Pro-Poor Intended Nationally Determined Contribution Sebuah Pendekatan Kebijakan Pembangunan Rendah Karbon Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pro-Poor Intended Nationally Determined Contribution Sebuah Pendekatan Kebijakan Pembangunan Rendah Karbon Indonesia"

Transkripsi

1 Laporan Diskusi Ahli: Pro-Poor Intended Nationally Determined Contribution Sebuah Pendekatan Kebijakan Pembangunan Rendah Karbon Indonesia 20 Februari 2015 Institute for Essential Services Reform (IESR) energy for equitable development

2 Pengantar Sebagai tindak lanjut dari workshop yang diadakan oleh IESR pada tanggal 11 November 2014 mengenai Temuan Ilmiah Perubahan Iklim dan Implikasinya pada Kontribusi Nasional Indonesia di Tingkat Global, 1 IESR melakukan sebuah kajian bagaimana INDC yang disusun oleh Indonesia juga dapat memperhatikan tantangan pembangunan Indonesia dan memberikan manfaat bagi kaum miskin. Berdasarkan kajian IESR, walaupun Indonesia menyandang predikat sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia, namun sesungguhnya Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan ketimpangan. Ketimpangan ini dapat dilihat dari semakin memburuknya indeks Gini dalam 10 tahun terakhir. Sebagai contoh Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta 2 menyatakan bahwa, di bulan Maret 2014 jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta mencapai 393,98 ribu orang, meningkat sebesar 22,3 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan September Jika dibandingkan dengan bulan Maret 2013, penduduk miskin DKI Jakarta bertambah sebesar 41,02 ribu orang. 3 Ketimpangan ekonomi juga terlihat dari pembangunan yang berlangsung di Pulau Jawa dan luar Jawa, yang dapat dilihat dari akses pada energi secara umum. Rasio elektrifikasi di Pulau Jawa mencapai 82,88%, sedangkan untuk total rasio elektrifikasi untuk luar Jawa adalah 70,97% 4. Kondisi ini mencerminkan ketimpangan pembangunan antara Pulau Jawa dan luar Jawa yang terdiri dari 4 pulau besar di Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, ditambah dengan wilayah Maluku, Madura, Nusa Tenggara, Bali). Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta yang sama juga menyatakan bahwa harga komoditi makanan dalam menentukan Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan dengan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Dengan demikian dampak perubahan iklim terhadap hasil panen produk pertanian dan ketersediaan sumber-sumber protein dapat menyebabkan harga pangan yang lebih mahal di masa yang akan datang sehingga dapat mengurangi daya beli masyarakat dan memperburuk tingkat kemiskinan. Sebagai negara berkembang yang mempelopori penurunan emisi secara sukarela di tahun 2009 sebesar 26%, Indonesia diharapkan dapat memberikan kontribusi penurunan emisi yang paling tidak sama atau lebih paska tahun Namun, bagaimana kontribusi penurunan emisi yang akan diajukan oleh Indonesia dapat menjawab ketimpangan ekonomi dan sosial yang ada Indonesia? Institute for Essential Services Reform (IESR) saat ini sedang melakukan kajian mengenai bagaimana bentuk kontribusi penurunan emisi Indonesia, bukan hanya dapat memberikan hasil penurunan emisi, namun juga dapat menjawab persoalan pembangunan yaitu kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia. Untuk mengkaji hal tersebut IESR mengadakan diskusi ahli, dengan harapan mendapat masukan dari para ahli yang bergerak di bidang perubahan iklim dan juga pembangunan ekonomi secara umum.diskusi ahli ini bertujuan untuk mendapatkan masukan terhadap studi yang sedang dilakukan IESR terkait dengan Pro-Poor INDC. Terdapat 3 (tiga) narasumber yang memberikan pemaparannya: 1. Henriette Imelda, Senior Program Officer on Energy and Climate Change di Institute for Essential Services Reform; 2. Dr. Medrilzam, Kepala Sub Direktorat Pengembangan Ekonomi dan Manajemen Kehutanan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), 3. Asep Suryahadi, Direktur dari SMERU Research Institute. 1 Laporan dari kegiatan ini dapat diunduh di 2 No. 34/07/31/Th. XVI, 1 Juli Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 34/07/31/Th. XVI, 1 Juli Statistik PLN

3 1. Kerangka Pro-Poor INDC Intended Nationally Determined Contribution (INDC) merupakan hasil kesepakatan bersama antara seluruh negara yang tergabung di dalam United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di COP 19 Warsawa pada akhir tahun 2013 yang lalu. Semenjak disepakatinya INDC, maka proses penyusunannya diserahkan kepada masing-masing negara untuk mengidentifikasi potensi-potensi mitigasi apa saja yang dapat dilakukan, paska tahun 2020 untuk secara bersama-sama berkontribusi positif pada pengurangan emisi gas rumah kaca, dan pada saat yang bersamaan menghindari kenaikan temperatur rata-rata dunia sebesar 2 o C. INDC ini juga merupakan representasi dari prinsip Common but Differentiated Responsibilities (CBDR) yang menjadi prinsip dasar Konvensi. Itu sebabnya, seluruh negara yang ada di UNFCCC harus mengajukan INDC mereka, terlepas apakah negara tersebut adalah negara maju, negara berkembang, ataupun negara miskin. Namun, sifat dari INDC ini akan ditentukan oleh sifat hukum dan ketentuan yang berlaku di Kesepakatan 2015, akan akan membuat INDC sebagai kontribusi yang mengikat secara hukum (legally binding) atau memiliki sifat yang lain. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia, memiliki 2 kebutuhan yang harus dipenuhi di dalam negeri: 1. Pertumbuhan ekonomi; 2. Memenuhi kebutuhan dasar dari warga negaranya, yang masih berada di bawah garis kemiskinan Cakupan Kondisi Miskin Literatur tentang kemiskinan yang ada tidak mencantumkan adanya definisi yang mutlak mengenai kemiskinan, namun ada banyak literatur yang memaparkan mengenai kondisi miskin. Berdasrkan kajian literatur, maka cakupan dari kondisi miskin yang seringkali beredar adalah yang diakibatkan oleh: - Kondisi geografis, dimana suatu wilayah tersebut terletak jauh dari pusat ekonomi - Terbatasnya akses pada sumber daya, salah satunya ditandai dengan ketergantungan suatu daerah pada bahan bakar fosil - Keterbatasan teknologi dan informasi; bisa saja suatu daerah memiliki begitu banyak sumber daya alam, namun daerah tersebut tidak memiliki teknologi yang tepat untuk mengolahnya, atau akses pada informasi tidak memungkinkan untuk daerah tersebut dapat mengolah sumber daya alam yang ada - Sumber daya manusia; kualitas dari sumber daya manusia sangat menentukan apakah suatu daerah akan berada dalam kondisi miskin atau tidak. - Orang-orang yang berada pada kondisi miskin tidak memiliki pilihan untuk hidup yang banyak. Hal tersebut bisa disebabkan karena rentang biaya yang diperlukan untuk mendapatkan pilihan yang lebih banyak sangat lebar, atau memang karena ketersediaan pilihan-pilihan tersebut tidak banyak Nexus Kemiskinan - Ekonomi - Lingkungan Untuk mengetahui tentang hubungan antara kemiskinan, ekonomi, dan lingkungan, dikembangkan sebuah model sistem seperti yang terlihat di Gambar 1. 2

4 Gambar 1 Causal Loop Diagram Kemiskinan-Ekonomi-Lingkungan Gambar 1 merupakan diagram sebab akibat yang menunjukkan hubungan antara kemiskinan, ekonomi dan lingkungan. Model di atas menggambarkan tentang pertumbuhan industri yang menyebabkan tingginya kebutuhan tenaga kerja, sehingga menyebabkan adanya pembukaan lapangan kerja. Namun, pembukaan lapangan kerja secara besar-besaran bukan berarti semua orang yang tidak memiliki pekerjaan akan mendapatkan pekerjaan. Hal ini akan sangat ditentukan dari kualitas sumber daya manusia yang ada; idealnya, mereka yang baru menyelesaikan pendidikan mereka. Bagi orang-orang yang memenuhi kriteria kualitas yang diperlukan, maka mereka akan mendapatkan pekerjaan, namun, bagi yang tidak, maka mereka akan masuk ke kategori orang tanpa pekerjaan. Apabila dalam kurun waktu tertentu mereka belum juga mendapatkan pekerjaan yang layak, maka mereka bisa masuk dalam kategori orang miskin. Bagi mereka yang memiliki kampung, maka mereka akan kembali ke kampungnya. Tergantung dari kondisi kampungnya, beberapa mungkin akan menjadi petani, namun beberapa lagi bisa menjadi pelaku illegal logging, dikarenakan pendapatan yang mungkin didapat dari kegiatan tersebut. Di waktu yang bersamaan, industri akan terus membuka lapangan kerja, bahkan sampai ke kategori buruh, yang tidak memerlukan kemampuan tinggi. Bukan tidak mungkin, orang-orang yang berprofesi petani, kemudian akan memilih untuk bekerja sebagai buruh ketimbang menjadi petani. Jika hal ini tidak diantisipasi, maka di waktu ke depan mungkin akan terjadi krisis populasi petani, karena banyak petani yang bergeser ke industri formal.banyaknya jumlah petani yang bergeser ke industri formal memang akan meningkatkan pendapatan mereka, apalagi dengan pendapatan yang lebih stabil ketimbang menjadi petani. Namun, di lain pihak, sektor pertanian akan kehilangan tenaga kerja, dan apabila dibiarkan maka akan mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia. 3

5 Pertumbuhan industri juga akan mengambil lahan yang ada, karena industri memerlukan bangunan. Seiring dengan pertambahan populasi, lahan untuk permukiman pun akan diperlukan. Dan apabila ada kebijakan mengenai penambahan produksi hasil pertanian, maka lahan yang saat ini ada, juga akan diperebutkan oleh isu pertanian. Kemiskinan pun dapat memberikan dampak yang negatif pada ketersediaan lahan, karena masyarakat akan membuka lahan untuk keperluan hidup mereka; entah menjadi ladang, permukiman, atau bahkan untuk menjadi alternatif pendapatan lain, seperti illegal logging Kerangka Pro-Poor INDC Berdasarkan uraian di bagian 1.2 dan 1.3, maka penyusunan INDC Indonesia harus dapat mengakomodasi pertumbuhan ekonomi dan pada saat yang bersamaan menyelesaikan masalah kemiskinan. INDC tidak seharusnya disusun hanya untuk memenuhi kewajiban penurunan emisi gas rumah kaca saja; namun, INDC sudah seharusnya disusun dengan memperhatikan bagaimana emisi gas rumah kaca dapat diturunkan dan pada saat yang bersamaan dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar masing-masing orang, dan juga memberikan kesempatan pada masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan produktif ekonomi. Itu sebabnya, INDC yang disusun oleh Indonesia harus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat miskin (baik di perdesaan maupun perkotaan), bagaimana INDC yang disusun dapat menciptakan lapangan kerja yang layak (baik di perdesaan maupun perkotaan), serta bagaimana INDC yang disusun dapat menciptakan akses seluruh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan dasar, dan juga peningkatan ekonomi masyarakat. 4

6 2. Proses Penyusunan INDC dan Kaji Ulang RAN-GRK Sebagai bentuk dari pernyataan Presiden Bambang Susilo Yudhoyono di pertemuan tingkat tinggi G20 di Pittsburg pada tahun 2009 mengenari komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi sebesar 26% secara sukarela dan tambahan 15% apabila ada bantuan internasional, Indonesia kemudian mengeluarkan Peraturan Presiden No. 61/2011 mengenai rencana aksi nasional penurunan emisi gas rumah kaca, atau yang sering disebut sebagai RAN GRK. RAN GRK ini memuat kegiatan-kegiatan penurunan emisi yang akan dilakukan oleh Indonesia melalui 5 (lima) sektor: hutan dan gambut, pertanian, energi dan transportasi, industri, dan limbah, sebagaimana yang dipaparkan pada Gambar 2. Gambar 2 Sektor-sektor yang termasuk dalam RAN GRK Penurunan emisi sebanyak 26-41% tersebut harus dilakukan tanpa menegasikan target pertumbuhan ekonomi sebesar 7%. Gambar 3 Keterkaitan antara RAN GRK dan Pertumbuhan Ekonomi Setelah RAN GRK mulai memasuki tahun implementasi ke-5, kebijakan kaji ulang RAN GRK kemudian diberlakukan. Peraturan Presiden 61/2011 pasal 9 menjabarkan perihal pengkajian ulang RAN GRK: 1. RAN GRK dapat dikaji ulang secara berkala, sesuai dengan kebutuhan nasional dan perkembangan dinamika internasional 5

7 2. Kaji ulang RAN GRK dilakukan oleh Kementerian/Lembaga dan dikoordinasikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas 3. Hasil kaji ulang RAN GRK dilaporkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dengan tembusan kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat 4. Hasil kaji ulang dapat dijadikan dasar penyesuaian RAN GRK Beberapa dasar pertimbangan dalam melakukankaji ulang RAN GRK adalah: 1. Menyesuaikan dengan kebijakan pembangunan baru Pemerintah yang dituangkan dalam RPJMN dan sekaligus mengkaji potensi penurunan emisi yang dapat dilakukan. 2. Mengkaji hasil-hasil yang telah dicapai selama 5 tahun ( ) 3. Menetapkan proyeksi penurunan emisi paska 2020 dengan metodologi yang sahih (disesuaikan dengan dinamika negosiasi UNFCCC) 4. Mengkaji kembali angka-angka maupun baseline yang telah ditetapkan sebelumnya 5. Kebutuhan penyampaian INDC kepada UNFCCC Dalam penyusunannya, Indonesia memiliki posisi dasar terhadap INDC yang akan disusun: 1. INDC harus didasarkan pada prinsip: Voluntary contribution (CBDR Principle) dan Respective Capacbility 2. Memanfaatkan data dan informasi yang tersedia 3. Dipergunakan sebagai alat komunikasi dan kerjasama lintas sektor dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan 4. Dapat memberikan informasi non-climate benefit yang dikaitkan dengan kebijakan perubahan iklim: kebijakan yang tepat dapat membuat pertumbuhan ekonomi dan penurunan emisi saling memperkuat (mutually reinforcing) 5. Keterpaduan kebijakan: Melalui penyusunan INDC, kebijakan perubahan iklim diharapkan dapat dihubungkan dengan prioritas pembangunan lainnya seperti pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan 6. Dapat diperbaharui sesuai dengan perkembangan domestik terkini Diagram berikut ini menunjukkan hubungan antara RAN GRK dan INDC, serta proses yang akan dilakukan untuk meninjau RAN GRK dan bagaimana menghubungkannya dengan INDC. Dalam penyusunan INDC, Bappenas menggunakan beberapa kondisi berikut ini : 1. Mengacu pada kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang dibenarkan 2. Mempertimbangkan dan mengacu padad kajian bersifat komprehensif dan model yang realistis: - Kebijakan sektoral - Keterkaitan antar sektor - Kebijakan RAD GRK 3. Keterlibatan aktif Kementerian/Lembaga terkait dalam penyusunannya 6

8 Gambar 4 Hubungan antara RAN GRK dan INDC 5 Terdapat 2 sasaran kaji ulang RAN GRK yang dinyatakan oleh Bappenas: 1. Untuk menyusun intervensi kebijakan dalam rangka mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan sekaligus menurunkan emisi GRK, sehingga dapat menjadi Low Emission Development Strategy (LEDS) 2. Mengukur dampak intervensi kebijakan jangka menengah dan panjang di setiap sektor dan ekonomi nasional secara keseluruhan Gambar 5 Keterkaitan antar Isu 6 5 Dr. Medrilzam, Kaji Ulang RAN-GRK dan INDC, disampaikan pada pertemuan diskusi ahli Institute for Essential Services Reform (IESR), 20 Februari Dr. Medrilzam, Kaji Ulang RAN-GRK dan INDC, disampaikan pada pertemuan diskusi ahli Institute for Essential Services Reform (IESR), 20 Februari

9 Adapun sektor-sektor yang akan tercakup dalam penyusunan model ini adalah: sektor ekonomi (GDP, Green GDP, employment, Green Job), rumah tangga (saving), kehutanan dan gambut (forest stocks and flows), pertanian (stock and flow pertanian), energi (stock and flow energi), pertambangan (stock and flow pertambangan), industri, transportasi, dan limbah. Penyusunan model yang dimaksud akan menggunakan metodologi system dynamics, dengan proses Group Model Building. Gambar 6 Ruang Lingkup Kajian untuk INDC 7 7 Dr. Medrilzam, Kaji Ulang RAN-GRK dan INDC, disampaikan pada pertemuan diskusi ahli Institute for Essential Services Reform (IESR), 20 Februari

10 3. Profil Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia Pengentasan kemiskinan merupakan salah satu agenda prioritas nasional Indonesia, namun isu ketimpangan belum tercakup dalam agenda prioritas nasional, walaupun sudah mulai didiskusikan. Gambar 7 Profil Kemiskinan di Indonesia 8 Gambar 7 menampilkan profil kemiskinan di Indonesia. Menarik untuk dilihat bahwa dalam perioder 10 tahun terakhir, angka kemiskinan di Indonesia menurun hingga setengahnya (dari 24,2% di tahun 1998, hingga 10,96% di tahun 2014). Paska krisis keuangan di Asia tahun 1998, angka kemiskinan hanya meningkat di tahun 2006 (akibat terjadinya krisis pangan dan energi global) dan krisis keuangan global di tahun Gambar 8 menunjukkan bahwa dalam 7 tahun terakhir, laju pengurangan kemiskinan semakin lama semakin melambat. Laju pengurangan kemiskinan tertinggi ada di tahun 2007 dimana angka laju pengurangan kemiskinan mencapai 1% per tahun; kini, laju pengurangan kemiskinan hanya mencapai setengahnya saja. Kerentanan orang miskin di Indonesia juga sangat tinggi. Gambar 9 menunjukkan bahwa angka kemiskinan Indonesia di tahun 2012, berada di 12% ke bawah. Namun, jika garis kemiskinan dinaikkan 20% atau 50%, maka angka kemiskinan di Indonesia meningkat hingga 2-3 kali lipat. Orang-orang yang berada dalam rentang ini adalah orang-orang yang kebanyakan bekerja di sektor informal ketimbang orang-orang yang bekerja di sektor formal, atau rentang ini banyak diisi oleh petani dan nelayan. Gambar ini memberikan gambaran kondisi kemiskinan nasional. Gambar yang sama juga memberikan indikasi bahwa apabila ada kejutan sedikit, maka angka kemiskinan dapat dengan mudah berubah. Misalnya, di tahun 2006, saat kenaikan harga BBM, maka angka kemiskinan meningkat hingga 2 kali lipat. Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9 menunjukkan bahwa penurunan angka kemiskinan yang lambat, kerentanan yang tinggi, serta adanya ketimpangan, itu dapat menjadi persoalan yang sangat besar. 8 Suryahadi, A., Sumarto, S., Profil Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia, SMERU Research Institute, disampaikan pada diskusi ahli IESR tanggal 20 Februari

11 Gambar 8 Laju Pengurangan Kemiskinan di Indonesia 9 Gambar 9 Kerentanan Orang Miskin di Indonesia 10 Pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ada beberapa strategi yang digunakan untuk mengentaskan kemiskinan: bantuan yang bersifat langsung ditujukan langsung ke rumah tangga, seperti raskin (beras untuk orang miskin) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Ada juga program yang pendanaanya diberikan kepada desa melalui proyek PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) dimana masyarakat desa yang akan 9 Suryahadi, A., Sumarto, S., Profil Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia, SMERU Research Institute, disampaikan pada diskusi ahli IESR tanggal 20 Februari Suryahadi, A., Sumarto, S., Profil Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia, SMERU Research Institute, disampaikan pada diskusi ahli IESR tanggal 20 Februari

12 menentukan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dengan memanfaatkan pendanaan tersebut. Program lainnya adalah program yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat, seperti penyediaan akses ke kredit untuk UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), serta yang memberikan dampak positif untuk perbaikan iklim usaha untuk pertumbuhan UMKM. Pada intinya, seluruh program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat miskin, untuk menggiring turunnya angka kemiskinan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kemiskinan, dapat juga dipelajari dari negara lain. Brazil misalnya, telah melakukan serangkaian program untuk menurunkan angka kemiskinan yang ditandai dengan peningkatan pendapatan, serta mengurangi ketimpangan yang ditandai dengan penurunan gini index (dari 0,553 menjadi 0,5). Untuk mencapai hal tersebut, Brazil melakukan 3 hal berikut ini: 1. Brazil melakukan ekspansi kebijakan dan program perlindungan sosial bersasaran 2. Brazil menerapkan kebijakan ketenagakerjaan yang aktif 3. Brazil juga melakukan adanya peningkatan kesempatan kerja Gambar 10 Peningkatan PDB/Kapita Brazil dan penurunan GINI Index 11 Indonesia memang memiliki investasi yang sangat kecil untuk ketiga area ini. Pengeluaran Indonesia untuk social protection masih sangat rendah dibanding dengan negara-negara tetangga lainnya (Gambar 11). Indonesia masih di bawah 0,6% sedangkan negara-negara berkembang lainnya sudah ada pada kisaran 1%. Pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh kemiskinan. Pada umumnya, jika anak yang bersekolah tersebut berasal dari keluarga miskin, maka akan besar kemungkinan bahwa pada waktu anak ini dewasa, karena ketidakmampuan dalam mengakses pendidikan, maka pendidikan yang ditempuh tidak akan tinggi. Gambar 12 memperlihatkan bahwa kebanyakan Anak yang keluar dari sekolah ada di kuartil termiskin. Orang miskin itu di kelas 4 SD sudah mulai ada yang drop out, sementara orang kaya masih bisa bertahan. 11 Suryahadi, A., Sumarto, S., Profil Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia, SMERU Research Institute, disampaikan pada diskusi ahli IESR tanggal 20 Februari

13 Di perguruan tinggi, kemungkinan sudah sedikit sekali orang miskin yang bisa menikmati pendidikan tersebut. Salah satu solusi untuk keluar dari kemiskinan adalah pada saat masyarakat tersebut dapat memperbaiki human capitalnya. Itu sebabnya, pendidikan memiliki peran yang sangat penting di sini. Orang-orang miskin ini akan sangat rentang dengan inflasi, kelembagaan dan layanan publik, lalu pasar. Banyak orangorang miskin yang tidak dapat menikmati layanan publik, karena mereka juga tidak memiliki akses untuk dokumen-dokumen yang formal, misalnya akte kelahiran. Padahal akte kelahiran sangat diperoleh, misalnya untuk masuk ke sekolah. Layanan untuk orang miskin harusnya ada di tingkat yang paling bawah (kecamatan, desa, atau kelurahan), sedangkan tingkat yang lain, perlu adanya pembagian yang jelas antara pemerintah pusat dan daerah. Gambar 11 Perbandingan Perlindungan Sosial Indonesia dengan Negara Berkembang Lain 12

14 Gambar 12 Pencapaian Pendidikan Anak 13

15 14

16 Institute for Essential Services Reform (IESR) Jl. Mampang Prapatan No. R-13 Jakarta Ph. : (0) Fax : (0) Website : Facebook id: iesr indonesia Twitter id : iesr

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G20 di Pittsburg pada bulan September 2009, telah mencanangkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi Gas

Lebih terperinci

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD - GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

PARADIGMA HOLISTIK-KONTEKSTUAL UNTUK KEBIJAKAN MENGHADAPI ISU GLOBAL

PARADIGMA HOLISTIK-KONTEKSTUAL UNTUK KEBIJAKAN MENGHADAPI ISU GLOBAL PARADIGMA HOLISTIK-KONTEKSTUAL UNTUK KEBIJAKAN MENGHADAPI ISU GLOBAL (Refleksi MP3EI dan RAN GRK Untuk Menghadapi Batas-Batas Pertumbuhan) Mahawan Karuniasa PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Rencana

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

Knowledge Management Forum April

Knowledge Management Forum April DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Deputi Bidang SDA dan LH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di sektor transportasi, peningkatan mobilisasi dengan kendaraan pribadi menimbulkan peningkatan penggunaan kendaraan yang tidak terkendali sedangkan penambahan ruas

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. sumber. Sedangkan adaptasi adalah upayauntuk meminimalkan dampak melalui penyesuaian pada sistem alam dan manusia.

1.1 Latar Belakang. sumber. Sedangkan adaptasi adalah upayauntuk meminimalkan dampak melalui penyesuaian pada sistem alam dan manusia. SUMBER DAYA AIR 1.1 Latar Belakang Banyaknya bencana alam yang berhubungan dengan perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir menjadi latarbelakang diselenggarakannya konvensi internasional.tahun 1992

Lebih terperinci

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PARIS AGREEMENT TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PERSETUJUAN PARIS ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS

SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS BY : SHINTA WIDJAJA KAMDANI JAKARTA, FEBRUARY 24 TH 2015 APAKAH ITU EKONOMI HIJAU? Ekonomi Hijau : - Peningkatan kualitas hidup & kesetaraan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KOMITMEN INDONESIA DALAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

PELAKSANAAN KOMITMEN INDONESIA DALAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional PELAKSANAAN KOMITMEN INDONESIA DALAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Wahyuningsih Darajati Direktur Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK C'ONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. MATRIKS RAD-GRK SEKTOR PERTANIAN

Lampiran 1. MATRIKS RAD-GRK SEKTOR PERTANIAN Lampiran 1. MATRIKS RAD-GRK SEKTOR PERTANIAN Penanggungjawab : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara Perkiraan Emisi 2020 : 10.562.476,38 juta tco2eq Target Penurunan Emisi 26% : 2.746.243,86 juta tco2eq

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Disampaikan dalam Workshop: Peran Informasi Geospatial dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 15.11.2011 In cooperation with 14.05.2012 Page Seite 1 ISI PRESENTASI 1. Latar Belakang 2. Kemajuan Penyusunan Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan

Lebih terperinci

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

PENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ambon, 3 Juni 2016 PENINGKATAN KAPASITAS PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA disampaikan dalam WORKSHOP AHLI PERUBAHAN IKLIM REGIONAL MALUKU DAN MALUKU UTARA PENINGKATAN KAPASITAS AHLI DALAM PENANGANAN PEMANASAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Lampiran 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention On Climate Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

Versi 27 Februari 2017

Versi 27 Februari 2017 TARGET INDIKATOR KETERANGAN 13.1 Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di semua negara. 13.1.1* Dokumen strategi pengurangan risiko bencana (PRB) tingkat

Lebih terperinci

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon Endah Murniningtyas Deputi Sumber

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Pembahasan Pedoman Penyusunan RAD GRK Jakarta, 12 Januari 2012 www.bappenas.go.id 1 PENURUNAN EMISI GAS RUMAH

Lebih terperinci

DIREKTIF PRESIDEN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL

DIREKTIF PRESIDEN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL DIREKTIF PRESIDEN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL TAMPAKSIRING, 19 APRIL 2010 2 AGENDA 1. SIKAP DAN RESPONS TERHADAP CAPAIAN EKONOMI 5 TH TERAKHIR 2. PELUANG KEBANGKITAN DAN PE- NINGKATAN EKONOMI

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sharp et al. (1996) mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai negara maju dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.

Lebih terperinci

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM (RAD Penurunan Emisi GRK) Oleh : Ir. H. Hadenli Ugihan, M.Si Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel Pemanasan Global Pengaturan Perubahan Iklim COP 13 (2007) Bali menghasilkan

Lebih terperinci

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Masalah Ekonomi Tentang Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia

Analisis Masalah Ekonomi Tentang Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia Analisis Masalah Ekonomi Tentang Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia Sumber : www.kompas.com. Selasa, 30 November 2010 Masalah ekonomi adalah masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari terutama

Lebih terperinci

Transformasi Desa Indonesia

Transformasi Desa Indonesia Transformasi Desa Indonesia 2003-2025 Dr. Ivanovich Agusta iagusta1970@gmail.com Relevansi Transformasi dari Pemerintah Sumber Penerimaan Total Penerimaan (Rp x 1.000) Persentase PAD 3.210.863 18,13 Bantuan

Lebih terperinci

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gasgas yang terdapat di atmosfer, yang berasal dari alam maupun antropogenik (akibat aktivitas manusia).

Lebih terperinci

Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat

Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia JCM Indonesia Secretariat Data suhu bulanan global Suhu rata-rata global meningkat drastic dan hamper mencapai 1.5 O Celcius dibanding dengan jaman

Lebih terperinci

Perkembangan RAN/RAD - GRK

Perkembangan RAN/RAD - GRK Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS) Perkembangan RAN/RAD - GRK Wahyuningsih Darajati Direktur Lingkungan Hidup/Ketua Tim Teknis ICCTF CSO Forum Jakarta,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS)

Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS) RAD - GRK Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS) Perkembangan RAN/RAD - GRK Wahyuningsih Darajati Direktur Lingkungan Hidup/Ketua Tim Teknis ICCTF CSO

Lebih terperinci

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian PPN/Bappenas Dalam kasus perubahan iklim, kota menjadi penyebab, sekaligus penanggung

Lebih terperinci

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dijalankan beriringan dengan proses perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dimana pembangunan itu sendiri dilakukan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang kompleks, bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga menyangkut kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Berkualitas Endah Murniningtyas Deputi Sumber

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 37/07/Th. XI, 1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di Negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

2018, No rangka penurunan emisi dan peningkatan ketahanan nasional terhadap dampak perubahan iklim; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

2018, No rangka penurunan emisi dan peningkatan ketahanan nasional terhadap dampak perubahan iklim; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162, 2018 KEMEN-LHK. Pengendalian Perubahan Iklim. Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi Aksi dan Sumberdaya. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 Oleh : Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara Musyawarah

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA 9 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Workshops/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012 I. PENDAHULUAN

Laporan Kegiatan Workshops/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012 I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin

Lebih terperinci

Potensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia

Potensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia Potensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia Latar belakang Intended Nationally Determined Contribution (INDC) 2020: Penurunan

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP A. Kebijakan Lingkungan Hidup dan Kependudukan 1. Perkembangan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia a. Menjelang konferensi Stockholm (5 Juni 1972)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam

Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam PELUNCURAN ICCTF MEDIA AWARD 2015 Jakarta, 8 September 2015 Perubahan Iklim dan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) Republik Indonesia PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) Disampaikan dalam Sosialisasi Penyusunan RAD-GRK Balikpapan, 28-29 Februari 2012 Outline A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Oleh: Dini Ayudia, M.Si Kepala Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA ENDAH MURNININGTYAS Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam acara FGD Pembentukan Komite Pembangunan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut

Lebih terperinci

SURAT UNTUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENUNTUT KEADILAN IKLIM BERKEADILAN GENDER

SURAT UNTUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENUNTUT KEADILAN IKLIM BERKEADILAN GENDER SURAT UNTUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENUNTUT KEADILAN IKLIM BERKEADILAN GENDER Solidaritas Perempuan (SP), AKSI for Gender, Social and Ecological Justice (AKSI!), Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.13/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM DAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XVII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 28,55 JUTA ORANG Pada bulan September 2013, jumlah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET

PELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET PELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup BPPT, 4 Maret 03 KERANGKA PAPARAN I. CAPAIAN PEMBANGUNAN NASIONAL II.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN. Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN. Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2015 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PTT (51) Bidang Kehutanan I. Pendahuluan Asisten

Lebih terperinci

Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016

Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016 Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016 OUTLINE 1. PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA 2. PARIS CLIMATE AGREEMENT: PENANDATANGANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan setiap individu. Pangan merupakan sumber energi untuk memulai segala aktivitas. Menurut Undang-Undang No.18 Tahun

Lebih terperinci