VI. TATA KELOLA DAN KUALITAS KELEMBAGAAN GAPOKTAN DESA BANYUROTO. kelembagaan formal yang sengaja ditumbuhkan, dibentuk, dan disosialisasikan di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. TATA KELOLA DAN KUALITAS KELEMBAGAAN GAPOKTAN DESA BANYUROTO. kelembagaan formal yang sengaja ditumbuhkan, dibentuk, dan disosialisasikan di"

Transkripsi

1 VI. TATA KELOLA DAN KUALITAS KELEMBAGAAN GAPOKTAN DESA BANYUROTO 6.1. Struktur Gapoktan Desa Banyuroto Kelembagaan yang ada dalam Gapoktan Desa Banyuroto merupakan kelembagaan formal yang sengaja ditumbuhkan, dibentuk, dan disosialisasikan di kalangan petani Desa Banyuroto. Kegiatan pertanian di Desa Banyuroto bila dikaji melalui perspektif kelembagaan maka interaksi yang dilakukan petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap kegiatan pertanian dan segala keputusan usahataninya adalah sebuah arena aksi (action arena). Arena aksi memiliki dua komponen, diantaranya adalah situasi aksi yaitu interaksi petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto dengan melakukan pemanfaatan sumberdaya untuk kegiatan pertanian yang didasarkan pada pengarahan dan penyuluhan yang dilakukan. Komponen kedua dari arena aksi ini adalah aktor. Dalam hal ini, anggota dan pengurus gapoktan merupakan aktor dalam kelembagaan. Perwakilan dari masing-masing kelompok atau rukun tani yang telah siap dan bersedia untuk masuk dalam keanggotaan Gapoktan Desa Banyuroto kemudian mengadakan musyawarah untuk menentukan posisi pengurus beserta fungsi, peran, dan tanggung jawabnya serta hak dan kewajiban anggota. Seluruh aktor yang terpilih dan terlibat dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto merupakan perwakilan dari seluruh kelompok atau rukun tani yang terdapat di dusun. Aktor dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto berjumlah 28 orang. Aktor ini kemudian disebut sebagai anggota Gapoktan Desa Banyuroto, yang mempunyai hak untuk dipilih menjadi pengurus untuk mengurusi segala kegiatan dan program Gapoktan Desa Banyuroto dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan. Setiap posisi dalam kepengurusan 47

2 hanya diisi oleh satu orang. Sedangkan untuk posisi ketua umum diisi oleh Kepala Desa Banyuroto. Berarti, ada 14 orang pengurus Gapoktan dan 14 orang anggota gapoktan. Berikut adalah struktur kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto: Ketua umum/pelindung Ketua I Wakil Ketua Sekretaris I Sekretaris II Bendahara I Bendahara II Seksi Humas Seksi Pemasaran Seksi Ketahanan Pangan Seksi Sayur-sayuran Seksi Strawberry Seksi Teknologi Seksi Tanaman Hias Seksi Permodalan Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Sumber: Gapoktan Desa Banyuroto 2012 Gambar 3. Struktur Organisasi Gapoktan Desa Banyuroto Struktur oganisasi Gapoktan Desa Banyuroto terdiri dari ketua umum atau pelindung yang membawahi ketua I dan wakil ketua dibantu oleh sekretaris 1, 48

3 sekretaris 2, bendahara 1, dan bendahara 2, serta sejumlah seksi. Masing-masing perangkat menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya. Mereka menjalankan tugas sebagai amanah dan kewajiban berdasarkan keikhlasan, kesadaran pribadi, dan tidak mendapatkan imbalan apapun. Adapun tugas atau fungsi dari tiap-tiap perangkat Gapoktan Desa Banyuroto adalah sebagai berikut: 1. Ketua umum adalah seseorang yang bertugas melindungi dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan gapoktan yang dilaksanakan di wilayah Desa Banyuroto. Posisi ketua umum diisi oleh Kepala Desa Banyuroto. 2. Ketua I adalah seseorang yang bertugas untuk memimpin dan mengayomi seluruh anggota gapoktan, serta menjadi penerus aspirasi anggota gapoktan dan seluruh kelompok tani yang ada di Desa Banyuroto dengan seluruh pihak internal maupun eksternal. 3. Wakil ketua adalah seseorang yang bertugas untuk membantu ketua I dalam menjalankan tugasnya. 4. Sekretaris 1 adalah seseorang yang bertugas untuk mencatat dan mendokumentasikan seluruh keperluan terkait dengan administrasi gapoktan, mulai dari AD/ART gapoktan hingga notulensi rapat. 5. Sekretaris 2 adalah seseorang yang bertugas untuk membantu sekretaris 1 dalam hal perapihan administrasi. 6. Bendahara 1 adalah seseorang yang bertugas untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan keuangan operasional gapoktan, terutama dalam hal pencatatan pelunasan dana PUAP oleh anggota. 7. Bendahara 2 adalah seseorang yang bertugas untuk membantu bendahara 1 dalam hal keuangan rutin gapoktan, yaitu mengumpulkan iuran anggota. 49

4 8. Seksi Humas adalah seseorang yang bertugas untuk mengurus segala hal yang berkaitan antara gapoktan dengan antar kelompok tani maupun warga dan perangkat desa serta pihak-pihak eksternal yang di luar gapoktan. 9. Seksi Pemasaran adalah seseorang yang bertugas mempromosikan dan membantu pemasaran serta menangani hal-hal yang terkait dengan pemasaran produk-produk pertanian anggota gapoktan. Selain itu, ia juga bertugas menampung dan melayani aspirasi mengenai pemasaran dari seluruh kelompok tani yang ada di Desa Banyuroto dan menyebarluaskan informasi dan pengetahuan terbaru mengenai pemasaran. 10. Seksi Ketahanan Pangan adalah seseorang yang bertugas untuk memantau kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani anggota gapoktan atau keberlanjutan hasil panen dari usahatani anggota. 11. Seksi sayur-sayuran adalah seseorang yang bertugas menangani hal-hal yang terkait usahatani sayur-sayuran anggota gapoktan. Selain itu, ia juga bertugas menampung dan melayani aspirasi seputar sayur-sayuran dari seluruh kelompok tani yang ada di Desa Banyuroto dan menyebarluaskan informasi dan pengetahuan terbaru mengenai sayur-sayuran. 12. Seksi strawberry adalah seseorang yang bertugas menangani hal-hal yang terkait usahatani strawberry anggota gapoktan. Selain itu, ia juga bertugas menampung dan melayani aspirasi seputar strawberry dari seluruh kelompok tani yang ada di Desa Banyuroto dan menyebarluaskan informasi dan pengetahuan terbaru mengenai strawberry. 50

5 13. Seksi Teknologi adalah seseorang yang mengurusi seluruh hal yang berkaitan dengan penerapan dan penyebarluasan teknologi inovatif yang telah diajarkan oleh para penyuluh. 14. Seksi Tanaman Hias adalah seseorang yang bertugas menangani hal-hal yang terkait usahatani tanaman hias anggota gapoktan. Selain itu, ia juga bertugas menampung dan melayani aspirasi seputar tanaman hias dari seluruh kelompok tani yang ada di Desa Banyuroto dan menyebarluaskan informasi dan pengetahuan terbaru mengenai tanaman hias. 15. Seksi Permodalan adalah seseorang yang bertugas menangani aspirasi tentang permodalan usahatani anggota atau kelompok tani yang ada di Desa Banyuroto. 16. Anggota gapoktan adalah orang-orang yang tercatat namanya dalam keanggotaan gapoktan dan ikut aktif dalam setiap kegiatan Gapoktan Desa Banyuroto. Gapoktan Desa Banyuroto tentunya memiliki hubungan dengan beberapa stakeholder terkait dalam pelaksanaan kegiatannya. Stakeholder tersebut mempunyai peran yang cukup dominan dalam mendorong gapoktan melakukan kegiatannya. Peran ini terlihat terutama ketika kelembagaan tersebut baru ditumbuhkan, dikembangkan, dan disosialisasikan. Balitbang Pertanian berperan sebagai konseptor kegiatan Prima Tani di tingkat pusat. Program Prima Tani diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Balitbang Pertanian sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian maupun pelaku agribisnis sebagai pengguna inovasi. Program Prima Tani kemudian ditransfer ke daerah sasaran melalui BPTP 51

6 Provinsi Jawa Tengah dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang terutama Bappeda, Dinas Teknis (Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan dan Perikanan), dan lembaga penyuluhan (Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan dan Balai Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan Kecamatan Sawangan). Seluruh lembaga pemerintahan tersebut bekerjasama dengan pemerintah desa untuk melakukan observasi lapang mengenai potensi dan permasalahan terkait pertanian sesuai dengan karakteristik lingkungan dan masyarakat setempat. Struktur interaksi gapoktan dengan stakeholder terkait akan dijabarkan pada Gambar 4 berikut. Balitbang Pertanian BPTP Provinsi Jawa Tengah Pemerintah Desa Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang Gapoktan Desa Banyuroto Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Gambar 4. Struktur Hubungan Gapoktan Desa Banyuroto dengan stakeholder terkait Interaksi antar aktor maupun antar stakeholder yang terlibat dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto adalah harmonis dan sinergis. Artinya, semua stakeholder yang terlibat dalam arena aksi berjalan selaras, bekerjasama untuk mewujudkan tujuan yang sama dalam suasana kekeluargaan dan tentunya low conflict. Hal ini sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat yang mau 52

7 bekerja keras, terus belajar, gotong-royong, musyawarah mufakat, dan selalu mencari jalan keluar terbaik dalam setiap permasalahan yang dihadapi, serta sangat menghormati keberadaan tamu jika tamu tersebut membawa kebaikan untuk desa Banyuroto. Selain itu, budaya bertani di Desa Banyuroto sejak dahulu memang sudah menjadi sumber mata pencaharian utama dan selalu mendapat perhatian dari pihak-pihak terkait untuk memajukannya. Sehingga petani Desa Banyuroto sudah sangat sadar dan paham tujuan dibentuknya sebuah kelembagaan petani dan mau menjalankannya dengan penuh kesadaran untuk kemajuan bersama. Berikut ini disajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai interaksi antar aktor dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. Tabel 7. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai Keharmonisan Antar Aktor Kelengkapan Kelembagaan Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah Persentase Tinggi % Sedang 0 0% Rendah 0 0% Jumlah % Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Tabel 8. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai Sinergisme Antar Aktor Kelengkapan Kelembagaan Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah Persentase Tinggi 25 89,28% Sedang 3 10,71% Rendah 0 0% Jumlah % Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Keharmonisan dan sinergisme antar aktor tersebut juga menandakan bahwa tidak ada konflik yang terjadi dalam pengelolaan kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. Hal ini merupakan insentif tersendiri bagi anggota gapoktan untuk terus bersemangat berhimpun dalam gapoktan dan menjalankan aturan main. 53

8 Kegiatan pertanian di Desa Banyuroto bertumpu pada filosofi luwih becik ora ndhuwe beras ketimbang ora ndhuwe sapi yang memiliki makna bahwa sapi yang kotorannya yang merupakan sumber pupuk kandang utama merupakan sesuatu yang amat penting dalam kegiatan pertanian mereka. Sehingga, teknologi inovatif dan pengetahuan terbaru seputar pertanian yang dibawa oleh para penyuluh juga disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang sejak dulu sudah sadar dengan pertanian organik. Hal ini juga memudahkan para penyuluh yang memperkenalkan pertanian organik dan pemanfaatan bahan-bahan yang ada di alam untuk dijadikan obat-obatan alami untuk tanaman yang mereka tanam dan hewan yang mereka pelihara. Tabel 9 berikut ini menyajikan kegiatan dan materi penyuluhan yang dilaksanakan oleh penyuluh dalam program Prima Tani: Tabel 9. Kegiatan Program Prima Tani No Tahun Kegiatan ) Pelaksanaan Participatory Rural Appraisal (PRA) 2) Pelaksanaan Base Line Survei 3) Penyiapan sumber daya manusia 4) Inisiasi penumbuhan/pengembangan kelembagaan agribisnis 5) Introduksi model usaha ternak sapi potong terpadu 6) Introduksi inovasi budidaya sayuran 7) Percontohan usahatani jagung putih 8) Percontohan usaha budidaya Anggrek 9) Pembangunan sarana fisik lainnya ) Penyempurnaan model usahatani terpadu berbasis ternak sapi potong 2) Operasionalisasi unit usaha produksi pakan konsentrat 3) Diversifikasi usahatani meliputi pengembangan tanaman hias dan buahbuahan (strawberry) 4) Pengembangan Unit Usaha Pasca Panen Hasil /Pengolahan Pertanian 5) Pembinaan Kelembagaan (kelompok usaha, pengembangan SDM) dalam rangka terbentuknya kelembagaan AIP 6) Operasionalisasi Klinik Agribisnis ) Pemantapan percontohan model usahatani terpadu berbasis ternak sapi potong. 2) Pengembangan unit usaha produksi pakan konsentrat 3) Pemantapan diversifikasi usahatani 4) Pemantapan pengembangan unit usaha agribisnis tanaman hias 5) Pemantapan pengembangan usaha pengolahan hasil pertanian 6) Pemantapan kelembagaan (kelompok usaha) dalam rangka terbentuknya kelembagaan AIP 7) Pemantapan Operasionalisasi Klinik Agribisnis Sumber: BPTP Jawa Tengah

9 6.2. Infrastruktur Kelembagaan Infrastruktur kelembagaan adalah seluruh kelembagaan dalam bentuk aturan main (rule of the game) yang membingkai hubungan antar aktor dalam gapoktan dan aktor-aktor lain diluar gapoktan. Dalam konteks ini, aturan main dalam gapoktan meliputi aturan formal berupa Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang mengatur gapoktan secara internal serta Undang-undang Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pertanian, dan Peraturan Daerah Kabupaten Magelang yang mengatur secara eksternal. Selain itu Gapoktan Desa Banyuroto juga mempunyai aturan informal yang berupa hasil-hasil kesepakatan dan musyawarah terkait dengan jadwal rapat, jadwal kumpul, jadwal piket serta boundary rule, aturan monitoring dan sanksi, serta aturan penyelesaian konflik dalam kelembagaan Aturan Formal Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto merupakan sebuah kelembagaan formal yang memang dibentuk karena adanya peran, keterlibatan, dan inisiasi pemerintah. Kelembagaan gapoktan tentunya diatur oleh aturan formal. Dalam hal ini, aturan formal yang mengatur tentang gapoktan dibagi menjadi aturan main eksternal dan internal. Aturan main eksternal, yaitu merupakan aturan formal yang mengatur tentang gapoktan secara umum. Aturan eksternal gapoktan berlaku sama untuk seluruh kelembagaan gapoktan di Indonesia karena aturan ini berasal dari pemerintah pusat. Aturan main yang merupakan kerangka pengembangan konseptual secara eksternal untuk Gapoktan Desa Banyuroto maupun gapoktan lain pada umumnya yaitu berupa: 55

10 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. 2. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani Lampiran 1: Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan kelompok tani dan Gabungan kelompok tani. 3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 42/Permentan/OT.140/7/2010 tentang Pedoman Penilaian Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Berprestasi Tahun Anggaran SK Menteri Pertanian Nomor 496/Kpts/OT.160/9/2006 tentang Instrumen Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. 5. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas, Fungsi, Struktur Organisasi, dan Tata Kerja Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Magelang. Tabel 10 berikut ini menyajikan lebih rinci mengenai hasil analisis konten aturan main eksternal dalam gapoktan. Tabel 10. Aturan Main Eksternal dalam Gapoktan No. Peraturan Hal yang Diatur Implementasi Undang-undang 1 Undang-undang Republik Indonesia Sistem penyuluhan guna membantu kelembagaan Penyuluhan yang diterapkan di Gapoktan Desa Banyuroto telah tersistem dan terencana Nomor 16 Tahun petani menjadi baik melalui program penyuluhan yang 2006 tentang organisasi ekonomi disusun setiap tahunnya. Sistem Penyuluhan yang berdaya saing Pertanian, tinggi, produktif, Perikanan, dan menerapkan tata kelola Kehutanan. usaha yang baik dan berkelanjutan. 56

11 No. Peraturan Hal yang diatur Implementasi Undang-Undang 2. Peraturan Menteri Pembentukan dan Pertanian Nomor: pengembangan 273/Kpts/OT.160/4/ 2007 tentang Pedoman Pembinaan gapoktan, peningkatan kemampuan gapoktan, dan pengaturan fungsi Kelembagaan Petani gapoktan. 3. Lampiran 1: Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani.. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 42/Permentan/OT.140/7/ 2010 tentang Pedoman Penilaian Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Berprestasi Tahun Anggaran Pengaturan penyaluran dana PUAP kepada gapoktan berprestasi sebagai bentuk apresiasi bagi gapoktan yang dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas usaha agribisninsnya. Mandat Undang-undang telah terlaksana dengan baik. Keanggotaan Gapoktan Desa Banyuroto sudah memiliki keterwakilan serta didasarkan pada azas kekeluargaan dan kegotongroyongan, serta nilai-nilai demokrasi. Gapoktan Desa Banyuroto sudah bisa dikategorikan sebagai gapoktan yang kuat dan mandiri. Tetapi, perlu pembinaan lebih agar Gapoktan Desa Banyuroto bisa semakin mandiri dan bermanfaat banyak untuk petani di Desa Banyuroto. Gapoktan Desa Banyuroto masih belum bisa meningkatkan kemampuannya sebagai kelembagaan pertanian. Sejauh ini, gapoktan hanya baru bisa menjalankan perannya sebagai unit usahatani dan sedikit peran sebagai unit usaha keuangan mikro, namun belum mampu berperan sebagai unit usaha pengolahan, pemasaran, dan sarana prasarana produksi. Penyaluran dana PUAP dan penggunaannya di Gapoktan Desa Banyuroto sudah baik. Gapoktan Desa Banyuroto sebagai gapoktan berprestasi bisa mendapatkan dan mengelola dana PUAP sebagai salah satu fasilitas bantuan modal usaha untuk petani anggotanya sesuai dengan rencana usaha bersama gapoktan. 4. SK Menteri Pertanian Nomor 496/Kpts/OT.160/9/2006 tentang instrumen pelaksanaan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Prima Tani merupakan model diseminasi teknologi yang menggunakan pendekatan kelembagaan dalam memasyarakatkan dan memperkenalkan inovasi pertanian. Gapoktan Desa Banyuroto aktif sebagai wadah pemasyarakatan dan perkenalan inovasi teknologi pertanian melalui pendekatan kelembagaan dan pemberdayaan serta partisipasi aktif masyarakat Desa Banyuroto. 5. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas, Fungsi, Struktur Organisasi, dan Tata Kerja Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Magelang. Sumber: Data sekunder 2012 (diolah) Peningkatan mutu pelayanan dan keterpaduan penyelenggaraan bidang pelayanan informasi, serta penyelenggaraan penyuluhan pertanian dan kehutanan di wilayah Kabupaten Magelang. Mutu pelayanan penyuluhan di Gapoktan Desa Banyuroto sudah baik, hal ini ditandai dengan pembangunan klinik dan laboratorium agribisnis yang berkedudukan di kantor BPPK Kecamatan Sawangan, serta aktifnya penyuluh pertanian lapang yang terjun langsung ke desa-desa termasuk Desa Banyuroto melalui Gapoktan Desa Banyuroto. 57

12 Gapoktan Desa Banyuroto juga memiliki aturan main yang berlaku internal berupa Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Gapoktan. Aturan main internal gapoktan sebenarnya juga merupakan penyempurnaan lebih jauh implementasi aturan main eksternal agar kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto dapat berjalan dengan baik. AD/ART ini harus dipahami, dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh anggota Gapoktan Desa Banyuroto. Setiap kegiatan atau program yang akan disusun dan dijalankan juga mengacu pada AD/ART tersebut. Tabel 11 menyajikan analisis aturan main internal Gapoktan Desa Banyuroto beserta implementasinya. Tabel 11. Aturan Main Internal Gapoktan Desa Banyuroto No Hal yang Diatur Aturan Main Internal 1. Keanggotaan (AD Bab IV Pasal 6,7, dan 8, ART Bab I Pasal 1) Keanggotaan dibuktikan dengan pernyataan dan pencatatan dalam daftar anggota. Yang menjadi anggota kelompok tani-ternak Gapoktan Desa Banyuroto adalah wakil-wakil kelompok taniternak sedesa Banyuroto dan sanggup bersedia melakukan hak dan kewajiban sebagai anggota. Keanggotaan gapoktan adalah warga desa Banyuroto yang sudah masuk dalam keanggotaan kelompok-kelompok tani sedesa Banyuroto. 2. Gapoktan yang kuat dan mandiri 1. Setiap anggota wajib mengikuti musyawarah dan rapat kelompok. 2. Setiap anggota berkewajiban melaksanakan program kelompok. 3. Adanya AD/ART serta Rapat anggota menetapkan dan memutuskan dan menetapkan tata tertib atau peraturanperaturan Gapoktan. 4. Keuangan kelompok diadministrasikan secara tertib oleh pengurus/bendahara 5. Organisasi ini dibentuk sebagai wadah kelompok-kelompok petani dan peternak dalam kaitannya dengan pembudidayaan dan berlaku untuk waktu yang tidak ditentukan. 6. Gapoktan Desa Banyuroto menumbuhkembangkan jiwa petani peternak yang berwawasan lingkungan, sebagai media informasi, menciptakan desa wisata taniternak, menciptakan petani-peternak andalan. 7. Gapoktan Desa Banyuroto menggalang kepentingan bersama secara kooperatif agar lebih berdaya guna dan berhasil guna. Implementasi Keanggotaan Gapoktan Desa Banyuroto sudah memiliki keterwakilan serta didasarkan pada azas kekeluargaan dan kegotongroyongan, serta nilai-nilai demokrasi. Gapoktan Desa Banyuroto sudah bisa dikategorikan sebagai gapoktan yang kuat dan mandiri. Hal ini terlihat dari kesesuaian antara aturan main dengan implementasinya di lapangan. Tetapi, perlu pembinaan lebih agar Gapoktan Desa Banyuroto bisa semakin mandiri dan bermanfaat banyak untuk petani di Desa Banyuroto. 58

13 No. Hal yang Diatur Aturan Main Internal 8. Sebagai awal terbentuknya sistem pemasaran yang menguntungkan petani. 9. Sumber keuangan kelompok didapat dari iuran anggota, sumbangan/bantuan modal usaha PUAP dari pemerintah, dan usahausaha lain yang sah dan halal. (AD Bab II Pasal 3) Implementasi 3. Hak dan Kewajiban Anggota 4. Peningkatan Kemampuan Gapoktan 1. Setiap anggota berkewajiban melaksanakan program kelompok. 2. Mengikuti musyawarah dan rapat kelompok. 3. Menjunjung tinggi nama baik kelompok. 4. Setiap anggota punya hak bicara. menyampaikan Persepsi, usul dalam kaitannya dengan kelompok. 5. Memperoleh perlindungan, pembelaan, dan perlakuan yang sama. 1. Sebagai wadah kerukunan kelompok-kelompok tani sedesa Banyuroto. 1. Menggalang kepentingan bersama secara kooperatif agar lebih berdaya guna dan berhasil guna. 2. Menumbuhkembangkan jiwa petani peternak yang berwawasan lingkungan. 3. Sebagai media informasi. 4. Menciptakan desa wisata tani-ternak. 5. Menciptakan petani-peternak andalan (petanipeternak sejati). 6. Sebagai awal terbentuknya sistem pemasaran yang menguntungkan petani. Gapoktan Desa Banyuroto sudah menerapkan hak dan kewajiban anggotanya dengan baik. Gapoktan Desa Banyuroto masih belum bisa meningkatkan kemampuannya sebagai kelembagaan pertanian. Sejauh ini, gapoktan baru bisa menjalankan perannya sebagai unit usahatani dan sedikit peran sebagai unit usaha keuangan mikro, namun belum mampu berperan sebagai unit usaha pengolahan, pemasaran, dan sarana prasarana produksi. 5. Fungsi Gapoktan Sumber: Data Sekunder 2012 (diolah) (AD Bab III Pasal 2) 1. Sarana pendidikan demokrasi. 2. Sebagai wadah menampung aspirasi dan kreativitas kelompok-kelompok petani peternak. 3. Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak. 4. Melaksanakan pembinaan pendidikan atau penyuluhan, pelatihan dan upaya-upaya mendapatkan segala bentuk informasi untuk kemajuan pertanian dan peternakan. Gapoktan Desa Banyuroto belum sepenuhnya melakukan fungsinya sesuai mandat peraturan. Perlu banyak pengarahan dan penyuluhan dari pihak terkait supaya bisa maksimal menjalankan fungsinya. 59

14 Berdasarkan analisis antara aturan main dan penerapannya di lapang, didapatkan bahwa Gapoktan Desa Banyuroto sudah cukup memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai gapoktan yang kuat dan mandiri sesuai dengan ciri-ciri yang dijabarkan pada Bab VI. Dalam masalah persyaratan pembentukan gapoktan, Gapoktan Desa Banyuroto juga telah memenuhi kualifikasi penumbuhan dan pengembangan gapoktan. Tetapi untuk masalah peningkatan kemampuan dan pelaksanaan fungsi gapoktan, Gapoktan Desa Banyuroto belum maksimal melakukannya sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang ada. Gapoktan Desa Banyuroto selama ini lebih banyak menjalankan perannya sebagai wadah diseminasi teknologi pertanian yang inovatif dan bersifat spesifik lokasi. Gapoktan di Desa Banyuroto sama sekali tidak mencampuri keputusan usahatani petani anggotanya, sehingga peran yang benar-benar dirasakan oleh petani anggota adalah gapoktan merupakan wadah pemersatu kerukunan petani yang bisa menjaga semangat pertanian selaras dengan perkembangan teknologi Aturan Informal Aturan informal dalam Gapoktan Desa Banyuroto difokuskan pada pengelolaan kegiatan dan program gapoktan yang merupakan mandat dari para penyuluh pertanian dan program yang bersifat kekeluargaan antar anggota gapoktan. Aturan-aturan yang tidak tertulis dalam Gapoktan Desa Banyuroto ini berasal dari musyawarah dan mufakat bersama antar anggota. Aturan-aturan mengenai jadwal kumpul rutin, besarnya iuran, perencanaan kegiatan yang akan dilakukan, serta penyelesaian masalah yang dihadapi bersama tidak diatur dalam 60

15 AD/ART gapoktan, sehingga diatur lebih lanjut melalui setiap pertemuan rutin dan diskusi anggota. Aturan-aturan informal tersebut sifatnya wajib, mengikat, menyeluruh, dan sama pentingnya dengan aturan formal yang berlaku. Aturan informal ini sifatnya lebih aplikatif, bahkan hampir seluruh anggota Gapoktan Desa Banyuroto lebih memahami dan menjalani aturan-aturan informal tersebut dibandingkan dengan dokumen AD/ART Gapoktan Desa Banyuroto. Hal ini juga memudahkan para pengurus dan penyuluh untuk menjalankan kegiatan gapoktan. Aturan-aturan tersebut adalah: Tabel 11. Aturan Informal Gapoktan Desa Banyuroto No Aturan Informal Hal yang Diatur 1 Pertemuan setiap pagi dan sore Membersihkan kandang dan memberi makan sapi. hari 2 Pertemuan setiap tanggal 25 Melaksanakan arisan keluarga gapoktan. Arisan ini diadakan bergiliran di rumah salah seorang anggota Gapoktan. Iuran untuk arisan ini besarnya adalah Rp perorang. Jumlahnya memang tidak terlalu besar, karena sifatnya hanya untuk mengakrabkan antar anggota gapoktan saja. 3 Rapat rutin anggota setiap 35 hari sekali 4 Piket malam bergilir seminggu sekali 5 Pertemuan tentatif Gapoktan dengan kelompok tani Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Membicarakan segala sesuatu atau masalah yang terkait dengan gapoktan dan usahatani yang dijalankan anggota gapoktan. Rapat rutin ini biasa diadakan di kantor desa atau bangunan sekretariat gapoktan. Iuran yang dikeluarkan untuk pelaksanaan rapat rutin ini adalah Rp perorang untuk pengadaan konsumsi. Menjaga kandang sapi Karya Makmur milik anggota gapoktan. Jika ada inovasi dan materi penyuluhan baru yang diberikan oleh BPTP Jawa Tengah dan penyuluh Boundary Rule Boundary rule merupakan aturan yang secara spesifik mengatur bagaimana seseorang dapat masuk atau keluar dari posisi anggota atau pengurus Gapoktan Desa Banyuroto. Untuk menjadi anggota Gapoktan Desa Banyuroto, 61

16 petani harus berdomisili di Desa Banyuroto, sudah lebih dulu tergabung dalam kelompok atau rukun tani di dusunnya, dan bersedia untuk berkomitmen yang disertai dengan pernyataan dan pencatatan namanya dalam daftar anggota Gapoktan Desa Banyuroto. Pada AD/ART tidak dijelaskan bagaimana seseorang dapat keluar dari keanggotaan gapoktan, tetapi pembubaran gapoktan dapat dilakukan apabila organisasi ini tidak lagi memenuhi ketentuan-ketentuan yang menjadi peraturan organisasi, sehingga organisasi yang bersangkutan tidak dapat diharapkan lagi kelangsungan dan manfaatnya. Pembubaran gapoktan hanya dapat dilakukan dengan kehendak seluruh anggota yang diputuskan dalam rapat anggota dan sejak tanggal dikeluarkannya keputusan pembubaran gapoktan, maka pengurus harus segera melaporkan keberadaan akhir gapoktan kepada pihak pemerintah desa atau instansi yang terkait Aturan Monitoring dan Sanksi Gapoktan Desa Banyuroto juga memiliki aturan monitoring dan sanksi bagi seluruh anggotanya tanpa terkecuali. Monitoring dan sanksi ini bertujuan agar para pengurus dan anggota bertanggung jawab dan disiplin terhadap apa yang dikerjakannya dan tugasnya di gapoktan. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gapoktan pada Bab V Pasal 9 tertera bahwa setiap anggota berkewajiban melaksanakan program kelompok dan mengikuti musyawarah dan rapat kelompok, serta Bab II Pasal 2 tertera bahwa setiap anggota berkewajiban menjaga kerukunan sesama anggota, menaati dan mematuhi peraturan-peraturan gapoktan, dan ikut andil dalam pelaksanaan program-program kegiatan kelompok. Kewajiban ini tentunya harus 62

17 dipatuhi oleh seluruh anggota gapoktan. Bentuk monitoring yang dilakukan yaitu ketua gapoktan bekerjasama dengan seluruh ketua kelompok tani dan rukun tani yang ada di Desa Banyuroto untuk memantau kondisi anggota perwakilannya di gapoktan. Komunikasi yang dijalin tentunya juga menimbulkan manfaat berupa anggota gapoktan lebih bersemangat lagi bekerja karena didukung oleh kelompok taninya dan diperhatikan oleh ketua gapoktan. Bentuk sanksi yang diterapkan ketika anggota gapoktan tidak menunaikan kewajibannya adalah anggota tersebut harus menemui ketua gapoktan dan menjelaskan seluruh alasan dengan sejelas-jelasnya mengapa ia tidak menunaikan kewajibannya. Jika ketua gapoktan sudah memaafkan, maka ia juga harus meminta maaf di depan forum pertemuan gapoktan dan meminta maaf juga kepada kelompok taninya. Sanksi yang lebih berat lagi akan dijatuhi jika ia terus melakukan kesalahan, sanksi akan diputuskan dalam rapat anggota, sanksi terberatnya bahkan pelanggar bisa dikeluarkan dari gapoktan Aturan Penyelesaian Konflik dalam Kelembagaan Selama ini tidak pernah terjadi konflik antar aktor maupun antar stakeholder yang terlibat dalam Gapoktan Desa Banyuroto. Penduduk Desa Banyuroto sangat kooperatif bekerja sama dengan para penyuluh lapang, staf BPTP Jawa Tengah, staf Dinas Pertanian Kabupaten Magelang, dan seluruh tamu yang berkunjung untuk studi banding ke Gapoktan Desa Banyuroto. Semua aktor berinteraksi secara harmonis dalam menjalankan kegiatan pertanian dan peternakan di Desa Banyuroto. Hal ini didukung dengan kultur masyarakat yang sangat menghormati keberadaan tamu, kebiasaan bermusyawarah dan gotongroyong dalam segala hal kebaikan. 63

18 Ketegangan hanya sempat terjadi ketika letusan Gunung Merapi tahun Desa Banyuroto terkena dampak letusan berupa hujan abu tebal yang menutupi lahan-lahan pertanian dan menyebabkan tanaman kering bahkan mati. Hal ini berdampak pada rendahnya produksi dan turunnya harga ternak, sehingga minimnya Persepsian yang mereka peroleh, mereka keberatan untuk membayar angsuran dana PUAP yang mereka terima sebesar Rp dan pengembaliannya dikenakan bunga sebesar Rp untuk biaya operasional Gapoktan Desa Banyuroto. Berdasarkan surat perjanjian yang ditandatangani oleh pihak penerima dana dan ketua Gapoktan, disepakati bahwa kedua belah pihak sepakat mengadakan perjanjian bahwa pihak peminjam telah meminjam uang sebesar Rp untuk bantuan pembelian sapi dan sanggup mengembalikan sebesar Rp selama satu tahun terhitung tanggal pinjam 28 Desember Kemudian pada tanggal 28 Desember 2009 pihak peminjam sanggup mulai mengembalikan sepenuhnya kepada ketua gapoktan dan apabila pihak peminjam tidak menepati perjanjian ini akan dilaporkan pada pihak yang berwajib. Kesepakatan dari seluruh anggota diambil supaya tidak timbul konflik antar anggota. Kesepakatan yang diambil yaitu menunda pembayaran cicilan dana PUAP selama satu tahun yang dimulai kembali pada tahun Kesepakatan ini akhirnya dipatuhi oleh seluruh anggota demi kepentingan bersama Biaya Transaksi Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto Berdasarkan hasil analisis aktor terlihat bahwa aktor utama dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto adalah para pengurus gapoktan dan BPTP Jawa Tengah. Tetapi, dalam kelembagaan ini, aktor yang lain 64

19 kedudukannya sama pentingnya dan sama-sama berkontribusi untuk keberlangsungan Gapoktan Desa Banyuroto, seperti Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Kabupaten Magelang, Kimpraswil Kabupaten Magelang, KIPPK Kabupaten Magelang, BPPK Kecamatan Sawangan, dan Pemerintah Desa Banyuroto. Berdasarkan hal tersebut, maka analisis biaya transaksi yang dilakukan dalam penelitian ini difokuskan pada kelompok pemain utama tersebut. Secara sistematis, biaya transaksi yang dikeluarkan untuk Gapoktan Desa Banyuroto dalam kegiatan kelembagaannya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini. Biaya Transaksi dalam Kelembagaan Biaya Setting Biaya Sosialisasi Biaya Operasional Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Gambar 5. Biaya Transaksi dalam Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto Berdasarkan Gambar 5 di atas, total biaya transaksi yang dikeluarkan untuk kegiatan kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto meliputi: (1) Biaya setting atau persiapan yang terdiri dari seluruh biaya pendistribusian kebutuhan usahatani para petani yang meliputi sarana fisik dan non fisik, serta input produksi, dan investasi riil lainnya, (2) Biaya sosialisasi yang meliputi biaya penyuluhan, pertemuan awal, dan perjalanan dinas studi banding, dan (3) Biaya operasional yang meliputi iuran pokok anggota, biaya pertemuan rutin setiap 35 hari sekali dan pertemuan arisan setiap tanggal 25. Besarnya biaya transaksi yang dikeluarkan untuk kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini. 65

20 Tabel 13. Biaya Transaksi Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto No Jenis Biaya Transaksi Nilai Keterangan (Rupiah) 1. Biaya Setting (Persiapan) Dikeluarkan pada tahun pertama terbentuknya kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. 2. Biaya Sosialisasi Dikeluarkan pada tahun pertama dan tahun kedua terbentuknya kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto 3. Biaya Operasional Bersama Biaya rapat rutin anggota Untuk biaya rapat rutin anggota Biaya pertemuan arisan anggota Iuran pokok Total Biaya Transaksi Sumber: Data Sekunder 2012 (diolah) dan pertemuan arisan anggota dikeluarkan rutin setiap tahunnya, tetapi untuk iuran pokok, hanya dikeluarkan sekali sejak awal terbentuknya kelembagaan. Berdasarkan tabel di atas, total biaya transaksi yang dikeluarkan untuk kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto secara keseluruhan mencapai Rp Biaya ini sebenarnya tidak dikeluarkan setiap tahunnya. Biaya setting, biaya sosialisasi, dan iuran pokok hanya dikeluarkan pada awal terbentuknya kelembagaan. Sedangkan untuk biaya operasional Gapoktan Desa Banyuroto masih dikeluarkan dari awal kelembagaan hingga sekarang Biaya Transaksi dalam Pembentukan Kelembagaan Suatu kelembagaan yang dibawa dari luar dan akan diterapkan dalam kehidupan masyarakat tentunya membutuhkan biaya untuk membentuk suatu kelembagaan tersebut. Biaya pembentukan kelembagaan ini dikeluarkan dari anggaran Pemda Kabupaten Magelang, Kimpraswil Kabupaten Magelang, dan BPTP Propinsi Jawa Tengah. Biaya yang dikeluarkan untuk pembentukan kelembagaan ini mencakup seluruh biaya guna pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pertanian dan penyuluhan pertanian di Desa Banyuroto. 66

21 Biaya Transaksi dalam Sosialisasi Kelembagaan Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto membutuhkan biaya untuk menyosialisasikannya kepada petani di Desa Banyuroto. Dalam hal ini, biaya transaksi untuk sosialisasi kelembagaan mencakup biaya penyuluhan, biaya pertemuan awal, dan biaya untuk perjalanan studi banding. Biaya tersebut diperoleh dari anggaran pemerintah Biaya Operasional Bersama Biaya operasional bersama yang dikeluarkan oleh anggota Gapoktan Desa Banyuroto di awal kepengurusan yaitu Rp Biaya tersebut berupa iuran pokok yang digunakan untuk operasional gapoktan dalam jumlah besar, apalagi setelah Gapoktan Desa Banyuroto resmi menjalankan kegiatannya secara mandiri. Jumlah tersebut diperoleh iuran anggota sebanyak 28 orang dengan masingmasing memberikan Rp per orang. Sedangkan biaya lainnya yaitu biaya pertemuan arisan anggota setiap tahunnya mencapai sekitar Rp Biaya tersebut diperoleh dari iuran anggota sebesar Rp per orang yang dikeluarkan rutin setiap bulannya selama setahun. Biaya rapat rutin anggota yang dikeluarkan tiap tahunnya mencapai sekitar R Jumlah ini didapat dari iuran anggota sebesar Rp per orang yang dikeluarkan rutin setiap 35 hari sekali Analisis Kualitas Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto Kelembagaan gabungan kelompok tani merupakan suatu bentuk pengaturan atau keteraturan perilaku masyarakat dalam memenuhi kebutuhan segala hal akan usahataninya yang menjadi acuan dalam berbagai tindakan. Dalam kelembagaan terkandung nilai, norma pemanfaatan dan pemeliharaan, kejelasan, orang-orang yang terlibat didalamnya, serta cara-cara pengendalian sosial agar 67

22 kelembagaan senantiasa terjaga. Kelembagaan yang ada dalam Gapoktan Desa Banyuroto merupakan jenis kelembagaan formal. Anggota mengenal kelembagaan tersebut setelah diintroduksikan dan perlahan mulai menjadi kesadaran dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Analisis kualitas kelembagaan perlu untuk menilai sejauh mana kelembagaan tersebut bekerja. Kualitas tersebut dapat dilihat dari kejelasan dan keefektivan kelembagaan Kejelasan Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto Setiap kelembagaan terbentuk berdasarkan tujuan yang sama dan orangorang yang terlibat didalamnya dengan pola perilaku yang berpedoman pada nilai dan aturan yang khas. Aturan tersebut dibuat untuk mencapai suatu tujuan yaitu tercapainya keberlanjutan pertanian di Desa Banyuroto. Oleh karenanya diperlukan analisis mengenai kejelasan kelembagaan gapoktan dalam mencapai tujuan tersebut yang meliputi: (1) kejelasan struktur kelembagaan, (2) kejelasan aturan, dan (3) tingkat pemahaman anggota terhadap kelembagaan tersebut. Struktur kelembagaan berkaitan dengan susunan kedudukan antar pengurus dengan anggota yang masing-masing memiliki peranan dan pembagian tugas, hak dan kewajiban, serta aturan yang mengikat di dalamnya. Indikator untuk mengetahui seberapa jelas dari struktur kelembagaan antara lain: kelengkapan susunan pengurus, kinerja pengurus, pengetahuan anggota terhadap susunan kelembagaan, dan periode pergantian kepengurusan Susunan Kepengurusan Kelembagaan Kelengkapan susunan pengurus dilihat dari kelengkapan aktor yang terlibat dalam kelembagaan yang disesuaikan dengan kebutuhan kelembagaan. 68

23 Aturan yang terdapat dalam kelembagaan masing-masing dipatuhi dan dijalankan oleh aktor yang telah ditentukan. Kelengkapan kepengurusan kelembagaan berpengaruh terhadap keberlangsungan kelembagaan tersebut. Berikut ini adalah sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai kelengkapan kelembagaan yang ada dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini: Tabel 14. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai Kelengkapan Kelembagaan Kelengkapan Kelembagaan Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah Persentase Lengkap 17 60,71% Kurang Lengkap 10 35,71% Tidak Lengkap 1 3,57% Jumlah % Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 60,71% anggota Gapoktan Desa Banyuroto beranggapan jika kelembagaan yang ada sudah lengkap, sedangkan sisanya sebanyak 35,71% menyatakan kelembagaan kurang lengkap dan hanya 3,57% menyatakan kelembagaan tidak lengkap. Hal ini dikarenakan anggota gapoktan yang tidak terlalu aktif dalam kegiatan gapoktan tidak terlalu mengetahui struktur aktor dalam kelembagaan Kinerja Pengurus Kelembagaan Suatu kelembagaan yang baik pasti terdapat uraian kerja berupa pembagian tugas, tanggung jawab, dan wewenang pengurus. Aktor yang terlibat harus menjalankan perannya masing-masing dalam kelembagaan yang telah disepakati. Seluruh anggota yang terlibat dalam suatu kelembagaan hendaknya mengetahui uraian kerja pengurus kelembagaan agar saling sadar dan membantu dalam proses berjalannya suatu kelembagaan. Untuk mengetahui kinerja aktor tersebut, pada Tabel 15 disajikan sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap uraian kerja pengurus kelembagaan. 69

24 Tabel 15. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai Uraian Kerja Pengurus Kelembagaan Uraian Kerja Pengurus Kelembagaan Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah Persentase Jelas 9 32,14% Kurang Jelas 14 50,00% Tidak Jelas 7 25% Jumlah % Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Sebanyak 50% atau setengah dari anggota Gapoktan Desa Banyuroto menyatakan bahwa uraian kinerja pengurus kelembagaan kurang jelas, sedangkan hanya 32,14% yang menyatakan kinerja pengurus jelas, dan 25% menyatakan kinerja pengurus kelembagaan tidak jelas. Hal ini dikarenakan kinerja pengurus kelembagaan yang benar-benar berjalan dan jelas hanyalah peran ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara, sedangkan untuk seksi-seksi yang ada, belum begitu terlihat kinerjanya Periode Pergantian Kepengurusan Keteraturan waktu pergantian pengurus dilakukan berdasarkan hasil musyawarah. Pergantian pengurus dilakukan dalam kurun waktu yang tidak ditentukan, hanya berdasar kesepakatan saja.untuk mengetahui sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengenai periode pergantian kepengurusan dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini. Tabel 16. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Mengenai Periode Pergantian Pengurus Periode Pergantian Pengurus Kelembagaan Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah Persentase Teratur 0 0% Kurang Teratur 3 10,71% Tidak Teratur 25 89,28% Jumlah % Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Sebanyak 89,28% anggota Gapoktan Desa Banyuroto menyatakan bahwa periode pergantian pengurus tidak teratur. Pengurus Gapoktan Desa Banyuroto 70

25 diganti hanya berdasar kesepakatan saja dan biasanya pengurus yang diganti hanya bertukar peran dan hanya pengurus yang memiliki fungsi sentral saja Aturan Kelembagaan Kejelasan aturan bisa dilihat dengan cara mengategorikan aturan main dalam suatu kelembagaan termasuk aturan yang tertulis, lisan atau keduanya. Kelembagaan yang terdapat pada Gapoktan Desa Banyuroto termasuk jenis kelembagaan formal dan non-formal. Secara global, aturan-aturan gapoktan diatur dalam suatu AD/ART, tetapi pada prakteknya, aturan main yang lebih detail, aplikatif dan digunakan dalam kegiatan sehari-hari diputuskan dalam sebuah rapat anggota atau pertemuan lain. Seluruh anggota Gapoktan Desa Banyuroto mengetahui aturan tersebut yang telah didokumentasikan, walau ada yang tidak mengetahui secara pasti dan rinci aturan main yang tertulis di dalamnya. AD/ART yang selama ini menjadi aturan main pun belum pernah dilakukan amandemen sejak pendirian gapoktan hingga sekarang Pengetahuan Anggota Terhadap Kelembagaan Setiap anggota gapoktan hendaknya pasti mengetahui kelembagaan dan aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Pengetahuan anggota terhadap kelembagaan merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan anggota mengenai aturan-aturan dalam kelembagaan dan kelembagaan itu sendiri. Tabel 17 menyajikan hasil pengamatan mengenai sebaran pengetahuan anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. 71

26 Tabel 17. Sebaran Pengetahuan Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Terhadap Kelembagaan Pengetahuan Terhadap Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Kelembagaan Jumlah Persentase Paham % Kurang Paham 0 0% Tidak Paham 0 0% Jumlah % Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Seluruh anggota Gapoktan Desa Banyuroto menyatakan paham dan mengetahui terhadap kelembagaan yang ada di Gapoktan Desa Banyuroto. Anggota Gapoktan Desa Banyuroto memang dipilih berdasarkan kemauan dan kesadaran pribadi, sehingga mereka mengetahui dan paham dengan kelembagaan yang dibentuk Keefektivan Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto Kelembagaan gabungan kelompok tani merupakan kelembagaan yang diharapkan dapat memperkuat petani melalui berbagai pemberdayaan dan transfer teknologi bersifat spesifik lokasi. Melalui peningkatan kemandirian, kesejahteraan ekonomi, dan keberlanjutan pertanian, gapoktan diharapkan mampu menjadi modal sosial yang turut menyumbang pada pertumbuhan ekonomi. Banyak faktor yang mempengaruhi peran kelembagaan gapoktan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah partisipasi anggota dalam kelembagaan dan efektivitas kelembagaan dalam mencapai tujuan kelembagaan Partisipasi Dalam Kelembagaan Ketua Gapoktan Desa Banyuroto memimpin seluruh anggota gapoktan dengan gaya partisipatif dan selalu memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk mengemukakan pendapat dalam suatu musyawarah, diskusi, maupun pengambilan keputusan. Hal ini diterapkan dalam berbagai kesempatan yaitu rapat 72

27 anggota dan pertemuan lainnya. Ketua gapoktan mengajak berdiskusi anggotanya guna memecahkan persoalan yang ada, seperti ketika adanya bencana gunung merapi meletus, adanya isu kenaikan pupuk dan harga BBM, dan sebagainya. Seluruh anggota Gapoktan Desa Banyuroto berpendapat bahwa ketua gapoktan memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan melakukan diskusi. Tabel 18. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Terhadap Kesempatan Mengemukakan Pendapat dan Berdiskusi Kesempatan Mengemukakan Persepsi dan Berdiskusi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah Persentase Tinggi % Sedang 0 0% Rendah 0 0% Jumlah % Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Suatu kelembagaan tentunya berjalan dengan adanya motivasi dari para penggeraknya atau orang-orang yang berhimpun didalamnya. Ketua Gapoktan Desa Banyuroto selalu memberikan dorongan atau motivasi kepada anggotanya untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan sebagai petani sekaligus pengurus gapoktan agar para anggota tidak cepat mengeluh dan putus asa. Motivasi yang selalu diberikan adalah bekerja menjadi petani dan anggota gapoktan sebagai bentuk pengabdian, kerjasama, dan kekeluargaan di kalangan petani Desa Banyuroto. Asas kekeluargaan yang dijunjung tinggi di Gapoktan Desa Banyuroto menjadikan mereka memiliki motivasi yang kuat dalam mengerjakan tugas, kewajiban, dan pekerjaannya sekaligus. Seluruh responden berpendapat bahwa ketua gapoktan selalu memberikan motivasi untuk melaksanakan kegiatan dalam keseharian dan kelembagaan. 73

28 Tabel 19. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Terhadap Motivasi dalam Kelembagaan Motivasi dalam Kelembagaan Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah Persentase Tinggi % Sedang 0 0% Rendah 0 0% Jumlah % Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Efektivitas Kelembagaan Sistem pertanian yang selama ini digunakan oleh masyarakat Desa Banyuroto merupakan pertanian tradisional secara turun-temurun. Desa Banyuroto kemudian dijadikan basis agropolitan kawasan merapi-merbabu dengan hasil sayur-mayur sebagai komoditas utama. Banyaknya program pemerintah yang masuk ke desa ini selalu diterima dengan baik oleh masyarakat. Masyarakat di desa ini memang sudah banyak yang sadar akan pendidikan dan inovasi teknologi pertanian terutama jika berbasis spesifik lokasi dan mudah diterapkan, serta membawa perubahan berarti bagi kehidupan petani. Untuk mengetahui seberapa besar penerimaan masyarakat terhadap program pemerintah dan introduksi-introduksi lain, maka dibutuhkan adanya analisis terhadap perubahan perilaku. Indikator perubahan perilaku tersebut yaitu seberapa besar penerimaan petani terhadap inovasi teknologi pertanian menuju kemandirian dan pertanian ramah lingkungan serta adanya inovasi kelembagaan yang diperkenalkan oleh para penyuluh dan pihak-pihak eksternal lainnya. Pada Tabel 20 disajikan sebaran persepsi anggota gapoktan terhadap penerimaan inovasi teknologi dan kelembagaan. 74

29 Tabel 20. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Terhadap Penerimaan Inovasi Teknologi dan Inovasi Kelembagaan Penerimaan Inovasi Teknologi dan Inovasi Kelembagaan Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah Persentase Tinggi 23 82,14% Sedang 5 18% Rendah 0 0% Jumlah % Sumber: Data Primer 2012 (diolah) Sebanyak 82,14% anggota Gapoktan Desa Banyuroto menyatakan bahwa tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi teknologi dan kelembagaan yang diintroduksikan melalui program pemerintah tinggi. Sedangkan sebanyak 18% merasa biasa saja dengan adanya program pemerintah tersebut. Tingkat keberhasilan kegiatan diukur melalui banyaknya hasil yang telah mampu dicapai oleh anggota. Inovasi teknologi yang disusun diperkenalkan oleh para penyuluh secara intensif mulai dari pembinaan hingga implementasi di lapangan. Hal ini juga melatih kemandirian para petani anggota. Setelah penyuluh merasa cukup untuk materi tersebut, barulah gapoktan secara mandiri harus menyalurkan ilmu pengetahuan tersebut ke kelompok atau rukun tani di Desa Banyuroto secara bergiliran. Indikator dari tingkat keberhasilan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini diukur melalui sebaran persepsi anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap tingkat kegunaan kegiatan kelembagaan yang tersaji pada Tabel 21 berikut ini. Tabel 21. Sebaran Persepsi Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Terhadap Tingkat Kegunaan Kegiatan Kelembagaan Tingkat Kegunaan Kegiatan Anggota Gapoktan Desa Banyuroto Jumlah Persentase Tinggi 26 92,85% Sedang 2 7,14% Rendah 0 0% Jumlah % Sumber: Data Primer 2012 (diolah) 75

30 Sebanyak 92,85% anggota Gapoktan Desa Banyuroto menyatakan bahwa kegiatan kelembagaan selama ini sangat berguna terutama bagi kegiatan pertanian yang menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga mereka. Sedangkan hanya 7,14% anggota gapoktan yang menyatakan bahwa kegiatan kelembagaan biasa saja tidak terlalu berpengaruh bagi kegiatan pertanian mereka 76

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang tempat program Prima Tani dilaksanakan. Lokasi penelitian ini

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Administratif Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang

Lampiran 1. Peta Administratif Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang LAMPIRAN 102 Lampiran 1. Peta Administratif Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang 103 Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian Buah Strawberry Organik Desa Banyuroto Tumpang sari Strawberry

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian di era global ini masih memainkan peran penting. Sektor pertanian dianggap mampu menghadapi berbagai kondisi instabilitas ekonomi karena sejatinya manusia memang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Topografi Desa Banyuroto terletak di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan batas

Lebih terperinci

VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY

VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY 7.1. Karakteristik Responden 7.1.1. Tingkat Umur Tingkat umur responden berkisar antara 40-60 tahun.

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 (1) Gabungan Kelompok Tani ini bernama Gabungan Kelompok Tani TORONG MAKUR disingkat Gapoktan TORONG MAKMUR. (2) Gapoktan TORONG MAKMUR dibentuk

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci menjabarkan secara rinci situasi dan kondisi poktan sebagai

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan

Lebih terperinci

Reuni tersebut memberikan makna positif dari semua alumni yang telah lama terpisah dengan kesibukannya masing masing.

Reuni tersebut memberikan makna positif dari semua alumni yang telah lama terpisah dengan kesibukannya masing masing. 0 LATAR BELAKANG ILUNI 80 (Ikatan Alumni STMN 80/SMKN 4) Tangerang berdiri pada saat acara Reuni Akbar tanggal 12-02 - 2012 yang digagas oleh angkatan ke 1 sampai ke 30 semua disiplin ilmu dari Mesin,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

13 diantaranya merupakan kelompok tani padi sawah, sisanya yakni 4 kelompok tani kakao, 5 kelompok tani

13 diantaranya merupakan kelompok tani padi sawah, sisanya yakni 4 kelompok tani kakao, 5 kelompok tani Kegiatan Prima Tani Kabupaten Donggala dilaksanakan di Desa Tonggolobibi, Kecamatan Sojol. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan memperhatikan saran dan masukan pemerintah Kabupaten Donggala

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR FORUM KOMUNIKASI MASYARAKAT KP. BATU GEDE RW. 07 TAHUN Mukadimah

ANGGARAN DASAR FORUM KOMUNIKASI MASYARAKAT KP. BATU GEDE RW. 07 TAHUN Mukadimah ANGGARAN DASAR FORUM KOMUNIKASI MASYARAKAT KP. BATU GEDE RW. 07 TAHUN 2015 Mukadimah Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita. Berawal dari rasa keperihatinan

Lebih terperinci

AD/ART Last Updated Thursday, 13 October 2011

AD/ART Last Updated Thursday, 13 October 2011 AD/ART 2011-2016 Last Updated Thursday, 13 October 2011 ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERTANIAN ORGANIK INDONESIA (MAPORINA) PERIODE 2011-2016 MUKADIMAH Didorong rasa keprihatinan yang mendalam terhadap timbulnya

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Prima Tani Kota Palu (APBN) Tuesday, 27 May :32 - Last Updated Tuesday, 27 October :40

Prima Tani Kota Palu (APBN) Tuesday, 27 May :32 - Last Updated Tuesday, 27 October :40 Kegiatan Prima Tani Kota Palu yang dilaksanakan di Kelurahan Kayumalue Ngapa Kecamatan Palu Utara merupakan salah satu kegiatan Prima Tani yang dilaksanakan pada Agroekosistem Lahan Kering Dataran Dataran

Lebih terperinci

Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII

Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII Bab VIII 8.1 KELEMBAGAAN Lembaga penataan ruang memegang peran krusial dalam proses penataan ruang. Hal ini mengingat proses penataan ruang memerlukan lembaga yang kredibel terutama dalam pengendalian

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Masyarakat Telematika Indonesia The Indonesian ICT Society ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Anggaran Dasar MASTEL MUKADIMAH Bahwa dengan berkembangnya teknologi, telah terjadi konvergensi bidang Telekomunikasi,

Lebih terperinci

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI)

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) (INDONESIAN PROCUREMENT SPECIALISTS ASSOCIATION) ANGGARAN DASAR halaman 1 dari 10 IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA DISINGKAT IAPI ANGGARAN DASAR P E M B U K A A N

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

MUKADDIMAH. Forum Pimpinan Fakultas Bidang Ilmu Pertanian PTM se Indonesia (FPF-BIP PTM) mempunyai:

MUKADDIMAH. Forum Pimpinan Fakultas Bidang Ilmu Pertanian PTM se Indonesia (FPF-BIP PTM) mempunyai: MUKADDIMAH Dalam rangka menunjang pencapaian sasaran pembangunan pertanian (Pertanian, Peternakan, Perikanan, Kehutanan dan Teknologi Pertanian), diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas untuk mengelola

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 28/Permentan/OT.140/4/2012 TANGGAL : 23 April 2012 PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai amanat

Lebih terperinci

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017 KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP 2017 Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017 Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017 Menimbang 1. Bahwa Untuk Kelancaran Kinerja SMFISIPUNDIP2017

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. XOB SEKRETARIAT Jl. Flores No. 1 Bandung. Sejarah Singkat Berdirinya Club

PENDAHULUAN. XOB SEKRETARIAT Jl. Flores No. 1 Bandung. Sejarah Singkat Berdirinya Club PENDAHULUAN Sejarah Singkat Berdirinya Club XOB adalah suatu club motor yamaha xabre di Bandung di bawah naungan Ikatan Motor Indonesia (IMI). XOB didirikan pada hari jumat, 1 April 2016. XOB terbentuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Lampiran 1. Peta Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. LAMPIRAN 93 94 Lampiran 1. Peta Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Lampiran 2. Kuisioner Penelitian DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/PP.410/1/2010 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 08 TAHUN 2017 TENTANG PENGANEKARAGAMAN PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018 TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUWU LIMPAS,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) A.1. Visi dan Misi Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2018 adalah Terwujudnya masyarakat Kalimantan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI

ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Koperasi ini bernama KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI dan selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut KOPERASI.

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA TURKI

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA TURKI ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA TURKI 2016-2017 MPA PPI TURKI 2016-2017 ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA (PPI) TURKI PERIODE 2016-2017 BAB I SIFAT Pasal 1 1.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. Kelurahan Gedog Kecamatan Sananwetan KOTA BLITAR

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. Kelurahan Gedog Kecamatan Sananwetan KOTA BLITAR ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Kelurahan Gedog Kecamatan Sananwetan KOTA BLITAR Bismillahirrohmannirrohim PREAMBULE Keterbukaan Informasi Publik adalah salah satu produk hukum Indonesia yang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN PEMBUKAAN Program Pamsimas telah membangun prasarana dan sarana air minum dan sanitasi di desa/ kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

BAB VI LANGKAH KE DEPAN BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) 351191 Tegal - 52111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Pertanian secara kontinyu dan terarah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ====================================================================== ANGGARAN DASAR U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG MUKADDIMAH

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA UJUNG TEBU KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN SERANG PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA UJUNG TEBU KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN SERANG PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA UJUNG TEBU KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN SERANG PENDAHULUAN Organisasi ekonomi perdesaan menjadi bagian penting sekaligus masih menjadi titik lemah

Lebih terperinci

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGELOLAAN DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pembangunan pertanian memerlukan peran penyuluh pertanian sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh mempunyai peran penting

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DEWAN PERWALIAN DAN PENGAWASAN HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA ITB 2011-2012 MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya informatika sebagai ilmu

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya sumberdaya perikanan yang ada di wilayah kedaulatan Republik Indonesia merupakan karunia

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 VISI : "MEWUJUDKAN PETANI SEJAHTERA MELALUI PERTANIAN BERKELANJUTAN" MISI 1 TUJUAN : MENINGKATKAN KUALITAS AGROEKOSISTEM : MENINGKATKAN

Lebih terperinci

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) 28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PAGUYUBAN WARGA KEBUMEN DI BANYUMAS (P KBM MAS) ANGGARAN DASAR PAGUYUBAN WARGA KEBUMEN DI BANYUMAS (P KBM MAS) MUKADIMAH Untuk mewujudkan kerukunan dan kekompakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut Peraturan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: BUPATI BOYOLALI, a. bahwa untuk mendukung produktivitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendekatan pembangunan

Lebih terperinci

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman Pembukaan ANGGARAN DASAR Bab I (Tata Organisasi) 1. Nama, Waktu dan Kedudukan 2. Sifat dan Bentuk 3. Lambang Bab II (Dasar,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN ANGGARAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN SONGGON DESA SUMBERBULU Jln Koesno redjo 168 Kode Pos (68463)

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN SONGGON DESA SUMBERBULU Jln Koesno redjo 168 Kode Pos (68463) PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN SONGGON DESA SUMBERBULU Jln Koesno redjo 168 Kode Pos (68463) PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN, SERTA PEMBUBARAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN GABUNGAN KELOMPOK TANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TI BAN SALINAN BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN. No.261, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pelaksanaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5958) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN NOMOR : SKEP-03/IW PUSAT/IV/2004

SURAT KEPUTUSAN NOMOR : SKEP-03/IW PUSAT/IV/2004 + IKATAN WANITA BANK RAKYAT INDONESIA SURAT KEPUTUSAN NOMOR : SKEP-03/IW PUSAT/IV/2004 TENTANG PENGGABUNGAN/PENYEMPURNAAN ANGGARAN DASAR, ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN PEDOMAN TATA KERJA IKATAN WANITA BANK

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN Oleh : Mewa Ariani Kedi Suradisastra Sri Wahyuni Tonny S. Wahyudi PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 34 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 34 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI CIREBON BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 34 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) BUPATI CIREBON Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH Bahwa Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga telah menghasilkan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA

ANGGARAN DASAR ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA MUKADIMAH Menyadari sepenuhnya bahwa untuk mencapai suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, guna mengisi cita-cita Proklamasi Kemerdekaan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA, SUMBER PENDAPATAN DESA, KERJA SAMA DESA, LEMBAGA ADAT, LEMBAGA KEMASAYARATAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA (ISMAPETI) HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang Januari 2015 MUKADDIMAH

ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA (ISMAPETI) HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang Januari 2015 MUKADDIMAH HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang 22-24 Januari 2015 ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA () MUKADDIMAH Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, sesungguhnya mahasiswa peternakan

Lebih terperinci