FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTROPI PROSTAT DI RUMAH SAKIT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
|
|
- Verawati Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTROPI PROSTAT DI RUMAH SAKIT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR Maria Noviat Ngadha DJawa 1, H.Arham Alam 2, Yusran Haskas 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Hipertropi Prostat adalah penyakit yang biasa terjadi pada laki laki usia lanjut dengan pertumbuhan yang sangat cepat pada epitel dan daerah transisi jaringan fibromuscular pada daerah periurethral yang bisa menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urin yang tertahan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor obesitas, merokok, pola makan, dan aktifitas seksual dengan kejadian di rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Metode penelitian: metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel ditarik secara accidental sampling dengan jumlah 40 responden sesuai dengan criteria inklusi. Hasil penelitian ini menunjukan dari 40 responden terdapat 70 % yang obesitas dan yang 30 % tidak obesitas. Terdapat 57,5 % yang merokok dan 42,5 % yang tidak merokok. Terdapat 57,5 % pola makan yang tidak sehat dan 42,5 % yang pola makannya sehat. Terdapat 55 % yang aktifitas seksualnya tidak teratur dan 45 % yang aktifitas seksual teratur. Disimpulkan bahwa ada hubungan antara obesitas, merokok, pola makan, dan aktifitas seksual dengan kejadian Kata Kunci : Obesitas, Merokok, Pola Makan, Aktifitas Seksual dan Kejadian Hipertropi. PENDAHULUAN Hipertropi Prostat adalah penyakit yang biasa terjadi pada laki laki usia lanjut dengan pertumbuhan yang sangat cepat pada epitel dan daerah transisi jaringan fibromuscular pada daerah periurethral yang bisa menghalangi dan mengakibatkan pengeluaran urin yang tertahan. Faktor - faktor lain yang mempengaruhi BPH adalah obesitas, merokak, pola makan dan aktifitas seksual. Data dari 13 Fakultas Kedokteran Negeri di Indonesia menunjukkan kanker termasuk dalam 10 penyakit keganasan tersering pada pria. Di Sub bagian Urologi, bagian bedah FKUI/RSCM, selama periode ditemukan rata-rata 17 kasus pertahun dan menduduki peringkat kedua setelah kanker buli-buli (kandung kemih). Beberapa penelitian yang dilakukan di Amerika menyatakan bahwa angka kejadian BPH meningkat seiring bertambahnya usia. Berdasar hasil autopsi, 20 persen penderita BPH berusia antara 41 sampai 50 tahun, 50 persen berumur tahun, dan lebih dari 90 persen berusia 80 tahun. Sayang, di Indonesia, kita tidak memiliki data atau angka kejadian yang pasti. Berdasarkan data yang penulis dapat dari Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tahun 2012 adalah 136 orang sedangkan pada tahun 2013 bulan januari sampe bulan febuari jumlah pasien mencapai 29 orang. Dari data tersebut telah terlihat bahwa terjadinya peningkatan kasus dalam tiap tahunnya. Berdasarkan prevalensi data tersebut, maka mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut dan menelusuri berbagai penyebab, memperdalam pemahaman mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampe Juli 2013 di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Populasi dari penelitian ini adalah semua laki- laki yang terkena penyakit di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Berdasarkan jumlah pasien pada Januari 2012 Febuari 2013, maka jumlah populasinya adalah 165 orang dengan Besar sampel yaitu 40 orang yang berkunjung di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jenis dan metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Analitik dengan 610
2 pendekatan Cross Sectional Study. Tehnik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah tehnik accidental sampling, dalam hal ini, individu-individu mana yang dijadikan sampel adalah apa saja atau siapa saja yang kebetulan ditemui (Hariwijaya, 2011). Yang menjadi sampel adalah pasien yang berada di rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang terkena pada saat penelitian berlangsung. Dengan kriteria inklusi yaitu Pasien yang menderita dan Pasien yang bersedia menjadi responden Pengumpulan data dan pengolahan data Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang telah disediakan oleh peneliti kepada responden. Pengumpulan data melalui kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. Data sekunder juga digunakan sebagai data pelengkap untuk data primer yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data ini diperoleh dari instansi yang terkait yaitu di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi kuesioner yang disediakan). Adapun langkah-langkah pengolahan data yaitu : 1. Selecting Selecting merupakan pemilihan data untuk mengklasifikasi data menurut kategori. 2. Editing Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi, meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban. 3. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. 4. Tabulasi Data Setelah dilakukan editing dan coding dilanjutkan dengan pengolahan data kedalam suatu tabel menurut sifatsifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data a. Analisis Univariat. Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara mendiskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian dengan melihat distribusi frekuensi, mean, median dan modus. b. Analisis Bivariat. Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas secara sendiri sendiri dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square, SPSS 16,00. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Frekuensi Responden Berdasarkan Hipertropi Prostat di Rumah Sakit Dr. Wahidin Hipertropi n (%) Hipertropi ,0 Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa dari 40 responden, responden yang menderita sebanyak 24 responden (60%), tidak 16 responden (6,5%). Tabel 2. Frekuensi Responden Berdasarkan Obesitas di Rumah Sakit Dr. Wahidin Obesitas n (%) Obesitas obesitas Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa dari 40 responden, responden yang obesitas sebanyak 28 responden (70%), dan tidak obesitas sebanyak 12 responden (30%). Tabel 3. Frekuensi Responden Berdasarkan Merokok di Rumah Sakit Dr. Wahidin Merokok n (%) Merokok merokok Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa dari 40 responden, jumlah responden yang merokok sebanyak 23 responden (57.5%), sedangkan yang tidak merokok sebanyak 17 responden (42.5%). Tabel 4. Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Makan di Rumah Sakit Dr. Wahidin Pola makan n % sehat Sehat
3 Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa dari 40 responden, jumlah responden yang pola makannya tidak sehat sebanyak 23 responden (57.5%), sedangkan yang pola makannya sehat sebanyak 17 responden (42.5%). Tabel 5. Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Seksual di Rumah Sakit Dr. Wahidin Aktifitas seksual n % teratur Teratut Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa dari 40 responden, jumlah responden aktivitas seksual tidak teratur sebanyak 22 responden (55%), sedangkan yang tidak teratur sebanyak 18 responden (45%). Tabel 6. Tabulasi Silang Antara obesitas dan Terjadinya Hipertropi di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Juni 2013 Hipertropi Obesitas obesitas obesitas ,0 p =0,002 Berdasarkan data pada tabel 6 terlihat bahwa dari 40 responden yang diteliti terdapat 22 responden (55.0%) yang Obesitas, dari 22 responden tersebut 18 responden (45.0%) yang dan 4 respondenn (10.0%) yang tidak mengalami 18 responden (45.0%) yang tidak obesitas diantaranya terdapat 6 responden (15.0%) yang dan 12 responden (10.0%) yang tidak Berdasarkan uji statistik dengan chisquare diperoleh nilai p = 0,02 atau p > α yang artinya ada hubungan antara obesitas dengan Tabel 7. Tabulasi Silang Antara Merokok dan Terjadinya Hipertropi di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Juni 2013 Merokok Hipertropi Merokok merokok ,0 p =0,001 Berdasarkan data pada tabel 7 terlihat bahwa dari 40 responden yang diteliti terdapat 23 responden (57.5%) yang merokok, dari 23 responden tersebut, 19 responden (47.5%) yang dan 4 responden (10%) yang tidak mengalami 17 responden (42.5%) yang tidak meroko diantaranya terdapat 5 responden (12.5%) yang dan 12 responden (30%) yang tidak dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,001 atau p < α yang artinya ada hubungan antara merokok dengan Tabel 8. Tabulasi Silang Antara Pola Makan dan Terjadinya Hipertropi di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Juni 2013 Hipertropi Pola Makan Sehat Sehat ,0 p =0,000 Berdasarkan data pada tabel 8 terlihat bahwa dari 40 responden yang diteliti terdapat 23 responden (57.5%) yang memiliki pola makan tidak sehat, dari 23 responden tersebut, 21 responden (52.5%) yang dan 2 responden (5%) yang tidak mengalami 17 responden (42.5%) yang pola makannya sehat, diantaranya terdapat 3 responden (7.5%) yang dan 14 responden (35.0%) yang tidak dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,000 atau p < α yang artinya ada hubungan antara pola makan dengan Tabel 9. Tabulasi Silang Antara Aktivitas seksual dan Terjadinya Hipertropi di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Juni
4 Aktivitas Seksual Teratur Hipertropi Teratur ,0 p =0,000 Berdasarkan data pada tabel 9 terlihat bahwa dari 40 responden yang diteliti sterdapat 22 responden (57.5%) yang memiliki aktivitas seksual tidak teratur, dari 22 responden tersebut, 21 responden (52.5%) yang dan 1 responden (2.5%) yang tidak mengalami 18 responden (45.0%) yang aktivititas seksual teratur, diantaranya terdapat 3 responden (7.5%) yang dan 15 responden (37.5%) yang tidak dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,000 atau p < α yang artinya ada hubungan antara aktivitas seksual dengan PEMBAHASAN 1. Faktor Riwayat Penyakit Diabetes Melitus Berdasarkan data pada tabel 6 diteliti terdapat 22 responden (55.0%) yang Obesitas, dari 22 responden tersebut 18 responden (45.0%) yang dan 4 respondenn (10.0%) yang tidak mengalami 18 responden (45.0%) yang tidak obesitas diantaranya terdapat 6 responden (15.0%) yang dan 12 responden (10.0%) yang tidak Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rezki Amalia obesitas disebabkan oleh karena ketidakseimbangan antara jumlah makanan yang masuk dan keluar, serta kurang mengoptimalkan energi yang tersedia, pola makan makanan cepat saji juga dapat mempercepat tingkat obesitas, penelitian membuktikan bahwa orang yang makan di restoran cepat saji secara teratur atau lebih dari dua kali dalam satu minggu memiliki perbedaan bermakna antara empat sampai lima kg berat badannya bila dibandingkan dengan orang-orang yang tidak makan direstoran cepat saji. dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,02 atau p < α yang artinya ada hubungan antara obesitas dengan Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Hastuti Purnama Dewi (2011) pada pasien yang didiagnosa menderita kangker di Rumah Sakit Moewardi Surakarta yang menunjukkan bahwa 72% responden memiliki riwayat obesitas sebelumnya. Shirley E. Otto (2005) yang mengatakan bahwa penumpukan lemak dalam tubuh dapat memicu pembentukan sel-sel Oleh sebab itu, pria obesitas memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti berasumsi bahwa seorang laki-laki yang obesitas akan beresiko terkena Hal ini bisa disebabkan karena hampir semua kasus obesitas terjadi karena komsumsi lemak yang berlebihan. Sedangkan konsumsi lemak berlebihan pada penelitian saya sangat erat kaitannya dengan kejadian 2. Faktor Lingkungan Kerja Berdasarkan data pada tabel 7 diteliti terdapat 23 responden (57.5%) yang merokok, dari 23 responden tersebut, 19 responden (47.5%) yang dan 4 responden (10%) yang tidak mengalami 17 responden (42.5%) yang tidak meroko diantaranya terdapat 5 responden (12.5%) yang dan 12 responden (30%) yang tidak dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,001 atau p < α yang artinya ada hubungan antara merokok dengan Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Suheri (2009) yang menunjukkan bahwa sebanyak 45 responden (88,8%) yang mengalami merupakan perokok aktif. Patric Davey (2010) yang mengatakan, kanker banyak diakibatka oleh radiasi dan polutan. Polusi industri, asap rokok, kendaraan dapat menjadi pemicu munculnya sel kanker. Berdasarkan pembahasan di atas peneliti berasumsi bahwa merokok dapat menyebabkan Sesuai dengan peringatan bahaya rokok yang mengatakan bahwa rokok dapat menyebabkan kanker. Rokok mengandung berbagai macam zat karsinogen yaitu zat yang dapat memicu timbulnya kanker. Begitu pula dengan 613
5 pembesaran, yang apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik, maka akan berkembang menjadi kanker. 3. Faktor Perilaku Merokok Berdasarkan data pada tabel 8 diteliti terdapat 23 responden (57.5%) yang memiliki pola makan tidak sehat, dari 23 responden tersebut, 21 responden (52.5%) yang dan 2 responden (5%) yang tidak mengalami 17 responden (42.5%) yang pola makannya sehat, diantaranya terdapat 3 responden (7.5%) yang dan 14 responden (35.0%) yang tidak Pola makan merupakan changeble risk faktor terjadinya kanker, konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh yang tinggi utamanya lemak hewani akan meningkatkan resiko terkena kanker Peranan lemak dalam meningkatkan resiko kanker terjadi dengan beberapa mekanisme, pertama lemak dapat mempengaruhi kadar testoteron, suatu hormon yang diperlukan untuk sel - sel baik jinak maupun ganas. Pria yang mengkonsumsi sedikit lemak akan mempengaruhi kadar hormon testoteron yang relatif rendah, kedua lemak adalah sumber radikal bebas dan yang ketiga adalah hasil metabolis asam lemak merupakan zat karsinogenik contohnya asam tidak jenuh omega - 6 yang dapat memicu pertumbuhan kanker dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,000 atau p < α yang artinya ada hubungan antara pola makan dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh Ariadi (2011) tentang riwayat gizi penderita di sebuah Rumah sakit di Samarinda. Dalam penelitian ini ditemukan, 81 % penderita memiliki riwayat konsumsi lemak berlebihan. Shirley E. Otto (2005) yang mengatakan bahwa, kebiasaan makan sehari-hari, terutama komsumsi lemak dalam jumlah yang banyak seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang barat, yang mengakibatkan perubahan metabolisme hormon, diperkirakan menjadi faktor yang berhubungan erat dengan kejadian kanker Dari penjelasan di atas, maka peneliti dapat menarik asumsi bahwa pola makan yang tidak sehat dapat mempengaruhi terjadinya Pola makan yang tidak sehat seperti komsumsi lemak berlebihan merupakan faktor yang dapat mengganggu metabolisme dalm tubuh. Sehingga gangguan ini tentunya dapat mempengaruhi timbulnya sel-sel abnormal seperti pada 4. Faktor Perilaku Minum Alkohol Berdasarkan data pada tabel 9 diteliti terdapat 22 responden (57.5%) yang memiliki aktivitas seksual tidak teratur, 21 responden (52.5%) yang dan 1 responden (2.5%) yang tidak mengalami 18 responden (45.0%) yang aktivititas seksual teratur, diantaranya terdapat 3 responden (7.5%) yang dan 15 responden (37.5%) yang tidak Pembengkakan direalisasikan (disebabkan) dengan kegiatan seks berlebihan. Saat kegiatan seksual kelenjar mengalami peningkatan tekanan darah sebelum terjadi ejakulasi, jika suplai darah ke selalu tinggi, akan terjadi hambatan yang mengakibatkan kelenjar tersebut bengkak permanen. Seks yang berlebihan akan mengakibatkan infeksi yang meningkatkan BPH sehingga terjadilah prosta. Seks yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang pria menjadi kurus akibat ini terjadi karna tingginya intensitas seks yang dilakukan oleh pria tidak didukung dengan asupan makanan dan kecukupan latihan fisik yang baik. Aktivitas seksual yang tinggi juga berhubungan dengan meningkatnya kadar hormone testoteron. dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,000 atau p < α yang artinya ada hubungan antara aktivitas seksual dengan Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Joice (2010) yang menemukan bahwa 65 % penderita memiliki kebiasaan seks yang buruk atau yang tidak teratur disebabkan karena kegiatan seks berlebihan. Shirley E. Otto (2005), telah dikemukakan beberapa faktor yang meningkatkan dan faktor pencetus seperti pengaruh genetik, riwayat aktivitas seksual, infeksi virus, 614
6 patogen tertentu, kadmium, bahan-bahan kimia industri dan urbanisasi. Dari penjelasan di atas maka peneliti dapat berasumsi bahwa kebiasaan seksual yang tidak teratur, dapat mempengaruhi timbulnya Ini bisa tertjadi karena, pada saat melakukan hubungan, maka kelenjar akan bekerja dalam membantu ereksi. Apabila kerja dari ini tidak teratur maka akan memicu gangguan pada sel dalam tersebut. Gangguan inilah yang berpotensi menimbulkan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Ada Hubungan yang bermakna antara Obesitas dengan kejadian 2. Ada Hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian 3. Ada Hubungan yang bermakna antara Pola Makan dengan kejadian 4. Ada Hubungan yang bermakna antara Aktifitas Seksual dengan kejadian SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan,maka saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Disarankan bagi Dinas Kesehatan agar dapat meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat mengenai kejadian yang berhubungan dengan serta dapat melakukan kegiatan monitoring prevalensi kejadian yang dilaksanakan secara berkesenambungan. 2. Disarankan bagi masyarakat lebih waspada terhadap kejadian terutama bagi laki laki yang berumur lebih dari 40 tahun. 3. Disarankan bagi peneliti selanjutnya yang berminat meneliti tentang kejadian agar penelitian dapat dilakukan dalam skala besar dengan jumlah sampel yang besar dan tempat penelitian diperluas ke rumah sakit lainnya sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi. DAFTAR PUSTAKA Atika, Proverawaty. 2010, Obesitas dan Gangguan Prilaku, Yogyakarta : Maha Medika. Burnett, dkk. 2010, Panduan untuk Penderita Kanker Prostat, Jakarta : Permata Puri Media Brunner & Suddarth, 2012, Buku Ajar Keperawatan Bedah, Jakarta : Selemba Medika. Bustam, 2007, Epidemiologi Penyakot tidak Menular, Jakarta : Rineka. Danny, dkk. 2008, Ar A Glance Sistim Reproduksi. Ellizabet Aula, 2011, Skarang atau tidak sama sekali, Makassar. Muttaqin,Arif. Dkk, 2012, Asuhan Keperawatan Sistim Perkemihan, Jakarta: Salemba Medika. Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Rahayu, 2009, Mengenal, Mencegah, dan Mengobati kanker, Viktory Inti Cipta. Sulistyoningsih, 2011, Gizi untuk Kesehatan Anak, Yogyakarta, Graha Ilmu. Tarwato, 2009, Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Verawaty, dkk., 2011, Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual Pria, Bandung, Grafindo. Wim, 2004, Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup dan Dukungan Kelurga, Jakarta, Arcan. 615
Jurnal Kesehatan Kartika 7
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu sebuah studi pada sekelompok orang pada satu titik waktu untuk mengetahui hubungan pengetahuan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR Ratna Daud 1, Afrida 2 1 STIKES Nani Hasanuddin 2 STIKES Nani Hasanuddin ABSTRAK Diabetes
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR Siti Nasrah 1, Andi Intang 2, Burhanuddin Bahar 3 1 STIKES Nani Hasanuddin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
Lebih terperinciHUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN
Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit umum yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit umum yang masih menimbulkan beban kesehatan yang signifikan pada populasi usia kerja,dan merupakan tiga penyakit
Lebih terperinciSTIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. (Alamat Respondensi: ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DALAM MENCEGAH PENYAKIT CA MAMAE PADA MAHASISWI KEBIDANAN STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR Lyssa Sumiarsih 1, H. Syamsul Rijal 2 1
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu setiap variabel diobservasi hanya satu kali saja dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI Indah Risnawati STIKES Muhammadiyah Kudus, Jl. Ganesha
Lebih terperinciPromotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL 1) Rustam I. Laboko 1) Dinas Kesehatan Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah ABSTRAK Penyakit
Lebih terperinciABSTRAK FAKTOR-FAKTORYANG BERHUBUNGANDENGAN KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT UMUM LABUANG BAJI. Sunarti Abdullah
ABSTRAK FAKTOR-FAKTORYANG BERHUBUNGANDENGAN KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT UMUM LABUANG BAJI Sunarti Abdullah Kanker payudara adalah suatu penyakit akibat adanya pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya
Lebih terperinciFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR Eka Mayasari 1, Hasnah Nosi 2, Syaifuddin Zainal 3 1 STIKES
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. angka kejadian tindakan secsio caesarea, tempat, dan waktu dilaksanakannya
22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO) 2014, bahwa Diabetes Melitus (DM) diperkirakan menjadi penyebab utama ke tujuh kematian di dunia pada
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK DIPUSKESMAS SEGERI PANGKEP
HUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK DIPUSKESMAS SEGERI PANGKEP Hj. Hariani 1, Nurbaeti 2, Nurhidayah 3 1 Poltekkes Kemenkes Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada struktur saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Menurut WHO 8-9 % wanita akan mengalami kanker payudara.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
51 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana diteliti hubungan variabel dengan variabel
Lebih terperinciSAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa
GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MILITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET RENDAH GLUKOSA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR SAMSUL BAHRI ABSTRAK : Masalah kesehatan dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular (Non-Communicable diseases) terdiri dari beberapa penyakit seperti jantung, kanker, diabetes, dan penyakit paru-paru kronis. Pada tahun 2008,
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus
Lebih terperinciyang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Disain studi Penelitian ini merupakan penelitian yang memanfaatkan penelitian sebelumnya mengenai Pengaruh Asupan Asam Lemak Trans terhadap Profil Lipid Darah yang dilakukan
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka
Lebih terperinciPENGARUH KOMUNIKASI DAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP KESEMBUHAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN LONTARA I RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
PENGARUH KOMUNIKASI DAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP KESEMBUHAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN LONTARA I RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR Nur Salsabilah 1, Sri Wahyuni 2 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Paritas Riwayat Keluarga Penggunaan KB Hormonal Kanker Payudara Riwayat Kanker Sebelumnya Status Perkawinan Gambar 3.1 Kerangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada pembuluh darah yang dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. berikut: Variabel bebas yaitu faktor-faktor pemicu hipertensi sesuai
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel-variabel penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut: Variabel bebas yaitu faktor-faktor pemicu hipertensi sesuai teori Deihl (1990) dan
Lebih terperinciHUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAB. PANGKEP Susasmi 1, Yasir Haskas 2 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani
Lebih terperinciMETODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain Hospital Based Case Control Study. Prinsip yang mendasari studi ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mendiskripsikan atau menjelaskan fenomena. Fenomena
Lebih terperinciHubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai tanggal
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR Violita Siska Mutiara STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tamalate Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Adapun alasan pemilihan lokasi karena tersedianya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksplanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan
32 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian case control. Yakni efek penyakit atau status kesehatan (karsinoma kolorektal)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak ada obat lain yang dipelajari sebanyak alkohol. Alkohol merupakan suatu senyawa kimia
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DESAIN PENELITIAN Penelitian ini di desain melalui pendekatan cross-sectional study yaitu rancangan suatu studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dewasa ini, terbukti membawa dampak negatif dalam hal kesehatan. Orang-orang masa kini, cenderung memiliki kesadaran yang rendah terhadap
Lebih terperinciHUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.
HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN Diah Eko Martini.......ABSTRAK....... Kontrasepsi hormonal 1 bulan merupakan Alat
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
56 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Jenis Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari hasil penelitian Pengembangan Surveilans Faktor Risiko Penyakit dan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H
HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek terus berkembang meskipun
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit dewasa ini bergeser dari penyakit menular dan masalah gizi ke penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat maka pola penyakit pun mengalami perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI DI RSUD KOTA MAKASSAR
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI DI RSUD KOTA MAKASSAR Fence Ishak Hinadaka¹, Eddyman W. Ferial², Suhartatik³ ¹STIKES Nani Hasanuddin Makassar ² Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinik termasuk heterogen diakibatkan karena hilangnya toleransi karbohidrat (Price, 2006). Menurut
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH: RORO UTAMI ADININGSIH No BP : 0910335075 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep VARIABEL BEBAS Konsumsi Minuman Beralkohol Frekuensi konsumsi minuman beralkohol Banyaknya konsumsi minuman beralkohol VARIABEL TERIKAT Kejadian Obesitas Abdominal
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR
ARTIKEL FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM PERJAN DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR TAHUN 2008 SRI SYATRIANI Dosen STIK Makassar SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. masyarakat pada saat tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian yang
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini bersifat survei karena memberikan gambaran suatu kelompok masyarakat pada saat tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian yang
Lebih terperinciHubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi
Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi (Body Mass Index And Hemoglobin Level Related To Wound Healing Of Patients Undergoing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan efek,
Lebih terperinciHUBUNGAN GAMBARAN DIRI DENGAN KEPATUHAN MENJALANI KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN
HUBUNGAN GAMBARAN DIRI DENGAN KEPATUHAN MENJALANI KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN 5 Bandiyah ABSTRAK Pasien kanker seringkali tidak patuh terhadap pengobatan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap (G2) Bedah RSUD Prof. DR. Aloei Saboe kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi pada wanita, penyebab utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh human papilloma virus (HPV)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH KHAIRUNNISAK Mahasiswi D-III Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN. pendekatan, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel dan skala
BAB III METODA PENELITIAN Metode penelitian ini meliputi rancangan penelitian dan metode pendekatan, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel dan skala penelitian, metode pengumpulan data, metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada prilaku dan gaya hidup pada masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Benigna prostatic hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, yang disebabkan hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar/jaringan
Lebih terperinciKORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU
KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG
AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 23 30 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
PENELITIAN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG Purbianto*, Dwi Agustanti* *Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Masalah kesehatan dengan gangguan
Lebih terperinciHUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH DI DUSUN PILANGGADUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH DI DUSUN PILANGGADUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN Pipit Choirum Fitriyah, Farida Juanita, Arfian Mudayan.......ABSTRAK....... Artritis pirai merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI
HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI Annisa Yuliana Salim, Anjar Nurrohmah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Pendahuluan; Penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak sehat, selain berbahaya bagi diri sendiri terlebih lagi pada orang lain yang memiliki hak untuk menghirup udara yang bersih
Lebih terperinci2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat
Lebih terperinciABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah
ABSTRAK Menurut WHO, kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah satu jenis kanker yang tingkat kejadiannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi yang negatif. Sesungguhnya
Lebih terperinciABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar
ABSTRAK Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar Maya Felistine Fanghoy 1, Erfina 2, Sri Syatriani 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang paralel antara transisi demografi dan transisi teknologi, dewasa ini mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke Penyakit
Lebih terperinciOleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam
Lebih terperinciHubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN
Lebih terperinciABSTRAK. : umur, riwayat seksual, kebiasaan merokok, BPH
ABSTRAK Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BPH ( Prostat Benigna Hyperplasia ) Di Ruang Poli Urologi RSUD. Labuang Baji Makassar Khamriana 1, Hj.Khaerunnisa 2, Anwar Sarman 1 BPH (Benigna Prostat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu
39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era
BAB 1 PENDAHULUAN 1.I. LATAR BELAKANG Penyakit hipertensi termasuk penyakit yang banyak diderita orang tanpa mereka sendiri mengetahuinya. Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan berbagai hal yang menyusahkan,
Lebih terperinciKUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN
KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012 I. INFORMASI WAWANCARA Tanggal Wawancara.../.../... No. Urut Responden...
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih
Lebih terperinci