HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum, madu, kayu manis dan campuran antara madu dan kayu manis yang diberikan pada hewan model selama satu bulan penelitian, seperti tertera pada Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6. Konsumsi BETN, Lemak, dan Protein Tikus Selama Penelitian Perlakuan Bahan Kering (g) BETN (g) Lemak (g) Protein (g) K M CM C1M C2M 8,90 9,88 8,90 9,88 9,89 5,83 7,09 5,83 7,04 7,09 0,31 0,45 0,44 0,45 0,45 1,36 1,37 1,36 1,37 1,37 Keterangan : K = ransum kontrol + air biasa; M = ransum kontrol + madu; CM = ransum kontrol + kayu manis 0,004 g; C1M = ransum kontrol + kayu manis 0,004 g + madu 1 ml; C2M = ransum kontrol + kayu manis 0,008 g + madu 1ml; (Hasil perhitungan, 2012). Tabel 7. Konsumsi Total Energi asal BETN, Lemak Kasar, dan Protein Kasar Perlakuan K M CM C1M C2M Energi Asal BETN (kal) 23,90 29,07 23,90 28,86 29,07 Energi Asal LK (kal) 2,82 4,09 4,00 4,09 4,09 Energi Asal PK (kal) 5,44 5,48 5,44 5,48 5,48 Total Energi (kal/ekor/hari) 32,16 38,64 33,34 38,43 38,64 Keterangan : K = ransum kontrol + air biasa; M = ransum kontrol + madu; CM = ransum kontrol + kayu manis 0,004 g; C1M = ransum kontrol + kayu manis 0,004 g + madu 1 ml; C2M = ransum kontrol + kayu manis 0,008 g + madu 1ml; (Hasil perhitungan, 2012). Hasil pada Tabel 6 dan Tabel 7 menunjukkan jumlah karbohidrat atau total asupan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak yang masuk ke dalam tubuh tikus. Pemberian pakan dilakukan setiap harinya dalam waktu kurang lebih satu bulan dan pemberian perlakuan dilakukan selama dua hari pengamatan. Bagi penderita penyakit diabetes mellitus tipe II jumlah asupan makanan sangatlah berpengaruh 21

2 terhadap status kalori yang ada di dalam tubuh. Jumlah kalori asal karbohidrat yang dikonsumsi akan sangat berpengaruh terhadap kadar glukosa darah, karena pada penderita diabtes mellitus tipe II mengalami resistensi insulin, sehingga apabila jumlah glukosa banyak masuk kedalam tubuh akan mengakibatkan penumpukan glukosa darah pada darah. Pembuatan hewan model diabetes tipe II ini dengan cara penyuntikan aloksan dengan dosis 125 mg/ kg BB. Penyuntikan aloksan mengakibatkan kerusakan sel β pankreas. Kerusakan sel β pankreas ini mengakibatkan hormon insulin tidak diproduksi dengan baik. Resistensi insulin mengakibatkan asupan karbohidrat dan kalori yang masuk ke dalam tubuh tidak bisa diantarkan ke sel, sehingga glukosa menumpuk di darah. Akibatnya kadar glukosa dalam darah meningkat seperti yang terjadi pada penderita diabetes mellitus tipe II. Hal ini lah yang mengakibatkan konsumsi karbohidrat yang diberikan tidak dapat di metabolisme di dalam tubuh tikus untuk menjadi ATP, sehingga glukosa yang berasal dari pakan menumpuk di dalam darah. Kebutuhan karbohidrat dari pakan bagi seekor tikus dengan berat 98,6 g 100 g adalah 3,6 4,5 g (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Jumlah karbohidrat minimal yang dikonsumsi oleh masing-masing tikus selama penelitian sebesar 5,83 7,09 g. Jumlah karbohidrat yang masuk kedalam tubuh tikus melebihi dari batas normal yaitu 3,6 4,5 g. Bila dibanding dengan yang disarankan Smith dan Mangkoewidjojo (1988) jumlah karbohidrat yang masuk kedalam tubuh hewan model sudah diatas batasan normal tetapi bukanlah menjadi salah satu penyebab kadar glukosa darah meningkat. Total asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh tikus berkisar antara 32,16 38,64 kalori/ekor/hari yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Jumlah kalori ini belum melebihi batas normal kalori yang dibutuhkan tikus untuk pertumbuhan. Jumlah kalori yang dibutuhkan tikus untuk pertumbuhan adalah 60 kalori (NRC, 1995). Hal ini menunjukkan jumlah asupan kalori asal karbohidrat, lemak dan protein belum menjadi penyebab penyakit diabetes mellitus. 22

3 Kadar Glukosa Darah Hasil pengukuran kadar glukosa darah tikus model pada saat keadaan normal dan setelah diinduksi aloksan dengan dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam, tertera pada Tabel 8. Tabel 8. Kadar Gukosa Darah Hewan Model pada Kondisi Normal dan setelah Diinduksi Aloksan Kelompok hewan model Kadar glukosa darah normal (mg/dl) Kadar glukosa darah diinduksi aloksan (mg/dl) K 72,00 ± 1,00 360,67 ± 220,30 M 102,00 ± 44,03 479,33 ± 209,00 CM 103,67 ± 15,31 520,30 ± 106,02 C1M 108,33 ± 53,26 265,33 ± 12,86 C2M 99,33 ± 30,46 365,00 ± 184,58 Rata-rata 92,27 ± 26,89 398,13 ± 169,10 Keterangan : K = ransum kontrol + air biasa; M = ransum kontrol + madu; CM = ransum kontrol + kayu manis 0,004 g; C1M = ransum kontrol + kayu manis 0,004 g + madu 1 ml; C2M = ransum kontrol + kayu manis 0,008 g + madu 1ml; (Hasil perhitungan, 2012). Kadar glukosa darah hewan model dalam keadaan normal setelah dipuasakan selama 16 jam menunjukkan kadar glukosa yang normal yaitu dengan rata-rata 92,27 ± 26,89 mg/dl. Hasil yang didapatkan sesuai dengan penelitian sebelumnya (Taguchi, 1985) yang mengatakan bahwa kadar glukosa normal pada tikus jantan dengan galur Spraque dawley 105,20 ± 14,2 mg/dl. Hewan yang masih dalam keadaan sehat atau normal ini diberikan ransum standar sebanyak 10 g/ekor/hari. Kadar glukosa yang normal ini terjadi karena proses metabolisme glukosa dalam tubuh berlangsung dengan baik. Hewan model dalam keadaan normal atau belum mengalami kerusakaan sel β pankreas yang memiliki hormon insulin sehingga masih dapat berperan aktif dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dalam tubuh. Metabolisme karbohidrat dalam tubuh tidak terlepas dari peranan hormon insulin. Masuknya glukosa ke dalam darah pada hewan normal akan mengakibatkan kadar glukosa darah meningkat dan menyebabkan tersekresinya hormon insulin dari sel β pankreas. Hormon insulin akan bekerja mengantarkan glukosa yang masuk ke 23

4 semua sel yang membutuhkan, sehingga keadaan glukosa dalam darah tetap normal dan mengakibatkan hewan model tetap dalam keadaan sehat. Metabolisme hewan model akan berubah ketika mengalami gangguan pada sel β pankreas. Kadar glukosa darah akan meningkat jika tidak ada hormon insulin yang disekresikan oleh sel β pankreas. Sel β pankreas yang mengalami kerusakan akibat penyuntikan aloksan akan dapat disembuhkan kembali, namun ada yang mengalami kerusakan total sehingga pankreas tidak dapat menghasilkan hormon insulin. Hal ini disebabkan oleh cara dan dosis penyuntikan aloksan yang kurang tepat. Kadar glukosa darah hewan model ini mengalami peningkatan setelah dilakukan penyuntikan dengan aloksan. Kadar glukosa darah dari semua perlakuan meningkat menjadi lebih dari 105 mg/dl dalam keadaan puasa. Kadar glukosa darah pada hewan model setelah diinduksi aloksan mengalami peningkatan yang sangat tinggi yaitu rata-rata 398,13 mg/dl atau aloksan dapat meningkatkan kadar glukosa darah hewan model sekitar 432,60 % dibandingkan dengan kadar glukosa darah tikus pada keadaan normal sebelum diinduksi aloksan. Hal ini menunjukkan bahwa efek penginduksian aloksan dengan dosis 125 mg/kgbb berhasil mengakibatkan hewan model menderita diabetes mellitus. Penelitian sebelumnya yang menggunakan hewan model juga mengalami peningkatan kadar glukosa darah pada tikus dengan cara penginduksian aloksan melalui subkutan (Studiawan dan Santoso, 2010). Penyuntikan aloksan mengakibatkan kerusakan sel β pankreas secara total sehingga produksi insulin semakin sedikit, dan berakibat pada peningkatan kadar glukosa darah yang permanen. Yuriska (2012), mengatakan aloksan juga berpotensi merusak substansi esensial di dalam sel β pankreas sehingga menyebabkan berkurangnya granula-granula reseptor insulin. Kerusakan sel β pankreas setelah diinduksi oleh aloksan sama kondisinya dengan penderita diabetes mellitus tipe II. Pemilihan penggunaan aloksan dalam membuat hewan model diabetes mellitus tipe II dilatar belakangi oleh aloksan yang mudah didapatkan, harganya murah dan cepat mengakibatkan resistensi insulin. Selain aloksan terdapat juga senyawa aktif yang dapat menyebabkan diabetes mellitus yaitu streptozotosin. Streptozotosin dapat digunakan untuk menghasilkan hewan model mengidap diabetes mellitus tipe I dan diabetes mellitus tipe II, tetapi penggunaan streptozotosin ini lebih 24

5 sulit didapatkan, harganya yang lebih mahal, dan penggunaanya berbeda dengan aloksan. Perbedaan penggunaan aloksan dengan streptozotosin lebih terlihat pada waktu yang relatif lebih lama. Penggunaan streptozotos sin ini dilakukan padaa saat hewan model atau tikus berumur 2 hari setelah kelahiran, dan pada umur delapan sampai sepuluh minggu tikus tersebut mengalami gangguan respon terhadap glukosa dan sensitivitas sel β terhadap glukosa (Nugroho, 2006). Hasil pengukurann kadar glukosa darah dilakukan sebanyak empat kali setelah pemberian perlakuan yaitu pada menit ke 30, menit ke 60, 24 jam dan 26 jam, dengan tujuan ingin melihat kinetika glukosa terhadap waktu. Gambaran antara waktu pengambilan dataa dengan pemberian perlakuan terlihat seperti Gambar 4. Kadar glukosa mg/dl K 300 M menit 60 menit 24 jam 26 jam CM C1M C2M Waktu pengambilan data Gambar 4. Gambaran Kadar Glukosa Darah Pada Waktu yang Berbeda Setelah Pemberian Perlakuan Keterangan : K = ransum kontrol + air biasa; M = ransum kontrol + madu; CM = ransum kontrol + kayu manis 0,004 g; C1M = ransum kontrol + kayu manis 0,004 g + madu 1 ml; C2M = ransum kontrol + kayu manis 0,008 g + madu 1ml; (Hasil perhitungan, 2012). Berdasarkan hasil uji statistik, waktu yang ditetapkan dalam pengambilan data tidak berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus percobaan (P > 0,,05). Pengambilan waktu yang singkat ini sejalan dengan penelitian sebelumnya (Adnyana et al.,2004) yang menggunakan buah mengkudu sebagai antidiabetes. Kadar glukosa darah mulai dari menit ke 30 sampai 26 jam setelah pemberian perlakuan tidak menunjukkan adanya penurunan pada semua perlakuan. Pengrusakan sel β pankreas oleh pemberian aloksan menunjukkan kerusakan permanen. 25

6 Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini diduga bahwa pemberian kayu manis 0,004 g dan madu 1 ml dengan waktu yang singkat yaitu 30 menit, 60 menit, 24 jam dan 26 jam tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam penurunan kadar glukosa darah pada tikus penderita diabetes mellitus tipe II. Obat herbal adalah jenis obat yang tidak dapat dilihat khasiat atau hasilnya dalam waktu yang singkat. Penelitian sebelumnya dengan menggunakan bahan herbal lainnya dalam menurunkan kadar gula darah dilakukan selama 3 bulan dengan alasan karena respon obat herbal tidak sama dengan respon dari obat kimia yang dapat dilihat hasilnya secara singkat (Gunawan, 2011). Pengaruh pemberian perlakuan yaitu madu, kayu manis dan interaksi antara kayu manis dengan madu pada tikus yang mengalami diabetes mellitus tipe II. Kadar glukosa darah setelah pemberian perlakuan terlihat pada Tabel

7 Tabel 9. Kadar Glukosa Darah Hewan Model Setelah Pemberian Perlakuan Jenis Kadar gula darah tikus putih (mg/dl) perlakuan Kadar glukosa 30 menit 60 menit 24 jam 26 jam Rata-rata diinduksi aloksan K 360,67 ± 220,30 360,67 ± 220,30 360,67 ± 220,30 360,67 ± 220,30 360,67 ± 220,30 360,67 ± 220,30 d M 479,33 ± 209,00 264,33 ± 188,88 252,66 ± 180,28 289,33 ± 242,46 251,00 ± 171,03 264,33 ± 169,29 c CM 520,30 ± 106,02 314,00 ± 170,27 421,00 ± 60,83 311,83 ± 157,03 399,67 ± 250,36 353,67±160,82 b C1M 265,33 ± 12,86 433,50 ± 27,57 331,00 ± 204,27 297,00 ± 158,37 409,00 ± 268,23 361,64 ± 176,26 b C2M 365,00 ± 184,58 476,67 ± 58,59 460,67 ± 73, ± 53,84 485,33 ± 44,64 458,92 ± 57,96 a Rata-rata 398,13 ± 169,10 309,43 ± 173,09 313,87 ± 172,78 275,07 ± 163,45 329,00 ± 209,58 306,79 ± 177,13 Keterangan : K = ransum kontrol + air biasa; M = ransum kontrol + madu; CM = ransum kontrol + kayu manis 0,004 g; C1M = ransum kontrol + kayu manis 0,004 g + madu 1 ml; C2M = ransum kontrol + kayu manis 0,008 g + madu 1ml; (Hasil perhitungan, 2012). 27

8 Hasil pengamatan dari 30 menit sampai dengan 26 jam setelah pemberian perlakuan terlihat perbedaan kadar glukosa darah bila dibandingkan dengan kadar glukosa darah setelah diinduksi aloksan yaitu menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa darah bila dibandingkan dengan kadar glukosa darah setelah diinduksi aloksan. Secara statistik perlakuan yang diberikan berpengaruh menurunkan kadar glukosa darah (P < 0,05). Kadar glukosa darah pada perlakuan kontrol dengan konsumsi BETN sebanyak 5,83 g setelah diinduksi aloksan yaitu 360,67 ± 220,30 mg/dl. Pada perlakuan kontrol hewan model hanya diberikan air minum saja sebanyak 1 ml dan pengukuran kadar glukosa darah hanya dilakukan pada 30 menit pertama. Pengukuran kadar glukosa darah pada hewan kontrol dilakukan satu kali karena asumsi datanya sama. Perlakuan madu (1ml/ ekor) dengan konsumsi BETN sebanyak 7,09 g memberikan respon yang lebih efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah bila dibandingkan dengan perlakuan kayu manis dengan dosis bertingkat. Pemberian madu memberikan penurunan kadar glukosa darah sampai 264,33 ± 169,29 mg/dl atau sekitar 33,61 % dibandingkan sesaat setelah diinduksi aloksan, namun masih tinggi bila dibandingkan kadar glukosa normal. Madu yang diberikan dengan tujuan sebagai sumber karbohidrat yaitu dari kandungan fruktosanya dengan mudah dapat diserap sel tubuh tikus yang menderita Diabetes mellitus tipe II, terlihat pada hasil perlakuan yang hanya diberikan madu mengalami penurunan kadar glukosa darah walaupun tidak mencapai normal. Pengamatan pemberian madu yang dijadikan sebagai sumber karbohidrat yaitu dari kandungan fruktosanya bagi hewan model terlihat sedikit lebih segar walaupun dalam keadaan diabetes dibandingkan dengan yang lain dan pada hewan jenis perlakuan ini yang lebih lama bertahan hidup. Hewan model pada jenis perlakuan madu ini masih memiliki glikogen yang disimpan didalam sel hati yang bisa digunakan apabila tidak tersedia lagi glukosa yang dihantarkan oleh hormon insulin ke sel dan ke jaringan adiposa. Perbedaan pengaruh yang diberikan oleh perlakuan madu ini juga dapat disebabkan karena pemberian fruktosa dapat meningkatkan C-peptida yang dapat mempengaruhi resistensi insulin. Mekanisme pemberian fruktosa menyebabkan keseimbangan energi positif yang dapat berdampak pada peningkatan berat badan. Penimbunan 28

9 dalam adiposit mengakibatkan konsentrasi asam lemak non-esterified meningkat dan akibatnya dapat menurunkan sensifitas insulin melalui peningkatan kandungan lipida intramyocelluler dalam sel otot tempat reseptor insulin berada (Ermawati, 2007). Pada perlakuan kayu manis (CM) dengan konsusmi BETN sebanyak 5,83 g menunjukkan kadar glukosa darah yang mengalami penurunan sekitar 11,17 % bila dibandingkan kadar glukosa darah setelah diinduksi aloksan. Senyawa aktif di kayu manis berupa cinnamtannin B1 dengan dosis 0,004 g/ekor masih belum mampu menurunkan kadar glukosa darah. Disamping itu tingkat kerusakan sel β pankreas yang lanjut mengakibatkan insulin tidak dapat diproduksi. Kayu manis mengandung zat aktif yang disebut cinnamtannin B1 bertindak secara langsung pada reseptor insulin subunit dengan mengaktifkan PI3-kinase yang akan merangsang translokasi pengangkut glukosa 4 (Taher,2005). Tikus yang diberi perlakuan kayu manis 0,004 g/ekor dan madu 1 ml/ekor (C1M) dengan konsumsi BETN sebanyak 7,04 g mengalami penurunan kadar glukosa darah sekitar 9,16 % dibandingkan dengan kadar glukosa darah sesaat setelah diinduksi aloksan. Perlakuan kayu manis 0,008 g/ekor dan madu 1 ml/ekor (C2M) dengan konsumsi BETN sebanyak 9,89 memberikan respon yang berbeda yaitu menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah sekitar 13,24 % dibandingkan dengan kadar glukosa darah setelah diinduksi aloksan. Perlakuan kayu manis (CM) dengan dosis 0,004 g/ekor dan kayu manis 0,004 g/ekor dan madu 1 ml/ekor (C1M) lebih efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah bila dibandingkan dengan perlakuan kayu manis 0,008 g/ekor dan madu 1 ml/ekor (C2M). Konsumsi BETN yang sebanyak 9,89 g mengandung banyak glukosa sehingga mengakibatkan kadar glukosa semakin meningkat di dalam darah, sehingga dengan dosis kayu manis 0,008 g tidak dapat lagi di metabolismekan di dalam tubuh tikus yang sudah mengalami kerusakan sel β pankreas, sehingga kadar glukosa darah meningkat bila dibangkan dengan kadar glukosa setelah diinduksi aloksan. Dosis kayu manis yang diberikan sebanyak 0,004 g dengan bobot badan 100 g mengacu dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Azima et al. (2004). Hasil yang didapatkan sangatlah berbeda dengan penelitian sebelumnya (Azima et al.,2004) terlihat jelas pada hasil glukosa darah hewan model setelah diberikan perlakuan tidak memberikan penurunan kadar 29

10 glukosa darah sampai pada batas normal yaitu dibawah 105,20 ± 14,2 mg/dl (Taguchi, 1985). Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi pada perlakuan kayu manis 0,004 g/ekor (CM) dan kayu manis 0,004 g/ekor dan madu 1 ml/ekor (C1M) tidak bermakna secara statisktik karena hasil kadar glukosa darah yang didapatkan memiliki standar deviasi yang tinggi. Standar deviasi yang tinggi ini antara lain diakibatkan respon yang diberikan dari setiap hewan model yang bervariasi terhadap kadar glukosa darah. Kadar glukosa yang berbeda-beda ini juga disebabkan karena penyamarataan waktu pada ke 45 ekor tikus selama percobaan. Seharusnya waktu harus diatur supaya setiap hewan bisa mendapatkan waktu yang sama selama pengamatan. Terjadinya penurunan kadar glukosa darah pada perlakuan kayu manis 0,004 g/ekor (CM) dan kayu manis 0,004 g/ekor dan madu 1 ml/ekor (C1M) dalam jumlah yang sedikit dan peningkatan kadar glukosa darah pada perlakuan kayu manis 0,008 g/ekor dan madu 1ml/ekor (C2M) ini diduga akibat cinnamtannin B1 yang terdapat dalam kayu manis sebenarnya mempunyai dosis optimal dalam menggertak kerja hormon insulin. Dugaan lain yaitu adanya pengaruh dari penyuntikan aloksan yang mengakibatkan kerusakan permanen pada sel β pankreas. Kerusakan yang permanen ini mengakibatkan zat aktif yang terdapat dalam kayu manis yaitu cinnamtannin B1 tidak mampu untuk memperbaiki kerusakan sel β pankreas. Selain pengaruh dari penyuntikan aloksan, kenaikan kadar glukosa darah dari hewan model ini juga dapat diakibatkan karena faktor stress. Hewan model mengalami stress ketika dilakukan pengambilan darah pada bagian ekor secara berulang kali. Kondisi stres ini dapat menyebabkan hiperglikemia sesaat. Dilaporkan juga bahwa obat-obatan yang bersifat sitotoksik terhadap sel β pankreas dan penyakit pada pankreas dapat memicu terjadinya diabetes melltius atau kadar glukosa darah meningkat (Handayani, 2005). 30

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah glukosa yang dapat diperoleh dari makanan sehari-hari yaitu berupa protein, lemak dan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk dan tidak teratur. Salah satunya adalah diabetes melitus. Menurut data WHO tahun 2014, 347 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Metabolisme Berdasarkan Konsumsi O2. Tujuan: Mengukur laju metabolisme berdasarkan konsumsi O2 102CO2 + 92H2O

Pengukuran Laju Metabolisme Berdasarkan Konsumsi O2. Tujuan: Mengukur laju metabolisme berdasarkan konsumsi O2 102CO2 + 92H2O Metabolisme Pengukuran Laju Metabolisme Berdasarkan Konsumsi O2 Tujuan: Mengukur laju metabolisme berdasarkan konsumsi O2 Dasar teori Hewan dalam hidupnya selalu memerlukan energi untuk pertumbuhan, produksi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan karena faktor genetik, kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas, maupun karena ketidakefektifan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian DM (Diabetes mellitus) merupakan kelainan metabolik terjadi ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi karbohidrat akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. Penyakit tersebut terkadang sulit disembuhkan dan mempunyai angka kematian

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (kencing manis) merupakan penyakit menahun dan progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus menahun karena kekurangan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN MADU DAN KAYU MANIS (Cinnamomun burmanii) TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II

PENGARUH PEMBERIAN MADU DAN KAYU MANIS (Cinnamomun burmanii) TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II PENGARUH PEMBERIAN MADU DAN KAYU MANIS (Cinnamomun burmanii) TERHADAP KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II SKRIPSI SANKIKI RIHAYANTI MALAU DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme yang tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan yang serius tidak hanya di Indonesia tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies 4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies Pada penelitian ini daun yakon dipilih karena memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah yang telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Salah satu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Ebadi, 2007). Diabetes mellitus juga dikenal sebagai penyakit

Lebih terperinci

UJI ANTIDIABETES SECARA IN VIVO. Dwi Handayani Ni Luh Sukeningsih

UJI ANTIDIABETES SECARA IN VIVO. Dwi Handayani Ni Luh Sukeningsih UJI ANTIDIABETES SECARA IN VIVO Dwi Handayani Ni Luh Sukeningsih PENGERTIAN DIABETES Diabetes melitus keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua

Lebih terperinci

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingkat gula darah tinggi (glukosa). Diabetes melitus dikenal juga dengan kencing manis, pertama kali

Lebih terperinci

Tradisional Bagian Daun dan Buah

Tradisional Bagian Daun dan Buah Tanaman Obat Diabetes Tradisional Bagian Daun dan Buah Tanaman obat diabetes tradisional bisa anda temukan di sekitar lingkungan anda. Sadarkah kalau tanaman tersebut berkhasiat? Mungkin ada diantara kalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol 44 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Kadar Trigliserida dan Kolesterol VLDL Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol pertama yaitu kelompok yang tidak diberikan diet tinggi fruktosa dan air seduh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengkonsumsi makanan yang kurang sehat seperti makanan cepat saji, dan terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan hanya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena terjadinya gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabêtês yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman yang makin modern menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat, termasuk pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat, akibatnya terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Subjek penelitian terdiri dari 21 ekor tikus putih jantan yang berusia ± 2 bulan dengan berat badan 150-200 gr. Subjek dibagi menjadi 4 kelompok dengan pembagian kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab terjadinya peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh

1. PENDAHULUAN. Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh di negara tropis seperti Indonesia. Pegagan merupakan tanaman rumput-rumputan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin. Insulin merupakan hormon yang mengatur metabolisme. dalam tubuh menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin. Insulin merupakan hormon yang mengatur metabolisme. dalam tubuh menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Insulin merupakan hormon yang mengatur metabolisme glukosa di dalam tubuh (Maulana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin mengalami kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging Medicine (AAM) atau disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolisme yang ditandai oleh glukosa darah melebihi normal yang diakibatkan karena kelainan kerja insulin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sampai saat ini penyakit Diabetes Mellitus (DM) masih merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh masyarakat, mengingat banyaknya komplikasi yang dapat timbul

Lebih terperinci

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis, BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini terjadi pergeseran pola makan di masyarakat. Kecenderungan untuk beralih dari makanan tradisional Indonesia dan mengkonsumsi makanan cepat saji dan berlemak tampak menggejala.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolisme pada tubuh yang dicirikan dengan kadar gula yang tinggi atau hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan munculnya hiperglikemia karena sekresi insulin yang rusak, kerja insulin yang rusak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak seluruhnya dapat

Lebih terperinci

Repositori FMIPA UNISMA

Repositori FMIPA UNISMA Efek Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa L.Lamk) terhadap Kadar Kolesterol Darah Jantan Galur Balb/c yang di Induksi Epineprin Oleh : Hartawan 1, Hari Santoso 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN Diabetes mellitus merupakan sindrom kompleks dengan ciri ciri hiperglikemik kronis, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terkait dengan defisiensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang

Lebih terperinci

Cegah Resistensi Insulin Dengan Obat Herbal Diabetes Daun Insulin

Cegah Resistensi Insulin Dengan Obat Herbal Diabetes Daun Insulin Cegah Resistensi Insulin Dengan Obat Herbal Diabetes Daun Insulin Cegah Resistensi Insulin Dengan Obat Herbal Diabetes Daun Insulin Apa Itu Insulin? Insulin adalah sebuah hormon yang dihasilkan oleh sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 16 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Kadar Glukosa Darah Berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit sebelum dan setelah pemberian alloxan, rata-rata kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes atau peningkatan kadar glukosa dalam darah merupakan penyakit seumur hidup dan kian hari makin populer dengan tingkat kematian yang tinggi. Diabetes mellitus

Lebih terperinci

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes merupakan salah satu penyakit yang kerap terjadi pada masyarakat saat ini. Ketua Federasi Diabetes Internasional untuk kawasan Asia Fasifik yakni

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Berdasarkan hasil penimbangan BB monyet ekor panjang, penambahan nikotin cair pada kedua kelompok pakan terdapat kecenderungan penurunan BB dibandingkan sebelum diberi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat. Kemajuan teknologi dan industri secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu ciri budaya masyarakat di negara berkembang adalah masih dominannya unsur-unsur tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini didukung

Lebih terperinci

Daun Yakon Antidiabetes Herbal dan Resistensi Insulin

Daun Yakon Antidiabetes Herbal dan Resistensi Insulin Daun Yakon Antidiabetes Herbal dan Resistensi Insulin Daun Insulin memiliki nama latin Smallanthus Sonchifolius atau sinonim nya: Polymnia edulis, P. sonchifolia. daun insulin dikenal juga dengan nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM), merupakan penyakit yang dikenal di masyarakat awam dengan sebutan kencing manis. Sebutan tersebut bermula dari penderita DM yang kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuh-tumbuhan mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke alam (back to nature),

Lebih terperinci

serta peningkatan jumlah dan jenis penyakit. Tumbuhan sebagai sumber senyawa bioaktif alami merupakan bahan baku yang potensial yang menunjang usaha

serta peningkatan jumlah dan jenis penyakit. Tumbuhan sebagai sumber senyawa bioaktif alami merupakan bahan baku yang potensial yang menunjang usaha BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus adalah suatu penyakit karena ketidakmampuan tubuh untuk mensintesis lemak, karbohidrat, dan protein dengan baik disertai dengan berkurangnya respon produksi insulin

Lebih terperinci

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolik kronik, ditandai oleh hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas, metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,

Lebih terperinci

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Dari Daun- Daunan Saat ini telah banyak beredar obat diabetes baik dalam bentuk bahan kimia atau berupa obat herbal tradisional.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan umumnya mengandung karbohidrat, lemak dan protein. Salah satu monomer penyusun utama karbohidrat adalah glukosa yang berfungsi sebagai sumber utama energi bagi tubuh.

Lebih terperinci

Daun Yakon Studi Efek Antidiabetes

Daun Yakon Studi Efek Antidiabetes Daun Yakon Studi Efek Antidiabetes Daun Yakon (Smallantus sonchifolius) adalah ramuan yang telah menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir karena beberapa penelitian medis dikendalikan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan RI, rerata prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari 1,1 pada tahun

Lebih terperinci

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1 ini akan dipaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis, dan manfaat penelitian yang dilakuakan. 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah (glukosa) yang tinggi. Pada semua krisis hiperglikemik, hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin, relatif ataupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fruktosa merupakan gula yang umumnya terdapat dalam sayur dan buah sehingga sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa fruktosa sepenuhnya aman untuk dikonsumsi.

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menyebabkan dampak perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi khususnya di kota-kota besar di Indonesia yang berakibat pada meningkatnya berbagai macam penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari. BAB I PENDAHULUAN Saat ini banyak sekali penyakit yang muncul di sekitar lingkungan kita terutama pada orang-orang yang kurang menjaga pola makan mereka, salah satu contohnya penyakit kencing manis atau

Lebih terperinci

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet 1 Melvina Afika, 2 Herri S. Sastramihardja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, ekonomis dan merupakan salah satu nikmat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat berkurangnya sekresi insulin,

Lebih terperinci

mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalani (Marilyn Johnson, 1998) Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO, Indonesia

mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalani (Marilyn Johnson, 1998) Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN Tanaman obat yang menjadi warisan budaya dimanfaatkan sebagai obat bahan alam oleh manusia saat ini untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat sesuai dengan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein 59 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengujian peran sorbet buah naga yang ditambahkan isolat protein Spirulina platensis pada perubahan kadar gula darah. Pengujian dilakukan uji in vivo menggunakan

Lebih terperinci

Daun Yakon dan Diabetes Mellitus

Daun Yakon dan Diabetes Mellitus Daun Yakon dan Diabetes Mellitus Daun Yakon dan Diabetes Mellitus Yakon (Smallantus sonchifolius) adalah bahan ramuan yang populer dalam beberapa tahun terakhir karena beberapa penelitian medis menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

Kotamadya Surabaya, di Jawa Timur, dan di seluruh Indonesia diperhitungkan sebesar Rp. 1,5 milyar per hari.

Kotamadya Surabaya, di Jawa Timur, dan di seluruh Indonesia diperhitungkan sebesar Rp. 1,5 milyar per hari. BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi di Indonesia, banyak terjadi perubahan yang signifikan pada kehidupan manusia, terutama dalam memilih gaya hidup dimana salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dimana penderita mengalami kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan secara medis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). Obesitas terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak Perang Dunia II, diabetes meningkat pesat di negara-negara berkembang dimana sekarang telah menjadi salah satu penyebab kematian yang utama. Jika kecenderungan

Lebih terperinci

Pengaruh Soft Drink Pada Penggunaan Obat Herbal Untuk Penyakit Diabetes

Pengaruh Soft Drink Pada Penggunaan Obat Herbal Untuk Penyakit Diabetes Pengaruh Soft Drink Pada Penggunaan Obat Herbal Untuk Penyakit Diabetes Apa Efek Minuman Ringan Terhadap Penyakit Diabetes dan Obat Herbal Untuk Penyakit Diabetes? Jika berita dan laporan kesehatan terbaru

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin majunya zaman, mulai timbul berbagai macam penyakit tidak menular, yang berarti sifatnya kronis, dan tidak menular dari orang ke orang. Empat jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2007, penyebab kematian akibat diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Di daerah pedesaan,

Lebih terperinci