupakan keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan. Return dapat berupa realized return (return realisasi) yang sudah terjadi atau expected return (return ekspektasi) yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Realized return penting karena digunakan sebagai salah satu alat pengukur kinerja dari suatu perusahaan. Realized return atau return historis juga digunakan dalam menghitung expected return dan risiko di masa mendatang. Nilai realized return saham ke-i, i = 1,2,...,n, periode ke-t,t = 1,2,..., n, dilambangkan dengan, dihitung berdasarkan data historis dengan rumus sebagai berikut : (2.1) Keterangan : = realized return saham ke-i pada periode ke- t = harga saham pada periode ke-t = harga saham pada periode t-1 Expected return adalah tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor di masa mendatang, dihitung berdasarkan rata-rata yang berasal dari suatu distribusi return sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) : ( ) (2.2) Keterangan : ( ) = expected return saham ke-i n = banyaknya periode yang mungkin terjadi 14

9 Return yang dipersyaratkan (required return) atau return minimal merupakan tingkat return minimal yang dikehendaki oleh investor atas preferensi subyektif investor terhadap risiko. Return yang dipersyaratkan diperoleh secara historis. Nilai return yang dipersyaratkan biasanya merupakan nilai mean dari expected return seluruh saham yang diinvestasikan. Realized return portofolio adalah jumlah nilai return realisasi sahamsaham di dalam portofolio (Jogiyanto, 2010 : 312) sebagai berikut: (2.3) Keterangan : = realized return portofolio = proporsi saham yang diinvestasikan Expected return portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari expected return masing- masing saham tunggal pada portofolio. Secara matematis, return portofolio dapat ditulis sebagai berikut (Jogiyanto,2010 : 312) : ( ) ( ( )) (2.4) Keterangan : ( ) = expected return portofolio G. Risiko Menurut Wardani (2010) risiko adalah kemungkinan penyimpangan realized return dengan expected return. Semakin besar tingkat perbedaan antara realized return dengan expected return semakin besar pula tingkat risikonya. Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, 15

10 maka preferensi investor terhadap risiko dibedakan menjadi tiga (Mohammad Samsul, 2007:356), yaitu: 1. Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker) Risk seeker merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih memilih investasi dengan risiko yang lebih besar. Biasanya investor ini bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi. 2. Investor yang netral (risk neutrality) Investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko investor jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati- hati dalam mengambil keputusan. 3. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter) Investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akanlebih suka mmilih investasi dengan risiko yang lebih kecil. Biasanya investor bersikap matang dalam menentukan pilihan investasi. Risiko saham ke-i diukur dengan standard deviation sebagai berikut (Jogiyanto, 2010: 229) Keterangan : = risiko saham ke-i ( ( )) (2.5) 16

11 Risiko portofolio dapat dihitung menggunakan varians dari, dapat ditulis sebagai berikut(jogiyanto, 2010: 257): ( ). ( )/ ( ( )) (( ) (( )) ( ( ) ( ) ( )) ( ( ) ( ) ( )) ( ( ( )) ( ( )) ( ( ))) ( ( ( )) ( ( )) ( ( )) ( ( ))( ( )) ( ( ))( ( )) ( ( ))( ( )) ( ) Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks berikut:, - [ ] [ ] (2.6) 17

12 Keterangan : = varians portofolio = kovarians saham ke-i dan ke- j Setelah diketahui varians portofolio, dapat dihitung standard deviation yang merupakan risiko portofolio ( ) diperoleh dari akar kuadrat dari varians portofolio. H. Beta Saham Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu saham atau return portofolio terhadap return pasar. Beta saham ke-i mengukur volatilitas return saham ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar, dengan demikian beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu saham (Jogiyanto,2010:375). Beta portofolio dapat dihitung dengan mengetahui beta masing masing saham terlebih dahulu. Beta saham ke-i dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Jogiyanto, 2010; 383): Keterangan : = beta saham ke-i = return pasar periode ke- t = return pasar ( ( ))( ( )) ( ( )) (2.7) Beta portofolio ( ) merupakan rata- rata tertimbang dari beta masing- masing saham ( ), sebagai berikut : 18

13 (2.8) Keterangan: = proporsi saham ke-i = beta portofolio Jika beta suatu saham sama dengan satu,, berarti saham tersebut memiliki risiko yang sama dengan risiko rata- rata pasar. Misalnya, jika IHSG naik 5%, maka harga pasar saham tersebut cenderung meningkat 5%. Sementara itu, jika, berarti saham tersebut memiliki risiko lebih kecil dari risiko rata- rata pasar dan saham tersebut akan bergerak 0,5 kali perubahan IHSG. Selanjutnya jika, berarti saham tersebut memiliki risiko lebih besar dari risiko rata- rata pasar dan saham tersebut akan bergerak 1,5 kali perubahan IHSG. Oleh karena itu, semakin besar beta, maka akan semakin peka excess return suatu saham terhadap perubahan excess return portofolio pasar, sehingga saham itu akan semakin berisiko, dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pengembalian portofolio ditentukan oleh risiko sistematis atau risiko pasar yang diukur dengan beta ( ) dan tingkat pengembalian pasar. Beta saham mengindikasikan tingkat kepekaan saham terhadap kondisi pasar secara umum. Jika beta suatu saham lebih besar dari beta pasar ( ), berarti saham tersebut memiliki risiko lebih tinggi dari risiko ratarata pasar, dan saham tersebut termasuk saham agresif. Sebaliknya, jika beta suatu saham lebih kecil dari satu, berarti saham tersebut termasuk saham defensif. Beta saham sangat berguna untuk mengukur seberapa tingkat 19

14 keberanian investor dalam menanggung risiko. Semakin berani seorang investor menanggung risiko, dia akan memilih saham- saham agresif (Abdul Halim, 2005:74). I. Koefisien Variasi Dua faktor harus dipertimbangkan bersama-sama dalam melakukan analisis investasi, yaitu expected return dan risiko saham. Koefisien variasi (coefficient of variation) dapat digunakan untuk mempertimbangkan dua faktor tersebut bersamaan (Jogiyanto,2010:290). merupakan notasi koefisien variasi untuk saham ke-i. Rumus koefisien variasi adalah: ( ) (2.9) Rumus koefisien variasi dapat diartikan bahwa semakin kecil nilai semakin baik saham tersebut. Semakin kecil menunjukkan semakin kecil risiko saham dan semakin besar expected return. J. Indeks Sharpe Tujuan penilaian kinerja portofolio adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah portofolio yang dibentuk telah dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan investasi sehingga dapat diketahui portofolio mana yang memiliki kinerja yang lebih baik jika ditinjau dari tingkat return dan risiko masing- masing. Metode yang digunakan dalam penilaian kinerja portofolio umumnya adalah Indeks Sharpe, Indeks Treynor dan Indeks Jensen. Sharpe menyatakan bahwa portofolio yang memiliki kinerja terbaik adalah yang mempunyai Indeks Sharpe tertinggi. Indeks Sharpe dihitung dengan rumus sebagai berikut (Rahadian, 2014: 5): 20

15 (2.10) Keterangan: = indeks sharpe = return Portofolio = risiko portofolio K. Pemrograman Linier Menurut Fredick S. Hiller dan Gerald J. Lieberman, program linier merupakan suatu model matematis untuk menggambarkan masalah yang dihadapi. Linier berarti bahwa semua fungsi matematis dalam model ini harus merupakan fungsi fungsi linier. Pemrogaman merupakan sinonim untuk kata perencanaan, dengan demikian membuat rencana kegiatan- kegiatan untuk memperoleh hasil yang optimal, ialah suatu hasil untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan cara yang paling baik (sesuai dengan model matematis) diantara semua alternatif yang mungkin (Andi Wijaya,2013: 9). Program linier dikenal dua macam fungsi, yaitu: a. Fungsi tujuan, menggambarkan apa yang ingin dicapai perusahaan dengan menggunakan sumber daya yang ada, fungsi tujuan digambarkan dalam bentuk maksimasi ( misalnya untuk laba, penerimaan, produksi, dan lainlain atau minimasi (misalnya untuk biaya) yang dinyatakan dalam notasi Z. b. Fungsi kendala, menggambarkan kendala- kendala yang dihadapi perusahaan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan tersebut, misalnya 21

16 mesin, tenaga kerja, dan lain- lain, untuk kasus program linier, kendala yang dihadapi berjumlah dari satu kendala. 1. Asumsi Asumsi Dasar Pemrograman Linier Asumsi asumsi dasar pemrograman linier diuraikan agar penggunaan teknik pemrograman linier dapat memuaskan untuk berbagai masalah. Adapun asumsi asumsi dasar pemrograman linier sebagai berikut (Pangestu Subagyo,1995:14) : a) Kesebandingan (Proportionality) Asumsi ini mempunyai arti bahwa naik turunnya nilai fungsi tujuan dan penggunaan sumber atau fasilitasyang tersedia akan berubah secara sebanding (proportional ) dengan perubahan tingkat kegiatan. b) Penambahan (Additivity) Nilai fungsi tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi atau dalam pemrograman linier dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai tujuan yang diperoleh dari kegiatan lain. c) Dapat dibagi (Divisibility) Asumsi inimenyatakan bahwa keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa jikangan pecahan. Demikian pula dengan nilai tujuan yang dihasilkan. d) Kepastian (Deterministic) Semua parameter yang terdapat dalam model pemrograman linier dapat diperkirakan dengan pasti. 22

17 2. Bentuk Umum Model Pemrograman Linier Masalah pemrograman linier merupakan masalah optimasi bersyarat yakni pencarian nilai maksimum atau pencarian nilai minimum sesuatu fungsi tujuan berkenaan dengan keterbatasan keterbatasan atas kendala yang harus dipenuhi. Masalah- masalah tersebut secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut (Johannes Supranto, 1991: 44): Fungsi tujuan meminimalkan dinotasikan dengan Z dan relasi dalam kendala berbentuk ( ), dapat ditulis sebagai berikut: Meminimalkan dengan kendala,, i = 1,2,..., n (2.11) Fungsi tujuan memaksimalkan dinotasikan dengan Z dan relasi dalam kendala berbentuk ( ), dapat ditulis sebagai berikut: Memaksimalkan dengan kendala, 23

18 (2.12) Keterangan : : variabel keputusan ke-n : suku tetap/ bahan mentah ke-m yang tersedia : koefisien kendala : koefisien ongkos ke-n L. Metode Simpleks Metode simpleks pertama kali diperkenalkan oleh George B. Dantzig pada tahun 1947 dan telah diperbaiki oleh para ahli lain. Metode simpleks adalah suatu prosedur bukan secara grafis maupun aljabar yang digunakan untuk mencari nilai optimal dari fungsi tujuan dalam masalah-masalah optimisasi yang terkendala. Pencarian nilai optimum dengan menggunakan metode simpleks dilakukan proses pengulangan (iterasi) dimulai dari penyelesaian dasar awal yang layak (feasible) hingga penyelesaian dasar akhir yang layak dimana nilai dari fungsi tujuan telah optimum. Dalam hal ini proses pengulangan tidak dapat dilakukan lagi. Secara khusus prosedur pengulangan mudah dipahami menggunakan operasi baris dari Gauss-Jordan. Permasalahan model linear harus diubah kedalam bentuk kanonik sebelum dilakukan penyelesaian menggunakan metode simpleks, perubahan tersebut meliputi fungsi tujuan dan kendala (Josep, 2004: 199). 24

19 1. Fungsi kendala Terdapat tiga persyaratan untuk merumuskan fungsi kendala masalah pemrogaman linier dengan menggunakan metode simpleks, yaitu a. Semua kendala pertidaksamaan harus dinyatakan sebagai persamaan Sebelum penyelesaian dengan metode simpleks pertidaksamaan harus diyatakan dalam persamaan linier. Perubahan tersebut dibedakan menjadi tiga sesuai sifat persamaaan tersebut 1) Tanda lebih kecil dari atau sama dengan ( ) Kendala yang mempunyai tanda lebih kecil dari atau sama dengan harus ditambahkan dengan variabel slack ( ) non negatif disisi kiri kendala. Variabel ini untuk membuat ruas yang semula longgar menjadi ketat sehingga sama nilainya dengan ruas yang lainnya (B. Susanta, 1994: 69). Contoh kendala berubah menjadi 2) Tanda lebih besar dari atau sama dengan ( ) Kendala yang mempunyai tanda lebih besar dari atau sama dengan ( ) harus ditambahkan dengan variabel surplus (t) non negatif disisi kanan kendala dan ditambahkan variabel buatan atau artificial variabel (q) disisi kiri. Variabel surplus untuk membuat ruas yang semula longgar menjadi ketat sehingga sama nilainya dengan ruas yang lainnya. Variabel buatan memudahkan untuk menyelesaikan masalah awal metode simpleks. Contoh kendala berubah menjadi 25

20 3) Tanda sama dengan (=) Setiap kendala yang mempunyai tanda sama dengan (=), harus ditambahkan dengan variabel buatan di sisi kiri kendala. Contoh kendala berubah menjadi. b. Sisi kanan dari suatu kendala persamaan tidak boleh negatif Jika sebuah kendala bernilai negatif di sisi kanan, kendala tersebut harus dikalikan -1 untuk membuat sisi kanan positif.jika terdapat pertidaksamaan yang sisi kanan bernilai negatif maka harus dikalikan -1 sehingga merubah tanda pertidaksamaanya juga. Contoh kendala berubah menjadi c. Semua variabel dibatasi nilai-nilai non negatif Variabel-variabel yang bernilai negatif terdapat metode khusus dalam penyelesaiannya akan tetapi tidak dibahas dalam tulisan ini. Contoh kendala 2. Fungsi tujuan Permasalahan model linear dapat dibedakan menjadi dua yaitu meminimalkan atau memaksimalkan fungsi tujuan. Perubahan masingmasing fungsi tujuan kedalam bentuk kanonik berbeda satu sama lain,dapat dituliskan bentuk kanonik dari metode simpleks sebagai berikut(josep, 2012: 203): 26

21 a. Fungsi tujuan meminimalkan Meminimalkan dengan kendala dengan dan untuk i=1,2,...,m; j=1,2,...,n (2.13) maka bentuk kanonik metode simpleks dapat dituliskan menjadi: b. Fungsi tujuan memaksimalkan Memaksimalkan (2.14) dengan kendala (2.15) 27

22 dengan dan untuk i=1,2,...,m; j=1,2,...,n maka bentuk kanonik metode simpleks dapat dituliskan menjadi: (2.16) dimana adalah variabel slack non negatif. Tabel awal simpleks dengan matriks yang diperbesar dengan penambahan variabel basis dan. Tabel awal simpleks dapat dilihat seperti Tabel 2.1 Dumairy,2012:369). Tabel 2. 1 Tabel Awal Simpleks Penyelesaian Program Linear Z Z 28

23 Keterangan : = variabel fungsi tujuan = koefisien teknis = konstanta ruas kanan setiap kendala = koefisien ongkos fungsi tujuan, untuk variabel slack dan surplus bernilai nol sedangkan variabel artifisial bernilai M untuk polamemaksimalkan dan M untuk pola meminimumkan = variabel basis pada persamaan kanonik = koefisien untuk variabel dalam basis, pada awal koefisien ini bernilai nol. = hasil kali, dengan kolom = rasio terkecil untuk menentukan variabel keluar (baris pivot), diperoleh dengan rumus yang digunakan untuk menentukan baris kunci yaitu dipilih dengan terkecil dengan Z = nilai fungsi tujuan yang diperoleh dari Penyelesaian metode simpleks dilakukan guna memperoleh kombinasi yang optimal dari variabel-variabel pilihan. Langkah-langkah penyelesaian metode simpleks sebagai berikut (Dumairy, 2012:370): 1. Rumuskan dan mengubah model menjadi bentuk kanonik. 2. Bentuk tabel pertama berdasarkan keterangan tabel simplek Tentukan kolom pivot diantara kolom- kolom variabel yang ada, yaitu 29

24 kolom yang mengandung nilai ( maksimasi atau mengandung nilai ( ) paling positif untuk kasus ) paling negatif jika kasusnya minimasi. 4. Tentukan baris pivot diantara baris baris variabel yang ada,yaitu baris yang memiliki rasio kuantitas dengan nilai positif terkecil, baik masalah maksimasi maupun minimasi. 5. Bentuk tabel berikutnya dengan memasukkan variabel yang masuk ke kolom program dan mengeluarkan variabel yang keluar dari kolom tersebut, serta lakukan transformasi baris- baris variabel. 6. Lakukan pengujian optimalitas. Ciri-ciri tabel simpleks yang sudah optimal dibedakan menjadi a. Pola memaksimumkan Tabel sudah optimal jika ( ) untuk semua j b. Pola meminimumkan Tabel sudah optimal jika ( ) untuk semua j Selanjutnya kembali ke langkah nomor 2 dan seterusnya hingga diperoleh penyelesaian yang optimal.berikut merupakan contoh penyelesaian masalah program linear menggunakan metode simpleks agar mempermudah pemahaman (Dumairy, 2012:371). Contoh: Maksimumkan Dengan kendala : 30

25 Berdasarkan langkah- langkah penyelesaian pemrograman linier, masalah di atas terlebih dahulu diubah menjadi bentuk kanonik, berikut model kanonik: Maksimumkan Dengan kendala, Model yang sudah berbentuk kanonik ini dapat langsung diterjemahkan menjadi tabel simpleks pertama, dengan menempatkan variabel- variabel semu atau slack variable sebagai variabel dasar. Langkah awal disajikan pada Tabel 2.2 sebagai berikut: Tabel 2.2 Tabel simpleks I

26 Pada Tabel 2.2 terlihat bahwa tabel belum optimal karena masih terdapat nilai positif pada baris.dipilih nilai terbesar sehingga kolom pivot pada tabel tersebut menjadi variabel yang masuk. Ternyata nilai terbesar dimiliki oleh kolom, nilai terkecil adalah 7 pada variabel basis sehingga keluar digantikan variabel. Perpotongan antara kolom pivot dan baris pivot menjadi elemen pivot yang menjadi acuan perhitungan Operasi Baris Elementer (OBE) untuk pengisian tabel simpleks selanjutnya. Selanjutnya dilakukan dengan cara perhitungan terlebih dahulu pada baris pivot, elemen pivot yang sebelumnya bernilai 3 diubah menjadi 1 dengan cara perhitungan baris pivot dikalikan 1/3 Sedangkan elemen di atas elemen pivot (menjadi 0) diperoleh dengan cara, baris kedua dikurangi 2/3 dikalikan baris pivot. Sedangkan baris pertama dikurangi 1 dikalikan baris pivot, sehingga tabel iterasi II seperti Tabel 2.3. Tabel 2.3 Tabel simpleks iterasi II /3 6 1, / / /3 32

27 Berdasarkan Tabel 2.3 dapat dilihat bahwa nilai tersebut belum optimal, karena masih ada nila yang bernilai positif, sehingga harus ditentukan kolom pivot, baris pivot dan elemen pivot. Nilai terbesar dimiliki oleh kolom dan variabel merupakan variabel masuk. Adapun baris pivot adalah baris karena memiliki nilai terkecil dan basis merupakan variabel yang keluar. Sehingga keluar digantikan variabel. Elemen pivot yang sebelumnya bernilai 3 diubah menjadi 1 dengan cara perhitungan baris pivot dikalikan 1/3 Sedangkan elemen di bawah elemen pivot (menjadi 0) diperoleh dengan cara, baris kedua dikurangi 4/3 dikalikan baris pivot. Sedangkan baris ketiga dikurangi 0 dikalikan baris pivot, sehingga tabel iterasi II seperti Tabel 2.4. Tabel 2.4 Tabel Simpleks Iterasi Akhir /3 0-1/ /3 1 2/ / / /3 0 Pada penyelesaian tahap ketiga ini terlihat tidak terdapat lagi unsur positif pada baris. Berarti penyelesaian sudah optimal, tabel III 33

28 merupakan tabel optimal. Dengan membaca tabel terakhir ini dapat disimpulkan bahwa optimalitas tercapai pada kombinasi produksi 7 unit dan 1 unit dengan provit maksimum 190 dan tersisa 2 unit masukan ( ). M. Goal Programming Goal programming adalah salah satu metode yang digunakan dalam pemecahan masalah program linier dengan multi-tujuan. Model umum program linier multi tujuan dapat dituliskan sebagai berikut (Mohammed & Hordofa, 2016:3) : Memaksimumkan ( ) dengan kendala (2.17) Keterangan: = fungsi tujuan ke- i = variabel keputusan = koefisien = jumlah sumber daya yang tersedia Fungsi tujuan model goal programming selalu diekspresikan dalam bentuk minimisasi yaitu meminimalkan penyimpangan dari nilai fungsifungsi tujuan. Langkah awal dalam membentuk model goal programming 34

29 adalah merumuskan variabel- variabel penyimpangan dari fungsi tujuan yaitu, dituliskan sebagai berikut: (2.18) dimana dan Fungsi tujuan goal programming adalah meminimalkan nilai varibel variabel penyimpangan dari fungsi fungsi tujuan dengan tambahan fungsi kendala, yaitu : ( ) (2.19) atau (2.20) Sehingga model goal programming dari masalah (2.17) adalah (Hillier dan Lieberman, 1980: 173): Meminimalkan ( ) dengan kendala ) (2.21) Keterangan: = penyimpangan ke- i = penyimpangan bawah ke- i ( underachievement ) 35

30 = penyimpangan atas ke- i (overachievement ) Notasi adalah variabel penyimpangan yang merepresentasikan tingkat pencapaian di bawah target ( underachievement ). Notasi adalah variabel penyimpangan yang merepresentasikan tingkat pencapaian di atas target (overachievement ). Kedua variabel penyimpangan tersebut merupakan sepasang variabel deviasional yang berfungsi untuk menampung penyimpangan yang akan terjadi pada nilai ruas kiri suatu persamaan kendala terhadap nilai ruas kanannya. Agar penyimpangan tersebut minimal, artinya nilai ruas kiri suatu persamaan kendala sebisa mungkin mendekati nilai ruas kanannya maka variabel deviasional itu harus diminimalkan di dalam fungsi tujuan (Siswanto, 2007: 342). Berdasarkan tujuan dapat ditentukan variabel deviasional yang akan diminimalkan dalam fungsi tujuan goal programming pada Tabel 2.5 berikut (Orumie dan Ebong, 2014:61): Tabel 2.5 Stuktur Umum Goal Programming Tujuan Variabel deviasional yang diminimalkan dalam Z Fungsi tujuan pertama (baris pertama Tabel 2.5) menyatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dituangkan ke dalam dilampaui. Oleh karena itu penyimpangan di atas nilai dan tidak boleh harus diminimalkan 36

31 agar hasil tidak melebihi nilai, maka dibutuhkan variabel deviasional untuk diminimalkan. Fungsi tujuan kedua (baris kedua Tabel 2.5) menyatakan bahwa penyimpangan diubah nilai harus diminimalkan agar hasil penyelesaian paling sedikit sama dengan, dengan demikian akan diminimumkan. Fungsi tujuan terakhir (baris ketiga Tabel 2.5 ) setiap penyimpangan atas dan bawah tidak boleh dilampaui, maka dan harus diminimumkan. Apabila kedua variabel deviasional yang dimaksud di atas dapat diminimisasi, artinya: kedua variabel deviasional bernilai nol, maka tujuan telah tercapai, begitu juga sebaliknya. Pada beberapa kasus, tujuan satu akan lebih penting dengan tujuan lainnya, maka pengambil keputusan harus menentukkan mana dari tujuan tujuan tersebut yang diprioritaskan. Misalkan tujuan yang paling penting sebagai prioritas ke-1. Tujuan yang kurang begitu penting ditentukan sebagai prioritas ke-2, demikian seterusnya. Pembagian prioritas tersebut dikatakan sebagai pengutamaan (preemptive), yaitu mendahulukan tercapainya kepuasan pada sesuatu tujuan yang telah diberikan prioritas utama sebelum menuju kepada tujuan-tujuan atau prioritas-prioritas berikutnya. Jadi tujuan harus disusun dalam suatu urutan (ranking) menurut prioritasnya (Nasendi & Affendi, 1985: 213). Model dengan memprioritaskan tujuan ini disebut sebagai model lexicographic goal programming. Notasi yang digunakan untuk menandai prioritas tujuan tersebut adalah ( ). Faktor- faktor- faktor prioritas tersebut memiliki hubungan sebagai berikut: 37

32 dimana >> berarti jauh lebih penting daripada. Berdasarkan Persamaan (2.21) dengan memperhatikan prioritas setiap tujuan model lexicographic goal programming dapat dituliskan sebagai berikut: Meminimalkan * ( ) ( ) ( )+ dengan kendala (2.22) Keterangan : = Prioritas ke-i Neelavathi (2015) memaparkan langkah- langkah untuk menyelesaikan model lexicographic goal programming, dapat diselesaikan dengan tahapan sebagai berikut : Diasumsikan setiap fungsi tujuan mempunyai nilai optimal, langkah pertama adalah menyelesaikan prioritas pertama terlebih dahulu, 38

33 ( ) Meminimalkan dengan kendala: Persamaan Tujuan Fungsi Kendala Kendala non-negatif Nilai fungsi tujuan prioritas ke-1 akan ditambahkan pada fungsi kendala pada prioritas ke-2. Misalkan nilai fungsi tujuan prioritas ke-1 adalah, maka model lexicographic goal programming prioritas ke-2 adalah ( ) Meminimalkan dengan kendala: Persamaan Tujuan Fungsi Kendala ( ) Kendal non-negatif Misalkan nilai fungsi tujuan prioritas ke- 2 adalah, maka model lexicographic goal programming prioritas ke- 3 adalah ( ) Meminimalkan dengan kendala: Persamaan Tujuan Fungsi Kendala Kendala non-negatif ( ) 39

34 ( ) Meminimalkan dengan kendala: Persamaan Tujuan Fungsi Kendala ( ) Kendala non-negatif Solusi optimal prioritas ke- n menjadi solusi optimal dari masalah lexicographic goal programming pada kasus ini. Agar lebih mudah dipahami akan diberikan kasus permasalahan lexicographic goal programming. Misalkan terdapat 4 variabel deviasional yang akan diminimalkan, dua variabel deviasional pada prioritas ke- 1, satu variabel deviasional prioritas ke- 2, dua variabel deviasional pada prioritas ke- 3. Variabel deviasional berturut- turut adalah. Penyelesaian lexicographic goal programming prioritas ke- 1 adalah ( ) Meminimalkan dengan kendala: Persamaan Tujuan Fungsi Kendala Kendala non-negatif Misalkan hasil optimal fungsi meminimalkan prioritas ke-1 yaitu, maka model lexicographic goal programming prioritas ke- 2 adalah 40

35 ( ) Meminimalkan dengan kendala: Persamaan Tujuan Fungsi Kendala ( ) Kendala non-negatif Misalkan hasil optimal fungsi meminimalkan prioritas ke- 2 yaitu, maka model lexicographic goal programming prioritas ke- 3 adalah ( ) Meminimalkan dengan kendala: Persamaan Tujuan Fungsi Kendala ( ) Kendala non-negatif Solusi optimal prioritas ke- 3 menjadi solusi optimal dari masalah lexicographic goal programming pada kasus ini. 41

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pemrograman Linear Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimum atau minimum) dengan menggunakan persamaan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perencanaan Produksi 1. Pengertian Perencanaan Produksi Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk apa dan berapa yang akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan diberikan kajian teori mengenai matriks dan operasi matriks, program linear, penyelesaian program linear dengan metode simpleks, masalah transportasi, hubungan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Abdul

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Abdul BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Abdul Halim,2005:4). Menurut Tandelilin (2007:5)

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS METODE GOAL PROGRAMMING DAN LEXICOGRAPHIC GOALPROGRAMMING DALAM OPTIMISASI PORTOFOLIO SAHAM

EFEKTIFITAS METODE GOAL PROGRAMMING DAN LEXICOGRAPHIC GOALPROGRAMMING DALAM OPTIMISASI PORTOFOLIO SAHAM Efektifitas Metode Goal... (Rohmah Nur Istiqomah) 13 EFEKTIFITAS METODE GOAL PROGRAMMING DAN LEXICOGRAPHIC GOALPROGRAMMING DALAM OPTIMISASI PORTOFOLIO SAHAM THE EFFECTIVENESS GOAL PROGRAMMING AND LEXICOGRAPHIC

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. goal programming dan lexicographic goal programming pada empat saham yang

BAB III PEMBAHASAN. goal programming dan lexicographic goal programming pada empat saham yang BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas pembentukan portofolio menggunakan metode goal programming dan lexicographic goal programming pada empat saham yang akan dipilih menjadi kandidat portofolio

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R Metode Simpleks M U H L I S T A H I R PENDAHULUAN Metode Simpleks adalah metode penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada periode waktu tertentu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada periode waktu tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada periode waktu tertentu dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Motif utama dalam berinvestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Salah satu cara adalah dengan melakukan investasi. Investasi pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu investasi, portofolio, return dan expected return, risiko dalam berinvestasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu investasi, portofolio, return dan expected return, risiko dalam berinvestasi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas semua konsep yang mendasari penelitian ini yaitu investasi, portofolio, return dan expected return, risiko dalam berinvestasi, Compromise Programming,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka waktu yang relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka waktu yang relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Investasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu yang relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Investasi berkomitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh keuntungan tertentu. Investasi memiliki 2 bentuk yaitu investasi pada real asset produktif seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun pemerintah jangka panjang dalam berbagai instrumen keuangan yang diperjualbelikan, salah satunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ingin memperoleh dana tambahan untuk operasional perusahaan serta

I. PENDAHULUAN. ingin memperoleh dana tambahan untuk operasional perusahaan serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal menjadi alternatif bagi investor yang ingin menanamkan modalnya dengan harapan mendapatkan keuntungan dan menjadi fasilitas bagi emiten yang ingin memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keinginan paling mendasar bagi manusia adalah keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan konsumsi sekarang atau konsumsi mendatang. Penundaan konsumsi sekarang untuk konsumsi mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang. Pasar modal mempunyai peran penting dalam menggali dana dari masyarakat. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode-metode ilmiah dari teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian persoalan untuk menentukan model program linier dalam produksi.. 2.1 Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan, BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan landasan teori tentang optimasi, fungsi, turunan, pemrograman linear, metode simpleks, teorema dualitas, pemrograman nonlinear, persyaratan karush kuhn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Pasar Modal merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi globalisasi dunia saat ini mendorong persaingan diantara para pelaku bisnis yang semakin ketat. Di Indonesia sebagai negara berkembang, pembangunan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya II. LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan tersebut (Rodoni, 1996). Investasi pada hakikatnya meruapakan penempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah kata yang tidak asing untuk masyarakat saat ini. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah kata yang tidak asing untuk masyarakat saat ini. Investasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Investasi adalah kata yang tidak asing untuk masyarakat saat ini. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program linear, metode simpleks, dan program linear fuzzy untuk membahas penyelesaian masalah menggunakan metode fuzzy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan menunjang keberhasilan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan menunjang keberhasilan pembangunan, hal ini membutuhkan partisipasi dari semua pihak termasuk sektor swasta. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang digunakan untuk membahas aplikasi PLFTG untuk investasi portofolio saham. A. Pemrograman Linear Pemrograman matematis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun kronik, penulis akan menguraikan perencanaan diet DM di RS PKU

BAB II KAJIAN TEORI. maupun kronik, penulis akan menguraikan perencanaan diet DM di RS PKU BAB II KAJIAN TEORI A. Perencanaan Menu Diet 1. Pengertian Perencanaan Menu Diet. Mengingat bahwa diet merupakan obat utama yang dapat menekan timbulnya diabetes mellitus (DM) dan dapat menekan kemungkinan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh :

SKRIPSI. Disusun oleh : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ESTIMASI HARGA SAHAM DENGAN MODEL DISCOUNT EXPECTED CASHFLOW DALAM KEPUTUSAN INVESTASI (STUDI PADA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2007) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan keberadaan isu globalisasi tidak dapat di elakkan lagi. Hal itu dapat kita lihat dampaknya pada perkembangan perekonomian dunia yang semakin

Lebih terperinci

COMPROMISE PROGRAMMING UNTUK PEMILIHAN PORTOFOLIO Nama Mahasiswa : Putri Ciptaningrum NRP : Dosen Pembimbing : Drs.

COMPROMISE PROGRAMMING UNTUK PEMILIHAN PORTOFOLIO Nama Mahasiswa : Putri Ciptaningrum NRP : Dosen Pembimbing : Drs. COMPROMISE PROGRAMMING UNTUK PEMILIHAN PORTOFOLIO Nama Mahasiswa : Putri Ciptaningrum NRP : 1206 100 018 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, MT Abstrak merupakan gabungan atas sekumpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berikut teori-teori yang mendukung penelitian ini, yaitu konsep dasar peramalan, konsep dasar deret waktu, proses stokastik, proses stasioner, fungsi autokovarians (ACVF) dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin memudahkan para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya terlebih bagi perusahaan yang telah go public. Dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai portofolio optimal telah dilakukan Dentcheva dan Ruszczynski [4] yang menerapkan stochastic dominance pada pemilihan portofolio optimal. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Para investor dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. baik masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Para investor dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan wahana alternatif yang dimanfaatkan untuk mengalokasikan dana. Keberadaannya bukan hanya sebagai sumber pembiayaan saja tetapi juga sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi Menurut Kamaruddin (2004), investasi adalah menempatkan dana atau uang dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Ilmu matematika sangat berguna dalam banyak cabang ilmu atau bidang yang lain, salah satunya dalam ilmu ekonomi atau keuangan. Ilmu matematika sering dipakai

Lebih terperinci

BAB IV. METODE SIMPLEKS

BAB IV. METODE SIMPLEKS BAB IV. METODE SIMPLEKS Penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim (ingat kembali solusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu permasalahan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari dapat diselesaikan secara matematis. Contoh permasalahan yang dihadapi secara umum yaitu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu yang tertentu, sedangkan menurut Sunariyah (2011) investasi adalah. mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. waktu yang tertentu, sedangkan menurut Sunariyah (2011) investasi adalah. mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia tidak hanya dipenuhi untuk saat ini saja melainkan untuk kebutuhan di masa yang akan datang. Salah satu cara untuk mengelola kebutuhan di masa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan investor agar dapat membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen investasi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif, yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu effective yang artinya berhasil. Menurut kamus ilmiah popular, efektivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilakukan dalam bentuk investasi riil (real investment) dan dalam bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilakukan dalam bentuk investasi riil (real investment) dan dalam bentuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi di Indonesia merupakan salah satu cara yang banyak diminati masyarakat dalam memperoleh keuntungan dana guna memenuhi kebutuhan di masa yang akan

Lebih terperinci

PROGRAM LINEAR: METODE SIMPLEX

PROGRAM LINEAR: METODE SIMPLEX PROGRAM LINEAR: METODE SIMPLEX Latar Belakang Sulitnya menggambarkan grafik berdimensi banyak atau kombinasi lebih dari dua variabel. Metode grafik tidak mungkin dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut dan bagaimana mencapai tujuan tersebut Pratomo (2004) Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi dapat dilakukan baik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Perencanaan Produksi 211 Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi Perencanaan produksi merupakan aktifitas untuk menetapkan produk yang akan diprodksi untuk periode selanjutnyatujuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bagian ini diberikan beberapa konsep dasar yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini, seperti pengertian persediaan, metode program linier. 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar modal

Lebih terperinci

BAB II METODE SIMPLEKS

BAB II METODE SIMPLEKS BAB II METODE SIMPLEKS 2.1 Pengantar Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam pemrograman linier adalah metode simpleks. Penentuan solusi optimal menggunakan metode simpleks didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam bentuk, seperti reksadana, obligasi, saham, dan sebagainya. Sebelum

BAB I PENDAHULUAN. macam bentuk, seperti reksadana, obligasi, saham, dan sebagainya. Sebelum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal berperan besar di dalam perekonomian suatu negara dimana mempertemukan pihak yang mempunyai kelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana. Peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, keduanya sama-sama memerlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai program linear, konsep himpunan fuzzy, program linear fuzzy dan metode Mehar untuk membahas penyelesaian masalah fuzzy linear programming untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear 5 BAB II LANDASAN TEORI A Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear Persamaan linear adalah bentuk kalimat terbuka yang memuat variabel dengan derajat tertinggi adalah satu Sedangkan sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stabilitas dan kemajuan ekonomi merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh negara karena perkembangan ekonomi merupakan tonggak berhasil tidaknya pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi 2.1.1. Tipe Tipe Investasi Menurut Jogiyanto (2003), terdapat 2 tipe investasi, yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung. 1. Investasi Langsung Investasi

Lebih terperinci

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi Lecture 4: (B) Supaya terdapat penyelesaian basis awal yang fisibel, pada kendala berbentuk = dan perlu ditambahkan variabel semu (artificial variable) pada ruas kiri bentuk standarnya, untuk siap ke tabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Menurut Nash dan Sofer (1996), optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan memecahkan masalah dengan cara terbaik. Untuk tujuan bisnis,

Lebih terperinci

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan Metode Simpleks (Simplex Method) Kuliah 03 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Rumusan Pemrograman linier dalam bentuk baku 2 Pemecahan sistem persamaan linier 3 Prinsip-prinsip metode simpleks

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemrograman Non Linier Pemrograman Non linier merupakan pemrograman dengan fungsi tujuannya saja atau bersama dengan fungsi kendala berbentuk non linier yaitu pangkat dari variabelnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Namun dalam dunia yang sebenarnya

Lebih terperinci

INVESTASI PADA PASAR MODAL DAN RISIKONYA

INVESTASI PADA PASAR MODAL DAN RISIKONYA INVESTASI PADA PASAR MODAL DAN RISIKONYA Mursidah Nurfadillah STIE Muhammadiyah Samarinda ABSTRACT Invesment basically aim to get the advantage, but in itself invesment do not be quit of the happening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Single Index Model Pada dasarnya Single Index Model menyederhanakan masalah portofolio dengan mengkaitkan hubungan antara setiap saham dalam portofolio

Lebih terperinci

BAB III. METODE SIMPLEKS

BAB III. METODE SIMPLEKS BAB III. METODE SIMPLEKS 3.1. PENGANTAR Metode grafik tidak dapat menyelesaikan persoalan linear program yang memilki variabel keputusan yang cukup besar atau lebih dari dua, maka untuk menyelesaikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Mustain (2007) dengan judul analisis pembentukan portofolio saham optimal penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui saham apa saja yang dapat

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Pengertian Reksa Dana Syariah Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh berbeda, namun secara fundamental terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengertian investasi secara umum adalah suatu kegiatan menempatkan dana dalam jumlah tertentu untuk suatu periode waktu dengan harapan investor dapat memperoleh penghasilan

Lebih terperinci

Fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tetapi juga oleh pertidaksamaan dan/atau persamaan =. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan

Fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tetapi juga oleh pertidaksamaan dan/atau persamaan =. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan Fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tetapi juga oleh pertidaksamaan dan/atau persamaan =. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan mempunyai variabel surplus, tidak ada variabel slack.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl (1997) dengan judul Transaction

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl (1997) dengan judul Transaction 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl (1997) dengan judul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang tahu memanfaatkan peluang untuk memperoleh keuntungan maksimal dari harta yang dimilikinya. Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini sangat stabil hal ini dibuktikan adanya pengakuan oleh

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini sangat stabil hal ini dibuktikan adanya pengakuan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi merupakan penanaman modal sekarang dengan tujuan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Keberhasilan dalam berinvestasi harus didukung dengan stabilnya

Lebih terperinci

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL 3.1 Capital Asset Pricing Model Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner dan Mossin pada tahun 1964 hingga 1966. Capital assets pricing model merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Reksadana Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tiga konsep dasar yang perlu diketahui untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu: portofolio efisien dan portofolio optimal fungsi

Lebih terperinci

PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS

PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS Merupakan metode yang biasanya digunakan untuk memecahkan setiap permasalahan pada pemrogramman linear yang kombinasi variabelnya terdiri dari tiga variabel atau lebih. Metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Judul Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Judul Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A.Tinjauan Peneliti Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada tiga penelitian terdahulu yaitu oleh Wahyuni (2007), Lapasa (2006), dan Widyasari (2006). Penjelasan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. Mereka berharap dengan melakukan investasi dapat memperoleh keuntungan di waktu mendatang. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian mengenai CAPM salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Irawati (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Metode CAPM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah pendapatan tetap yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan. Reksa dana yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. Maya (2012) Analisis Perbandingan Risk & Return antara sahan syariah

BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. Maya (2012) Analisis Perbandingan Risk & Return antara sahan syariah BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya, untuk mempermudah pengumpulan data, analisis, dan pengolahan data. Maya (2012)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Program linier (Linier Programming) Pemrograman linier merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi Masalah Riset Operasi (Operation Research) pertama kali muncul di Inggris selama Perang Dunia II. Inggris mula-mula tertarik menggunakan metode kuantitatif dalam

Lebih terperinci