BAB IV HASIL PENELITIAN. yaitu kebijakan udara terbuka (open sky policy), sehingga bidang pertelevisian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN. yaitu kebijakan udara terbuka (open sky policy), sehingga bidang pertelevisian"

Transkripsi

1 54 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Perusahaan Pada awal dekade 90-an, di Indonesia terdapat kebijakan tentang pertelevisian yaitu kebijakan udara terbuka (open sky policy), sehingga bidang pertelevisian dapat dilihat melalui bertambahnya Badan Pertelevisian di Indonesia, yaitu adanya beberapa stasiun televisi swasta baru. Salah satu badan pertelevisian yang baru tersebut adalah PT. Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) merupakan perusahaan yang dimiliki oleh TRANS CORPORATION, yang juga merupakan pemilik dari TRANS 7. Memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak tanggal 15 Desember 2001, TRANS TV memulai siaran secara resmi Logo TransTV Logo Trans TV berbentuk berlian, yang menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya mereflesikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan

2 55 kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif, yang mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali Visi TransTV Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat Misi TransTV Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilainilai demokrasi. 4.2 Gambaran program Reportase Investigasi Reportase Investigasi adalah program berita yang menyuguhkan informasi tentang penyimpangan yang terjadi di masyarakat dengan pendekatan langsung dari sumber atau pelaku.

3 WILAYAH TEMA Sisi lain dari sebuah praktek penyimpangan yang belum diketahui masyarakat luas. Praktek penyimpangan yang sudah lazim di masyarakat, namun dikupas lebih lengkap dan dalam. Contoh tema liputan yang pernah diangkat antara lain: Consumer`s food, penyimpangan dalam dunia pendidikan, pungli dishub, pungli terminal kedatangan tki, praktek prostitusi, trafficking, pornografi di kalangan anak, dll FORMAT TAYANGAN Dibawakan oleh seorang presenter dengan mengambil lokasi yang sesuai dengan topik yang diangkat, maupun lokasi netral (yang tidak berkaitan sama sekali dengan topik yang diangkat). Satu episode mengangkat satu tema atau lebih dengan mengutamakan gambar dan cerita yang paling kuat WAKTU TAYANG Setiap hari Sabtu dan minggu, pukul WIB. Ditayangkan mulai sabtu dan minggu sejak awal bulan juni tahun ini.

4 DURASI Durasi 30 menit termasuk commercial break yang terdiri dari 3 segmen dengan pembagian sebagai berikut: Segmen 1 & 2 full liputan Investigasi Segmen 3 liputan Investigasi plus hard news TARGET AUDIENCE Female, SES ABC, tahun ON AIR LOOK Presenter membawakan lead in atau pengantar bagi paket investigasi dari berbagai lokasi. Bisa berhubungan dengan topik yang diangkat, maupun lokasi netral STRUKTUR TIM Pemimpin Redaksi : Gatot Triyanto Wakil Pemred : Shanta Curanggana Produser Eksekutif : Ponco Wijaya Produser : Yuli Juanda

5 58 Asisten Produser : Elisa Oktaviana Teddy Boyoh 4.3 Hasil Penelitian Objek penelitian ini adalah pada periode 12 Maret Penelitian ini mengarahkan pada pemberitaan berita ikan asin beracun di TransTV yang berdasarkan data program berita Investigasi yang dikumpulkan oleh peneliti berupa teks atau naskah berita dan gambar (Visual Images) Konstruksi dengan judul: AWAS Ikan Asin Beracun! Frame yang dibangun pada episode kasus Ikan Asin Beracun berjudul konstruksi realitas tayangan program berita reportase investigasi di TransTV pada kasus Ikan Asin Beracun periode 12 Maret 2011 adalah: Gambar 4.1

6 59 Judul ini dibuat bukan tanpa makna, melainkan karena ikan asin yang diperdagangkan sangat berbahaya atau beracun dan terdapat kandungan bahan yang tidak lazim untuk dikonsumsi dalam pangan karena membahayakan kesehatan jika memakannya apalagi sampai mengkonsumsinya. Bahan yang tidak lazim itu adalah bahan kimia berbahaya atau senyawa keras. AWAS! IKAN ASIN BERACUN. Itulah frame (bingkai) yang dibangun pada kasus ini. Pada perangkat framing (Framing Devices) yang pertama adalah Methaphors. Methaphors adalah sebagai cara memindah makna dengan merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana. Methapors yang ditemui disini adalah: Ikan asin komunitas yang laris manis dipasaran. Makanan ini terbukti dapat membangkitkan selera makan. Disini dapat dijelaskan bahwa, ikan asin adalah makanan yang laku terjual dipasaran. Dari kata Komunitas memiliki arti kelompok atau kumpulan, ini berarti kelompok ikan asin yang sering dibeli atau laku terjual oleh konsumen dibanding makanan lainnya. Karena, kebanyakan orang atau masyarakat suka dengan ikan asin. Kata membangkitkan selera makan pun, memiliki arti bahwa ikan asin dengan rasa yang diciptakannya dapat membangkitkan selera makan seseorang. Dengan

7 60 rasa yang diciptakannya dapat membangkitkan selera makan yang membuat orang tertarik untuk memakannya. Kalimat tersebut juga dilengkapi dengan gambar berikut: Gambar 4.2 Pada gambar diatas, orang memakan ikan asin dengan lahapnya. Ini membuktikan, bahwa ikan asin adalah makanan yang digemari oleh hampir setiap orang. Dengan cita rasa dari ikan asin mampu membangkitkan selera makan seseorang. Catchphrasesnya adalah istilah, bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta yang merujuk pemikiran atau semangat tertentu. Dalam teks berita, catchphrases mewujud dalam bentuk jargon, slogan, atau semboyan. Catchphrases yang didapatkan adalah terdapat ikan asin mengandung zat kimia berbahaya, yaitu pemutih. Dan pemutih ini mengandung Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2. Terdapat pada kalimat berikut: Setelah penggunaan formalin dilarang, kini giliran cairan pemutih yang diincar oleh para pelaku kecurangan. zat kimia ini banyak

8 61 dimanfaatkan oknum pengrajin ikan asin agar membuat tampilan ikan terlihat lebih segar, putih, dan tahan lama. Cairan yang digunakan jeki dalam pembuatan ikan asin ternyata hydrogen peroksida atau H 2 O 2. Disini telah disebutkan bahwa, ada ikan asin yang terbuat dari bahan kimia berbahaya, yaitu pemutih. Ternyata setelah penggunaan formalin dilarang pemerintah, oknum pengrajin ikan asin memakai pemutih untuk menyiasati dagangannya agar terlihat lebih menarik sehingga lebih cepat diburu oleh para konsumen dan tahan lama. Pemutih ini dapat membuat ikan asin bertahan lebih lama. Kata tahan lama mengartikan awet. Ikan asin bila diberi pemutih, maka ikan asin ini masih akan tetap terlihat bagus meski sudah disimpan dalam hitungan bulan. Jeki adalah nama samaran untuk sang pelaku. Ia yang menjual ikan asin dengan menggunakan pemutih. Pemutih ini pun mengandung Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2. Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 adalah senyawa keras yang berbahaya dan tidak lazim untuk dikonsumsi alias cairan ini bukanlah tambahan untuk bahan pangan. Berikut gambar yang ditemui:

9 62 Gambar Gambar yang pertama adalah gambar saat menuangkan pemutih yang mengandung bahan kimia berbahaya ke dalam ember yang telah dibelinya di toko bahan kimia. Gambar yang kedua adalah gambar saat pelaku menuangkan pemutih yang ada didalam ember ke dalam ikan asin yang ia beli ditempat pelelangan ikan. Gambar ini membuktikan bahwa, pelaku benar-benar menaruh pemutih tersebut kedalam ikan asin buatannya. Dan gambar ini diperlihatkan secara jelas dalam tayangan ini. Dan gambar yang ketiga adalah gambar drijen pemutih yang mengandung H 2 O 2 yang telah dituangkannya kedalam ikan asinnya.

10 63 Exemplaar yang mempertautkan bingkai dengan contoh atau uraian yang memperjelas bingkai. Posisinya sebagai pelengkap bingkai inti dalam kesatuan berita untuk membenarkan perspektif. Exemplaarnya adalah jika ikan asin mengandung Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 itu akan menunjukkan perubahan warna bila ditambahkan larutan senyawa kimia, yaitu KI. Terdapat pada kalimat berikut: Ikan asin yang mengandung H 2 O 2 itu menunjukkan perubahan warna setelah ditambahkan KI, dari putih menjadi coklat. Itu menunjukkan ikan asin tersebut mengandung H 2 O 2. Maksud dari kalimat tersebut adalah ikan asin tersebut terbukti benar menggunakan pemutih yang mengandung Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 setelah ditambahkan KI. KI adalah singkatan dari Kalium dan Iodium. KI berwarna bening menyerupai air, ia semacam larutan yang dapat berubah warna jika dicampurkan dengan senyawa lain. Warna dari ikan asin tersebut berubah menjadi coklat. Dengan diberikannya pembuktian seperti ini, dapat menjelaskan dan menguatkan bahwa ikan asin tersebut beracun. Dari sinilah yang dapat mempertautkannya dengan bingkai. Dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

11 5 64 Gambar Kalimat yang telah dijabarkan sebelumnya adalah petikan wawancara dengan staf peneliti pangan Universitas Pasundan, yaitu Thomas Gozali. Ia menyebutkan bahwa, larutan KI berubah saat ikan asin yang telah ditumbuk dicampur dengan larutan tersebut. Pada gambar pertama adalah gambar saat wawancara. Dapat dilihat pada gambar kedua, larutan KI tersebut cairan yang bening seperti air. Pada gambar ketiga adalah gambar ikan asin itu ditumbuk dengan menggunakan alat penumbuk yang telah dicampurkan oleh larutan KI. Gambar keempat adalah gambar buret atau tabung pipa yang dipegang dengan tangan kiri, sedangkan ikan asin yang telah ditumbuk ditaruh pada pipet tetes. Dan hasil yang didapat bisa dilihat pada gambar kelima, warna yang didapat dari tes tersebut dengan mencampurkan larutan KI dan ikan asin yang telah ditumbuk, warnanya langsung berubah menjadi coklat. Hasil tes ini

12 65 membuktikan bahwa, ikan asin yang telah diuji positif mengandung H 2 O 2. Gambar-gambar tersebut adalah bukti, bahwa ikan asin tersebut memang mengandung senyawa Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2. Exemplar juga ditemui dengan adanya tambahan senyawa keras yang ada didalam ikan asinnya, maka terjadi perbedaan antara ikan asin tanpa pemutih dengan yang menggunakan pemutih. perbandingan ikan asin menggunakan pemutih dengan ikan asin tanpa pemutih, terlihat jelas dari perbedaan warnanya. Mulai dari tekstur warna sisik, hingga tekstur dagingnya. Kalimat yang ditemui seperti berikut: Ikan asin menggunakan pemutih akan tampak terlihat putih mencolok dan mengkilap. Ikan asin tanpa pemutih sisiknya berwarna kemerahan, hitam kecoklatan, atau kekuningan. Jika dicuci dan direndam dalam air hangat selama beberapa menit, ikan asin berpemutih dagingnya akan menjadi lembek dan hancur, serta sisiknya luntur. Sementara ikan tanpa pemutih dagingnya tetap keras dan tidak berubah. Dan jika digoreng daging ikan berpemutih lebih mudah hancur dibandingkan ikan tanpa pemutih. Dapat dilihat dari kalimat diatas, sangat terlihat jelas perbedaan antara ikan asin berpemutih dengan ikan asin tanpa pemutih. Hal ini yang akan membantu kita untuk lebih berhati-hati dan cermat dalam membeli ikan asin. Walau, tidak semua pedagang ikan asin berbuat curang. Namun, keberadaan ikan asin tetap harus diwaspadai. Dari perbedaan inilah yang menyatakan bahwa, ikan asin dengan menggunakan pemutih itu memang

13 66 ada dan terlihat jelas dari perbedaan yang ditimbulkan. Dari penjelasan diatas, dapat dilihat juga dengan gambar berikut ini: Gambar Pada gambar pertama, ikan asin yang direndam dalam mangkuk adalah ikan asin tanpa pemutih. Ikan asin ini tidak menunjukkan perubahan sama sekali. Ikan asinnya tetap utuh, warna sisiknya pun tidak luntur dan tekstur dagingnya tidak hancur. Berbeda dengan gambar yang kedua, gambar ini adalah ikan asin yang menggunakan pemutih. Dengan adanya serpihan daging yang jatuh dalam air hangat didalam mangkuk dan jika dipegang membuat warna sisiknya luntur dan tekstur dagingnya lembek serta mudah hancur. Gambar ketiga, gambar saat ikan asin telah digoreng. Terlihat jelas pada gambar yang ketiga ini, tekstur daging pada ikan asin tanpa pemutih tetap padat dan tidak hancur. Lihat gambar pada sisi kiri atas. Berbeda dengan ikan asin menggunakan pemutih yang dagingnya hancur dan menipis. Terdapat di sisi kanan bawah pada gambar. Dari ketiga gambar tersebut jelas membuktikan perbedaan antara ikan asin menggunakan

14 67 pemutih dengan ikan asin yang tanpa pemutih, dilihat dari warna sisiknya serta tekstur dagingnya. Tentu saja, ikan asin yang menggunakan pemutih sangat berbahaya dan dapat meracuni kesehatan tubuh kita. Ikan asin ini adalah ikan asin beracun dengan kandungan bahan kimia berbahaya yang terdapat didalamnya. Gambar ini yang akan memudahkan kita dalam mengenali ikan asin yang baik untuk dikonsumsi dan yang tidak. Depictions yang merupakan perwujudan dari penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif. Depictions ini umumnya berupa kosakata. Leksikon untuk melabeli sesuatu. Seperti pada kalimat berikut: Tak semua ikan asin yang beredar dipasaran aman dikonsumsi. Dari penggalan kalimat diatas menunjukkan bahwa, ada ikan asin yang tidak layak konsumsi alias mengandung bahan tambahan non pangan. Pasalnya, ikan asin yang tidak layak konsumsi karena mengandung pemutih yang terdapat kandungan Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2. Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 merupakan senyawa keras atau bahan kimia berbahaya. Ini patut kita waspadai dan juga cermati. Walau tidak semua ikan asin mengandung bahan tambahan non pangan, tetapi tetap saja keberadaan ikan asin harus diwaspadai. Perangkat Framing yang terakhir, Visual images yang mendukung bingkai secara keseluruhan mewujud dalam:

15 68 1. Gambar ikan asin pada judul atau bingkai, yang mencitrakan bahwa ada sesuatu yang salah pada ikan asinnya dan terlihat dari warna ikan asinnya yang berwarna putih pada gambar. 2. Gambar saat pelaku memberi pemutih pada ikan asinnya, menunjukkan realitas dari bingkai. Membenarkan keberadaan ikan asin yang menggunakan pemutih. 3. Gambar saat ikan asin di uji laboratorium, memberikan pembuktian berdasarkan tes yang dilakukan. 4. Gambar perbedaan ikan asin yang diberi pemutih dan tanpa pemutih, memperjelas dalam membedakan ikan asin yang layak dikonsumsi dengan yang tidak agar tidak terjebak dalam membelinya. 5. Gambar petikan wawancara dengan para pelaku, memperjelas bahwa ikan asin beracun tersebut memang dibuat dan diperdagangkan. 6. Gambar saat cairan Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 diuji sederhana ke tanah, memperlihatkan seberapa bahayanyakah cairan tersebut untuk lebih mempengaruhi. Berikut adalah tabel untuk memudahkan kita dalam memaknai keseluruhan gambar yang mendukung bingkai yang telah ada pada berikut ini:

16 69 Tabel 4.1 Visual Images Penjelasan Awas! Ikan asin beracun Inilah frame yang tepat untuk kasus ikan asin yang menggunakan pemutih. Gambar ini memberikan label atau pencitraan bahwa, ada ikan asin yang beracun. Artinya, ada bahan yang berbahaya didalam ikan asin tersebut dan membahayakan kesehatan tubuh kita bagi yang mengkonsumsinya. Gambar ini membuktikan bahwa, ikan asin tersebut diberi sebuah cairan. Ikan asin tersebut tidak steril dan telah terkontaminasi dengan bahan lain. Cairan ini adalah pemutih. Pelaku memberinya pemutih, agar ikan asinnya tampak lebih putih, segar, dan disenangi orang. Terlihat pada gambar, pelaku menuangkan pemutih yang ada dalam ember kemudian mencampurkannya kedalam ikan asinnya yang ada dibak hitam. Namun, pemutih ini ternyata mengandung senyawa keras atau bahan kimia berbahaya. Bahan kimia berbahaya itu adalah Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2. Dapat dilihat dari pada gambar, gambar ini diambil saat ikan asin yang menggunakan pemutih tersebut diuji kelayakannya di laboratorium penelitian pangan Universitas Pasundan. Gambar ini membuktikan bahwa, ikan asin tersebut benar-benar menganndung Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 yang

17 70 telah diuji secara klinis untuk lebih menegaskan realitas yang ada. Bukti laboratorium ini telah membuktikan, ikan asin tersebut mengandung bahan kimia berbahaya. Ini adalah gambar yang menggambarkan perbedaan antara ikan asin tanpa pemutih dengan ikan asin yang menggunakan pemutih. Hal inilah yang dapat membedakan antara ikan asin tanpa pemutih dengan ikan asin yang menggunakan pemutih. Gambar ini memperjelas bahwa, ikan asin yang menggunakan pemutih dapat diketahui dari tekstur warnanya dan membuat kita agar tidak terjebak dalam membeli ikan asin. Gambar disamping ini adalah gambar petikan wawancara dengan pengrajin ikan asin, ia bernama Jeki (nama samaran). Dari gambar tersebut, terdapat teks apa yang ia katakan pada gambar itu serta identitasnya. Gambar ini diambil dengan menyamarkan wajah dan juga suara. Bisa dilihat dari bentuk hitam yang menyerupai kepala orang tersebut. Kemudian, gambar yang kedua adalah gambar saat mewawancarai Jarwo (nama samaran) selaku pengurus kelompok produsen ikan asin. Gambar yang diambil sama dengan gambar yang diatas. Kedua gambar ini memperjelas dan memperkuat realitas yang ada bahwa, ikan asin yang menggunakan pemutih itu memang dibuat oleh mereka sendiri dan diperdagangkan.

18 71 Gambar disamping adalah gambar saat cairan pemutih itu disiramkan ke tanah. Cairan yang seperti inilah yang terkandung dalam ikan asin yang menggunakan pemutih itu. Gambar ini dapat lebih mempengaruhi khalayak dengan uji sederhana yang dilakukan. Memperlihatkan seberapa bahayanyakah cairan tersebut, agar menimbulkan rasa kewaspadaan. Selanjutnya, Reasoning Devices atau perangkat penalaran pertama. Perangkat penalaran yang pertama adalah Roots, yang mengindikasikan hubungan kausalitas. ya, itu permintaan pasar saja. Jadi kalau ikannya lebih putih, lebih bagus. Ikannya lebih disenangi orang. Lebih cepat laku. Kalimat tersebut adalah petikan wawancara tim liputan investigasi dengan pengrajin ikan asin yang bernama Jeki. Ia mengaku bahwa, ia melakukan kecurangan seperti ini karena permintaan pasar atau pengepul serta konsumen. Dan ternyata konsumen lebih memilih ikan yang lebih putih bersih dan mencolok tanpa tahu kandungan bahan didalamnya. Ketidaktahuan atau kurangnya informasi mengenai ikan asin berpemutih membuat konsumen lebih memilih ikan asin seperti itu, menurutnya ikan asin yang berpenampilan lebih putih bersih, lebih bagus dibanding ikan asin

19 72 yang asli, yang warnanya kemerahan, hitam kecoklatan, atau kekuningan. Hal inilah yang menyebabkan para pedagang ikan asin menggunakan pemutih dan juga sangat menguntungkan para pedagang, selain ikan asin yang lebih putih bersih cepat laku dipasaran. Dapat dilihat dari gambar dibawah ini: Gambar 4.6 Ini adalah gambar saat Jeki atau pelaku kecurangan dalam membuat ikan asin diwawancarai oleh tim liputan investigasi. Dari gambar tersebut terdapat teks apa yang ia katakan dan juga identitasnya. Gambar tersebut dengan menyamarkan wajah, nama, dan juga suara. Hal ini dilakukan agar tidak ada yang mengenalinya dan untuk menjaga privasinya sebagai seorang produsen atau pengrajin ikan asin. Terlihat ada warna hitam yang menyerupai kepala orang dari gambar tersebut. Kemudian, kalimat kedua juga terdapat pada:

20 73 untuk membuat ikan asin memakai bahan kimia semakin dianggap biasa. Jadi tidak ada istilah rasa ketakutan. Ya sudah dianggap biasa saja di masyarakat pengolah ikan asin. Ini adalah petikan wawancara dari salah seorang pengurus kelompok produsen ikan asin, yaitu Jarwo. Menurutnya dan menurut pengolah ikan asin lainnya dalam membuat ikan asin dengan menggunakan pemutih adalah masalah yang biasa dan tidak dipermasalahkan. Mereka hanya tahu dagangan mereka laris manis di pasaran tanpa tahu dampak dari pemutih yang mereka gunakan. Tidak ada rasa takut yang menghantui mereka, jika suatu saat ada yang mengeluh masalah ikan asinnya. Karena, selama ini tidak ada yang mengeluh mengenai ikan asinnya. Kalimat tersebut juga disertai gambar, lihat gambar dibawah ini Gambar 4.7 Gambar diatas adalah petikan wawancara tim liputan investigasi dengan Jarwo, salah seorang pengurus kelompok produsen ikan asin. Gambar ini juga menyamarkan wajah, nama, serta suara. Terlihat juga warna hitam sebelah kiri menyerupai kepala orang. Pada gambar ini juga terdapat teks

21 74 dan identitasnya untuk menjaga privasinya maka tim liputan melakukan hal seperti ini. Kemudian kalimat terakhir yang ditemui pada Roots adalah: Kalau kita dilaboratorium praktek, kita harus menggunakan jastop dan sarung tangan. Kalau kena kulitpun menyebabkan iritasi, ada pengelupasan. Kalau misalkan tertelan itu pada tenggorokan akan iritasi. Ini adalah petikan wawancara tim liputan dengan Thomas Gozali selaku staf peneliti pangan Universitas Pasundan mengemukakan bahwa, jika kita praktek dengan bahan-bahan kimia berbahaya atau senyawa keras seperti Hydrogen Peroksida (H 2 O 2 ). Kita harus memakai jastop dan pelindung kulit, seperti sarung tangan. Sarung tangan berguna untuk melindungi kulit agar tidak terjadi iritasi atau pengelupasan. Ini membuktikan Hydrogen Peroksida (H 2 O 2 ) benar-benar senyawa keras berbahaya, karena kulit kita tidak bisa tersentuh sedikitpun dengan senyawa keras ini. Apalagi jika tertelan pada tenggorokan maka akan terjadi iritasi juga. Itu hanyalah dampak sebagian kecil dari bahan kimia berbahaya tersebut. Jika dikonsumsi secara berlebih, maka akan menimbulkan dampak yang lebih serius. Dibawah ini adalah gambar dari Thomas Gozali selaku staf peneliti pangan Universitas Pasundan:

22 75 Gambar 4.8 Gambar ini diambil dengan biasa, karena sebagai pembuktian dari kasus yang diangkat. Hanya pelaku saja yang gambarnya diambil dengan menyamarkan wajah, nama, dan juga suara. Appeals to principle adalah perangkat penalaran kedua. Appeals to principle merupakan premis dasar, klaim-klaim moral. Appeals to principle yang ditemui disini adalah pada prinsipnya, Hydrogen Peroksida merupakan senyawa keras berbahaya. Ditemukan pada kalimat pertama berikut ini: H 2 O 2 atau hydrogen peroksida merupakan senyawa keras dan mudah bereaksi. Gelembung dan asap langsung terbentuk, begitu cairan H 2 O 2 disiramkan kedalam tanah. Lazimnya H 2 O 2 digunakan sebagai pembuat deterjen, pemutih tekstil dan kertas, desinpektan, antiseptic, hingga bahan bakar roket. Dalam kalimat tersebut menunjukkan bahan kimia berbahaya, yaitu Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 merupakan senyawa keras berbahaya dan mudah bereaksi. Mudah bereaksi disini mengartikan bahwa Hydrogen

23 76 Peroksida atau H 2 O 2 adalah senyawa yang panas dan akan menimbulkan reaksi secara langsung bila disiram. Dengan adanya reaksi gelembung dan asap, meyakinkan kita seberapa bahaya dan panasnya senyawa tersebut saat disiramkan kedalam tanah. Ini adalah reaksi yang ditimbulkan dari senyawa keras Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2. Dan juga seharusnya cairan ini tidak dilazimkan untuk tambahan pangan. Karena seharusnya cairan bahan kimia ini digunakan untuk pembuat bahan deterjen, pemutih tekstil dan kertas, desinpektan, antiseptic, hingga bahan bakar roket, dan hal lainnya. Lihat gambar dibawah ini: Gambar Gambar-gambar diatas adalah pembuktian dari kalimat yang telah tertera pada halaman sebelumnya. Pada gambar pertama, cairan pemutih yang

24 77 mengandung Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 ke tanah langsung menimbulkan reaksi gelembung saat cairan itu dituangkan dan dilanjutkan pada gambar yang kedua, setelah dituangkan dan bergelembung ternyata cairan pemutih itu juga berasap. Ini membuktikan, jika pemutih tersebut mengandung bahan kimia berbahaya yaitu Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2. Karena, pada sesungguhnya Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 seharusnya untuk pembuat deterjen, desinpektan, antiseptic, dan juga bahan bakar roket serta bahan-bahan lainnya. Dapat dilihat dari gambar ketiga sampai dengan gambar kelima. Hal tersebut yang membuat senyawa ini begitu keras dan tidak dibenarkan untuk bahan pangan. Seperti yang telah dijelaskan oleh Roy Sparringa selaku Deputi Bid. Pengawasan pangan dan bahan berbahaya penggunaan Hydrogen Peroksida itu biasanya sebagai desinpektan dalam obat, dalam kosmetik, itupun dalam konstransi tertentu. Jadi dipangan bukan untuk adiktif bahan-bahan pangan itu cukup jelas. Jadi kami tidak memberikan izin penggunaan Hydrogen Peroksida didalam pangan. Roy telah mengatakan bahwa, Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 tidak sepatutnya dicampurkan kedalam bahan pangan. Karena, Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 hanya untuk desinpektan, kosmetik, itupun dalam kosntransi tertentu. Kata konstransi disini memberi makna, yaitu takaran. Jadi, dalam pembuatan desinpektan, kosmetik, dan yang lainnya tetap harus menggunakan takaran agar tidak berlebihan dan tetap terjaga kesehatannya..

25 78 Hal ini perlu kita cermati bahwa, Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 adalah senyawa keras berbahaya dan tidak layak untuk dijadikan bahan pangan serta masuk kedalam tubuh. Dan Roy beserta jajarannya, tidak memberikan izin kedalam bahan pangan karena memang terdapat kandungan berbahaya didalamnya. Dari pernyataannyapun terlihat bahwa, pemerintah telah lalai dan tidak tegas dalam memberlakukan larangan mengenai bahan kimia berbahaya tersebut seperti pemutih yang mengandung Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2. Berikut gambar wawancaranya: Gambar 4.10 Gambar ini diambil saat tim liputan investigasi mewawancarai Roy Sparringa, sebagai tambahan bukti mengenai bahan kimia tersebut seharusnya digunakan untuk apa. Dan sangat tidak dibenarkan untuk bahan pangan. Dan perangkat penalaran terakhir, Consequences adalah efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai. Consequencesnya adalah Hydrogen

26 79 Peroksida atau H 2 O 2 merupakan senyawa keras dan akan memberikan dampak yang serius bagi kesehatan jika masuk kedalam tubuh. Dan kalimatnya ditemukan pada kalimat berikut: Jika H 2 O 2 masuk kedalam tubuh, maka akan menimbulkan rasa panas pada kulit, iritasi tenggorokan, saluran pencernaan, hingga kanker. Pada kalimat ini dapat diartikan, bahwa senyawa keras seperti Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 jika masuk kedalam tubuh, maka akan menimbulkan dampak yang cukup luar biasa serius, misalnya seperti rasa panas pada kulit jika terkena kulit, iritasi tenggorokan dan gangguan saluran pencernaan jika tertelan, bahkan hingga kanker jika bahan kimia ini sudah terakumulasi dalam tubuh dan dikonsumsi secara berlebih. Inilah yang menyebabkan mengapa ikan asin dengan menggunakan pemutih adalah ikan asin beracun, karena efek yang ditimbulkan benar-benar merugikan dan membahayakan kesehatan tubuh kita. Hal ini patut kita waspadai, karena ikan asin yang kita pikir lebih bagus karena warnanya putih bersih, ternyata mengandunng bahan kimia berbahaya yang akan merusak dan meracuni kesehatan tubuh kita. Ini sudah terbukti dari semua pernyataan yang dikumpulkan dan pengakuan dari para pelaku kecurangan dalam membuat ikan asin dengan menggunakan pemutih ini alias ikan asin beracun. Ikan asin bepemutih atau beracun ini, mungkin

27 80 tidak sering kita jumpai karena tidak semua pengrajin ikan melakukan hal seperti ini. Tapi, kewaspadaan dalam membeli sesuatu atau mengkonsumsinya itu perlu. Untuk itu, selalu berhati-hatilah dalam membeli atau mengkonsumsi sesuatu. Awas! Ikan asin beracun, sepertinya kata ini memang tepat dalam membenarkan ikan asin dengan menggunakan pemutih yang kandungannya terdapat senyawa keras Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 didalamnya. Agar lebih lengkap tersusun, tabel berikut akan membantu kita dalam menjelaskannya. Tabel 4.2 Framing Gamson dan Modigliani Frame AWAS! IKAN ASIN BERACUN Framing Devices (Perangkat Framing) Methapors Ikan asin komunitas yang laris manis dipasaran. Makanan ini terbukti dapat membangkitkan selera makan. Reasoning Devices (Perangkat Penalaran) Roots ya, itu permintaan pasar saja. Jadi kalau ikannya lebih putih, lebih bagus. Ikannya lebih disenangi orang. Lebih cepat laku. untuk membuat ikan asin memakai bahan kimi semakin dianggap biasa. Jadi tidak ada

28 81 istilah ketakutan. Ya sudah dianggap biasa saja di masyarakat pengolah ikan asin. kalau kita di laboratorium praktek, kita harus pakai jastop dan sarung tangan. Kalau kena kulit pun menyebabkan iritasi, ada pengelupasan. Kalau misalkan tertelan itu pada tenggorokan akan iritasi. Catchphrases Exemplaar Terdapat ikan asin mengandung zat kimia berbahaya, yaitu pemutih. Dan pemutih ini mengandung Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2. Jika ikan asin mengandung Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 itu akan menunjukkan perubahan warna bila ditambahkan larutan senyawa kimia, yaitu KI. Ikan asin berpemutih dengan ikan asin tanpa pemutih, terlihat jelas dari perbedaannya. Mulai dari tekstur warna sisiknya, hingga tekstur dagingnya. Appeals to Principle Pada prinsipnya, Hydrogen Peroksida merupakan senyawa keras berbahaya, lazimnya cairan ini seharusnya digunakan untuk pembuat deterjen, desinpektan, antiseptic, hingga bahan bakar roket, dan yang lainnya. Dan tidak dibenarkan sama sekali untuk bahan pangan. Karena termasuk senyawa keras berbahaya. Consequences Jika Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 masuk kedalam tubuh, maka akan menimbulkan rasa panas pada kulit, iritasi tenggorokan, saluran pencernaan, hingga kanker.

29 82 Depictions Tak semua ikan asin yang beredar dipasaran aman dikonsumsi. Visual Images Gambar ikan asin pada judul atau bingkai Gambar saat pelaku memberi pemutih pada ikan asinnya Gambar saat ikan asin di uji laboratorium Gambar perbedaan ikan asin yang diberi pemutih dan tanpa pemutih Gambar petikan wawancara dengan para pelaku. Gambar saat cairan Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2 diuji sederhana ke tanah. 4.4 Pembahasan Banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam kehidupan sosial saat ini membuat kita semakin resah, khawatir, dan membuat kita berpikir negatif terhadap sesuatu atau seseorang. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi membuat hidup semakin tidak aman, apalagi jika penyimpangan itu terjadi didalam makanan yang biasa kita konsumsi. Hal ini cukup ironis, karena saat ini masih ada orang atau pelaku kecurangan yang mampu menghalalkan segala cara untuk keuntungan dirinya sendiri. Ketidaktegasan dan kelalaian pemerintah dalam menangani bahan kimia berbahaya yang diberedarkan secara bebas membuat

30 83 pelaku kecurangan ini melancarkan askinya dalam berbuat curang dan menipu kalangan konsumen. Pada kasus penyimpangan terhadap makanan ini, TransTV dalam program Reportase Investigasi tanggal 12 Maret 2011 mengangkat kasus ikan asin beracun. Ikan asin beracun merupakan ikan asin yang menggunakan pemutih dan mengandung Hydrogen Peroksida atau H 2 O 2. Yang mana ikan asin memberikan dampak yang cukup merusak kesehatan tubuh jika kita memakannya apalagi sampai mengkonsumsinya. Media melakukan pendekatan langsung dengan narasumber atau pelaku, mengikuti pelaku dalam melakukan aksinya dalam pembuatan ikan asinnya mulai dari membeli ikan asin hingga ikan asin tersebut didistribusikan, media juga melakukan uji laboratorium dan mendapat pernyataan dari seorang ahli pangan serta uji sederhana yang dilakukannya, dan memberikan pernyataan dari seorang yang memberikan larangan cairan tersebut dimasukkan kedalam pangan. Disini media menonjolkan gambar-gambar tersebut untuk mengangkat realitas dari bingkai yang didapatnya, agar masyarakat dapat memberikan pandangannya sendiri mengenai kasus tersebut. Dan lebih mencitrakan, jika ikan asin tersebut memang tidak layak untuk dikonsumsi sehingga dapat mengangkat jiwa emosional masyarakat dengan tayangan yang ditampilkannya dan membuat pemerintah kehilangan muka, karena ternyata pemerintah tidak tegas dalam memberlakukan larangan bahan kimia berbahaya tersebut seperti pemutih.

31 84 Dengan menampilkan tayangan yang lengkap dan tersaji seperti itu, media mencoba mempengaruhi khalayak, mendidik, menginformasikan serta mengajaknya lebih cermat dalam mengkonsumsi makanan yang layak dikonsumsi agar kesehatan tubuh lebih terjaga. Media mengkonstruksi kasusnya berdasarkan realita yang ada. Dalam pemberitaan, media juga terlibat dalam pengkonstruksiannya. Media sudah memberikan pemahamannya pada kasus yang diangkat. Karena, fakta itu diproduksi dan ditampilkan secara simbolik, maka realitas tergantung pada bagaimana ia dilihat dan bagaimana fakta tersebut dikonstruksi. Media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Media menuangkannya kedalam teks dan juga gambar (audio visual). Dari sinilah khalayak dapat mengetahui atau memahami berita ikan asin beracun tersebut. Disini media membingkai dengan caranya sendiri agar lebih mudah dipahami. Media mengangkat kasus tersebut, tentu saja untuk informasi khalayak. Sudah seharusnya media memberikan point-point penting atau nilai berita pada beritanya. Berita adalah hasil dari konstruksionis sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideology, dan nila-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana selalu melibatkan nilai-nilai tertentu.

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat 44 BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe/Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. kondisi empirik objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki. 25

BAB III METODELOGI PENELITIAN. kondisi empirik objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki. 25 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini tipe yang digunakan adalah bersifat deskriptif kualitatif dimana, penelitian memberikan gambaran atau penjabaran tentang kondisi empirik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat konsrtuksi dari iklan. Menurut Bogdan dan Taylor bahwa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Singkat Tentang Trans TV dan Trans 7. Usahanya berada di bawah kepemilikan Para Group (PT Para Inti Investindo).

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Singkat Tentang Trans TV dan Trans 7. Usahanya berada di bawah kepemilikan Para Group (PT Para Inti Investindo). IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Singkat Tentang Trans TV dan Trans 7 4.1.1 Trans TV TRANS TV (PT Televisi Transformasi Indonesia) adalah sebuah stasiun televisi swasta ke 8 yang memperoleh ijin mengudara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis framing dan menggunakan dokumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian analisis teks media.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan 34 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme

Lebih terperinci

Bab III. Metodologi Penelitian. diciptakan melalui tayangan program Minta Tolong di RCTI.

Bab III. Metodologi Penelitian. diciptakan melalui tayangan program Minta Tolong di RCTI. Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dimana penelitian ini berusaha melihat konstruksi realitas sosial yang diciptakan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik perhatian besar beberapa surat kabar dan menjadi berita hangat di beberapa surat kabar di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap teks yang terdapat pada website Komisi Penyiaran Indonesia dan. Masyarakat Ikut Awasi TV edisi 25 Maret 2014.

BAB V PENUTUP. terhadap teks yang terdapat pada website Komisi Penyiaran Indonesia dan. Masyarakat Ikut Awasi TV edisi 25 Maret 2014. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Bab ini menjelaskan kesimpulan dari fungsi media massa sebagai medium penyebar informasi dalam mengonstruksi literasi media. Penelitian ini dilakukan terhadap teks yang terdapat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Trans TV (PT. Televisi Transformasi Indonesia)

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Trans TV (PT. Televisi Transformasi Indonesia) BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Trans TV (PT. Televisi Transformasi Indonesia) PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) merupakan perusahaan yang dimiliki oleh Trans Corporation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah-masalah tertentu. Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. masalah-masalah tertentu. Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metodologi penelitian merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematik logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Berikut ini metode penelitian dalam penelitian ini. Metodologi penelitian meliputi (1) metode penelitian, (2) teknik pengumpulan data, (3) teknik pengolahan data, (4) sumber dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam jenis program seperti edukatif, informatif, hingga hiburan pun ditayangkan di TRANS TV. Dari berbagai macam jenis program acara yang ada di TRANS TV,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan

ABSTRAK. Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan ABSTRAK JUDUL : Analisis Bingkai: Objektifikasi Perempuan dalam Buku Sarinah NAMA : Yudha Setya Nugraha NIM : D2C009030 Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan dalam rumah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam berbagai aspek, paradigma membantu merumuskan apa yang harus dipelajari. Ia merupakan suatu kesatuan konsensus yang terluas dalam suatu bidang ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di sektor industri menengah dan industri kecil atau industri rumah tangga. Perkembangan industri

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. film Kubur Kabar Kabur. Dari keseluruhan film, sutradara telah mengkonstruksi

BAB V PENUTUP. film Kubur Kabar Kabur. Dari keseluruhan film, sutradara telah mengkonstruksi 106 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil-hasil temuan penelitian, wawancara, dan analisis yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa bagaimana profesi seorang jurnalis dikonstruksi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : PT. Bama Berita Sarana Televisi (BBS TV) Surabaya. Alamat : Graha Bumi Surabaya Lantai 5

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : PT. Bama Berita Sarana Televisi (BBS TV) Surabaya. Alamat : Graha Bumi Surabaya Lantai 5 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Profil Umum Perusahaan Nama Perusahaan : PT. Bama Berita Sarana Televisi (BBS TV) Surabaya Alamat : Graha Bumi Surabaya Lantai 5 Jl. Basuki Rachmat No. 106 128 Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cara pandangnya terhadap dunia. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cara pandangnya terhadap dunia. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah seperangkat kepercayaan dasar yang menjadi prinsip dasar yang ada dalam diri seseorang tentang pandangan dunia dan membentuk cara pandangnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Fenomena yang dijadikan objek penelitian adalah isi editorial Hortikultura

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Fenomena yang dijadikan objek penelitian adalah isi editorial Hortikultura BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Fenomena yang dijadikan objek penelitian adalah isi editorial Hortikultura Tabloid Sinar Tani periode Januari 2013 sampai Desember 2013. Penentuan obyek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat paradigma. Pendekatan kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat paradigma. Pendekatan kualitatif yang 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat paradigma. Pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. topik secara mendalam dan menguak berbagai kecurangan yang terjadi di sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. topik secara mendalam dan menguak berbagai kecurangan yang terjadi di sekitar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reportase Investigasi merupakan acara news jenis feature yang membahas suatu topik secara mendalam dan menguak berbagai kecurangan yang terjadi di sekitar lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari kehidupan kita sehari hari. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication, berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak stasiun stasiun televisi swasta baru yang mulai bermunculan untuk merebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak stasiun stasiun televisi swasta baru yang mulai bermunculan untuk merebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri televisi berkembang sangat pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Banyak stasiun stasiun televisi swasta baru yang mulai bermunculan untuk merebut pangsa pasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insert merupakan program infotainment satu satunya yang ada di stasiun televisi Trans TV. Program infotainment yang pernah ditayangkan sampai tiga kali sehari ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Menurut Mulyana (2001: 169) media televisi merupakan salah satu media komunikasi yang sangat efektif untuk memberikan informasi kepada khalayak dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, which are part of human diet. Artinya adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP NASIONALISME DALAM FILM (ANALISIS FILM HABIBIE DAN AINUN)

PRINSIP-PRINSIP NASIONALISME DALAM FILM (ANALISIS FILM HABIBIE DAN AINUN) PRINSIP-PRINSIP NASIONALISME DALAM FILM (ANALISIS FILM HABIBIE DAN AINUN) Marisa Puspita Sary 1, Vera Wijayanti Sutjipto 2, Maulina Larasati 3 Alamat instansi: FIS UNJ, Prodi Humas UNJ, Lt 3, JL Rawamangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang dalam proses pembuatannya telah dicampur dengan bahan kimia. Bahan kimia tersebut beraneka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metode riset adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi seperti yang dikatakan oleh Onong Uchyana Effendy adalah media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, penelitian ini berupa studi tekstual yakni data dari dokumen yang diperoleh berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Surat kabar merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Surat kabar merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh seorang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Surat kabar merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh seorang penulis (wartawan) untuk menuangkan ide masing-masing dalam analisis data-data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan jenis penelitiannya yakni Penelitian Analisis Teks

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan jenis penelitiannya yakni Penelitian Analisis Teks BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan jenis penelitiannya yakni Penelitian Analisis Teks Media (ATM) yang bersifat non kancah, maka pendekatan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Televisi adalah salah satu media masa yang tidak hanya menampilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Televisi adalah salah satu media masa yang tidak hanya menampilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi adalah salah satu media masa yang tidak hanya menampilkan gambar, namun juga mampu menampilkan suara, atau bisa disebut sebagai media audio visual. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha BAB I PENDAHULUAN Salah satu TV Lokal yang konsisten dalam mengangkat isu/konten daerah adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Yayasan Buddha Tzu

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses dimana komunikasi tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh. audiens, pusat dari komunikasi massa adalah media.

BAB I PENDAHULUAN. proses dimana komunikasi tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh. audiens, pusat dari komunikasi massa adalah media. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi adalah suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Dalam melakukan penelitian untuk memperoleh fakta yang dipercaya kebenarannya, maka metode penelitian itu penting artinya,

Lebih terperinci

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI.

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI. Modul ke: Modul Perkuliahan IX Metode Penelitian Kualitatif Metode Analisis Framing Fakultas 09ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Public Relations Judul Sub Bahasan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. Karena melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang sedang dan telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Visi dan Misi A. Visi 1. Dalam jangka panjang, TRANS7 menjadi stasiun televisi terbaik di Indonesia dan di ASEAN.

BAB I PENDAHULUAN Visi dan Misi A. Visi 1. Dalam jangka panjang, TRANS7 menjadi stasiun televisi terbaik di Indonesia dan di ASEAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1. Profil Singkat TRANS7 TRANS7 yang pada awalnya bernama TV7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metodologi riset adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu

Lebih terperinci

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH CONTOH KARYA TULIS ILMIAH KARYA TULIS ILMIAH BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN KATA PENGANTAR Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yang menggabungkan audio dan

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yang menggabungkan audio dan 1111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan salah satu media massa yang menggabungkan audio dan visual, sehingga orang tidak hanya memandang gambar yang ditayangakan, melainkan dapat mendengar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sendiri berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara

BAB III METODE PENELITIAN. sendiri berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian memiliki makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara yang di tempuh untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan bahan dasar makanan harus mengandung zat gizi untuk memenuhi fungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tentang langkah langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang

BAB III METODE PENELITIAN. tentang langkah langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang 32 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metodologi riset adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan salah satu media massa yang paling kuat pengaruhnya dalam pembentukan sikap dan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Bandung TV mulai mengudara pada 3 Januari 2005 selama 10 jam dengan

BAB III OBJEK PENELITIAN. Bandung TV mulai mengudara pada 3 Januari 2005 selama 10 jam dengan BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Tinjauan Tentang Bandung TV 3.1.1 Bandung TV PT. Bandung Media Televisi Indonesia atau yang lebih dikenal Bandung TV merupakan afiliasi dari PT. Bali TV Narada. Stasiun televisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diasuh oleh lukman hakim ditabloid Posmo dalam membingkai dan

BAB III METODE PENELITIAN. diasuh oleh lukman hakim ditabloid Posmo dalam membingkai dan 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti, yaitu berbicara mengenai bagimana sebuah isi teks pesan dakwah konsultasi sufistik yang diasuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : PT. Media Televisi Lestari Satu (Metro TV) Alamat : JL. Ketampon Ruko Bintoro Kav

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : PT. Media Televisi Lestari Satu (Metro TV) Alamat : JL. Ketampon Ruko Bintoro Kav BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Profil Umum Perusahaan Nama Perusahaan : PT. Media Televisi Lestari Satu (Metro TV) Alamat : JL. Ketampon Ruko Bintoro Kav. 118-123 Telepon Fax Email Website Slogan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Judul penelitian ini adalah : Konstruksi Nilai Rancangan Pesan ESQ 165 Dalam Pembangunan Karakter Indonesia Emas (Analisis Framing Program Indonesia Emas

Lebih terperinci

RANGKUMAN KESELAMATAN STRATEGI PRODUK GLOBAL EMAL 10G

RANGKUMAN KESELAMATAN STRATEGI PRODUK GLOBAL EMAL 10G Kao Corporation RANGKUMAN KESELAMATAN STRATEGI PRODUK GLOBAL EMAL 10G Dokumen ini adalah rangkuman komprehensif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada publik secara umum tentang keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Media massa memberikan dampak yang sangat besar bagi masyarakat. Internet masih menduduki tingkat teratas sebagai alat akses informasi termudah saat ini, namun dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup komunikasi merupakan hal yang esensial, oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup komunikasi merupakan hal yang esensial, oleh sebab itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam hidup komunikasi merupakan hal yang esensial, oleh sebab itu, manusia tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Dimanapun kita, apapun yang kita lakukan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Di jaman modern ini, masyarakat dapat dengan mudah dan menerima suatu informasi dari berbagai media massa. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan setiap insan baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis. Pangan selalu terkait

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di UPT. Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berlangsung sejak tanggal 30 Januari hingga 03 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang kita kenal

Lebih terperinci

PT. Kao Indonesia Chemicals

PT. Kao Indonesia Chemicals PT. Kao Indonesia Chemicals RANGKUMAN KESELAMATAN STRATEGI PRODUK GLOBAL EMAL 10P HD Dokumen ini adalah rangkuman komprehensif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada publik secara umum tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa pada saat ini sangat berpengaruh untuk mempengaruhi persepsi, pikiran serta tingkah laku masyarakat. Media massa pada saat ini sangat berpengaruh untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. 4.1 Analisis Data

BAB IV ANALISA. 4.1 Analisis Data BAB IV ANALISA 4.1 Analisis Data Berdasarkan survey yang telah dilakukan, dapat dianalisa bahwa sebuah logo sebagai bagian dari corporate identity, memiliki peranan yang penting dalam sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap individu berusaha untuk mengenal dan mencari jati dirinya, mengetahui tentang orang lain, dan mengenal dunia luar atau selalu mencari tahu mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup. Tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2012, pangan yang

Lebih terperinci

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari sekarang ini tidak jarang kita khawatir untuk mengkonsumsi makanan, hal ini akibat banyaknya pangan (makanan) yang mengandung bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media yang dapat memberikan kepada khalayak penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang didapat ketika melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, arus informasi yang aktual, akurat dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhannya itu dapat

Lebih terperinci

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN Formalin Formalin merupakan larutan 40 % formaldehid, termasuk golongan senyawa aldehid atau alkanal, yang mengandung satu atom karbon.

Lebih terperinci

Dra.Ida Marlinda Loenggana, Apt Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

Dra.Ida Marlinda Loenggana, Apt Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Keamanan Produk Makanan Yang Beredar oleh Dra.Ida Marlinda Loenggana, Apt Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Dibawakan di acara,, Ancaman Kualitas Makanan terhadap Kesehatan menyambut Rakernas Majelis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang di konsumsi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolang-kaling merupakan hasil produk olahan yang berasal dari perebusan endosperm (makanan cadangan yang terdapat di dalam biji tumbuhan) biji buah aren yang masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi sekarang ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa komunikasi. Karena komunikasi adalah usaha

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI

HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI 69 HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN MENONTON REPORTASE INVESTIGASI merupakan terpenuhinya kebutuhan individu. dapat diperoleh setelah seseorang melakukan sesuatu yang dapat mendukung dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perusahaan dituntut untuk bersaing secara cermat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perusahaan dituntut untuk bersaing secara cermat dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi, perusahaan dituntut untuk bersaing secara cermat dan tanggap dalam melihat peluang, ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik itu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang padat akan aktifitas membutuhkan hiburan dan informasi yang cepat, mudah dan murah. Ketat dan pesatnya persaingan dalam industri televisi khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak dan relatif murah harganya. Daging ayam mengandung 22 persen protein dan 74 persen air dalam 100 gram

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK DAN LINGKUNGAN

PANDUAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK DAN LINGKUNGAN PANDUAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK DAN LINGKUNGAN AKADEMI ANALIS KESEHATAN THERESIANA JL. MAYJEN SUTOYO No. 69 SEMARANG PETUNJUK UMUM A. Tata Tertib 1. Mahasiswa harus sudah hadir 10 menit sebelum praktikum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, Makanan merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang guna kelangsungan hidupnya. Untuk itu sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan berkembang serta mampu beraktivitas dan memelihara kondisi tubuhnya. Untuk itu bahan pangan atau biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi membuat dunia komunikasi menjadi luas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi membuat dunia komunikasi menjadi luas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi membuat dunia komunikasi menjadi luas dan tanpa batas. Sebagai makhluk sosial, manusia harus berkomunikasi dan selalu ingin bertukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan sebagainya. Bahasa dianggap sebagai sarana yang paling utama dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum TRANS7 TRANS7 semula bernama TV7 (di bawah naungan Kelompok Kompas Gramedia KKG). Pada tanggal 22 Maret 2000 keberadaan TV7 telah diumumkan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Profil Trans TV Trans TV adalah perusahaan yang dimiliki oleh Trans Corporation yang juga pemilik dari Trans7. Memperoleh ijin siaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi telah menjadi kebutuhan masyarakat di era modern. Informasi menambah pengetahuan masyarakat dan membantu mereka membuat keputusan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA.

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA. ARTIKEL PENGABDIAN SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA Rabiatul Adawiyah 1, Umar Saifuddin 2 dan Rezqi Handayani 1 1 Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci