BAB V KESIMPULAN. termasuk daerah underdeveloped dengan kondisi infrastrukturnya yang terkenal buruk, saat ini
|
|
- Liani Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V KESIMPULAN Pada bab-bab sebelumnya, penulis telah menguraikan tentang siapa Kang Yoto dan bagaimana pengaruhnya dalam membawa Bojonegoro seperti saat ini. Bojonegoro yang dulunya termasuk daerah underdeveloped dengan kondisi infrastrukturnya yang terkenal buruk, saat ini telah tumbuh dengan pesat sebagai daerah dengan pembangunan yang mencengangkan. Hal yang dicapai dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun. Bojonegoro saat ini ialah salah satu daerah penghasil minyak di Indonesia. Booming minyak di Bojonegoro baru berlangsung ketika Kang Yoto menjabat sebagai bupati. Timing yang bersamaan tersebut berimplikasi terhadap proses tata kelola migas oleh Pemkab Bojonegoro di bawah komando Kang Yoto. Selain itu, timing tersebut juga mempunyai andil besar dalam mendorong percepatan pembangunan di Bojonegoro sehingga dapat tumbuh seperti Bojonegoro saat ini. Migas tidak diragukan lagi mendatangkan berkah yang luar biasa bagi daerah penghasil, meskipun hasilnya tidak sebesar yang masuk ke pemerintah pusat. Akan tetapi, berkah yang luar biasa itu jika ditangani oleh seorang pemimpin daerah yang kurang cerdik, justru berpotensi menjadi kutukan. Itulah yang dinamakan kutukan sumber daya (resource curse). Viralnya nama Bojonegoro di kancah perbincangan nasional bersumber dari kecerdikan Bojonegoro dalam mengelola migas, sehingga dapat menghindari resource curse, yang biasanya menjangkiti daerah yang kaya akan sumber daya. Hal tersebut dapat dicapai melalui tangan dingin seorang Suyoto. Memanfaatkan DBH migas yang masuk ke kantong pendapatan daerah, Bojonegoro mulai berbenah diri. Kang Yoto merancang a brand new Bojonegoro yang tidak hanya mulus di 81
2 permukaan, tetapi juga mulus sejak dalam prosesnya. Permukaan yang mulus ialah pembangunan fisik atau infrastruktur yang kasat mata sehingga terlihat nyata perubahannya. Sementara itu, yang dimaksud mulus sejak dalam proses ialah perombakan sistem pemerintahan di Bojonegoro menjadi pemerintahan yang open governance. Berbagai perbaikan yang dilakukan pada internal pemerintah, selanjutnya dapat berimplikasi terhadap proses perencanaan pembangunan daerah. Dari sejak awal masa pemerintahannya, Kang Yoto tidak ragu untuk mencetuskan berbagai gebrakan baru dalam merombak Bojonegoro. Gebrakan baru tersebut mendatangkan berbagai respon dari pejabatnya sendiri dan masyarakat. Pemkab Bojonegoro terlahir kembali sebagai pemerintahan yang terbuka, akuntabel, serta dekat dengan rakyat sehingga proses pembangunan daerah kali ini lebih dirasakan oleh masyarakat. Perjalanan dalam mencapai a brand new Bojonegoro memang tidak mudah, tetapi Kang Yoto dapat dikatakan berhasil. Naiknya nama Kang Yoto berbanding lurus dengan berbagai kemajuan yang diraih Bojonegoro. Saat ini, di setiap pembicaraan tentang Bojonegoro, nama Kang Yoto selalu hadir. Kesuksesan Kang Yoto dalam mendorong kemajuan Bojonegoro dapat diraih berkat strategi yang cerdik dalam memanfaatkan kekuasaannya. Menggerakkan Pemkab Bojonegoro yang personilnya berupa birokrat-birokrat warisan bupati yang sebelumnya tidak mudah dilakukan. Setelah penulis memaparkan data secara rinci dan berurutan, penulis melakukan penjodohan pola atau mengkontekstualisasikan kerangka teori yang dijabarkan pada Bab I dengan realitasnya di lapangan. Asumsi awal penulis ialah bahwa Kang Yoto menghegemoni Pemkab Bojonegoro yang bertujuan untuk melanggengkan kekuasaannya di Bojonegoro. Oleh karena itu, penulis menggunakan kerangka teori tentang hegemoni Gramscian dan difusi kekuasaan. Akan tetapi, berdasarkan analisis terhadap data di lapangan, penulis menyimpulkan 82
3 bahwa yang dilakukan Kang Yoto ternyata bukanlah wujud dari hegemoni, melainkan cenderung mengarah ke dominasi. Jika penelitian ini diibaratkan sebuah ujian, yakni menguji apa yang dilakukan Kang Yoto dengan teori hegemoni, maka ujian ini dikatakan gagal. Kang Yoto tidak lulus ujian ini, karena Kang Yoto tidak menghegemoni birokrasi, tetapi mendominasi. Jika kita memandang apa yang dilakukan Kang Yoto dari satu sisi, kita melihat bahwa Kang Yoto sangat getol dalam mendorong Pemkab Bojonegoro tumbuh dan berkembang hingga maju seperti sekarang ini. Pemkab Bojonegoro berhasil menyingkirkan asumsi umum yang menganggap mereka akrab dengan tradisi korupsi dan tidak terbuka, sekaligus mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat Bojonegoro terhadap pemerintahnya. Hal tersebut juga merupakan wujud dari difusi kekuasaan Kang Yoto. Kang Yoto membiarkan pemerintahnya bersinar di hadapan rakyat atas kemajuan yang dicapai. Capaian tersebut merupakan hasil dari kerja keras mereka dalam melaksanakan perubahan besar-besaran yang memang diinisiasi oleh Kang Yoto. Kang Yoto memang tidak berlagak seperti seorang pemimpin diktator yang menggunakan cara-cara kekerasan untuk memaksa birokrasinya untuk berubah sesuai yang diinginkannya. Kang Yoto menggunakan cara yang friendly sehingga birokrasi patuh mengikuti skenario yang dibuatnya. Sementara itu, jika kita melihatnya dari sisi yang sebaliknya, kita akan menyadari bahwa Kang Yoto itu sebenarnya memaksa birokrasi untuk patuh dengan skenarionya dengan cara melemparkan birokrasi kepada rakyat Bojonegoro. Pemaksaan tersebut dilakukan secara tidak langsung (indirect) karena melalui rakyat. Jadi seolah-olah rakyatlah yang memaksa birokrasi untuk berubah. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana segala upaya Kang Yoto untuk mengubah pemerintahnya menjadi pemerintahan yang terbuka selalu dilakukan dengan memaksa birokrasi untuk berhadapan langsung dengan rakyat. 83
4 Wacana yang dikembangkan di masyarakat ialah tentang tekad Kang Yoto untuk membuat Pemkab Bojonegoro terbuka, tidak seperti pemerintah yang lalu, sehingga membuat masyarakat melambungkan harapan. Ekspektasi masyarakat yang terlanjur tinggi ini direspon Kang Yoto dengan membuat banyak gebrakan baru, seperti Dialog Jumat, rapat monev setiap Jumat, publikasi nomor pribadinya beserta pejabat-pejabat lain. Dengan kedok demi kepentingan rakyat Bojonegoro, berbagai kebijakan baru tersebut lantas membuat Pemkab Bojonegoro dipaksa untuk berani dan bekerja ekstra keras. Jika Pemkab Bojonegoro tidak segera beradaptasi dengan kebijakan baru tersebut, mereka akan dimakan oleh rakyat Bojonegoro. Penulis menganalogikan situasi tersebut sama seperti seseorang yang memancing di Sungai Amazon. Sungai Amazon dikenal sebagai habitat ikan piranha. Kontekstulisasinya dengan Kang Yoto dan Bojonegoro, Kang Yoto ialah sang pemancing, ikan-ikan piranha adalah masyarakat Bojonegoro, dan Pemkab Bojonegoro adalah umpannya. Ibaratnya, Kang Yoto memberi pilihan bagi Pemkab Bojonegoro untuk patuh ikut skenarionya atau memilih diumpankan kepada masyarakat. Ikan piranha memang kecil ukuran tubuhnya, tetapi masuk ke dalam klasifikasi hewan karnivora (pemakan daging) yang paling berbahaya. Gaya menyerang ikan piranha yang kolektif-kolegial dapat diibaratkan kekuatan rakyat dalam menuntut Pemkab Bojonegoro agar menjadi pemerintahan yang terbuka dan responsif. Analisis di atas menggiring penulis untuk menyimpulkan bahwa Kang Yoto cenderung melakukan dominasi terhadap Pemkab Bojonegoro. Kepatuhan birokrasi terhadap Kang Yoto cenderung berlandaskan paksaan, meskipun kita dapat menyebutnya sebagai paksaan yang halus karena rakyat dijadikan tameng. Difusi kekuasaan yang dilakukan Kang Yoto juga pada akhirnya justru membuktikan bahwa dirinyalah sentral dari kekuasaan di Bojonegoro. Bahkan, adanya berbagai program yang mempertemukan pemerintah dengan rakyat itu justru mengaburkan peran 84
5 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bojonegoro sebagai lembaga penyalur aspirasi rakyat. Jika di daerah lain, atau bahkan di pemerintah pusat, salah satu fungsi lembaga legislatif ialah sebagai penyambung lidah rakyat. Legislatif yang berperan dalam menyaring aspirasi rakyat. Fungsi lembaga legislatif tersebut, di Bojonegoro justru direbut oleh eksekutif. Kesimpulan penulis tersebut merupakan analisis dari sisi lain keberhasilan Dialog Jumat yang mempertemukan rakyat dengan lembaga eksekutif. Merujuk pada fungsi dan tujuan Dialog Jumat, seharusnya DPRD Bojonegorolah yang menjadi pelaksananya. Jika lembaga eksekutif yang mengambil peran dalam menyerap aspirasi rakyat, lalu apa urgensi dengan hadirnya lembaga legislatif di Bojonegoro yang fungsi utamanya telah digantikan oleh eksekutif. Penelitian ini memang tidak memaparkan relasi Kang Yoto dengan DPRD Bojonegoro. Penulis mengakui bahwa hal tersebut merupakan salah satu kekurangan dari penelitian ini. Dominasi yang dilakukan oleh Kang Yoto tidak seperti pemimpin-pemimpin lain yang cenderung memonopoli kekuasaan. Kang Yoto justru mendominasi dengan cara memainkan atau bahkan menggiring peran dari aktor-aktor lain di sekitarnya untuk mewujudkan visi pribadinya dalam pembangunan Bojonegoro. Inilah wujud yotoisme. Istilah yotoisme bukanlah temuan pertama dari penulis, karena merujuk pada hasil penelitian dari tim riset PolGov UGM. Istilah yang asal muasalnya dari nama Kang Yoto tersebut digunakan dalam penelitian ini untuk menggambarkan kuatnya dominasi Kang Yoto terhadap birokrasi di Bojonegoro. Jadi, yotoisme ialah dominasi Kang Yoto terhadap Pemkab Bojonegoro dengan tujuan untuk mengendalikan pengelolaan hasil kekayaan migas yang melimpah. Tujuannya adalah agar visi yang digunakan sebagai dasar pengelolaan hasil migas tersebut ialah sesuai dengan kehendak Kang Yoto dan bukan visi lain yang menurutnya predatoris. Itulah yang mendasari kebijakan-kebijakan yang terkesan menjauhkan rakyat Bojonegoro dari mimpi migas selama 85
6 rezim pemerintahan Kang Yoto. Dominasi tersebut dilakukan dengan menundukkan birokrasi, baik dengan cara Kang Yoto menempatkan dirinya sebagai guru terhadap birokrasi (terutama dalam hal pengetahuan tentang resource management yang merupakan oleh-oleh dari trainingnya di MIT), maupun dengan memaksa birokrat untuk berhadapan langsung dengan rakyat melalui mekanisme transparansi dan komunikasi publik. Sementara itu, dengan berjalannya mekanisme tersebut, politisi intra dan ekstra parlemen menjadi lemah. Mereka dilemahkan baik dengan cara dilangkahi maupun tetap diberi peran secara parsial. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak hal yang dapat digali dari penelitian ini. Isu tentang Kang Yoto ataupun Bojonegoro sangat kompleks dan luas. Hal itu ditambah dengan maraknya pemberitaan tentang Kang Yoto dalam beberapa waktu terakhir, yakni terkait isu pencalonan dirinya untuk calon gubernur DKI Jakarta, memungkinkan penelitian ini untuk dijadikan rujukan atau bahkan titik tolak atas penelitian lainnya. Semoga, dengan adanya penelitian ini, penulis berharap akan muncul penelitian lainnya yang lebih komprehensif sehingga dapat melengkapi kekurangan penelitian ini. 86
BAB I PENDAHULUAN. Bojonegoro saat ini menjadi salah satu kabupaten yang ramai. pembangunan, khususnya sejak kepemimpinan Bupati Suyoto.
BAB I PENDAHULUAN Bojonegoro saat ini menjadi salah satu kabupaten yang ramai diperbincangkan di berbagai media nasional. Beragam prestasi pembangunan baik dalam lingkup daerah, nasional hingga internasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bagi masyarakat di Indonesia maupun di seluruh dunia, politik merupakan permasalahan yang selalu menjadi perbincangan hangat. Hal ini tentu saja membuat para pelaku
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, masyarakat memiliki stigma bahwa organisasi sektor publik (pemerintahan) hanya sebagai sarang pemborosan keuangan negara saja (Mahmudi 2005). Hal ini mendorong
Lebih terperincidipersyaratkan untuk terselenggaranya tata kelola pemerintahan secara efektif dan efisien serta mampu mendorong terciptanya daya saing daerah pada tin
BAB IV VISI, MISI, NILAI DASAR DAN STRATEGI A. V i S i RPJMD Tahun 2009-2014 Kabupaten Polewali Mandar merupakan penjabaran dari naskah visi, misi dan program prioritas pembangunan Bupati dan Wakil Bupati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai
Lebih terperinciFRAKSI KEBANGKITAN NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Alamat : Jalan Malioboro Nomor 54 Yogyakarta, Telp:
FRAKSI KEBANGKITAN NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Alamat : Jalan Malioboro Nomor 54 Yogyakarta, Telp: 0274-512688 TANGGAPAN FRAKSI KEBANGKITAN NASIONAL TERHADAP VISI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR
PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR Disusun oleh : BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kami
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi merupakan instrumen untuk bekerjanya suatu administrasi, dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja, hirarki kewenangan, impersonalitas
Lebih terperinciRencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Telah ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2007 dan Keputusan Walikota Bandung Nomor 250 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik. Dari segi pemerintahan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan aktor yang menarik dalam pemerintahan, menarik dalam hal status, fungsi, dan koordinasi partai terhadap aktor-aktor lainnya. Peran partai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA APEL BERSAMA DALAM RANGKA 17-AN TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014
BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA APEL BERSAMA DALAM RANGKA 17-AN TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Hadirin peserta Upacara yang Saya hormati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah.
Lebih terperinciDEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI
Daftar Isi i ii Demokrasi & Politik Desentralisasi Daftar Isi iii DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI Oleh : Dede Mariana Caroline Paskarina Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,
Lebih terperinciPROVINSI SULAWESI SELATAN
PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BARRU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2016-2021 BUPATI BARRU, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.
BAB I 1.1 Pengantar PENDAHULUAN Tuntutan mengenai pengelolaan suatu organisasi berdasarkan sistem tata kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi organisasi di sektor pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertimbangan-pertimbangan subjektif masing-masing masyarakat berupa filosofi, nilai-nilai,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Praktik penyelenggaraan pendidikan dalam masyarakat dilatarbelakangi oleh adanya pertimbangan-pertimbangan subjektif masing-masing masyarakat berupa filosofi,
Lebih terperinciJAKARTA, 11 Juli 2007
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI PENDAPAT TERHADAP RUU TENTANG PARTAI POLITIK DAN RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DPD, DAN DPRD JAKARTA, 11 Juli 2007 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kantor MPR/DPR RI,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan analisa dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa :
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian pada Bab sebelumnya dengan memperhatikan analisa data dan pembahasan terhadap variabel dan indikator yang mempengaruhi berdasarkan analisa
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BERAU
PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 27 TAHUN 2005 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN BUPATI BERAU KEPADA WAKIL BUPATI BERAU BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciMEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA
MATERI DISKUSI MEWUJUDKAN TATAKELOLA PEMERINTAHAN DESA Yeremias T. Keban MKP FISIPOL UGM Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, 27 September 2017 The Alana
Lebih terperinciPeranan Pemimpin Lokal dalam Pendidikan Nasional di Era Otonomi Daerah Drs. Djariyo, M.Pd.
Peranan Pemimpin Lokal dalam Pendidikan Nasional di Era Otonomi Daerah Drs. Djariyo, M.Pd. Seperti sudah kita ketahui dan maklumi bahwa pendidikan dasar adalah pendidikan 9 tahun (UU No. 20 Th 2003). Pendidikan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dapat mendorong proses penganggaran khususnya APBD Kota Padang tahun
BAB VI PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Pada awalnya penulis ingin mengetahui peran komunikasi dalam hal ini melalui konsep demokrasi deliberatif yang dikemukakan oleh Jurgen Habermas dapat mendorong proses penganggaran
Lebih terperinciBADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN WAKIL KETUA BPK-RI, DALAM RANGKA PERESMIAN PERWAKILAN BPK-RI DI JAMBI 27 AGUSTUS 2007
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN WAKIL KETUA BPK-RI, DALAM RANGKA PERESMIAN PERWAKILAN BPK-RI DI JAMBI 27 AGUSTUS 2007 Yth. Gubernur Provinsi Jambi; Yth. Saudara-Saudara Anggota Muspida
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan Undang-Undang tentang Otonomi Daerah menuntut good government dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang harus mengedepankan akuntanbilitas dan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH I. UMUM Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Pada bagian akhir penelitian ini disajikan simpulan dari keseluruhan
BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Pada bagian akhir penelitian ini disajikan simpulan dari keseluruhan proses penelitian yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya sebagai jawaban atas pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Karakteristik Pemerintah Daerah Kabupaten/kota Di Provinsi Jawa Barat
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Karakteristik Pemerintah Daerah Kabupaten/kota Di Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang merupakan salah satu instrument penting penyelenggaraan pemerintah setelah digulirkan otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perekonomian suatu bangsa menuntut penyelenggara negara untuk lebih profesional dalam memfasilitasi dan melayani warga negaranya. Birokrasi yang berbelit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu yang sedang aktual dalam bidang pengelolaan keuangan sektor publik adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government governance. Tata kelola
Lebih terperinciKorupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri.
Korupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri. Sejak reformasi, Indonesia makin demokratis. Sayangnya proses demokratisasi itu tak signifikan dengan proses pemberantasan
Lebih terperinci2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)
Lebih terperinciPendidikan Kewarganegaraan
Modul ke: 14 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Good Governance : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa reformasi ini, Indonesia mengalami perubahan seperti munculnya tuntutan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. Hal itu merupakan jawaban terhadap
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN
BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga permainan yang menuntut keterampilan yang tinggi. Olahraga ini terdiri dari gerakan-gerakan yang sangat kompleks.
Lebih terperinci2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh pemerintah, diperlukan suatu sistem tata kelola pemerintahan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Salah satu hal yang diharapkan akan memberikan kontribusi nyata bagi kepentingan nasional dalam UU Minerba adalah adanya kewajiban
BAB V PENUTUP Salah satu hal yang diharapkan akan memberikan kontribusi nyata bagi kepentingan nasional dalam UU Minerba adalah adanya kewajiban perusahaan tambang seperti Freeport untuk mengolah dan memurnikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia dalam membangun manusia seutuhnya dan membangun masyarakat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu Negara dalam hal ini Negara Indonesia akan dipengaruhi oleh penilaian Negara lain yang diinterprestasikan dengan citra positif yang dimiliki Indonesia dalam
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 26 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGUKURAN SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PERANGKAT DAERAH PENYELENGGARA PELAYANAN
Lebih terperinciakibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga kini belum ada upaya kongkrit untuk mengatasi tawuran pelajar di Kota Yogya, akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan
Lebih terperinciLantas, bagaimanakah mencari sosok-sosok pemimpin terbaik yang akan berkumpul. DPR, Para Pemimpin Terbaik Untuk Kemajuan Indonesia (322/S)
KOPI - Dalam pemerintahan Indonesia, DPR adalah salah satu pemegang peranan yang penting sebagai wakil-wakil rakyat yang duduk di parlemen untuk memberikan sumbangsih kemajuan bangsa. DPR bukan hanya dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ditentukan. Pemimpin dan kepemimpinan masa depan, erat kaitannya dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemimpin adalah seseorang yang memunyai kemampuan untuk memengaruhi individu dan kelompok untuk dapat bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pemimpin dan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 6 TAHUN 2012
PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG TRANSPARANSI TATAKELOLA PENDAPATAN, LINGKUNGAN, DAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PADA KEGIATAN
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas
Lebih terperinciTEORI EKONOMI POLITIK (2)
Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. teguhfp.wordpress.com TEORI EKONOMI POLITIK (2) TEORI PILIHAN PUBLIK: Mengkaji tindakan rasional dari aktor-aktor politik (SEBAGAI PUSAT KAJIAN) di parlemen, lembaga
Lebih terperinciLaporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015 i Kata Pengantar P uji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, pada akhirnya Laporan Kinerja
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat bisa terpenuhi dari hasil peningkatan kualitas hidup mereka melalui pemenuhan
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang yang sangat penting dan krusial. Dikatakan demikian, sebab majunya suatu bangsa atau negara dapat diukur dari, bagaimana kesejahteraan
Lebih terperinciANGGOTA DPRD. Pembekalan Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar MEP-UGM, 5 September Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN ANGGOTA DPRD Pembekalan Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar MEP-UGM, 5 September 2009 Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada
Lebih terperinciPEMBENAHAN KINERJA APARATUR PEMERINTAH
PEMBENAHAN KINERJA APARATUR PEMERINTAH Oleh Wayan Gede Suacana Sampai dengan saat ini persoalan kompleks partikularisme dan maladministrasi masih membelit birokrasi kita, tidak terkecuali aparatur pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Latar belakang permasalahan menguraikan alasan mengapa suatu penelitian layak untuk dilakukan. Bagian ini menjelaskan tentang permasalahan dari sisi teoritis
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Lumajang, 20 Maret 2015 WAKIL BUPATI LUMAJANG. ttd. Drs. H. A S A T, M Ag. Laporan Kinerja Kabupaten Lumajang Tahun 2014 i
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt, atas segala rahmat dan hidayahnya Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Lumajang Tahun 2014 dapat diselesaikan. Tersusunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan issue
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan issue yang menonjol dalam pengelolaan administrasi publik saat ini. Tuntutan gencar yang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan reformasi, istilah Good Governance begitu popular. Salah satu yang cukup penting dalam proses perubahan
Lebih terperinciAsal Muasal Dana Partai
Asal Muasal Dana Partai Secara umum partai politik (parpol) tidak lepas dari yang namanya biaya partai. Namun faktor pembiayaan parpol ini bukan menjadi satu-satunya kekuatan partai. Berbeda dengan negara-negara
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. Dengan memodifikasi kerangka pikir Lewin (1951) penulis menemukan
BAB VII PENUTUP Dengan memodifikasi kerangka pikir Lewin (1951) penulis menemukan bahwa inovasi merupakan sebuah proses perubahan relasi kuasa secara sistemik dengan melalui tahapan unfreeze, change dan
Lebih terperinciE-Government: Strategi Meraba Gajah
E-Government: Strategi Meraba Gajah Menjelang akhir tahun 2001, bersamaan dengan mulai berfungsinya Kantor Menteri Negara Komunikasi dan Informasi, ada suatu pertemuan yang dihadiri para petinggi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS ( RENSTRA - SKPD )
RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RENSTRA - SKPD ) TAHUN 2010 2015 BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA KABUPATEN MUSI MUSI RAWAS Jl. Poros Muara Beliti Komplek Perkantoran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. AKR Corporindo Tbk, Jakarta, adalah masalah Pemimpin dan Penerapan Gaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permasalahan utama yang menjadi dasar bagi penulis dalam melakukan penelitian di PT. AKR Corporindo Tbk, Jakarta, adalah masalah Pemimpin dan Penerapan Gaya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP I. KESIMPULAN
BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN Pada bagian awal penelitian ini peneliti sudah menjelaskan bahwa melalui penelitian ini peneliti ingin mencari tahu bagaimana komunikasi resolusi konflik yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah menuntut adanya partisipasi masyarakat dan. transparansi anggaran sehingga akan memperkuat pengawasan dalam proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya perubahan paradigma sesuai dengan amanat undangundang otonomi daerah menuntut adanya partisipasi masyarakat dan transparansi anggaran sehingga akan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
S A L I N A N BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan lapangan, terdapat beberapa persoalan mendasar yang secara teoritis maupun praksis dapat disimpulkan sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan politik demokratik berjalan semenjak reformasi tahun 1998. Perkembangan tersebut dapat dilihat melalui sejumlah agenda; penyelenggaraan
Lebih terperinciAkuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara
Wawancara Erna Witoelar: Akuntabilitas Internal Governance LSM Belum Banyak Disentuh K endati sejak 1990-an tuntutan publik terhadap akuntabilitas LSM sudah mengemuka, hingga kini masih banyak LSM belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas utama pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat merupakan sebuah konsep
Lebih terperinci5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)
5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK NILAI-NILAI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Pelayanan Memberikan layanan yang memenuhi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi desentralisasi. Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974 yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah membawa perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974 yang telah mengalami perubahan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 22 2003 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SIAK
PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2016 1 KATA PENGANTAR Kewajiban penyusunan Perjanjian Kinerja didasarkan pada Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Lebih terperinciFRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Alamat : Jalan Malioboro Nomor 54 Yogyakarta, Telepon 0274-512688,512820 PANDANGAN UMUM FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai penelitian dengan judul
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan data dan analisis yang telah dibahas pada bab bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai penelitian dengan judul ekonomi politik pembangunan
Lebih terperinciAgen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan
Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan otonomi daerah telah berlangsung. dasawarsa sejak pemberlakuan otonomi daerah di tahun 1999.
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KAB. TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RPJMD KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desentralisasi pemerintahan di Indonesia yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pun sejajar dan bersifat
93 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Hubungan antara Pemerintah Daerah dan Dewan
Lebih terperinciTata Kelola Pemerintahan dan Potensi Sumber Daya Bojonegoro untuk Peningkatan Kesejahteraan
Tata Kelola Pemerintahan dan Potensi Sumber Daya Bojonegoro untuk Peningkatan Kesejahteraan Sri Suryaningsum UPN Veteran Yogyakarta Moch. Irhas Effendy UPN Veteran Yogyakarta Raden Hendry Gusaptono UPN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diubah dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Legislasi berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2003 sebagai mana diubah dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, disebutkan sebagai
Lebih terperinciApa yang dimaksud dengan Interpersonal Skill?
INTERPERSONAL SKILL Interpersonal Skill adalah kecakapan dalam berinteraksi dengan orang dan atau pihak lain. Oleh karena itu dalam keterampilan interpersonal ini dibutuhkan kemampuan berkomunikasi baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan negara menjadi salah satu hal yang. negara, sesuai dengan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan negara menjadi salah satu hal yang diperhatikan dalam mewujudkan good governance. Pengelolaan keuangan negara, sesuai dengan Pasal 23 Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai
Lebih terperinciINSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-nya sehingga Laporan Inspektorat Kota Bandung Tahun 2015 ini dapat tersusun Laporan ini merupakan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
2 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemekaran daerah adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Alasan paling mengemuka dalam wacana pemekaran
Lebih terperinciTransformasi Menuju Indonesia Baru
BLT Padat Karya PKH Jamkesmas Raskin Vulnerable Groups THE INDONESIAN DREAM Transformasi Menuju Indonesia Baru Ir. Basuki T Purnama, MM Anggota Komisi II DPR RI Kampus UI Depok 4 Juli 2011 0 0 Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Pemilu 2014 akan menjadi cermin bagi kualitas yang merujuk pada prinsip demokrasi yang selama ini dianut oleh Negara kita Indonesia. Sistem Pelaksanaan
Lebih terperinci