BAB I PENGANTAR. peran strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Namun, di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. peran strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Namun, di"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris karena sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian di satu sisi mempunyai peran strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Namun, di sisi lain sektor ini kurang mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan, mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan yang cenderung kurang menguntungkan bagi sektor pertanian. Meski demikian, sektor ini merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2016, sekitar 32,85 persen (37,75 juta orang) dari 114,82 juta penduduk yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, baik sebagai petani maupun buruh tani. Kabupaten Kulon Progo memiliki lahan pertanian produktif, sehingga sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Pada tahun 2014 sektor pertanian telah memberikan sumbangan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kulon Progo sebesar 25,54 persen dan menjadi kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Kulon Progo. Tabel 1.1 disajikan PDRB Kabupaten Kulon Progo. 1

2 Tabel 1.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kulon Progo (Juta Rupiah) Lapangan Usaha Rp Rp Rp Rp % % % (Juta) (Juta) (Juta) (Juta) % Pertanian 467, , , , Pertambangan dan Penggalian 12, , , , Industri Pengolahan 271, , , , Listrik Gas dan Air Bersih 11, , , , Konstruksi 91, , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 307, , , , Angkutan dan Komunikasi 184, , , , Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 116, , , , Jasa jasa 317, , , , PDRB 1,781, ,869, ,963, ,062, Sumber : BPS Kabupaten Kulon Progo, Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kabupaten Kulon Progo, namun persentase kontribusi PDRB dari tahun 2011 hingga tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 0,72 persen. Hal ini berbeda dengan kontribusi PDRB sektor jasa-jasa yang mengalami peningkatan sebesar 2,06 persen selama kurun waktu tiga tahun. Peningkatan PDRB juga terjadi pada sektor konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; dan pertambangan dan penggalian. Berkembangannya sektor perekonomian tersebut disebabkan adanya kebutuhan masyarakat. Lahan sebagai tempat aktivitas manusia sifatnya statis, sedangkan kebutuhan manusia bersifat dinamis akan berpengaruh pada perubahan penggunaan lahan dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Menurut McNeill et al., (1998) faktor-faktor yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah politik, ekonomi, demografi, dan budaya. Berkembangnya sektor perekonomian di 2

3 Kabupaten Kulon Progo secara langsung atau tidak langsung berpengaruh pada lahan pertanian yang subur beralih fungsi menjadi lahan non pertanian. Menurut SK Gubernur No.593/3145 tentang pembangunan bandara, terdapat lima desa di Kecamatan Temon seluas 645,63 Ha yang tersebar di desa Jangkaran, Sindutan, Glagah, Palihan, dan Kebonrejo. Hal ini akan berdampak pada kesejahteraan penduduk yang menggantungkan pekerjaan pada sektor pertanian, padahal lahan pertanian merupakan modal utama dalam usahatani. Penduduk yang tidak memiliki ketrampilan lain di luar usahatani akan sulit bersaing dalam melanjutkan pengusahaannya di luar usahatani, sehingga akan terkendala pemenuhan kebutuhan hidup dan kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan yang rendah akan menyebabkan masyarakat memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Kemiskinan terbesar berada di wilayah pedesaan dengan penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Upaya pembangunan pertanian dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pedesaan. Namun dalam pembangunan pertanian terdapat berbagai masalah, diantaranya penguasaan aset produksi yang rendah disertai dengan adanya dualisme antara pertanian tradisional dan pertanian modern. Kondisi ini secara langsung akan mempengaruhi tingkat produksi pertanian dan secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pendapatan serta tingkat kesejahteraan petani. Program kesejahteraan sosial bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, termasuk petani. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 dan Perubahannya No. 59 Tahun 2007 terdapat program 3

4 peningkatan kesejahteraan petani dengan adanya: 1) pelatihan petani dan pelaku agribisnis; 2) peningkatan kemampuan lembaga tani; 3) peningkatan sistem intensif dan disinsentif; 4) peningkatan fungsi dan kinerja lembaga tani; 5) peningkatan kapasitas kelembagaan dan pengelolaan irigasi partisipatif; dan 6) pendampingan. Program peningkatan kemampuan lembaga tani lebih rinci diatur oleh Peraturan Menteri Pertanian No. 273/KPTS/OT.160/4/2007 tentang pedoman pembinaan kelembagaan petani. Pembinaan diarahkan agar kelompok tani dapat berfungsi sebagai unit belajar, sebagai unit kerjasama, unit usaha, serta unit kesatuan aktivitas. Hal tersebut diharapkan agar petani memiliki peningkatan pengetahuan dan keterampilan, proses produksi untuk mencapai skala ekonomi, serta proses kerjasama melalui pembinaan hubungan melembaga dengan Koperasi Unit Desa (KUD) dan kerjasama dengan pelaku ekonomi lainnya (swasta dan BUMN) untuk pengelolaan usahatani mulai dari pengadaan sarana, kegiatan budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil, dan selanjutnya kelompok dapat meningkatkan kerajasama sebagai kelompok usaha sehingga akan meningkatkan kemampuan petani untuk meningkatkan produktivitas pendapatan dan kesejahteraannya. Program kesejahteraan sosial juga berupaya meningkatkan kualitas hidup lanjut usia (lansia) karena salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) atau Angka Harapan Hidup (AHH). AHH yang terus meningkat menyebabkan jumlah penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun akan menambah jumlah penduduk yang tidak produktif, dan selanjutnya meningkat pula beban tanggungan penduduk produktif. 4

5 Angka beban tanggungan adalah rasio antara penduduk usia produktif (15-64 tahun) dengan jumlah penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun). Angka beban tanggungan Kabupaten Kulon Progo tahun 2014 yaitu 44,13 persen dan tahun 2015 sebesar 44,27 persen, angka tersebut berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 44 penduduk usia tidak produktif. Proses penuaan tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan. Aspek kesehatan mengalami peningkatan angka kesakitan karena semakin bertambahnya usia fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Dengan demikian, peningkatan jumlah lansia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan. Apabila permasalahan tersebut tidak segera diantisipasi, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami berbagai hambatan. Tabel 1.2 Angka Harapan Hidup per Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta No Kabupaten Tahun Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Kota Yogyakarta D.I Yogyakarta Sumber :BPS D.I Yogyakarta, Tabel 1.2 menunjukkan Kabupaten Sleman memiliki AHH paling tinggi di D.I Yogyakarta dan posisi kedua Kabupaten Kulon Progo. Angka Harapan Hidup di Kabupaten Kulon Progo menjadi menarik untuk dikaji mengingat 5

6 kondisi sosial kesehatan Kota Yogyakarta lebih unggul daripada Kulon Progo, namun Kulon Progo memiliki AHH lebih tinggi daripada Kota Yogyakarta. Hal tersebut menjadi salah satu indikasi tingkat kesejahteraan penduduk Kulon Progo cukup baik. Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 menjelaskan upaya peningkatan kesejahteraan lansia bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif dengan mewujudkan kemandirian dan kesejahteraannya. Salah satu sisi aspek fisik (kesehatan) yang mulai renta tidak menjadi kendala bagi lansia untuk terus produktif dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat yang dikelompokkan dalam lansia potensial. Lansia potensial bekerja pada sektor informal, seperti petani, peternak, pedagang, maupun nelayan. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lansia potensial meliputi: 1) pelayanan keagamaan dan mental spiritual; 2) pelayanan kesehatan; 3) pelayanan kesempatan kerja; 4) pelayanan pendidikan dan pelatihan; 5) pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; dan 6) bantuan sosial. Namun di sisi lain masih banyak lansia yang memiliki keterbatasan sehingga memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosialnya. Oleh karena itu, upaya peningkatan kesejahteraan bagi lansia antara lain: 1) keagamaan dan mental spiritual; 2) pelayanan kesehatan; 3) pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; 4) perlindungan sosial; dan 5) pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa 51,30 persen rumah tangga miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta lebih banyak menggantungkan 6

7 hidupnya pada kegiatan pertanian baik pertanian padi maupun pertanian palawija. Kecamatan Temon memiliki jumlah rumah tangga miskin yaitu 39,73 persen pada tahun Berdasarkan tahapan keluarga, di Kecamatan Temon terdapat sebanyak rumah tangga yang terdiri dari masuk golongan Pra KS (19,18%), rumah tangga masuk KS I (20,55%), rumah tangga KS II (22,09%), rumah tangga KS III (31,36%) dan 632 keluarga KS III+ (6,82%). Rincinan mengenai tahapan rumah tangga tersebut yang masuk dalam keluarga miskin menurut tahapan keluarga adalah keluarga Pra KS dan KS I. Kecamatan Temon memiliki jumlah rumah tangga miskin tinggi karena dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah kepemilikan lahan pertanian yang semakin sempit dan produktivitas pertanian yang menurun akibat dari peningkatan jumlah penduduk dan perubahan penggunaan lahan pertanian. Kondisi semacam ini mengakibatkan isu mengenai tingkat kesejahteraan menjadi persoalan yang mendasar bagi petani khususnya petani lansia maupun masyarakat secara luas. 1.2 Permasalahan Penelitian Tingkat kesejahteraan yang rendah akan menyebabkan masyarakat memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Kemiskinan terbesar berada di wilayah pedesaan dengan penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Kecamatan Temon memiliki jumlah rumah tangga miskin yaitu 39,73 persen pada tahun 2015, padahal Kecamatan Temon memiliki 64,16 persen lahan pertanian yang 7

8 subur sehingga penduduknya (44,21 persen) bekerja pada sektor pertanian. Sektor pertanian sebagai sektor primer memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya tingkat kesejahteraan rumah tangga petani, dan secara tidak langsung memberikan kontribusi pada PDRB. Pada tahun 2015 sektor pertanian berkontribusi 25,54 persen dalam PDRB Kabupaten Kulon Progo, hal in sangat berperan bagi pembangunan pertanian maupun pembangunan pada umumnya. Upaya pembangunan pertanian dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pedesaan, seperti pembinaan kelompok petani. Petani yang tangguh adalah petani yang mempunyai kemampuan dalam menghadapi tantangan dan peluang. Hal ini dapat dicapai apabila petani diberi kekuatan. Oleh karena itu peran kelompok tani dalam menumbuhkembangkan potensi yang ada dalam diri petani sangatlah penting. Melalui kegiatan kelompok tani, petani dapat belajar menggali potensi yang dimiliki. Peran kelompok tani antara lain sebagai unit belajar, unit kerjasama, dan unit produksi. Peran kelompok tani penting dikaji untuk menilai kinerja kelompok tani melalui persepsi anggota kelompok tani. Persepsi positif terhadap kelompok tani diharapkan dapat memberikan kontribusi secara langsung terhadap pengetahuan, ketrampilan dan informasi bagi petani dalam usahataninya dan secara langsung akan mempengaruhi tingkat produksi pertanian kemudian akan mempengaruhi tingkat pendapatan serta tingkat kesejahteraannya. Pembangunan yang akan dilaksanakan seharusnya menyesuaikan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Kegiatan pertanian di Kecamatan Temon 8

9 memiliki peluang untuk mendukung tercapainya kesejahteraan petani. Potensi dan keunggulan pertanian yang dimiliki kecamatan Temon seharusnya mampu dioptimalkan untuk mencapai kesejahteraan sehingga tidak ada lagi rumah tangga petani yang tidak sejahtera, terlebih lagi rumah tangga petani lansia. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana persepsi anggota kelompok tani terhadap peran kelompok tani di Kecamatan Temon? 2. Bagaimana tingkat kesejahteraan rumah tangga petani lansia di Kecamatan Temon? 3. Bagaimana hubungan peran kelompok tani dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani lansia di Kecamatan Temon? 1.3 Keaslian Penelitian Berdasarkan referensi kepustakaan, peneliti menemukan penelitian sejenis yang mengungkapkan peran kelompok tani dan kesejahteraan rumah tangga petani lansia. Sugito (2002) melakukan penelitian mengenai Efektivitas Organisasi Petani dalam Pembangunan Pertanian (Studi Kasus Peran Kelompok Tani dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut). Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan teknik wawancara mendalam, observasi, diskusi kelompok terfokus dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tani dapat mengatasi keterbatasan petani dalam mengolah lahan karena terdapat penyuluhan pertanian sehingga petani mendapatkan informasi yang mutakhir dan menghasilkan jenis produk 9

10 pertanian yang kompetitif; keterbatasan kepemilikan lahan akan mempersulit petani untuk mengakses alokasi sumber-sumber pembangunan; petani harus memiliki kemauan dalam memahami keterbatasannya; dan sebagai regulator harus membuat regulasi yang menguntungkan petani (sesuai dengan karakteristik petani di masing-masing daerah), sebagai fasilitator harus mengoptimalisasikan fasilitas dan kewenangan, dari segi managerial organisasi kelompok tani perlu penyempurnaan, dari segi ketrampilan petani kelompok tani dapat dijadikan sarana peningkatan ketrampilan para anggotanya, dari segi finansial dapat dijadikan tempat penampungan dan mengakomodir kebutuhan petani terhadap uang untuk bertani. Susanti (2005) melakukan penelitian mengenai Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh Selatan. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan teknik penentuan sampel dengan simple random sampling. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara, pencatatan dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kelapa sawit adalah jumlah produksi, jumlah tanggungan keluarga dan tenaga kerja; faktor yang paling berpengaruh adalah jumlah produksi kelapa sawit; kegiatan usahatani kelapa sawit memberikan kontribusi sebesar 85,87% (sangat besar); distribusi pendapatn yang dihasilkan angka gini sebesar 0,51 sehingga distribusi pendapatan dikatakan ketimpangan tinggi karena tidak semua petani mengusahakan kelapa sawit; secara ekonomi rumah tangga petani kelapa sawit tergolong sejahtera dengan GSR sebesar 0,84; dan petani kelapa sawit di Kec. Bakongan Kab. Aceh Selatan 10

11 masuk dalam kriteria tidak miskin karena pendapatan lebih dari Rp atau setara dengan lebih besar atau saama dengan 480 kg beras per tahun. Mulia (2009) yang melakukan penelitian mengenai Peran Kelompok Lansia Terhadap Kesejahteraan Sosial Lansia. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik wawancara terstruktur, wawancara mendalam, observasi non partisipasi dan studi dokumentasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada tujuh kegiatan yang diselenggarakan oleh kelompok lansia selama setahun terakhir, yakni kegiatan pelayanan kesehatan (posyandu lansia), kegiatan olah raga, kegiatan psikologis, kegiatan kerohanian, kegiatan sosial, kegiatan penyuluhan kesehatan, dan kegiatan penyuluhan ekonomi. Dengan demikian semakin banyak mekanisme yang dilaksanakan kelompok lansia, maka semakin berpeluang anggota kelompok lansia tersebut menjadi sejahtera karena kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi. Namun sebagian besar kelompok lansia hanya mampu melaksanakan tiga bentuk kegiatan saja, sehingga kelompok lansia memiliki sedikit pengaruhnya terhadap kesejahteraan sosial lansia. Secara kualitatif, bentuk-bentuk kegiatan kelompok lansia memiliki kesesuaian dengan kebutuhan lansia. Hal ini terbukti dengan terpenuhinya kebutuhan partisipasi lansia, yakni kebutuhan dukungan sosial dan kebutuhan pemeliharaan kesehatan (fisik dan mental). Novia (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Produksi, Pendapatan dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tani padi di Kabupaten Banyumas. Analisis deskriptif dengan pengambilan sampel secara stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh 11

12 terhadap jumlah produksi usaha tani padi adalah jumlah benih, jumlah urea, jumlah pospat dan TSP, luas garapan serta sistem irigasi. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usahatani adalah harga urea, harga pestisida, efisiensi teknis dan jumlah produksi. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ketahanan pangan adalah harga minyak goreng, harga sayuran, pendapatan total rumah tangga, umur petani, tingkat pendidikan dan jumlah anggota keluarga. Sita, 2015 yang melakukan penelitian tentang Peran Kelompok Tani dalam Peningkatan Kemandirian Anggota Kelompok Tani Teh Rakyat di Provinsi Jawa Barat menggunakan pendekatan mixed method dengan strategi explanatory sequential dengan analisis path analysis (kuantitatif) dan triangulasi sumber (kualitatif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat peran kelompok tani secara keseluruhan termasuk dalam kategori sedang. Semakin tinggi kelas kelompok tani, maka peran kelompok tani akan semakin tinggi. Kemandirian anggota kelompok secara keseluruhan termasuk dalam kategori sedang. Semakin tinggi kelas kelompok tani, maka kemandirian anggota kelompok tani semakin tinggi. Kemandirian anggota dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh faktor peran kelompok tani, penyuluhan, ketersediaan bantuan modal, lama berusahatani, umur, luas lahan, peluang pasar, dan motivasi kerja. Peran kelompok tani dipengaruhi langsung oleh penyuluhan, peluang pasar, lama berusahatani, umur, dan ketersediaan bantuan modal. Upaya peningkatan kemandirian anggota paling efektif melalui peningkatan peran kelompok tani, sedangkan upaya peningkatan peran kelompok tani melalui peningkatan penyuluhan. 12

13 Tabel 1.3 Penelitian sebelumnya No Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Toto Sugito (2002) 2. Ade Susanti (2005) 3. Muhammad Mulia (2009) Efektivitas Organisasi Petani dalam Pembangunan Pertanian (Studi Kasus Peran Kelompok Tani dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani di Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut) Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh Selatan Peran Kelompok Lansia Terhadap Kesejahteraan Sosial Lansia 1. Peran oraganisasi petani dalam melakukan dan meningkatkan daya tawar petani dengan komunitas lain. 2. Organisasi petani yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan para petani dalam mengakses alokasi sumbersumber pembangunan. 3. Organisasi petani yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan para petani dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. 4. Partisipasi lembaga publik dalam memberikan alokasi sumber-sumber pembangunan terhadap para petani. 1. Pendapatan petani kelapa sawit 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani 3. Kontribusi pendapatan usahatani kelapa sawit pada rumah tangga petani 4. Kontribusi pendapatan rumah tangga petani kelapa sawit 5. Tingkat kesejahteraan dan kemiskinan rumah tangga petani pada usahatani kelapa sawit 6. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani dalam usahatani kelapa sawit 1. Identifikasi bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok lansia sehubungan dengan kesejahteraan sosial lansia. 2. Melihat kesesuaian antara kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok lansia dengan kebutuhan lansia. Analisis kualitatif dengan teknik wawancara mendalam, observasi, diskusi kelompok terfokus dan studi dokumentasi. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif, analisis dengan teknik penentuan sampel dengan simple random sampling. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara, pencatatan dan observasi. Metode yang digunakan adalah metode survei. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik wawancara terstruktur, wawancara mendalam, observasi non partisipasi dan 1. Adanya kelompok tani dapat mengatasi keterbatasan petani dalam mengolah lahan karena terdapat penyuluhan pertanian sehingga petani mendapatkan informasi yang mutakhir dan menghasilkan jenis produk pertanian yang kompetitif. 2. Keterbatasan kepemilikan lahan akan mempersulit petani untuk mengakses alokasi sumber-sumber pembangunan. 3. Petani harus memiliki kemauan dalam memahami keterbatasannya. 4. Sebagai regulator harus membuat regulasi yang menguntungkan petani, sebagai fasilitator harus mengoptimalisasikan fasilitas dan kewenangan, managerial kelompok tani perlu penyempurnaan, kelompok tani dapat dijadikan sarana peningkatan ketrampilan para anggotanya, segi finansial dapat dijadikan tempat penampungan dan mengakomodir kebutuhan petani terhadap uang untuk bertani. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kelapa sawit adalah julmah produksi, jumlah tanggungan keluarga dan tenaga kerja. Faktor yang paling berpengaruh adalah jumlah produksi kelapa sawit. 2. Kegiatan usahatani kelapa sawit memberikan kontribusi sebesar 85,87% (sangat besar). 3. Distribusi pendapatn yang dihasilkan angka gini sebesar 0,51 sehingga distribusi pendapatan dikatakan ketimpangan tinggi karena tidak semua petani mengusahakan kelapa sawit. 4. Secara ekonomi rumah tangga petani kelapa sawit tergolong sejahtera dengan GSR sebesar 0, Petani kelapa sawit di Kec. Bakongan Kab. Aceh Selatan masuk dalam kriteria tidak miskin karena pendapatan > Rp atau setara dengan 480 kg beras per tahun. 1. Ada tujuh kegiatan yang diselenggarakan oleh kelompok lansia selama setahun terakhir, yakni kegiatan pelayanan kesehatan (posyandu lansia), olah raga, psikologis, kerohanian, kegiatan sosial, penyuluhan kesehatan, dan penyuluhan ekonomi. Dengan demikian semakin banyak mekanisme yang dilaksanakan kelompok lansia, maka semakin berpeluang anggota kelompok lansia tersebut menjadi sejahtera karena kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi. Namun sebagian besar kelompok lansia hanya mampu melaksanakan tiga bentuk kegiatan saja, sehingga kelompok lansia memiliki sedikit pengaruhnya terhadap kesejahteraan sosial lansia. 2. Secara kualitatif, bentuk-bentuk kegiatan kelompok lansia memiliki kesesuaian dengan kebutuhan lansia. Hal ini terbukti dengan 13

14 4. Rifki Andi Novia (2012) 5. Kralawi Sita (2015) 6. Ika Pewista (2016) Analisis Produksi, Pendapatan dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tani Padi di Kabupaten Banyumas Peran Kelompok Tani dalam Peningkatan Kemandirian Anggota Kelompok Tani Teh Rakyat di Provinsi Jawa Barat Hubungan peran kelompok tani dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani lansia. Sumber: Sugito, 2002; Susanti, 2005; Mulia, 2009; Novia, Faktor yang berpengaruh terhadap produksi. 2. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan rumah tangga tani. 3. Faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga tani. 1. Peran kelompok dan kemandirian anggota kelompok tani teh. 2. Pengaruh faktor internal, faktor eksternal, dan peran kelompok terhadap kemandirian anggota kelompok tani teh. 3. Jalur efektif yang dapat meningkatkan kemandirian anggota kelompok tani teh. 1. Persepsi anggota kelompok tani terhadap peran kelompok tani. 2. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani lansia. 3. Hubungan peran kelompok tani dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani lansia. studi dokumentasi. Analisis deskriptif dengan pengambilan sampel secara stratified random sampling. Pendekatan mixed method dengan strategi explanatory sequential dengan analisis path analysis (kuantitatif) dan triangulasi sumber (kualitatif). Metode penelitian survei dengan pemilihan lokasi purposive sampling dan pengambilan sampel secara acak sederhana dengan proporsi berdasarkan populasi. Pengumpulan data wawancara terstruktur, observasi dan dukumentasi. terpenuhinya kebutuhan partisipasi lansia, yakni kebutuhan dukungan sosial dan kebutuhan pemeliharaan kesehatan (fisik dan mental). 1. Faktor yang berpengaruh terhadap jumlah produksi usaha tani padi adalah jumlah benih, jumlah urea, jumlah pospat dan TSP, luas garapan serta sistem irigasi. 2. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usahatani adalah harga urea, harga pestisida, efisiensi teknis dan jumlah produksi. 3. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ketahanan pangan adalah harga minyak goreng, harga sayuran, pendapatan total rumah tangga, umur petani, tingkat pendidikan dan jumlah anggota keluarga. 1. Tingkat peran kelompok tani dalam kategori sedang. Kemandirian anggota kelompok dalam kategori sedang. Semakin tinggi kelas kelompok tani, maka peran kelompok tani dan kemandirian anggota kelompok tani semakin tinggi. 2. Kemandirian anggota dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh faktor peran kelompok tani, penyuluhan, ketersediaan bantuan modal, lama berusahatani, umur, luas lahan, peluang pasar, dan motivasi kerja. Peran kelompok tani dipengaruhi langsung oleh penyuluhan, peluang pasar, lama berusahatani, umur, dan ketersediaan bantuan modal. 3. Upaya peningkatan kemandirian anggota paling efektif melalui peningkatan peran kelompok tani, sedangkan upaya peningkatan peran kelompok tani melalui peningkatan penyuluhan. 1. Peran kelompok tani sebagai unit belajar memiliki peran paling besar bagi anggota kelompok sebesar 84,84 persen. Sebanyak 35,29 persen anggota kelompok tani lansia menilai bahwa kelompok tani berperan baik/tinggi terhadap kegiatan pertanian, dan 41,18 persen menilai bahwa kelompok tani telah cukup berperan. Sedangkan hanya 23,53 persen kelompok tani berperan dalam usahatani. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi petani lansia terhadap kelompok tani bernilai baik. 2. Kesejahteraan rumah tangga petani lansia Kecamatan Temon berdasarkan hasil olah data sebanyak 47,06 persen tergolong sedang, 34,12 persen penduduknya memiliki tingkat kesejahteraan tinggi dan 18,82 persen memiliki kesejahteraan rendah. 3. Peran kelompok tani tidak berpengaruh secara nyata terhadap tingkat kesejahteraan. Persepsi terhadap peran kelompok tani yang sedang memiliki tingkat kesejahteraan sedang sebesar 51,43 persen. Persepsi yang tinggi terhadap peran kelompok tani memiliki tingkat kesejahteraan kesejahteraan rendah 43,33 persen. 14

15 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian mengenai tingkat kesejahteraan rumah tangga petani lansia adalah: 1. Mengetahui persepsi anggota kelompok tani terhadap peran kelompok tani di Kecamatan Temon. 2. Mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga petani lansia di Kecamatan Temon. 3. Mengetahui hubungan peran kelompok tani dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani lansia di Kecamatan Temon. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal: 1. masukan bagi pemerintah, khususnya Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial maupun BKKBN baik pusat maupun daerah berkaitan dengan harga jual hasil pertanian karena berdampak pada kesejahteraan petani, terlebih lagi petani lansia yang telah mengalami keterbatasan dan kebijakan mengenai kependudukan khususnya lansia agar dapat terwujud kesejahteraan lansia yang lebih baik; dan 15

16 2. penambah wawasan dan wacana mengenai pertanian dan penduduk lansia, bagi para pengguna program kependudukan dan kesejahteraan keluarga lansia Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan memberikan masukan pada pemerintah dalam hal: 1. memahami kegiatan pertanian yang dilakukan oleh lansia; dan 2. memahami bentuk kegiatan petani dalam kelompoknya. Kegunaan pertama diharapkan bermanfaat dalam upaya pemerintah untuk mendukung kegiatan lansia produktif dalam bidang pertanian, kegunaan kedua akan menjadi bahan tinjauan kembali dalam program kesejahteraan petani yang menekankan bentuk kegiatan dan keberadaan fasilitas penunjang. 16

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam upaya peningkatan perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. Sektor pertanian sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan pada tataran nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan, I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu diindentikan dengan kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam beberapa tahun belakangan ini menimbulkan dampak positif yang cukup besar terutama meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan besar untuk menggerakkan roda perekonomian. Pada saat usaha besar tidak mampu mempertahankan eksistensinya,

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dewasa ini bertujuan bagi pemberdayaan petani untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup mereka, selain itu pembangunan pertanian juga

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa sektor pertanian menempati posisi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa sektor pertanian menempati posisi yang penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian jika ditinjau dari struktur perekonomian nasional menunjukkan bahwa sektor pertanian menempati posisi yang penting dalam kontribusinya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang di dapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : NURUL KAMILIA L2D 098 455 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2003 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR. Oleh: B U S T A M I L2D

PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR. Oleh: B U S T A M I L2D PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR Oleh: B U S T A M I L2D 302 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali 9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali A nalisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut. LQ berguna untuk melihat spesialisasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satunya sebagai sumber penerimaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2012 TUMBUH 7,63 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 No. 27/05/72/Thn XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam perannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat diwujudkan dalam bentuk kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang mengalami proses perkembangan perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.145/11/21/Th.IV, 10 November 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2009 TUMBUH 1,90 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.24/05/33/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2010 meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat

Lebih terperinci