BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI"

Transkripsi

1 2.1 Gambaran Wilayah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Kabupaten Tabalong dengan ibukotanya Tanjung terletak paling utara dari propinsi Kalimantan Selatan. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor 19 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabalong Tahun , Ruang lingkup wilayah administrasi penataan ruang meliputi wilayah Kabupaten Tabalong seluas ± 3.646,52 Km² atau ± Ha, yang secara geografis terletak antara 115 9' ' Bujur Timur dan 1 18' ' Lintang Selatan. Sedangkan Grid Provinsi Kalimantan Selatan dari proyeksi UTM terletak pada Grid CE-25 sampai BD-39 dengan koordinat x= m dan y= m pada zona 5 LS, dengan batas batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan tengah Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Barito Timur Provinsi Kaliantan Tengah. Luas wilayah kabupaten Tabalong adalah ± 3.646,52 Km² atau sebesar 10,61 persen dari luas propinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan yang terluas adalah kecamatan Muara Uya dengan 924,16 km 2, kemudian kecamatan Jaro dengan 819,00 km 2. Sedangkan daerah terkecil adalah kecamatan Muara Harus dengan 62,90 km 2. Bentuk morfologi wilayah dapat dibagi menjadi empat bentuk yaitu daratan alluvial, dataran, bukit dan pegunungan. Jika dilihat dari persentasenya ternyata wilayah ini didominasi oleh dataran sebesar 41,34 persen dan pegunungan sebesar 29,79 persen. Wilayah kabupaten Tabalong banyak dialiri oleh sungai antara lain sungai Tabalong, sungai Anyar, sungai Jaing, sungai Kinarum, sungai Ayo, sungai Mangkupum, sungai Tamunti, sungai Walangkir, sungai Gendawang, sungai Awang, sungai Masingai, sungai Lumbang, sungai Juran, sungai Hunangin, sungai Umbu, sungai Karawili dan lain-lain. Wilayah administrasi kabupaten Tabalong dengan ibukotanya Tanjung terdiri dari 12 kecamatan yang terbagi atas tiga wilayah pengembangan pembangunan (WPP), bagian utara meliputi kecamatan Haruai, Bintang Ara, Upau, Muara Uya dan Jaro. Bagian tengah meliputi kecamatan Tanta, Tanjung dan Murung Pudak serta bagian selatan meliputi kecamatan Banua Lawas Pugaan, Kelua dan Muara Harus. Banyaknya desa/kelurahan di kabupaten Tabalong ini sebanyak 122 desa dan 9 kelurahan, dimana kecamatan Tanjung dan Banua Lawas mempunyai desa terbanyak yaitu 15 desa dan yang paling sedikit adalah kecamatan Upau dengan 6 desa. Seluruh desa/kelurahan ini sudah sampai pada tingkat swa sembada. Jarak terjauh menuju ibukota pemerintahan kabupaten dari kecamatan adalah kecamatan Jaro 60 km. Dan yang terdekat adalah kecamatan Tanjung yaitu 2 km. Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air di Kabupaten Tabalong yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Tabalong antara lain wilayah sungai (WS) dan cekungan air tanah (CAT). Wilayah Sungai (WS) yang ada di Kabupaten Tabalong yaitu WS Barito yang merupakan WS

2 lintas provinsi yaitu WS Barito Kapuas dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito sub DAS Tabalong yang merupakan kewenangan nasional terdiri atas sub-sub DAS Tabalong Kiwa, sub-sub DAS Tabalong Kanan, sub-sub DAS Kumap; dan sub-sub DAS Hayup. Kabupaten Tabalong merupakan wilayah yang beriklim tropis. Kelembaban udara maksimum di Tabalong pada tahun 2010 berkisar antara persen dan kelembaban udara minimum antara persen, sementara kelembaban udara rata-rata setiap bulan adalah 92 97,5 persen. Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur udara maksimum di Kabupaten Tabalong pada tahun 2010 berkisar antara 25 0 C sampai 31 0 C, temperatur udara minimum berkisar antara 19 0 C sampai 23,5 0 C dan rata-rata temperatur udara setiap bulan berkisar antara 22 0 C sampai 27 0 C GAMBAR 2.1. PROPORSI LUAS WILAYAH KABUPATEN TABALONG TABALONG No Kecamatan Luas (km2) Jarak Menuju Ibukota (1) (2) (3) (4) 1 Banua Lawas 161, Pugaan 64, Kelua 115, Muara Harus 62, Tanta 172, Tanjung 323, Murung Pudak 118, Haruai 469, Upau 323, Muara Uya 924, Jaro 819, Bintang Ara 391,50 25 Tabalong 3.946,00 XXX

3 Tabel 2.1 Tabel 2.1 Nama dan Luas Wilayah per Kecamatan serta Jumlah Kelurahan Kecamatan Luas Wilayah Luas Area Jumlah Administratif Kelurahan RW RT Ha Km2 (%) Terhadap Total Administrasi Luas Wilayah Terbangun (km2) % , ,01 BANUA LAWAS ,10 4 0,03 Hapalah Batang Banyu Sungai Durian Pematang Hariang Bungin Bangkiling Bangkiling Raya Banua Lawas Habau Banua Rantau Habau Hulu Purai Talan Sungai Anyar ,4 2,6 4,35 10,1 5,96 3,44 15,5 10,1 3,8 28,7 10,25 21, ,3 0,39 0,239 0,02 0,07 0,105 0,04 0,11 0,231 0,05 0,26 0,375 0,04 0,15 0,418 0,07 0,09 0,178 0,05 0,39 0,281 0,02 0,26 0,218 0,02 0,10 0,377 0,10 0,73 0,428 0,01 0,26 0,332 0,03 0,54 0,214 0,01 0,23 0,284 0,03 0,46 0,224 0,01 0,08 0,279 0,08 PUGAAN ,62 1,627 0,03 Pampanan Tamunti Pugaan Halangan , ,5 0,59 0,329 0,01 0,38 0,193 0,01 0,13 0,275 0,06 0,19 0,22 0,03

4 Sei Rukam I Sei Rukam II Jirak ,5 8,8 2,86 0,04 0,198 0,13 0,22 0,161 0,02 0,07 0,251 0,09 KELUA ,78 2,93 5,511 0,05 Telaga Itar Pudak Setegal Bahungin Takulat Kel. Pulau Masintan Paliat Sungai Buluh Binturu Karangan Putih Pasar Panas ,5 8,34 8,25 3,89 2,64 17, ,07 17,74 10,53 5,67 0,09 0,41 0,12 0,21 0,548 0,07 0,21 0,314 0,04 0,10 0,371 0,10 0,07 0,73 0,28 0,45 0,602 0,03 0,05 0,405 0,20 0,28 0,467 0,04 0,45 0,428 0,02 0,27 0,379 0,04 0,14 0,189 0,03 Ampukung ,47 0,62 0,668 0,03 MUARA HARUS ,59 1,653 0,03 Madang Padangin Harus Tantaringin Manduin Mantuil Murung Karangan ,32 9,55 7,05 10,14 8, ,33 0,31 0,168 0,01 0,24 0,176 0,02 0,18 0,157 0,02 0,26 0,274 0,03 0,22 0,211 0,02 0,05 0,258 0,13 0,34 0,409 0,03 TANTA ,36 4,875 0,03 Walangkir ,38 0,31 0,263 0,02

5 Pulau Ku u Tamiyang Warukin Padang Panjang Barimbun Padangin Luk Bayur Mangkusip Tanta Tanta Hulu Puain Kanan Pamarangan Kanan Murung Baru ,16 5,9 16,18 24,5 16,73 5,5 8,37 16,71 12,5 12,5 16,92 13,25 4,5 0,16 0,314 0,05 0,15 0,195 0,03 0,41 0,504 0,03 0,62 0,561 0,02 0,42 0,416 0,02 0,14 0,303 0,06 0,21 0,358 0,04 0,42 0,475 0,03 0,32 0,44 0,04 0,32 0,305 0,02 0,43 0,276 0,02 0,34 0,268 0,02 0,11 0,197 0,04 TANJUNG ,19 8 0,03 Banyu Tajun Sungai Pimping Pamarangan Kiwa Puain Kiwa Kel. Jangkung Kel. Tanjung Kel. Agung Kambitin Kel. Hikun Kambitin Raya Wayau Juai ,6 25,97 32,3 23,1 27,36 4,3 7,5 27,95 10,5 17,6 47,7 21,9 0,40 0,466 0,03 0,66 0,436 0,02 0,82 0,514 0,02 0,59 0,302 0,01 0,69 1,008 0,04 0,11 1,58 0,37 0,19 0,674 0,09 0,71 0,317 0,01 0,27 0,808 0,08 0,45 0,593 0,03 1,21 0,575 0,01 0,55 0,297 0,01

6 Garunggung Kitang ,2 32,15 0,64 0,347 0,01 0,81 0,295 0,01 Mahe 4,21 Seberang ,11 0,153 0,04 MURUNG PUDAK ,01 9,963 0,08 Sulingan Kel. Pembataan Kel. Mabu un Maburai Kel. Belimbing Raya Kel. Belimbing Kapar Masukau Kasiau Kasiau Raya ,42 5, ,2 4,4 13,51 25,26 21,97 11,15 0,29 1,253 0,11 0,15 0,998 0,17 0,10 1,683 0,42 0,28 0,985 0,09 0,26 0,887 0,09 0,11 0,373 0,08 0,34 1,535 0,11 0,64 0,176 0,01 0,56 1,608 0,07 0,28 0,465 0,04 HARUAI ,90 6 0,01 Lok Batu Kembang Kuning Seradang Halong Suput Catur Karya Mahe Pasar Suriyan Hayup Bongkang Wirang ,22 24,5 19, ,21 0,272 0,00 0,62 0,384 0,02 0,49 0,382 0,02 0,58 0,444 0,02 0,96 0,542 0,01 0,25 0,168 0,02 0,76 0,364 0,01 0,25 0,207 0,02 1,93 0,819 0,01 1,39 0,535 0,01 0,63 0,548 0,02

7 Nawin ,55 1,05 0,487 0,01 Marindi ,76 0,793 0,03 BINTANG ARA ,92 2 0,01 Waling Usih Bintang Ara Argo Mulyo Burum Panaan Hegar Manah Dambung Raya Bumi Makmur ,5 27,5 37,5 12, ,5 7,02 0,258 0,01 0,70 0,327 0,01 0,95 0,409 0,01 0,32 0,185 0,01 0,76 0,207 0,01 3,02 0,372 0,00 1,27 0,143 0,00 1,90 0,333 0,00 0,32 0,119 0,01 UPAU ,19 1,66 0,01 Masingai II Masingai I Bilas Kaong Pangelak Kinarum ,46 0,345 0,02 0,46 0,312 0,02 0,86 0,357 0,01 2,79 0,177 0,00 1,34 0,294 0,01 2,28 0,175 0,00 MUARA UYA ,42 6,185 0,01 Ribang Kupang Nunding Mangkupum Kampung Baru Palapi Pasar Batu ,5 103,84 56,7 17,32 25,5 0,51 0,545 0,03 0,52 0,463 0,02 2,63 0,577 0,01 1,44 0,296 0,01 0,44 0,376 0,02 0,65 0,346 0,01

8 Simpung Layung Uwie Muara Uya Lumbang Santu un Binjai Salikung Sungai Kumap , , , ,10 0,467 0,12 3,42 0,55 0,00 0,15 0,857 0,15 0,23 0,8 0,09 3,97 0,338 0,00 4,82 0,266 0,00 3,55 0,234 0,00 1,01 0,07 0,00 JARO ,76 4,026 0,00 Namun Muang Teratau Purui Nalui Jaro Garagata Solan Lano ,69 0,365 0,00 4,76 0,398 0,00 0,15 0,426 0,07 0,38 0,138 0,01 2,76 0,403 0,00 3,67 0,881 0,01 3,32 0,454 0,00 0,41 0,685 0,04 0,61 0,276 0,01 TOTAL ,00 100, ,43 Sumber : Tabalong Dalam Angka Tahun 2015

9 Gambar 2.2 Peta Orientasi Wilayah Perkotaan Kabupaten Tabalong Sumber : Bapeda KabupatenTabalongTahun 2016

10 Gambar 2.3 Peta Wilayah Kajian Strategi Sanitai Kabupaten Tabalong u Sumber : Bappeda Kabupaten Tabalong Tahun 2016

11 Kecamatan Banua Lawas Secara geografis Kecamatan Banua Lawas terletak pada posisi 2 Lintang Selatan dan 116 Bujur Timur, dengan luasan wilayah mencapai ± 161,67 Km² atau 4,10% dari luas wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan Banua Lawas memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Kelua; Sebelah Timur : Kecamatan Kelua dan Kecamatan Pugaan; Sebelah Selatan : Kabupaten Hulu Sungai Utara; Sebelah Barat : Provnsi Kalimantan Tengah; Kecamatan Banua Lawas memiliki fasilitas pendidika disetiap desanya sudah memiliki fasilitas kesehatan minimalposyandu atau poskesdes. Merupakan Kecamatan yang memiliki komoditas unggul dibidang ertanian dan ternak unggas. Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing Desa dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Banua Lawas dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut. TABEL 2.2 WILAYAH ADMINISTRASI DAN JUMLAH RT/RW DI KECAMATAN BANUA LAWAS Luas Area Administratif Kecamatan Jumlah Kelurahan/ Desa RW RT Ha Km2 Luas Wilayah (%) Terhadap Total Administrasi Luas Wilayah Terbangun (km2) % BANUA LAWAS ,10 4 0,03 1 Hapalah Batang Banyu Sungai Durian Pematang Hariang Bungin Bangkiling Bangkiling Raya Banua Lawas Habau ,4 2,6 4,35 10,1 5,96 3,44 15,5 10,1 3,8 28,7 0,39 0,239 0,02 0,07 0,105 0,04 0,11 0,231 0,05 0,26 0,375 0,04 0,15 0,418 0,07 0,09 0,178 0,05 0,39 0,281 0,02 0,26 0,218 0,02 0,10 0,377 0,10 0,73 0,428 0,01

12 11 Banua Rantau Habau Hulu Purai Talan Sungai Anyar ,25 21, ,3 0,26 0,332 0,03 0,54 0,214 0,01 0,23 0,284 0,03 0,46 0,224 0,01 0,08 0,279 0,08 Grafik persentase luas wilayah kecamatan Banua Lawas Tahun Kecamatan Pugaan Kecamatan Pugaan secara geografis berada pada Bujur Timur dan Lintang Selatan, dengan luasan wilayah mencapai ± 64,06 km 2 atau 1,62% dari luas wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan Pugaan memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Lampihong Kabupaten Balangan; Sebelah Timur : Kacamatan Muara Harus; Sebelah Selatan : Kecamatan Amuntai Utara Kabupaten HSU; Sebelah Barat : Kecamatan Banua Lawas; Kecamatan Pugaan merupakan kecamatan yang kegiatan penduduknya banyak bergerak di bidang pertanian dimana komoditas unggulannya adalah sektor tanaman bahan makanan khususnya padi dan ternak, juga industri kecil kerajinan anyaman purun dan rumbia. Di Kecamatan Pugaan di setiap Desanya memiliki fasilitas Pendidikan dan fasilitasi kesehatan yaitu minimal satu buah SD,Posyandu atau Poskesdes.

13 . Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing kelurahan dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Pugaan dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut : TABEL 2.3 WILAYAH ADMINISTRASI DAN JUMLAH RT/RW DI KECAMATAN PUGAAN Luas Wilayah Luas Area Administratif (%) Terhadap Kecamatan Jumlah Kelurahan/ Desa RW RT Ha Km2 Total Administrasi Luas Wilayah Terbangun (km2) % PUGAAN ,62 1,627 0,03 1 Pampanan ,4 0,59 0,329 0,01 2 Tamunti ,38 0,193 0,01 3 Pugaan ,13 0,275 0,06 4 Halangan ,5 0,19 0,22 0,03 5 Sei Rukam I ,5 0,04 0,198 0,13 6 Sei Rukam II ,8 0,22 0,161 0,02 7 Jirak ,86 0,07 0,251 0,09 GRAFIK PERSENTASE LUAS WILAYAH KECAMATAN PUGAAN Kecamatan Kelua Secara geografis, Kecamatan Kelua terletak pada posisi 2 LS dan 166 BT, dengan luasan wilayah mencapai ± 115,78 km 2 atau 2,93% dari luas wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan Kelua memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Muara Harus dan Propinsi Kalimantan Tengah; Sebelah Timur : Kecamatan Muara Harusdan Kecamatan Pugaan; Sebelah Selatan : Kecamatan Banua Lawas dan Propins Kalimantan Tengah; Sebelah Barat : Kecamatan Pugaan;

14 Kecamatan Kelua merupakan bagian dari pusat kota (CBD) Kabupaten Tabalong di wilayah Selatan, menitik beratkan disektor pertanian pangan, padi merupakan tanaman unggulan. Memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan, kawasan hankam, permukiman, serta perdagangan yang ramai dan jasa.untuk lebih jelasnya, luas masing-masing Desa dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Kelua dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut. TABEL 2.4 WILAYAH ADMINISTRASI DAN JUMLAH RT/RW DI KECAMATAN KELUA Luas Area Administratif Kecamatan Jumlah Kelurahan/ Desa RW RT Ha Km2 Luas Wilayah (%) Terhadap Total Administrasi Luas Wilayah Terbangun (km2) % KELUA ,78 2,93 5,511 0,05 1 Telaga Itar Pudak Setegal Bahungin Takulat Kel. Pulau Masintan Paliat Sungai Buluh Binturu Karangan Putih Pasar Panas Ampukung ,5 8,34 8,25 3,89 2,64 17, ,07 17,74 10,53 5,67 24,47 0,09 0,41 0,12 0,21 0,548 0,07 0,21 0,314 0,04 0,10 0,371 0,10 0,07 0,73 0,28 0,45 0,602 0,03 0,05 0,405 0,20 0,28 0,467 0,04 0,45 0,428 0,02 0,27 0,379 0,04 0,14 0,189 0,03 0,62 0,668 0,03

15 1 Telaga Itar 3,02% 2 Pudak Setegal 7,20% 3 Bahungin 7,12 % 4 Takulat 3,35% 5 Kel. Pulau 2,28% 6 Masintan 15,27 % 7 Paliat 1,72% 8 Sungai Buluh 9,56% 9 Binturu 15,32% 10 Karangan Putih 9,09 % 11 Pasar Panas 4,89% 12 Ampukung 21,13% Grafik persentase luas wilayah Kecamatan Kelua Kecamatan Muara Harus Secara geografis Kecamatan Muara Harus terletak pada posisi 2 09'11 LS dan '04 BT, dengan luasan wilayah mencapai ± 62,90 km 2 atau 1,59 % dari luas wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan Muara Harus memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Kelua; Sebelah Timur : Kecamatan Tanjung; Sebelah Selatan : Kecamatan Tanta; Sebelah Barat : Kecamatan Kelua; Kecamatan Muara Harus merupakan kecamatan yang kegiatan penduduknya banyak bergerak di bidang pertanian dimana komoditas unggulannya adalah sektor tanaman bahan makanan khususnya padi dan ternak. Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing Desa dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Muara Harus dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut.

16 TABEL 2.5 WILAYAH ADMINISTRASI DAN JUMLAH RT/RW DI KECAMATAN MUARA HARUS Kecamatan Luas Area Jumlah Administratif Kelurahan/ Desa RW RT Ha Km2 Luas Wilayah (%) Terhadap Total Administrasi Luas Wilayah Terbangun (km2) % MUARA HARUS ,59 1,653 0,03 1 Madang Padangin Harus Tantaringin Manduin Mantuil Murung Karangan ,32 9,55 7,05 10,14 8, ,33 0,31 0,168 0,01 0,24 0,176 0,02 0,18 0,157 0,02 0,26 0,274 0,03 0,22 0,211 0,02 0,05 0,258 0,13 0,34 0,409 0,03 Grafik persentase luas wilayah kecamatan Muara Harus

17 Kecamatan Tanta Secara geografis Kecamatan Tanta terletak pada posisi 2 LS dan 116 BT, dengan luasan wilayah mencapai ± 172,10 km 2 atau 4,36% dari luas wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan Tanta memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Murng Pudak ; Sebelah Timur : Kecamatan lampihong kabupaten Balangan ; Sebelah Selatan : Kecamatan Muara Harus ; Sebelah Barat : Kecamatan Tanjung ; Kecamatan Tanta bila dibandingkan dengan kecamatan yang lain memiliki jumlah penduduk yang cukup besar yaitu sebanyak jiwa, dengan jumlah penduduk yang cukup besar ini akan berdampak pada permintaan perumahan, kecukupan pangan. Kecamatan Tanta masuk dalam wilayah eksplorasi pertambangan minyak oleh Pertamina dan batubara yang dikuasai penambangannya oleh PT.Adaro, wilayah yang terkena tambang batubara berada didesa Padang Panjang/Wara. Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing Desa dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Tanta dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut. Kecamatan TABEL 2.6 WILAYAH ADMINISTRASI DAN JUMLAH RT/RW DI KECAMATAN TANTA Luas Area Administratif Jumlah Kelurahan/ Desa RW RT Ha Km2 Luas Wilayah (%) Terhadap Total Administrasi Luas Wilayah Terbangun (km2) % TANTA ,36 4,875 0,03 1 Walangkir Pulau Ku u Tamiyang Warukin Padang Panjang Barimbun Padangin Luk Bayur Mangkusip ,38 6,16 5,9 16,18 24,5 16,73 5,5 8,37 16,71 0,31 0,263 0,02 0,16 0,314 0,05 0,15 0,195 0,03 0,41 0,504 0,03 0,62 0,561 0,02 0,42 0,416 0,02 0,14 0,303 0,06 0,21 0,358 0,04 0,42 0,475 0,03

18 10 Tanta Tanta Hulu Puain Kanan Pamarangan Kanan Murung Baru ,5 12,5 16,92 13,25 4,5 0,32 0,44 0,04 0,32 0,305 0,02 0,43 0,276 0,02 0,34 0,268 0,02 0,11 0,197 0, Kecamatan Tanjung Grafik persentase luas wilayah Kecamatan Tanta Secara geografis, Kecamatan Tanjung terletak pada posisi 3 LS dan 116 BT, dengan luasan wilayah mencapai ± Ha atau 8,19 % dari luas wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan Tanjung memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Haruai ; Sebelah Timur : Kacamatan Murung Pudak dan KecamatanTanta ; Sebelah Selatan : Kecamatan Kelua dan Muara Harus ; Sebelah Barat : Provinsi Kalimantan Tengah ; Kecamatan Tanjung merupakan ibukota kabupaten Tabalong, merupakan bagian dari pusat kota (CBD) dari Kabupaten Tabalong yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan, kawasan hankam, permukiman, serta perdagangan dan jasa. Untuk lebih jelasnya, luas masing-

19 masing kelurahan/ Desa dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Tanjung dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut. TABEL 2.7 WILAYAH ADMINISTRASI DAN JUMLAH RT/RW DI KECAMATAN TANJUNG Luas Area Administratif Kecamatan Jumlah Kelurahan/ Desa RW RT Ha Km2 TANJUNG 1 Banyu Tajun Sungai Pimping Pamarangan Kiwa Puain Kiwa Kel. Jangkung Kel. Tanjung Kel. Agung Kambitin Kel. Hikun Kambitin Raya Wayau Juai Garunggung Kitang Mahe Seberang Luas Wilayah (%) Terhadap Total Administrasi Luas Wilayah Terbangun (km2) % ,19 8 0,03 15,6 25,97 32,3 23,1 27,36 4,3 7,5 27,95 10,5 17,6 47,7 21,9 25,2 32,15 4,21 0,40 0,466 0,03 0,66 0,436 0,02 0,82 0,514 0,02 0,59 0,302 0,01 0,69 1,008 0,04 0,11 1,58 0,37 0,19 0,674 0,09 0,71 0,317 0,01 0,27 0,808 0,08 0,45 0,593 0,03 1,21 0,575 0,01 0,55 0,297 0,01 0,64 0,347 0,01 0,81 0,295 0,01 0,11 0,153 0,04

20 1 Banyu Tajun 4,87% 2 Sungai Pimping 8,03% 3 Pamarangan Kiwa 9,99% 4 Puain Kiwa 7,18% 5 Kel. Jangkung 8,40% 6 Kel. Tanjung 1,40% 7 Kel. Agung 2,31% 8 Kambitin Raya 8,64% 9 Kel. Hikun 3,29% 10 Kambitin Raya 5,48% 11 Wayau 14,74% 12 Juai 6,69% 13 Garunggung7,79% 14 Kitang 9,87 % 15 Mahe Seberang 1,34 % Grafik persentase luas wilayah Kecamatan Tanjung Kecamatan Murung Pudak Secara geografis Kecamatan Murung Pudak terletak pada posisi 2 09'11'' LS dan '04'' BT,dengan luasan wilayah mencapai ± 118,72 km 2 atau 3,01% dari luas wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan Murung Pudak memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Haruai ; Sebelah Timur : Kabupaten Balangan ; Sebelah Selatan : Kacamatan Tanta ; Sebelah Barat : Kecamatan Tanjung ; Kecamatan Murung Pudak merupakan bagian dari pusat kota (CBD) yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan, kawasan hankam, permukiman, serta perdagangan dan jasa. Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing kelurahan Desa dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Murung Pudak dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut.

21 Kecamatan TABEL 2.8 WILAYAH ADMINISTRASI DAN JUMLAH RT/RW DI KECAMATAN MURUNG PUDAK Luas Area Administratif Jumlah Kelurahan/ Desa RW RT Ha Km2 Luas Wilayah (%) Terhadap Total Administrasi Luas Wilayah Terbangun MURUNG PUDAK (km2) % ,01 9,963 0,08 1 Sulingan ,42 0,29 1,253 0,11 2 Kel. Pembataan ,81 0,15 0,998 0,17 3 Kel. Mabu un ,10 1,683 0,42 4 Maburai ,28 0,985 0,09 5 Kel. Belimbing Raya ,2 0,26 0,887 0,09 6 Kel. Belimbing ,4 0,11 0,373 0,08 7 Kapar ,51 0,34 1,535 0,11 8 Masukau ,26 0,64 0,176 0,01 9 Kasiau ,97 0,56 1,608 0,07 10 Kasiau Raya ,15 0,28 0,465 0,04 Grafik persentase luas wilayah kecamatan Murung pudak

22 Kecamatan Haruai Secara geografis Kecamatan Haruai terletak pada posisi 3 LS dan 116 BT, dengan luasan wilayah mencapai ± Ha atau 11,90 % dari luas wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan Haruai memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Muara Uya dan Kecamatan Bintang Ara ; Sebelah Timur : Kecamatan Upau dan Kabupaten Balangan ; Sebelah Selatan : Kecamatan Tanjung dan Kecamatan Murung Pudak ; Sebelah Barat : Provinsi Kalimantan Tengah ; Kecamatan Haruai merupakan Kecamatan yang penduduknya paling majemuk bila dibandingkan dengan Kecamatan lain. Merupakan kecamatan yang selain bergerak di pertanian karet juga industri palawija kelapa sawit. Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing Desa dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Haruai dapat dilihat pada tabel 2.9 berikut. TABEL 2.9 WILAYAH ADMINISTRASI DAN JUMLAH RT/RW DI KECAMATAN HARUAI Luas Area Administratif Kecamatan Jumlah Kelurahan/ Desa RW RT Ha Km2 HARUAI 1 Lok Batu Kembang Kuning Seradang Halong Suput Catur Karya Mahe Pasar Suriyan Hayup Luas Wilayah (%) Terhadap Total Administrasi Luas Wilayah Terbangun (km2) % ,90 6 0,01 87,22 24,5 19, ,21 0,272 0,00 0,62 0,384 0,02 0,49 0,382 0,02 0,58 0,444 0,02 0,96 0,542 0,01 0,25 0,168 0,02 0,76 0,364 0,01 0,25 0,207 0,02 1,93 0,819 0,01 10 Bongkang ,535 0,01

23 ,39 11 Wirang Nawin Marindi ,63 0,548 0,02 41,55 1,05 0,487 0, ,76 0,793 0,03 1 Lok Batu 19% 2 Kembang Kuning 5% 3 Seradang 4 % 4 Halong 5% 5 Suput 8% 6 Catur Karya 2% 7 Mahe Pasar 6% 8 Suriyan 2% 9 Hayup 16 % 10 Bongkang 12 % 11 Wirang 5% 12 Nawin 9% 13 Marindi 6% Grafik persentase luas wilayah kecamatan Haruai Kecamatan Bintang Ara Secara geografis Kecamatan Bintang Ara terletak pada posisi 2 LS dan 116 BT, dengan luasan wilayah mencapai ± km 2 atau 9,92 % dari luas wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan Bintang Ara memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Muara Uya dan Provnsi kalmantan Tengah ; Sebelah Timur : Kecamatan Haruai ; Sebelah Selatan : Kecamatan Tanjung dan Kecamatan Haruai ; Sebelah Barat : Provinsi Kalimantan Tengah dan Kecamtan Tanjung ; Kecamatan Bintang Ara mempunyai kualifikasi sebagai wilayah adminstrasi desa yang menganut sistem desa pemilihan, Sebagian besar wilayah Bintang Ara berupa pegunungan dengan sumber daya alamnya yang melimpah, misalnya Kayu Hutan, Penduduk di Kecamatan Bintang Ara banyak

24 melakukan usahanya dibidang perkebunan dan kehutanan khususnya perkebunan Karet Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing kelurahan dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Banjarbaru Utara dapat dilihat pada tabel 2.10 berikut : TABEL 2.10 WILAYAH ADMINISTRASI DAN JUMLAH RT/RW DI KECAMATAN BINTANG ARA Luas Area Administratif Kecamatan Jumlah Kelurahan/ Desa RW RT Ha Km2 BINTANG ARA 1 Waling Usih Bintang Ara Argo Mulyo Burum Panaan Hegar Manah Dambung Raya Bumi Makmur Luas Wilayah (%) Terhadap Total Administrasi Luas Wilayah Terbangun (km2) % ,92 2 0,01 27,5 27,5 37,5 12, ,5 7,02 0,258 0,01 0,70 0,327 0,01 0,95 0,409 0,01 0,32 0,185 0,01 0,76 0,207 0,01 3,02 0,372 0,00 1,27 0,143 0,00 1,90 0,333 0,00 0,32 0,119 0,01 9 Bumi Makmur 3,19% 3% 8 Dambung Raya 19, 16% 19% 7 Hegar Manah 12,77% 13% Bintang Ara 6 Panaan 30,39% 30% 1 Waling 7,02% 7% 2 Usih 7,02 % 7% 3 Bintang Ara 9,58% 10% 4 Argo Mulyo 3,19% 3% 5 Burum 7,67 % 8% Grafik persentase luas wilayah kecamatan Bintang Ara

25 2.10. Kecamatan Upau Secara geografis Kecamatan Upau terletak pada posisi 2 LS dan ' BT, dengan luasan wilayah mencapai ± 323,00 km 2 atau 8,19% dari luas wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan Upau memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Haruai ; Sebelah Timur : Provinsi Kalimantan Timur ; Sebelah Selatan : Kabupaten Balangan ; Sebelah Barat : Kecamatan Haruai ; Kecamatan Upau memiliki penduduk yang paling majemuk bila dibandingkan dengan wilayah kecamatan lain dengan mayoritas penduduk suku Dayak Upau. Pada umumnya di setiap desa di kecamatan ini sudah tersedia fasilitas kesehatan minimal posyandu atau poskesdes dan terdapat fasilitas pendidikan di Kecamatan ini. Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing Desa dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Upau dapat dilihat pada tabel 2.11 berikut. Kecamatan TABEL 2.11 WILAYAH ADMINISTRASI DAN JUMLAH RT/RW DI KECAMATAN UPAU Luas Area Administratif Jumlah Kelurahan/ Desa RW RT Ha Km2 Luas Wilayah (%) Terhadap Total Administrasi Luas Wilayah Terbangun (km2) % UPAU ,19 1,66 0,01 1 Masingai II Masingai I Bilas Kaong Pangelak Kinarum ,46 0,345 0,02 0,46 0,312 0,02 0,86 0,357 0,01 2,79 0,177 0,00 1,34 0,294 0,01 2,28 0,175 0,00

26 1 Masingai II 5,57 % 2 Masingai I 5,57 % 3 Bilas 10,53% 4 Kaong 34,06% 5 Pangelak 16,41% 6 Kinarum 27,86% Grafik persentase luas wilayah kecamatan Bintang Ara Kecamatan Muara Uya Secara geografis Kecamatan Muara Uya terletak pada posisi Bujur Timur dan Lintang Selatan, dengan luasan wilayah mencapai 924,16 km 2 atau 23,42 % dari luas wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan Muara Uya memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Provinsi Kalimantan Tengah ; Sebelah Timur : Kecamatan Jaro dan Provinsi Kalimantan Timur ; Sebelah Selatan : Kecamatan Haruai ; Sebelah Barat : Provinsi Kalimantan Tengah ; Kecamatan Muara Uya merupakan bagian dari pusat kota (CBD) wilayah utara Kabupaten Tabalong, yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan, kawasan hankam, permukiman, serta perdagangan dan jasa. Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing Desa dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Muara Uya dapat dilihat pada tabel 2.12 berikut:

27 TABEL 2.12 WILAYAH ADMINISTRASI DAN JUMLAH RT/RW DI KECAMATAN MUARA UYA Kecamatan Luas Area Administratif Jumlah Kelurahan/ Desa RW RT Ha Km2 Luas Wilayah (%) Terhadap Total Administrasi Luas Wilayah Terbangun (km2) % MUARA UYA ,42 6,185 0,01 1 Ribang Kupang Nunding Mangkupum Kampung Baru Palapi Pasar Batu Simpung Layung Uwie Muara Uya Lumbang Santu un Binjai Salikung Sungai Kumap ,5 103,84 56,7 17,32 25,5 3, , , , ,51 0,545 0,03 0,52 0,463 0,02 2,63 0,577 0,01 1,44 0,296 0,01 0,44 0,376 0,02 0,65 0,346 0,01 0,10 0,467 0,12 3,42 0,55 0,00 0,15 0,857 0,15 0,23 0,8 0,09 3,97 0,338 0,00 4,82 0,266 0,00 0,234 0,00 1,01 0,07 0,00

28 1 Ribang 2,16% 2 Kupang Nunding 2,22% 3 Mangkupum 11,24% 4 Kampung Baru 6,13% 5 Palapi 1,87 % 6 Pasar Batu 2,76% 7 Simpung Layung 0,41% 8 Uwie 14,61% 9 Muara Uya 0,63% 10 Lumbang 0,94% 11 Santu un 16,95% 12 Binjai 20,56% 13 Salikung 15,15% 14 Sungai Kumap 4,33% Grafik persentase luas wilayah kecamatan Muara Uya Kecamatan Jaro Secara geografis Kecamatan Jaro terletak pada posisi ' LS dan ' ' BT, dengan luasan wilayah mencapai ± 819,00 km 2 atau 20,76% dari luas wilayah Kabupaten Tabalong. Kecamatan Jaro memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Propinsi Kalimantan Timur ; Sebelah Timur : Propinsi Kalimantan Timur ; Sebelah Selatan : Kecamatan Muara Uya ; Sebelah Barat : Kecamatan Muara Uya ; Kecamatan Jaro merupakan kawasan strategis kabupaten juga merupakan bagian dari pusat kota (CBD) wilayah utara kabupaten Tabalong yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan, kawasan hankam, permukiman, serta perdagangan dan jasa. Komoditas unggulan pertanian di Jaro adalah Padi dan karet. Sebagian penduduk di Kecamatan Jaro adalah pendatang/migrasi dari Pulau Jawa dengan pola transmigrasi sebelumnya Untuk lebih jelasnya, luas masing-masing Desa dan jumlah Rukun Tetangga (RT) di Kecamatan Banjarbaru Utara dapat dilihat pada tabel 2.13 berikut :

29 Kecamatan TABEL 2.13 WILAYAH ADMINISTRASI DAN JUMLAH RT/RW DI KECAMATAN JARO Luas Area Administratif Jumlah Kelurahan/ Desa RW RT Ha Km2 Luas Wilayah (%) Terhadap Total Administrasi Luas Wilayah Terbangun (km2) % JARO ,76 4,026 0,00 1 Namun Muang Teratau Purui Nalui Jaro Garagata Solan Lano ,69 0,365 0,00 4,76 0,398 0,00 0,15 0,426 0,07 0,38 0,138 0,01 2,76 0,403 0,00 3,67 0,881 0,01 3,32 0,454 0,00 0,41 0,685 0,04 0,61 0,276 0,01 Grafik persentase luas wilayah kecamatan Jaro

30 2..2 Demografi JUMLAH PENDUDUK Jumlah penduduk yang besar dengan disertai kualitas sumber daya manusia yang baik merupakan suatu keuntungan bagi daerah yang bersangkutan. Hal ini merupakan modal penting dalam pembangunan. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar tanpa disertai kualitas yang handal, akan berpotensi menjadi factor penghambat pembangunan daerah. Jumlah penduduk Tabalong pada tahun 2014 sebesar jiwa dengan tingkat kepadatan mencapai 60 jiwa/km2. Laju pertumbuhan rata-rata penduduk pertahun pada tahun 2013 sebesar 1,75 persen, yang dipengaruhi oleh migrasi penduduk ke Tabalong. Adapun jumlah rumah tangga pada tahun tersebut sekitar ruta dengan perkiraan rata-rata setiap rumah tangga terdiri dari 3,55. Pada periode yang sama, rasio jenis kelamin Kabupaten Tabalong sebesar 103,47 artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 103 orang penduduk laki-laki. Ditinjau dari piramida penduduk, tampak bahwa sebagian besar penduduk masih berusia muda (0-14 tahun). Kondisi tersebut menggambarkan tingkat fertilitas dan mortalitas di Kabupaten Tabalong yang tinggi, serta angka harapan hidup yang rendah.. Rasio jenis kelamin penduduk di kabupaten Tabalong yang berada di bawah 100 persen terdapat di kecamatan Banua Lawas, Pugaan, Kelua, Muara Harus dan Upau. Artinya di wilayah kecamatan tersebut penduduk perempuan rata-rata lebih banyak daripada penduduk laki-laki, salah satu penyebabnya adalah migrasi penduduk laki-laki keluar dari wilayah kecamatan tersebut untuk bekerja. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tabalong mencapai 1,75 persen pada tahun 2014

31 Tabel 2.14 Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga Kabupaten Tabalong Kecamatan Populasi (org) Populasi (org) Rata2 tahunan Populasi (org) Rata2 tahunan Populasi (org) Rata2 tahunan Populasi (org) Rata2 tahunan Sumber BPS BPS calc BPS calc BPS calc BPS calc Kelurahan Tahun Laki Pr Total Laki Pr Total growth % Laki Pr Total ,38% BANUA LAWAS ,40% PUGAAN Hapalah ,40% Batang Banyu ,40% Sungai Durian ,40% Pematang ,40% Hariang ,40% Bungin ,40% Bangkiling ,40% Bangkiling Raya ,40% Banua Lawas ,40% Habau ,40% Banua Rantau ,40% Habau Hulu ,40% Purai ,40% Talan ,40% Sungai Anyar ,40% ,16% Pampanan ,16% Tamunti ,16% Pugaan ,16% growth % 4,06% -1,80% -1,80% -1,80% -1,80% -1,80% -1,80% -1,80% -1,80% -1,80% -1,80% -1,80% -1,80% -1,80% -1,80% -1,80% -1,80% -1,86% -1,86% -1,86% -1,86% Laki Pr Total growth % Laki Pr Total growth % ,60% ,11% ,65% ,65% ,65% ,36% ,65% ,64% ,65% ,33% ,65% ,73% ,65% ,56% ,65% ,52% ,65% ,52% ,65% ,17% ,65% ,68% ,65% ,93% ,65% ,55% ,65% ,91% ,65% ,62% ,65% ,94% ,65% ,81% ,64% ,66% ,64% ,58% ,64% ,75% ,64% ,65%

32 KELUA Halangan ,16% Sei Rukam I ,16% Sei Rukam II ,16% Jirak ,16% ,89% Telaga Itar ,89% Pudak Setegal ,89% Bahungin ,89% Takulat ,89% Kel. Pulau ,89% Masintan ,89% Paliat ,89% Sungai Buluh ,89% Binturu ,89% Karangan Putih ,89% Pasar Panas ,89% Ampukung ,89% MUARA HARUS ,35% TANTA Madang ,35% Padangin ,35% Harus ,35% Tantaringin ,35% Manduin ,35% Mantuil ,35% Murung Karangan ,35% ,78% ,86% -1,86% -1,86% -1,86% 1,93% 1,93% 1,93% 1,93% 1,93% 1,93% 1,93% 1,93% 1,93% 1,93% 1,93% 1,93% 1,93% -2,04% -2,04% -2,04% -2,04% -2,04% -2,04% -2,04% -2,04% 5,71% ,64% ,89% ,64% ,92% ,64% ,43% ,64% ,43% ,17% ,85% ,17% ,61% ,17% ,91% ,17% ,86% ,17% ,70% ,17% ,82% ,17% ,53% ,17% ,97% ,17% ,71% ,17% ,10% ,17% ,37% ,17% ,27% ,17% ,39% ,47% ,59% ,47% ,27% ,47% ,19% ,47% ,54% ,47% ,73% ,47% ,53% ,47% ,23% ,47% ,41% ,70% ,97%

33 Walangkir ,78% ,71% ,70% ,61% Pulau Ku u ,78% ,71% ,70% ,04% Tamiyang ,78% ,71% ,70% ,74% Warukin ,78% Padang Panjang ,78% ,71% 5,71% ,70% ,65% ,70% ,99% Barimbun ,78% ,71% ,70% ,32% Padangin ,78% ,71% ,70% ,56% Luk Bayur ,78% ,71% ,70% ,67% Mangkusip ,78% ,71% ,70% ,54% Tanta ,78% ,71% ,70% ,70% Tanta Hulu ,78% ,71% ,70% ,20% Puain Kanan ,78% Pamarangan Kanan ,78% ,71% 5,71% ,70% ,47% ,70% ,54% Murung Baru ,78% ,71% ,70% ,36% TANJUNG ,09% ,13% ,62% ,08% Banyu Tajun ,09% Sungai Pimping ,09% Pamarangan Kiwa ,09% ,13% 4,13% 4,13% ,62% ,05% ,62% ,20% ,62% ,73% Puain Kiwa ,09% Kel. Jangkung ,09% ,13% 4,13% ,62% ,92% ,62% ,21% Kel. Tanjung ,09% ,13% ,62% ,92% Kel. Agung ,09% ,13% ,62% ,28% Kambitin ,09% ,13% ,62% ,39% Kel. Hikun ,09% Kambitin Raya ,09% ,13% 4,13% ,62% ,01% ,62% ,32% Wayau ,09% ,13% ,62% ,13%

34 Juai ,09% Garunggung ,09% Kitang ,09% Mahe Seberang ,09% MURUNG PUDAK ,00% HARUAI Sulingan ,00% Kel. Pembataan ,00% Kel. Mabu un ,00% Maburai ,00% Kel. Belimbing Raya ,00% Kel. Belimbing ,00% Kapar ,00% Masukau ,00% Kasiau ,00% Kasiau Raya ,00% ,38% Lok Batu ,38% Kembang Kuning ,38% Seradang ,38% Halong ,38% Suput ,38% Catur Karya ,38% Mahe Pasar ,38% Suriyan ,38% Hayup ,38% Bongkang ,38% ,13% 4,13% 4,13% 4,13% 14,72% 14,72% 14,72% 14,72% 14,72% 14,72% 14,72% 14,72% 14,72% 14,72% 14,72% -0,41% -0,41% -0,41% -0,41% -0,41% -0,41% -0,41% -0,41% -0,41% -0,41% -0,41% ,62% ,84% ,62% ,23% ,62% ,09% ,62% ,64% ,63% ,20% ,63% ,05% ,63% ,01% ,63% ,87% ,63% ,33% ,63% ,61% ,63% ,25% ,63% ,92% ,63% ,85% ,63% ,01% ,63% ,47% ,58% ,55% ,58% ,26% ,58% ,83% ,58% ,91% ,58% ,30% ,58% ,44% ,58% ,07% ,58% ,72% ,58% ,77% ,58% ,36% ,58% ,80%

35 Wirang ,38% Nawin ,38% Marindi ,38% BINTANG ARA ,36% UPAU Waling ,36% Usih ,36% Bintang Ara ,36% Argo Mulyo ,36% Burum ,36% Panaan ,36% Hegar Manah ,36% Dambung Raya ,36% Bumi Makmur ,36% ,32% Masingai II ,32% Masingai I ,32% Bilas ,32% Kaong ,32% Pangelak ,32% Kinarum ,32% MUARA UYA ,48% Ribang ,48% Kupang Nunding ,48% Mangkupum ,48% Kampung Baru ,48% Palapi ,48% ,41% -0,41% -0,41% 0,04% 0,04% 0,04% 0,04% 0,04% 0,04% 0,04% 0,04% 0,04% 0,04% 3,08% 3,08% 3,08% 3,08% 3,08% 3,08% 3,08% 2,11% 2,11% 2,11% 2,11% 2,11% 2,11% ,58% ,36% ,58% ,56% ,58% ,42% ,89% ,49% ,89% ,67% ,89% ,87% ,89% ,32% ,89% ,89% ,89% ,65% ,89% ,28% ,89% ,88% ,89% ,55% ,89% ,07% ,98% ,55% ,98% ,70% ,98% ,73% ,98% ,54% ,98% ,45% ,98% ,52% ,98% ,12% ,30% ,89% ,30% ,70% ,30% ,17% ,30% ,80% ,30% ,00% ,30% ,67%

36 Pasar Batu ,48% Simpung Layung ,48% ,11% 2,11% ,30% ,60% ,30% ,20% Uwie ,48% ,11% ,30% ,86% Muara Uya ,48% ,11% ,30% ,06% Lumbang ,48% ,11% ,30% ,09% Santu un ,48% ,11% ,30% ,89% Binjai ,48% ,11% ,30% ,77% Salikung ,48% Sungai Kumap ,48% ,11% 2,11% ,30% ,37% ,30% ,41% JARO ,32% ,12% ,99% ,55% Namun ,32% ,12% ,99% ,84% Muang ,32% ,12% ,99% ,34% Teratau ,32% ,12% ,99% ,49% Purui ,32% ,12% ,99% ,19% Nalui ,32% ,12% ,99% ,75% Jaro ,32% ,12% ,99% ,21% Garagata ,32% ,12% ,99% ,62% Solan ,32% ,12% ,99% ,51% Lano ,32% ,12% ,99% ,34%

37 Nama Kecamatan Banua Lawas Tabel 2.15 Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Saat Ini dan Proyeksinya Selama 5 tahun Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Pugaan Kelua Muara Harus Tanta Tanjung Murung Pudak Haruai Bintang Ara Upau Muara Uya Jaro Jumlah Sumber : Data BPS

38 NO Kemiskinan Berdasarkan data hasil olahan Pemerintah Kabupaten Tabalong ada kecenderungan penurunan jumlah rumah tangga miskin, pada tahun 2005 terdapat rumah tangga miskin (23,99%), tahun 2008 sebanyak rumah tangga miskin (13,79%) dan tahun 2010 terdapat rumah tangga miskin (10,71%). Data penduduk miskin perkecamatan sebagaimana tabel KECAMATAN Tabel 2.16 Jumlah penduduk miskin per Kecamatan KELURAHAN / DESA Angka Kemiskinan (%) Angka Kepadatan ( Org/ Km²) Konversi Jiwa / Ha 1 BANUA LAWAS Hapalah 49 67,14 0, BANUA LAWAS Batang Banyu ,03 2, BANUA LAWAS Sungai Durian ,29 2, BANUA LAWAS Pematang ,82 1, BANUA LAWAS Hariang ,14 2, BANUA LAWAS Bungin ,38 2, BANUA LAWAS Bangkiling 72 78,77 0, BANUA LAWAS Bangkiling Raya 96 82,51 0, BANUA LAWAS Banua Lawas ,47 4, BANUA LAWAS Habau 56 62,99 0, BANUA LAWAS Banua Rantau ,87 1, BANUA LAWAS Habau Hulu 26 63,24 0, BANUA LAWAS Purai ,11 1, BANUA LAWAS Talan 33 51,05 0, BANUA LAWAS Sungai Anyar ,09 4,3909 NO. KECAMATAN KELURAHAN / DESA Angka Kemiskinan (%) Angka Kepadatan ( Org/ Km²) Konversi Jiwa / Ha 1 PUGAAN Pampanan ,54 2 PUGAAN Tamunti ,59 3 PUGAAN Pugaan ,45 4 PUGAAN Halangan ,28 5 PUGAAN Sei Rukam I ,64 6 PUGAAN Sei Rukam II ,74 7 PUGAAN Jirak ,74

39 NO. KECAMATAN KELURAHAN / DESA Angka Kemiskinan (%) Angka Kepadatan ( Org/ Km²) Konversi Jiwa / Ha 1 KELUA Telaga Itar ,19 2 KELUA Pudak Setegal ,78 3 KELUA Bahungin ,47 4 KELUA Takulat ,26 5 KELUA Kel. Pulau ,47 6 KELUA Masintan ,27 7 KELUA Paliat ,02 8 KELUA Sungai Buluh ,65 9 KELUA Binturu ,13 10 KELUA Karangan Putih ,16 11 KELUA Pasar Panas ,51 12 KELUA Ampukung ,95 NO. KECAMATAN KELURAHAN / DESA Angka Kemiskinan (%) Angka Kepadatan ( Org/ Km²) Konversi Jiwa / Ha 1 MUARA HARUS Madang ,55 2 MUARA HARUS Padangin ,73 3 MUARA HARUS Harus ,78 4 MUARA HARUS Tantaringin ,24 5 MUARA HARUS Manduin ,99 6 MUARA HARUS Mantuil MUARA HARUS Murung Karangan ,04 NO. KECAMATAN KELURAHAN / DESA Angka Kemiskinan (%) Angka Kepadatan ( Org/ Km²) Konversi Jiwa / Ha 1 TANTA Walangkir ,83 2 TANTA Pulau Ku u ,04 3 TANTA Tamiyang ,06 4 TANTA Warukin ,15 5 TANTA Padang Panjang ,11 6 TANTA Barimbun ,09 7 TANTA Padangin ,97 8 TANTA Luk Bayur ,49 9 TANTA Mangkusip ,07

40 10 TANTA Tanta ,28 11 TANTA Tanta Hulu ,44 12 TANTA Puain Kanan ,58 Pamarangan 13 TANTA Kanan ,72 14 TANTA Murung Baru ,65 NO. KECAMATAN KELURAHAN / DESA Angka Kemiskinan (%) Angka Kepadatan ( Org/ Km²) Konversi Jiwa / Ha 1 TANJUNG Banyu Tajun ,98 2 TANJUNG Sungai Pimping ,69 3 TANJUNG Pamarangan Kiwa ,62 4 TANJUNG Puain Kiwa ,45 5 TANJUNG Kel. Jangkung ,37 6 TANJUNG Kel. Tanjung ,83 7 TANJUNG Kel. Agung ,84 8 TANJUNG Kambitin ,44 9 TANJUNG Kel. Hikun ,57 10 TANJUNG Kambitin Raya ,31 11 TANJUNG Wayau ,66 12 TANJUNG Juai ,59 13 TANJUNG Garunggung ,59 14 TANJUNG Kitang ,42 15 TANJUNG Mahe Seberang ,37 NO. KECAMATAN KELURAHAN / DESA Angka Kemiskinan (%) Angka Kepadatan ( Org/ Km²) Konversi Jiwa / Ha 1 MURUNG PUDAK Sulingan ,87 2 MURUNG PUDAK Kel. Pembataan ,96 3 MURUNG PUDAK Kel. Mabu un ,17 4 MURUNG PUDAK Maburai ,84 Kel. Belimbing 5 MURUNG PUDAK Raya ,13 6 MURUNG PUDAK Kel. Belimbing ,94 7 MURUNG PUDAK Kapar ,15 8 MURUNG PUDAK Masukau ,57 9 MURUNG PUDAK Kasiau ,57 10 MURUNG PUDAK Kasiau Raya ,56

41 NO. KECAMATAN KELURAHAN / DESA Angka Kemiskinan (%) Angka Kepadatan ( Org/ Km²) Konversi Jiwa / Ha 1 HARUAI Lok Batu ,12 2 HARUAI Kembang Kuning ,53 3 HARUAI Seradang ,7 4 HARUAI Halong ,72 5 HARUAI Suput ,5 6 HARUAI Catur Karya ,63 7 HARUAI Mahe Pasar ,43 8 HARUAI Suriyan ,73 9 HARUAI Hayup ,39 10 HARUAI Bongkang ,42 11 HARUAI Wirang ,84 12 HARUAI Nawin ,43 13 HARUAI Marindi ,89 NO. KECAMATAN KELURAHAN / DESA Angka Kemiskinan (%) Angka Kepadatan ( Org/ Km²) Konversi Jiwa / Ha 1 BINTANG ARA Waling ,34 2 BINTANG ARA Usih ,5 3 BINTANG ARA Bintang Ara ,37 4 BINTANG ARA Argo Mulyo ,53 5 BINTANG ARA Burum ,26 6 BINTANG ARA Panaan ,12 7 BINTANG ARA Hegar Manah ,1 8 BINTANG ARA Dambung Raya ,11 9 BINTANG ARA Bumi Makmur ,38 NO. KECAMATAN KELURAHAN / DESA Angka Kemiskinan (%) Angka Kepadatan ( Org/ Km²) Konversi Jiwa / Ha 1 UPAU Masingai II ,76 2 UPAU Masingai I ,77 3 UPAU Bilas ,45 4 UPAU Kaong ,08 5 UPAU Pangelak ,28 6 UPAU Kinarum 9 8 0,08

42 NO. KECAMATAN KELURAHAN / DESA Angka Kemiskinan (%) Angka Kepadatan ( Org/ Km²) Konversi Jiwa / Ha 1 MUARA UYA Ribang ,92 2 MUARA UYA Kupang Nunding ,6 3 MUARA UYA Mangkupum ,2 4 MUARA UYA Kampung Baru ,2 5 MUARA UYA Palapi ,84 6 MUARA UYA Pasar Batu ,48 7 MUARA UYA Simpung Layung ,04 8 MUARA UYA Uwie ,16 9 MUARA UYA Muara Uya ,69 10 MUARA UYA Lumbang ,65 11 MUARA UYA Santu un ,08 12 MUARA UYA Binjai ,06 13 MUARA UYA Salikung ,06 14 MUARA UYA Sungai Kumap ,07 NO. KECAMATAN KELURAHAN / DESA Angka Kemiskinan (%) Angka Kepadatan ( Org/ Km²) Konversi Jiwa / Ha 1 JARO Namun 34 8,42 0, JARO Muang 21 7,37 0, JARO Teratau ,5 2,715 4 JARO Purui 9 35,9 0,359 5 JARO Nalui 29 17,86 0, JARO Jaro 23 23,6 0,236 7 JARO Garagata 19 12,97 0, JARO Solan ,12 1, JARO Lano 30 43,04 0,4304 Sumber : Bappeda (Bid. Sosbud) Tahun 2016

43 2.1.4 Tata Ruang Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memeliharan kelangsungan hidupnya. Sementara itu ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah mewujudkan pemanfaatan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan memprioritaskan pengembangan agribisnis berbasis sumber daya lokal, industri dan usaha pertambangan yang memperhatikan kelestarian sumber daya alam, daya dukung serta daya tampung lingkungan. 1. Rencana Struktur Ruang Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Tabalong Nomor 19 tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabalong Tahun Strategi Penataan Ruang Strategi kebijakan peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten yang mendukung kelancaran kegiatan sosial ekonomi dan pengembangan potensi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, meliputi : a. menjaga keterkaitan antar kawasan kecamatan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya; b. mengembangkan infrastruktur PKL, PPK, dan PPL; c. menjaga keterkaitan antara PKL dengan PPK, dan PPL; d. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan yang ada; e. meningkatkan fasilitasi pengembangan jaringan telekomunikasi; f. meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; g. meningkatkan kualitas jaringan prasarana persampahan dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan persampahan; dan h. meningkatkan kualitas jaringan prasarana sanitasi dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sanitasi. (2) Strategi kebijakan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi yang mendukung pengembangan kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, meliputi :

44 a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat dan udara; b. meningkatkan manajemen transportasi darat; dan c. mengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian kabupaten yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian regional dan nasional. (3) Strategi kebijakan perwujudan pengembangan kawasan strategis yang mendukung berkembangnya agribisnis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c, meliputi: a. menciptakan iklim investasi yang kondusif; b. mengoptimalkan pengembangan perkebunan karet, peternakan sapi, pertanian tanaman pangan, perbenihan dan perbesaran ikan; c. mengintensifkan promosi peluang investasi; dan d. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan agribisnis. (4) Strategi kebijakan pemantapan kawasan lindung yang ditujukan untuk menjamin keseimbangan dan keserasian lingkungan hidup serta kelestarian pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya buatan sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d, meliputi: a. melestarikan dan meningkatkan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, dan melestarikan keunikan bentang alam; b. menetapkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah kabupaten yang disesuaikan dengan kondisi ekosistemnya; c. mengelola secara terpadu dan mengendalikan pelaksanaan pembangunan secara ketat; d. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah; e. membatasi kegiatan budidaya baik yang sudah ada maupun yang baru dalam kawasan lindung; f. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan; g. mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan; h. membatasi kegiatan budidaya dalam kawasan cagar budaya, kecuali kegiatan yang berhubungan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem alami yang ada; i. menyebarkan informasi kepada masyarakat mengenai batas-batas kawasan lindung dan budidaya, serta syarat-syarat pelaksanaan kegiatan budidaya yang terdapat di dalam kawasan lindung; dan j. memindahkan kegiatan penduduk yang mengganggu secara bertahap keluar kawasan lindung.

45 (5) Strategi kebijakan pemantapan dan penetapan kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e, meliputi : a. memetakan wilayah pertambangan mineral logam dan non logam serta batubara; b. menetapkan wilayah pertambangan batuan; dan c. mengelelola dan memanfaatkan kawasan pertambangan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya alam, daya dukung dan daya tampung lingkungan serta penanganan pasca tambang. (6) Strategi kebijakan pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f, meliputi : a. mewujudkan dan meningkatkan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya; b. mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; c. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup; d. melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; e. melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya; f. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan; g. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; h. mengelola sumber daya alam tak terbarukan dan terbarukan untuk menjamin keberlanjutannya; i. mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana; dan j. menegakan hukum melalui upaya penerapan peraturan secara konsisten. (7) Strategi kebijakan pengembangan industri besar, sedang, kecil dan rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g, meliputi : a. mewujudkan keterpaduan kawasan industri besar dan menengah dengan akses transportasi; b. mengembangkan industri berbasis sumberdaya lokal; c. mengembangkan industri yang ramah lingkungan; dan d. mengembangkan pasar industri kecil dan rumah tangga. (8) Strategi kebijakan pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g, meliputi: a. menetapkan kawasan strategis kabupaten berfungsi lindung; b. mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis kabupaten yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

46 c. membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis kabupaten yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; d. membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis kabupaten yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya; e. mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis kabupaten yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun; dan f. merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis kabupaten. (9) Strategi kebijakan peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf h, meliputi: a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan; b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan sekitar kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya; c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun; dan d. turut menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH Rencana struktur ruang wilayah kabupaten, meliputi: a. pusat-pusat kegiatan; b. sistem jaringan prasarana utama; dan c. sistem jaringan prasarana lainnya. (1) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pusat-Pusat Kegiatan (1)Pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a, meliputi : a. PKL; b. PPK; dan c. PPL. (2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu perkotaan Tanjung sebagai ibukota kabupaten, yang meliputi sebagian kecamatan Tanjung melingkupi Kelurahan Jangkung, Tanjung, Agung serta Hikun dan sebagian Kecamatan Murung Pudak melingkupi Kelurahan Sulingan, Pembataan, Belimbing Raya, Belimbing, Desa Kapar, Kelurahan Mabuun serta Desa Maburai.

47 (3) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas: a. Kepubamua yaitu singkatan dari Kelua, Pugaan, Banua Lawas, Muara Harus dan Tanta, yang pelayanannya meliputi kecamatan Kelua, Pugaan, Banua Lawas dan Muara Harus yang dipusatkan di Kelurahan Pulau Kecamatan Kelua; dan b. Habar Jamu yaitu singkatan dari Haruai, Bintang Ara, Jaro, Muara Uya dan Upau, yang pelayanannya meliputi Kecamatan Haruai, Bintang Ara, Upau, Jaro dan Muara Uya yang dipusatkan di Desa Muara Uya Kecamatan Muara Uya. (4) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas : a. Desa Banua Lawas di Kecamatan Banua Lawas b. Desa Tantaringin di Kecamatan Muara Harus; c. Desa Halangan di Kecamatan Pugaan; d. Desa Tanta di Kecamatan Tanta; e. Desa Pangelak di Kecamatan Upau; f. Desa Halong di Kecamatan Haruai g. Desa Usih di Kecamatan Bintang Ara; dan h. Desa Jaro di Kecamatan Jaro. Sistem Jaringan Prasarana Utama Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, meliputi : a. sistem jaringan transportasi darat; b. sistem jaringan perkeretaapian; dan c. sistem jaringan transportasi udara. Sistem Jaringan Transportasi Darat (1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a, terdiri atas : a. jaringan jalan dan jembatan; b. jaringan prasarana lalu lintas; dan c. jaringan layanan lalu lintas. (2) Jaringan jalan dan jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a, meliputi: a. jaringan jalan arteri primer, terdiri atas : ruas jalan yang menghubung Desa Tabur (batas Kabupaten Tabalong) - Kelua; Kelua Batas Kota Tanjung; Jalan Antasari; Jalan A. Yani; Tanjung Mabuun; Mabuun Simp.4 Haruai; Jalan Putri Jaleha; Simp.4 Haruai Batu Babi;

48 b. jaringan jalan kolektor primer (K-1), terdiri atas : ruas jalan Pasar Panas (Batas Provinsi Kalimantan Tengah) Kelua; Dahai Mabuun; c. jaringan jalan kolektor primer (K-2) terdiri atas : ruas jalan Dahai - Tanjung; d. jaringan jalan kolektor primer (K-3) terdiri atas : ruas jalan Tanjung Muara Uya; e. jalan kolektor primer (K-4), terdiri atas : 1. ruas jalan di Kecamatan Murung Pudak, yaitu : ruas jalan Sp.3 Pembataan Sp.3 Belimbing; Pembataan Komperta; Kapar Hikun; Tanjung Selatan Limau Manis; Sp.3 Pembataan Sp.3 Fajar Baru (Bataman); Sp.3 Pembataan Komp. Stadion; Terminal Mabuun Sp. 3 Guru Danau; Bangun Sari Sp.4 Mabuun; Sp.3 Kasiau Marido; By pass Mabuun Guru Danau; 2. ruas jalan di Kecamatan Tanjung, yaitu : ruas jalan Kamboja Basuki Rahmat; Penghulu Rasyid Kamboja; Jaksa Agung Suprapto Basuki Rahmat; Cendrawasih Bangun Sari; Padang Lumbu Batas Kalteng; Jangkung Wikau; Sei. Pimping Luk Kulur; Kambitin II Pangi; Wikau Kambitin; 3. ruas jalan di Kecamatan Tanta, yaitu : ruas jalan Sp.3 Bayahin Pamarangan Raya; Sp.3 Bayahin Harus; Tanta Sp.3 Bayahin; 4. ruas jalan di Kecamatan Muara Harus, yaitu : ruas jalan Harus Masintan; Jembatan Baja Muara Harus Muara Harus; 5. ruas jalan di Kecamatan Pugaan, yaitu : ruas jalan Jembatan Baja Tamunti Pampanan; Sei Rukam II Sp.3 Tamunti; Sp.3 Tamunti Tamunti; 6. ruas jalan di Kecamatan Banua Lawas, yaitu : ruas jalan Sei. Anyar Kiri (I) Pasar Arba; Pasar Arba Sei. Durian; Sp.3 Sei. Durian Tabur; Banua Rantau Habau Hulu; 7. ruas jalan di Kecamatan Kelua, yaitu : ruas jalan Masintan Ampukung; Pasintik/Bahungin Purai; Luk Kulur Pasintik/Bahungin; Purai - Baco; Karangan Putih Habau Hulu; Sp.3 Baco Pasar Arba; 8. ruas jalan di Kecamatan Haruai, yaitu : ruas jalan Mahe Pujung; Sp.4 Wirang Kinarum; Kembang Kuning Nawin Hulu; Kembang Kuning Bilas; Haruai Sp.3 Hayup; Sp.3 Hayup Sp. 3 Danau Trans; Sp.4 Wirang Bongkang; Sp.3 Hayup Ribang; 9. ruas jalan di Kecamatan Bintang Ara, yaitu : ruas jalan Pujung Burum; Kuari Miho; Burum Sp.3 Miho; Sp.3 Kalingai Rungun; Rungun Missim; 10. ruas jalan di Kecamatan Upau, yaitu : ruas jalan Kinarum Upau; Upau Kaong; Temporejo Upau; Kaong Bilas; dan 11. ruas jalan di Kecamatan Muara Uya, yaitu : ruas jalan Muara Uya Bangkar; Lumbang Randu; Lumbang Teratau; Muara Uya Binjai; Simpung Layung Uwie; Ribang I Sp. 4 Ribang II; Simpung Layung Santuul Tohe; Kayu Bawang Kupang Nunding; Santuun Salikung; Binjai Salikung; Sp. 3 Kumap Kumap. f. jalan kolektor sekunder (K-5), terdiri atas : 1. ruas jalan di Kecamatan Murung Pudak, yaitu : ruas jalan Sulingan Tanjung Selatan; Koperum Peg.10 Rumah Jabatan Bupati; Sp.3 Gambah Sp.3 Belimbing; Kompl. Stadion Sp.3 Majumbi; Sp.3 Mabuun TPA Maburai; Sp.Tugu Mabuun Dalam Sp.3 Maburai Mabuun;

49 2. ruas jalan di Kecamatan Tanjung, yaitu : ruas jalan Puteri Zaleha Ujung Murung; Kenanga Dr. Murjani; Dr.Murjani Sp.3 Jaksa A. Suprapto; Cempaka Penghulu Rasyid; Mawar Penghulu Rasyid; Melati Penghulu Rasyid; Palang Merah Jend. Sudirman; Tepian Jend. Sudirman; Mujahidin Putri Zaleha; Gerilya Jend. Sudirman; Pelajar Belimbing; Pangkalan Garuda; Wikau Batas Kalteng; 3. ruas jalan di Kecamatan Tanta, yaitu : ruas jalan Murung Padangin Mungkur Palawan; 4. ruas jalan di Kecamatan Haruai, yaitu : ruas jalan Mahe Luar Mahe Dalam; Nawin Luar Nawin Dalam; Bongkang Luar Bongkang Dalam; Seradang Luar Seradang Dalam; Kambitin I Nawin Dalam; Suput Luar Suput Dalam; Suput Kambitin I; 5. ruas jalan di Kecamatan Muara Uya, yaitu : ruas jalan Santuul Tohe Danau; Lumbang Pasar Muara Uya; Bangkar Ayah; Mangkupum Pasar Batu; Mangkupum Kampung Baru; Ayah Kampung Baru; Simpung Layung Desa Objek; Palapi Luar Palapi Dalam; Mangkupum Jambu; Lingkar Pasar Muara Uya Terminal; dan 6. ruas jalan di Kecamatan Jaro, yaitu : ruas jalan Namun Santuun; Teratau Purui; g. jalan kolektor tersier kelas jalan III b terdiri atas : ruas jalan Upau Balangan Pasir; Kambitin Bentot (Kal-Teng); Wikau Pasar Panas (Kal-Teng); h. jalan lokal primer (L-4), terdiri atas : 1. ruas jalan di Kecamatan Murung Pudak, yaitu : ruas jalan Bangun Sari Gunung Sari; Masukau-Pasar Panas; Simp.4 Murung Pudak Masukau; Sei. Ulin Jaing Hulu; Kasiau Sei. Ulin; Kasiau Kitang; Kasiau Raya Kitang; Simp.3 Tanjung Selatan Barimbun; Simp.3 SMP 3 Tjg Sp.3 Barimbun; 2. ruas jalan di Kecamatan Tanta, yaitu : ruas jalan Kuranji Tanta; Sp.3 Puain Murung Baru; Bajud Lajar; Walangkir Duhat; Barimbun Sp.3 Mungkur Palawan; Sp.3 Murung Palawan Walangkir; Mangkusip Pamarangan; Pamaranan Kanan Mangkusip dalam; Tamiyang Batas jalan pertamina; Sp.3 Tamiyang Batas Kab. Balangan; Sp.3 Laburan Komp. Trans; Sp.3 Limau Manis Sp.3 Tanta; Pulau Ku u Unggang; 3. ruas jalan di Kecamatan Jaro, yaitu : ruas jalan Teratau Namun; Simp.4 Jaro Jaro Atas/Desa Nalui; Nalui Peweh; Namun Jaro Atas/Desa Nalui; Jaro Atas/Desa Nalui Dam Jaro; Sp.4 Jaro Liang Tapah; Liang Tapah Garagata; Teratau Muang Atas; Purui Tawi; Pupuh Tamperak; Solan Pupuh; Jaro Kampung Jawa; Sp.3 Purui Purui Dalam; Sp.3 Pasar Jaro Jaro; Tu u Solangai; Garagata Dam; Solan Tu u; 4. ruas jalan di Kecamatan Tanjung, yaitu : ruas jalan Agung Kutat; Mahe Seberang Kitang; Sp.3 Sei.Pimping Ja an; Tebing Siring Masukau; Kambitin Komp. Trans; Kambitin II Garunggung; Banyu Tajun Batas Kalteng; Sp.3 J.A Soeprapto Jangkung; Sidorejo Sp.3 Pangi Dalam; Sp.3 Kambitin Ktr.BBI Kambitin; Sp.3 Wikau Pulau Padang; Nusantara Sp.3 Jangkung; Kambitin II Tembus Wayau; Sp.3 Pamarangan Ja an; Ja an Wikau; 5. ruas jalan di Kecamatan Muara Harus, yaitu : ruas jalan Desa Madang - Jirak; Sp.3 Padangin Madang; Manduin Tantaringin; Tantaringin Sp.3 Padangin; Sp. Walangkir Sp. Madang; Sp.3 Harus Padangin;

50 6. ruas jalan di Kecamatan Pugaan, yaitu : ruas jalan Sp.3 Pampanan Kayu Getah; Jirak Sp.3 Tamunti; Liang Jirak; 7. ruas jalan di Kecamatan Banua Lawas, yaitu : ruas jalan Sei. Anyar Kiri (II) Pasar Arba; Pasar Arba Hapalah; Sp.3 Pematang Sei. Anyar; Simp.3 Sei Durian Batang Banyu; Sei. Gampa Habau Hilir; Batang Banyu Bangkiling; Bangkiling Seberang Sampang Sari; Hariang Pugaan; 8. ruas jalan di Kecamatan Kelua, yaitu : ruas jalan Purai Tembus Kelua Kota; Sp.3 Talan Batas Talan; Luk Kulur Murung Karangan; Sp.4 Binturu Karangan Putih; Pasar Minggu Binturu; Sp.4 Binturu Batas Kalteng; Kota Paris Pasar Kelua; Sei. Buluh Luk Kulur; Takulat Makam Syekh Nafis; Binturu Makam Syekh Nafis; Sp.3 Batas Kalteng Pasar Panas; 9. ruas jalan di Kecamatan Haruai, yaitu : ruas jalan Bongkang Tamporejo; Sp.3 Danau RT 07 Ribang II; Danau Rantau jari II; Sp.3 Kembg Kuning Dalam Sp.3 Kambitin I Dalam; Sp.3 Kinarum Kinarum; Nawin RT II RT III Mesjid YAMP; 10. ruas jalan di Kecamatan Bintang Ara, yaitu : ruas jalan Sp.3 Rantau Jari I Rantau Jari II; Pujung - Mantuyup; Mantuyup Kutam; Rantau jari II Argomulyo Dalam; Jabang Komp PIR Trans Surian; Simp.3 Pujung Bumi Makmur/Trans Rumbia; Usih Komp.PIR Argomulyo Luar; Km 54/Kalingai Sp.3 Kumap; Argomulyo Luar Argomulyo Dalam; Sp.3 Batung Badinding Rungun; Duyun Usih Dalam; Bina Desa Rungun Jembatan Sakuyah; 11. ruas jalan di Kecamatan Upau, yaitu : ruas jalan Masingai I Lok Batu; Sp.3 Kaong Buruk Balik; Sp.3 Lok Batu Lok Batu; Sp.3 Bilas Bilas; Sp.3 Masingai II Jaing Hulu; Sp.3 Bilas Masingai II; Upau Halong (Batas Paringin); dan 12. ruas jalan di Kecamatan Muara Uya, yaitu : ruas jalan Sp.3 Simpung Layung Trans PIR Simpung Layung; Ayah Randu; Binjai Nyali; Salikung Memban; Santuun Tamperak; Sp.3 Simpung Layung Tohe Dalam; Pasar Batu Tohe Kampung. i. jalan lokal sekunder, terdiri atas : 1. ruas jalan di Kecamatan Murung Pudak, yaitu : ruas jalan Tanjung Bunga Komp. Perkantoran; Jl. Tanjung Putri Kompl. Tanjung Putri; Sulingan/Jl. Suka Damai Ir. PHM Noor/Depot Ayu; Pembataan jl. Komp.Anggrek; Sp.3 Mabuun Komp. Swadharma; Sp.4 Sulingan Jl. Kasturi; Gg. Suka Maju Tanjung Selatan; Sp.3 Pembataan Perkantoran; Komp. Stadion Permata Indah; Terminal Regional Komp Pasar Mabuun; Jln Arjuna Pertamina; Panca Bhakti Pertamina; Jl. Anggrek 6 Komp. Perumahan Rakyat; Sp.3 Pembataan Flamboyan; Sp.SMEA Tanjung Selatan; dan 2. ruas jalan di Kecamatan Tanta, yaitu : ruas jalan Tanta Muka Ktr Camat Mangkusip. j. jalan strategis kabupaten, meliputi : rencana pembangunan dan peningkatan jalan lingkar dalam kabupaten (jalan lokal primer), meliputi : 1. ruas jalan Maburai Tanjung Selatan Tanta - Sulingan; Kambitin - Kapar Masukau Kasiau Raya Kasiau Cakung Tepian Timur Maburai; dan 2. ruas jalan Maburai Tanta Jangkung - Wikau Kapar Hulu Mabuun. k. jaringan jalan khusus angkutan komoditas sumberdaya mineral dan perkebunan, terdiri atas :

51 1. jalan angkutan khusus komoditas perkebunan yang berada di lokasi perkebunan besar swasta; 2. jalan angkutan khusus batubara yang berada di Kecamatan Murung Pudak dan Tanta sampai perbatasan Kabupaten Tabalong dengan Kabupaten Barito Timur; 3. jalan angkutan khusus minyak dan gas yang berada di Kecamatan Tanjung, Murung Pudak dan Tanta; 4. rencana pembangunan jalan angkutan khusus komoditas sumber daya mineral dan perkebunan di lokasi-lokasi perizinan pertambangan dan perkebunan menuju pelabuhan; 5. rencana peningkatan dan pengembangan jalan pada ruas jalan khusus angkutan komoditas sumber daya mineral dan perkebunan di Kabupaten Tabalong; 6. jalan khusus angkutan komoditas sumber daya mineral dan perkebunan sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, dan angka 3 di atas dapat berubah dan bertambah sepanjang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis; dan 7. ruas-ruas jalan khusus angkutan komoditas pada angka angka 1, angka 2, 3, dan angka 5 di atas akan dipersiapkan menjadi cikal bakal jalan umum apabila masa kontrak investor telah berakhir dan atau adanya kepentingan pengembangan wilayah dan kepentingan umum. l. rencana pembangunan jalan di Kecamatan Banua Lawas, meliputi : Ruas jalan Sei, Rukam Pematang (jalan alternatif Sei Anyar I) ; m. rencana pembangunan jalan di Kecamatan Kelua, meliputi: Ruas jalan tembus Kelua Baco; n. rencana pelebaran jalan di Kecamatan Kelua, meliputi : Ruas jalan Sei. Pimping Luk Kulur Pasintik; o. rencana pembangunan jalan dari Desa Pugaan Kecamatan Pugaan ke Desa Maburai Kecamatan Murung Pudak; p. rencana pembangunan jalan Muara Uya Bintang Ara sepanjang ± 17 km; q. rencana pembangunan jalan tembus di Kecamatan Murung Pudak ruas jalan Cenderawasih Bataman sepanjang ± 800 meter; r. rencana pembangunan jembatan permanen dan jalan Kitang Mahe (jalan lingkar pasar Mahe); s. rencana pembangunan jalan (pemindahan jalan kolektor primer K-3) di Desa Suput sepanjang ± 1 km; t. rencana pembangunan jalan (pemindahan arteri primer Kelua Batas Kota Tanjung) sepanjang ± 30 km; u. rencana pembangunan jalan angkutan hasil alam dari desa Kembang Kuning Kitang Perbatasan Kalteng di dusun Labak; v. rencana pembangunan jalan lingkar luar selatan ke utara pada kawasan perkotaan ibukota kabupaten dari desa Kapar sampai ke desa Maburai; dan dari Kelurahan Mabuun sampai ke jalan tanjung selatan kelurahan Pembataan; w. rencana pembangunan jalan dalam kawasan perkotaan ibukota kabupaten, terdiri atas : 1. dari pertigaan jalan P.H.M. Noor sampai ke Bundaran Monumen Tanjung Puri;

52 2. dari jalan di Kelurahan Jangkung sampai ke pertigaan jalan Basuki Rahmat Kelurahan Hikun; 3. dari jalan di Kelurahan Belimbing sampai ke jalan A. Yani di Kelurahan Mabuun; 4. dari jalan Basuki Rahmat di Kelurahan Hikun sampai ke rencana pembangunan jalan kolektor primer Jangkung pertigaan jalan Basuki rahmat Kelurahan Hikun; dan 5. dari jalan Basuki Rahmat sampai jalan di Kelurahan Pembataan Bangun Sari. x. rencana pembangunan jalan lokal dalam kawasan perkotaan ibukota kabupaten. (3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b, meliputi : terminal penumpang terdiri atas : a. terminal regional tipe C di Kelurahan Mabuun Kecamatan Murung Pudak dan akan ditingkatkan menjadi terminal regional tipe B; b. pembangunan terminal Kambitin Desa Kambitin Kecamatan Tanjung; c. teminal Kelua di Kelurahan Pulau Kecamatan Kelua; dan d. terminal Muara Uya di Desa Muara Uya Kecamatan Muara Uya. (4) Jaringan layanan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek dan tidak dalam trayek yang terdiri atas : a. angkutan antar kota antar provinsi; b. angkutan antar kota dalam provinsi; c. angkutan perkotaan; d. angkutan perdesaan; e. angkutan orang dengan menggunakan taksi; f. angkutan orang dengan tujuan tertentu; g. angkutan orang untuk keperluan pariwisata; dan h. angkutan orang di kawasan tertentu. Sistem Jaringan Perkeretaapian Jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b, meliputi: a. rencana pembangunan jalan kereta api angkutan penumpang dan barang antar kota PKN dengan PKW dan PKL, terdiri atas : Tanjung Barabai Rantau Martapura Banjarmasin; Tanjung Tanah Grogot Balikpapan; Tanjung Buntok Muara Teweh; b. rencana pembangunan jalan kereta api angkutan barang di sebelah barat Pegunungan Meratus, yaitu ruas : Batas Kalimantan Tengah di Kabupaten Barito Timur Kabupaten Tabalong Kabupaten Hulu Sungai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kabupaten Tapin Kabupaten Banjar Kabupaten Tanah Laut; c. rencana pembangunan jaringan prasarana kereta api untuk angkutan barang yaitu di Batas Kalimantan Tengah di Kabupaten Barito Timur Kabupaten Tabalong Kabupaten Balangan - Batas Kalimantan Timur di Kabupaten Pasir Batakan/Tanjung Dewa di Kabupaten Kotabaru Kabupaten Tanah Laut; dan

53 d. rencana pembangunan stasiun kereta api sebagai simpul jaringan jalur kereta api diarahkan pada ibukota kabupaten. Sistem Jaringan Transportasi Udara Jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, meliputi : a. tatanan kebandarudaraan meliputi: rencana peningkatan dan pengembangan untuk menunjang jalur penerbangan reguler perintis dan antar bandar udara perintis se Kalimantan pada bandar udara pengumpan (spoke) Warukin di Desa Warukin Kecamatan Tanta; dan b. melaksanakan kegiatan kebandarudaraan untuk angkutan udara niaga berjadwal; dan c. ruang udara untuk penerbangan yang akan diatur lebih lanjut dalam rencana induk bandar udara. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c, terdiri atas : a. sistem jaringan energi; b. sistem jaringan telekomunikasi; c. sistem jaringan sumber daya air; dan d. sistem prasarana pengelolaan lingkungan Sistem Jaringan Energi (1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, meliputi : a. pembangkit tenaga listrik; dan b. jaringan prasarana energi. (2) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas : a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Maburai Tanjung; b. Pembangkitan Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kecamatan Murung Pudak (Desa Kasiau) dengan kapasitas sebesar 2 x 30 Mega Watt; c. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yaitu PLTU IPP Kalimantan Selatan di Tanjung dengan kapasitas sebesar 2 x 100 Mega Watt; d. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di desa-desa yang belum terlayani jaringan ketenagalistrikan nasional yaitu Desa Hegar Manah, Panaan, Dusun Rakutat, Dusun Kuari, Dusun Miho, Dusun Kalingai, Dusun Kutam, Dusun Undul,

54 Desa Dambung dan Dusun Kalingai di Kecamatan Bintang Ara; Desa Kumap, Salikung, Kampung Baru, Uwi, Tiara, Dusun Mimban dan Binjai Tangkan di Kecamatan Muara Uya; Desa Solan, Garagata, Purui, Nalui dan Lano di Kecamatan Jaro; Suput Dalam Kecamatan Haruai; Dusun Menaken di Kecamtan Upau; dan e. pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro di desa-desa yang berpotensi mikrohidro dan belum terlayani jaringan ketenagalistrikan nasional yaitu di desa Kampung Baru Kecamatan Muara Uya dan desa Dambung Raya dan Hegar Manah Kecamatan Bintang Ara. (3) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas : a. jaringan pipa minyak, terdiri atas : Stasiun Pengumpul Minyak dan gas bumi yaitu : SPM Manunggul yang ditetapkan sebagai objek vital nasional; dan b. jaringan transmisi tenaga listrik, terdiri atas : 1. jaringan transmisi sistem 150 (Seratus Lima Puluh) Kilo Volt, yaitu : Barikin Tanjung I, Barikin Tanjung II; 2. rencana pembangunan saluran transmisi, yaitu : Barikin Tanjung, Tanjung Perbatasan (Tamiang layang Buntok); 3. Gardu Induk (GI.) terdiri dari : GI Tanjung; dan 4. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)/SUTET terdiri dari : SUTT GI Tanjung GI. Barikin, GI. Tanjung di Kabupaten Tabalong GI. Kuaro di Kabupaten Tanah Grogot/Provinsi Kalimantan Timur. Sistem Jaringan Telekomunikasi (1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, meliputi : a. sistem jaringan kabel; dan b. sistem jaringan nirkabel. (2) Sistem jaringan kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas : Rencana pengembangan Stasiun Telepon Otomat (STO) Lokal pada STO Tanjung. (3) Sistem jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas : Rencana penembangan jaringan stasiun penguatan daya pancar/terima seluler (Base Transciever Station/BTS) terpadu (4) Sistem Jaringan Sumberdaya Air (1) Rencana pengembangan sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c, meliputi : a. wilayah sungai ((WS); b. cekungan air tanah (CAT); c. jaringan irigasi; d. jaringan rawa; e. prasarana air baku untuk air bersih;

55 f. jaringan air bersih ke kelompok pengguna; dan g. sistem pengendali banjir. (2) Rencana pengembangan sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direncanakan berbasis WS dan CAT serta keterpaduannya dengan pola ruang yang memperhatikan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya air permukaan dan air tanah. (3) Rencana pengembangan sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana pada ayat (1) meliputi aspek konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air sesuai dengan arahan pola dan rencana pengelolaan sumberdaya air. (4) Wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu WS Barito yang merupakan WS lintas provinsi yaitu WS Barito Kapuas dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito sub DAS Tabalong yang merupakan kewenangan nasional, terdiri atas : a. sub-sub DAS Tabalong Kiwa; b. sub-sub DAS Tabalong Kanan; c. sub-sub DAS Kumap; dan d. sub-sub DAS Hayup. (5) Cekungan Air Tanah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi CAT Palangkaraya Banjarmasin yang merupakan CAT lintas provinsi. (6) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : a. Daerah Irigasi (D.I) dan Daerah Irigasi Desa (D.I.D) kewenangan Pemerintah Kabupaten, terdiri atas : D.I. Jaro Atas seluas 816 (delapan ratus enam belas) hektar; D.I. Jaro Bawah seluas 200 (dua ratus) hektar; D.I. Liang Tapah/Garagata seluas 187 (seratus delapan puluh tujuh) hektar; D.I.D. Namun seluas 60 (enam puluh) hektar; D.I.D. Muang seluas 300 (tiga ratus) hektar; D.I. Lumbang seluas 600 (enam ratus) hektar; D.I. Salikung seluas 100 (seratus) hektar; D.I.D. Pasar Batu seluas 25 (dua puluh lima) hektar; D.I.D. Kampung Baru seluas 30 (tiga puluh) hektar; D.I.D. Uwie seluas 25 (dua puluh lima) hektar; D.I. Hayup seluas 80 (delapan puluh) hektar; D.I.D. Marindi seluas 450 (empat ratus lima puluh) hektar; D.I.D. Baruh Balang seluas 70 (tujuh puluh) hektar; D.I. Luk Batu seluas 80 (delapan puluh) hektar; D.I.D. Mambanin seluas 30 (tiga puluh) hektar; D.I.D. Nawin seluas 100 (seratus) hektar; D.I.D. Halong seluas 100 (seratus) hektar; D.I.D. Kupang Nunding seluas 100 (seratus) hektar; D.I.D. Bongkang seluas 50 (lima puluh) hektar; D.I.D. Mahe Pasar seluas 200 (dua ratus) hektar; D.I.D. Saradang seluas 100 (seratus) hektar; D.I. Kambitin seluas 250 (dua ratus lima puluh) hektar; D.I. Gumba seluas 269 (dua ratus enam puluh sembilan) hektar; D.I.D. Baruh Kumpai seluas 400 (empat ratus) hektar; D.I.D. Sei. Pimping seluas 50 (lima puluh) hektar; D.I.D. Puain Kiwa seluas 75 (tujuh puluh lima) hektar; D.I. Kadaman seluas 100 (seratus) hektar; D.I.D. Gambah seluas 100 (seratus) hektar; D.I. Tamiyang seluas 300 (tiga ratus) hektar; D.I.D. Pulau Ku u seluas 600 (enam ratus) hektar; D.I.D. Mangkusip seluas 100 (seratus) hektar; D.I.D. Walangkir seluas 100 (seratus) hektar; D.I. Mamas seluas 450 (empat ratus lima puluh) hektar; D.I.D. Kaong seluas 400 (empat ratus) hektar; D.I.D. Masingai Luar seluas 100 (seratus) hektar; D.I. Bilas seluas 250 (dua ratus lima puluh) hektar; D.I.D. Masingai I seluas 150 (seratus lima puluh) hektar;

56 b. rehabilitasi, pemeliharaan, dan peningkatan jaringan irigasi yang ada; c. rencana pengembangan saluran irigasi primer, terdiri atas : saluran irigasi primer Kinarum, Bilas dan Teratau; d. rencana pengembangan saluran irigasi sekunder, terdiri atas : saluran irigasi sekunder Kinarum, Bilas dan Teratau; e. rencana pengembangan saluran irigasi tersier, terdiri atas : saluran irigasi tersier Kinarum, Bilas dan Teratau; dan f. rencana pengembangan bendungan Jaro, bendung Kinarum, bendung Teratau, bendung Bilas. (7) Jaringan rawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri atas : pengembangan Daerah Rawa (DR) yang melayani daerah yang tersebar di kabupaten, yaitu di Kecamatan Banua Lawas meliputi ; DR Hapalah seluas 505 (lima ratus lima) hektar; DR Bangkiling Raya seluas 331 (tiga ratus tiga puluh satu) hektar; DR Bangkiling seluas 508 (lima ratus delapan) hektar; DR Banua Lawas seluas 125 (seratus dua puluh lima) hektar; DR Habau seluas 941 (sembilan ratus empat puluh satu) hektar; DR Habau Hulu. Seluas 694 (enam ratus sembilan puluh empat) hektar; DR Talan seluas 590 (lima ratus sembilan puluh) hektar; DR Purai seluas 295 (dua ratus sembilan puluh lima) hektar; DR Banua Rantau seluas 336 (tiga ratus tiga puluh enam) hektar; DR Sei. Anyar seluas 108 (seratus delapan) hektar; DR Hariang seluas 196 (seratus sembilan puluh enam) hektar; DR Pematang seluas 331 (tiga ratus tiga puluh satu) hektar; DR Sei. Durian seluas 143 (seratus empat puluh tiga) hektar; DR Bungin seluas 112 (seratus dua belas) hektar; DR Batang Banyu seluas 85 (delapan puluh lima) hektar; di Kecamatan Muara Harus meliputi ; DR Muara Harus seluas 200 (dua ratus) hektar; DR Luk Kulur Tuhuran seluas 100 (seratus) hektar; DR Sei. Manduin Babarut seluas 250 (dua ratus lima puluh) hektar; DR Pintu Air Murung Karangan seluas 300 (tiga ratus) hektar; DR Padangin seluas 200 (dua ratus) hektar; DR Mantuil seluas 50 (lima puluh) hektar; DR Pintu Air Madang seluas 370 (tiga ratus tujuh puluh) hektar; di Kecamatan Pugaan meliputi : DR Sei. Rukam 1 seluas 37 (tiga puluh tujuh) hektar; DR Sei. Rukam 2 seluas 220 (dua ratus dua puluh) hektar; DR Halangan seluas 187 (seratus delapan puluh tujuh) hektar; DR Pugaan seluas 125 (seratus dua puluh lima) hektar; DR Tamunti seluas 375 (tiga ratus tujuh puluh lima) hektar; DR Jirak seluas 71 (tujuh puluh satu) hektar; DR Pampanan seluas 584 (lima ratus delapan puluh empat) hektar; di Kecamatan Kelua meliputi ; DR Sei. Nanti seluas 200 (dua ratus) hektar; DR Ampukung seluas 500 (lima ratus) hektar; DR Sei. Rampang seluas 600 (enam ratus) hektar; DR Sei. Paliat seluas 475 (empat ratus tujuh puluh lima) hektar; DR Sei. Binturu seluas 150 (seratus lima puluh) hektar; DR Asam Pauh seluas 400 (empat ratus) hektar; DR Pintu Air Pudak Setegal seluas 350 (tiga ratus lima puluh) hektar; DR Sei. Awang Latuk seluas 200 (dua ratus) hektar; DR Telaga Itar/Tabat Hanau seluas 150 (seratus lima puluh) hektar; DR Pintu Air Pasar Minggu seluas 40 (empat puluh) hektar. (8) Jaringan air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, terdiri atas : a. air baku untuk air minum menggunakan sungai Tabalong untuk kawasan perkotaan; b. pengembangan sumber mata air terdapat di Muara Uya Kecamatan Muara Uya; dan

57 c. pengembangan sumber air tanah pada CAT Palangkaraya Banjarmasin yang terpantau pemanfaatannya dengan mengutamakan pemanfaatan air permukaan; (9) Jaringan air air bersih ke kelompok pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f merupakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), terdiri atas: a. pengembangan sumber air baku untuk air bersih dari air permukaan berupa Saluran Air Baku (SAB) PDAM Tabalong dan saluran pembawa primer PDAM Tabalong; b. pengembangan SAB Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang terdapat di Banua Lawas Kecamatan Banua Lawas; Halong Kecamatan Haruai; Kelua Kecamatan Kelua; Tantaringin Kecamatan Muara Harus; Simpung Layung di Kecamatan Muara Uya; Usih di Kecamatan Bintang Ara; Belimbing Raya Kecamatan Murung Pudak; Kelurahan Agung Kecamatan Tanjung; Tanta Kecamatan Tanta; dan c. rencana pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Desa Kinarum Kecamatan Upau, Desa Sei. Rukam II Kecamatan Pugaan, dan Desa Solan Kecamatan Jaro. (10) Sistem pengendali banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, meliputi : a. penetapan zona banjir di Murung Kelurahan Tanjung Kecamatan Tanjung, di Sp. 3 Pangkalan Kelurahan Hikun, Timbuk Baru Kelurahan Agung, Desa Wayau, Desa Juai, Desa Pangi Kecamatan Tanjung; di Gambah Kelurahan Belimbing Raya, Pamasiran Kelurahan Belimbing Kecamatan Murung Pudak; Desa Tanta Kecamatan Tanta; Desa Mahe, Batu Pulut Hulu, Batu Pulut Hilir, Murung Layung di Desa Nawin Kecamatan Haruai; Desa Muara Uya, Kupang Nunding, Ribang, Simpung Layung Kecamatan Muara Uya; Desa Upau Kecamatan Upau; Desa Madang dan Padangin Kecamatan Muara Harus; dan b. pembangunan sarana dan prasarana pengendali banjir di Murung Kelurahan Tanjung Kecamatan Tanjung, di Sp. 3 Pangkalan Kelurahan Hikun, Timbuk Baru Kelurahan Agung, Desa Wayau, Desa Juai, Desa Pangi Kecamatan Tanjung; di Gambah Kelurahan Belimbing Raya, Pamasiran Kelurahan Belimbing Kecamatan Murung Pudak; Desa Tanta Kecamatan Tanta; Desa Mahe, Batu Pulut Hulu, Batu Pulut Hilir, Murung Layung di Desa Nawin Kecamatan Haruai; Desa Muara Uya, Kupang Nunding, Ribang, Simpung Layung Kecamatan Muara Uya; Desa Upau Kecamatan Upau; Desa Madang dan Padangin Kecamatan Muara Harus. Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan (1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d, meliputi : a. sistem pengelolaan persampahan; b. sistem jaringan air minum; c. sistem jaringan sanitasi; d. sistem jaringan drainase; e. jalur dan ruang evakuasi bencana. (2) Sistem pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : a. pengembangan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah yang terdapat di semua kecamatan;

58 b. pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah yang terdapat Desa Maburai Kecamatan Murung Pudak dan akan ditetapkan sebagai bank sampah, Desa Karangan Putih di Kecamatan Kelua, dan Desa Muara Uya di Kecamatan Muara Uya; dan c. pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di Desa Saradang Kecamatan Haruai. (3) Sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. instalasi air minum, yang terdapat di Banua Lawas Kecamatan Banua Lawas; Halong Kecamatan Haruai; Kelua Kecamatan Kelua; Tantaringin Kecamatan Muara Harus; Simpung Layung Kecamatan Muara Uya; Belimbing Raya Kecamatan Murung Pudak; Kelurahan Agung Kecamatan Tanjung; Tanta Kecamatan Tanta; Usih Kecamatan Bintang Ara; b. jaringan perpipaan air bersih yang terdapat di Kecamatan Banua Lawas; Kecamatan Haruai; Kecamatan Kelua; Kecamatan Muara Harus; Kecamatan Muara Uya; Kecamatan Murung Pudak; Kecamatan Tanjung; Kecamatan Tanta; Kecamatan Bintang Ara; dan c. rencana pembangunan instalasi air minum dan jaringan perpipaan air bersih di Desa Kinarum Kecamatan Upau, Desa Sei. Rukam II Kecamatan Pugaan, dan Desa Solan Kecamatan Jaro. (4) Sistem jaringan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : a. pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), terhadap setiap kegiatan yang wajib membuat dokumen lingkungan dan yang mengeluarkan limbah; dan b. pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), yang terdapat di Saradang Kecamatan Haruai. (5) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi : a. drainase alam, terdiri atas sungai di perkotaan; dan b. drainase buatan, terdiri atas konstruksi saluran drainase di perkotaan, jalan raya, dan gorong-gorong; (6) Jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi : a. jalur evakuasi bencana pada ruas jalan Putri Zaleha, jalan Basuki Rahmat, jalan Belimbing Raya, Belimbing, jalan desa Tanta, Wayau, Juai, Pangi, Mahe, Nawin, Muara Uya, Kupang Nunding, Ribang, Simpung Layung, Upau, Madang dan Padangin; b. ruang evakuasi bencana yang memanfaatkan ruang terbuka hijau, lapangan publik di Kelurahan Tanjung, Kelurahan Hikun Kelurahan Agung, Kelurahan Belimbing Raya, Kelurahan Belimbing, Desa Tanta, Wayau, Juai, Pangi, Mahe, Nawin, Muara Uya, Kupang Nunding, Ribang, Simpung Layung, Upau, Madang, dan Padangin; dan

59 RENCANA POLA RUANG WILAYAH (1) Rencana pola ruang wilayah kabupaten meliputi : a. rencana kawasan lindung; dan b. rencana kawasan budidaya. (2) Rencana pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : sebagaimana tercantum dalam Lampiran III dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini Kawasan Lindung Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a, terdiri atas : 1. Kawasan hutan lindung; 2. Kawasan perlindungan setempat; 3. Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya; dan 4. Kawasan rawan bencana alam. Kawasan Hutan Lindung (1) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, seluas (delapan puluh enam ribu enam ratus enam puluh sembilan) hektar, meliputi: a. kawasan hutan lindung di Kecamatan Haruai dengan luas (seribu empat ratus dua puluh) hektar; b. kawasan hutan lindung di Kecamatan Bintang Ara dengan luas (tiga ribu tujuh ratus delapan puluh lima) hektar; c. kawasan hutan lindung di Kecamatan Muara Uya dengan luas (enam puluh enam ribu sembilan ratus lima) hektar; d. kawasan hutan lindung di Kecamatan Jaro dengan luas (delapan ribu enam ratus dua puluh satu) hektar; dan e. kawasan hutan lindung di Kecamatan Upau dengan luas (lima ribu sembilan ratus tiga puluh delapan) hektar. (2) Dalam kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat areal pencadangan untuk pembangunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Desa Purui dan Nalui Kecamatan Jaro seluas (seribu) hektar. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b, terdiri atas : a. kawasan resapan air; b. kawasan sempadan sungai; c. kawasan sekitar danau/waduk;

60 d. kawasan sekitar mata air; dan e. ruang terbuka hijau kawasan perkotaan. (2) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berada di sekitar danau di desa Hegarmanah Kecamatan Bintang Ara seluas kurang lebih 2 (dua) hektar dan di Kawasan Wisata Tanjung Puri Desa Kasiau Kecamatan Murung Pudak seluas kurang lebih 2 (dua) hektar. (3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dikembangkan bagi seluruh aliran sungai baik sungai besar maupun anak sungai yang mengalir di kawasan perkotaan maupun di luar kawasan perkotaan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kawasan permukiman penduduk lokal pada sepanjang sempadan sungai. (4) Kawasan sekitar danau/waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dikembangkan danau di desa Hegarmanah Kecamatan Muara Uya seluas kurang lebih 2 (dua) hektar dan di Kawasan Wisata Tanjung Puri Desa Kasiau Kecamatan Murung Pudak seluas kurang lebih 2 (dua) hektar. (5) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dikembangkan pada mata air di Desa Kinarum Kecamatan Upau seluas kurang lebih 0,5 (setengah) hektar, Kambitin Raya Kecamatan Tanjung seluas kurang lebih 0,5 (setengah) hektar, Simpung Layung Kecamatan Muara Uya seluas kurang lebih 0,5 (setengah) hektar, Hegarmanah Kecamatan Bintang Ara seluas kurang lebih 0,5 (setengah) hektar, Garagata Kecamatan Jaro seluas kurang lebih 0,5 (setengah) hektar. (6) Ruang Terbuka Hijau kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, terdiri atas : a. kawasan hutan kota seluas kurang lebih 4 (empat) hektar yang berada di Bataman Kelurahan Belimbing Raya Kecamatan Murung Pudak; b. kawasan taman kota, taman lingkungan kantor Pemerintah Daerah dan gedung Sarabakawa seluas kurang lebih 2 (dua) hektar yang berada di Kelurahan Tanjung; c. kawasan taman kota seluas kurang lebih 0,5 (setengah) hektar yang berada di komplek Pertamina Kelurahan Belimbing Kecamatan Murung Pudak; d. lapangan golf Murung Pudak seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar di Kecamatan Murung Pudak; e. pembangunan Tanjung City Centre (TCC) seluas kurang lebih 2 (dua) hektar di Kelurahan Mabuun Kecamatan Murung Pudak; f. taman terminal regional seluas kurang lebih 1 (satu) hektar di Kelurahan Mabuun Kecamatan Murung Pudak; g. taman lingkungan Islamic Centre di Maburai Kecamatan Murung Pudak seluas 6 (enam) hektar; h. kawasan tempat wisata Danau Tanjung Puri seluas kurang lebih 8 (delapan) hektar di Kecamatan Murung Pudak; i. kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) dan Taman Makam Pahlawan (TMP) seluas kurang lebih 4 (empat) hektar di Kelurahan Tanjung dan Jangkung Kecamatan Tanjung dan Kelurahan Belimbing, Belimbing Raya, Mabuun Kecamatan Murung Pudak;

61 j. taman di lingkungan rumah jabatan bupati, GOR dan stadion Pembataan seluas kurang lebih 7 (tujuh) hektar; k. rencana pembuatan taman di rencana lokasi kawasan Perkantoran Pemerintah Daerah kurang lebih 2 (dua) hektar di Kelurahan Mabuun; l. jalur kiri-kanan jalan Ir. P.H.M. Noor, jalan Basuki Rahmat, jalan Tanjung Selatan, dan jalan Tanjung Baru Maburai; m. rencana pengembangan areal murung di Kelurahan Tanjung menjadi hutan kota seluas kurang lebih 18 (delapan belas) hektar; n. penanaman pohon-pohon yang diwajibkan pada komplek-komplek perumahan; dan o. rencana pembangunan taman kota tersebar di Kecamatan Murung Pudak dan Tanjung dengan luas kurang lebih 900 (sembilan ratus) hektar. Kawasan Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, meliputi : a. kawasan Taman Wisata Alam (TWA) seluas kurang lebih 2 (dua) hektar yang berada di Desa Jaro Kecamatan Jaro; dan b. kawasan cagar budaya, terdiri atas : Situs Gua Batu Babi seluas kurang lebih 1 (satu) hektar di Gunung Batu Buli Kecamatan Muara Uya. Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d, meliputi : a. kawasan rawan banjir yang terdapat di Murung Kelurahan Tanjung Kecamatan Tanjung, di Sp. 3 Pangkalan Kelurahan Hikun, Timbuk Baru Kelurahan Agung, Desa Wayau, Desa Juai, Desa Pangi Kecamatan Tanjung; di Gambah Kelurahan Belimbing Raya, Pamasiran Kelurahan Belimbing Kecamatan Murung Pudak; Desa Tanta Kecamatan Tanta; Desa Mahe, Batu Pulut Hulu, Batu Pulut Hilir, Murung Layung di Desa Nawin Kecamatan Haruai; Desa Muara Uya, Kupang Nunding, Ribang, Simpung Layung Kecamatan Muara Uya; Desa Upau Kecamatan Upau; Desa Madang, Padangin Kecamatan Muara Harus; dan b. kawasan rawan bencana kebakaran hutan dan lahan terdiri atas : kawasan kebakaran pada kawasan hutan, lahan kritis, padang alang-alang, kawasan perkebunan dan, kawasan pertanian lahan kering yang terjadi setiap musim kemarau di Kecamatan Jaro, Muara Uya, Haruai, Upau, Bintang Ara, Murung Pudak, Tanjung, Tanta, Kelua, Muara Harus, Banua Lawas dan Pugaan.

62 Kawasan Budidaya atas : Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b, terdiri a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan peruntukan pertanian; c. kawasan peruntukan perkebunan; d. kawasan peruntukan peternakan; e. kawasan peruntukan perikanan; f. kawasan peruntukan industri; g. kawasan peruntukan pariwisata; h. kawasan peruntukan permukiman; i. kawasan peruntukan pertambangan; dan j. kawasan peruntukan lainnya. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi (1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a, meliputi : a. kawasan hutan produksi terbatas; b. kawasan hutan produksi tetap; dan c. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi. (2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, seluas (lima puluh tiga ribu sembilan ratus delapan puluh tiga) hektar, meliputi : a. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Bintang Ara dengan luas (seribu seratus dua puluh empat) hektar; b. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Muara Uya dengan luas (empat puluh empat ribu tujuh ratus sembilan puluh tiga) hektar; dan c. kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Jaro dengan luas (delapan ribu enam puluh enam) hektar. (3) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, seluas (sembilan puluh enam ribu dua ratus empat puluh tujuh) hektar, meliputi : a. kawasan hutan produksi tetap di Kecamatan Murung Pudak dengan luas (empat ribu tiga ratus sembilan puluh) hektar; b. kawasan hutan produksi tetap di Kecamatan Haruai dengan luas (enam ribu delapan ratus sepuluh) hektar; c. kawasan hutan produksi tetap di Kecamatan Bintang Ara dengan luas (dua puluh lima ribu enam puluh) hektar; d. kawasan hutan produksi tetap di Kecamatan Muara Uya dengan luas (empat puluh tujuh ribu delapan ratus empat puluh tujuh) hektar; e. kawasan hutan produksi tetap di Kecamatan Jaro dengan luas (lima ribu empat ratus tujuh puluh) hektar; dan

63 f. kawasan hutan produksi tetap di Kecamatan Upau dengan luas (enam ribu enam ratus tujuh puluh) hektar. (4) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, seluas (dua ribu tiga ratus sembilan puluh tujuh) hektar meliputi : a. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi di Kecamatan Tanjung dengan luas (dua ribu tiga ratus tiga puluh dua) hektar; b. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi di Kecamatan Bintang Ara dengan luas 33 (tiga puluh tiga) hektar; dan c. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi di Kecamatan Kelua dengan luas 32 (tiga puluh dua) hektar. (5) Pada kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat pencadangan areal untuk pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) seluas (enam ribu lima belas) hektar di Desa Marindi Kecamatan Haruai; Desa Lumbang, Kampung Baru dan Mangkupum Kecamatan Muara Uya; Desa Kinarum dan Pangelak Kecamatan Upau; Desa Teratau Kecamatan Jaro. Kawasan Peruntukan Pertanian (1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b, meliputi : a. kawasan budidaya pertanian lahan basah; dan b. kawasan budidaya pertanian lahan kering dan hortikultura; (2) Kawasan budidaya pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, seluas kurang lebih (delapan belas ribu enam ratus tujuh puluh tiga) hektar, yang berada di Kecamatan Banua Lawas seluas (tiga ribu lima ratus tujuh puluh satu) hektar, Kecamatan Kelua seluas (seribu tujuh ratus delapan puluh dua) hektar, Kecamatan Muara Harus seluas 919 (sembilan ratus sembilan belas) hektar, Kecamatan Pugaan seluas (seribu lima ratus dua puluh satu) hektar, Kecamatan Tanta seluas (seribu empat) hektar, Kecamatan Tanjung seluas (empat ribu sembilan ratus sembilan belas) hektar, Kecamatan Murung Pudak seluas 340 (tiga ratus empat puluh) hektar, Kecamatan Haruai seluas (seibu seratus tiga) hektar, Kecamatan Upau seluas 416 (empat ratus enam belas) hektar, Kecamatan Jaro seluas (seribu tiga ratus tiga puluh empat) hektar, Kecamatan Muara Uya seluas (seribu tujuh ratus dua puluh lima) hektar dan Kecamatan Bintang Ara seluas 40 (empat puluh) hektar. (3) kawasan budidaya pertanian lahan kering dan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas kurang lebih (tiga ribu sembilan ratus empat belas) hektar, yang berada di Kecamatan Bintang Ara seluas 385 (tiga ratus delapan puluh lima) hektar, dan Kecamatan Haruai seluas (tiga ribu lima ratus dua puluh sembilan) hektar. (4) Pembentukan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan cadangannya akan ditetapkan dengan peraturan daerah tersendiri.

64 Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c, meliputi : (1) kawasan pengembangan perkebunan besar swasta kelapa sawit dan karet seluas kurang lebih (tiga puluh ribu tujuh ratus empat puluh lima) hektar yang terdapat di Kecamatan Murung Pudak, Tanjung, Tanta, Haruai, Banua Lawas, Pugaan, Muara Harus dan Kelua. (2) kawasan pengembangan perkebunan rakyat berupa tanaman karet, kelapa sawit, kelapa dalam, kopi dan komoditas lainnya seluas kurang lebih (empat puluh tujuh ribu lima ratus tiga puluh empat) hektar yang tersebar di seluruh kecamatan, dengan membentuk sentra komoditas karet, kelapa dalam, kepala sawit dan kopi serta hasil komoditas lainnya baik swadaya dan pola kemitraan dengan perkebunan besar swasta. Kawasan Peruntukan Peternakan Kawasan peruntukan peeternakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf d, akan dikembangkan dengan memperhatikan kaidah lingkungan, meliputi : (1) kawasan pusat pembibitan dan pengembangan ternak sapi di Desa Hayup, Surian dan Catur Karya Kecamatan Haruai; Desa Masingai I dan Masingan II Kecamatan Upau; Desa Garagata, Jaro, Nalui, Namun dan Muang Kecamatan Jaro; Desa Argomulyo dan Bintang Ara Kecamatan Bintang Ara; Desa Kambitin Kecamatan Tanjung. (2) kawasan pembibitan dan pengembangan unggas di Kecamatan Tanta, Kelua, Pugaan, Muara Harus dan Banua Lawas. (3) kawasan pengembangan ternak sedang di seluruh kecamatan. Kawasan Peruntukan Perikanan (1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf e, meliputi : a. kawasan peruntukan perikanan tangkap; b. kawasan peruntukan perikanan budidaya; dan c. kawasan pengolahan ikan. (2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di Kecamatan Kelua, Banua Lawas, Muara Harus dan Tanta. (3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas : a. pembenihan dan perbesaran ikan di Desa Kambitin dan Kambitin Raya Kecamatan Tanjung dan Desa Jaro Kecamatan Jaro; b. pengembangan usaha perbesaran ikan di Kecamatan Kelua, Muara Harus, Pugaan, Banua Lawas, Jaro dan Tanjung; dan

65 c. pengembangan minapadi, yang meliputi Kecamatan Muara Uya, Jaro, Haruai dan Upau. (4) Kawasan pengolahan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dikembangkan di pusat-pusat sentra produksi ikan. Kawasan Peruntukan Industri (1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf f, meliputi : a. kawasan peruntukan industri besar, sedang dan kecil; dan b. kawasan peruntukan industri rumah tangga kerajinan dan produk makanan. (2) Kawasan peruntukan industri besar, sedang dan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dikembangkan dalam bentuk zona industri, meliputi : a. kawasan industri Murung Pudak seluas kurang lebih 841 (delapan ratus empat puluh satu) hektar di Desa Kasiau Kecamatan Murung Pudak dengan prioritas pengembangan untuk industri agro; b. kawasan industri Seradang seluas kurang lebih (seribu tujuh belas) hektar yang sebagian terletak di Desa Seradang Kecamatan Haruai dan sebagian terletak di Desa Kaong Kecamatan Upau, untuk industri besar berbahan baku sumberdaya mineral logam dan non logam; dan c. kawasan industri sawit terletak di masing-masing lokasi kebun sawit khusus untuk pembuatan CPO. (3) Kawasan peruntukan industri rumah tangga kerajinan dan produk makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dikembangkan di seluruh kelurahan dan desa yang berpotensi. Kawasan Peruntukan Pariwisata (1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf g, meliputi : a. kawasan peruntukan pariwisata budaya; b. kawasan peruntukan pariwisata alam; dan c. kawasan peruntukan pariwisata buatan. (2) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas : Mesjid Pusaka Banua Lawas di Kecamatan Banua Lawas, Makam Syech Nafis di Kecamatan Kelua, Mesjid Puain Kanan dan Makam Datu Puain di Kecamatan Tanta, Makam Datu Harung di Kecamatan Murung Pudak, Makam Datu Abi (Datu Buaya) di Kecamatan Pugaan, Makam Gusti Buasan di Kecamatan Haruai, dan Pemukiman Suku Dayak di Kecamatan Tanta. (3) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas : air terjun dan riam Kinarum di Kecamatan Upau, air terjun Mambanin di Kecamatan Haruai, air terjun di Lano, air terjun Tabur Berangin dan Melor di Kecamatan Jaro, air terjun Katingkang di Kecamatan Upau, Danau Undan di Kecamatan Banua Lawas, air panas di desa Tamiyang Kecamatan Tanta, arung jeram sungai Salikung di

66 Kecamatan Muara Uya, batu pujung di Kecamatan Bintang Ara, air terjun tangkung dan riam tampalingun di desa Panaan kecamatan Bintang Ara, sumber air panas luyuh di Kecamatan Tanta, gua Liang Kantin di Kecamatan Jaro dan Muara Uya dan gua Batu Babi gunung Batu Buli di Kecamatan Muara Uya. (4) Kawasan peruntukan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas : Tanjung Puri, danau dan sirkuit Marido, Islamic Centre dan Tanjung City Centre (TCC) di Kecamatan Murung Pudak, agro wisata dan danau sempalang jaya Desa Nalui Kecamatan Jaro. Kawasan Peruntukan Permukiman (1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf h, meliputi : a. kawasan peruntukan permukiman perkotaan seluas kurang lebih (dua ribu tujuh ratus delapan puluh empat) hektar; dan b. kawasan peruntukan permukiman perdesaan seluas kurang lebih (tujuh belas ribu dua ratus lima puluh delapan) hektar. (2) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi seluruh kelurahan dan desa yang berada di wilayah PKL. (3) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi PPK dan PPL serta seluruh desa dan anak desa di setiap kecamatan. Kawasan Peruntukan Pertambangan (1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf i, meliputi : a. kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara; b. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi; dan c. kawasan peruntukan pertambangan non logam dan batuan. (2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa : a. batubara terdapat di Kecamatan Tanjung, Murung Pudak, Tanta, Upau, Haruai, Bintang Ara, Muara Uya, dan Jaro; b. logam berupa emas terdapat di Kecamatan Jaro dan Murung Pudak; dan c. biji besi yang terdapat di Kecamatan Jaro dan Upau; (3) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yang berada di luar kawasan peruntukan kehutanan meliputi : a. wilayah usaha pertambangan batubara PKP2B terdapat di Kecamatan Haruai seluas kurang lebih (enam ribu dua ratus delapan puluh dua) hektar di Kecamatan Jaro seluas kurang lebih 0,02 (nol koma nol dua) hektar, di Kecamatan Muara Uya seluas kurang lebih (tiga ribu empat ratus delapan puluh empat) hektar, di Kecamatan

67 Murung Pudak seluas kurang lebih (lima ribu delapan ratus delapan puluh lima) hektar, di Kecamatan Tanta seluas kurang lebih (tiga ribu delapan ratus empat puluh empat) hektar, di Kecamatan Upau seluas kurang lebih 765 (tujuh ratus enam puluh lima) hektar; b. wilayah usaha pertambangan batubara menurut izin usaha pertambangan terdapat di Kecamatan Bintang Ara seluas kurang lebih (seribu enam ratus empat puluh lima) hektar, di Kecamatan Haruai seluas kurang lebih (sepuluh ribu lima ratus delapan puluh satu) hektar, di Kecamatan Muara Uya seluas kurang lebih 689 (enam ratus delapan puluh sembilan) hektar di Kecamatan Tanjung seluas kurang lebih (dua ribu enam ratus delapan puluh delapan) hektar, di Kecamatan Upau seluas kurang lebih (seribu tiga ratus sembilan puluh delapan) hektar, dan c. wilayah usaha pertambangan logam menurut izin usaha pertambangan terdapat di Kecamatan Jaro seluas kurang lebih 88 (delapan puluh delapan) hektar, di Kecamatan Muara Uya seluas kurang lebih 94 (sembilan puluh empat) hektar. (4) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yang berada di dalam kawasan peruntukan kehutanan meliputi : a. wilayah usaha pertambangan batubara PKP2B terdapat di Kecamatan Haruai seluas kurang lebih (empat ribu enam ratus dua puluh satu) hektar, Kecamatan Jaro seluas kurang lebih (tiga ribu seratus dua puluh sembilan) hektar di Kecamatan Muara Uya seluas kurang lebih (delapan ribu seratus sembilan puluh tiga) hektar, di Kecamatan Murung Pudak seluas kurang lebih (lima ribu seratus tujuh puluh delapan) hektar, di Kecamatan Upau seluas kurang lebih (seribu delapan ratus sembilan puluh enam) hektar, di Kecamatan Bintang Ara seluas kurang lebih 177 (seratus tujuh puluh tujuh) hektar; b. wilayah usaha pertambangan batubara menurut izin usaha pertambangan terdapat di Kecamatan Bintang Ara seluas kurang lebih (dua belas ribu tiga ratus delapan) hektar, di Kecamatan Haruai seluas kurang lebih (dua ribu seratus lima puluh sembilan) hektar, di Kecamatan Jaro seluas kurang lebih (seribu delapan ratus tiga puluh sembilan) hektar, di Kecamatan Muara Uya seluas kurang lebih (dua puluh tujuh ribu dua ratus dua puluh tiga) hektar, di Kecamatan Murung Pudak seluas kurang lebih (seribu lima), hektar di Kecamatan Tanjung seluas kurang lebih 13 (tiga belas) hektar, di Kecamatan Upau seluas kurang lebih (seribu seratus lima belas) hektar, dan c. wilayah usaha pertambangan logam menurut izin usaha pertambangan terdapat di Kecamatan Jaro seluas kurang lebih (tiga ribu delapan ratus lima belas) hektar, di Kecamatan Muara Uya seluas kurang lebih (tiga ribu seratus delapan puluh enam) hektar. (5) Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di Murung Pudak dan Tepian Timur Kecamatan Murung Pudak; Tanjung dan Kambitin Kecamatan Tanjung; Dahor, Warukin dan Tanta Kecamatan Tanta; Surian Kecamatan Haruai; Kecamatan Kelua, Kecamatan Banua Lawas serta Kecamatan Pugaan, dan ditetapkan sebagai objek vital nasional.

68 (6) Kawasan peruntukan pertambangan non logam dan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berupa marmer, batu gamping, andesit, lempung, batu rijang, pasir kuarsa, pasir berangkal, dan kerikil terdapat di Kecamatan Muara Uya, Jaro, Upau, Bintang Ara, Haruai, Murung Pudak, Tanjung, dan Kelua. (7) Kawasan peruntukan pertambangan non logam dan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) menurut izin usaha pertambangan yang berada di luar kawasan peruntukan kehutanan terdapat di Kecamatan Jaro seluas kurang lebih 18 (delapan belas) hektar berada di luar kawasan peruntukan kehutanan dan kurang lebih 3 (tiga) hektar berada dalam kawasan peruntukan kehutanan, di Kecamatan Muara Uya seluas kurang lebih 4 (empat) hektar berada di luar kawasan peruntukan kehutanan, dan di Kecamatan Upau seluas kurang lebih 1 (satu) hektar berada di luar kawasan peruntukan kehutanan dan kurang lebih 331 (tiga ratus tiga puluh satu) hektar berada dalam kawasan peruntukan kehutanan. (8) Kawasan peruntukan pertambangan non logam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berupa pasir kuarsa terdapat di Kecamatan Banua Lawas seluas 212 (dua ratus dua belas) hektar. (9) Sebaran kawasan pertambangan sebagai dimaksud pada ayat (1) digambarkan kedalam peta tematik dengan tingkat ketelitian 1 : dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf j, meliputi kawasan pertahanan dan keamanan negara, terdiri dari : a. Komando Distrik Militer (Kodim) 1008 Tanjung; b. Komando Rayon Militer (Koramil) yang tersebar di seluruh kecamatan; c. Kepolisian Resor (Polres) Tanjung; d. Kepolisian Sektor (Polsek) yang tersebar di seluruh kecamatan; e. Kompi A Yonif-621/Manuntung; dan f. Kiban Yonif-621/Manuntung.

69 2.2 Kemajuan Pelaksanaan SSK DATA DASAR TAHUN Tabel 2.17: Tahapan pengembangan air limbah domestik kabupaten/kota Tahun 2013 No Sistem Cakupan layanan eksisting* (%) Target cakupan layanan* (%) Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang (a) (b) (c) (d) (e) A Sistem On-site 1 Individual (tangki septik) 62, ,5 2 Komunal (MCK, MCK++ dan IPAL komunal 1,25 3 5,7 17,1 B Sistem Off-site 1 Skala Kota Skala Wilayah/Kawasan Keterangan: *) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk Tabel 2.18: Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten/Kota Tahun 2013 No Sistem Cakupan layanan eksisting* (%) Cakupan layanan* (%) Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f) A Penanganan langsung (Direct) (c) (d) (e)

70 1 Kawasan komersial/perkotaan 64,11 70, B Penanganan tidak langsung (indirect) 1 Kawasan non komersial/perkotaan 16, Keterangan: *) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk No Sistem Tabel 2.19: Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten/Kota Tahun 2013 Cakupan layanan eksisting* (%) Cakupan layanan* (%) Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 Drainase skala besar Belum tersedia data Drainase skala kecil Belum tersedia data PENCAPAIAN SAAT INI Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang N o Jenis Pelayanan Dasar Satuan Target SPM Tahun 2019 Capaian EXTING Thn Penyediaan air minum Persentase penduduk yang mendapatkan % Penduduk Sanga t Buruk 40% 55,81%

71 akses air minum yang aman Buruk 50% Sedan g 70% Baik 80% Sanga t Baik 100 % 2 Penyediaan sanitasi Persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah yang memadai % Penduduk Siste m On Site Siste m Off Site 60% 5% 84,28% Persentase pengurangan sampah di perkotaan % Penduduk 20% 3,22% Persentase pengangkutan sampah % Penduduk 70% 65,88% Persentase pengoperasian TPA % pengoperasian TPA - 60,2% Persentase penduduk yang terlayani sistem jaringan drainase skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) lebih dari 2 kali setahun % penduduk % pengurangan genangan 50% 5,38%

72 3 Penataan Bangunan dan Lingkungan 4 Penangan Pemukiman Kumuh Perkotaan Persentase jumlah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diterbitkan Persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan IMB IMB 100% HSBGN 100% Ha 10% 89,74% 1% PENCAPAIAN SEBELUMNYA TAHUN Air Limbah Sampah Drainase Masterplan air limbah 2. Pengadaan tanah untuk TPS3R di Unggung Masterplan air limbah 2. Desa ODF 5 desa 1. Pengadaan truk arm roll dan dump truk 2 unit 1. Masterplan drainase

73 DED PS air limbah skala kawasan 2. Dokumen Amdal dan DED IPLT 3. Desa ODF 16 desa 4. Pengadaan tanah TPS3R di Hikun 5. Pengadaan tanah IPLT dan TPA 1. DED Penanganan Genangan di Kel.Tanjung, koridor Jl Pembataan-Bangun Sari dan Depan DPRD (Penanganan Drainase daerah prioritas berdasarkan Masterplan drainase) Pelaks dan supervisi pembi PS air limbah percontohan Skala RSH kota Tanjung 2. Perenc, pelaks dan supervisi MCK Saradang, Ampukung, Bintang Ara dan Muara Uya 3. Pelaks dan supervisi pembangunan IPLT 4. Perenc, Pelaks dan supervisi pemb tangki septiktank media bakteri desa 6. Penanganan saluran drainase di Belimbing Raya Rt Drainase belakang Depag 8. Drainase Pembataan Rt Perenc. Teknis saluram drainase kawasan perdagangan, Tanjung Selatan dan kawasan pusaka bersejarah Banua lawas dan Syeik Nafis

74 Kapar 5. Perenc, pelaks, dan supervisi toilet umum di komplek TEC, Pasar kelua, Pasar Kapar 2.3 Profil Sanitasi Saat Ini Berisi penjelasan singkat mengenai sistem air limbah domestik, persampahan dan drainase perkotaan saat ini serta cakupan layanannya termasuk rencana pengembangan berdasarkan master plan. Bagian ini juga dilengkapi penjelasan kajian-kajian EHRA maupun non EHRA yang mendukung penggambaran sanitasi saat ini di Kabupaten Tabalong. a. Air Limbah Domestik (1) Sistem dan Infrastruktur Gambar 2.5 Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Pengelolaan Air Limbah Domestik Kabupaten Tabalong

75 Perorangan/ Rumah tangga Perorangan/ Rumah tangga DPU Perorangan/ Rumah tangga DPU, Swasta + Perorangan/ Rumah tangga Untuk IPLT belum memiliki, TPA masih sistem Open dumping

76 Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kabupaten Tabalong No Jenis Satuan Jumlah/ Kapasitas Berfungsi Kondisi Tidak Berfungsi Keterangan (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) SPAL Setempat (Sistem On Site) 1 Tangki Septik Komunal < 10 KK Unit MCK++ Unit MCK Biasa/WC Umum Unit - 4 Truk Tinja Unit IPLT ; kapasitas m³/unit - - SPAL Terpusat (Sistem Off Site) 1 Tangki Septik Komunal > 5KK Unit 2 IPAL Komunal Unit 3 IPAL Kawasan Unit 4 IPAL Terpusat m³/unit

77

78 Gambar 2. 6 Peta Cakupan Akses dan Layanan Air Limbah Kabupaten Tabalong Tahun 2016 Sumber : Bappeda Kabupaten Tabalong

79 (2) Kelembagaan dan Peraturan Tabel 3.8 Peta Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan Air Limbah Domestik Kabupaten Tabalong Perencanaan FUNGSI Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kota Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target Pemerintah Kota PEMANGKU KEPENTINGAN Swasta Masyarakat Pengadaan Sarana Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestic Membangun sarana pengumpulan dan pengelolaan awal (tangki septik) Menyediakan sarana pengangkutan dan tangki septik ke IPLT (truk Tinja) Membangun jaringan dan saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL Pengelolaan Menyediakan layanan pengelolaan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL

80 Melakukan penarikan retribusi pengelolaan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB Pengaturan dan Pembinaan Mengatur prosedur penyediaan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik Monitoring dan Evaluasi Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik Tanggung jawab terhadap pengelolaan air limbah belum memiliki dasar pijakan yang kuat dalam penerapan kebijakan pengelolaan air limbah. Landasan hukum pelaksanaan pengelolaan limbah cair berdasarkan beberapa produk hukum nasional, antara lain berupa : a. Undang-Undang :

81 1) Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2) Kepmen No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri 3) Kepmen No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel b. Peraturan pemerintah : 1) PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 2) PP Nomor 18 tahun 1999 jo PP No.85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 3) PP Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3 Tabel Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Tabalong Ketersediaan Pelaksanaan Peraturan Ada Tidak Ada Efektif Dilaksanaka n Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Ket Target Capaian Pelayanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam penyediaan layanan pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan Air Limbah Domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di hunian umum Keawajiban dan sanksi bagi Industri rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah

82 Domestik di tempat usaha Keawajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan Air Limbah Domestik di tempat umum Kewajiban pengelolaan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Retribusi pengelolaan air limbah domestik Tata cara perizinan untuk kegiatan pembangunan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran a. Persampahan (1) Sistem dan Infrastruktur Diagram Sistem Sanitasi Persampahan Kabupaten Tabalong Tabel Timbulan Sampah per Kecamatan

DATA LUAS WILAYAH ADMINISTRASI DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DATA LUAS WILAYAH ADMINISTRASI DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DATA LUAS WILAYAH ADMINISTRASI DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (HASIL KEGIATAN PENEGASAN BATAS DAERAH KABUPATEN TABALONG) Panjang Keliling Luas No. Desa/Kelurahan Kecamatan

Lebih terperinci

Katalog BPS : 1105001.6309 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong MONOGRAFI KABUPATEN TABALONG 2015 Nomor Publikasi : 63090.1530 Katalog BPS : 1105001.6309 Ukuran Buku : 21,5 cm x 16 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Tabalong Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

TABALONG DALAM ANGKA 2015 TABALONG IN FIGURES 2015 ISSN : 0215 711X Nomor Publikasi / Publication Number : 63096.1001 Katalog BPS / BPS Catalogue : 1102001.6309 Ukuran Buku / Book Size : 21,5 cm x 16 cm

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TABALONG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TABALONG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2014-2034 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG, Menimbang : a. bahwa ruang

Lebih terperinci

Map Area of Tabalong Regency

Map Area of Tabalong Regency PETA WILAYAH KABUPATEN TABALONG Map Area of Tabalong Regency W N E Prop. Kalimantan Timur S Prop. Kalimantan Tengah Kab. Balangan Kab. Hulu Sungai Utara Kabupaten Tabalong dalam Angka 2010 i LAMBANG DAERAH

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1986 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN ARANIO DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANJAR, KECAMATAN MEKARSARI DAN KECAMATAN BARAMBAI DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis saat ini persaingan sangat ketat. Dalam bisnis stasiun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis saat ini persaingan sangat ketat. Dalam bisnis stasiun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis saat ini persaingan sangat ketat. Dalam bisnis stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) pun persaingan sangat ketat. SPBU memiliki peran

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Katalog BPS : 1102001.63.09.060 2015 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong LAMBANG DAERAH KABUPATEN TABALONG i PETA KECAMATAN TANJUNG ii CAMAT TANJUNG REDY HELMY, S.Sos NIP.195911301985031001 iii KATA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

Propinsi KALIMANTAN SELATAN. Total Kabupaten/Kota

Propinsi KALIMANTAN SELATAN. Total Kabupaten/Kota Propinsi KALIMANTAN SELATAN Total Kabupaten/Kota Total Kecamatan Total APBN (Juta) Total APBD (Juta) Total BLM (Juta) : 13 : 151 : Rp. 140.050 : Rp. 14.281 : Rp. 154.330 235 of 342 PERDESAAN PERKOTAAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur

Lebih terperinci

BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TABALONG NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN TABALONG

BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TABALONG NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN TABALONG SALINAN BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TABALONG NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN TABALONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Letak dan Luas

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Letak dan Luas GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak dan Luas Letak geografis Perusahaan tambang PT Adaro Indonesia melakukan kegiatan penambangan di daerah Wara, Tutupan dan Paringin yang secara administrasi berada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

16. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

16. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 16. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 199 Acuan Rekomendasi Pupuk (kg/ha) Kalimantan Selatan 1. Aluh-Aluh 250 100*

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG BATAS DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA DENGAN KABUPATEN TABALONG PROVINSI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : TANAH LAUT 63.01 TANAH LAUT 1.363 161.086 338.449 1 63.01.01 TAKISUNG 1.191 16.142 33.333 2 63.01.02 JORONG 18.505 16.061 34.566 3 63.01.03 PELAIHARI 3.482 34.358 1.840 4 63.01.04 KURAU.036

Lebih terperinci

NO. KODE NAMA MADRASAH NEGERI SE-KALSEL KAB/KOTA MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PARINGIN BALANGAN

NO. KODE NAMA MADRASAH NEGERI SE-KALSEL KAB/KOTA MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PARINGIN BALANGAN NO. KODE NAMA MADRASAH NEGERI SE-KALSEL KAB/KOTA MADRASAH ALIYAH 1 576040 MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PARINGIN BALANGAN 2 576054 MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PARINGIN BALANGAN 3 675378 MADRASAH ALIYAH NEGERI

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1980 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BAKARANGAN DAN KECAMATAN PIANI DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TAPIN, KECAMATAN LOKSADO DAN KECAMATAN KALUMPANG

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

Lampiran I.63 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.63 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I.6 /Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota 8. KOTA BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaram Umum Objek Penelitian 1. Kota Bandar Lampung a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016 Gambar 4.1. Peta Administrasi Bandar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

Katalog BPS : 1102001.63.09.100 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabalong LAMBANG DAERAH KABUPATEN TABALONG i PETA KECAMATAN MUARA UYA ii CAMAT MUARA UYA Ach. Rahadian Noor, S.STP, Msi NIP. 19780910 199711

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KABUPATEN BALANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KABUPATEN BALANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KABUPATEN BALANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Geografi dan Lingkungan Jakarta Timur terletak pada wilayah bagian Timur ibukota Republik Indonesia, dengan letak geografis berada pada 106 0 49 ' 35 '' Bujur Timur

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 16 IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1 Administrasi dan Geografis Secara administratif Pit Ata terletak di tiga desa yaitu Desa Batuharang, Desa Gunung Raya dan Desa Produksi. Ketiga desa ini terdaftar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Kabupaten OKU Selatan merupakan pemekaran dari. Kabupaten Ogan Komering Ulu, terbentuknya Kabupaten OKU

GAMBARAN UMUM. Kabupaten OKU Selatan merupakan pemekaran dari. Kabupaten Ogan Komering Ulu, terbentuknya Kabupaten OKU ` GAMBARAN UMUM Kabupaten OKU Selatan memiliki geografis perbukitan dengan luas 549.394 Ha yang terdiri dari 19 Kecamatan dan 259 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 mencapai 320.290

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan mengenai kondisi umum wilayah studi yang terdiri dari kondisi geografis kota Cimahi, kondisi geografis kota Bandung, aspek kependudukan kota Cimahi, aspek kependudukan

Lebih terperinci

Inventarisasi Plasma Nutfah Tanaman di Kabupaten Tanah Laut dan Tabalong Kalimantan Selatan

Inventarisasi Plasma Nutfah Tanaman di Kabupaten Tanah Laut dan Tabalong Kalimantan Selatan Inventarisasi Plasma Nutfah Tanaman di Kabupaten Tanah Laut dan Tabalong Kalimantan Selatan Aidi Noor Balai pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur barat No.4 Banjarbaru 70711

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KABUPATEN BALANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KABUPATEN BALANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KABUPATEN BALANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang 51 IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang 52 Kota Bontang terletak antara 117 23 BT - 117 38 BT dan 0 01 LU - 0 12 LU atau berada pada

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KABUPATEN BALANGAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Umum Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Sendang Agung merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, terletak pada 104 0 4905 0 104 0 56 0 BT dan 05 0 08 0 15 0 LS,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan telah berkembang hingga saat ini adalah batubara. Semakin menurunnya tren produksi minyak dan gas saat ini membuat

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2 42 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Provinsi Lampung merupakan penghubung utama lalu lintas Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2 kota. Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci