V GAMBARAN UMUM KOPERASI PERIKANAN MINA USAHA DESA JETIS
|
|
- Hartanti Dewi Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 V GAMBARAN UMUM KOPERASI PERIKANAN MINA USAHA DESA JETIS Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis terletak di Desa Jetis Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Provpnsi Jawa Tengah. Lokasi Desa Jetis dapat di lihat pada gambar 2. Gambar 2. Peta Lokasi Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap
2 5.1. Kondisi Umum Desa Jetis Kondisi Lingkungan Fisik Desa Jetis merupakan satu-satunya desa komunitas nelayan di wilayah paling timur Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Secara fisik, desa ini berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Kebumen. Dengan demikian wilayah Desa Jetis merupakan salah satu gerbang masuk menuju wilayah Kabupaten Cilacap melalui jalur selatan. Desa Jetis juga merupakan salah satu desa yang berada di sepanjang pantai selatan Laut Jawa. Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan bidang mata pencaharian yang penting dilakukan oleh sebagian warga komunitas Desa Jetis. Luas Desa Jetis mencapai sekitar 606 hektar, bertopografi pantai dengan ketinggian tempat sekitar 3 meter dari permukaan laut (Kantor Desa Jetis, 2008). Curah hujan Desa Jetis rata-rata dalam setahun mencapai 35 mm dengan suhu udara rata-rata 23 o C. Secara administratif Desa Jetis masuk wilayah Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap. Desa Jetis terdiri dari 41 Rukan Tangga (RT) dan delapan Rukun Warga (RW)/dusun yaitu; Sitara, Pajaten, Sikudik, Jetis, Simerak, Simerak Lor, Sirendeng dan Mertangga. Desa Jetis dipimpin oleh seorang kepala desa yang pada tahun 2009 ini, kepala desa yang bersangkutan juga merupakan ketua Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Batas wilayah Desa Jetis sebelah utara berbatasan dengan Desa Banjareja Kecamatan Nusawungu, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, sebelah barat berbatasan dengan Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Ayah Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen yang merupakan bagian dari Karisidenan Kedu Propinsi Jawa Tengah. Letak Desa Jetis dari Pusat Pemerintahan Kecamatan berjarak 9 km, jarak dari Pusat Pemerintahan Kota Administrasi mencapai 20 km, jarak dari ibukota Kabupaten mencapai 50 km, jarak dari ibukota Propinsi Jawa Tengah mencapai 206 km dan jarak dari ibukota RI mencapai sekitar 488 km. 42
3 Profil Komunitas Bila membandingkan jenis komunitas nelayan di Desa Jetis dengan nelayan lainnya di wilayah Kebupaten Cilacap Jawa Tengah, nelayan Desa Jetis memiliki ciri unik yaitu sebagai nelayan tradisional yang seluruhnya menggunakan jenis-jenis perahu kecil bermotor bertipe jukung dengan bahan fiber. Jenis perahu ini maksimal hanya dapat diawaki oleh empat orang. Warga komunitas nelayan Jetis berangkat melaut pada pagi hari (subuh) dengan beramairamai mendorong perahunya ke tengah laut melawan ombak besar Laut Selatan. Secara berkelompok, mereka bahu-membahu dan saling menolong untuk mengantisipasi bila salah satu perahu mereka ada yang terbalik dalam menembus ombak, sebab ombak yang terdapat di wilayah perairan mereka termasuk ombak yang cukup tinggi/besar bila dibandingkan dengan jenis perahu yang mereka gunakan. Jenis perahu yang digunakan disampaikan pada Gambar Gambar 3. Perahu Nelayan Desa Jetis (Perahu Jukung, Gambar 1, 2 dan 3) dan Mesin Perahu (Gambar 4) 43
4 Berdasarkan daerah jelajah penangkapan nelayan warga komunitas Jetis, teridentifikasi bahwa mereka dapat menangkap ikan hingga ke wilayah perairan Jogyakarta dan Pangandaran dengan jenis ikan tangkapan berupa ikan-ikan laut dalam maupun udang. Sebagai komunitas nelayan yang masih tergolong tradisional, ciri yang tidak terlepas dari warga komunitas Jetis secara umum, yaitu sebagai warga komunitas yang masih bersifat homogen. Homogenitas komunitas Jetis ini ditunjukkan dengan kesamaan kondisi sosial ekonomi, golongan etnik maupun sifat keterbukaan mereka dengan warga komunitas yang berasal dari luar Jetis. Rasa kolektifitas diantara mereka untuk saling membantu dan tolong menolong, masih cukup tinggi Latar Belakang Pembentukan Koperasi Perikanan Mina Usaha Latar belakang pembentukan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis tidak terlepas dari latar belakang pembentukan kelompok nelayan di Desa Jetis. Setelah kelompok nelayan terbentuk dan selama kelompok nelayan tersebut aktif melakukan kegiatan, maka atas dasar kepentingan kelompok, dibentuklah koperasi Pembentukan Kelompok Nelayan Kegiatan nelayan Desa Jetis sudah di mulai sejak jaman dahulu, bahkan umur kegiatan nelayan sama dengan umur Desa Jetis itu sendiri. Pada awal kegiatannya di Desa Jetis, para nelayan masih menggunakan peralatan yang sederhana, ramah lingkungan dalam menggali potensi sumber daya alam kelautan dengan menggunakan jala, jaring pinggir, serta waring (alat penangkap larong) dan belum menggunakan mesin. Pada tahun 60-an Desa Jetis terkenal sebagai sentra produksi terasi karena produksi rebon sebagai bahan baku terasi cukup tinggi. Sampai sekarang jenis rebon dan atau udang tidak pernah sepi dari hasil tangkapan nelayan. Perkembangan sarana nelayan Jetis mengalami kemajuan dari perahu getek kayu tak bermesin mejadi perahu getek kayu yang bermesin sebanyak 10 perahu pada tahun 80 sampai 90-an. Masuknya nelayan Cilacap ke Jetis dan 44
5 sebagian mereka menetap di Jetis, merubah perahu getek menjadi perahu jukung dari bahan baku fiber yang bersayap dengan mesin dua tak (dua langkah pembakaran) yang berbahan bakar bensin. Indikasi perkembangan kemajuan nelayan di Desa Jetis adalah tumbuhnya kesadaran perlunya dibentuk suatu wadah. Maka pada tanggal 10 Maret 1992 bertempat di Balai Desa Jetis yang dihadiri 54 orang nelayan serta dihadiri instansi terkait, diadakan musyawarah pembentukan kelompok. Pada waktu itu terbentuklah Kelompok Nelayan Mina Usaha yang mengangkat: 1. Bapak Gunawan sebagai Ketua Kelompok. 2. Ibu Turiah sebagai Sekretaris. 3. Bapak Ahmadi sebagai Bendahara. 4. Bapak Slamet Juli dari Dinas Perikanan sebagai Pembina. Dalam kondisi normal, kebiasaan melaut dimulai pada pagi hari, sedangkan dalam kondisi paceklik (sepi) para nelayan biasanya berangkat lebih awal sekitar pukul sampai WIB untuk mengejar areal tangkap yang lebih jauh seperti ke Jogyakarta atau Pangandaran. Jika kondisi ikan di laut berlimpah, para nelayan berangkat pagi hari sekitar pukul WIB. Kegiatan melaut dilakukan sampai pukul atau WIB. Hasil tangkapan langsung dilelang setibanya di TPI. Pelelangan dimulai pada pukul sampai dan disesuaikan dengan kepulangan nelayan dari laut. Kebiasaan melaut yang dilakukan kelompok nelayan Mina Usaha Jetis, libur pada hari Selasa dan Jum at Kliwon. Kebiasaan ini dilakukan berdasarkan kepercayaan para sesepuh setempat bahwa pada hari-hari tersebut sangat keramat untuk wilayah laut Pantai Selatan. Pantangan melaut ini sangat diyakini para nelayan mengingat berbagai kejadian kecelakaan jika pantangan tersebut dilanggar. Berdasarkan ritual kejawen, puncaknya akan terjadi pada Bulan Suro hari Jumat Kliwon yang diwujudkan melalui sedekah laut. Sedekah laut ini dilakukan dengan mengadakan acara selamatan di darat dan pertunjukkan kesenian wayang kulit pada malam harinya. Peran sesepuh, selain memberikan ramalan tentang ritual Jawa juga selalu mengiringi pemberangkatan para nelayan dengan berdiri di pinggir pantai. Dalam hal ini sesepuh seolah-olah memberi pamit kapal para nelayan dan menunggu 45
6 nelayan pulang. Bila suatu saat terjadi kecelakaan, dengan kekuatan dan kemampuan indera keenamnya (menurut nelayan), sesepuh akan memberikan informasi tentang terjadinya kecelakaan dan dimana korban berada Pembentukan Koperasi Perikanan Mina Usaha Pada tahun 2000 dilaksanakan rapat anggota kelompok nelayan yang dihadiri oleh lebih dari 250 anggota kelompok. Pada rapat anggota ini disepakati untuk membentuk koperasi dan dihasilkan keputusan sebagai berikut: Nama Lembaga : Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Pengawas : 1). Solihin Haryanto, 2). Sairan H., 3). Slamet Ketua Umum : Saimun Ketua I : Saiman Saifulloh Ketua II : Waluyo Sekretaris I : Samingin Sekretaris II : Fuad Rosadi Bendahara I : Amin Mapon Bendahara II : Sumardjo Sirin Pembina : Ibu Sumarni dari Dinas Koperasi Kabupaten Cilacap. Badan Hukum : No. 94/BH/KDK.11.16/XII/2000 tanggal 16 Desember Tahun Struktur Organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Perkembangan kehidupan suatu koperasi sangat tergantung dan berfungsi atau tidaknya alat perlengkapan organisasi. Perlengkapan organisasi meliputi rapat anggota, pengurus, pengawas dan manajer. Struktur organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dapat dilihat pada lampiran Rapat Anggota Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan koperasi. Rapat anggota melibatkan seluruh anggota koperasi dan dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Rapat Anggota ini dikenal dengan Rapat Anggota 46
7 Tahunan (RAT) yang merupakan rapat tutup tahun. RAT ini adalah wujud pertanggungjawaban koperasi sebagai suatu organisasi ekonomi atau badan usaha. Dalam Rapat Anggota. pengurus menampung saran-saran dan kritik. serta ide-ide untuk perkembangan koperasi. dan pengurus memberikan kesempatan pada anggota dalam forum tanya jawab berkenaan dengan keinginan anggota terhadap koperasinya. Koperasi Mina Usaha Desa Jetis mengadakan Rapat Anggota sesuai dengan undang-undang. yaitu satu tahun sekali. Rapat anggota dilakukan untuk meminta pertanggung jawaban pengurus terhadap anggota. Dalam Rapat Anggota ini juga dibahas dan dipilih tentang susunan kepengurusan tahun berikutnya Pengurus Koperasi Perikanan Usaha Desa Jetis Pengurus koperasi adalah salah satu alat perlengkapan organisasi yang diberi kuasa oleh anggota atau oleh Rapat Anggota koperasi untuk melaksanakan program koperasi sehingga pengurus bertanggung jawab atas organisasi koperasi yang bersifat operasional. Sedangkan wewenang pengurus diantaranya memutuskan penerimaan atau penolakan anggota baru. serta pemberhentian anggota yang tidak memenuhi syarat keanggotaan yang telah ditetapkan oleh/dalam Anggaran Dasar. Koperasi Mina Usaha Desa Jetis juga melakukan tindakan untuk kepentingan dan manfaat koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya. misalnya dengan melakukan kegiatan sedekah laut yang dilakukan rutin setiap tahun bersama warga desa dan kegiatan sosial lainnya Badan Pengawas Badan pengawas koperasi adalah salah satu alat perlengkapan organisasi koperasi di samping pengurus dan rapat anggota. Pengawas dipilih oleh dan untuk anggota koperasi dalam rapat anggota dan bertanggung jawab kepada rapat anggota. Pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memberikan informasi mengenai koperasi kepada anggota yang meliputi: keadaan organisasi. keuangan dan administrasi yang dijalankan oleh pengurus serta perkembangan kegiatan usaha koperasi. Informasi tersebut diperoleh dengan jalan memeriksa 47
8 pembukuan yang sedang berjalan yang dilakukan sewaktu-waktu baik secara langsung maupun tidak langsung. Badan Pengawas bertugas melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi yang meliputi organisasi dan usaha koperasi. Koperasi Mina Usaha Desa Jetis memiliki Badan Pengawas yang melakukan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan dilaporkan secara khusus dalam lembaran tersendiri yang merupakan laporan pertanggung jawaban. Adapun susunan pengawas terdiri dan ketua dan dua orang anggota Manajer dan Karyawan Manager bertugas sebagai pengelola kegiatan usaha koperasi. Manager atau pelaksana usaha diangkat dan bertanggung jawab pada pengurus. Manajer mempunyai tugas dan tanggung jawab meliputi bidang perecanaan usaha, pelaksanaan usaha, administrasi atau keuangan, pengawasan dan laporan. Karyawan mempunyai tugas untuk menjalankan usaha yang ada di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dengan pembagian tugas yang jelas pada masing-masing karyawan Kegiatan Usaha Koperasi Mina Usaha Desa Jetis Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis merupakan usaha yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anggota khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya. Kegiatan usaha yang dilakukan sampai saat ini adalah: Unit usaha simpan pinjam Unit pelelangan ikan Unit warung serba ada (waserda) Unit Usaha Simpan Pinjam (Simpi) Usaha simpan pinjam dalam pelaksanaan operasionalnya senantiasa berupaya sesuai dengan PP No. 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, yaitu dengan memberikan status otonom yang artinya 48
9 pengelolaan simpi dilakukan secara terpisah dari usaha lainnya dan unit ini diperuntukkan bagi anggota dan juga calon anggota. Sistem pinjaman yang terdiri dari pinjaman harian, pinjaman mingguan dan pinjaman bulanan yang memudahkan para nasabah untuk memilih sistem pinjaman yang sesuai dengar kemampuan membayar. Anggota merasa keberadaan simpi ini sangat diperlukan jika sewaktu-waktu anggota memerlukan dana pinjaman untuk modal usaha. Perkembangan alokasi pinjaman dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Alokasi Pinjaman pada Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Selama Lima Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun Alokasi Pinjaman (Rp) Pertumbuhan Alokasi Naik Turun Naik Naik Sumber: Unit Simpi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis, 2009 Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat perkembangan alokasi pinjaman pada simpi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, kemudian setelah itu meningkat. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain adalah adanya sumber modal dari luar, yaitu dari program pinjaman Kompensasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) dan Modal Awal Padanan (MAP). Pola subsidi PKPS-BBM dilakukan sejak tahun Pola MAP disalurkan melalui KSP dan telah dilaksanakan sejak tahun dengan besaran plafon Rp 150 sampai Rp 250 juta. Kegiatan pada unit simpi disajikan pada Gambar 4. 49
10 Gambar 4. Kegiatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Unit Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kegiatan unit usaha ini sampai sekarang adalah yang paling dominan dan utama karena unit TPI ini memberikan masukan atau pendapatan yang besar untuk Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis. Unit usaha TPI berperan sebagai perantara antar nelayan dan bakul selaku pembeli hasil tangkapan serta sebagai penetap harga melalui juru tawar. Perkembangan produksi di TPI Koperasi Mina Usaha Desa Jetis pada tahun terakhir mengalami fluktuasi yang berpengaruh pada pendapatan unit pelelangan ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) yang dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Produksi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir ( ) Tahun Produksi/ Hasil Tangkap (kg) Jumlah Nilai Raman (Rp) Pendapatan Jasa TPI (Rp) ,649 2,478,512, ,491, ,583 2,557,315, ,950, ,656 3,239,510, ,330, ,027 2,990,993, ,492,931 Sumber: TPI Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis,
11 Pendapatan jasa TPI mengalami penurunan selain karena diberlakukan peraturan daerah yang berkaitan dengan retribusi daerah dan pos-post lainnya terutama sejak tiga tahun terakhir yang juga disebabkan oleh penurunan produksi hasil tangkap Saat ini pelaksanaan kegiatan TPI mengacu pada Perda No. 10 tahun 2000 tentang Pasar Grosir ikan. TPI sebagai jasa pemasaran produk dari anggota melalui proses pelelangan. Sistem pembayaran di Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dilakukan secara tunai, langsung kepada anggota yang melelangkan hasil tanggapananya. Para anggota menerima uang yang telah dipotong sebesar delapan persen. Produksi hasil perikanan pada wilayah kerja Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis adalah dari hasil tangkapan nelayan di laut (perikanan tangkap). Kondisi Unit TPI disajikan pada gambar 5. Gambar 5. Unit TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Koperasi Perimanan Mina Usaha Desa Jetis (Menjelang Kegiatan Lelang) 51
12 Unit Waserda Kegiatan unit waserda saat ini masih mengutamakan pelayanan bagi kebutuhan para nelayan baik anggota maupun bukan anggota (calon anggota). Keberadaan waserda sangat membantu para nelayan dalam pemenuhan kebutuhan khususnya alat tangkap. Selain menjual kebutuhan alat tangkap, waserda juga melayani kebutuhan rumah tangga dan lainnya. Khusus untuk alat tangkap yang dibeli di waserda dibayar dengan sistem tunai atau kredit. Sumber barang waserda sendiri diperoleh dengan membeli bahan alat tangkap dari Ibu Kota Kabupaten Cilacap. Selain itu juga diperoleh langsung dari agen atau distributor agar harga yang dijual lebih murah dan terjangkau oleh nelayan. Kondisi cuaca akhir-akhir ini yang kurang menentu membuat kegiatan penengkapan ikan di laut cenderung menurun. Hal ini juga berdampak pada kemampuan dan keinginan nelayan membeli keperluan alat tangkap. Nelayan lebih cenderung melakukan perawatan alat tangkap nelayan dengan memanfaatkan waktu senggang sambil menunggu kondisi cuaca membaik. Pendapatan unit usaha waserda ini dari tahun ke tahun cenderung menurun. Pendapatan unit waserda beberapa tahun terakhir disampaikan pada tabel 5. Tabel 5. Pendapatan Unit Waserda Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir ( ) Tahun Pendapatan (Rp) ,524, ,433, ,109, ,552,284 Sumber: Koperasi Mina Usaha Desa Jetis (diolah), 2009 Lokasi waserda berada pada tempat yang strategis yaitu di pinggir jalan menuju lokasi TPI. Kondisi unit waserda disampaikan pada gambar 6. 52
13 Gambar 6. Unit Waserda Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis 5.5. Anggota Koperasi Mina Usaha Desa Jetis Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka bagi setiap warga negara Indonesia yang didasari atas persamaan kepentingan. Keanggotaan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis terdiri dari anggota dan calon anggota. Anggota adalah orang yang mendapatkan pelayanan koperasi dan telah memenuhi kewajiban sebagai anggota, yaitu membayar simpanan wajib dan simpanan pokok. Calon anggota adalah orang yang mendapatkan pelayanan koperasi namun belum memenuhi kewajiban sebagi anggota, dalam hal ini membayar simpanan pokok dan wajib. Perbedaan status tersebut menjadikan adanya perbedaan hak antara anggota dan calon anggota. Perkembangan jumlah anggota selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 6. 53
14 Tabel 6. Perkembangan Jumlah Anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Empat Tahun Terakhir Periode Pembukuan Tahun Anggota I 228 II 251 III 254 IV 250 Sumber: Koperasi Mina Usaha Desa Jetis, 2009 Berdasarkan tabel 6, jumlah keanggotaan mengalami fluktuatif dan pada akhir tahun menurun, hal ini disebabkan karena adanya anggota yang meninggal dan memang keluar dari keanggotan koperasi. Keberadaan koperasi dapat memberikan tiga manfaat utama bagi anggota, yaitu berupa manfaat ekonomi, sosial dan teknologi (Saefudin, 1993 dalam Muyasaroh 2004). Ketiga macam manfaat ini diberikan dalam bentuk pelayanan dari unit-unit usaha yang ada di koperasi kepada konsumen. Manfaat ekonomi yang akan dirasakan apabila terjadi perbaikan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya taraf hidup anggota. Jenis kegiatan atau pelayanan koperasi yang berkaitan dengan manfaat ekonomi dapat berupa pemenuhan kebutuhan anggota melalui pembelian sarana produksi yang bersaing/murah, kepastian menjual hasil produksi dan memperoleh harga jual dan harga beli produk serta pelayanan pinjaman modal untuk menunjang kegiatan usaha. Manfaat sosial dapat dirasakan apabila terjadi kerjasama antara anggota dalam menjalankan kegiatan usaha dan masyarakat dalam koperasi. Manfaat teknologi koperasi yang dirasakan anggota, mulai dari pengenalan sampai pengembangan teknologi usaha baru. Proses adopsi teknologi dapat disebarkan melalui kegiatan berupa kursus, pelatihan. dan studi banding ke daerah lain. Menurut Bayu Krisnamurti, 2002, setidaknya terdapat tiga tingkat bentuk eksistensi koperasi bagi masyarakat: 1) Koperasi dipandang sebagai lembaga yang menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu, dan kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat. Kegiatan usaha dimaksud dapat berupa pelayanan kebutuhan keuangan atau perkreditan, atau kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain. Pada 54
15 tingkatan ini biasanya koperasi penyediakan pelayanan kegiatan usaha yang tidak diberikan oleh lembaga usaha lain atau lembaga usaha lain tidak dapat melaksanakannya akibat adanya hambatan peraturan. Peran koperasi ini juga terjadi jika pelanggan memang tidak memiliki aksesibilitas pada pelayanan dari bentuk lembaga lain. Hal ini dapat dilihat pada peran beberapa Koperasi Kredit dalam menyediaan dana yang relatif mudah bagi anggotanya dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh untuk memperoleh dana dari bank. Juga dapat dilihat pada beberapa daerah yang dimana aspek geografis menjadi kendala bagi masyarakat untuk menikmati pelayanan dari lembaga selain koperasi yang berada di wilayahnya. 2) Koperasi telah menjadi alternatif bagi lembaga usaha lain. Pada kondisi ini masyarakat telah merasakan bahwa manfaat dan peran koperasi lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain. Keterlibatan anggota (atau juga bukan anggota) dengan koperasi adalah karena pertimbangan rasional yang melihat koperasi mampu memberikan pelayanan yang lebih baik. Koperasi yang telah berada pada kondisi ini dinilai berada pada tingkat yang lebih tinggi dilihat dari perannya bagi masyarakat. Beberapa koperasi untuk beberapa kegiatan usaha tertentu diidentifikasikan mampu memberi manfaat dan peran yang memang lebih baik dibandingkan dengan lembaga usaha lain, demikian pula dengan Koperasi Kredit. 3) Koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya. Rasa memilki ini dinilai telah menjadi faktor utama yang menyebabkan koperasi mampu bertahan pada berbagai kondisi sulit, yaitu dengan mengandalkan loyalitas anggota dan kesediaan anggota untuk bersama-sama koperasi menghadapi kesulitan tersebut. Sebagai ilustrasi, saat kondisi perbankan menjadi tidak menentu dengan tingkat bunga yang sangat tinggi, loyalitas anggota koperasi membuat anggota tersebut tidak memindahkan dana yang ada di koperasi ke bank. Pertimbangannya adalah bahwa keterkaitan dengan koperasi telah berjalan lama, telah diketahui kemampuannya melayani, merupakan organisasi milik anggota, dan ketidak-pastian dari dayatarik bunga bank. Berdasarkan ketiga kondisi diatas, maka wujud peran yang diharapkan sebenarnya adalah agar koperasi dapat menjadi organisasi milik anggota sekaligus mampu menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain. 55
16 Peranan dan tugas koperasi Indonesia adalah mempersatukan mengarahkan, membina dan mengembangkan usaha koperasi atau potensi, daya kreasi dan daya usaha. Hal itu untuk meningkatkan produksi dan mewujudkan tercapainya masyarakat adil dan makmur yang merata. Anggota Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis pada umumnya terdiri dari nelayan dan bakul. Hal ini disebabkan karena keadaan masyarakat di Desa Jetis yang sebagian besar adalah nelayan dan petani. Namun selain itu ada juga yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan dan sebagainya. Keberadaan koperasi sangat besar manfaatnya bagi komunitas nelayan Jetis. Manfaat yang paling dirasakan terutama oleh anggota adalah dengan terbentuknya warung serba ada (waserda) yang melayani alat-alat tangkap ikan dengan pembayaran tunai atau kredit. Sebagai gambaran komposisi kebutuhan kegiatan penangkapan ikan dalam setiap tahun disajikan pada tabel 7. Tabel 7. Jenis dan Jumlah Kebutuhan Nelayan Rata-rata Setiap Tahun N o Jenis Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Musim Ramai Musim Sedang Musim Paceklik Rata-rata 1 Perahu Sirang Ciker Kantong Arad Pintur Cuduk Pancing Bensin ltr ltr ltr ltr 10 Oli ltr ltr ltr ltr 11 Es 300 balok 250 balok 200 balok 250 balok 12 Garam 2,7 ton 2 ton 1,5 ton 2 ton Sumber : Kelompok Nelayan Mina Usaha Jetis 56
17 Tabel 7 menunjukkan bahwa, nelayan Jetis setiap tahun dalam melakukan usaha penangakan ikan mengalami tiga musim, yaitu musim ramai, sedang dan paceklik. Namun demikian, tidak semua kebutuhan tersebut dipenuhi oleh waserda, sperti bensin dan es yang disuplai oleh pihak lain (SPBU Pertamina dan usaha perorangan). 57
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan
78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar
Lebih terperinciVII KESIMPULAN DAN SARAN
VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka berikut ini penulis akan menyajikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil analisis kinerja keuangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 2.1.1. Pengertian Tempat Pelelangan Ikan TPI kalau ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI merupakan tempat penjual jasa pelayanan antara lain
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN
Lebih terperinci6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU
6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten
Lebih terperinci5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN
56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan
Lebih terperinci7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN
78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,
Menimbang Mengingat : : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, a. bahwa untuk menjamin kelancaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal
Lebih terperinci4. GAMBARAN UMUM WILAYAH
4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa Tempat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 506 TAHUN : 2001 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Lebih terperinciBerkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN
Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 12 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG
380 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS KAB. CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 12 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DI KABUPATEN BONE DISUSUN OLEH BAGIAN HUKUM
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON
LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 5 TAHUN 2011 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN
BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 2009
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN POSO
PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang : a. bahwa retribusi jasa usaha
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Banyumas merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan
59 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Banyumas 1. Keadaan Geografis Kecamatan Banyumas merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan Sukoharjo. Pada tanggal 14 Desember 2005 diresmikan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. mengkaji hakikat dan makna dari temuan penelitian, masing-masing temuan
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan tentang pemberdayaan masyarakat nelayan oleh kelompok nelayan Tuna Jaya di Desa Tasikmadu Kccamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, telah dipaparkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Bantul memiliki potensi kekayaan sumber
Lebih terperinciBAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan 1. Letak Geografis Desa Paloh merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima
Lebih terperinciRapat Anggota. Manajer
LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis Rapat Anggota BPP Pengurus Pengawas Manajer Unit TPI Unit Simpi Unit Waserda Anggota 106 Lampiran 2. Hasil Analisis Trend
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada
Lebih terperinci5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN
5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Administrasi Pemerintahan Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Barat dan terletak pada 107 0
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO
38 BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO A. Kondisi umum masyarakat nelayan ( kondisi geografis ) 1. Keadaan
Lebih terperinciV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru
V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,
Lebih terperinciDesa Karang Agung berada di pesisir utara Jawa sehingga wilayah
POTRET DESA NELAYAN TRADISIONAL Untuk memahami kondisi masyarakat di dua desa kasus perlu terlebih dahulu disajikan karakteristik wilayah pada masing-masing desa kasus. Keduanya merupakan wilayah yang
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis, Letak Topografis dan Luas Wilayah Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Propinsi Jawa Barat dan terletak pada 107 0 31 107 0
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Umar, 2004). Desain ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna menunjang pembangunan sektor kelautan dan perikanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PELELANGAN IKAN Menimbang Mengingat : : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN
Lebih terperinciVI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang
VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya
Lebih terperinciBAB VI SISTEM LANGGAN DAN PERUBAHANNYA
BAB VI SISTEM LANGGAN DAN PERUBAHANNYA 6.1. Mekanisme Sistem Di Desa Muara-Binuangeun Proses kerjasama antara nelayan dengan ditandai dengan adanya serangkaian mekanisme yang terstruktur yang dimulai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan memiliki sumber daya laut yang melimpah. Wilayah perairan Indonesia memiliki
Lebih terperinciPERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat
VII. PERANCANGAN PROGRAM 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat Mengacu pada Visi Kabupaten Lampung Barat yaitu Terwujudnya masyarakat Lampung Barat
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara
MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara PEMBUKAAN PSB KOTA SURABAYA Oleh: Dr. Asmara Indahingwati, S.E., S.Pd., M.M TUJUAN PROGRAM Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan masyarakat Daerah. Mempertahankan
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis
29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
84 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian, sekaligus memberikan analisis terhadap permasalahan yang dibahas.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Umum Kecamatan Labuan 5.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Labuan terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Daerah ini memiliki luas 15,65 Km 2. Kecamatan Labuan
Lebih terperinci6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN
40 6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN Tujuan akhir dari usaha penangkapan payang di Desa Bandengan adalah meningkatkan kesejahteraaan nelayan bersama keluarga. Karena itu sasaran dari kegiatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan urusan bidang kelautan dan perikanan khususnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) berdasarkan Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G
PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DI KABUPATEN BONE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciUpaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA
KABUPATEN DELI SERDANG Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA Sumber: Inovasi Kabupaten di Indonesia, Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008
Lebih terperinciIndonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Usaha Penangkapan Ikan Dalam buku Statistik Perikanan Tangkap yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan
Lebih terperinci8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI
8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 6 Tahun : 2010 Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan urusan bidang kelautan dan perikanan khususnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) berdasarkan Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciPERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO
PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) mempunyai nilai strategis dalam rangka pembangunan ekonomi perikanan. Keberadaan Pelabuhan Perikanan
Lebih terperinciARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR
ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR Oleh : FRANSISKUS LAKA L2D 301 323 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN
Lebih terperinciBUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDI DAYA IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat Roisul Ma arif, Zulkarnain, Sulistiono P4W LPPM IPB
Lebih terperinci5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE
50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru
BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran umum Desa Weru 1. Letak Geografis Desa Weru merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Paciran Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia pada umumnya yang tergolong miskin secara garis besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal di pesisir pantai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis
Lebih terperinciGagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem
Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem Sugeng Hartono 1 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 1 Sugeng.ug@gmail.com 1. Pendahuluan Nelayan
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka pengelolaan, pemanfaatan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu wilayah yang termasuk ke dalam pesisir laut di Sumatera Utara adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah 5.625 km 2. Posisinya sangat strategis
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI. A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri
48 BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri 1. Letak Geografis Kabupaten Wonogiri terletak pada posisi
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI UMUM DESA PANGKAH KULON DAN LEMBAGA KEUANGAN PEREMBPUAN SUMBER REJEKI. Desa Pangkah Kulon merupakan sebuah Desa yang masuk dalam
BAB III DESKRIPSI UMUM DESA PANGKAH KULON DAN LEMBAGA KEUANGAN PEREMBPUAN SUMBER REJEKI A. Deskripsi Desa Pangkah Kulon 1. Keadaan Umum Desa Pangkah Kulon Desa Pangkah Kulon merupakan sebuah Desa yang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG. Tahun 2009 Nomor 4 Seri CA Nomor 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG Tahun 2009 Nomor 4 Seri CA Nomor 13 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG Tahun 2009 Nomor 4 Seri C Nomor 1 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI
Lebih terperinciLAMPIRAN FOTO-FOTO RISET
LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET DENAH LOKASI PEMBUATAN TEMPE Jalan Besar Belok kiri Jalan Lurus Lokasi Pembuatan Tempe Bagian Sebelah Kiri Lokasi LIMBAH CAIR PEMBUATAN TEMPE Tempat Limbah Mengalir PROSES SINGKAT
Lebih terperinci