A P E C APEC adalah suatu forum kerjasama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A P E C APEC adalah suatu forum kerjasama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik."

Transkripsi

1 A P E C APEC adalah suatu forum kerjasama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik. Forum tersebut berdiri tahun 1989 dan beranggotakan 21 ekonomi - Australia, Brunei Darussalam, Canada, Chile, China, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Mexico, New Zealand, Papua New Guinea, Peru, Philipina, Russia, Singapore, China Taipei, Thailand, dan Amerika serikat. APEC merupakan forum kerjasama yang penting dan strategis dalam perekonomian dunia mengingat dengan jumlah penduduk 2,5 miliar, secara keseluruhan anggotanya mempunyai produk domestik bruto sebesar 19 triliun US dollar dan mencakup 45 persen perdagangan dunia. Dalam sepuluh tahun terakhir, forum kerjasama ekonomi tersebut telah membuktikan diri sebagai kawasan ekonomi yang dinamis dan menyumbangkan 70 persen dari pertumbuhan ekonomi dunia. Dengan keragaman sistem politik, tingkat pembangunan/kemakmuran dan nilai sosial-budaya, maka APEC perlu mengembangkan suatu proses yang cocok untuk mencapai tujuannya. Keberhasilan dalam hal ini akan mendorong APEC

2 memainkan peran yang semakin penting, bahkan menjadi salah satu kunci bagi peningkatan kesejahteraan dan stabilitas dunia di masa mendatang. SEJARAH (langkah-langkah penting yang dicapai) Canberra, Australia APEC mulai melakukan pembicaraan informal tingkat Menteri (12 anggota ekonomi) Blake Island, United States Para pemimpin eonomi APEC bertemu untuk pertama kalinya dan menyusun Visi APEC stabilitas, keamanan dan kemakmuran bagi masyarakat Bogor, Indonesia APEC mencetuskankan Bogor Goals Perdagangan dan Investasi yang terbuka dan bebas pada tahun 2010 bagi ekonomi maju dan tahun 2020 bagi ekonomi berkembang Osaka, Japan APEC menerima Osaka Action Agenda (OAA) yang memuat kerangka kerja untuk mencapai Bogor Goals melalui liberalisasi perdagangan dan investasi, fasilitasi bisnis dan kegiatan sektoral. Upaya tersebut didukung dengan dialog kebijakan dan kerjasama ekonomi Manila, The Philippines menyetujui the Manila Action Plan for APEC (MAPA) yang menekankan langkahlangkah liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi dalam mencapai Bogor Goals, dan untuk pertama kalinya menyusun Rencana Aksi kolektif (Collective Action Plans CAPs) dan Rencana Aksi individu (Individual Action Plans IAP) yang menjelaskan bagaimana anggota ekonomi APEC akan mencapai tujuan perdagangan bebas.

3 Vancouver, Canada APEC menyetujui usulan percepatan liberalisasi 15 sektor (Early Voluntary Sectoral Liberalization EVSL) dan memutuskan bahwa Rencana Aksi Individu harus diperbaharui setiap tahun Kuala Lumpur, Malaysia APEC menyetujui sembilan sektor pertama untuk percepatan liberalisasi (EVSL) dan mencari suatu EVSL Agreement dengan non anggota APEC di WTO Auckland, New Zealand APEC menyatakan komitmen mengenai paperless trading pada tahun 2005 bagi anggota ekonomi maju dan tahun 2010 bagi ekonomi berkembang. APEC menyetujui skema APEC Business Travel Card dan mengesahkan Mutual Recognition Arrangement on Electrical Equipment and a Framework for the Integration of Women in APEC Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam APEC berhasil membuat electronic Individual Action Plan (e-iap) system, menyediakan IAPs online dan menyatakan komitmennya untuk meneruskan Action Plan for the New Economy yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan internet di kawasan Asia Pasifik Shanghai, People's Republic of China APEC menyetujui Shanghai Accord yang difokuskan untuk memperluas Visi APEC, menegaskan kembali langkah-langkah mencapai Bogor Goals dan memperkuat mekanisme implementasi. Menyetujui e-apec Strategy guna memperkuat struktur pasar dan institusi, memfasilitasi investasi infrastruktur dan teknologi untuk transaksi secara elektronik dan mendorong kewirausahaan dan peningkatan kapasitas manusia. Untuk pertama kalinya APEC s Counter-Terrorism Statement dicetuskan Los Cabos, Mexico APEC menerima Trade Facilitation Action Plan, Policies on Trade and the Digital

4 Economy and Transparency Standards. Disampaikan APEC's second Counter- Terrorism Statement bersamaan dengan the Secure Trade in the APEC Region (STAR) Initiative Bangkok, Thailand Thema APEC tahun 2003 adalah : A World of Differences: Partnership for the Future - membawa kekuatan individu dari semua anggota APEC untuk meningkatkan kemakmuran. Promoting Human Security memberdayakan masyarakat untuk lebih aktif dan dapat mengandalkan ekonomi regional. Knowledge Based Economy (KBE) for all KBE sebagai landasan pertumbuhan ekonomi dikawasan APEC. FinanciaArchitecture for a World of Differences meningkatkan investasi dan perdagangan ( best practices of financial regulations and corporate governance yang dapat diterapkan disemua anggota ekonomi). Growth Enterprises: SMEs and Micro Business mendorong usaha kecil dan menengah dalam transaksi lintas batas yang akan memperkuat ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Act of Development Pledge.- penting untuk mendukung proses yang berjalan di APEC untuk mencapai kemakmuran di kawasan Asia Pasifik VISI APEC Pada pertemuan para Pemimpin Ekonomi APEC yang pertama pada tahun 1993 di Seattle-Blake Island, Amerika Serikat disepakati sebuah Visi bagi APEC,yaitu: terciptanya suatu komunitas yang dilandasi semangat keterbukaan dan upaya kerjasama untuk menghadapi perubahan, memperlancar arus barang, jasa dan investasi, mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata, mencapai standar hidup dan pendidikan yang lebih tinggi, dan mewujudkan pertumbuhan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. BOGOR GOALS Kunci utama dalam mencapai visi tersebut tertuang dalam Bogor Goals yaitu; tercapainya perdagangan dan investasi yang bebas dikawasan Asia Pasifik pada

5 tahun 2010 bagi ekonomi berkembang dan pada tahun 2020 bagi ekonomi maju. Hal ini telah disetujui pada pertemuan para Pemimpin Ekonomi APEC tahun 1994 di Bogor, Indonesia. PERAN APEC APEC yang berdiri tahun 1989 dimaksudkan untuk lebih jauh mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran serta memperkuat komunitas Asia Pasifik. Sejak terbentuknya, APEC telah berupaya untuk menurunkan hambatan tariff dan non tariff dengan maksud untuk menciptakan ekonomi domestik yang effisien dan meningkatkan ekspor. Perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka akan mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan memberikan peluang yang lebih luas bagi perdagangan internasional dan investasi. Selain itu, biaya produksi yang lebih rendah akan mendorong terciptanya harga barang dan jasa yang lebih murah. Untuk itu APEC berusaha menciptakan lingkungan yang aman dan effisien bagi pergerakan barang, jasa dan manusia melintasi batas negara dikawasan Asia Pasific melalui pengaturan kebijakan dan kerjasama ekonomi dan teknik. STRUKTUR - APEC Catatan: 1. CTI membawahi Sub Committee/Experts Groups: Sub Committee on Standards (SCSC) and Conformance, Sub-Committee on Customs Procedures (SCCP), Market Access Group (MAG), Group on Services (GOS), Investment Experts Group (IEG), Intellectual Property Rights Experts Group (IPEG), Government Procurement Experts Group (GPEG), Informal Experts Group on Business Mobility, Competition Policy/Deregulation Group (CPDG), WTO Capacity Building Group (WTOCB),Strengthening Economic Legal Infrastructure (SELI).CTI juga membawahi Business-Government Dialogues: APEC Automotive Dialogue dan APEC Chemical Dialgoue. 2. SOM Special task Groups membawahi: Streering Group on E-commerce, Counter Terrorism Task Force, Gender Focal Point Network.

6 3.Working Group yang berada dibawah Sectoral Ministerial Meeting: Agricultural Technical Cooperation, Energy, Fisheries, Human Resources Development, Industrial Science and Technology, Marine Resources Conservation, Small & Medium Enterprises, Telecommunication & Information, Tourism, Trade Promotion, Transportation. RUANG LINGKUP APEC APEC menggunakan tiga pilar utama sebagai kunci pencapaian tujuannya; Liberalisasi Perdagangan dan Investasi Liberalisasi Perdagangan dan Investasi dimaksudkan untuk mengurangi dan apabila memungkinkan menghapuskan hambatan tariff dan non tariff. Upaya tersebut difokuskan pada pembukaan pasar untuk meningkatkan perdagangan dan investasi. Fasilitasi bisnis Fasilitasi bisnis memfokuskan kegiatan pada upaya untuk mengurangi biaya transaksi, meningkatkan akses pada informasi perdagangan, memaksimalkan manfaat dari teknologi informasi dan menyesuaikan kebijakan dan strategi bisnis untuk mendorong pertumbuhan dan mencapai keterbukaan perdagangan dan investasi. Kerjasama Ekonomi dan Teknik ECOTECH memberikan kesempatan pada anggota ekonomi APEC untuk meningkatkan kapasitasnya melalui pelatihan dan kerjasama sehingga mampu menarik manfaat dari perdagangan dunia dan ekonomi baru (new economy). Hasil dari ketiga pilar tersebut akan memperkuat ekonomi anggota APEC melalui pemanfaatan maksimal sumber daya dan meningkatkan efisiensi BAGAIMANA APEC BEROPERASI APEC adalah suatu forum kerjasama ekonomi yang unik karena merupakan satusatunya forum kerjasama multilateral yang tidak mengikat anggotanya secara legal (non legally binding). Forum tersebut dinilai berhasil menyelenggarakan dialog yang seimbang dan menghargai pandangan anggotanya yang memiliki keragaman kepetingan. Keputusan yang diambil berkaitan dengan isu-isu yang dibahas dilakukan berdasarkan konsensus anggota.

7 Tingkat Kebijakan (policy level) o APEC Economic Leaders` Meeting Setiap tahun para Pemimpin Ekonomi APEC (Kepala Negara/Pemerintahan) mengadakan pertemuan untuk menyusun deklarasi yang akan menjadi agenda kebijakan bagi APEC. o APEC Ministerial Meeting Pertemuan tahunan para Menteri Luar Negeri dan Menteri Ekonomi/Perdagangan dilakukan sebelum diselenggarakannya pertemuan Para Pemimpin Ekonomi untuk membahas kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahun yang bersangkutan dan menyusun rekomendasi bagi para Pemimpin untuk dipertimbangkan lebih lanjut. o Sectoral ministerial meeting Pertemuan para Menteri Sektoral dilakukan secara teratur meliputi bidang; pendidikan, energi, lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, keuangan, sumberdaya manusia, kerjasama ilmu IPTEK, usaha kecil dan menengah, telekomunikasi dan infirmasi, pariwisata, perdagangan, perhubungan, dan peranan wanita. APEC Business Advisory Council (ABAC) Pertemuan tahunan ABAC dimaksudkan untuk memberikan pandangan dari sisi bisnis kepada para Pemimpin berkaitan dengan isu-isu APEC dan menyampaikan laporan dan rekomendasi untuk meningkatkan lingkungan bisnis dan investasidikawasan APEC. ABAC juga mengadakan pertemuan empat kali setahun dan menghadiri Minsiterial Meeting. Tingkat Pelaksanaan (working level) o Senior Official`s Meeting Para Pejabat Senior bekerja berdasarkan arahan dari para Menteri, dan selanjutnya para Pejabat Senior akan membimbing committee, working groups dan task force. Pertemuan Para Pejabat Senior yang dilaksanakan tiga atau empat kali setahun dimaksudkan untuk menyusun rekomendasi kepada para Menteri dan Pemimpin. - Committee on Trade and Investment (CTI) Komite yang terbentuk pada tahun 1993 bertugas mengkoordinir langkah-langkah APEC dalam mengurangi hambatan kegiatan bisnis di 15 bidang utama yang

8 tercantum dalam Agenda Aksi Osaka; tariff, non tariff, services, investment, standards and conformance, customs procedures, intellectual property rights,competition policy, government procurement, deregulation, rules of origin, dispute mediation, mobility of business people, dan implementation of WTO obligations. Beberapa isu penting yang dibahas terakhir dalam CTI meliputi : i) Collective Action Plans (CAP) : meningkatkan CAP untuk bidang-bidsang yang tercantum dalam Osaka Action Agenda. CAP merupakan alat utama untuk mendorong kemajuan liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi. ii) Multilateral Trading System: Mempercepat implementasi rencana strategis APEC - WTO related capacity building dan melakukan confidence building untuk mendukung Doha Development Agenda. iii) Trade Facilitation: mengurangi biaya transaksi sebesar 5% pada tahun 2006 dengan mengidentifikasi dan mengimplementasikan langkah-langkah nyata yang telah ditetapkan (menu of Options). iv) implementation of transparency standards: mengimplementasikan Leaders statement on Transparency Standards by 2005 dan mengembangkan atau memperbaharui standar transparansi untuk bidang-bidang spesifik (services, investment, government procurement, competition policy, standard and conformance, trade facilitation) v) APEC Policies on Trade and Digital Economy: menyusun rencana kerja untuk mencapai target Leaders s Statement to implement APEC Policies on Trade and the Digital Economy dan mengidentifikasi bidang baru yang dapat dimasukan serta menentukan targetnya. vi) Pathfinder Initiatives: memonitor dan me-review kemajuan yang dicapai dalam implementasi initiatif yang telah disetujui (Electrical and Electronic Equipment MRA parts II & III, Revised Kyoto convention simplification and harmonization of Customs Procedures, Unilateral Advance Passenger Information system,electronic SPS & electronic Certificates of Origin) vii) Strengthening Economic Legal Infrastructure (SELI) : memperkuat berfungsinya pasar melalui implementasi kerangka kerjasama untuk memperkuat infrastruktur

9 legal, inisiatif kerjasama APEC-OECD dalam regulatory reform dan peningkatan competition and regulatory reform. viii) Industry Dialogues (Automotive and Chemical) : menggalang dialog antara kalangan industri kimia dan antara kalangan industri otomotif. Juga diadakan dialog antaran kalangan industri dengan anggota ekonomi APEC untuk mengembangkan kebijakan dan meningkatkan kerjasama dalam meningkatkan effisiensi. - Economic Committee (EC) EC bertugas melakukan penelitian tentang perekonomian dan isu-isu yang menjadi prioritas APEC, sekaligus menjadi forum pertukaran informasi dan pandangan mengenai hal tersebut. Isu-isu penting yang telah dicapai sejak berdirinya EC tahun 1994 adalah; i) 2003 APEC Economic Outlook, ii) Investigation of Corporate Restructuring, iii) Knowledge Based Economy (KBE), iv) Project in support of APEC`s Trade and Liberalization and Facilitation. - SOM Committee on Economic and Technical Cooperation (SOM Committee on ECOTECH) SOM on ECOTECH yang berdiri tahun 1988 bertugas melakukan koordinasi dan mengelola agenda kerjasama ekonomi dan teknik, selain mengidentifikasi inisiatif kerjasama yang dapat dilakukan oleh anggota APEC. Kegiatan yang dilakukan oleh komite ini dimaksudkan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan pembangunan sekaligus mengurangi perbedaan perekonomian dan meningkatkan kemakmuran. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi penelitan, pertukaran informasi dan pengalaman serta pelatihan. Isu terakhir yang dibahas dalam SOM ECOTECH meliputi; i) integration to global economy, ii) counter terrorism Capacity Building, iii) Promoting the Development of Knowledge Based Economies

10 , iv) Addressing the social Dimension of Globalization. BAGAIMANA APEC MENCAPAI TUJUAN DAN VISINYA Untuk mencapai tujuan Bogor Goals, anggota APEC menggunakan suatu strategi yang dikenal sebagai Osaka Action Agenda (OAA). Strategi tersebut telah disetujui para Pemimpin Ekonomi APEC tahun 1995 di Osaka Jepang. OAA dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Aksi individu (individual Action Plans) dan Rencana Aksi Kolektif (Collective Action Plans). RAK dan Rai dimaksudkan untuk melihat kemajuan yang telah dicapai oleh anggota ekonomi dalam mencapai Bogor Goals free and open trade and investment. Pengembangan dan pelaksanaan RAK dikoordinasikan oleh sebuah komite yang bernama Committee on Trade and Investment. Sedangkan penyempurnaan dan pelaksanaan RAI dilakukan oleh masing-masing ekonomi anggota. AGENDA AKSI OSAKA (AAO) Agenda ini yang dicetuskan pada pertemuan para pemimpin APEC di Osaka, Jepang tahun 1995 memberikan kerangka kerja bagi APEC untuk mencapai Bogor Goals melalui liberalisasi perdagangan dan investasi, falitasi bagi kalangan binis dan kegiatan sektoral didukung dengan kerjasama dan ekonomi dan teknik. prinsip-prinsip umum yang dianut oleh APEC dalam proses liberalisasi dan fasilitasi; i) Comprehensiveness - - mencakup semua hambatan terhadap sistem perdagangan dan investasi. ii) WTO-Consistency -- langkah liberalisasi dan fasilitasi akan konsisten dengan ketentuan WTO. iii) Comparability -- mewujudkan kesebandingan langkah liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi yang ditempuh anggota. iv) Non-Discrimination hasil liberalisasi dan fasilitasi dinikmati oleh anggota maupun non anggota APEC. v) Transparency -- menjamin transparansi perundangan, peraturan dan prosedur administrasi disemua anggota APEC. vi) Standstill -- menahan diri untuk tidak menerapkan kebijakan yang menambah

11 tingkat proteksi. vii) Simultaneous start; continuous process and differentiated timetables -- proses liberalisai dan fasilitasi dimulai segera, berkesinambungan namun tetap memperhatikan perbedaan tingkat pembangunan masing-masing anggota. viii) Flexibility -- fleksibilitas dimungkinkan untuk menghadapi isu yang muncul dari perbedaan tingkat pembangunan masing-masing anggota. ix) Cooperation - kerjasama ekonomi dan teknik yang mendukung liberalisasi dan fasilitasi. Dalam proses liberalisasi dan fasilitasi, AAO juga menetapkan kerangka kerja untuk aksi yang dilakukan oleh masing-masing anggota ekonomi, aksi yang dilakukan oleh Sub Fora, dan aksi APEC berkaitan dengan upaya untuk memperkuat sistem perdagangan multilateral. Anggota ekonomi APEC akan melakukan aksi-aksi meliputi 15 bidang spesifik untuk mencapai tujuan. ß Tariff: melakukan penurunan tariff sampai Bogor Goals tercapai dan mengusahakan adanya transparansi dari regim tariff yang dianut. ß Non Tariff Measures: mengurangi hambatan non tariff dibidang perdagangan, menghapuskan ketentuan yang tidak konsisten dengan WTO dan menyesuaikan diri dengan perjanjian-perjanjian dalam WTO serta mengusahakan adanya transparansi kententuan yang berkaitan dengan non tariff. ß Services: mengurangi hambatan dalam akses pasar, mengupayakan most favored nation (MNF) treatment dan National treatment, mengupayakan adanya transparansi dari sektor-sektor yang diatur (regulated), mengakui bahwa ecommerce penting dalam perdagangan jasa. ß Investment: mengupayakan liberalisasi regim investasi dan lingkungan investasi di APEC, menfasilitasi kegiatan investasi. ß Standard and Conformance: menyesuaikan standar nasional dengan standar internasional, mengikuti aktivitas dibidang standarisasi, mendorong good regulatory pratice, berupaya untuk mencapai saling pengakuan sektor-sektor yang diatur (regulated) maupun sektor yang sifatnya sukarela (voluntary), mendorong

12 kerjasama pengembangan infrastruktur teknik dan mengupayakan adanya transparansi penilaian (assessment) standar dan kesesuaian dilingkungan APEC. ß Customs Procedures: menyederhanakan dan menyesuaikan prosedur kepabeanan, mendorong penggunaan teknologi dan e-commerce (new economy), meningkatkan kerjasama lintas batas dalam pergerakan barang dan jasa untuk mencegah aksi teror. ß Intellectual Property Rights: TRIPS Agreement menjamin adanya perlindungan yang efektif dan memadai, mendorong penyesuaian sistem IPR dikawasan APEC, meningkatkan kesadaran publik, mendorong dialog tentang isu kekayaan intelektual. New Economy menciptakan legal framework untuk mendukung aktivitas on-line, mengusahakan adanya keseimbangan diantara stakeholders, termasuk content providers. ß Competition Policy: memperkenalkan dan mempertahankan kebijakan persaingan yang efektif, memadai dan transparan, mendorong kerjasama diantara anggota ekonomi, meningkatkan kemampuan pihak yang berwenang dalam menangani kebijakan persaingan. ß Government Procurement: membangun kesamaan pandangan dalam kebijakan dan sistem pengadaan barang/jasa oleh pemerintah, mengupayakan liberalisasi pasar, meningkatkan penggunaan media elektronik dalam pengadaan barang/jasa oleh pemerintah. ß Deregulation/Regulatory Review: meningkatkan transparansi peraturan perundangan, menghapuskan peraturan domestik yang menghambat atau membatasi perdagangan, investasi atau persaingan dan mempercepat reformasi yang akan mendorong produk yang efisien, tenaga kerja dan pasar modal. ß WTO Obligation: mengupayakan agar implementasi Uruguay Round secara penuh dan efektif dalam kerangka waktu yang ditetapkan. Rules of Origin mengupayakan agar international harmonized rules of origin digunakan dalam fora internasional yang relevan, disamping mengupayakan agar rules of origin dipersiapkan dan diimplementasikan secara transparan. ß Dispute Mediation: mendorong anggota untuk secara kooperatif menangani perselisihan sejak awal, memfasilitasi dan mendorong penggunaan prosedur yang tepat dan solusi yagn efektif, mengupayakan transparansi undang-undang, peraturan dan prosedur adminsitratif.

13 ß Mobility of Business People: meningkatkan mobilitas kalangan bisnis dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. ß Information Gathering Analysis: mengamankan landasan untuk perluasan dan perbaikan bidang spesifik dan rencana aksi ekonomi APEC dengan melakukan cross sectoral work. SHANGHAI ACCORD Shanghai Accord dicetuskan pada pertemuan para pemimpin APEC di Shanghai China tahun 2001 dengan maksud untuk memperluas visi APEC. Untuk menegaskan kembali langkah-langkah dalam mecapai Bogor Goals, maka dilakukan perluasan dari Osaka Action Agenda, menyetujui pendekatan Pathfinder untuk mendorong inisiatif APEC, mendorong trade policies for the New Economy, mendindaklanjuti langkah-langkah trade facilitation, dan menerima Transparency Principles. Memperkuat mekanisme implementasi melalui perbaikan IAP Peer Review Process dan memperkuat ECOTECH dan capacity building. RENCANA AKSI INDIVIDU (RAI) IAP digunakan untuk melaporkan kemajuan yang dicapai oleh masing-masing anggota ekonomi dalam membuka perdagangan dan investasi. Anggota ekonomi mengambil langkah-langkah yang diperlukan menyangkut 15 bidang spesifik secara sukarela dan tidak mengikat serta menetapkan target dan waktu pencapaiannya. Setiap tahun beberapa anggota ekonomi secara sukarela menyatakan dirinya siap untuk di-review atau dikenal sebagai Peer Review Process yang melibatkan Independent Review Team. Tim tersebut terdiri dari ahli yang melakukan riset dan analisa terhadap masing-masing RAI, pembahas (discussant) dan moderator. Peer Review Process juga melibatkan ABAC dan kalangan bisnis untuk memberikan tanggapan atau masukan. RENCANA AKSI KOLEKTIF (RAK) Rencana Aksi Kolektif memuat langkah-langkah kolektif anggota APEC yang

14 mencakup 15 bidang spesifik yang telah disepakati sebelumnya oleh seluruh anggotanya. Seperti halnya RAI, maka RAK digunakan untuk menjabarkan cara mencapai perdagangan dan investasi yang terbuka sekaligus untuk memantau kemajuan yang telah dicapai secara kolektif. Untuk mencapai kondisi ekonomi yang kuat maka pemerintah dan mitranya, yaitu kalangan bisnis, dunia pendidikan, peneliti kebijakan dan pihak-pihak yang terkait lainnya perlu bekerjasama. APA MANFAAT APEC BAGI EKONOMI KAWASAN ASIA PASIFIC? Dalam sepuluh tahun terakhir, anggota ekonomi APEC telah menghasilkan 70 persen dari pertumbuhan ekonomi global. Disamping itu kawasan Asia Pasifik secara konsisten telah menunjukan keunggulannya atas kawasan lainnya bahkan dalam masa krisis keuangan di Asia. Secara bersama-sama, anggota APEC berusaha mempertahankan pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga komitmennya dalam membuka perdagangan, investasi dan melakukan reformasi ekonomi. Dengan mengurangi hambatan tariff dan non tariff dibidang perdagangan, anggota ekonomi APEC menjadi lebih efisien dan berhasil mendorong ekspornya secara signifikan. Sebagai gambaran dalam 10 tahun pertama, ekspor APEC meningkat 113 persen atau mencapai 2,5 triliun US dollar. Penanaman modal asing meningkat 210 persen secara keseluruhan, sedangkan di ekonomi berkembang meningkat 475 persen. Pendapatan Domestik Bruto ( Real GDP ) meningkat dengan sepertiga secara keseluruhan, sedangkan di ekonomi berkembang meningkat 74 persen. Pendapatan Domestik Bruto perkapita di ekonomi berkembang naik dengan 61 persen. BAGAIMANA MASYARAKAT DIKAWASAN ASIA PASIFIK MENDAPATKAN MANFAAT? Aksi kolektif maupun individual memberikan manfaat bagi masyarakat di Asia Pasifik. Manfaat langsung yang dirasakan adalah meningkatnya kesempatan kerja dan program pelatihan, semakin baiknya jaring pengaman sosial dan menurunnya kemiskinan. Secara umum, anggota ekonomi APEC dapat menikmati turunnya biaya hidup karena menurunnya tingkat hambatan perdagangan. Munculnya suatu ekonomi yang lebih kompetitif membantu menurunkan tingkat harga barang dan jasa yang dibutuhkan sehari-hari. Dalam sepuluh tahun sejak berdirinya APEC, telah

15 tercipta kesempatan kerja sebanyak 195 juta di kawasan APEC, dimana 174 juta diantaranya di anggota ekonomi berkembang. Perjalanan bisnis menjadi lebih efisien dan prosedur kepabeanan lebih ringkas serta informasi kunjungan bisnis di APEC dapat diketahui lebih mudah dan cepat. Adanya pelatihan dan kerjasama untuk mendukung usaha kecil dan menegah. Masyarakat mendapatkan manfaat dengan meningkatnya penggunaan internet dikalangan masyarakat dan keamanan di kawasan meningkat dengan adanya kegiatan penanggulangan terorisme dan pencegahan penyakit menular. HASIL PERTEMUAN PUNCAK APEC 2003 ( APEC ECONOMIC LEADER S MEETING APEC MINISTERIAL MEETING ) Thema APEC tahun 2003 adalah A World of Differences: partnership Promoting Trade and Investment Liberalization Enhancing Human Security Using APEC to Help People and Societies Benefit from Globalization Para Pemimpin ekonomi APEC mensahkan the Joint Statement yang disetujui pada pertemuan para Menteri ke 15. o The WTO and the Multilateral Trading System o Para M o Trade and Investment Liberalization and Facilitation o Structural Reform o Capacity Building to Share Prosperity o Knowledge-Based Economy for All o Counter-Terrorism and Secure Trade o Creating a New Financial Architecture for APEC o Supporting SMEs and Micro-enterprises - the New Growth Enterprises o APEC Reform

ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM

ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM 1. Forum Kerjasama Ekonomi negara-negara di kawasan Asia Pasifik (Asia Pacific Economic Cooperation-APEC) dibentuk pada tahun 1989 berdasarkan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang berdirinya APEC 1.2. Sejarah Lahirnya APEC

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang berdirinya APEC 1.2. Sejarah Lahirnya APEC BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang berdirinya APEC Asia pasific Economic Cooperation-APEC merupaka forum yang terbentuk dan perkembangannya dipengaruhi antara lain oleh kondisi politik dan ekonomi dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor pendorong meningkatnya arus migrasi internasional adalah dengan adanya perkembangan perekonomian antar negara. Sejarah mencatat berbagai ekspedisi

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

Gambaran Umum G20. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Gambaran Umum G20. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Gambaran Umum G20 Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Latar Belakang Faktor utama terbentuknya G20 Ketergantungan antar negara semakin

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti

Lebih terperinci

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017 Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017 Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP Ketua Delegasi Indonesia pada HLD RECI UN-ESCAP Bangkok,

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax: DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Phone/Fax: 021-385-8213 www.depdag.go.id KTT ASEAN Ke-13: Penandatanganan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 1 TAHUN 20118.A/PER/BSN/2/2010 TANGGAL : 1 Februari 2011 Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi) Sebagai suatu negara yang aktif dalam pergaulan dunia, Indonesia senantiasa dituntut untuk cepat tanggap

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong negara-negara di dunia untuk memperluas ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya keterbukaan, baik keterbukaan

Lebih terperinci

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Nusa Dua Bali, 25 26 Maret 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI, M E M U T U S K A N :

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI, M E M U T U S K A N : KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI NOMOR 527/MPP/KEP/7/2002 TANGGAL 5 JULI 2002 TENTANG TATA KERJA TIM NASIONAL WTO DAN PEMBENTUKAN KELOMPOK PERUNDING UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN MULTILATERAL

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG Negara-negara ASEAN juga bekerja sama dalam bidang ekonomi dan sosial budaya. Dalam bidang ekonomi meliputi : 1. Membuka Pusat Promosi ASEAN untuk perdagangan, investasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN) KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa di Puket,

Lebih terperinci

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua tantangan besar yang dihadapi lndonesia saat ini, yaitu bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu kita juga harus mencermati globalisasi

Lebih terperinci

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus

Lebih terperinci

Perumusan Strategi dan Posisi Indonesia Menghadapi G20 Turki Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI Jakarta, 3 Maret 2015

Perumusan Strategi dan Posisi Indonesia Menghadapi G20 Turki Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI Jakarta, 3 Maret 2015 Perumusan Strategi dan Posisi Indonesia Menghadapi G20 Turki 2015 Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI Jakarta, 3 Maret 2015 Tema Presidensi Turki: Pertumbuhan inklusif yang kuat Inclusiveness

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA ASEAN UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA

MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA ASEAN UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA Oleh: Suska dan Yuventus Effendi Calon Fungsional Peneliti Badan Kebijakan Fiskal Pertumbuhan pariwisata yang cukup menggembirakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman. No.105, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARIANS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (APPCED)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARIANS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (APPCED) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARIANS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (APPCED) Latar Belakang The Asia-Pacific Parliamentarians' Conference on Environment and Development (APPCED) didirikan oleh Parlemen

Lebih terperinci

Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi

Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi 1 OLEH: MAHENDRA SIREGAR WAKIL MENTERI PERDAGANGAN PADA ROUND TABLE DISCUSSION INDONESIA, G-20 DAN KOMITMEN ANTI-KORUPSI Diselenggarakan oleh INFID. Hotel Santika

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10 BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10 PENANAMAN MODAL TERKAIT PERDAGANGAN INTERNASIONAL DALAM KERANGKA WTO (THE TRADE RELATED INVESTMENT MEASURES-TRIMs) A. Agreement on Trade

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

APA ITU IORA? Indian Ocean Rim Association (IORA)

APA ITU IORA? Indian Ocean Rim Association (IORA) FACT SHEET APA ITU IORA? Indian Ocean Rim Association (IORA) Organisasi regional di lingkar Samudera Hindia Didirikan di Mauritius, 7 Maret 1997. Terdiri dari 21 negara anggota; 7 mitra dialog Tujuan awal:

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Pada saat ini, ada beberapa organisasi internasional yang mencoba untuk mengatur teknologi informasi, diantaranya the United Nations

Lebih terperinci

Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN

Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN Pendahuluan Bakground Paper ini disusun sebagai informasi awal untuk memberikan gambaran mengenai posisi diskursus pembiayaan pembangunan saat ini. Diharapkan

Lebih terperinci

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan www.packindo.org oleh: Ariana Susanti ariana@packindo.org ABAD 21 Dunia mengalami Perubahan Kemacetan terjadi di kota-kota besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor : 6 tahun 2001 Tanggal : 24 april 2001 Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia Pendahuluan Pesatnya kemajuan teknologi

Lebih terperinci

KERANGKA STRATEGIS Jejaring Asia-Pasifik untuk Kepemimpinan Global

KERANGKA STRATEGIS Jejaring Asia-Pasifik untuk Kepemimpinan Global KERANGKA STRATEGIS 2012-2015 Jejaring Asia-Pasifik untuk Kepemimpinan Global Pertemuan Tahunan Para Presiden APRU ke 16 Universitas Oregon 27-29 Juni 2012 Draf per 24 Mei 2012 APRU: Sekilas Pandang 42

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan,

Lebih terperinci

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( ) Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan Intra dan Ekstra ASEAN Tahun 2012 Dono Asmoro (151080089) Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis akan sejauh mana

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HAKI

TINJAUAN TENTANG HAKI TINJAUAN TENTANG HAKI Mata Kuliah : Legal Aspek dalam Produk TIK Henny Medyawati, Universitas Gunadarma Materi dikutip dari beberapa sumber Subjek dan objek hukum Subjek Hukum adalah : Segala sesuatu yang

Lebih terperinci

Bapak Mohamad Aliamsyah, Kepala Pusat Data dan

Bapak Mohamad Aliamsyah, Kepala Pusat Data dan Bapak Mohamad Aliamsyah, Kepala Pusat Data dan KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN ASISTEN DEPUTI KERJASAMA EKONOMI EGIONAL DAN SUB-REGIONAL PADA APEC WORKSHOP Penerapan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Meninjau Ulang Pentingnya Perjanjian Perdagangan Bebas Bagi Indonesia Yose Rizal Damuri Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI BAHAN KULIAH PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 HUBUNGAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) O l e h : APRILIA GAYATRI N P M : A10. 05. 0201 Kelas : A Dosen : Huala Adolf,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL

PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL Oleh: Triyono Wibowo Dubes/Watapri Wina PENDAHULUAN 1. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 BAHAN KULIAH WORLD TRADE ORGANIZATION Prof. Sanwani Nasution, SH Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009 SEJARAH TERBENTUKNYA GATT (1) Kondisi perekonomian

Lebih terperinci

Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan)

Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan) Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan) Badan Kebijakan Fiskal Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Februari 2014 Tema Undang-undang Perindustrian Sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

Departemen Internasional BANK INDONESIA 27 Januari 2017

Departemen Internasional BANK INDONESIA 27 Januari 2017 1 Prioritas dan Agenda Finance Track Departemen Internasional BANK INDONESIA 27 Januari 2017 Tema, Prioritas dan Program Kerja Finance Track Presidensi G20 Jerman 2017 2 Tema utama Presidensi G20 Jerman

Lebih terperinci

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

MEMBANGUN TIM EFEKTIF MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) MATA DIKLAT MEMBANGUN TIM EFEKTIF EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI ERA ASEAN COMMUNITY 2016 Oleh: Dr. Ir. Sutarwi, MSc. Widyaiswara Ahli Utama BPSDMD PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Persetujuan Pembimbing... ii Halaman Pengesahan Skripsi... iii Halaman Pernyataan... iv Halaman Persembahan... v Kata Pengantar... vii Kutipan Undang-Undang...

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sektor keuangan. Interaksi kegiatan ekonomi sektor rill bisa dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. maupun sektor keuangan. Interaksi kegiatan ekonomi sektor rill bisa dilihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kegiatan ekonomi di dunia saat ini menjadi semakin berkait dan bergantung satu sama lain. Hampir tidak ada negara yang tidak mempunyai interaksi dengan dunia luar.

Lebih terperinci

PERBANKAN YANG BERKELANJUTAN DAN UNEP FI

PERBANKAN YANG BERKELANJUTAN DAN UNEP FI Lokakarya Nasional Peran dan Manfaat Pembangunan Berkelanjutan Bagi Kalangan Perbankan PERBANKAN YANG BERKELANJUTAN DAN UNEP FI Toshiro Nishizawa Japan Bank for International Cooperation Chair, UNEP FI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

Deputi Menko Bidang Perniagaan dan Kewirausahaan

Deputi Menko Bidang Perniagaan dan Kewirausahaan KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KOMPETISI KEUNGGULAN USAHA KAWASAN MENGHADAPI KOMUNITAS EKONOMI ASEAN 2015 Pengarahan Pembukaan oleh: Deputi Menko Bidang Perniagaan dan Kewirausahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA Pendahuluan Pesatnya kemajuan teknologi telekomunikasi,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perikanan tangkap kini dihadang dengan isu praktik penangkapan ikan yang ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur atau yang disebut IUU (Illegal, Unreported, and

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL AMENDING THE MARRAKESH AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN MARRAKESH MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN DESK REGIONAL BADAN KERJASAMA ANTAR PARLEMEN (Januari - Desember 2013)

RENCANA KEGIATAN DESK REGIONAL BADAN KERJASAMA ANTAR PARLEMEN (Januari - Desember 2013) RENCANA KEGIATAN DESK REGIONAL BADAN KERJASAMA ANTAR PARLEMEN (Januari - Desember 2013) A. Pengiriman Delegasi 1. Pengiriman Delegasi DPR-RI ke the 16th General Assembly of Asia-Pacific Parliamentarians

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci