LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN MANAJEMEN USAHA JAMU. Oleh: DR. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd Dyna Herlina Suwarto M.Sc Musaroh, SE., M.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN MANAJEMEN USAHA JAMU. Oleh: DR. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd Dyna Herlina Suwarto M.Sc Musaroh, SE., M."

Transkripsi

1 LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN MANAJEMEN USAHA JAMU Oleh: DR. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd Dyna Herlina Suwarto M.Sc Musaroh, SE., M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2 PELATIHAN MANAJEMEN USAHA JAMU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pada saat ini jamu tradisional semakin banyak diminati dan diperhitungkan oleh masyarakat baik untuk dikonsumsi atau untuk dijadikan alternatif bidang usaha. Jamu tradisional banyak diminati masyarakat dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Hal ini karena peranan jamu tradisional sangat dirasakan oleh masyarakat dalam membantu memulihkan kesehatan. Terlebih kalau jamu tradisional digunakan sebagai tindakan pencegahan penyakit atau pertolongan pertama sebelum dibawa ke rumah sakit. Sementara itu bagi mereka yang tidak mampu secara finansial atau tidak berhasil menggunakan sistem pengobatan modern, serta juga bagi mereka yang memiliki gejala-gejala ringan, seringkali mencoba jamu tradisional lebih-lebih dengan situasi membumbungnya harga obat modern. Di sisi lain tanaman bahan pembuat jamu banyak terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta terutama di Kabupaten Bantul sehingga mengenai bahan jamu persediaannya cukup melimpah. Dalam hal ini bidang usaha tersebut, selain mengoptimalkan pemanfaatan tanaman jamu juga mendorong pelestarian tanaman jamu, dan lebih dari itu hal ini merupakan tantangan, peluang kerja dan peluang usaha terutama bagi kaum wanita. Bentuk kemasan jamu yang dijual berbentuk cair, instant, bahan peras, dan celup yang dijual dengan cara menetap di pasar, menetap di warung, menetap di tempat-tempat strategis, atau keliling dengan sepeda, berjalan kaki, atau berkeliling dengan gerobag, atau dengan cara penjualan dari kantor ke kantor. Salah satu sentra usaha kecil jamu tradisional yang turun temurun adalah para penjual jamu di Dusun Kiringan, Desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Wilayah ini merupakan sentra usaha kecil jamu tradisional yang 1

3 jumlahnya ada 113 penjual jamu. Hal ini sesuai dengan lambang desa yang diwujudkan dengan keberadaan patung penjual jamu di gerbang masuk desa, dan walaupun jumlah penjualnya banyak namun daerah penjualan mereka berbeda. Berdasarkan hasil survey pendahuluan telah berhasil diidentifikasikan beberapa kelemahan dalam aspek produksi maupun aspek manajemen usaha yang bersangkutan. Beberapa identifikasi permasalahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Tingkat pendidikan mereka rata-rata Sekolah Dasar. 2. Proses atau metode pembuatan jamu yang kurang memperhatikan aspek hygienis dan kurang memperhatikan mutu jamu. 3. Kualitas dan kuantitas jamu yang dijual masih rendah 4. Jenis jamu yang dijual masih monoton 5. Jiwa kewirausahaan para penjual jamu tradisional masih rendah 6. Penerapan pelestarian kultur pembuatan jamu dan resep-resep pembuatan jamu kepada generasi muda yang kurang benar. Namun demikian walaupun masih banyak permasalahan yang sedang dihadapi oleh mereka, terdapat juga beberapa potensi dan peluang yang bisa digunakan untuk membantu mereka keluar dari permasalahan tersebut. Beberapa potensi tersebut antara lain, adanya modal sosial yang cukup baik dalam hal kerjasama dan kekompakan antar personal seprofesi, moral yang agamis, memiliki komitmen dan keinginan untuk maju, memiliki mental dan naluri bisnis yang baik secara turun temurun, memiliki potensi serta peluang untuk dikembangkan dan yang lebih penting lagi bahwa usaha tersebut merupakan usaha pokok untuk menopang kehidupan keluarga. 1.2 Tinjauan Pustaka A. Jiwa Wirausaha Karakteristik wirausaha, menurut McClelland, adalah sebagai berikut: Pertama, keinginan untuk berprestasi. Penggerak utama yang memotivasi wirausahawan adalah kebutuhan untuk berprestasi, yang biasanya 2

4 diidentifikasikan sebagai need of achievement (n-ach). Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang, yang memotivasi perilaku ke arah pencapaian tujuan. Kedua, keinginan untuk bertanggungjawab. Seorang wirausaha menginginkan tanggungjawab pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka memilih menggunakan sumberdaya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggungjawab sendiri terhadap hasil yang dicapai. Ketiga, preferensi kepada resiko-resiko menengah. Wirausaha bukanlah penjudi. Mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka percaya akan menuntut usaha keras, tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi. Keempat, persepsi pada kemungkinan berhasil. Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas kepribadian wirausahawan yang penting. Mereka mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan kemudian menilainya. Ketika semua fakta tidak sepenuhnya tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan tugas-tugas tersebut. Kelima, rangsangan oleh umpan balik. Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka. Keenam, aktivitas energik. Wirausahawan menunjukkan energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan. Ketujuh, orientasi ke masa depan. Wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir ke depan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan. Kedelapan, ketrampilan dalam pengorganisasian. Wirausahawan menunjukkan ketrampilan dalam mengorganisasi kerja dan orang-orang dalam 3

5 mencapai tujuan. Mereka sangat obyektif di dalam memilih individu-individu untuk tugas tertentu. Kesembilan, sikap terhadap uang. Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti penting dari prestasi kerja mereka. Pada akhirnya kita perlu membedakan, wirausaha dengan usaha kecil. Di Amerika Serikat, pada mulanya, wirausaha diartikan sebagai seseorang yang memulai bisnis baru, kecil dan milik sendiri. Apakah usaha kecil identik dengan wirausaha? Tidak setiap bisnis kecil identik dengan wirausaha. Tidak setiap bisnis kecil bersifat wirausaha. Suami-istri yang membuka warung tegal (warteg) yang baru, di daerah pinggiran kota, pasti menghadapi resiko, tetapi mereka umumnya bukanlah wirausaha. Apa yang mereka lakukan adalah yang telah berulangkali mereka lakukan sebelumnya. Mereka mengadu untung dengan makin banyaknya orang yang suka makan di luar rumah di daerah itu, tetapi mereka sama sekali tidak menciptakan kepuasan baru atau permintaan konsumen yang baru. B. Manajemen Usaha Permasalahan disektor informal diantaranya manajemen usaha yaitu: Proses atau kegiatan orang dalam usaha dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia bagi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Sumber-sumber yang tersedia yakni daya, dana dan sarana. (G.R. Terry, 1966, T. Hani Handoko, 1989) Untuk mencapai tujuan usaha diperlukan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta pengawasan. Perencanaan : Perencanaan adalah suatu kegiatan yang ditentukan sekarang, akan dilaksanakan pada masa yang akan datang. Penyusunan rencana harus memperhitungkan 3 hal yaitu : kondisi masal lalu, keadaan sekarang dan antisipasi masa yang akan datang. (Jame AF. Stonner, 1986, GR. Terry, 1966) Pengorganisasian : Pengertian Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokan, serta pengaturan dari berbagai macam kegiatan usaha yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan, menyuruh orang melaksanakan kegiatankegiatan tersebut. (GR. Terry 1966, Basu Swasta 1985, T. Hani Handoko, 1989) 4

6 Penggerakan: Penggerakan (Actuating) berarti tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok (keluarga)berusaha untuk mencapai sasaran, agar sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha organisasi. (GR. Terry 1966, Jame A.F. Stoner, 1986) Pengawasan: Pengertian Pengawasan : Pengawasan (controlling) sebagai proses untuk mengeliminir apa yang dilaksanakan, mengevaluasi pelaksanaan dan bila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga pelaksanaan sesuai rencana. (Hani Handoko,1989,Basu Swasta, 1985). 1.3 Identifikasi dan Rumusan Masalah Beberapa permasalahan prioritas yang dihadapi oleh mitra dalam hal ini kelompok usaha penjual jamu yang akan dicarikan jalan keluarnya bersama-sama dengan pihak pelaksana program adalah sebagai berikut: A. Permasalahan Produksi Beberapa permasalahan yang dihadapi para penjual jamu tradisional dari sisi produksi yang telah disepakati untuk diupayakan jalan solusinya antara lain adalah adanya kuantitas penjualan dan kualitas yang belum memenuhi standar kesehatan, jenis jamu yang dijual masih belum bervariasi dan terkesan monoton, proses pembuatan jamu masih kurang hygienis, terutama pada penggunaan botolbotol yang kurang hygienis dan kurang memenuhi standar kesehatan atau dengan kata lain dalam hal peralatan tidak berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi (Ipteks). B. Permasalahan dari Aspek Manajemen Usaha Beberapa aspek manajemen usaha akan dikenalkan kepada para penjual jamu dalam rangka meningkatkan usaha penjualan, serta memperbaiki tata kelola yang selama ini mereka lakukan yang telah terbukti tidak banyak membawa perubahan terhadap peningkatan usaha. Beberapa permasalahan dalam bidang manajemen usaha yang telah berhasil diidentifikasikan dan telah disepakati untuk dilakukan pembinaan antara lain adalah jiwa bisnis atau kewirausahaan para penjual jamu tradisional yang masih relatif rendah, tingkat pendidikan yang 5

7 masih rendah sehingga perlu memberikan beberapa ketrampilan manajemen dengan lebih intensif, motivasi untuk maju yang relatif rendah, manajemen usaha yang relatif seadanya, serta penerapan pelestarian kultur pembuatan jamu kepada generasi penerus yang relatif kurang benar. Beberapa permasalahan tersebut dipilih dan akan diprioritaskan pelaksanaannya mengingat permasalahan tersebut cukup penting bagi kelangsungan hidup usaha jamu itu sendiri. Hal ini mengingat persaingan dalam industri jamu sekarang ini cukup ketat dan konsumen harus merasakan dampak yang nyata dari hasil mengkonsumsi jamu tersebut. Proses produksi yang hygienis dan memperhatikan standar kesehatan akan semakin memantapkan para konsumen dalam mengkonsumsi jamu tanpa keraguan akan kesehatan proses pembuatan itu sendiri. Bervariasinya ragam produk jamu akan semakin membuat para konsumen bisa memilih produk sesuai dengan kebutuhan kesehatan mereka dan kesenangan mereka dalam cara meminum jamu. Banyak konsumen yang tidak bisa meminum jamu yang dalam bentuk cair atau serbuk, maka perlu dipikirkan bentuk lain seperti kapsul dan sebagainya. Pendapatan mereka menjual jamu per harinya masih cukup rendah, hal ini disebabkan karena kuantitas produk yang dijual per harinya juga relatif sedikit. Selain itu tidak praktisnya peralatan yang digunakan juga turut menunjang jumlah produksi yang rendah. Di lihat dari aspek manajemen, tata kelola yang sederhana dan terkesan apa adanya juga ikut menunjang stagnasi usaha, dan tidak berkembangnya usaha ke arah yang lebih baik dan menjanjikan. Dengan demikian perlu kiranya untuk memberikan motivasi yang memadai dan memberikan beberapa bekal ketrampilan manajerial tingkat dasar untuk membantu pengelolaan usaha yang lebih tertata dan punya masa depan yang baik. Pelestarian kultur pembuatan jamu dan pelestarian ragam tanaman jamu kepada generasi muda juga harus dipikirkan dari sekarang, supaya sentra ini bisa dilestarikan ebagai tempat pembuatan jamu. Pelestarian kultur ini yang kurang diterapkan secara benar di Desa Kiringan, Canden Bantul. Pelestarian ini di samping pada masalah produksi juga ditekankan pada pelestarian tanaman jamu itu sendiri 6

8 1.4 Tujuan Kegiatan PPM Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan PPM ini adalah meningkatkan profesionalitas pengerajin jamu tradisional baik dari segi jiwa wirausaha, manajemen usaha, kualitas dan kuantitas produk, variasi produk dan jangkauan pemasaran. 1.5 Manfaat Kegiatan PPM Manfaat yang diinginkan dari kegiatan PPM ini adalah sebagai berikut. a. Jamu tradisional makin dicintai dan dicari oleh semua lapisan masyarakat b. Profil jiwa wirausaha para penjual jamu meningkat sehingga terbentuk usaha jamu tradisional yang berwawasan bisnis. c. Jenis dan bentuk produksi jamu tradisional baik yang cair maupun instan meningkat secara kualitas maupun kuantitas di pasaran d. Para penjual jamu menyadari kualitas kesehatan dari segi proses, peralatan, dan produk e. Jangkauan dan strategi pemasaran jamu tradisional dapat berkembang 7

9 BAB II METODE KEGIATAN PPM 2.1 Khalayak Sasaran Kelompok sasaran yang hendak dituju dalam kegiatan PPM ini adalah pengerajin jamu anggota Koperasi Seruni Putih di Dusun Kiringan, Desa Canden, Kabupaten Bantul Metode Kegiatan PPM Solusi yang ditawarkan kepada para penjual jamu terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh mereka antara lain akan dilakukan beberapa program sebagai berikut: a. Melakukan pendampingan dan pelatihan yang meliputi pengembangan profil wirausaha, manajemen bisnis, kualitas dan kuantitas produk, jenis-jenis jamu tradisional yang sesuai dengan tuntutan pasar. b. Praktek produksi jamu instan c. Promosi jamu instan d. Konsultasi tatap muka, lewat surat maupun telepon selama proses pembinaan (8 bulan) 2.3 Langkah-langkah Kegiatan PPM Proses pembinaan dilaksanakan dengan metode ceramah, Tanya jawab, pelatihan, percobaan, survey, observasi, studi banding, demonstrasi, dan pemberian tugas, dengan memperhatikan latar belakang sumberdaya manusia sasaran yakni tingkat pendidikan, usia, budaya, lingkungan daerah dan pasar. Materi yang diberikan adalah materi pembinaan dan kualitas teknologi berbasis Ipteks, ekonomi, dan sosial, yang mana termasuk tuntutan pasar, dan tuntutan lingkungan. Kegiatan pendampingan meliputi: 1. Survei awal untuk menentukan sasaran yang layak dibina segera. 8

10 2. Observasi lapangan dan wawancara dalam rangka identifikasi kebutuhan dan persiapan pembinaan 3. Pendampingan dan pelatihan yang meliputi: a. Profil wirausaha b. Manajemen bisnis c. Kualitas dan kuantitas produk d. Jenis-jenis jamu tradisional yang sesuai dengan tuntutan pasar e. Proses pembuatan jamu 4. Praktek pembuatan jenis-jenis jamu 5. Promosi jamu 6. Konsultasi tatap muka, lewat surat maupun telepon selama proses pembinaan (3 bulan) 3.4 Faktor Pendukung dan Penghambat 1. Faktor Pendukung Dalam pelaksanaan program ini tidak terlepas dari dukungan aparatur Desa Canden sejak dari tahapan persiapan yaitu seleksi peserta, penyelenggaraan, pendampingan keluarga pengerajin jamu. Pihak aparatur mempersiapkan daftar nama keluarga pengerajin yang hendak direkrut menjadi peserta, terlibat dalam proses seleksi dengan memberikan masukan kepada tim penyeleksi Pada saat pelatihan, aparatur selalu hadir pada setiap kegiatan pelatihan sejak awal hingga selesai.selain itu aparatur juga bekerjasama dengan penyelenggara dalam hal penggadaan alat dan bahan yang digunakan selama pelatihan.aparatur juga berperan aktif memastikan/mengingatkan peserta untuk selalu hadir tiap pertemuan pelatihan.kesigapan aparatur tersebut sangat mendukung kesediaan bapak-bapak untuk mengikuti pelatihan sehingga persentase kehadiran peserta pelatihan mencapai 100%. 2. Hambatan Kegiatan Meski secara umum pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancar karena dukungan dari berbagai pihak namun tidak terlepas dari beberapa kendala. 9

11 Pertama, setiap hari para pengerajin jamu sibuk bekerja sejak dini hari hingga sore hari akibatnya cukup sulit mengatur waktu pertemuan. Solusinya kegiatan lebih banyak diintensifkan pada waktu akhir pekan sehingga seluruh materi dapat tersampaikan dalam kurun waktu yang telah direncanakan.pilihan waktu akhir pekan merupakan hasil musyawarah dengan peserta karena di Sabtu-Minggu ibu penjual jamu lebih cepat tiba di rumah karena dagangannya lebih laris daripada hari biasa. Kedua, berkaitan dengan sarana dan prasarana pelatihan.ruang tersedia merupakan pendopo panggung terbuka.oleh karena itu ketika materi disampaikan menggunakan alat-alat audio visual, suara dan gambar kurang dapat diterima dengan jelas. Untuk mengatasi masalah ini, tim penyelenggara melakukan penataan ulang ruangan dengan sekat sehingga gambar dan suara dapat tersampaikan. Pada saat pelatihan produksi jamu instan, ruangan terbuka cukup menyulitkan dalam proses memasak karena angin yang cukup kencang. Oleh karena itu tim penyelenggara kembali menggunakan sekat untuk proses pemasakan. Secara umum kendala psikologis dan teknis selama pelatihan dapat diatasi dengan baik karena tim penyelenggara bekerjasama dengan peserta pelatihan dan aparatur desa. 10

12 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PPM 3.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan PPM ini terdiri dari empat tahap yaitu sebagai berikut. 1. Ceramah mengenai jiwa wirausaha, manajemen usaha, kualitas dan kuantitas produk dan proses pembuatan jamu yang higienis. Kegiatan ini dilaksanakan pada 23 September 2012 pukul di Pendopo Koperasi Seruni Putih. 2. Praktek produksi jamu instan yang dilakukan pada 24 September 2012 di Pendopo Koperasi Seruni Putih. 3. Promosi Jamu, produk jamu instan yang telah dibuat dipamerkan dalam gelar produk Inkubator Bisnis Pusat Studi Wanita, UNY di Hotel UNY Oktober Pendampingan pengerajin jamu dilakukan pada bulan September-November Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM Dalam kegiatan ini tujuan program dapat tercapai dengan optimal. Pertama, para pengerajin jamu tradisional yang semula hanya terampil memproduksi jamu cair sekarang memiliki kemampuan memproduksi jamu instan. Sehingga diversifikasi produk dapat terjamin. Kedua, melalui pelatihan ini peserta mendapatkan pengetahuan mengenai kebersihan produk. Jika semula alat-alat yang digunakan tidak mengindahkan unsur kebersihan, maka setelah pelatihan ini alat-alat produksi distandarisasi yaitu menggunakan peralatan masak stainless steell dan botol bermulut lebar sehingga mudah dibersihkan. Ketiga, melalui pelatihan ini peserta diikutsertakan untuk terlibat dalam acara pameran UKM sehingga pengerajin jamu memiliki kesempatan memperluas 11

13 jaringan pemasaran. Selain itu dapat berinteraksi dengan UKM lain di bidang makanan dan minuman sehingga dapat bertukar pengalaman. 12

14 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Jamu tradisional adalah salah satu produk warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan. Minuman jamu tidak saja unik tapi juga memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan. Oleh karena itu pengembangan pasar dan usaha jamu sangat potensial. Saat ini pengerajin jamu sebagian besar menjalankan usahanya secara tradisional seperti yang dilakukan oleh anggota Koperasi Seruni Putih di Dusun Kiringan, Desa Canden, Kabupaten Bantul DIY. Untuk meningkatkan usaha jamu tradisional maka tim pengabdi dari Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi UNY memberikan serangkaian pelatihan, fasilitasi dan pendampingan. Pelatihan meliputi dua materi pokok yaitu manajemen usaha dan praktek produksi jamu instan. Kegiatan fasilitasi dilakukan dengan melibatkan pengerajin dalam acara Gelar Produk Tenant Inkubator Pusat Studi Wanita UNY di Hotel UNY. Sedangkan proses pendampingan berkaitan dengan konsultasi usaha selama 3 bulan. Dari hasil pengabdian untuk masyarakat ini diharapkan manajemen usaha jamu tradisional dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari diversifikasi produk, kebersihan produksi, perluasan pasar. Setelah proses pendampingan selesai, hasil yang diharapkan mulai nampak. 5.2 Saran Selama melakukan pelatihan, tim pengabdi mendapati peserta pelatihan sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Anggota Koperasi Seruni Putih berjumlah 93, dari jumlah itu hanya 23 orang yang mengikuti pelatihan. Pengurus Koperasi Seruni Putih berharap di masa yang akan datang dilakukan lagi pelatihan serupa. Temuan lain yang menarik adalah keluarga pengerajin jamu untuk dilibatkan dalam program pelatihan kewirausahaan untuk remaja. Melalui pelatihan ini diharapkan anak muda di Desa Canden memiliki keterampilan dan pengetahuan 13

15 yang memadai untuk mengembangkan usaha jamu daripada tergantung pada pekerjaan formal yang sebenarnya lebih menyita waktu dan pendapatan yang lebih kecil seperti menjadi buruh pabrik yang sebagian besar dikerjakan oleh anak muda di Desa Canden. Oleh karena itu tindak lanjut program ini dapat diarahkan menjadi dua program tindak lanjut yaitu: pertama, replikasi program yang ditujukan pada keluarga pengerajin jamu yang sangat antusias dan kedua, program pelatihan wirausaha berperspektif gender untuk anak muda di Desa Canden. 14

16 Surat pernyataan kesediaan bekerjasama dari mitra PPM_1 SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Umi Muslimah Jabatan : Koordinator kelompok pengrajin jamu Desa Kiringan Alamat : Dusun Kiringan, Desa Canden, Kecamatan Jetis, Bantul, Yogyakarta Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kami atas nama teman-teman pengrajin jamu sanggup dan bersedia mengikuti serta mendapat pendampingan pada kegiatan PPM yang diusulkan oleh Dr. Nahiyah Jaidi Faraz dan kawan-kawan dari Universitas Negeri Yogyakarta sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam akad kerjasama. Yogyakarta, 15 Mei 2011 Yang Membuat Pernyataan Koordinator Pengrajin Jamu Dusun Kiringan Umi Muslimah 15

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PENGRAJIN JAMU GENDONG DI DUSUN KIRINGAN, CANDEN, JETIS KABUPATEN BANTUL

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PENGRAJIN JAMU GENDONG DI DUSUN KIRINGAN, CANDEN, JETIS KABUPATEN BANTUL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PENGRAJIN JAMU GENDONG DI DUSUN KIRINGAN, CANDEN, JETIS KABUPATEN BANTUL Penny Rahmawaty, Nahiyah Jaidi Faraz, Gunarti Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM PPM. Judul: Pesona Herbal sebagai Upaya Mengembangkan Eco-Education dan Kewirausahaan Produk Olahan Herbal.

USULAN PROGRAM PPM. Judul: Pesona Herbal sebagai Upaya Mengembangkan Eco-Education dan Kewirausahaan Produk Olahan Herbal. PPM REGULER USULAN PROGRAM PPM Judul: Pesona Herbal sebagai Upaya Mengembangkan Eco-Education dan Kewirausahaan Produk Olahan Herbal Diusulkan Oleh: Dr. IGP.Suryadarma, M.S. NIP 19511225 197603 1 004 Asri

Lebih terperinci

KETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T

KETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T PANDUAN LOMBA sains dan TERAPAN (LST) KETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T. POLITEKNIK NEGERI JAKARTA DEPOK 2017 1 I. PENDAHULUAN Era globalisasi memberi memberi dampak ganda yaitu di samping membuka

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN

PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN Oleh: Sri Wening, Enny Zuhni K, Sri Emy Yuli S A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

IPTEKS Bagi Remaja Untuk Peningkatan Pengetahuan Di Bidang Teknologi Informasi

IPTEKS Bagi Remaja Untuk Peningkatan Pengetahuan Di Bidang Teknologi Informasi 271 IPTEKS Bagi Remaja Untuk Peningkatan Pengetahuan Di Bidang Teknologi Informasi Marike Amelda Silvia Kondoj a, Herry Setiawan Langi b, Antonius P.G Manginsela c a Jurusan Teknik Elektro,Politeknik Negeri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

UPAYA ALIH TEKNOLOGI PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL DI DESA KLAPAGADING KECAMATAN WANGON ABSTRAK

UPAYA ALIH TEKNOLOGI PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL DI DESA KLAPAGADING KECAMATAN WANGON ABSTRAK 132 UPAYA ALIH TEKNOLOGI PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL DI DESA KLAPAGADING KECAMATAN WANGON Anis Shofiyani dan Oetami Dwi Hajoeningtijas Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMKM DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN 7.1 Ragam Bidang Usaha UMKM mitra binaan IPB terdiri dari beragam jenis bidang usaha, diantaranya UMKM pangan, jasa,

Lebih terperinci

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape

Lebih terperinci

Bab 1 Kewirausahaan. 1. Kewirausahaan dalam Perspektif Sejarah

Bab 1 Kewirausahaan. 1. Kewirausahaan dalam Perspektif Sejarah K e w i r a u s a h a a n 1 Bab 1 Kewirausahaan Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menguasai terkait latar belakang kewirausahaan dan perkembangannya. K emakmuran dari suatu negara bisa dinilai dari

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang membahas mengenai permasalah yang ada terkait dengan sebuah objek. Adanya permasalahan menimbulkan beberapa pertanyaan, yang akan dibahas untuk menghasilkan solusi dalam

Lebih terperinci

Karya Tulis INKUBATOR BISNIS. Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2001

Karya Tulis INKUBATOR BISNIS. Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2001 Karya Tulis INKUBATOR BISNIS Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2001 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 2 II. INKUBATOR BISNIS... 3 III. JASA PELAYANAN

Lebih terperinci

KELOMPOK USAHA ROTI DI DESA PECALONGAN KECAMATAN SUKOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

KELOMPOK USAHA ROTI DI DESA PECALONGAN KECAMATAN SUKOSARI KABUPATEN BONDOWOSO KELOMPOK USAHA ROTI DI DESA PECALONGAN KECAMATAN SUKOSARI KABUPATEN BONDOWOSO Retno Sari Mahanani, Taufik Hidayat, Wenny Dhamayanthi Jurusan Manajemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember ABSTRAK Desa Pecalongan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENKOP-UKM. Inkubator Wirausaha. Kriteria Penyelenggaraan. Prosedur. Standar. Norma. Pencabutan.

BERITA NEGARA. KEMENKOP-UKM. Inkubator Wirausaha. Kriteria Penyelenggaraan. Prosedur. Standar. Norma. Pencabutan. No.1503, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOP-UKM. Inkubator Wirausaha. Kriteria Penyelenggaraan. Prosedur. Standar. Norma. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan tegnologi yang terus berkembang pesat sekarang ini akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang kehidupan, oleh karena itu pembangunan

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi

Lebih terperinci

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Copyright (C) 2000 BPHN PP 32/1998, PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL *35684 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 1998 (32/1998) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

IbM Kelompok Tani Buah Naga

IbM Kelompok Tani Buah Naga IbM Kelompok Tani Buah Naga Wiwik Siti Windrati, Sukatiningsih, Tamtarini dan Nurud Diniyah Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember Jl. Kalimantan 37 Kampus Tegalboto Jember ABSTRAK Tujuan dari

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya 2012 2013 2014 2012 2013 2014 305,2

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tumbuh dan berkembangnya perekonomian di suatu negara tidak terlepas dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil. Wirausaha berperan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN

PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN Konsep Pengembangan Inkubator Bisnis disusun berdasarkan pengalaman dari berbagai inkubator yang disurvei dan studi literatur atas pelaksanaan praktek terbaik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERALATAN PROSES PRODUKSI JAMU GENDONG TRADISIONAL UNTUK WIRAUSAHA KECIL DAERAH PINGGIRAN YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN PERALATAN PROSES PRODUKSI JAMU GENDONG TRADISIONAL UNTUK WIRAUSAHA KECIL DAERAH PINGGIRAN YOGYAKARTA LAPORAN KEGIATAN PROGRAM VUCER PENGEMBANGAN PERALATAN PROSES PRODUKSI JAMU GENDONG TRADISIONAL UNTUK WIRAUSAHA KECIL DAERAH PINGGIRAN YOGYAKARTA Ketua Pelaksana Subiyono Sudji Munadi Dwi Rahdiyanto Dibiayai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia usaha umumnya, maka banyak. perusahaan-perusahaan yang mengalami pertumbuhan (growth) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia usaha umumnya, maka banyak. perusahaan-perusahaan yang mengalami pertumbuhan (growth) menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berkembangnya dunia usaha umumnya, maka banyak perusahaan-perusahaan yang mengalami pertumbuhan (growth) menjadi perusahaan lebih besar. Sehubungan dengan hal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. salah satu teknik analisis data yang digunakan untuk menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. salah satu teknik analisis data yang digunakan untuk menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Konsumen Warung Jamu Ginggang Deskripsi mengenai profil konsumen Warung Jamu Ginggang merupakan salah satu teknik analisis data yang digunakan untuk menggambarkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tanda bahwa bisnis kuliner berkembang pesat. Bisnis kuliner melalui subindustri

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tanda bahwa bisnis kuliner berkembang pesat. Bisnis kuliner melalui subindustri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kuliner seperti membuat dan menjual masakan serta makanan sedang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Beraneka ragam makanan yang unik, kehadiran wisata kuliner,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

Yuandani. et al. Stimulasi Wirausaha Pada Murid Sekolah Menengah Atas di Tanjung Pura Langkat

Yuandani. et al. Stimulasi Wirausaha Pada Murid Sekolah Menengah Atas di Tanjung Pura Langkat STIMULASI WIRAUSAHA PADA MURID SEKOLAH MENENGAH ATAS DI TANJUNG PURA LANGKAT SUMATERA UTARA MELALUI WORKSHOP PEMBUATAN LOSION ANTI NYAMUK BERBASIS HERBAL Yuandani 1, Marianne 2, Popi Patilaya 3 123 Fakultas

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memainkan peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas serta berdaya saing guna menghadapi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wirausaha (entrepreneur) yaitu sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang ada. Sosok

Lebih terperinci

Program Kreativitas Mahasiswa

Program Kreativitas Mahasiswa 2011 pedoman 1. PENJELASAN UMUM Program Kreativitas Mahasiswa Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta 2011 1 Lulusan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM PROVINSI SULAWESI TENGGARA disampaikan pada acara Rapat Koordinasi Nasional Bidang Koperasi dan UMKM Tahun 2018 Yogyakarta, 4 6 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, dunia perdagangan dewasa ini terjadi persaingan didalam memasarkan produk atau jasa. Kegiatan pemasaran memiliki peran yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Dimana sebagai negara agraris, memiliki letak geografis serta iklim yang sangat mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar tetapi perusahaan kecil atau perusahaan pemula juga menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. besar tetapi perusahaan kecil atau perusahaan pemula juga menerapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak perusahaan berkompetisi untuk menguasai pangsa pasar yang ada, yaitu dengan cara membuat perencanaan pemasaran yang baik demi mendapat pencitraan yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta Strategi pengembangan pada Industri Biofarmaka D.I.Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Keller (2009:213) Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA BATIK TULIS DI DESA JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA BATIK TULIS DI DESA JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO PEMBERDAYAAN PENGUSAHA BATIK TULIS DI DESA JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur OLEH

Lebih terperinci

Titin Eka Ardiana1), Nanang Cendriono2) Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2

Titin Eka Ardiana1), Nanang Cendriono2) Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo   2 PENINGKATAN USAHA JAMU UNTUK MENUNJANG EKONOMI KELUARGA PADA PENERIMA BANTUAN PROGRAM JALIN MATRA DI DESA KARANGREJO KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN Titin Eka Ardiana1), Nanang Cendriono2) Fakultas

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikunjungi serta memiliki fasilitas yang memadai untuk bersantai bersama

BAB I PENDAHULUAN. dikunjungi serta memiliki fasilitas yang memadai untuk bersantai bersama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin padatnya jadwal kegiatan masyarakat di Kota Medan membuat masyarakat membutuhkan tempat makan yang memiliki akses yang mudah untuk dikunjungi serta memiliki

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA BINA DESA (MAUBISA)

PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA BINA DESA (MAUBISA) PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA BINA DESA (MAUBISA) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KOPERTIS WILAYAH V DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA JALAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi dan pasar bebas membuat kemajuan teknologi berkembang cepat

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi dan pasar bebas membuat kemajuan teknologi berkembang cepat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dan pasar bebas membuat kemajuan teknologi berkembang cepat khususnya sepeda motor, timbulnya terobosan-terobosan dan inovasi baru secara umum merupakan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH KEGIATAN PENGEMBANGAN KLASTER DAN SENTRA INDUSTRI ANEKA TAHUN ANGGARAN 2016 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan teknologi yang sangat pesat, memaksa manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan teknologi yang sangat pesat, memaksa manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan teknologi yang sangat pesat, memaksa manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Perubahan-perubahan tersebut telah menggeser fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pelayanan sosial kemanusiaan, secara faktual pelayanan rumah sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pelayanan sosial kemanusiaan, secara faktual pelayanan rumah sakit telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap rumah sakit ingin berhasil dalam mewujudkan tujuannya, antara lain menjaga kelangsungan hidup rumah sakit untuk jangka waktu yang tidak terbatas, akibatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya bertujuan untuk mendapatkan laba sesuai dengan tujuan pokok yang diharapkan. Diantaranya yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian nasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN Pengabdian Masyarakat

LAPORAN Pengabdian Masyarakat LAPORAN Pengabdian Masyarakat Pelatihan dan Pendampingan Pengelolaan Usaha Kerajinan Ibu- Ibu PKK Dukuh Pranti Gadingharjo Oleh: Lela Hindasah, SE, M.Si EKONOMI/MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

MAKALAH PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM UMKM

MAKALAH PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM UMKM MAKALAH PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM UMKM Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM UMKM Dr. Nahiyah J.Faraz M.Pd nahiyah@uny.ac.id

Lebih terperinci

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE 1. Persoalan apa yang akan diselesaikan? Pertumbuhan produktivitas di negara-negara

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam 159 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Sragen, maka dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) INTENSIFIKASI TOGA UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KWT PENDOPO DAN SEKAR WANGI DI DESA KRANGGAN, KECAMATAN GALUR, KABUPATEN KULON PROGO Oleh: Dr. Innaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1).

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan tropis terkaya di dunia setelah Brazil dan masih menyimpan banyak potensi sumber daya alam hayati sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak terjadinya krisis keuangan global tahun 1998 menyebabkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. dampak terjadinya krisis keuangan global tahun 1998 menyebabkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia dan ancaman PHK sebagai dampak terjadinya krisis keuangan global tahun 1998 menyebabkan setiap orang harus memikirkan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menyediakan pekerjaan bagi

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menyediakan pekerjaan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini pengangguran di Indonesia semakin banyak karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menyediakan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Umum 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum Perpustakaan umum merupakan salah satu bentuk peran aktif dari pemerintah dalam rangka meningkatkan semangat untuk membaca

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

Pengelolaan Kelembagaan dan Pemasaran Desa Wisata Kedunggudel Kenep Sukoharjo

Pengelolaan Kelembagaan dan Pemasaran Desa Wisata Kedunggudel Kenep Sukoharjo Pengelolaan Kelembagaan dan Pemasaran Desa Wisata Kedunggudel Kenep Sukoharjo Aflit Nuryulia Praswati 1 *, Syamsudin 2, Sisilia RR Saputri 3 *Manajemen/FEB, Universitas Muhammadiyah Surakarta *anp122@ums.ac.id

Lebih terperinci

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

6. URUSAN PERINDUSTRIAN 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Pembangunan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Sektor industri memegang peranan penting dalam peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam arti terdapat sistem perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis ekonomi berlangsung di Indonesia, UKM merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis ekonomi berlangsung di Indonesia, UKM merupakan sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peran penting dan strategis bagi pertumbuhan ekonomi negara, baik negara berkembang maupun negara maju. Pada saat krisis ekonomi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 20 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG STRATEGI KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI BERBASIS KOMUNITAS DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Caring Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi kebutuhan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan salah satu komponen yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH UNTUK PENGEMBANGAN PROFESI GURU BAGI GURU-GURU GEOGRAFI SMA DI KABUPATEN BANTUL

PELATIHAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH UNTUK PENGEMBANGAN PROFESI GURU BAGI GURU-GURU GEOGRAFI SMA DI KABUPATEN BANTUL LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN PELATIHAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH UNTUK PENGEMBANGAN PROFESI GURU BAGI GURU-GURU GEOGRAFI SMA DI KABUPATEN BANTUL Oleh: Dr. Hastuti, M.Si. Sriadi

Lebih terperinci

REALISASI FISIK DAN ANGGARAN KEGIATAN STRATEGIS ESELON I LINGKUP KEMENTAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN TAHUN 2015

REALISASI FISIK DAN ANGGARAN KEGIATAN STRATEGIS ESELON I LINGKUP KEMENTAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN TAHUN 2015 REALIS BADAN REALISASI FISIK DAN ANGGARAN KEGIATAN STRATEGIS ESELON I LINGKUP KEMENTAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM TAHUN 2015 No. NASIONAL 1. 018.10.13 1810. 1 Jumlah Aparatur Pertanian yang

Lebih terperinci

Kota Bandung 20 lokasi pengecer barang hasil tembakau

Kota Bandung 20 lokasi pengecer barang hasil tembakau RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2017 KOTA BANDUNG SKPD : Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Jumlah Sumber Dana APBD Kota Rp

Lebih terperinci

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN DOSEN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN DOSEN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN DOSEN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA DISUSUN OLEH : YULIATI, S.KEP, M.KEP DWI HENDRO WIDAYATMOKO, SE, MM BARIKA, SE, MM DEPARTEMEN KEMAHASIWAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan dalam usahanya. mempertukarkan sesuatu yang bernilai satu sama lain.

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan dalam usahanya. mempertukarkan sesuatu yang bernilai satu sama lain. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur, terutama dalam meningkatkan pendapatan asli daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur, terutama dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha kecil, menengah dan koperasi memiliki peran yang sangat strategis dalam memperkuat dan meningkatkan pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur, terutama dalam

Lebih terperinci

Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan

Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan Peningkatan Produktivitas Usaha Briket dan Tungku di Daerah Sleman Guna Mendukung Penyediaan Bahan Bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan I. Pendahuluan Dewasa ini harga bahan bakar minyak dunia cenderung

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

POTENSI KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG SEBAGAI SENTRA PERTANIAN ORGANIK MELALUI KEGIATAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI

POTENSI KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG SEBAGAI SENTRA PERTANIAN ORGANIK MELALUI KEGIATAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI POTENSI KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG SEBAGAI SENTRA PERTANIAN ORGANIK MELALUI KEGIATAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK WANITA TANI Dewi Mustikaningtyas 1, Wiyanto 2, Noor Aini Habibah 3 1,3 Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang sangat pesat secara tidak langsung telah merubah pola hidup dan pola pikir

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang sangat pesat secara tidak langsung telah merubah pola hidup dan pola pikir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha semakin ketat terlebih dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen. Perkembangan zaman yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi suatu

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 1.1 VISI dan Misi Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kebupaten Majene Tahun 2012 sampai dengan 2016 Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan

Lebih terperinci