ANALISIS PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TERPADU KEBUN JERUK SEHAT DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT 1)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TERPADU KEBUN JERUK SEHAT DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT 1)"

Transkripsi

1 148 Pengembangan Inovasi Pertanian 2(2), 2009: Hilmi Ridwan K. et al. ANALISIS PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TERPADU KEBUN JERUK SEHAT DI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT 1) Hilmi Ridwan K., Agus Ruswandi, M. Winarno, dan Agus Muharam Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Jalan Ragunan No. 29A, Pasarminggu, Jakarta PENDAHULUAN Upaya peningkatan produksi dan mutu jeruk, terutama untuk memenuhi kebutuhan nasional terhalang oleh rendahnya tingkat adopsi teknologi oleh petani. Oleh karena itu, perlu disusun program penelitian pengembangan yang lebih berorientasi agribisnis yang berkerakyatan diikuti dengan pemberdayaan kelembagaan petani dan kelompok tani. Program penelitian dan pengkajian penerapan pengelolaan tanaman terpadu jeruk, atau lebih dikenal dengan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) telah dilaksana di Kabupaten Karo (Sumatera Utara), Sambas (Kalimantan Barat), Ponorogo (Jawa Timur), dan Timur Tengah Selatan (Nusa Tenggara Timur). Teknologi anjuran PTKJS terdiri atas: (1) penggunaan bibit jeruk berlabel bebas penyakit; (2) pengendalian OPT; (3) sanitasi kebun; (4) pemeliharaan secara optimal; dan (5) konsolidasi pengelolaan kebun dengan kelompok tani sebagai unit terkecil pembinaan. Penggunaan bibit jeruk berlabel bebas penyakit, terutama penyakit citrus vein 1) Naskah disampai pada Rapat Pimpinan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bulan Juni phloem degeneration (CVPD) merupa unsur utama dalam agribisnis jeruk karena penyakit ini telah banyak menimbul kerusa dan kerugian pada tanaman jeruk. Penyakit CVPD, yang saat ini secara internasional namanya telah dibaku menjadi huang lung bin (HLB), disebab oleh candidatus liberobacter asiaticum, termasuk bakteri gram negatif dan ditular oleh serangga vector Diaphorina citri. Sampai saat ini, deteksi secara visual sulit dilaku dengan tepat karena gejala serangan mirip defisiensi unsur hara seng (Zn) atau bercampur dengan gejala fisiologis lain. Di samping itu, infeksi CVPD juga menyebab gejala kekurangan unsur hara karena gangguan metabolisme dan translokasi fotosintat dan hara dalam jaringan tanaman. Dalam pengembangan agribisnis jeruk, penggunaan bibit jeruk bebas penyakit merupa keharusan, terutama untuk perluasan pertanaman ke lahan baru. Berkaitan dengan itu dilaku beberapa langkah yaitu: (1) melarang penangkaran jeruk yang terinfeksi penyakit dengan didukung perangkat hukum/peraturan; (2) memasyarakat teknologi pembibitan jeruk bebas penyakit ke kelompok-kelompok penangkar sehingga teknologi tersebut menyebar secara luas; dan (3) memberi subsidi awal bagi penggunaan bibit jeruk bebas

2 Analisis penerapan inovasi teknologi penyakit sehingga harga bibit lebih rendah atau sama dengan bibit jeruk lokal. Bantuan bagi petani diperlu karena penerapan teknologi baru sering menghadapi masalah keterbatasan modal dan harga jual pada saat panen biasanya rendah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sifat inovasi teknologi PTKJS dan faktor nonteknis (sosial ekonomi) petani yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi teknologi tersebut. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksana di lokasi PTKJS di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, pada bulan Januari hingga Desember 2006 dengan metode survei. Pengumpulan data dari petani dilaku secara purposif. Penelitian dilaku dengan membanding sifat inovasi dari masing-masing komponen teknologi, yaitu sebelum PTKJS (teknologi lama) dan sesudah PTKJS (teknologi baru). Data primer yang dikumpul adalah sifat inovasi teknologi yang diintroduksi (bibit jeruk berlabel bebas penyakit, pengendalian OPT, sanitasi kebun, pemeliharaan secara optimal, dan konsolidasi pengelolaan kebun). Data sekunder yang dikumpul meliputi monografi daerah, iklim, dan curah hujan. Pengukuran sifat inovasi teknologi PTKJS meliputi: (1) keuntungan nisbi, yaitu perbandingan keuntungan dan kerugian antara teknologi lama dan teknologi baru yang dirasa oleh petani; (2) kesesuaian teknologi, yaitu kesesuaian teknologi lama dan teknologi baru terhadap aspek biofisik, kelembagaan input produksi, harga produk, dan aspek sosial ekonomi lain yang berkaitan dengan teknologi yang diuji; (3) kerumitan, yaitu tingkat kerumitan dalam penerapan teknologi lama dan teknologi baru; (4) kemudahan untuk diamati, yaitu kemampuan teknologi untuk diamati hasilnya secara visual oleh petani; dan (5) kemudahan untuk diuji coba, yaitu kemudahan teknologi untuk diuji coba di lapangan oleh petani dari segi biaya dan risiko kegagalan. Pengukuran sifat inovasi mengguna skala penilaian seperti disaji pada Tabel 1. Keputusan petani untuk mengadopsi suatu teknologi ditentu oleh sifat teknologi yang dapat dinilai dari kelima aspek tersebut. Makin mudah suatu teknologi untuk diterap, makin besar peluang teknologi tersebut diadopsi. Masingmasing aspek tersebut mempunyai bobot yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan petani untuk mengadopsi teknologi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilaku pembobotan terhadap kelima aspek tersebut yang selanjutnya dijadi sebagai acuan dalam penentuan kategori nilai yang dicapai. Skala tertinggi dari penilaian adalah 4. Nilai harapan dari masingmasing aspek merupa perkalian antara skala tertinggi dan bobot. Sifat inovasi suatu komponen teknologi merupa penjumlahan nilai dari kelima aspek tersebut (Tabel 2). HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Pertanaman Jeruk Peningkatan luas tanam jeruk di Kabupaten Sambas yang paling besar terjadi pada tahun 2003, yaitu dari 3.105,08 ha menjadi 5.701,80 ha atau meningkat 2.596,72 ha (83,62%), atau populasi tanaman bertambah pohon. Sampai tahun 2005, luas tanam jeruk mencapai ,78 ha dengan jumlah populasi tanaman pohon. Pada tahun 2002,

3 150 Hilmi Ridwan K. et al. Tabel 1. Deskripsi, skala, dan kategori sifat inovasi teknologi pengelolaan terpadu kebuh jeruk sehat. Sifat inovasi Deskripsi Skala Kategori Keuntungan Perbedaan keuntungan secara 1 Sangat tidak relatif dibanding finansial antara teknologi baru menguntung teknologi sebelumnya dan teknologi yang biasa 2 Tidak menguntung diterap petani (yang sedang 3 Menguntung dilaku atau sebelumnya) 4 Sangat menguntung Kesesuaian Tingkat kesesuaian dari aspek 1 Sangat tidak sesuai teknologi ketersediaan saprotan, kondisi 2 Tidak sesuai pasar, agroekologi, nilai 3 Sesuai sosial-budaya setempat 4 Sangat sesuai Kerumitan dalam Tingkat kerumitan 1 Sangat rumit penerapan dalam penerapan teknologi 2 Rumit teknologi baru dibanding teknologi 3 Tidak rumit petani 4 Sangat tidak rumit Kemudahan untuk Tingkat kemudahan 1 Sangat sulit diamati diamati melaku pengamatan 2 Sulit diamati efektivitas teknologi 3 Mudah diamati 4 Sangat mudah diamati Kemudahan Tingkat kemudahan untuk 1 Sangat sulit dicoba teknologi untuk mencoba menerap 2 Sulit dicoba diuji coba teknologi tersebut 3 Mudah dicoba 4 Sangat mudah dicoba tanaman jeruk tersebut belum menghasil, yang berarti tahun 2000 merupa awal penanaman jeruk di Kabupaten Sambas. Tanaman jeruk baru berproduksi pada tahun 2003 dengan produktivitas yang rendah, yaitu 5,79 t/ha atau 14,5 kg/ pohon. Keragaan Umum Responden Petani responden diambil dari salah satu kecamatan penghasil jeruk di Kabupaten Sambas, yaitu Kecamatan Tebas yang terletak 25 km dari ibu kota kabupaten. Responden berasal dari Desa Sempalai, Batu Makjage, Pusaka, Mensere, Bekut, Serumpun Buluh, Segedong, Makrampai, Maktangguh, dan Sungai Kelambu. Petani responden merupa anggota dari kelompok tani di lokasi tersebut, yaitu Bakti Cempaka, Karya Bakti, Bumi Ayu, Melur, Harapan Maju, Karya Bersama, Karya Baru, Harapan Mekar, Mawar Indah, Lestari, Serayu, Kurnia, Bumi Subur, Harapan Baru, Mawar, Usaha Mandiri, Usaha Tani, Usaha Baru, Teratai, dan Sinam Putih. Petani responden umumnya adalah pemilik kebun jeruk, responden berusia tahun atau rata-rata 47 tahun. Pendidi bervariasi dari tidak sekolah (3%), SD tidak tamat (7%), SD tamat (60%), SLTP (23%), dan SLTA (7%). Selain berusaha ta-

4 Analisis penerapan inovasi teknologi Tabel 2. Pembobotan dan penentuan kategori penilaian teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat. Skala Nilai Sifat inovasi Bobot Kategori nilai tertinggi harapan Keuntungan relatif Sangat Menguntung Tidak Sangat tidak menguntung menguntung menguntung Tingkat kesesuaian Sangat sesuai Sesuai Tidak sesuai Sangat tidak sesuai Tingkat kerumitan Sangat tidak rumit Tidak rumit Rumit Sangat rumit Tingkat kemudahan diamati Sangat mudah Mudah Sulit Sangat sulit Tingkat kemudahan untuk dicoba Sangat mudah Mudah Sulit Sangat sulit Jumlah nilai Sifat inovasi Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah Tingkat adopsi % 51-75% 26-50% 0-25% Sangat tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah

5 152 Hilmi Ridwan K. et al. Tabel 3. Perkembangan luas tanam, panen, produksi, dan produktivitas tanaman jeruk siam pontianak di Kabupaten Sambas, Tahun Luas tanam Luas panen Produksi Produktivitas (ha) (ha) (t) (t/ha) , , , , , , ,20 7, , , ,30 9, , , ,92 6,49 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Sambas (2006, diolah). ni jeruk, petani mempunyai mata pencaharian lain yaitu berusaha tani padi (43%), buruh (30%), pedagang (7%), usaha penggilingan padi (3%), usaha sewa angkutan (3%), dan kios saprodi (3%). Sebagian besar (93%) petani menanam jeruk di lahan sawah dan hanya sebagian kecil (7%) menanam jeruk di lahan kering. Sebagian petani (60%) pernah mengikuti pelatihan tentang budi daya jeruk atau pengendalian OPT jeruk yang dilaku Dinas Pertanian setempat, dan selebihnya (40%) belum pernah mengikutinya. Petani yang sudah maupun yang belum dilatih menyata pernah mengguna komponen teknologi PTKJS. Tiap petani responden rata-rata memiliki tanaman jeruk 580 pohon atau seluas 1,47 ha. Tanaman tersebar di lahan kering milik sendiri (30 pohon), lahan sawah milik sendiri (442 pohon), dan di lahan sawah sewaan (108 pohon). Umur tanaman jeruk berkisar antara 1-7 tahun. Hasil analisis menunjuk, skala usaha tani jeruk siam dari pohon, pohon, pohon, dan > 400 pohon layak dikembang karena memenuhi nilai kelaya investasi dengan BC ratio > 1. Skala pengusahaan terbaik adalah pohon karena mempunyai nilai BC ratio 2,06 dan IRR 55,67%. Hasil penelitian menunjuk bahwa skala usaha tani jeruk yang paling menguntung adalah skala besar (>500 pohon). Petani responden menyata bahwa penerapan komponen teknologi PTKJS lebih menguntung dibanding teknologi petani, karena produksi total bertambah, kualitas buah meningkat, keberadaan OPT berkurang, dan umur ekonomis tanaman lebih panjang meskipun biaya produksi meningkat. Sifat Inovasi Teknologi PTKJS Penggunaan Bibit Unggul Berlabel Tabel 4 menunjuk bahwa sifat inovasi komponen teknologi penggunaan bibit unggul jeruk berlabel bebas penyakit termasuk kategori nilai tinggi. Dari aspek keuntungan relatif, penggunaan bibit unggul jeruk berlabel bebas penyakit menurut persepsi petani lebih menguntung dibanding dengan bibit yang tidak berlabel (bibit tidak bermutu). Teknik penanaman bibit unggul jeruk berlabel sama dengan bibit biasa sehingga di-

6 Analisis penerapan inovasi teknologi Tabel 4. Nilai dan kategori sifat inovasi teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat (PTKJS) di Kabupaten Sambas. Komponen teknologi Nilai dan kategori sifat inovasi teknologi PTKJS Jumlah Keuntung- Kesesuai- Kerumit- Kemudah- Kemudah- nilai an an an an an sifat relatif dicoba inovasi Penggunaan bibit 62,00 42,00 48,00 17,00 35,00 204,00 unggul berlabel Menguntung- Tidak Tidak Sulit Mudah Tinggi sesuai rumit Pengendalian OPT 60,33 43,94 38,33 19,06 31,11 193,33 Menguntung- Tidak Rumit Sulit Sulit Rendah sesuai Penggunaan 64,00 45,11 37,33 12,33 16,67 175,44 perangkap kuning Menguntung- Tidak Rumit Sulit Sangat Rendah sesuai sulit Penggunaan 65,00 41,22 46,00 22,00 36,11 210,33 bubur kalifornia Menguntung- Tidak Tidak Mudah Mudah Tinggi sesuai rumit Penyiraman 61,00 43,56 43,33 10,00 35,00 192,89 insektisida Menguntung- Tidak Tidak Sangat Mudah Rendah sesuai rumit sulit Penyemprotan 79,00 56,00 44,00 23,33 40,56 242,89 insektisida Menguntung- Sesuai Tidak Mudah Mudah Tinggi rumit Pemasangan 63,00 37,33 21,33 23,33 35,00 180,00 feromon seks Menguntung- Tidak Rumit Mudah Mudah Rendah sesuai Pemberongsongan 30,00 40,44 41,33 23,33 23,33 158,44 buah Sangat Tidak Rumit Mudah Sulit Rendah tidak sesuai menguntung Sanitasi kebun 76,67 47,96 46,67 23,33 42,41 237,04 Menguntung- Sesuai Tidak Mudah Mudah Tinggi rumit Pemangkasan 82,00 60,67 44,67 23,67 40,56 251,56 bagian tanaman sakit Menguntung- Sesuai Tidak rumit Mudah Mudah Tinggi Eradikasi tanaman 66,00 50,56 48,67 23,67 44,44 233,33 yang terserang Menguntung- Sesuai Tidak rumit Mudah Mudah Tinggi penyakit Penyulaman dengan 82,00 32,67 46,67 22,67 42,22 226,22 bibit berlabel Menguntung- Tidak Tidak Mudah Mudah Tinggi sesuai rumit Pemeliharaan 65,00 49,26 40,00 24,30 38,58 217,14 secara optimal Menguntung- Sesuai Rumit Mudah Mudah Tinggi

7 154 Hilmi Ridwan K. et al. Lanjutan Komponen teknologi Nilai dan kategori sifat inovasi teknologi PTKJS Jumlah Keuntung- Kesesuai- Kerumit- Kemudah- Kemudah- nilai an an an an an sifat relatif dicoba inovasi Penyemprotan 75,00 62,22 48,00 24,67 45,56 255,44 dengan fungisida Menguntung- Sesuai Tidak rumit Mudah Mudah Tinggi Pemangkasan 62,00 35,00 28,00 21,67 23,89 170,56 arsitektur Menguntung- Tidak Rumit Mudah Sulit Rendah sesuai Pemangkasan 74,00 57,56 50,00 25,67 45,00 252,22 pemeliharaan Menguntung- Sesuai Tidak Mudah Mudah Tinggi rumit Pengolahan tanah 71,00 53,67 44,00 22,67 43,33 234,67 Menguntung- Sesuai Tidak Mudah Mudah Tinggi rumit Pemupu 83,00 63,00 52,00 22,00 41,11 261,11 berimbang Menguntung- Sesuai Tidak Mudah Mudah Tinggi rumit Penyiraman 62,00 36,59 25,33 23,00 26,67 173,59 Menguntung- Tidak Rumit Mudah Sulit Rendah sesuai Penjarangan buah 54,00 40,44 32,00 32,00 53,89 202,33 Tidak Tidak Rumit Mudah Mudah Tinggi menguntung- sesuai Pengendalian gulma 74,00 55,22 50,00 25,00 36,11 240,33 Menguntung- Sesuai Tidak Mudah Mudah Tinggi rumit Pemanenan 30,00 38,11 30,67 22,00 41,67 162,44 secara benar Sangat Tidak Rumit Mudah Mudah Rendah tidak sesuai menguntung Konsolidasi 62,00 43,56 2,,33 12,00 26,67 171,56 pengelolaan Menguntung- Tidak Rumit Sulit Sulit Rendah kebun sesuai

8 Analisis penerapan inovasi teknologi tinjau dari tingkat kerumitan penggunaan teknologi termasuk kategori tidak rumit. Begitu pula aplikasi teknologi relatif sama sehingga petani merasa mudah untuk mencobanya. Meskipun penggunaan bibit berlabel dari sisi teknis kurang menjadi masalah, dari sisi kelembagaan pendukung, bibit unggul jeruk berlabel bebas penyakit di lokasi kurang tersedia. Menurut petani, untuk mendapat bibit unggul jeruk berlabel cukup sulit karena bibit tidak tersedia. Petani mengguna bibit berlabel karena ada bantuan dari pemerintah. Hal ini ditunjuk oleh hasil penilaian terhadap tingkat kesesuaian teknologi yang mempunyai kategori tidak sesuai. Ada sisi yang menarik dari hasil penelitian ini, yaitu kemudahan untuk diamati dari penggunaan bibit unggul jeruk berlabel termasuk kategori sulit. Petani merasa sulit mengamati perbedaan secara fisik antara bibit unggul jeruk berlabel dan bibit jeruk tidak berlabel, kecuali setelah ditanam beberapa tahun. Pengendalian OPT Komponen teknologi pengendalian OPT meliputi beberapa subkomponen teknologi anjuran, yaitu penggunaan perangkap kuning (yellow trap), penggunaan bubur kalifornia, penyiraman insektisida, penyemprotan insektisida, penggunaan feromon seks, dan pemberongsongan buah. Secara agregat, sifat inovasi teknologi pengendalian OPT memiliki nilai rendah karena beberapa hal, antara lain: (1) teknologi perangkap kuning belum banyak dikenal dan diterap petani; (2) belerang sebagai bahan baku pembuatan bubur kalifornia sulit diperoleh; (3) petani tidak menerap penyiraman insektisida; (4) petani tidak menerap teknologi feromon seks, dan (5) petani tidak melaku pemberongsongan buah. Perangkap kuning bermanfaat untuk memantau kehadiran serangga penular CVPD. Menurut petani responden, teknologi perangkap kuning belum dikenal oleh sebagian besar petani jeruk di Sambas karena sosialisasinya masih terbatas pada beberapa petani. Hasil penilaian sifat inovasi teknologi perangkap kuning diperoleh dari persepsi petani berdasar pengetahuan mereka setelah melihat kebun jeruk yang pernah dipasang dengan perangkap kuning. Jika teknologi tersebut dapat diterap maka serangga penular penyakit CVPD a lebih mudah dikendali, yang berarti teknologi tersebut cukup menguntung. Namun, sampai saat ini petani belum menerap teknologi perangkap kuning, selain karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam aplikasi teknologi tersebut, juga karena bahan untuk membuat perangkap kuning sulit diperoleh di lokasi setempat. Dengan demikian, sifat inovasi teknologi perangkap kuning ditinjau dari aspek tingkat kesesuaian termasuk kategori tidak sesuai karena kurangnya dukungan kelembagaan dalam penyediaan bahan pembuatnya di lokasi. Dari segi teknis, petani responden menyata teknologi tersebut cukup rumit karena kurangnya kemampuan dan keterampilan dalam mengaplikasinya. Tingkat kemudahan diamati juga termasuk kategori sulit karena dalam penerapan teknologi tersebut perlu dilaku pengamatan secara seksama, terutama terhadap jenis serangga yang tertangkap, serangga yang bersifat hama, dan serangga musuh alami. Dari aspek kemudahan untuk dicoba pun termasuk sulit karena terbatasnya pengetahuan dan tidak tersedianya bahan pembuat perangkap di lokasi. Berdasar

9 156 Hilmi Ridwan K. et al. persepsi petani terhadap sifat inovasi teknologi maka sifat inovasi teknologi perangkap kuning termasuk kategori nilai rendah. Pengendalian vektor penyakit CVPD juga dapat mengguna bubur kalifornia. Penggunaan bubur kalifornia merupa subkomponen teknologi PTKJS yang paling dikenal petani, efektivitasnya telah dirasa petani sehingga hasil penilaian terhadap sifat inovasi teknologi tersebut termasuk kategori tinggi. Selain efektif, penggunaan bubur kalifornia cukup mudah, hasilnya mudah diamati antara yang memakai dengan yang tidak memakai bubur kalifornia, dan mudah dicoba. Tanaman yang diberi bubur kalifornia penampilannya cukup baik dan bersih karena vektor penyakit berkurang dan produksi meningkat. Namun, saat dilaku penelitian, bahan pembuat bubur kalifornia, terutama belerang sulit didapat di lokasi sehingga tingkat penerapan teknologi tersebut menjadi berkurang, padahal minat petani cukup tinggi. Petani menilai penyiraman tanah di bawah tajuk daun dengan insektisida untuk mengendali vektor CVPD kurang efisien, kurang menguntung karena sudah cukup dengan menyemprot insektisida pada tanaman. Meskipun secara teknis teknologi tersebut mudah dicoba, kurangnya ketersediaan air di lokasi terutama pada musim kemarau menyebab teknologi tersebut dianggap kurang sesuai dengan kondisi setempat, sehingga sifat inovasi teknologi penyiraman insektisida berkategori nilai rendah. Umumnya petani telah terbiasa (membudaya) melaku penyemprotan insektisida untuk mengendali hama penyakit, sehingga secara teknis teknologi tersebut mudah diterap, mudah diamati efektivitasnya, dan mudah dicoba. Begitu pula ketersediaan insektisida di lokasi cukup banyak. Dari aspek keuntungan relatif, petani merasa lebih untung melaku penyemprotan insektisida daripada tidak melakunya, sehingga sifat inovasi teknologi ini berkategori nilai tinggi. Teknologi pemasangan feromon seks metil eugenol untuk mengendali lalat buah, sifat inovasinya masih memiliki nilai rendah. Petani merasa sulit menerap teknologi tersebut karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang diduga akibat kurangnya diseminasi. Beberapa petani telah mengetahui cara penerapannya, tetapi bahan untuk membuat teknologi tersebut tidak tersedia di lokasi, sehingga dari aspek kesesuaian teknologi termasuk tidak sesuai dengan kondisi setempat. Sebenarnya dari aspek teknis, teknologi tersebut mudah untuk diamati dan dicoba, tetapi karena bahan tidak tersedia, petani sulit untuk menerapnya. Bila bahan tersedia, petani memperkira teknologi tersebut menguntung karena memudah dalam pengendalian lalat buah. Sanitasi Kebun Komponen teknologi sanitasi kebun meliputi pemangkasan bagian tanaman yang sakit, eradikasi tanaman yang terserang CVPD, dan penyulaman dengan bibit berlabel. Secara agregat, sifat inovasi teknologi sanitasi kebun memiliki nilai tinggi karena menguntung, cukup sesuai dengan kondisi setempat, tidak rumit, mudah diamati efektivitasnya, serta mudah dicoba dan diterap oleh petani. Hasil penelitian menunjuk, sebagian besar petani telah terbiasa melaku pemangkasan bagian tanaman yang sakit, sehingga teknologi tersebut dinilai tidak

10 Analisis penerapan inovasi teknologi rumit, mudah diamati hasilnya, dan mudah untuk dicoba. Teknologi ini mempunyai kesesuaian yang cukup tinggi dengan budaya setempat sehingga sifat inovasi teknologi mempunyai kategori nilai tinggi. Dalam hal eradikasi, petani responden berpendapat jika tanaman jeruk yang terserang penyakit CVPD tidak dieradikasi a menyebab tanaman dalam satu kebun terserang semua, bah tanaman jeruk milik petani di sekitarnya a tertular. Oleh karena itu, penerapan eradikasi a menguntung. Petani menyata bahwa teknologi eradikasi secara teknis tidak rumit, mudah dilihat hasilnya, dan mudah dicoba sehingga eradikasi tanaman jeruk yang terkena CVPD telah biasa dilaku. Ini menunjuk tingkat kesesuaian yang tinggi untuk diterap. Dengan demikian, sifat inovasi teknologi eradikasi memiliki kategori nilai tinggi. Penyulaman tanaman jeruk yang mati dengan bibit unggul berlabel bebas penyakit sudah biasa dilaku petani di Sambas dengan bibit berasal dari bantuan pemerintah. Oleh karena itu, hasil penilaian sifat inovasi teknologi tersebut memperlihat tingkat kategori nilai tinggi. Secara teknis, penyulaman mudah dicoba, tidak rumit, dan mudah diamati. Pemeliharaan Tanaman secara Optimal Komponen teknologi pemeliharaan tanaman secara optimal meliputi beberapa subkomponen teknologi anjuran, yaitu penyemprotan fungisida, pemangkasan arsitektur, pemangkasan pemeliharaan, pengolahan tanah, pemupu berimbang, penyiraman, penjarangan buah, pengendalian gulma, dan pemanenan secara benar. Hasil penelitian menunjuk bahwa secara keseluruhan, sifat inovasi komponen teknologi pemeliharaan secara optimal menguntung, sesuai dengan kondisi setempat, agak rumit, mudah diamati, dan mudah dicoba. Penyemprotan dengan fungisida sudah biasa dilaku petani, terutama untuk mengendali penyakit jamur. Secara teknis, petani menyata bahwa penyemprotan dengan fungisida tidak rumit, mudah dicoba, dan mudah diamati hasilnya, antara lain tanaman dan buah jeruk menjadi bersih dan berpenampilan lebih baik, sehingga sifat inovasi teknologi ini berkategori nilai tinggi. Di lokasi penelitian, pemangkasan arsitektur masih jarang dilaku petani karena tanaman sudah cukup besar, padahal pemangkasan arsitektur perlu dilaku sejak tanaman masih kecil. Oleh karena itu, teknologi ini dirasa kurang sesuai oleh petani. Terkait dengan kondisi pertanaman tersebut, petani responden berpendapat bahwa pemangkasan arsitektur cukup rumit untuk dilaku. Hasil pemangkasan sebetulnya mudah diamati, namun sulit dicoba pada tanaman dewasa. Petani berpendapat bila pohon dipangkas arsitektur mungkin a menguntung. Berdasar kondisi tersebut maka sifat inovasi teknologi pemangkasan arsitektur memiliki kategori nilai rendah. Pemangkasan pemeliharaan sudah biasa dilaku petani responden. Petani menyata teknologi tersebut mudah diamati hasilnya dan mudah dicoba. Efektivitas teknologi tersebut cukup dirasa petani, yang dapat diketahui dari produksi buah yang lebih baik pada tanaman yang dipangkas daripada yang tidak dipangkas. Di samping itu, tanaman yang dipangkas tidak mudah terserang jamur. Berdasar

11 158 Hilmi Ridwan K. et al. hasil tersebut, sifat inovasi pemangkasan pemeliharaan memiliki kategori nilai tinggi. Sifat inovasi teknologi pengolahan tanah mempunyai kategori nilai tinggi. Hasil penelitian menunjuk bahwa teknologi pengolahan tanah mempunyai tingkat kesesuaian yang cukup baik dengan kondisi setempat. Pengolahan tanah dilaku dengan cara mencangkul tanah di sekitar tajuk kemudian dibumbun. Kegiatan ini dilaku secara periodik setiap tahun sesuai dengan pertumbuhan dan umur tanaman. Petani merasa mudah melakunya, mudah mengamati hasilnya, dan mudah mencobanya. Petani menyata bila tanah tidak diolah maka produksi buah a rendah. Ini berarti teknologi pengolahan tanah memberi tingkat keuntungan relatif yang baik. Menurut petani, pemupu diperlu agar tanaman dapat berproduksi optimal. Oleh karena itu, pemupu dirasa memberi keuntungan yang lebih tinggi dibanding tanpa pemupu. Secara teknis, pemupu mudah dilaksana, mudah diamati hasilnya, dan mudah dicoba. Oleh karena itu, sifat inovasi teknologi pemupu memiliki kategori nilai tinggi. Lahan pertanaman jeruk di Kabupaten Sambas sebagian besar merupa lahan sawah dengan saluran irigasi yang kurang baik. Pada musim kemarau, air sulit diperoleh sehingga penyiraman sulit dilaku atau hanya mengandal air hujan. Kondisi yang demikian menyebab teknologi penyiraman dari aspek tingkat kesesuaian dinilai tidak sesuai, tidak dapat diamati, dan tidak bisa dicoba karena air tidak tersedia. Jika air tersedia, mungkin teknologi penyiraman a menguntung. Dengan kondisi yang demikian maka hasil penelitian menunjuk bahwa sifat inovasi teknologi penyiraman memiliki nilai yang rendah. Sifat inovasi teknologi penjarangan buah memiliki nilai tinggi. Namun, untuk melaku penjarangan buah perlu tambahan tenaga kerja sehingga menambah biaya. Penjualan hasil di tingkat petani dengan sistem borongan tidak membeda harga berbagai kelas buah sehingga keuntungan relatifnya termasuk kategori tidak menguntung. Kondisi pasar yang demikian menyebab tingkat kesesuaian teknologi ini termasuk tidak sesuai. Secara teknis, penjarangan buah agak rumit, tetapi mudah dicoba dan diamati hasilnya. Buah yang dijarang biasanya memiliki ukuran yang lebih besar, sehingga teknologi tersebut diterap oleh petani. Sifat inovasi teknologi pengendalian gulma memiliki kategori nilai tinggi. Petani telah biasa melaku pengendalian gulma sehingga teknologi tersebut dinilai tidak rumit, mudah diamati, dan mudah dicoba. Tanpa pengendalian gulma, produksi tanaman kurang optimal sehingga petani merasa tingkat keuntungan relatif teknologi ini cukup baik. Teknologi pemanenan yang benar memiliki sifat inovasi dengan kategori nilai rendah. Di lokasi penelitian, petani umumnya memanen jeruk dengan cara dipetik tanpa memakai gunting. Menurut petani, buah yang dipanen mengguna gunting memiliki harga jual yang sama dengan yang dipetik tanpa gunting, padahal panen dengan gunting cukup rumit dan memerlu tenaga kerja lebih banyak, sehingga keuntungan relatif teknologi ini termasuk tidak menguntung. Petani merasa mudah untuk mencoba dan mengamati hasilnya, tetapi rumit untuk melaksananya.

12 Analisis penerapan inovasi teknologi Konsolidasi Pengelolaan Kebun Komponen teknologi konsolidasi pengelolaan kebun mempunyai sifat inovasi yang bernilai rendah. Konsolidasi pengelolaan kebun merupa sistem penerapan PTKJS secara utuh dan serempak oleh petani dalam satu hamparan atau tong produksi. Masing-masing tong produksi dapat terdiri atas beberapa kebun milik petani yang saling berdekatan. Peran kelompok tani a menentu keberhasilan pelaksanaan konsolidasi pengelolaan kebun. Namun di lokasi penelitian, kelompok tani belum berperan bagi terlaksananya konsolidasi pengelolaan kebun. Oleh karena itu, hasil penilaian menunjuk tingkat kesesuaian yang bernilai rendah dengan kategori tidak sesuai. Konsolidasi pengelolaan kebun sulit dilaksana karena beragamnya tingkat kemampuan dan keterampilan petani. Kondisi Aplikasi Teknologi PTKJS oleh Petani Tabel 5 menunjuk bahwa tingkat adopsi komponen teknologi PTKJS cukup tinggi, seperti penggunaan bibit jeruk berlabel bebas penyakit serta beberapa subkomponen teknologi seperti penyaputan batang bawah dengan bubur kalifornia, penyemprotan insektisida, pembuangan bagian tanaman yang sakit, eradikasi, penyulaman dengan bibit berlabel, pemangkasan pemeliharaan, pengolahan tanah, pemupu berimbang, penjarangan buah, dan pengendalian gulma. Komponen teknologi yang paling menonjol dan dianggap baru dikenal oleh petani namun cepat diadopsi adalah penyaputan batang bawah dengan bubur kalifornia. Beberapa subkomponen teknologi PTKJS lainnya seperti penggunaan perangkap kuning, penyiraman tanah dengan insektisida, penggunaan feromon seks, pemberongsongan buah, pemangkasan arsitektur, penyiraman, pemanenan secara benar, dan konsolidasi pengelolaan kebun memiliki tingkat adopsi yang sangat rendah. Faktor Nonteknis yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi Teknologi PTKJS Berdasar uraian sifat inovasi teknologi PTKJS, dapat dikemuka beberapa faktor nonteknis yang mempengaruhi adopsi inovasi teknologi PTKJS, yaitu: Penyampaian informasi. Informasi teknologi PTKJS kurang dipahami petani sehingga mereka tidak berani mencobanya, seperti penggunaan perangkap kuning, feromon seks, dan penyiraman tanah dengan insektisida untuk mengendali vektor CVPD. Lembaga perbenihan. Dukungan lembaga perbenihan hortikultura maupun penangkar benih jeruk dalam pengadaan bibit jeruk berlabel bebas penyakit atau bibit jeruk berkualitas baik dan benar masih lemah. Lembaga penyedia input. Dukungan lembaga penyedia sarana produksi dalam pengadaan belerang sebagai bahan untuk membuat bubur kalifornia masih rendah. Belerang dilarang diperdagang di Kabupaten Sambas oleh pemerintah daerah setempat karena dapat diguna sebagai bahan peledak. Pasar. Harga jual jeruk pada pedagang pengumpul/pasar setempat kurang merangsang petani untuk mencoba teknologi yang dianjur karena

13 160 Hilmi Ridwan K. et al. Tabel 5. Penerapan teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat di Kabupaten Sambas. Jenis komponen teknologi Diterap (%) Tidak diterap (%) Tingkat adopsi Mengguna bibit jeruk berlabel Sangat tinggi bebas penyakit Pengendalian OPT Perangkap kuning Sangat rendah Penggunaan bubur kalifornia Tinggi Penyiraman tanah dengan larutan Sangat rendah insektisida Penyemprotan dengan insektisida 97 3 Sangat tinggi Pemasangan feromon seks Sangat rendah (metil eugenol) Pemberongsongan buah Sangat rendah Penyemprotan fungisida Sangat tinggi Sanitasi kebun Memangkas bagian tanaman 97 3 Sangat tinggi yang sakit Membuang pohon yang Sangat tinggi terserang CVPD Penyulaman dengan Sangat tinggi bibit berlabel Pemeliharaan tanaman Pemangkasan bentuk Rendah Pemangkasan pemeliharaan 97 3 Sangat tinggi Pengolahan tanah 97 3 Sangat tinggi Pemupu berimbang Tinggi Penyiraman Sangat rendah Penjarangan buah Sangat tinggi Pengendalian gulma Sangat tinggi Pemanenan secara benar Sangat rendah Konsolidasi pengelolaan kebun Sangat rendah harga jual sama, padahal penerapan teknologi anjuran memerlu biaya tambahan seperti pemberongsongan buah dan pemanenan dengan gunting. Kebersamaan usaha. Petani jeruk menyadari pentingnya konsolidasi pengelolaan kebun. Namun, beragamnya mata pencaharian menyebab kesibu/waktu kerja petani berbedabeda. Kemampuan dalam penyediaan alat pertanian dan sarana produksi juga beragam sehingga konsolidasi pengelolaan kebun sulit diaplikasi di lapang. KESIMPULAN DAN SARAN Inovasi teknologi PTKJS belum seluruhnya diadopsi oleh petani jeruk di Kabupaten Sambas karena beberapa subkomponen teknologi seperti penggunaan

14 Analisis penerapan inovasi teknologi perangkap kuning, penyiraman tanah dengan insektisida, penggunaan feromon seks, pemberongsongan buah, pemangkasan arsitektur, penyiraman, pemanenan secara benar, dan konsolidasi pengelolaan kebun, memiliki sifat inovasi yang berkategori nilai rendah. Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika di Tlekung harus lebih intensif mendiseminasi teknologi PTKJS yang nilai sifat inovasi teknologinya tergolong rendah kepada kelompok tani jeruk di Kabupaten Sambas. Kegiatan dilaku dengan melibat instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Koperasi Unit Desa, dan penangkar benih.

8.2. PENDEKATAN MASALAH

8.2. PENDEKATAN MASALAH jeruk impor di Indonesia saat ini menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah. Jeruk impor sudah sampai ke lokasi konsumen di sentra produksi jeruk nusantara dengan harga yang lebih murah daripada jeruk

Lebih terperinci

Sifat Inovasi dan Aplikasi Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat dalam Pengembangan Agribisnis Jeruk di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat

Sifat Inovasi dan Aplikasi Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat dalam Pengembangan Agribisnis Jeruk di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat Ridwan, H.K. et al.: Sifat Inovasi dan Aplikasi Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun... J. Hort. 18(4):477-49, 28 Sifat Inovasi dan Aplikasi Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat dalam Pengembangan

Lebih terperinci

Adopsi Inovasi Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

Adopsi Inovasi Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur J. Hort. 20(1):96-102, 2010 Adopsi Inovasi Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur Ridwan, H.K 1), Sabari 1), Rofik, S.B. 2), Rahman, S. 2), dan Agus,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertanian memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi di Negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertanian memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi di Negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertanian memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi di Negara-negara yang sedang berkembang, demikian pula di Indonesia (Widodo, 2008). Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TERPADU KEBUN JERUK SEHAT (PTKJS) (Adoption Levels of Integrated Management of Healthy Citrus Orchard (IMHCO))

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TERPADU KEBUN JERUK SEHAT (PTKJS) (Adoption Levels of Integrated Management of Healthy Citrus Orchard (IMHCO)) TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TERPADU KEBUN JERUK SEHAT (PTKJS) (Adoption Levels of Integrated Management of Healthy Citrus Orchard (IMHCO)) 1 2 A. Ruswandi, A. Muharam, Hilmi Ridwan, Sabari dan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu) Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) BERBASIS JERUK DI KABUPATEN LEBONG PROVINSI BENGKULU

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) BERBASIS JERUK DI KABUPATEN LEBONG PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGAKAJIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) BERBASIS JERUK DI KABUPATEN LEBONG PROVINSI BENGKULU SRI SURYANI RAMBE BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian mempunyai peranan penting pada negara berkembang seperti di Indonesia. Kontribusi sektor pertanian saat ini sangat berpengaruh untuk pembangunan negara. Hal

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, 51 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Responden Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, pengalaman bertani, tingkat pendidikan, penggunaan luas lahan, dan jumlah tanggungan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU Andi Ishak, Dedi Sugandi, dan Miswarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kec. Natar Kab. Lampung Selatan dan Laboratorium

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) BERBASIS JERUK DI KABUPATEN LEBONG PROVINSI BENGKULU. Ir. Sri Suryani M. Rambe, M.

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) BERBASIS JERUK DI KABUPATEN LEBONG PROVINSI BENGKULU. Ir. Sri Suryani M. Rambe, M. MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) BERBASIS JERUK DI KABUPATEN LEBONG PROVINSI BENGKULU Ir. Sri Suryani M. Rambe, M.Agr BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI

Lebih terperinci

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM Oleh : Medi Humaedi BAB I 1.1. 1.2. 1.3. DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan. Rumusan Masalah.. 1 1 2 3 BAB II 2.1. 2.2. TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA BUDIDAYA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica) Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ReGrI Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Yartiwi dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG 8 Highlight Balitsereal 2008 INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG PTT Jagung pada Lahan Sawah Sub Optimal Untuk peningkatan produksi jagung, komponen-komponen teknologi yang telah dihasilkan dari penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kota Depok Letak geografis Kota Depok berada pada 6,19 sampai 6,28 derajat Lintang Selatan dan 106,43 derajat Bujur Timur. Kota

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

Pengertian dan Arti Penting Perlindungan Tanaman

Pengertian dan Arti Penting Perlindungan Tanaman Pengertian dan Arti Penting Perlindungan Tanaman PENDAHULUAN Sandang Pangan Papan 1. Kebutuhan Dasar Manusia PENDAHULUAN (2) 1. Ekstensifikasi 2. Intensifikasi 3. Diversifikasi 2. Upaya peningkatan produksi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

SIFAT INOVASI TEKNOLOGI DALAM PENGENDALIAN SERANGGA PENULAR CVPD

SIFAT INOVASI TEKNOLOGI DALAM PENGENDALIAN SERANGGA PENULAR CVPD SIFAT INOVASI TEKNOLOGI DALAM PENGENDALIAN SERANGGA PENULAR CVPD (Technology Innovation Characteristics of CVPD Vector Controlling) Trisna Subarna, A. Ruswandi dan Darojat BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 1 KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP) PADI Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119 Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN (Studi Kasus di Desa Budi Mulia, Kabupaten Tapin) Oleh : Adreng Purwoto*) Abstrak Di masa mendatang dalam upaya mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT BAWANG MERAH Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala yang cukup rumit dalam pertanian. Keberadaan penyakit dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA 38 LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA Kabupaten : Bangka/Bateng Pewawancara :. Kecamatan :. Tgl. Wawancara :.. Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

Laporan Akhir I - 1 SUMBER DAYA AIR

Laporan Akhir I - 1 SUMBER DAYA AIR I - 1 SUMBER DAYA AIR Latar Belakang Irigasi Mikro untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Air adalah unsur utama agar tanaman dapat hidup, bahkan 85-90% dari bobot sel-sel dan jaringan tanaman adalah

Lebih terperinci

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN HORTIKULTURA

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN HORTIKULTURA KEBIJAKAN PERLINDUNGAN HORTIKULTURA 1. Tanggung jawab masyarakat dan pemerintah 2. Penerapan perlindungan tanaman sesuai dengan sistem PHT 3. PHT menjiwai Good Agriculture Practices (GAP) 4. Penanggulangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah. A1. Nama Responden : A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah (2) SD Tidak Tamat. A6.

LAMPIRAN. Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah. A1. Nama Responden : A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah (2) SD Tidak Tamat. A6. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah A. DEMOGRAFI A1. Nama Responden : A. Umur : tahun A3. Jenis Kelamin : 1. Laki laki. Perempuan A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah () SD Tidak Tamat

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

Bawang merah (Allium ascalonicum) mempunyai prospek

Bawang merah (Allium ascalonicum) mempunyai prospek TEKNIK PENGKAJIAN TUMPANG SARI BAWANG MERAH DAN CABAI MERAH SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN HAMA TIKUS Budiono 1 Bawang merah (Allium ascalonicum) mempunyai prospek yang cukup baik untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

5 Potensi menimbulkan masalah kerusakan lingkungan 6 Potensi menimbulkan masalah sosial. - Potensi menimbulkan masalah sosial di masyarakat 1 3

5 Potensi menimbulkan masalah kerusakan lingkungan 6 Potensi menimbulkan masalah sosial. - Potensi menimbulkan masalah sosial di masyarakat 1 3 LAMPIRAN 5 54 Lampiran Penilaian potensi risiko OPT Penilaian potensi risiko OPT Kategori penilaian Total skor Penilaian potensi masuk, menetap dan menyebar Potensi masuk - Bentuk media pembawa dan tujuan

Lebih terperinci

Jeruk Siam Banjar: Andalan Pendapatan bagi Petani Lahan Rawa Pasang Surut

Jeruk Siam Banjar: Andalan Pendapatan bagi Petani Lahan Rawa Pasang Surut Jeruk Siam Banjar: Andalan Pendapatan bagi Petani Lahan Rawa Pasang Surut Muhammad Noor dan Dedi Nursyamsi Jeruk siam (Citrus suhuensis) merupakan jenis jeruk yang berkembang pesat dalam sepuluh tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN PEREDARAN BENIH JERUK DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN PEREDARAN BENIH JERUK DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN PEREDARAN BENIH JERUK DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang

*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang PENERAPAN PENGGUNAAN INSEKTISIDA BIORASIONAL UNTUK MENGENDALIKAN HAMA KUTU KEBUL, Bemisia tabaci PENYEBAB PENYAKIT VIRUS KUNING KERITING CABAI DI NAGARI BATU TAGAK, KECAMATAN LUBUK BASUNG, KABUPATEN AGAM,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT I.Gunarto, B. de Rosari dan Tony Basuki BPTP NTT ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di hamparan

Lebih terperinci

Abstrak

Abstrak Peningkatan Produktivitas dan Finansial Petani Padi Sawah dengan Penerapan Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) (Studi Kasus di Desa Kandai I Kec. Dompu Kab. Dompu) Yuliana Susanti, Hiryana

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR Helena Da Silva dan Bambang Murdolelono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Pengembangan jagung hibrida di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. Sekitar 60% penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan bermata pencaharian sebagai

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

PERSEPSI PETANI TERHADAP SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI LAHAN RAWA LEBAK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA KALIMANTAN SELATAN

PERSEPSI PETANI TERHADAP SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI LAHAN RAWA LEBAK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA KALIMANTAN SELATAN Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 PERSEPSI PETANI TERHADAP SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI LAHAN RAWA LEBAK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA KALIMANTAN SELATAN Abdul Sabur Peneliti pada Balai

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu ttd. Organisme Pengganggu 1 Agroekologi (Ekologi Pertanian) adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Survei Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang termasuk dalam Kabupaten Bogor, yang secara geografis terletak antara 6.9 o 6.4 o Lintang Selatan dan 6. o.3 o

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui 5 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Identitas Petani Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 6 KK yang mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PERANAN METODE TEMU LAPANG TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI DI KAWASAN PENGEMBANGAN JERUK RIMBO PENGADANG PENDAHULUAN

PERANAN METODE TEMU LAPANG TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI DI KAWASAN PENGEMBANGAN JERUK RIMBO PENGADANG PENDAHULUAN PERANAN METODE TEMU LAPANG TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI DI KAWASAN PENGEMBANGAN JERUK RIMBO PENGADANG Sri Suryani M.Rambe 1), Irma Calista Siagian 2) dan Kusmea Dinata 3) 1) Penyuluh Pertanian

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan

Lebih terperinci

MODUL KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP)

MODUL KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP) MODUL KAJIAN KEBUTUHAN DAN PELUANG (KKP) Prof. Dr. Marwoto dan Ir Farur Rozy MS Peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul A Tujuan 1. Mengumpulkan dan menganalisis

Lebih terperinci

Ilmu Tanah dan Tanaman

Ilmu Tanah dan Tanaman Ilmu Tanah dan Tanaman Pertanian yang berkelanjutan Pertanian Berkelanjutan Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources)

Lebih terperinci