PENGUKURAN NILAI INDEKS GLIKEMIK COOKIES TEPUNG TALAS BELITUNG (Xanthosoma sagittifolium)
|
|
- Ratna Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGUKURAN NILAI INDEKS GLIKEMIK COOKIES TEPUNG TALAS BELITUNG (Xanthosoma sagittifolium) (Measuring Glycemic Index of Cocoyam Cookies (Xanthosoma sagittifolium)) Dian Fifit Sundari 1, Albiner Siagian 2, Jumirah 3 1 Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU 2,3 Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU dian_fifit@yahoo.com ABSTRACT One of the ways in treatment of nutritional problems is by eating through selection of setting the amount and type of carbohydrates that is appropriate to use the concept of the Glycemic Index (GI). GI is food levels according to their effect on blood glucose levels. Cocoyam (Xanthosoma sagittifolium) is a source of carbohydrate foods with a low glycemic index (GI = 50) and is often consumed by diabetics as a food substitute for rice. However, products of cocoyam such as cocoyam cookies have unknown glycemic index value. This study aimed to determined the glycemic index value of cocoyam cookies. This study was experimental study with 6 healthy subjects selected by purposive sampling method. Cocoyam used came from the district Hatonduhan. Measurement of glycemic index value performed by standard methods (Miller, 1996) with a food standard such as white bread. The portion of the test food and the standard food contained 50 g carbohydrate. The content of carbohydrates in cocoyam cookies was calculated by luff schroll method. GI was calculated by comparing the under kurve area of food test with food standard. Under kurve area of test food/ food standard was calculated by drawing horizontal and vertical lines thus forming wide awakes. Based on these calculations, the glycemic index value of cocoyam cocokies with white bread as a standard food is 79,9%. GI of cocoyam cookies included in high category (>70). It is recommended to further research to examine the glycemic index value of the other processed food that made from cocoyam (Xanthosoma sagittifolium). So it can add to list of foods that have an index glycemic value. Keywords : Glycemic index, cocoyam, cookies PENDAHULUAN Masalah gizi yang terjadi di Indonesia adalah masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Tingginya prevalensi gizi kurang dapat menyebabkan turunnya imunitas tubuh dan meningkatnya penyakit infeksi. Sedangkan peningkatan prevalensi gizi lebih berdampak pada meningkatnya penyakit degeneratif. Salah satu cara dalam penatalaksanaan permasalahan penyakit degeneratif adalah dengan cara pengaturan makan atau diet yang dapat dilakukan melalui pemilihan jumlah dan jenis karbohidrat yang tepat dengan menggunakan konsep Indeks Glikemik. Menurut Rimbawan dan Siagian (2004), Konsep indeks glikemik (IG) menekankan pada pentingnya mengenal pangan (karbohidrat) berdasarkan kecepatannya menaikkan kadar glukosa darah setelah pangan tersebut dikonsumsi. Konsep IG berguna untuk semua orang, antara lain orang yang mengalami obesitas, diabetes, atlet, bahkan orang sehat sekalipun. Bahan pangan lokal yang berpotensi memiliki indeks glikemik rendah adalah Umbi-umbian salah satunya adalah talas 1
2 belitung. Talas belitung atau kimpul digunakan oleh sebagian orang sebagai salah satu sumber karbohidrat alternatif pengganti nasi bagi penderita diabetes. Berdasarkan data penelitian dari The University Of Sydney, nilai indeks glikemik talas belitung (Xanthosoma sagittifolium) yaitu sebesar 63. Nilai indeks glikemik talas belitung (Xanthosoma sagittifolium) yang dikupas dan direbus selama 30 menit yaitu sebesar 50. Talas belitung atau kimpul (Xanthosoma sagittufolium) adalah jenis umbi yang pemanfaatannya masih sangat terbatas. Pengolahan umbi talas belitung yang sangat sederhana seperti direbus, dikukus, dan digoreng mengakibatkan kurangnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi talas tersebut. Talas belitung atau kimpul (Xanthosoma sagittifolium) merupakan salah satu sumber pangan lokal alternatif sumber karbohidrat serta mengandung zat gizi lain seperti protein, lemak, dan serat. Menurut Slamet (1980) dalam Gardjito, dkk. (2013), kandungan energi pada 100 g talas belitung yaitu 145 kal, karbohidrat 34,2 g, protein 1,2 g, Lemak 0,4 g dan seratnya 1,5 g. Talas belitung juga mengandung vitamin C sebesar 2 mg dan kalsium 26 mg. Talas dapat diproses dalam bentuk tepung talas yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan pembuatan cookies. Berdasarkan uji organoleptik cookies tepung talas belitung yang dilakukan oleh Indrasti (2004), kandungan kimia pada cookies dengan penambahan 40% tepung talas belitung yaitu kadar karbohidrat 65,51%, kadar air berkisar 2,20%, kadar abu 3,26%, kadar lemak 24,14%, dan kadar protein 6,99%. semakin tinggi kandungan tepung talas belitung dalam cookies maka semakin rendah kandungan proteinnya. Cookies dengan kandungan 40% tepung talas belitung masih dapat diterima oleh panelis dari segi rasa dan warna. Penelitian mengenai nilai indeks glikemik pangan saat ini telah banyak dilakukan di berbagai negara termasuk Indonesia. Namun, kajian mengenai nilai indeks glikemik dari olahan pangan lokal alternatif sumber karbohidrat seperti umbi talas belitung masih terbatas. Berdasarkan hal ini penulis tertarik untuk meneliti indeks glikemik cookies tepung talas belitung (Xanthosoma sagittifolium). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk Mengetahui nilai indeks glikemik produk olahan cookies dengan penambahan 40% tepung talas belitung (xanthosoma sagittifolium). METODE Jenis, Waktu dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah Eksperimen. Penelitian ini dilakukan dari bulan September Juli Pembuatan tepung dan cookies tepung talas belitung dilakukan di rumah peneliti, jalan bunga cempaka gang cempaka XV no 72 Medan. Pengujian zat gizi dilakukan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan. Pemberian pangan uji dan pangan acuan serta pengambilan darah relawan untuk dilihat kadar glukosa darahnya dilakukan di Laboratorium Gizi FKM USU. Subyek Penelitian Pemilihan subyek pada penelitian ini dengan metode purposive sampling karena alasan kemudahan dalam penelitian, yaitu 6 orang mahasiswa FKM-USU, yaitu terdiri atas 3 perempuan dan 3 laki-laki, bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi beberapa kriteria yaitu subyek berumur tahun, memiliki IMT normal antara 18,5-24,9 kg/m 2 dan sehat serta tidak memiliki riwayat DM, tidak sedang mengalami pengobatan, tidak mengalami gangguan pencernaaan, tidak menggunakan obatobatan terlarang serta tidak meminum minuman beralkohol. 2
3 Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah cookies dengan pemanfaatan tepung talas belitung (xanthosoma sagittifolium) sebesar 40%, hal ini sesuai dengan penelitian indrasti (2004). Talas belitung yang digunakan merupakan talas belitung yang tumbuh di daerah perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun. Talas yang digunakan adalah talas yang masih segar. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi: 1. Roti tawar sebagai pangan acuan, 2.bahan pembuatan cookies : tepung terigu, tepung talas belitung, mentega, kuning telur, gula, garam, baking powder,dan susu bubuk. 3. Reagen pereaksi sebagai bahan untuk analisis proksimat. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1.Peralatan pembuatan cookies : Oven kue, timbangan, pisau, baskom, loyang, blender, mixer, sendok,kompor, ayakan tepung, cetakan kue, dll. 2. Peralatan analisis proksimat: Oven, desikator, alat destilasi timbangan analit, tanur, labu erlnmeyer, alat ekstraksi soxhlet, cawan porselin, labu kjedahl, pipet tetes. 3.peralatan megukur glukosa darah: Glukometer One Touch Glucose Blood System, strip analisis glukosa, lancet, kapas, alkohol 70%. Pembuatan Cookies Tepung Talas Belitung Cookies tepung talas belitung pada penelitian ini diperoleh berdasarkan penelitian Indrasti (2004), yaitu pembuatan tepung talas belitung terlebih dahulu, kemudian dilakukan pembuatan cookies tepung talas belitung. Analisis Zat Gizi Cookies Tepung Talas Belitung Analisis komposisi zat gizi meliputi uji proksimat, yaitu analisis kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar dan kadar karbohidrat. Pengukuran Indeks Glikemik Cookies Tepung Talas Belitung Penelitian ini dilaksanakan setelah memperoleh izin dari komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan USU (Ethical Clearance No. 167/VI/SP/2014 tanggal 24 Juni Prosedur pengukuran indeks glikemik mengacu pada Miller, dkk., 1996 dalam Rimbawan dan Siagian 2004 : a. Enam orang subyek berpuasa selama ± 10 jam (kecuali air putih). Keesokan harinya Subyek yang masih dalam keadaan masih berpuasa kemudian diambil sampel darah (1-2µL) finger-prick capillary blood sample method. c. Subyek diberi pangan acuan yaitu roti tawar yang mengandung 50 gr karbohidrat. d. Sampel darah subyek diambil kembali setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada jam ke-2. (menit ke 15, 30, 45, 60, 90, dan ke 120). e. Satu minggu kemudian dilakukan pengujian pangan uji berupa cookies tepung talas belitung dengan prosedur yang sama. f. Data kadar gula darah (pada setiap waktu pengambilan sampel) diplot pada dua sumbu, waktu dalam menit (x) dan kadar glukosa darah (y). g. Indeks glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah di bawah kurva antara pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan pangan acuan. Pengukuran nilai indeks glikemik dilakukan dengan membandingkan luas area dibawah kurva respon glukosa darah 3
4 terhadap pangan uji dibandingkan dengan luas area dibawah kurva respon glukosa darah terhadap pangan acuan. Pengolahan dan Analisis Data Data hasil analisis kimia cookies tepung talas belitung diolah menggunkan microsof excel Data kadar glukosa darah subyek diolah untuk mendapatkan nilai indeks glikemik. Luas area dibawah kurva dihitung secara manual dengan menarik garis horizontal dan vertical sehingga membentuk luas bangun. Luas area dibawah kurva diperoleh dengan cara menjumlahkan masing-masing luas bangun. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Cookies tepung talas belitung yang dihasilkan dalam penelitian ini bewarna kecoklatan, bertekstur renyah dan aroma cookies yang dihasilkan keluar saat pemanggangan, tercium aroma harum dari kuning telur dan margarin. Gambar 1. Cookies tepung talas belitung Kandungan zat gizi yang terdapat pada cookies tepung talas belitung yaitu sebagai berikut. Tabel.1 Komposisi Zat Gizi Cookies Tepung Talas Belitung No Komposisi Zat Jumlah Gizi per 100 gram 1 Air 4,36% b/b 2 Abu 1,97% b/b 3 Protein 8,58% b/b 4 Lemak 28,30% b/b 5 Serat Kasar 1,15% b/b 6 Karbohidrat (by Difference) 56,79% b/b Sub- Yek Pengukuran indeks glikemik pangan dilakukan dengan memberikan pangan uji dan pangan acuan setara dengan 50 gram karbohidrat kepada masing-masing subyek penelitian. Masing-masing roti tawar dan cookies tepung talas belitung yang diberikan yaitu 102,77g dan 95,22g. respon glukosa darah terhadap pemberian roti tawar dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel.2 Respon Glukosa Darah Terhadap Roti Tawar Respon Glukosa Darah Terhadap Roti Tawar ,7 110,8 123,3 127, ,7 Pemberian roti tawar menaikan kadar glukosa darah dari 87,7 mg/dl pada t.0 menjadi 127,3 mg/dl pada t.45 berarti mengalami kenaikan sebesar 39,5 mg/dl atau 45,04%. Sedangkan hasil respon glukosa darah terhadap cookies tepung talas Belitung dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel.3 Respon Glukosa Darah Terhadap Cookies Tepung Talas Belitung Subyek Respon Glukosa Darah Terhadap Pangan Uji (Cokies Tepung Talas Belitung) ,3 109,7 118,3 112,5 101,8 101,7 97,7 Ratarata Ratarata Pemberian cookies tepung talas belitung menaikan kadar glukosa darah dari 4
5 Kadar Glukosa Darah 85,3 mg/dl pada t.0 menjadi 118,3 mg/dl pada t.30 berarti mengalami kenaikan sebesar 33 mg/dl atau 38,69%. Data hasil pengukuran glukosa darah subjek terhadap pangan acuan dan pangan uji ditebarkan dalam sumbu X (waktu) dan sumbu Y (kadar glukosa darah) menggunakan Software Microsoft Excell Dengan demikian, akan diperoleh sebuah kurva yang menunjukan respon glukosa darah terhadap pangan yang diberikan. Berdasarkan hasil pengukuran kadar gluosa subyek, rata-rata respon glikemik subyek penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar.1 Kurva Respon Glukosa Darah Terhadap Roti Tawar dan Cookies Tepung Talas Belitung Kurva Respon Glukosa Darah terhadap Roti Tawar dan Cookies Tepung Talas Belitung 87,7 85,3 110,8 123,3 127, ,7 109,7 118,3 112,5 101,8 101,797,7 0' 15' 30' 45' 60' 90' 120' Roti Tawar Cookies talas belitung Kurva respon glukosa darah tersebut digunakan untuk menghitung luas area bawah kurva (Area Under Cerve, AUC). Luas daerah di bawah kurva dapat dihitung secara manual dengan cara menarik garis horizontal dan membuat garis vertikal berdasarkan waktu pengambilan darah sehingga kurva membentuk luas bangun segitiga dan trapesium. Luas daerah di bawah kurva diperoleh dengan cara menjumlahkan masing-masing luas bangun. Indeks glikemik dihitung dengan membandingkan luas kurva pangan uji dengan luas kurva pangan acuan dengan rumus sebagai berikut. IG = AUC Pangan Uji AUC pangan acuan Nilai indeks glikemik pangan uji diperoleh dari hasil rata-rata nilai indeks glikemik individu enam orang subyek penelitian. Sehingga diperoleh nilai indeks glikemik cookies tepung talas belitung yaitu 79,9. PEMBAHASAN Kandungan Zat Gizi pada Cookie Tepung Talas Belitung Berdasarkan hasil analisis, kadar karbohidrat pada cookies tepung talas belitung dengan penambahn 40% tepung talas belitung yang dihitung dengan metode by difference yaitu 56,79% lebih tinggi dibandingkan kadar karbohidrat dengan metode luff schroll yaitu 52,51%. Hal ini disebabkan karena cara perhitungan kandungan karbohidrat by difference merupakan perhitungan secara kasar dan belum memasukan komponen serat pangan total. Sumbangan energi dari karbohidrat pada cookies tepung talas belitung yaitu sebesar 210,04 kkal. Kadar karbohidrat yang terdapat pada cookies tepung talas belitung lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Indrasti (2004) yaitu sebesar 65,51 dan juga lebih rendah dari ketepan yang ditetapkan oleh SNI yaitu 70%. Berdasarkan hasil analisis, kadar protein pada cookies tepung talas belitung adalah 8,58% b/b dan sumbangan energi yang diberikan sebesar 34,32 kkal. Kadar protein pada cookies tepung talas belitung lebih rendah dari kadar protein yang ditetapkan oleh SNI yaitu 9%. Kandungan protein pada cookies tepung talas belitung 5
6 lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indrasti (2004) yaitu 6,99%. Menurut Indrasti (2004), semakin tinggi kandungan tepung talas belitung dalam cookies maka kadar proteinnya semakin menurun. Berdasarkan hasil analisis, kadar lemak pada cookies tepung talas belitung dengan penambahn 40% tepung talas belitung yaitu 28.30% lebih tinggi dibandingkan dengn penelitian yang dilakukan oleh Indrasti (2004) yaitu 24,24% dan ketetapkan SNI yaitu minimal 9,5%. Lemak pada cookies tepung talas belitung memberikan sumbangan energi sebesar 254,7 kkal. Kadar lemak dalam cookies sebagian besar berasal dari telur dan juga margarin. Secara keseluruhan, cookies tepung talas belitung mengandung energi sebesar 499,06 kkal. Kadar air pada cookies dengan kandungan tepung talas belitung sebesar 40% yaitu 4,36%, lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indrasti (2004) yaitu 2,20%. Hal ini disebabkan karena perbedaan pada proses penepungan yang dilakukan oleh peneliti. Walaupun demikian, kadar air pada cookies tepung talas belitung dengan penambahan 40% tepung talas belitung masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Standart Nasional Indonesia (SNI) yaitu kurang dari 5%. Berdasarkan hasil analisis, kadar abu pada cookies tepung talas belitung dengan penambahan 40% tepung talas belitung yaitu sebesar 1,97% b/b, lebih tinggi dibandingkan syarat maksimal yang ditetapkan oleh SNI untuk cookies yaitu 1,5%. Menurut penelitian Indrasti (2004), penambahan tepung talas belitung dalam cookies berpengaruh terhadap kadar abu. Hal ini dikarenakan kandungan mineral Ca, F dan Fe pada tepung talas belitung lebih tinggi dibandingkan dengan mineral yang ada pada tepung terigu. Berdasarkan hasil analisis, kadar serat kasar pada cookies tepung talas belitung dengan penambahan 40% tepung talas belitung yaitu sebesar 1,15% b/b, lebih tinggi dibandingkan syarat maksimal yang ditetapkan oleh SNI untuk cookies yaitu 0,5%. Indeks Glikemik Berdasarkan hasil perhitungan ratarata nilai indeks glikemik, cookies tepung talas belitung memiliki nilai indeks glikemik 79,9 dan termasuk dalam katagori pangan dengan indeks glikemik tinggi (>70). Indeks glikemik cookies tepung talas belitung lebih tinggi dibandingkan dengan indeks glikemik umbi talas belitung rebus yaitu 50. Hal ini disebabkan karena terjadi proses penepungan pada pembuatan cookies tepung talas belitung, sehingga ukuran partikel cookies menjadi lebih kecil dan struktur cookies menjadi lebih lembut, mudah untuk dicerna dan diserap Penyerapan yang cepat mengakibatkan timbulnya rasa lapar. Pangan yang mudah dicerna dan diserap menaikkan kadar glukosa darah dengan cepat. Peningkatan kadar glukosa darah yang cepat ini memaksa pankreas untuk mensekresikan insulin lebih banyak. Oleh Karena itu, kadar glukosa darah yang tinggi juga meningkatkan respon insulin (Osman, dkk., 2001 dalam Rimbawan dan Siagian, 2004). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi indeks glikemik pangan diantaranya adalah cara pengolahan (tingkat gelatinisasi pati dan ukuran partikel), perbandingan amilosa dengan amilopektin, tingkat keasaman dan daya osmotik, kadar serat, kadar lemak dan protein, serta kadar anti gizi pangan (Rimbawan & Siagian 2004). Cara pengolahan mempengaruhi nilai indeks glikemik suatu bahan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhyar (2009), dimana pengolahan pratanak 6
7 pada beras varietas ciherang menurunkan nilai indeks glikemik beras tersebut menjadi 44,22. Hasil analisis kadar amilosa menunjukkan bahwa cookies tepung talas belitung memiliki kadar amilosa sebesar 17,92%. Kadar amilosa pada cookies masih tergolong rendah. Pangan yang memiliki kadar amilopektin lebih tinggi mengakibatkan respon gula darah lebih tinggi karena lebih mudah dicerna oleh enzim. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurbayani (2013), gembili kukus yang memiliki kadar amilosa rendah (1,77%), memiliki nilai indeks glikemik tinggi (87,56). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa makanan yang mengandung amilosa lebih dari 50% berpengaruh signifikan untuk menurunkan glukosa darah dan respon insulin (Behall & Hallfrisch, 2002 dalam Septiyani, 2012). Indeks glikemik pangan juga dipengaruhi oleh komposisi zat gizi seperti kadar serat kasar, kadar lemak, dan protein. Kadar serat terutama kadar serat pangan larut mempengaruhi nilai IG. Menurut Chandalia et al.(2000), peningkatan konsumsi serat pangan, terutama serat pangan larut dapat menurunkan kolesterol plasma, dan meningkatkan kontrol glikemik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Margareth (2006), kue bawang yang memiliki serat larut (4,68%) lebih tinggi dari pada serat pangan larut yang terdapat pada biji ketapang (2,76%) memiliki nilai indeks glikemik rebih rendah. Hasil analisis kadar serat kasar pada cookies tepung talas belitung yaitu 1,15%. Serat kasar mempertebal kerapatan atau ketebalan campuran makanan dalam saluran pencernaan. Walaupun kadar serat kasar pangan pada cookies lebih tinggi dari ketetapan SNI, namun tidak menunjukkan pengaruh terhadap penurunan nilai IG. Hasil analisis kadar protein pada cookies tepung talas belitung menunjukkan bahwa cookies tepung talas belitung memiliki kadar protein 8,58%. Menurut Fernandes et al. (2005) dalam Septiyani (2012), kadar protein tidak memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap indeks glikemik walaupun mempunyai potensi untuk menurun nilai indeks glikemik pangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Karimah (2011), yang menunjukkan bahwa bubur formula tepung emulsi yang ditambahkan isolat protein kedelai dan putih telur dengan kadar protein 17,45% memiliki nilai indeks glikemik tinggi yaitu 93,96 dan penelitian yang dilakukan oleh Septiyani (2012), tiwul instan tinggi protein dengan kadar protein 23,45% memiliki nilai indeks glikemik yang masih tergolong tinggi yaitu 71,92. Hasil analisis kadar lemak pada cookies tepung talas belitung yaitu 28,30%. Kadar lemak pada cookies tepung talas belitung lebih rendah dibandingkan dengan kadar lemak pada cookies ganyong yaitu 36,19%. Lemak berperan dalam laju pengosongan lambung. Hasil penelitian Wolever & Bolognesi (1996) dalam Septiyani (2012), menunjukkan bahwa lemak dalam jumlah besar (50 g lemak) dapat menurunkan respon glukosa darah dan respon insulin. Namun, pangan berlemak tinggi apapun jenisnya dan walaupun memiliki nilai IG rendah perlu dikonsumsi secara bijaksana. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. komposisi zat gizi pada cookies tepung talas belitung yaitu air 4,36% b/b, Abu 1,97% b/b, Protein 8,58% b/b, lemak 28,30% b/b, karbohidrat 56,79% b/b (by different), serat kasar 1,15% b/b. kandungan energi yang terdapat pada cookies tepung talas belitung yaitu sebesar 499,06 kkal. 2. Hasil pengukuran indeks glikemik cookies tepung talas belitung dengan 7
8 menggunakan pangan acuan berupa roti tawar menunjukkan bahwa cookies tepung talas belitung memiliki nilai indeks glikemik 79,9 dan termasuk dalam katagori pangan dengan nilai indeks glikemik tinggi (>70). Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengukuran nilai indeks glikemik pangan olahan lain berbahan umbi talas belitung (Xanthosoma sagittifolium). Sehingga dapat menambah daftar pangan yang memiliki nilai indeks glikemik. 2. Disarankan kepada pelaku industri rumah tangga untuk lebih memanfaatkan talas belitung yang merupakan bahan pangan lokal sebagai pangan jajanan terutama dalam bentuk cookies, selain untuk mengurangi penggunaan terigu juga diharapkan dapat menghasilkan jajanan sehat yang tinggi kalori. DAFTAR PUSTAKA Akhyar Pengaruh Proses Pratanak Terhadap Mutu Gizi dan Indeks Glikemik Berbagai Varietas Beras Indonesia. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Badan Standarisasi Nasional (BSN) SNI Cookies (SNI No ). Diakses tanggal 15 April Chandalia, M., A. Garg, D. Lutjohann, K. Bergmann, S.M. Grundy, dan L.J. Brinkley Beneficial Effects of High Dietary Fiber Intake in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. ntent/full/342/19/1392. Diakses Tanggal 3 juli Indrasti, D Pemanfaatan Tepung Talas Belitung (Xanthosoma sagittifolium) dalam Pembuatan Cookies. Skripsi. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Teknologi Bogor. Karimah, I Nilai Indeks Glikemik Bubur Instan Pati Singkong dan Bubur Instan Pati Resisten Singkong. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Margareth, J Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemik Produk Olahan Goreng Berbahan Dasar bi Jalar (Ipomoea batatas L.) KLON BB Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Nurbayani, R Nilai Indeks Glikemik Produk Olahan Gembili (Dioscorea esculenta). Skripsi. Bogor : Indtitut Pertanian Bogor. Rimbawan dan A Siagiaan Indeks Glikemik Pangan: Cara Mudah Memilih Pangan yang Menyehatkan. Jakarta : Penebar Swadaya. Septiyani, Imas Indeks Glikemik Berbagai Produk Tiwul Berbasis Singkong (Manihot esculenta Crantz) pada Orang Normal. Skripsi. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Diakses tanggal 18 Februari
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah gizi merupakan masalah global yang terjadi di sebagian besar belahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi merupakan masalah global yang terjadi di sebagian besar belahan dunia termasuk Indonesia. Indonesia masih dihadapkan pada masalah gizi ganda yaitu gizi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Indeks Glikemik
TINJAUAN PUSTAKA Indeks Glikemik Indeks Glikemik pertama dikembangkan tahun 1981 oleh Dr. David Jenkins, seorang Profesor Gizi pada Universitas Toronto, Kanada, untuk membantu menentukan pangan yang paling
Lebih terperinciANALISIS INDEKS GLIKEMIK PADA NASI CAMPURAN ANTARA BERAS (Oriza sp) DENGAN UBI JALAR ORANGE (Ipomoea batatas L) ABSTRACT
ANALISIS INDEKS GLIKEMIK PADA NASI CAMPURAN ANTARA BERAS (Oriza sp) DENGAN UBI JALAR ORANGE (Ipomoea batatas L) Fannisa Izzati 1, Evawany Y Aritonang 2, Albiner Siagian 2 1 Alumni Program Sarjana IKM FKM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusianya. Menurut Kusharto dan Muljono (2010) dalam Maulana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok alternatif selain beras. Mie merupakan produk pangan yang telah menjadi kebiasaan konsumsi masyarakat
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Bahan yang Digunakan
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah experimental study. Lokasi penelitian dilakukan pada tiga laboratorium meliputi Laboratorium Percobaan Makanan, Laboratorium Analisis
Lebih terperinciMETODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Percobaan Makanan, Laboratorium Organoleptik, Laboratorium Biokimia Gizi, Laboratorium Kimia dan Analisis Gizi, Departemen Gizi Masyarakat,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Tepung Ganyong Tahapan pembuatan tepung ganyong meliputi pemilihan bahan, pengupasan bahan, pembersihan dan pencucian ganyong, serta proses pengeringan dengan drum dryer.
Lebih terperinciPERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR
PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program
Lebih terperinciPEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI
PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI OLEH DIKA YULANDA BP. 07117007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk bahan dasar olahan pangan sangat tinggi. Hal ini terjadi karena semakin beragamnya produk olahan pangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SUSENAS 1999 sampai dengan 2007 menunjukkan bahwa pola konsumsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola konsumsi masyarakat yang berbasis pada beras menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis. Hasil data SUSENAS 1999 sampai dengan 2007 menunjukkan
Lebih terperinciPERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN
PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program
Lebih terperinciSUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)
SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott) SUBSTITUTION OF GREEN BEAN FLOUR (Phaseolus radiathus L) IN MAKING KIMPUL BISCUIT
Lebih terperinciRESPONS GLIKEMIK COOKIES LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch)
RESPONS GLIKEMIK COOKIES LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch) Bernatal Saragih *1 Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Jl. Pasir Balengkong Kampus Gn. Kemua Samarinda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan sejak tahun 1990, diabetes melitus termasuk 29 penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan jenis makanan yang digemari oleh berbagai
Lebih terperinciNILAI INDEKS GLIKEMIK PRODUK OLAHAN GEMBILI (Dioscorea esculenta)
ISSN 1978-1059 Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2013, 8(2): 145 150 NILAI INDEKS GLIKEMIK PRODUK OLAHAN GEMBILI (Dioscorea esculenta) (Glycemic Index Value of Dioscorea esculenta Product) Rimbawan 1* dan Resita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia adalah peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan tidak seimbang dengan penyediaan pangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman jenis kaktus yang berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang awalnya dikenal sebagai tanaman
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan
IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan penelitian utama dilaksanakan bulan Maret Juni 2017 di Laboratorium Teknologi
Lebih terperinciArtikel Ilmiah. Prima Anggraini 1, Erna Susanti, M.Biomed, Apt. 2. ABSTRACT
Artikel Ilmiah Penentuan Indeks Glikemik (IG) Cookies Beras Merah (Oryza nivara) dengan Tambahan Pemanis Stevia (Stevia rebaudiana ) Sebagai Pangan Fungsional Bagi Penderita Diabetes. Determination of
Lebih terperinciMETODE. Bahan dan Alat
22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya
I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini
I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia. Peningkatan ini seiring dengan peningkatan
Lebih terperinciGlikemik Respon Cookies Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch.) (Glycemic Response Cucurbita moschata Durch Cookies)
Glikemik Respon Cookies Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch.) (Glycemic Response Cucurbita moschata Durch Cookies) Bernatal Saragih Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang penting bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber
Lebih terperinciMETODE. Tempat dan Waktu
18 METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Percobaan Makanan, Laboratorium Organoleptik, Teaching Caffetaria, Laboratorium Biokimia Gizi, serta Laboratorium Kimia dan Analisis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran. Makan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran. Makan bukanlah sekedar untuk kenyang, tetapi yang lebih utama adalah manfaat makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit tidak menular dan sekitar 3,2 juta kematian disebabkan oleh penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pola penyakit bergeser dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, pola penyakit bergeser dari penyakit infeksi menjadi penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun
Lebih terperinciUJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS
UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS Acceptability test and nutrient compositon of rice with the addition of pumpkin and sweet corn Hadiah Kurnia Putri
Lebih terperinciMETODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal
METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Organoleptik, dan Laboratorium Analisis Kimia Pangan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Lebih terperinciDISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian
KARAKTERISASI SIFAT FUNGSIONAL DAN IDENTIFIKASI NILAI INDEKS GLIKEMIK SERTA SIFAT HIPOGLIKEMIK BERAS ANALOG BERBASIS PATI SAGU (Metroxylon spp.) DAN TEPUNG KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris) DISERTASI Disusun
Lebih terperinciMETODE. Waktu dan Tempat
14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi ketersediaan pangan lokal di Indonesia sangat melimpah antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir seluruh wilayah Indonesia. Pada
Lebih terperinciMETODE. Waktu dan Tempat
13 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Mei 2012 bertempat di Laboratorium Analisis makanan, Laboratorium pengolahan pangan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan
20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah pengidap diabetes mellitus tipe 2 dari tahun ke tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan survei yang dilakukan Novo Nordisk (2013), terdapat peningkatan jumlah pengidap diabetes mellitus tipe 2 dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kanada mengembangkan konsep indeks glikemik (IG). Konsep indeks glikemik
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Indeks Glikemik Pada tahun 1981, David Jenkins, seorang Profesor Gizi di Universitas Toronto, Kanada mengembangkan konsep indeks glikemik (IG). Konsep indeks glikemik dikembangkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Ketergantungan manusia terhadap pangan yang tinggi tidak diimbangi
Lebih terperinciNILAI INDEKS GLIKEMIK BERBAGAI PRODUK OLAHAN SUKUN (Artocarpus altilis)
Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 28 35 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 28 35 NILAI INDEKS GLIKEMIK BERBAGAI PRODUK OLAHAN SUKUN (Artocarpus altilis) (Glycemic Index Value of Breadfruit (Artocarpus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor pertanian yang cukup besar. Berbagai komoditas pertanian memiliki kelayakan yang cukup baik
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ROTI TAWAR DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM (Sorghum bicolor (L) MOENCH) TERFERMENTASI DAN TANPA FERMENTASI
KARAKTERISTIK ROTI TAWAR DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM (Sorghum bicolor (L) MOENCH) TERFERMENTASI DAN TANPA FERMENTASI CHARACTERISTICS OF WHITE BREAD WITH FERMENTED AND UNFERMENTED SORGHUM FLOUR (Sorghum
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita diabetes mellitus diseluruh dunia telah mencapai angka 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah 7 juta setiap tahunnya. Diabetes
Lebih terperinciINDEKS GLIKEMIK BERBAGAI PRODUK TIWUL BERBASIS SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) PADA ORANG NORMAL IMAS SEPTIYANI
INDEKS GLIKEMIK BERBAGAI PRODUK TIWUL BERBASIS SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) PADA ORANG NORMAL IMAS SEPTIYANI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung terigu dapat diolah menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.
2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur gizi lain yang diperlukan manusia yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan
Lebih terperinciFORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI
FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI OLEH : CHRISTINA EVELINE 6103007082 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cake merupakan adonan panggang yang dibuat dari empat bahan dasar yaitu tepung terigu, gula, telur dan lemak. Cake banyak digemari masyarakat terutama bagi anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan
BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan utama. Camilan disukai oleh anak-anak dan orang dewasa, yang umumnya dikonsumsi kurang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung. terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan tepung, sebagian besar menggunakan tepung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kandungan gizi utama pada ubi jalar adalah karbohidrat sebanyak 75-90% berat kering ubi merupakan gabungan dari pati, gula, dan serat seperti selulosa, hemiselulosa,
Lebih terperinciFORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI
PKMI-1-03-1 FORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI Dian Sukma Kuswardhani, Yaniasih, Bot Pranadi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG GANYONG PADA PEMBUATAN COOKIES DITINJAU DARI TINGKAT KESUKAAN DAN INDEKS GLIKEMIK
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PEMANFAATAN TEPUNG GANYONG PADA PEMBUATAN COOKIES DITINJAU DARI TINGKAT KESUKAAN DAN INDEKS GLIKEMIK Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Gizi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang merupakan buah-buahan dengan jenis yang banyak di Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok dan masih banyak lagi. Menurut Kementrian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibuat dengan menambahkan santan, gula merah, daun pandan dan. pisang.menurut Veranita (2012), bolu kukus adalah bolu yang berbahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bolu merupakan salah satu makanan yang sangat disukai oleh masyarakat Indonesia.Bolu kukus sangat beranekaragam, ada yang dibuat dengan menambahkan santan, gula merah,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar
Lebih terperinciMETODE. Materi. Rancangan
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : 1.1. Latar Belakang, 1.2. Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1.1. Latar Belakang, 1.2. Identifikasi Masalah, 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 1.4. Manfaat Penelitian, 1.5. Kerangka Pemikiran, 1.6. Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar dari ujung Barat sampai ujung Timur. Selain itu Indonesia mempunyai beragam suku dan budaya
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur
TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali ditemukan tempe, makanan yang terbuat dari kedelai dengan cara fermentasi atau peragian dengan menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium. Faktor perlakuan meliputi penambahan pengembang dan pengenyal pada pembuatan kerupuk puli menggunakan
Lebih terperinciPEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID
PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID SKRIPSI OLEH : BOSVIN ABDALLA TAMBUNAN 100305047 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kue Bolu. Kue bolu merupakan produk bakery yang terbuat dari terigu, gula,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kue Bolu Kue bolu merupakan produk bakery yang terbuat dari terigu, gula, lemak, dan telur. Menurut Donald (2013), kue bolu merupakan produk yang di hasilkan dari tepung terigu
Lebih terperinciZeni Nur Hidayati, I Komang Suwita. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Malang
SUBSTITUSI PASTA UBI JALAR UNGU TERHADAP MUTU KIMIA, NILAI ENERGI DAN MUTU ORGANOLEPTIK COOKIES (KUE KERING) SEBAGAI ALTERNATIF SNACK PENDERITA DIABETES MELITUS Zeni Nur Hidayati, I Komang Suwita Jurusan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biskuit merupakan makanan kecil (snack) yang termasuk ke dalam kue kering dengan kadar air rendah, berukuran kecil, dan manis. Dalam pembuatan biskuit digunakan bahan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masyarakat masih sedikit memanfaatkan labu kuning sebagai bahan pangan. Hal ini disebabkan masyarakat masih belum mengetahui kandungan gizi yang terdapat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu
I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah yang salah satunya disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dewasa ini, salah satu industri yang berkembang dengan pesat di Indonesia adalah industri makanan minuman atau industri kuliner. Menurut Investor
Lebih terperinciPANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT
PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT Oleh : ENDANG SUPRIYATI, SE KETUA KWT MURAKABI ALAMAT: Dusun Kenteng, Desa Puntukrejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. APA YANG ADA dibenak dan PIKIRAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiiring dengan meningkatnya jumlah
Lebih terperinciPEMANFAATAN UMBI TALAS SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN COOKIES YANG DISUPLEMENTASI DENGAN KACANG HIJAU
PEMANFAATAN UMBI TALAS SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN COOKIES YANG DISUPLEMENTASI DENGAN KACANG HIJAU Welli Yuliatmoko (welli@ut.ac.id) Universitas Terbuka Dian Indrayani Satyatama
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.
I PENDAHULUAN Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah berdasarkan latar belakang tertentu. Dengan maksud dan tujuan yang sudah jelas selanjutnya dikembangkan kerangka pemikiran
Lebih terperinciAplikasi Tepung Bekatul Fungsional Pada Pembuatan Cookies Dan Donat Yang Bernilai Indeks Glikemik Rendah
ARTIKEL Aplikasi Tepung Bekatul Fungsional Pada Pembuatan Cookies Dan Donat Yang Bernilai Indeks Glikemik Rendah Application of Functional Bran in Making Cookies and Donuts with Low Glycemic Index Value
Lebih terperinciPENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG
PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG Devy Nur Afiah 123020120 Pembimbing Utama :Dr. Tantan Widiantara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, salah satu kebutuhan primer tersebut adalah makanan. Dalam sejarah,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras
Lebih terperinciUlangan 1 Ulangan 2 (%)
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Deskripsi dan analisis data memuat penjelasan tentang hasil penelitian. Hasil yang diperoleh selama proses penelitian meliputi data sifat kimia, sifat fisik dan organoleptik
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. Materi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : 1.1 Latar Belakang, 1.2 Identifikasi Masalah, 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian, 1.4 Manfaat Penelitian, 1.5 Kerangka Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan kue tradisional, salah satu jenis kue tradisional di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan kue tradisional, salah satu jenis kue tradisional di Indonesia adalah kue talam. Kue ini merupakan kue yang berbahan dasar tepung beras dan tepung
Lebih terperinci