BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Susanti Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Wacana Kritis Fairclough Analisis wacana dalam bentuk analisis wacana kritis (critical discourse analysis/cda) berarti peneliti menganalisis wacana pada level naskah beserta sejarah dan konteks wacana tersebut. Penelaahaan atas wacana tidak hanya dilakukan pada level naskah namun dilanjutkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi naskah. Fokus analisis wacana kritis yaitu praktik kewacanaan yang mengonstruk representasi dunia dan subjek sosial, dan hubungan kekuasaan dan peran yang dimainkan praktik-praktik kewacanaan untuk melanjutkan kepentingan kelompok sosial khusus. Analisis wacana kritis, kritis di sini berarti bahwa tujuan analisis adalah mengungkap peran praktik kewacanaan dalam upaya melestarikan dunia sosial, termasuk hubunganhubungan sosial yang melibatkan hubungan kekuasaan yang tak sepadan. Tujuan analisis wacana kritis yaitu menjelaskan dimensi linguistik kewacanaan antara fenomena sosiokultural dengan proses perubahan dalam modernitas terkini. Selain itu, analisis wacana kritis bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara penggunaan bahasa dengan praktik sosial. Analisis wacana CDA memiliki beberapa model, salah satunya yaitu CDA model Norman Fairclough yang melihat teks (naskah) memiliki konteks. Menurut Fairclough, setiap penggunaan bahasa merupakan peristiwa komunikatif yang terdiri atas tiga dimensi berikut ini. - Teks (tuturan, pencitraan, visual, atau gabungan ketiganya); - Praktik kewacanaan yang melibatkan pemroduksian dan pengonsumsian teks; dan - Praktik sosial (Jorgensen & Phillips, 2007:128). 11
2 Proses Produksi TEKS Deskripsi (Analisis Teks) Proses Interpretasi Interpretasi (Analisis Proses) PRAKTIK KEWACANAAN Eksplanasi (Analisis Sosial) PRAKTIK SOSIOKULTURAL (situasional; institusional, dan kemasyarakatan) Dimensi-Dimensi Discourse Dimensi- Dimensi Analisis Discourse Gambar 1 CDA Norman Fairclough (Sumber: 12
3 Seperti tampak dalam Gambar 1, CDA Norman Fairclough melihat teks sebagai hal yang memiliki konteks baik berdasarkan process of production atau text production ; process of interpretation atau text consumption maupun berdasarkan praktik sosio-kultural. Dengan demikian, untuk memahami wacana (naskah/ teks) kita tidak dapat melepaskan dari konteksnya. Untuk menemukan realitas di balik teks kita memerlukan penelusuran atas konteks produksi teks, konsumsi teks, dan aspek sosial dan kultural yang mempengaruhi pembuatan teks. Proses pengumpulan data yang multilevel dalam CDA Fairlough ini secara sederhana diperlihatkan dalam Tabel 1. Tabel 1 Proses Pengumpulan Data dalam CDA Fairclough (Sumber: No. Level Level Teknik Pengumpulan Data Masalah Analisis 1 Teks Mikro - Satu/lebih metode analisis naskah (sintagmatis atau paradigmatis) 2 Praktik Meso - Pengamatan Terlibat pada Produksi Wacana Naskah, atau - Depth interview dengan pembuat naskah, atau - Secondary data tentang pembuatan naskah 3 Praktik sosiokultural Makro - Depth interview dengan pembuat naskah dan ahli paham dengan tema penelitian - Secondary data yang relevan dengan tema penelitian - Penelusuran literatur yang relevan dengan tema penelitian Tabel 1 itu memperlihatkan bahwa untuk memahami wacana perlu mengumpulkan data pada level mikro, meso, hingga makro. 13
4 2.2.1 Teks Pada dimensi teks, Fairclough membaginya ke dalam tiga elemen dasar, antara lain representasi, relasi, dan identitas Representasi Yang ingin dilihat pada elemen representasi adalah bagaimana peristiwa, orang, kelompok, atau apapun, ditampilkan dan digambarkan dalam teks. Representasi oleh Fairclough dapat dilihat dari dua hal. Pertama, representasi dalam anak kalimat. Kedua, representasi dalam kombinasi anak kalimat. Ketiga, representasi dalam rangkaian antarkalimat. 1. Representasi dalam anak kalimat Menurut Fairclough, ketika seseorang, kelompok, peristiwa, dan kegiatan ditampilkan dalam teks, pada dasarnya pemakai bahasa dihadapkan pada paling tidak beberapa pilihan, yaitu kosakata (vocabulary), metafora, dan tata bahasa (grammar). a. Kosakata (vocabulary) Pilihan kosakata yang dipakai terutama berhubungan dengan bagaimana peristiwa, seseorang, kelompok, atau kegiatan tertentu dikategorisasikan dalam suatu set tertentu. Kosakata ini sangat menentukan karena berhubungan dengan pertanyaan bagaimana realitas ditandakan dalam bahasa dan bagaimana bahasa itu memunculkan realitas bentukan tertentu. b. Metafora Pilihan pada metafora, menurut Fairclough merupakan kunci bagaimana realitas ditampilkan dan dibedakan dengan yang lain. Metafora bukan hanya persoalan keindahan literer, tetapi juga dapat menentukan apakah realitas itu dimaknai dan dikategorikan sebagai positif ataukah negatif. c. Tata bahasa (grammar) Pada tingkat tata bahasa, analisis Fairclough terutama dipusatkan pada apakah tata bahasa ditampilkan dalam bentuk proses ataukah dalam bentuk partisipan. Dalam bentuk proses, apakah seseorang, kelompok, kegiatan ditampilkan sebagai tindakan, peristiwa, keadaan, ataukah proses mental. Ini terutama didasarkan pada bagaimana suatu tindakan hendak digambarkan. 14
5 Bentuk tindakan, menggambarkan bagaimana aktor melakukan suatu tindakan tertentu kepada seseorang yang menyebabkan sesuatu. Bentuk tindakan umumnya, anak kalimatnya mempunyai struktur transitif. (subjek + verb + objek) Bentuk peristiwa, memasukkan hanya satu partisipan dalam kalimat, baik subjeknya saja maupun objeknya saja. Bentuk keadaan, menunjuk pada sesuatu pada sesuatu yang telah terjadi tanpa menyebut dan dapat menyembunyikan subjek pelaku tindakan. Bentuk proses mental, menampilkan sesuatu sebagai fenomena, gejala umum, yang membentuk kesadaran khalayak, tanpa menunjuk subjek/ pelaku, dan korban secara spesifik. Bentuk partisipan, di antaranya, melihat bagaimana aktor-aktor ditampilkan dalam teks. Apakah aktor ditampilkan sebagai pelaku atau korban dalam pemberitaan. Sebagai pelaku, umumnya ditampilkan dalam bentuk kalimat aktif, di mana seorang aktor ditampilkan melakukan suatu tindakan yang menyebabkan sesuatu pada objek/ seseorang. Sebagai korban (atau objek) menunjuk pada sesuatu yang disebabkan oleh orang lain. Strategi wacana yang paling umum digunakan adalah bentuk kalimat pasif. Dalam bentuk ini, hanya ditampilkan korban, karena pelaku dapat disembunyikan atau dihilangkan dalam pemberitaan. Bentuk yang lainnya adalah dengan membentuk nominalisasi, di mana yang ditampilkan adalah bentuk dari suatu kegiatan tanpa perlu menunjuk kepada partisipan atau pihak-pihak yang terlibat. 2. Representasi dalam kombinasi anak kalimat Pada dasarnya, realitas terbentuk lewat bahasa dengan gabungan antara satu anak kalimat dengan anak kalimat yang lain. Gabungan antara anak kalimat ini akan membentuk koherensi lokal, yakni pengertian yang didapat dari gabungan anak kalimat satu dengan yang lain, sehingga kalimat itu mempunyai arti. Koherensi pada titik tertentu menunjukkan ideologi dari pemakai bahasa. Berikut bentuk-bentuk koherensi antara anak kalimat. Elaborasi. Anak kalimat yang satu menjadi penjelas dari anak kalimat yang lain. Anak kalimat kedua mempunyai fungsi untuk memperinci atau menguraikan anak 15
6 kalimat yang telah ditampilkan pertama. Umumnya bentuk ini dihubungkan dengan pemakaian kata sambung seperti yang, lalu, atau selanjutnya. Perpanjangan. Anak kalimat satu merupakan perpanjangan anak kalimat yang lain. Fungsi anak kalimat yang kedua adalah kelanjutan dari anak kalimat pertama. Perpanjangan ini dapat berupa tambahan (umumnya memakai kata hubung dan ) atau berupa kontras antara satu anak kalimat dengan anak kalimat yang lain (umumnya memakai kata hubung tetapi, meskipun, akan tetapi, dan sebagainya) atau juga membuat pilihan yang setara antara satu anak kalimat dengan anak kalimat lain (umumnya memakai kata hubung atau ). Mempertinggi, di mana anak kalimat yang satu posisisnya lebih besar dari anak kalimat yang lain. Misalnya, anak kalimat satu menjadi penyebab dari anak kalimat lain (umumnya memakai kata hubung karena atau diakibatkan ). Penggunaan bentuk koherensi yang berbeda dapat membentuk pemaknaan yang berbeda pula. Hal ini disebabkan oleh bagaimana satu fakta dihubungkan dengan fakta lain. Kalimat bahasa Indonesia menurut struktur gramatikalnya, dapat berupa kalimat tunggal dapat pula berupa kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-subordinatif). Kalimat tunggal, menyatakan gagasan yang tunggal. Kalimat ini terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Kalimat majemuk setara, terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Berikut empat jenis kalimat majemuk setara. a. Kalimat majemuk setara penjumlahan (perpanjangan), ditandai oleh kata hubung dan atau serta. b. Kalimat majemuk setara pertentangan (perpanjangan), ditandai oleh kata hubung tetapi. c. Kalimat majemuk setara perurutan (elaborasi), ditandai oleh kata hubung lalu dan kemudian. d. Kalimat majemuk setara pemilihan (perpanjangan), ditandai oleh kata hubung atau. 16
7 Kalimat majemuk tidak setara, terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat. Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, sekalipun, bahwa, dan sebagainya. Kalimat majemuk campuran, terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat). 3. Representasi dalam rangkaian antarkalimat Pada aspek ini berhubungan dengan bagaimana dua kalimat atau lebih disusun dan dirangkai. Aspek ini untuk melihat bagian mana dalam kalimat yang lebih menonjol dibandingkan dengan bagian yang lain. Salah satu aspek penting adalah apakah partisipan dianggap mandiri ataukah ditampilkan memberikan reaksi dalam teks berita. Rangkaian antarkalimat menunjukkan makna yang ingin ditampilkan kepada khalayak. Agar padu, digunakan pengait antarparagraf, yaitu berupa 1) ungkapan penghubung transisi, 2) kata ganti, atau 3) kata kunci (pengulangan kata yang dipentingkan). Ungkapan pengait antarkalimat dapat berupa ungkapan penghubung/ transisi (Arifin dan Tasai, 2004: 115). a. Beberapa Kata Transisi Hubungan tambahan : lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, di samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, di samping itu, lagi pula. Hubungan pertentangan : akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, 17
8 meskipun begitu, lain halnya. Hubungan perbandingan : sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan itu. Hubungan akibat : oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka, oleh sebab itu. Hubungan tujuan : untuk itu, untuk maksud itu. Hubungan singkatan : singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan. Hubungan waktu : sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian. Hubungan tempat : berdekatan dengan itu. b. Kata Ganti. Ungkapan pengait antarkalimat dapat juga berupa kata ganti, baik kata ganti orang maupun kata ganti yang lain. Kata Ganti Orang Pemakaian kata ganti berguna untuk menghindari penyebutan nama orang berkali-kali. Kata ganti yang dimaksud adalah saya, aku, ku, kita, kami (kata ganti orang pertama), engkau, kau, kamu, mu, kamu sekalian (kata ganti orang kedua), dia, ia, beliau, mereka, dan nya (kata ganti orang ketiga). Kata Ganti yang Lain Kata ganti lain yang digunakan dalam menciptakan kepaduan antarkalimat ialah itu, ini, tadi, begitu, demikian, di situ, ke situ, di atas, di sana, di sini, dan sebagainya. c. Kata Kunci Relasi Yang ingin dilihat pada elemen relasi adalah bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak, dan partisipan ditampilkan dan digambarkan dalam teks. Menurut 18
9 Fairclough, paling tidak ada tiga kategori partisipan utama dalam media: wartawan (memasukkan di antaranya reporter, redaktur, pembaca berita untuk televisi dan radio), khalayak media, dan partisipan publik, memasukkan di antaranya politisi, pengusaha, tokoh masyarakat, artis, ulama, ilmuwan, dan sebagainya.titik perhatian dari analisis hubungan, bukan pada bagaimana partisipan publik tadi ditampilkan dalam media (representasi), tetapi bagaimana pola hubungan di antara ketiga aktor tadi ditampilkan dalam teks: antara wartawan dengan khalayak, antara partisipan publik, baik politisi, pengusaha, atau lainnya dengan khalayak, dan antara wartawan dengan partisipan publik tadi. Semua analisis hubungan itu diamati dari teks Identitas Yang ingin dilihat pada elemen identitas adalah bagaimana wartawan, khalayak, dan partisipan ditampilkan dan digambarkan dalam teks. Pada elemen ini, melihat bagaimana identitas wartawan ditampilkan dan dikonstruksi dalam teks pemberitaan. Bagaimana wartawan menempatkan dan mengidentifikasi dirinya dengan masalah atau kelompok sosial yang terlibat Intertekstualitas Intertekstualitas merupakan salah satu gagasan penting dari Fairclough yang dikembangkan dari pemikiran Julia Kristeva dan Michael Bakhtin. Intertekstualitas adalah sebuah istilah di mana teks dan ungkapan dibentuk oleh teks yang datang sebelumnya, saling menanggapi dan salah satu bagian dari teks tersebut mengantisipasi lainnya. Setiap ungkapan dihubungkan dengan rantai dari komunikasi. Semua pernyataan/ ungkapan didasarkan oleh ungkapan yang lain, baik eksplisit mapun implisit. Istilah lainnya adalah dievaluasi, diasimilasi, disuarakan, dan diekspresikan kemabali dengan bentuk lain. Semua pernyataan, dalam hal ini teks, didasarkan dan mendasari teks lain. Menurut Bakhtin, wacana bersifat dialogis, seorang penulis teks pada dasarnya tidak berbicara dengan dirinya sendiri dan menyuarakan dirinya sendiri. Ia berhadapan dengan suara lain, teks lain. 19
10 Intertekstualitas secara umum, dapat dibagi ke dalam dua bagian besar; manifest intertectuality dan interdiscursivity. 1. Manifest intertectuality adalah bentuk intertekstualitas di mana teks yang lain itu muncul scara eksplisit dalam teks. Dalam manifest intertectuality, teks lain hadir secara eksplisit dalam teks, yang muncul misalnya dalam bentuk kutipan. Jenis dari manifest intertectuality, antara lain: representasi wacana, pengandaian, negasi, ironi, dan metadiscourse. 2. Interdiskursif, menurut Fairclough, dijalankan pada berbagai level: pada tingkat societals, institusional, personal, dan sebagainya. Berikut beberapa elemen dari interdiskursif. Genre, Tipe aktivitas (activity type), Style, dan Wacana Praktik Kewacanaan Analisis praktik kewacanaan dipusatkan pada bagaimana teks diproduksi dan dikonsumsi (Jorgensen & Phillips, 2007: 149; Eriyanto, 2008: 316). Kedua hal tersebut berhubungan dengan jaringan yang kompleks yang melibatkan berbagai aspek praktik diskursif. Ada 3 aspek penting dari faktor yang kompleks tersebut. 1. Individu wartawan Faktor ini berhubungan dan berkaitan dengan para profesional, yang melingkupi: a. latar belakang pendidikan mereka, b. perkembangan profesional, c. orientasi politik dan ekonomi para pengelolanya, d. keterampilan mereka dalam memberitakan secara akurat, 20
11 e. perilaku dan pemahaman terhadap nilai dan kepercayaan mereka, dan f. proses sosialisasi terhadap bidang pekerjaannya (sebagai pihak yang netral atau aktif dalam mengembangkan suatu berita). 2. Hubungan wartawan dengan struktur organisasi media Bagaimana hubungan antara wartawan dengan struktur organisasi media, yang terdiri atas: bentuk organisasi, promosi dan jenjang orang-orangnya, proses pengambilan keputusan, khususnya hal-hal yang berada di luar proses rutinitas media. 3. Praktik kerja/ rutinitas kerja dari produksi berita Produksi teks berhubungan dengan bagaimana pola dan rutinitas (media routine) pembentukan berita di meja redaksi.proses ini melibatkan banyak orang dan banyak tahapan dari wartawan di lapangan, redaktur, editor bahasa, samapai bagian pemasaran Praktik Sosiokultural Menurut Fairclough, praktik sosiokultural dapat diuraikan ke dalam tiga level analisis, antara lain sebagai berikut Situasional Teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau suasana yang khas, unik, sehingga satu teks bisa jadi berbeda dengan teks yang lain. Kalau wacana dipahami sebagai suatu tindakan, maka tindakan itu sesungguhnya adalah upaya untuk merespon situasi atau konteks sosial tertentu Institusional Level institusional melihat bagaimana pengaruh institusi organisasi dalam praktik produksi wacana. Institusi ini bisa berasal dalam diri media sendiri, bisa juga kekuatankekuatan eksternal di luar media yang menentukan proses produksi berita. Ekonomi media merupakan faktor institusi yang penting, antara lain: - pengiklan yang menentukan kelangsungan hidup media, - khalayak pembaca yang dalam industri modern ditunjukkan dengan data-data seperti oplah dan rating, dan - persaingan antarmedia. 21
12 Sosial Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap wacana yang muncul dalam pemberitaan. Menurut Fairclough, wacana yang muncul dalam media ditentukan oleh perubahan masyarakat. Dalam level sosial, budaya masyarakat, misalnya, turut menentukan perkembangan dari wacana media.berbeda dari aspek situasional yang lebih mengarah pada waktu atau suasana yang mikro, aspek sosial lebih melihat pada aspek makro seperti sisitem politik, sistem ekonomi, atau sistem budaya masyarakat secara keseluruhan. 2.3 Iklan Kampanye Televisi Pertama-tama perlu diperjelas mengenai istilah kampanye. Dari Wikipedia Indonesia, kampanye adalah sebuah tindakan politik yang bertujuan untuk mendapatkan pencapaian dukungan. Usaha kampanye bisa dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok. Kampanye biasa juga dilakukan guna mempengaruhi, menghambat, membelok pencapaian, Dalam sistem politik demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, di mana wakil terpilih atau referenda diputuskan. Kampanye politis merupakan tindakan politik yang berupaya meliputi usaha terorganisir untuk mengubah kebijakan di dalam suatu institusi. Kampanye umumnya berbentuk slogan, pembicaraan, barang cetakan, penyiaran barang rekaman berbentuk gambar atau suara, simbol-simbol. Pada sistem politik otoliter, kampanye sering dapat dilakukan ke dalam bentuk tindakan intimidasi, propaganda, atau dakwah. Kampanye dijalankan pada awalnya bertujuan untuk sebuah rekayasa pencitraan, kemudian berkembang menjadi upaya persamaan pengenalan sebuah gagasan atau isu. Selanjutnya penjelasan mengenai iklan televisi. Dikutip dari Peni, iklan televisi dituntut untuk memiliki estetika yang menyangkut indra pendengaran dan penglihatan. Untuk itu copywriting untuk iklan televisi memiliki karakteristik tertentu. Iklan televisi memiliki beberapa karakteristik khusus. Pertama, pesan dari produk dapat dikomunikasikan secara total, yaitu audio, visual, dan gerak. Hal ini mampu menciptakan kelenturan bagi pekerja kreatif untuk mengkombinasikan gerakan, 22
13 kecantikan, suara, warna, drama, humor, dan lain-lain. Kedua, iklan di televisi memiliki sarana paling lengkap untuk eksekusi. Ketiga, iklan ditayangkan secara sekelebat. Dengan sifatnya yang audio-visual, rancangan iklan di televisi memuat: 1. Script yang terdiri dari dua kolom. a. Satu kolom sebelah kiri dibuat untuk melukiskan rentetan adegan. Kolom kiri ini disebut dengan judul visual atau video. b. Kolom sebelah kanan dibuat untuk menjelaskan suara apa saja yang harus atau akan terdengar pada saat visual ditampilkan. Script ini merupakan panduan untuk membuat storyboard. 2. Gambar Gambar yang ditampilkan, yaitu seperti produk yang ditawarkan, gambar orang, kartun, maupun adegan lain sesuai dengan jalannya cerita yang tertera dalam script. Rancangan iklan televisi yang memuat script dan gambar. Keduanya inilah yang disebut dengan storyboard. Storyboard ini merupakan panduan bagi film director atau sutradara pada saat shooting dilaksanakan. Gambar-gambar dalam storyboard menggambarkan lajur visual dalam script. Di samping itu, teks (yang dalam storyboard biasanya ditulis di bawah atau disamping gambar) melukiskan kolom atau lajur audio/ sound dalam script. Menulis script sebaiknya jangan terlalu rinci dalam hal teknik pengambilan gambar, agar tidak membatasi kebebasan sutradara atau kameraman dalam melakukan pengambilan gambar. Gambar-gambar yang ada pada storyboard hanyalah key frames (gambar utama dari serangkaian adegan). Dalam satu detik, film bergerak terdiri dari frame. Tidak mungkin strory board dibuat untuk memenuhi tuntutan tersebut. Jumlah frame tersebut disebut kecepatan normal untuk mata manusia. Bila kurang dari jumlah tersebut, hasil filmnya akan menjadi film berkecepatan lamban (slow motion). Jika kebetulan copywriter memang menguasai bidang kamera, sebaiknya dibicarakan secara lisan dengan sutradara. Memang idealnya, seorang copywriter iklan televisi mengenal atau mempelajari bagaimana membuat film. Dia harus tahu teknik dasar menggunakan kamera (termasuk istilah-istilahnya) agar mampu meningkatkan kreativitas dalam menciptakan film iklan. Kecuali itu, pengetahuan ini diperlukan agar nantinya ketika storyboard itu diproduksi, ia 23
14 dapat mengerti penjelasan dari sutradara dan biasa berkomunikasi dengan kameraman di lapangan. Bahkan sampai hasil shooting itu disunting, ia mampu berdiskusi dengan penyunting film. Berikut ini peralatan untuk memproduksi iklan televisi. 1. Tokoh, dapat terdiri dari bintang film, tokoh masyarakat, anak-anak, ataupun tokoh kartun yang mampu mendukung gambaran brand. 2. Suara manusia atau voice biasanya disingkat VO. 3. Suara manusia terdiri dari suara perempuan atau female voice yang disingkat FVO dan suara laki-laki male voice yang disingkat MVO 4. Musik 5. Lagu/jingle 6. Sound effect (SFX) 7. Visual effect 8. Super (super imposed), yaitu huruf, tulisan, atau gambar grafis yang dimunculkan atau dicetak di atas gambar. Biasanya super menampilkan nama atau merk produk, nama perusahaan, slogan, dan lain-lain dengan maksud melengkapi atau memperjelas pesan. 9. Warna Untuk membuat iklan televisi terlebih dahulu orang-orang kreatif merancangnya dalam bentuk script dan storyboard. Setelah disetujui oleh pengiklan barulah rancangan iklan itu dibuat di production house. Publik yang menjadi sasaran iklan adalah anggota masyarakat, calon konsumen, dan konsumen (atau siapa saja yang memerlukan produk). Jika pesan dalam iklan kampanye televisi telah sampai pada publik, maka setidaknya dapat menjadi referensi untuk selanjutnya dipilih salah satu sesuai dengan keinginan hati dan sejalan dengan pemikiran mereka. Partai politik yang berkampanye dengan beriklan di televisi memiliki tujuantujuan yaitu, mempertahankan simpatisan partai mereka supaya tetap memilih partai mereka dan tidak berpindah ke partai lain. Juga untuk mendapatkan kembali pemilih yang hilang, setelah berpindah ke partai lain. Selain itu, untuk merekrut pemilih baru. 24
15 Disebutkan oleh Eddy Yehuda bahwa periklanan merupakan suatu proses, yakni proses pembuatan iklan. Periklanan yang baik itu ditentukan oleh: pemilihan media oleh media bayer, kreatifnya iklan di biro iklan, pesan yang kreatif (yang dirancang oleh Visualiser dan Copywriter), serta pesan iklan sangat persuasif bagi konsumen. Di samping itu, produknya sendiri harus menarik untuk dibeli, di antaranya harganya bersaing, kemasannya menarik, distribusinya merata, promosi yang gencar, dan sebagainya. Menurut Peni, sifat audio-visual yang dimiliki iklan televisi, menjadi kekuatan sebagai media yang dapat mempengaruhi persepsi publik. Selain itu, dengan jutaan pasang mata yang menonton secara teratur iklan televisi, dimanfaatkan oleh partai politik sebagai pengiklan dengan efisiensi biaya sehingga menjangkau massa yang lebih luas. Kelemahan yang terdapat pada iklan televisi yaitu biaya produksi dan siar, membuat pengiklan, dalam hal ini partai politik yang umumnya baru dan partai-partai kecil, memutar otak atau membatasi untuk beriklan di televisi atau bahkan menghindarinya dan mencari cara lainnya untuk berkampanye. Peni menyebutkan, besarnya biaya ini dihitung dari pembayaran artis, production house, dan membeli waktu media televisi yang sangat besar. 2.4 Pemilu dan Partai Politik Dari Wikipedia bahasa Indonesia, Pemilihan Umum (Pemilu) adalah suatu proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang disini beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di pelbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih sering digunakan. Sistem Pemilu digunakan adalah asas luber dan jurdil. Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. 25
16 Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. Dalam negara demokratis partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi antara lain sebagai sarana komunikasi politik, sarana sosialisasi politik, sarana recruitment politik, dan sarana pengatur konflik. Jelang Pemilu 2009, ditilik dari kecenderungan memilih terdapat 4 kelompok pemilih terhadap partai politik peserta pemilu, seperti dikutip dari rubrik Opini Media Indonesia (20 November 2008) Pemilih Adalah Raja oleh Dr. Ali Masykur Musa (anggota DPR) berikut ini. Dijelaskan olehnya bahwa tren pemilih kian mengerucut ke dalam empat kelompok. Pertama, pemilih tetap (permanent voter) atau biasa disebut pemilih loyal (loyal voter). Mereka menjadi anggota parpol dan memilih parpol, tidak sekadar ikut-ikutan, melainkan berposisi secara ideologis sebagai konstituen permanen parpol. Karena mempunyai keterkaitan kultural, historis, dan ideologis, kelompok ini cenderung setia dan tak dapat digoyahkan. Kedua, pemilih pemula, pemilih ini rata-rata berusia 17 hingga 22 tahun. Para pemilih pemula ini relative kurang mempunyai literasi politik memadai sehingga mereka cenderung ikut-ikutan tren di lingkungan mereka tinggal. Paling tidak mereka akan memilih parpol yang dianggap mempunyai citra gaul dan budaya pop. Ketiga, pemilih pindah haluan (swing voter). Kelompok ini rata-rata adalah mereka yang tidak mempunyai keterkaitan apapun dengan parpol manapun. Namun tak menutup kemungkinan terjadi peralihan pemilih dari kelompok permanent voter karena dimotivasi akumulasi kekecewaan terhadap parpol lama dan mereka beralih ke parpol baru. Keempat, massa mengambang (floating mass). Kelompok ini tidak terikat dengan parpol tertentu, yang karenanya mereka belum menentukan pilihan. Dalam beberapa studi kelompok ini bahkan menduduki porsi terbesar dalam suatu pemilihan. Salah satu pintu kemenangan politik bagi parpol atau calon pemimpin adalah sebaik apa mereka mampu 26
17 menggarap massa mengambang ini. Masa mengambang inilah yang berpotensi besar menjadi golput. Setelah pemungutan suara terhadap partai politik dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih. 2.5 Politik dan Kekuasaan Politik Politik adalah bermacam-macam dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuantujuan itu. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Hal ini dikarenakan politik menyangkut kegiatan berbagai-bagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan orang perorang (individu) Kekuasaan Manusia mempunyai bermacam-macam keinginan dan tujuan yang ingin sekali dicapainya. Untuk itu dia sering merasa perlu untuk memaksakan kemauannya atas orang atau kelompok lain. Hal ini menimbulkan perasaan pada dirinya bahwa mengendalikan orang lain adalah syarat mutlak untuk keselamatannya sendiri. Maka dari itu bagi orang banyak, kekuasaan itu merupakan suatu nilai yang ingin dimilikinya. Kekuasaan sosial terdapat dalam semua hubungan sosial dan dalam semua organisasi sosial. Menurut Ossip K Flechtheim, kekuasaan sosial adalah keseluruhan dari kemampuan, hubungan-hubungan, dan proses-proses yang menghasilkan ketaatan dari pihak lain untuk tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh pemegang kekuasaan (Social power is the sum total of all those capacities, relationships, and processes by which compliance of others is secured... for ends determined by the power holder). Definisi yang diberikan oleh Robert M. MacIver adalah Kekuasaan sosial adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain, baik secara langsung dengan 27
18 jelas memberi perintah, maupun secara tidak langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia (Social power is the capacity to control the behavior of others either directly by flat or indirectly by the manipulation of available means). Iklan politik merupakan alat untuk mempromosikan partai baik program, visi, maupun misinya yang secara tidak langsung memiliki kemampuan dalam mempengaruhi, mengendalikan, bahkan menciptakan perubahan sosial. Dengan demikian, dapat dikatakan kekuasaan sosial tampak dalam iklan politik. 2.7 Perubahan Sosial Dalam penelitian ini digunakan model CDA Fairclough yang mengintegrasikan wacana pada perubahan sosial. Untuk itu, perlu adanya penjelasan mengenai pembahasan yang satu ini. Pertama, perubahan sosial (masyarakat) diartikan sebagai perubahan, perkembangan dalam arti positif maupun negatif. Perubahan ini dapat terjadi pada struktur sosial dan pola-pola hubungan sosial yang antara lain mencakup sistem status, hubungan-hubungan dalam keluarga, sistem-sistem politik dan kekuatan, dan persebaran penduduk. Menurut Ranjabar (2008: 12), perubahan dalam masyarakat telah ada sejak zaman dahulu. Bedanya dengan masa kini adalah perubahan-perubahan tersebut terjadi dengan sangat cepat sehingga kadang-kadang membingungkan manusia yang menghadapinya. Proses-proses perubahan sosial pada dewasa ini dapat diketahui dari adanya ciriciri atau tanda-tanda tertentu. Di antaranya, differential social organization, kemajuan di bidang IPTEK mendorong perubahan pemikiran (ideologi, politik, dan ekonomi), mobilitas, culture conflict, perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan, dan kontroversi (pertentangan). Hal-hal seperti, penemuan-penemuan baru, struktur sosial (perbedaan posisi dan fungsi dalam masyarakat), inovasi, perubahan lingkungan hidup, ukuran penduduk dan komposisi penduduk, serta inovasi dalam teknologi merupakan penyebab terjadinya perubahan sosial. Toleransi, sistem terbuka lapisan masyarakat, penduduk yang heterogen, rasa tidak puas, karakter masyarakat, pendidikan, dan ideologi merupakan faktor pendorong terjadinya perubahan sosial. 28
19 Di samping itu, dalam perubahan sosial pun terdapat hambatan yang menghalanginya, antara lain kehidupan masyarakat yang terasing, perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, sikap masyarakat yang sangat tradisional, adanya kepentingan yang tertanam, adanya prasangka, serta adat istiadat atau kebiasaan. Faktor-faktor seperti adanya kepentingan individu dan kelompok, timbulnya masalah sosial, kesenjangan budaya, serta kehilangan semangat hidup adalah risiko perubahan sosial. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Berdasarkan paparan latar belakang yang peneliti sampaikan, maka jenis penelitian ini lebih cocok dengan penelitian kualitatif. Menurut Raco
Lebih terperinciMEMBUAT IKLAN TELEVISI
MEMBUAT IKLAN TELEVISI MUHAMAD HUSNI MUBAOK, S.PD., M.IKOM Dari berbagai Sumber Online TELEVISI DAN IKLAN TELEVISI MERUPAKAN MEDIA AUDIOVISUAL YANG CANGGIH. DENGAN MENGGUNAKAN DUA ELEMEN KEKUATAN SEKALIGUS
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam menyelesaikan persoalan penelitian dibutuhkan metode sebagai proses yang harus ditempuh oleh peneliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis Iklan Kampanye Partai Politik Pemilu 2009. Secara tekstual, penggunaan kosakata, gaya bahasa,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dokumentasi teks berita
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada bab ini, peneliti menggunakan desain penelitian dalam bentuk diagram seperti di bawah ini. Teks berita Dokumentasi teks berita Teori Deskripsi Teks
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma yang tertanam
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Menurut Patton dalam Tahir 1 Paradigma adalah sebuah pandangan dunia, perspektif umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisis mengenai wacana relatif masih sedikit dilakukan oleh kalangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Analisis mengenai wacana relatif masih sedikit dilakukan oleh kalangan ahli bahasa. Hal ini bertolak belakang dengan banyaknya penelitian wacana kritis oleh kalangan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan analisis wacana kritis. Pendekatan analisis wacana kritis
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah hanya melaporkan
Lebih terperinci2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi
Lebih terperinciIklan Radio Aplikasi Pengembangan Media untuk Promosi Kesehatan
Iklan Radio Aplikasi Pengembangan Media untuk Promosi Kesehatan Kuspriyanto, S.Si., Apt. http://www.eurekaindonesia.org Pokja Humas & KIE KPAP Jawa Barat Sistematika Pembelajaran Pendahuluan Karakterisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai macam informasi. Media massa sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, karena
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. mungkin tanpa ada perlakukan terhadap objek yang diteliti 28.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Sifat penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap media, didalamnya mengandung sebuah pesan akan makna tertentu. Pesan tersebut digambarkan melalui isi dari media tersebut, bisa berupa lirik (lagu), alur cerita (film),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008
31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi
Lebih terperinciANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA
ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan
Lebih terperinciREPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI
REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI Analisis Semiotika John Fiske pada Tayangan TVC Tri Always On versi Perempuan SKRIPSI Diajukan sebagai Syarat Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Liberalisasi politik yang hadir bersamaan dengan liberalisasi ekonomi dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam pemilihan umum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan untuk
Lebih terperinciKARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS
KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis mengenai wacana kritis relatif masih sedikit dilakukan oleh kalangan ahli bahasa. Hal ini bertolak belakang dengan banyaknya penelitian wacana kritis oleh kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah bekerja untuk orang lain untuk menyelesaikan tugas tugas yang membantu pencapaian sasaran organisasi seefisien mungkin
Lebih terperinciAhyad. Fakultas Komunikasi Universitas Gunadarma Kata Kunci: wacana kritis, iklan, makna
ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP PERSAINGANIKLAN SELULER Studi Kasus Iklan XL versus AS ABSTRAK Tujuan penelitian ini cidalah mencari makna teks dan konteks dalam media televisi terhadap kondisi sosial.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.
BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye politik juga terus berkembang. Mulai dari media cetak, seperti: poster, stiker, dan baliho. Media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
95 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Data penelitian ini dikumpulkan dari program tayangan berita di MetroTV dan tvone berkaitan dengan luapan lumpur di Sidoarjo. Peneliti juga melakukan pengambilan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga
BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga rekomendasi bagi PKS. Di bagian temuan, akan dibahas tentang penelitian terhadap iklan
Lebih terperinciTeknik Pengolahan Audio
Teknik Pengolahan Audio Pengajar Yulyanto,S.Kom Alamat Email zoelazhard@gmail.com Disarikan Dari Berbagai Sumber, Terutama Dari Diktat Struktur Data Informatika ITB Karangan Dr. Inggriani Liem Halaman
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif adalah penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik menurut Aristoteles yang dikutip dalam Arifin (2011: 1) adalah sebuah hakikat keberadaan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini pun menjelaskan bahwa
Lebih terperinciKonsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom
Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan
BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki
Lebih terperinciPERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina
PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai
9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat bagi manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaannya. Alwasilah (2014, hlm.
Lebih terperinciPERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL
PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dangdut merupakan musik asli Indonesia yang memiliki banyak peminat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dangdut merupakan musik asli Indonesia yang memiliki banyak peminat. Musik dangdut banyak dipengaruhi oleh musik melayu. Namun biasanya penikmat musik dangdut diidentikkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun bentuk penelitiannya adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, dijelaskan desain penelitian yang digunakan dalam tesis ini. Desain yang dimaksud berkenaan dengan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, merupakan makhuk yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Maman (2002; 3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah
31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film,
35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film, menanggapi fenomena sosial tentang nasionalisme yang disinyalir mulai memudar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia periklanan memang telah menjadi sejarah panjang dalam peradaban manusia. Sekarang ini periklanan semakin berkembang dengan pesat dan dinamis, berkembang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang
59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi tentang suatu fenomena atau deskripsi sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu pesat khususnya dalam media yakni, media cetak, media online ataupun media elektronik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk
Lebih terperinciPeningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli
Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi
Lebih terperinciBab 10. Pengembangan Sistem Multimedia. Pokok Bahasan : Tujuan Belajar : Pengembangan sistem multimedia Siklus pengembangan sistem multimedia
Bab 10 Pengembangan Sistem Multimedia Pokok Bahasan : Pengembangan sistem multimedia Siklus pengembangan sistem multimedia Tujuan Belajar : Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat : Memahami
Lebih terperinciPengembangan Sistem Multimedia
Pengembangan Sistem Multimedia Siklus Pengembangan Multimedia Pengembangan sistem multimedia harus mengikuti tahapan pengembangan sistem multimedi, yaitu mendefinisikan masalah, studi kelayakan, melakukan
Lebih terperinciVARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI
VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia, negara kepulauan yang terkenal dengan keindahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia, negara kepulauan yang terkenal dengan keindahan lingkungan, juga keanekaragaman budaya yang dimilikinya. Namun, siapa sangka negara yang terkenal dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metode riset berasal dari Bahasa Inggris. Metode berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara. Kata penelitian merupakan terjemahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik lima tahunan bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan dalam proses Pemilu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak sekali media yang menawarkan berbagai macam hal dari yang berupa barang sampai dengan jasa. Karena kuatnya persaingan dalam usaha itu, maka tidak jarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode analisis wacana kritis atau juga disebut dengan critical
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode analisis wacana kritis atau juga disebut dengan critical discourse analisis
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan analisis dan bahasan terhadap suatu persoalan penelitian, ada berbagai alternatif metode penelitian yang digunakan untuk menjawab persoalan penelitian. Oleh sebab
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1998), pendekatan merupakan suatu usaha/ proses yang dilakukan dalam rangka
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat
44 BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe/Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti
Lebih terperinci