Artikel Ilmiah. Prima Anggraini 1, Erna Susanti, M.Biomed, Apt. 2. ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Artikel Ilmiah. Prima Anggraini 1, Erna Susanti, M.Biomed, Apt. 2. ABSTRACT"

Transkripsi

1 Artikel Ilmiah Penentuan Indeks Glikemik (IG) Cookies Beras Merah (Oryza nivara) dengan Tambahan Pemanis Stevia (Stevia rebaudiana ) Sebagai Pangan Fungsional Bagi Penderita Diabetes. Determination of the Glycemic Index (GI) Cookies Red Rice (Oryza nivara) with additional sweetener Stevia (Stevia rebaudiana) As Functional Food for People with Diabetes Prima Anggraini 1, Erna Susanti, M.Biomed, Apt. 2 1 Mahasiswa Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang, anggaraprima16@yahoo.com 2 Pembimbing Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang ABSTRACT Keywords: brown rice, stevia sweeteners, glycemic index Diabetes mellitus, or diabetes is a disorder in producing insulin, causing blood sugar rise to significantly. Patients must be smart to choose foods that if it is not going to happen when consumed high sugar spike. There are several types of food that is recommended for consumption for people with food that has a value of glycemic index (GI) is low. The glycemic index (GI) foods are food levels according to their effect on blood glucose levels. Brown rice has been found to have a moderate GI values, so it needs food utilization. Cookies brown rice and with an additional sweetener stevia is a food that can later be processed into functional foods for diabetics. Amylose content in brown rice is quite high compared to the digestibility of amylopectin in the body to be slow due to the polymer chain.. The purpose of this study to determine the glycemic index value of brown rice cookies. The stages in this research includes the manufacture stage of sample preparation and manufacture of brown rice flour brown rice cookies with two different formulations. The next stage is the determination of the value of the glycemic index in vivo, and extensive data analysis by comparing the response curves of food under test with an area under the curve is standard food (glucose). The results showed that the cookies brown rice has a glycemic index formula 1 and formula 2 is 60.6 and ABSTRAK Kata kunci : beras merah, pemanis stevia, indeks glikemik Diabetes mellitus, atau kencing manis merupakan suatu gangguan dalam menghasilkan insulin sehingga terjadi kenaikan gula dalam darah secara signifikan. Penderita harus pintar memilih makanan yang sekiranya bila dikonsumsi tidak akan terjadi lonjakan gula yang tinggi. Ada beberapa jenis pangan yang dianjurkan untuk dikonsumsi bagi penderita yaitu pangan yang memiliki nilai indeks glikemik (IG) rendah. Indeks glikemik (IG) pangan merupakan tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah. Beras merah telah diketahui memiliki nilai IG yang sedang, sehingga perlu pemanfaatan pangan. Cookies beras merah dan dengan tambahan pemanis stevia merupakan olahan pangan yang nantinya dapat menjadi pangan

2 fungsional bagi penderita diabetes. Kandungan amilosa dalam beras merah cukup tinggi dibandingkan amilopektin sehingga daya cerna dalam tubuh menjadi lambat karena rantai polimernya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai indeks glikemik cookies beras merah. Tahap tahap dalam penelitian ini yaitu tahap persiapan sampel meliputi pembuatan tepung beras merah dan pembuatan cookies beras merah dengan dua formulasi yang berbeda. Tahap selanjutnya yaitu penentuan nilai indeks glikemik secara in vivo, dan analisa data dengan membandingkan luas kurva dibawah respon pangan uji dengan luas kurva dibawah pangan standar (glukosa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa cookies beras merah formula 1 memiliki indeks glikemik 60.6 dan formula 2 yaitu 61.2 PENDAHULUAN Diabetes melitus merupakan penyakit yang sering kita jumpai di tahun terakhir ini dan diprekdisikan jumlahnya akan meningkat di tahun mendatang. Laporan statistic dari Internasional Diabetes federation (IDF) menyebutkan, bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelainan metabolik kronis serius yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan seseorang atau suatu kondisi konsentrasi glukosa dalam darah secara kronis lebih tinggi daripada nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin atau fungsi insulin tidak efektif (Subroto 2006). Ada dua jenis DM yaitu Diabetes Mellitus tipe 1 (DMT1) dan Diabetes Mellitus tipe 2 (DM). Penderita DM harus mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makanan yang memiliki rendah gula dan tinggi serat serta olahraga yang cukup. Selain makanan pokok yang harus dikonsumsi dalam tiga kali sehari penderita DM juga memerlukan makanan tambahan sebagai energi. Misalnya makanan pokok seperti nasi mengandung banyak gula dan rendah serat dapat menyababkan kerja insulin juga semakin berat. Alternatifnya sebagai selingan untuk mengurangi porsi makan pokok yaitu dengan memakan makanan yang rendah gula dan tinggi serat misalnya mengkonsumsi makanan ringan seperti kue kering atau cookies. Masih banyak penderita DM yang masih kesulitan untuk mencari makanan ringan untuk camilan yang aman untuk dikonsumsi bagi dirinya. Beras merah dan pemanis stevia merupakan bahan makanan yang memiliki mutu baik bila dikonsumsi bagi penderita DM. Beras merah memiliki kandungan serat yang tinggi dan pemasis stevia yang memiliki kadar kalori yang rendah sehingga kedua bahan makanan ini memiliki mutu yang baik.

3 Adanya serat larut dalam beras merah dapat memperlambat absorbsi glukosa, sehingga dapat ikut berperan mengatur gula darah dan memperlambat kenaikan gula darah. Kecepatan dan pelepasan karbohidrat ke dalam aliran darah setiap jenis makanan berbeda beda. Kecepatan pelepasan karbohidrat dalam darah bisa diketahui menggunakan Indeks glikemik (IG). Semakin tinggi nilai IG suatu makanan maka pelepasan glukosa dalam darah pun akan semakin cepat dan mengakibatkan sejumlah besar glukosa kedalam aliran darah lebih cepat pula. Selain itu salah satu bahan dasar pembuatan cookies adalah gula, tetapi gula merupakan bahan tambahahan pangan yang berbahaya bagi penderita DM. Untuk itu bahan dasar gula dapat digantikan dengan pemanis stevia. Pemanis stevia ini memiliki tingkat kemanisan yang lebih dari gula efek lain mengkonsumsi pemanis stevia yaitu tubuh tidak dapat memetabolisme steviosida, karena itu steviosida dibuang dari dalam tubuh tanpa proses penyerapan kalori (Liyas, 2003). Berdasarkan latar belakang diatas diperlukan penelitian tentang makanan ringan sebagai pangan fungsional berupa cookies beras merah untuk penderita DM yang terbuat dari tepung beras merah yang tinggi serat dan pemanis stevia sebagai pengganti gula. BAHAN DAN METODE Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan berupa penelitian eksperimen yaitu dengan dilakukan suatu perlakuan variasi formulasi cookies dengan melakukan percobaan terhadap kelompok kelompok eksperimen. Rancangan penelitian ini meliputi 3 tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini cookies dari beras merah dan pemanis stevia. Dan sampel dalam penelitian ini adalah formulasi beras merah dengan pemanis stevia Hewan Uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan berumur 2 3 bulan dengan bobot gram. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2013, di Laboraturium Mikrobiologi dan Laboraturium Farmakologi, Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang

4 Variabel Penelitian Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah formula cookies beras merah dan pemanis stevia dan berbagai variasi bahan tambahan. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah evaluasi nilai Indeks glikemik cookies yang terbuat dari tepung beras merah. Pengumpulan Data Penentuan Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah mencit jantan sehat yang sehat yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan antara gram yang sebelumnya tidak pernah digunakan sebagai objek penelitian lain dan sudah dikondisikan untuk perlakuan uji. Tahap pembuatan cookies beras merah Pertama membuat tepung beras merah dengan cara menghaluskan beras merah kemudian diayak sampai memiliki derajat kehalusan tertentu. Kemudian tepung dioven pada suhu 60 o C. Pembuatan cookies menggunakan dua formula dengan berbagai penambahan bahan (pada tabel 1). Tahapan pembuatan cookies beras merah diawali dengan menyiapkan semua alat dan bahan. Kemudian semua bahan ditimbang. Bahan yang ada dicampurkan menjadi satu dan diperoleh adonan yang kalis. Adonan yang telah mengembang di cetak pada Loyang dengan berbagai bentuk sesuai selera. Kemudian dipanggang pada oven dengan suhu 180 o C selama ± 30 menit. Evaluasi Mutu Cookies Evaluasi pertama dengan pengujian secara organoleptis dengan cara pengamatan yang meliputi bentuk, rasa, bau, dan tekstur cookies. Tahap pengujian yang kedua yaitu penentuan Indeks Glikemik dengan pengujian secara in vivo. Tahap pertama mengambil sejumlah hewan coba (mencit) yang telah diaklitimasi kurang lebih selama satu minggu. Hewan coba dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan. Kelompok 1 :kontrol positif (9 ekor mencit) Kelompok 2 : formulasi 1 (9 ekor mencit) Kelompok 3 : formulasi 2 (9 ekor mencit) Setiap mencit dalam kelompok dipuasakan selama 10 jam. Kemudian diambil dan diperiksa kadar glukosa darahnya, 10 menit kemudian diberi beban glukosa murni.

5 Table 1. Formula yang digunakan dalam pembuatan cookies beras merah dan pemanis stevia Resep 1 Resep 2 Tepung beras merah 100 gram Pemanis stevia 0.8 g Telur 1 butir Susu skim 7 gram Margarine 4 gram Perenyah 5 gram Tepung beras merah : tepung Terigu 70% : 30% Pemanis stevia 0.8 g Telur 1 butir Susu skim 7 gram Margarine 4 gram Perenyah 5 gram Mencit diambil kembali dan diperiksa glukosa darahnya 30 menit setelah beban diberikan. Selanjutnya glukosa darah diperiksa lagi untuk waktu 60 menit, 90 menit dan terakhir 120 menit. Semua kelompok diperlakukan sama dengan kelompok glukosa, perbedaannya yaitu dengan perlakuan kelompok 2 diberi beban sampel formula 1 setara 50 g karbohidrat dan kelompok 3 juga diberi beban sampel formula 2 setara 50 g karbohidrat. Hasil pengukuran glukosa darah tersebut dimasukkan dalam tabel dan dibuat kurva. Indeks glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah di bawah kurva antara pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan glukosa murni. Analisa Data Data yang diperoleh berupa data deskriptif yang didalamnya termasuk hasil pengamatan organoleptis dan hasil penentuan penentuan indeks glikemik cookies beras merah dan pemanis stevia. HASIL PENELITIAN Hasil penentuan nilai indeks glikemik cookies beras merah sebagai pangan fungsional bagi penderita diabetes yaitu secara uji organoleptis ditentukan dengan cara visual. Sebelum dilakukan pengujian hewan coba (mencit) dipuasakan terlebih dahulu selama 10 jam kecuali air. Glukosa murni diberikan kepada setiap hewan coba. Setiap 30 menit selama 120 menit glukosa

6 Kadar Glukosa Darah (mg/dl) darah diperiksa. Hasilnya tertera pada tabel dibawah ini : Tabel 2 Kontrol Positif Kadar Glukosa Darah Mencit Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl) Mencit Saat puasa Rata rata Hewan coba untuk kelompok sampel juga diperlakukan sama dengan kelompok glukosa. Hasil dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4. Tabel 4.2 Kadar Glukosa Darah Mencit Formula 1 Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl) Rata rata Tabel 4.3 Kadar Glukosa Darah Mencit Formula 2 Kadar Glukosa Darah Mencit (mg/dl) Mencit Saat puasa Rata - rata Dari data yang diperoleh saat pemberian cookies beras merah dan glukosa diperoleh grafik seperti dibawah ini : Mencit Saat puasa 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit Gambar 4.1 Grafik Kadar Glukosa Darah Glukosa Formulasi 1 Formulasi 2 Waktu pengecekan (menit)

7 Gambar 4.2 Grafik Indeks Glikemik Glukosa, Cookies Beras Merah Formulasi 1 dan Formulasi Hasil yang didapat nilai IG cookies Beras Merah formulasi 1 sebesar 60.6 dan nilai IG cookies beras merah formulasi 2 sebesar 61.2 IG Glukosa PEMBAHASAN Beras merah memiliki tekstur yang keras sehingga untuk dijadikan tepung sebelimnya harus direndam terlebih dahulu. Guna perendaman adalah untuk memperlunak dinding sel agar pada saat penggilingan mudah dipecah dan tekstur menjadi lebih lembut. Tepung yang didapat di oven untuk memperpanjang daya simpan dikarenakan kadar air berkurang dan tidak bertumbuh jamur. Pertimbangan penetapan formula cookies beras merah yaitu didasarkan pada trial and error. IG 1 IG 2 Glukosa Formulasi 1 formulasi 2 Selain bahan dasar tepung ada beberapa bahan tambahan seperti telur, susu, margarine, pemanis dan perenyah. Dari masing masing bahan tersebut pasti memilki kandungan yang dapat menyebabkan tinggi rendahnya nilai indeks glikemik. Bahan yang digunakan dalam formulasi diusahakan yang memiliki kadar lemak yang rendah, hal ini dikarenakan apabila penderita diabetes mengkonsumsi lemak berlebih akan terjadi penumpukan lemak yang nantinya akan berpengaruh pada kadar gula darah. Penderita diabetes juga dianjurkan menghindari gula berlebih. Pemanis stevia ini terbuat dari bahan alami yaitu daun dari pohon stevia. Pemanis ini tidak menyebabkan kenaikan kadar gula berlebih. Indeks glikemik pangan adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar gula darah. Pada penderita diabetes misalnya, dengan mengetahui IG pangan, maka penderita dapat memilih jenis makanan yang tidak menaikkan kadar gula darah secara signifikan sehingga kadar gula darah dapat di kontrol pada tingkat yang aman (Rimbawan,2004) Pada pegujian Indeks Glikemik, sampel yang diberikan setara dengan 50 gram karbohidrat dan kemudian di konversikan dengan berat beban dosis hewan uji. Selanjutnya diukur efeknya

8 terhadap kadar gula dalam darah setiap 30 menit selama 2 jam. Sebelum pengujian indeks glikemik, hewn uji dipuasakan terlebih dahulu selama 10 jam. Setiap bahan pangan memiliki nilai indeks glikemik yang berbeda beda, menurut Rimbawan & Siagian pada tahun 2004 faktor-faktor yang dapat mempengaruhi indeks glikemik pada pangan antara lain: cara pengolahan (tingkat gelatinisasi pati dan ukuran partikel) perbandingan amilosa dengan amilopektin, tingkat keasaman dan daya osmotik, kadar serat, kadar lemak dan protein serta kadar anti-gizi pangan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penentuan Indeks Glikemik (IG) yang dibandingkan dengan glukosa didapat IG formulasi 1 sebesar 60.6 dan IG formula 2 sebesar 61.2, kedua sampel cookies termasuk dalam IG sedang. Saran 1. Dilakukan penelitian lanjuatan tentang serat pangan dan serat kasar 2. Dilakukan penelitian lanjutan tentang pengujian proksimat 3. Dilakukan penelitian lanjutan volunteer pangan Daftar rujukan Depkes, Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta; 2006 Lutony, T. L Tanaman Sumber Pemanis. Penebar Swadaya. Jakarta Rimbawan, Siagian A. Konsep Indeks Glikemik. Indeks Glikemik Pangan: Cara Mudah Memilih Pangan yang Menyehatkan. Jakarta: Penebar Swadaya; Soekarto S.T Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta: Bhratara Karya Aksara Subroto MA Ramuan Herbal untuk Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya. 100 hlm Sudarmaji Bahan-bahan Pemanis. Agritech. Yogyakarta. Tandra, Hans Diabetes. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

PENENTUAN NILAI INDEKS GLIKEMIK (IG) COOKIES DARI BERAS. MERAH (Oryza nivara) DAN PEMANIS STEVIA SEBAGAI PANGAN

PENENTUAN NILAI INDEKS GLIKEMIK (IG) COOKIES DARI BERAS. MERAH (Oryza nivara) DAN PEMANIS STEVIA SEBAGAI PANGAN PENENTUAN NILAI INDEKS GLIKEMIK (IG) COOKIES DARI BERAS MERAH (Oryza nivara) DAN PEMANIS STEVIA SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS KARYA TULIS ILMIAH OLEH PRIMA ANGGRAINI NIM 10.043

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok alternatif selain beras. Mie merupakan produk pangan yang telah menjadi kebiasaan konsumsi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas 2013), prevalensi penderita DM pada tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Indeks Glikemik

TINJAUAN PUSTAKA Indeks Glikemik TINJAUAN PUSTAKA Indeks Glikemik Indeks Glikemik pertama dikembangkan tahun 1981 oleh Dr. David Jenkins, seorang Profesor Gizi pada Universitas Toronto, Kanada, untuk membantu menentukan pangan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia. Peningkatan ini seiring dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali ditemukan tempe, makanan yang terbuat dari kedelai dengan cara fermentasi atau peragian dengan menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar tepung terigu yang digemari oleh semua kalangan usia (subagjo,

BAB I PENDAHULUAN. dasar tepung terigu yang digemari oleh semua kalangan usia (subagjo, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Biskuit merupakan salah satu produk olahan pangan yang berbahan dasar tepung terigu yang digemari oleh semua kalangan usia (subagjo, 2007). Kegemaran masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia akibat gannguan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (ADA,

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK GULA PUTIH, ASPARTAM, BROWN SUGAR, GULA AREN, DAN STEVIA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK GULA PUTIH, ASPARTAM, BROWN SUGAR, GULA AREN, DAN STEVIA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK GULA PUTIH, ASPARTAM, BROWN SUGAR, GULA AREN, DAN STEVIA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH Dinar Sarayini Utami P., 2016, Pembimbing 1 Pembimbing 2 : Lusiana Darsono dr., M.Kes. :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung terigu dapat diolah menjadi

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Tepung Ganyong Tahapan pembuatan tepung ganyong meliputi pemilihan bahan, pengupasan bahan, pembersihan dan pencucian ganyong, serta proses pengeringan dengan drum dryer.

Lebih terperinci

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian KARAKTERISASI SIFAT FUNGSIONAL DAN IDENTIFIKASI NILAI INDEKS GLIKEMIK SERTA SIFAT HIPOGLIKEMIK BERAS ANALOG BERBASIS PATI SAGU (Metroxylon spp.) DAN TEPUNG KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris) DISERTASI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah gizi merupakan masalah global yang terjadi di sebagian besar belahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah gizi merupakan masalah global yang terjadi di sebagian besar belahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi merupakan masalah global yang terjadi di sebagian besar belahan dunia termasuk Indonesia. Indonesia masih dihadapkan pada masalah gizi ganda yaitu gizi

Lebih terperinci

PENULISAN DAN SEMINAR ILMIAH OLEH : JULIANA SARI MOELYONO NRP

PENULISAN DAN SEMINAR ILMIAH OLEH : JULIANA SARI MOELYONO NRP KAJIAN SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG DENGAN TEPUNG KEDELAI PADA SEREAL SARAPAN TINGGI PROTEIN TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK SERTA PENGARUH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS PENULISAN DAN SEMINAR ILMIAH

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir

BAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi ketersediaan pangan lokal di Indonesia sangat melimpah antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir seluruh wilayah Indonesia. Pada

Lebih terperinci

Gula Siwalan Sebagai Bahan Pemanis Alami dan Aman: Tinjauan dari Kandungan Kalori dan Indeks Glikemik ABSTRAK

Gula Siwalan Sebagai Bahan Pemanis Alami dan Aman: Tinjauan dari Kandungan Kalori dan Indeks Glikemik ABSTRAK Sebagai Bahan Pemanis Alami dan Aman: Tinjauan dari Kandungan Kalori dan Indeks Glikemik Endang Retno Wedowati, Diana Puspitasari, Fungki Sri Rejeki, Akmarawita Kadir Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies 4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies Pada penelitian ini daun yakon dipilih karena memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah yang telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Salah satu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia adalah peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan tidak seimbang dengan penyediaan pangan

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH GULA MERAH DIBANDINGKAN DENGAN GULA PASIR TERHADAP PENINGKATAN GLUKOSA DARAH

ABSTRAK PENGARUH GULA MERAH DIBANDINGKAN DENGAN GULA PASIR TERHADAP PENINGKATAN GLUKOSA DARAH ABSTRAK PENGARUH GULA MERAH DIBANDINGKAN DENGAN GULA PASIR TERHADAP PENINGKATAN GLUKOSA DARAH Helen Sustantine Restiany, 1310199, Pembimbing I : Lisawati Sadeli,dr.Mkes. Pembimbing II : Dr. Hana Ratnawati,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : 1.1 Latar Belakang, 1.2 Identifikasi Masalah, 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian, 1.4 Manfaat Penelitian, 1.5 Kerangka Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusianya. Menurut Kusharto dan Muljono (2010) dalam Maulana

Lebih terperinci

FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI

FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI OLEH : CHRISTINA EVELINE 6103007082 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pola penyakit bergeser dari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pola penyakit bergeser dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, pola penyakit bergeser dari penyakit infeksi menjadi penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung. terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung. terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan tepung, sebagian besar menggunakan tepung

Lebih terperinci

Seimbangkan Kadar Gula Darah Anda Sekarang

Seimbangkan Kadar Gula Darah Anda Sekarang Seimbangkan Kadar Gula Darah Anda Sekarang Seimbangkan kadar gula darah anda sekarang. Apa yang anda ketahui dengan gula darah? Didefinisikan dengan banyaknya kandungan gula atau glukosa dalam darah anda.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG PENGARUH PERLAKUAN PEMANASAN TERHADAP KADAR AMILOSA DAN SERAT PANGAN BERAS MERAH ORGANIK EFFECT OF HEATING TREATMENT ON AMYLOSE CONTENT AND TOTAL DIETARY FIBER OF ORGANIC RED RICE SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BERAS MERAH TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIBERI BEBAN GLUKOSA

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BERAS MERAH TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIBERI BEBAN GLUKOSA UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BERAS MERAH TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIBERI BEBAN GLUKOSA Dyan R. Sukandar dan Immanuel G. Poernomo Jurusan Analis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah pengidap diabetes mellitus tipe 2 dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah pengidap diabetes mellitus tipe 2 dari tahun ke tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan survei yang dilakukan Novo Nordisk (2013), terdapat peningkatan jumlah pengidap diabetes mellitus tipe 2 dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran. Makan

I. PENDAHULUAN. Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran. Makan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran. Makan bukanlah sekedar untuk kenyang, tetapi yang lebih utama adalah manfaat makanan

Lebih terperinci

RESPONS GLIKEMIK COOKIES LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch)

RESPONS GLIKEMIK COOKIES LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch) RESPONS GLIKEMIK COOKIES LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch) Bernatal Saragih *1 Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Jl. Pasir Balengkong Kampus Gn. Kemua Samarinda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah

BAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita diabetes mellitus diseluruh dunia telah mencapai angka 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah 7 juta setiap tahunnya. Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit tidak menular dan sekitar 3,2 juta kematian disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SUKUN (Artocarpus altilis) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT, ELASTISITAS DAN DAYA TERIMA

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SUKUN (Artocarpus altilis) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT, ELASTISITAS DAN DAYA TERIMA PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SUKUN (Artocarpus altilis) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT, ELASTISITAS DAN DAYA TERIMA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Tri Pradhita Prahandoko J 310 060

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan umumnya mengandung karbohidrat, lemak dan protein. Salah satu monomer penyusun utama karbohidrat adalah glukosa yang berfungsi sebagai sumber utama energi bagi tubuh.

Lebih terperinci

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Vol. 3 No 1 Mei 2018 ISSN 2541-0644 (Print) ISSN 2599-3275 (Online) Dapat di akses di http://journal.ugm.ac.id/jkesvo Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Susanti

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes menjadi penyebab kematian keempat di dunia. Tiap tahun 3,2 juta orang meninggal lantaran komplikasi diabetes. Tiap sepuluh detik ada satu orang atau tiap

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 13 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Mei 2012 bertempat di Laboratorium Analisis makanan, Laboratorium pengolahan pangan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh tubuh tidak mampu memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan tidak efektif dari produksi insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika

Lebih terperinci

The results showed that potato was able to stablize blood sugar levels in diabetic rats compared to white rice.

The results showed that potato was able to stablize blood sugar levels in diabetic rats compared to white rice. The Effects Of Dietary Red Sweet Potato, Potato, Cowpea, and White Rice On Blood Sugar Levels Of Diabetic Rats Induced Alloxan Richa Yuswantina, Sikni Retno Karminingtyas, Zaeni Azis ABSTRACT The right

Lebih terperinci

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI

Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI 1 Deskripsi PROSES PRODUKSI DAN FORMULASI MI JAGUNG KERING YANG DISUBSTITUSI DENGAN TEPUNG JAGUNG TERMODIFIKASI Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan suatu proses pembuatan mi jagung kering.

Lebih terperinci

POTENSI GLUKOMANAN UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus B) SEBAGAI PANGAN TERAPI BAGI PENDERITA DIABETES MELITUS (GUMMY DIETERY FIBER)

POTENSI GLUKOMANAN UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus B) SEBAGAI PANGAN TERAPI BAGI PENDERITA DIABETES MELITUS (GUMMY DIETERY FIBER) POTENSI GLUKOMANAN UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus B) SEBAGAI PANGAN TERAPI BAGI PENDERITA DIABETES MELITUS (GUMMY DIETERY FIBER) Ayu Asri Wulandari; Drs. Sentot Joko Rahardjo, M.Si Akademi Analis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biskuit merupakan makanan kecil (snack) yang termasuk ke dalam kue kering dengan kadar air rendah, berukuran kecil, dan manis. Dalam pembuatan biskuit digunakan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sampai saat ini penyakit Diabetes Mellitus (DM) masih merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh masyarakat, mengingat banyaknya komplikasi yang dapat timbul

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG GANYONG PADA PEMBUATAN COOKIES DITINJAU DARI TINGKAT KESUKAAN DAN INDEKS GLIKEMIK

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG GANYONG PADA PEMBUATAN COOKIES DITINJAU DARI TINGKAT KESUKAAN DAN INDEKS GLIKEMIK NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG GANYONG PADA PEMBUATAN COOKIES DITINJAU DARI TINGKAT KESUKAAN DAN INDEKS GLIKEMIK Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Gizi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Pangsa pasar cokelat sehat dunia yang berbasis poliol sejak tahun 1999 mulai tumbuh sebesar 2 persen dari total pertumbuhan pasar cokelat dunia sebesar 5.1 persen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan sumber daya alam hayati yang belum dimanfaatkan secara optimal, salah satunya adalah tanaman waluh. Pemanfaatan tanaman waluh dimasyarakat belum

Lebih terperinci

Aplikasi Tepung Bekatul Fungsional Pada Pembuatan Cookies Dan Donat Yang Bernilai Indeks Glikemik Rendah

Aplikasi Tepung Bekatul Fungsional Pada Pembuatan Cookies Dan Donat Yang Bernilai Indeks Glikemik Rendah ARTIKEL Aplikasi Tepung Bekatul Fungsional Pada Pembuatan Cookies Dan Donat Yang Bernilai Indeks Glikemik Rendah Application of Functional Bran in Making Cookies and Donuts with Low Glycemic Index Value

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan terutama 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan terutama dalam hal gaya hidup. Kini, gaya hidup masyarakat sudah mengarah ke arah western yang cenderung diwarnai

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) DALAM PEMBUATAN COOKIES. ABSTRACT

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) DALAM PEMBUATAN COOKIES. ABSTRACT Hardiyanti, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2 (2016) : 123-128 123 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG (Zea mays L.) DALAM PEMBUATAN COOKIES Hardiyanti¹), Kadirman²), Muh. Rais 3 ) 1

Lebih terperinci

Glikemik Respon Cookies Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch.) (Glycemic Response Cucurbita moschata Durch Cookies)

Glikemik Respon Cookies Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch.) (Glycemic Response Cucurbita moschata Durch Cookies) Glikemik Respon Cookies Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch.) (Glycemic Response Cucurbita moschata Durch Cookies) Bernatal Saragih Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula, dan dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004). BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring keberhasilan program kesehatan dan pembangunan sosial ekonomi di suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di Indonesia meningkat

Lebih terperinci

Penyakit Diabetes (Kencing Manis)

Penyakit Diabetes (Kencing Manis) Penyakit Diabetes (Kencing Manis) Penyakit diabetes (kencing manis) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah secara terus menerus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang I PENDAHULUAN Cookies merupakan salah satu produk yang banyak menggunakan tepung. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang dihasilkan. Tepung kacang koro dan tepung

Lebih terperinci

APLIKASI Stevia rebaudiana Bertoni SEBAGAI PEMANIS ALAMI DALAM PRODUKSI COOKIES TEMPE RENDAH KALORI

APLIKASI Stevia rebaudiana Bertoni SEBAGAI PEMANIS ALAMI DALAM PRODUKSI COOKIES TEMPE RENDAH KALORI APLIKASI Stevia rebaudiana Bertoni SEBAGAI PEMANIS ALAMI DALAM PRODUKSI COOKIES TEMPE RENDAH KALORI APPLICATION OF Stevia rebaudiana Bertoni AS NATURAL SWEETENER IN THE PRODUCTION OF LOW CALORIE TEMPEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi menyebabkan terjadinya perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah aspek informasi. Kemudahan dalam mengakses informasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil endosperm

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur gizi lain yang diperlukan manusia yaitu

Lebih terperinci

MUTU FISIK DAN PENERIMAAN VOLUNTER FLAKE DARI KOMBINASI BERAS MERAH (ORYZA NATIVA) DAN BEKATUL PADI BERAS PUTIH (ORYZA SATIVA)

MUTU FISIK DAN PENERIMAAN VOLUNTER FLAKE DARI KOMBINASI BERAS MERAH (ORYZA NATIVA) DAN BEKATUL PADI BERAS PUTIH (ORYZA SATIVA) MUTU FISIK DAN PENERIMAAN VOLUNTER FLAKE DARI KOMBINASI BERAS MERAH (ORYZA NATIVA) DAN BEKATUL PADI BERAS PUTIH (ORYZA SATIVA) Ulfa Eka Ratnasari, Dosen pembimbing: Dra Wahyu Wuryandari Akademi Analis

Lebih terperinci

Jurnal Riset Kesehatan Vol 9 No 1, 2017

Jurnal Riset Kesehatan Vol 9 No 1, 2017 Jurnal Riset Kesehatan Vol 9 No 1, 2017 Uji Kean Es Krim Kefir Labu Kuning Diandini Amanda Kania, Judiono Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bandung Jalan Babakan Loa Cimahi Utara e-mail: kaniamanda@gmail.com

Lebih terperinci

Ninja Ronakanta 1, Dra. Wahyu Wuryandari, Mpd. 2. ABSTRAK

Ninja Ronakanta 1, Dra. Wahyu Wuryandari, Mpd. 2. ABSTRAK Penentuan Nilai Indeks Glikemik (IG) Sereal Flake dari Beras Merah (Oryza Nivara) dan Bekatul Beras Putih (Oryza Sativa) sebagai Pangan Fungsional bagi Penderita Diabetes Mellitus Determination of the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan utama. Camilan disukai oleh anak-anak dan orang dewasa, yang umumnya dikonsumsi kurang lebih

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF)

KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF) i KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF) SKRIPSI Oleh: JULIARDO ESTEFAN PURBA 120305048/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

PENGUKURAN NILAI INDEKS GLIKEMIK COOKIES TEPUNG TALAS BELITUNG (Xanthosoma sagittifolium)

PENGUKURAN NILAI INDEKS GLIKEMIK COOKIES TEPUNG TALAS BELITUNG (Xanthosoma sagittifolium) PENGUKURAN NILAI INDEKS GLIKEMIK COOKIES TEPUNG TALAS BELITUNG (Xanthosoma sagittifolium) (Measuring Glycemic Index of Cocoyam Cookies (Xanthosoma sagittifolium)) Dian Fifit Sundari 1, Albiner Siagian

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan sejak tahun 1990, diabetes melitus termasuk 29 penyakit

Lebih terperinci

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan P Kalori di sini adalah perkiraan Script Hari 1, penjelasan 3 menit Masih ingat ANGKA AJAIB Anda? 1. Ini adalah angka AJAIB karena jika Anda mengingatnya dan membatasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor

PENDAHULUAN. terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang banyak melakukan impor tepung terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor gandum di Indonesia pada tahun 2012

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI

KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NUR AINI ERNA ROSTIAMINASIH J 310 090 008 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SUSENAS 1999 sampai dengan 2007 menunjukkan bahwa pola konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. SUSENAS 1999 sampai dengan 2007 menunjukkan bahwa pola konsumsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola konsumsi masyarakat yang berbasis pada beras menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis. Hasil data SUSENAS 1999 sampai dengan 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

MAKANAN PENDAMPING ASI (MP - ASI) DAN STATUS GIZI BALITA Oleh: Yuniar Khasanah & Wiwin Widiastuti

MAKANAN PENDAMPING ASI (MP - ASI) DAN STATUS GIZI BALITA Oleh: Yuniar Khasanah & Wiwin Widiastuti MAKANAN PENDAMPING ASI (MP - ASI) DAN STATUS GIZI BALITA Oleh: Yuniar Khasanah & Wiwin Widiastuti PENDAHULUAN Asupan makanan yang bergizi amat penting untuk si kecil agar bisa tumbuh dan berkembang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan peningkatan pendapatan dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, bertambah pula prevalensi penyakit-penyakit degeneratif. Di antaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolisme yang ditandai oleh glukosa darah melebihi normal yang diakibatkan karena kelainan kerja insulin maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat

I. PENDAHULUAN. Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK Gracilaria verrucosa TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAlI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK Gracilaria verrucosa TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAlI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Jumal Saintek Perikanan Vol. 8. No.1, 2012: 1-6 PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK Gracilaria verrucosa TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAlI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) The Effect of Gracilaria verrucosa Extract

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi dapat berdampak pada

I. PENDAHULUAN. umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi dapat berdampak pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia, terutama pada kelompok umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi dapat berdampak pada kesehatan. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk bahan dasar olahan pangan sangat tinggi. Hal ini terjadi karena semakin beragamnya produk olahan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kandungan gizi utama pada ubi jalar adalah karbohidrat sebanyak 75-90% berat kering ubi merupakan gabungan dari pati, gula, dan serat seperti selulosa, hemiselulosa,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar ) LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN ( Food Bar ) Oleh : Nama NRP Kelompok Meja Tanggal Praktikum Asisten : Lutfi Hanif : 143020097 :D : 02 (

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG JAGUNG DENGAN SUPLEMENTASI TEPUNG TEMPE TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS WISTAR DIABETES MELLITUS

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG JAGUNG DENGAN SUPLEMENTASI TEPUNG TEMPE TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS WISTAR DIABETES MELLITUS PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG JAGUNG DENGAN SUPLEMENTASI TEPUNG TEMPE TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS WISTAR DIABETES MELLITUS Fatifa Asmarani 1, Bambang Wirjatmadi 1, Merryana Adriani 2 Departemen Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN INDEKS GLIKEMIK DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR

POLA KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN INDEKS GLIKEMIK DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR POLA KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN INDEKS GLIKEMIK DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR Food Consumption Patterns Based Glycemic Index With Patients

Lebih terperinci

Pembuatan Tepung dari Hati Nanas (Ananas comosus L. Merr.) sebagai Alternatif Bahan Baku Produk Olahan

Pembuatan Tepung dari Hati Nanas (Ananas comosus L. Merr.) sebagai Alternatif Bahan Baku Produk Olahan Pembuatan Tepung dari Hati Nanas (Ananas comosus L. Merr.) sebagai Alternatif Bahan Baku Produk Olahan Oleh : Zindy Sukma Aulia P. (2308 030 022) Rahmasari Ibrahim (2308 030 064) Dosen Pembimbing : Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah mempunyai laju pertumbuhan fisik yang lambat tetapi konsisten. Kebiasaan yang terbentuk pada usia ini terhadap jenis makanan yang disukai merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). Obesitas terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama perubahan pola makan serta berkurangnya kegiatan jasmani menjadi penyebab meningkatnya

Lebih terperinci